ARTIKEL KEMIMPINAN ISLAM DALAM BERKELUARGA SEBAGAI DASAR INTEGRITAS CALON LEGISLATIF

37
NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN ISLAM DALAM BERKELUARGA SEBAGAI TOLAK UKUR MENDASAR (BASE ON) INTEGRITAS CALON LEGISLATIF ABSTRAK Prepare leaders with integrity processed fostering of the family. Various methods are used to determine the state 's future leaders, both through the regeneration of the cadre, the appointment or the election. Election is a means to process and determine who will lead and hold the mandate of the people they lead. Election is a process, but the nature of the leader determines to be seen from the quality of his personality. Communities are often faced with the dilemma of how good a leader ? Values of the Islamic leadership in the family will answer what and how a leader with high integrity. Therefore, the family is the smallest unit of a miniature community. Integration leader is a leader who has a commitment to his family . The leader of the ummah in a large scale is determined by its leadership in the small- scale leader applying Islamic values in the family . Key Words : Islamic Values , Family , Leadership , integrity , legislative . Mempersiapkan pemimpin yang berintegritas diproses pembinaannya dari keluarga. Berbagai cara dilakukan oleh negara untuk menentukan calon pemimpin, baik melalui regenerasi pengkaderan, penunjukan ataupun pemilihan. Pemilu merupakan sarana untuk mengolah dan menentukan siapa yang akan memimpin dan memegang amanah rakyat yang dipimpinnya. Pemilu merupakan proses, namun hakikat menentukan pemimpin harus dilihat dari kualitas kepribadiannya. Masyarakat sering dihadapkan pada dilemma sosok pemimpin bagaimanakah yang baik? Nilai-Nilai kepemimpinan Islam dalam berkeluarga akan menjawab apa dan bagaimana pemimpin yang memiliki integritas tinggi. Sebab, keluarga merupakan miniatur unit terkecil dari suatu komunitas. Pemimpin yang berintegrasi adalah Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat 1

Transcript of ARTIKEL KEMIMPINAN ISLAM DALAM BERKELUARGA SEBAGAI DASAR INTEGRITAS CALON LEGISLATIF

NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN ISLAM DALAM BERKELUARGA SEBAGAITOLAK UKUR MENDASAR (BASE ON)INTEGRITAS CALON LEGISLATIF

ABSTRAKPrepare leaders with integrity processed fostering of the family. Variousmethods are used to determine the state 's future leaders, both through theregeneration of the cadre, the appointment or the election. Election is ameans to process and determine who will lead and hold the mandate of thepeople they lead. Election is a process, but the nature of the leaderdetermines to be seen from the quality of his personality. Communities areoften faced with the dilemma of how good a leader ? Values of the Islamicleadership in the family will answer what and how a leader with highintegrity. Therefore, the family is the smallest unit of a miniature community.Integration leader is a leader who has a commitment to his family . Theleader of the ummah in a large scale is determined by its leadership in thesmall- scale leader applying Islamic values in the family .Key Words : Islamic Values , Family , Leadership , integrity , legislative .

Mempersiapkan pemimpin yang berintegritas diprosespembinaannya dari keluarga. Berbagai cara dilakukan olehnegara untuk menentukan calon pemimpin, baik melaluiregenerasi pengkaderan, penunjukan ataupun pemilihan.Pemilu merupakan sarana untuk mengolah dan menentukansiapa yang akan memimpin dan memegang amanah rakyat yangdipimpinnya. Pemilu merupakan proses, namun hakikatmenentukan pemimpin harus dilihat dari kualitaskepribadiannya. Masyarakat sering dihadapkan pada dilemmasosok pemimpin bagaimanakah yang baik? Nilai-Nilaikepemimpinan Islam dalam berkeluarga akan menjawab apadan bagaimana pemimpin yang memiliki integritas tinggi.Sebab, keluarga merupakan miniatur unit terkecil darisuatu komunitas. Pemimpin yang berintegrasi adalahTuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

1

pemimpin yang memiliki komitmen terhadap keluarganya.Pemimpin ummat dalam skala yang besar ditentukan olehkepemimpinannya dalam skala kecil yaitu pemimpin yangmenerapkan nilai-nilai Islam dalam berkeluarga. Key Words: Nilai Islam, Keluarga, Kepemimpinan,integritas, legislatif.

____________________________________________________________________I. PENDAHULUANMenjelang pemilihan umum April 2014, masyarakatdihadapkan pada dilemma sosok calon legislatif yangakan dipilihnya. Hal ini mengingat banyak kasus hukumyang menyeruak sehubungan dengan elit-elit politik yangdinilai masyarakat melanggar norma susila, normasosial, dan norma hukum. Pertanyaan dibenak masyarakatpemilih adalah (1) siapa calon yang dapatmengaspirasikan kepentingannya sebagai anggotamasyarakat, Kepentingan bangsa, dan kepentingan negara,dan yang menyelamatkan dunia dan akhiratnya suatu kaum,(2) Bagaimana integritas moral dan akhlaknya, apakahcaleg tersebut amanah, lurus dalam perkataan, hati danperbuatannya, (3) apakah ukuran persyaratan yangdimintakan KPU menjamin integritas moral spriritual ,ahklak, nalar dan kepribadian. Syarat administratifyang harus dipenuhi untuk menjadi calon legislatifbukan persoalan utama bagi masyarakat pemilih, mungkinmenjadi terbalik bahwa syarat formal akan menjadisyarat tambahan bagi masyarakat dalam menentukanpilihan, syarat materil yang dibutuhkan oleh masyarakatterhadap calon legislatifnya adalah integritas moralspiritual, ahklak, nalar dan kepribadian menjadisyarat utama. Fokus utama yang menjadi pijakan ataurujukan penyelesaian masalah adalah, “ Nilai-nilai apa

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

2

yang harus dimiliki oleh para caleg, sebagai calonpemimpin bangsa”. Beberapa ciri yang dimiliki olehpemimpin yang baik akan dijadikan faktor ketika menilaiorang-orang yang akan dipersiapkan sebagai calonlegislatif, calon yang dipilih paling sedikit memiliki3 (tiga) ciri (W.A Garungan,1967:138), yaitu: (1)Persepsi sosial; yakni kecakapan dalam melihat danmemahami perasaan, sikaf dan perilaku oranglain/masyarakat. Dengan kata lain, memiliki kecakapanbagaimana menempatkan dan memahami orang lain; (2)Kemampuan berfikir abstrak; yakni kemampuan untukmembaca penomena yang bakal terjadi. Dengan kata lainmemiliki kemampuan untuk melihat apa yang akan terjadidimasa yang akan datang.(3) Keseimbangan emosional;yaitu mereka yang mempunyai pandangan positif(husnuzzhon) terhadap orang lain atau yang memilikiperasaan seimbang dalam melihat sesuatu. Dengandemikian proses penentuan pilihan, lebih kepadapenilaian bagaimana menemukan calon legislatif sebagaipemimpin yang unggul dari dimensi kapabilitas,kredibilitas, dan akseptabilitas (Suliadi RS, Pemimpindan Kepemimpinan Dalam Islam,http://berkarya.um.ac.id/2011/05/01/pemimpinan-dan-kepemimpinan-menurut-islam/, Posted 01 Mei 2011).

Menyikapi persoalan calon legislatif sebagai calonpemimpin, tak dapat dipisahkan dari bagaimana memimpinkeluarganya. Sebab, keluarga merupakan miniaturkepemimpinan dari sebuah komunitas yang lebih besar,yaitu komunitas memimpin bangsa atau ummat. Artinya,dimensi kapabilitas, kredibilitas, dan akseptabilitascalon legislatif tersebut dapat dilihat dari sikaf,perbuatan dan karakter dalam memperlakukan keluarganyadalam kesehariannya.

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

3

Menyikapi kepemimpinan dalam Islam, maka pedoman bagicalon legislatif dalam menentukan visi dan misi, danaktualitas diri khususnya bagi yang muslim adalah Al-qur’an dan Hadist. Namun demikian, Al-Qur’an dan Hadistbukan hanya milik kaum muslim. Sebab, Agama Islamadalah agama Rahmattan lil allamin. Sumber hukum Islamyaitu Al-Qur’an dan hadist dapat menuntun semuagolongan, bangsa dan negara untuk keselamatan dunia danakhiratnya, baik bagi dirinya sendiri, juga keselamatanrakyat yang dipimpinnya. Dengan demikian apabilanilai-nilai dalam kepemimpinan Islam dalam berkeluargadijadikan oleh para elit politik, calon legislatif,atau yang sudah menjadi legislatif ditegakkan, diyakinibahwa negara Indonesia akan terbebas dari kemelutkomitmen politik yang ewuh pakewuh, politik wani piro,komitmen politik yang menyebabkan seorang elit politikmenjadi tinggi hati, sombong, ria takabur, dan tidakmemiliki jati diri, tetapi menjadikan elit politik,calon legislatif yang memiliki integritas moralspriritual , berahklak, nalar dan berkepribadian.

II. NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN ISLAM DALAM BERKELUARGASEBAGAI ACUAN INTEGRITAS CALON LEGISLATIF

A. Pemimpin dan Kepemimpin Yang BerkepribadianIslamPemimpin dan Kepemimpinan merupakan dua elemen yangsaling berkaitan. Artinya, kepemimpinan (style of theleader) merupakan cerminan dari karakter/perilaku

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

4

subjek pemimpin tersebut (leader behavior). Perpaduan(sintesis) antara “leader behaveior dengan leader style”merupakan kunci keberhasilan pengelolaan suatuorganisasi (Yuliadi RS, Pemimpin dan KepemimpinanDalam Islam, http://berkarya pemimpinan-dan-kepemimpinan-menurut-islam/, Posted 01 Mei 2011).Pengelolaan organisasi yang paling sederhana danalamiah adalah organisasi keluarga, dalam skala yanglebih luas adalah pengelolaan daerah atau wilayah,dan bahkan Negara. Pemimpin (leader) merupakan status yang disandang seseorang karena menjadikepala keluarga, ketua organisasi atau institusi,direktur, atau manajer, dan sebagainya pada suatuorganisasi atau lembaga, sedangkan kepemimpinan(leadership) lebih merupakan tindakan dan perilakuyang ditampilkan ketika berinteraksi dengan oranglain, baik antara sesama pemimpin maupun denganbawahan. Hubungan interaksi antara imam dan mak’mum.Terdapat banyak pengertian mengenai kepemimpinan inimenurut para ahli (George R Terry, 2006:495), namunsemuanya mengarah kepada suatu tugas utama pemimpinyaitu bagaimana agar ia dapat menguasai danmempengaruhi orang lain secara efektif(Effendi,1992:2).Kepemimpinan Islam adalah kepemimpinan yangberdasarkan hukum Allah (Suliadi, RS, Pemimpin danKepemimpinan Dalam Islam,http://berkarya/pemimpinan-dan-kepemimpinan-menurut-islam/, Posted 01 Mei 2011). Oleh karena itu,pemimpin haruslah orang yang sarat denganpengetahuan tentang hukum Illahi, aktivitaskesehariannyanya berpedoman kepada hukum Illahidalam bentuk aktualitas diri, dan memiliki komitmen

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

5

tanggungjawab, dengan jaminan menyelematkankaum/bangsa baik di dunia maupun di akhirat. Perlu dikaji ayat Al-Qur’an berkaitan dengankepemimpinan (imam) dalam berkeluarga dan berbangsa. 1.      Q.S. al-Tahriim: 6

ة� ك � لائ�� ها م� لي� ارة� ع� ج� ح� اس وال� ا ال�ن وده� ارا وق� م ئ� ك ن� ل� ه� م وا� سك ف ن� وا ا� وا ق� ن ن2 ءام� ي�4 � ذ ها ال� ي�8 اا� ئ��م: حري�� )ال�ت< مرون2 ؤ� ا ي�� علون2 م� ف م ون�� مره� ا ا� م� ون2 اهلل عص ذاد لا ن�� �Nش� Pلاظ (٦ع� �

Hai orang-orang yang beriman, peliharalahdirimu dan keluargamu dari api nerakayang bahan bakarnya adalah manusia danbatu; penjaganya malaikat-malaikat yangkasar, yang keras, yang tidak mendurhakaiAllah terhadap apa yang diperintahkanNyakepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan-Nya .

Dalam ayat 6 Surat At-Tahrim ini, Allahmemerintahkan kita untuk dapat menjaga tidak hanyadiri sendiri tetapi juga diri dan keluarga dariperbuatan-perbuatan yang dapat menjerumuskan ke dalamsiksa api neraka. Selain menjaga diri sendiri,kitapun diperintahkan untuk menasihati dan memberikanpengajaran terhadap keluarga kita untuk senantiasataat dan menjalankan segala perintah Allah yang padaakhirnya dapat menjauhkan dari siksa neraka. Ka-tegori yang termasuk ke dalam keluarga dalam ayatini adalah istri, anak, dan orang lain yang berada

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

6

dibawah tanggungan kita seperti kerabat yang tinggaldi rumahnya, pembantu dan sopir. Dengan demikian,begitu erat diri kita dengan anggota keluarga dalamtanggungjawab, dan saling menyelamatkan.

2.      Q.S. al-Nisa: 9

ؤا UUUUول� ف� ي� ول� وا اهلل UUUUف� ي� لي� م ف� ه� لي� وا ع� اق UUUU ا خ� عاف� � �UUUUة� ض ي�� � ر م د ه� لف � ن2 خ� ؤا م�� UUUUرك� ؤ ت�� UUUUن2 ل� ي�4 � ذ شN ال� خ ي� ولا           ول� UUUUق�ذا ) ئ�8 ذ� ساء:  ش� (٩ ال�ن

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orangyang seandainya meninggalkan di belakangmereka anak-anak (keturunan) yang lemah, yangmereka khawatir terhadap (kesejahteraan)mereka. Oleh sebab itu, hendaklah merekabertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka,

mengucapkan perkataan yang benar Ayat 9 di atas menjelaskan fungsi keluarga, yaitumenjaga kelangsungan hidup keluarga dari kepunahandengan cara menyiapkan generasi penerus yang lebihkuat, baik fisik maupun mentalnya. Dari segi fisik,mereka harus dibekali dengan makanan dan minumanyang bergizi, selain sandang, pangan dan perumahanyang memadai, sedangkan dari segi mental, merekaharus dibekali dengan pendidikan agama yang dapatmenuntun mereka kepada jalan yang benar. Akhir ayatitu pun menganjurkan kepada para orang tua untukmemperlakukan semua anggota keluarganya dengan tegur

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

7

sapa atau ucapan-ucapan yang baik yang menunjukkan

sikap kasih sayang dan mendidik. 3.      Q.S. Thaha : 132

وى)ط�ه: ف� لي� ه< ل�� ب� عاق�� كr وال� ف�< رر ن2 ت� خ ا ن� ف�� ر كr ر� ل� سا� ها لا ن� لي� ر ع� ب�� ط لاة�� واص� ال�ص كr ئ��� ل ه� مر ا� (١٣٢وا�Dan perintahkanlah kepada keluargamu untukmendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalammengerjakannya. Kami tidak meminta rezekikepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu.Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang-orangyang bertakwa.

Ayat 132 di atas, menjelaskan bahwa salah satukewajiban kepala keluarga adalah memerintahkananggota keluarganya untuk melaksanakan danmemelihara shalat dengan baik. Perintah melaksanakanshalat ini disampaikan kepada anak-anaknya ketikamereka mulai menginjak usia tujuh tahun sepertitermuat dalam hadits :

4.      Al-Hadis

م ك ل ول: ك� ف� م ن�� ل ة� وش� لب� ى ال�لة ع� ل ول ال�لة� ص� عت� رس� م� ال س� هما ف�� ي ى� ال�لة ع� � مر رض � ع� ن2 ذ� ال�لة� ي�� ن� ن2 ع� ع�ام راع UUUUUم� ة� والا�� UUUUUب�� ي� ن2 رع�� ول ع� و� UUUUUس م م� ك ل ة� راع وك� UUUUUل� ه� ى ا� ل راع ف � UUUUU خ�� ة� وال�ر UUUUUب�� ي� ن2 رع�� ول ع� و� UUUUUس وم�

ال� UUى م� م راع ف � اد� UU ج ا وال� UUه ي�� ي� ن2 رع�� ولة� ع� و� UUس ا و م� UUه وج��� � ر ت� ي� ى ب�  ه� ف � UU ب� ة� راع�� UUرا� م ة� وال� UUب�� ي� ن2 رع�� ول ع� و� UUس وم�ن2 ول ع� و� UUس ة� وم� U ب� ب£ � ال� ا UUى م� ل راع ف � U خ�� ال : وال�ر UUن2 ف�� ت� ا� ي� س� ال ح� ة� وف�� ب�� ي� ن2 رع�� ول ع� سو� ة� وم� ذ� � ن� س�

ى( ارى وم�سلم والب�رم�ذ ج ة� )رواة ال�ت� ب�� ي� ن2 رع�� ول ع� سو� م م� ك ل م راع وك� ك ل ة� و ك� ب�� ي� رع��Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

8

Dari Abdullah bin Umar ra. ia berkata : Sayamendengar Rasulullah saw. bersabda : "Setiapkamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atasapa yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin danbertanggung jawab atas rakyatnya. Lelaki adalahpemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawabatas anggota keluarganya. Dan seorang perempuanadalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya, dania bertanggung jawab atas semua anggotakeluarganya. Seorang pembantu adalah pemimpinbagi harta majikannya, dan ia bertanggungjawab atas keselamatan dan keutuhan hartanya".Abdullah berkata : 'Aku mengira Rasulullahmengatakan pula bahwa seseorang adalah pemimpinbagi harta ayahnya dan bertanggung jawab ataskeselamatan dan keutuhan hartanya itu. Semuakamu adalah pemimpin dan bertanggung jawabatas'segala yang dipimpinnya.(HR. Bukhari Muslimdan Turmudzi)

Dalam Islam, figur pemimpin ideal yang menjadicontoh dan suritauladan yang baik, bahkan menjadirahmat bagi manusia (rahmatan linnas) dan rahmat bagialam (rahmatan lil’alamin) adalah Rasulullah Saw.,sebagaimana dalam firman-Nya :“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itusuri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orangyang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) harikiamat dan dia banyak menyebut Allah.”Dalam QS.al-Ahzab [33]: 21, yang makna diartikansebagai berikut: Sebenarnya, setiap manusia adalah pemimpin, minimal

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

9

pemimpin terhadap seluruh metafisik dirinya. Dansetiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabanatas segala kepemimpinannya.

Kemudian dalam Islam, seorang pemimpin yang baikadalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4(empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya,yakni : Siddiq, Tabligh, Amanah dan Fathanah(STAF): (1) Siddiq (jujur) sehingga ia dapatdipercaya; (2) Tabligh (penyampai) atau kemampuanberkomunikasi, bermusyawarah dan bernegosiasi, ;(3) Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankantugasnya, bertanggungjawab untuk membawa yangdipimpinnya selamat dunia dan akhirat; (4) Fathanah(cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi,strategi dan mengimplementasikannya.

Selain itu, juga dikenal ciri pemimpin Islam (Al-Hadist): “Pemimpin suatu kelompok adalah pelayankelompok tersebut.” Oleh sebab itu, pemimpinhendaklah ia melayani dan bukan dilayani, sertamenolong orang lain untuk maju.

Perkembangan selanjutnya, terdapat beberapa ciripenting untuk menggambarkan kepemimpinan Islamyaitu : Pertama, Setia kepada Allah. Pemimpin danorang yang dipimpin terikat dengan kesetiaan kepadaAllah; Kedua, Tujuan Islamnya secara menyeluruh.Pemimpin melihat tujuan wadah/institusi bukan sajaberdasarkan kepentingan kelompok, tetapi meliputiruang lingkup kepentingan Islam yang dimulai dariunit terkecil yaitu kepentingan keluarganya sampaipada lebih luas yaitu ummat/bangsa; Ketiga, Berpegangpada syariat dan akhlak Islam. Pemimpin terikatdengan peraturan Islam, dan boleh menjadi pemimpin

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

10

selama ia berpegang teguh pada perintah syariah.Dalam mengendalikan urusannya ia harus patuh kepadaadab-adab (attitude) Islam, khususnya ketikaberurusan dengan golongan oposisi atau orang-orangyang tak sepaham; Keempat, Pengemban amanat.Pemimpin menerima kekuasaan sebagai amanah dariAllah Swt., yang disertai oleh tanggung jawab yangbesar. Al-Quran memerintahkan pemimpin melaksanakantugasnya untuk Allah dan menunjukkan sikap yangbaik kepada pengikut atau bawahannya karenaAllah(Hisham Yahya Altalib, 1991:55) .

Allah Swt berfirman : “(yaitu) orang-orang yangjika kami teguhkan kedudukan mereka di muka buminiscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat,menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatanyang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segalaurusan.” (QS. al-Hajj [22]:41).

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah adanyaprinsip-prinsip dasar dalam kepemimpinan Islammeliputi (1) Musyawarah; (2( Keadilan; dan (3)Kebebasan berfikir. Pemimpin Islam bukanlahkepemimpinan tirani dan tanpa koordinasi.(Salam,http://salam-online.com/2012/07/sulitnya-mencari-pemimpin-yang-kredibel-kapabel-dan-akseptabel.html#sthash.gQDiSZ2V.dpuf, 10 Juli2012). Namun, pola pikir, pola perilaku, dan polapemahamannya yang mendasari dirinya adalahprinsip-prinsip Islam. Pengambilan keputusan dantindakan memimpinnya apabila dipandang perlubermusyawarah dengan anggota keluarga dan sahabat-sahabatnya secara obyektif dan dengan penuh rasahormat, membuat keputusan seadil-adilnya, danberjuang menciptakan kebebasan berfikir, pertukaran

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

11

gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik dansaling menasihati satu sama lain dalam kebaikan dankebenaran sedemikian rupa, sehingga para pengikutatau bawahan merasa senang mendiskusikan persoalanyang menjadi kepentingan dan tujuan bersama, salingmemotivasi dan berkonsolidasi. Pemimpin Islambertanggung jawab bukan hanya kepada pengikut ataubawahannya semata, tetapi yang jauh lebih pentingadalah tanggung jawabnya kepada Allah Swt. selakupengemban amanah kepemimpinan. Kemudian perludipahami bahwa seorang muslim yang amanah adalahpemimpin yang dalam kapasitasnya masing-masingwajib memberikan nasihat apabila diperlukan,sebagaimana Hadits Nabi dari :Tamim bin Awsmeriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw. pernahbersabda:

“Agama adalah nasihat.” Kami berkata: “Kepadasiapa?” Beliau menjawab: “Kepada Allah, Kitab-Nya,Rasul-Nya, Pemimpin umat Islam dan kepadamasyarakat kamu.”

Hadist Imam Muslim meriwayat, Rasulullah berseru, “wahai manusia, sesungguhnya aku ini manusia yanghampir didatangi oleh utusan Tuhanku, maka akupunmenghadap-Nya. Sesungguhnya aku tinggalkan padamudua perkara yang amat berharga, pertama adalah kitabAllah, yang merupakan tali Allah, dan ahlul baith.Barangsiapa yang mengikutinya maka dia berada diatas petunjuk, dan barang siapa yang meninggalnyamaka ia berada di atas kesesatan."

Dalam riwayat tersebut, Rasul menyebut keduanya(Al-Qur'an dan Ahlul Baitnya) sebagai Tsaqalainyakni sesuatu yang sangat berharga . Keduanya

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

12

tidak akan pernah terpisah dan saling melengkapi.Rasulullah menjamin bahwa siapapun yang bersungguh-sungguh dan berpegang pada kedua tsaqal ini, makatidak akan pernah mengalami kesesatan. Kemundurandan penyimpangan kaum muslimin terjadi ketikamencoba memisahkan kedua tsaqal ini.  

Ahlul baith yang dimaksud adalah keluarganya yangditempatkan dalam kedudukan yang istimewa.

Katakan (hai Muhammad): “Aku tidak meminta upah apapunkepada kalian dalam dakwah ini, kecuali kecintaan kepadakeluargaku.” (Surat Asy-Syura: 23)

Dalam ayat ini Allah swt menegaskan bahwa upah yangharus diberikan oleh umat kepada Rasulullah sawdalam dakwahnya adalah kecintaan kepada “KeluargaIstimewa” beliau yang dalam surat Al-Ahzab: 33 menyebutsebagai “Ahlul bait”.

“Sungguh tiada lain Allah berkehendak menjaga kamu dari dosa-dosa hai Ahlul bait dan mensucikan kamu dengan sesuci-sucinya.”(Al-Ahzab/33: 33)

B. Keluarga Sebagai Miniatur Pembinaan Kepemimpinan.

Keluarga merupakan sebuah pondasi dan institusi yangpaling dicintai dalam Islam. Masyarakat terbentukdari unit-unit yang lebih kecil dan keluargamerupakan unit yang paling sederhana dan alami,yang menjadi titik diawalinya kehidupan manusia.Keluarga adalah pusat perkumpulan dan pusat untukmelestarikan nilai-nilai, dalam keluaragalah tempat

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

13

untuk disemaikan kasih sayang dan emosional. Unitini ibarat landasan sebuah komunitas danketahanannya akan mendorong ketangguhan sebuahmasyarakat. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai institusiterkecil dalam masyarakat, keluarga memilikipengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilanpembangunan sebuah bangsa. Hal ini terkait eratdengan fungsi keluarga sebagai wahana pembentukansumber daya manusia yang berkualitas. Keluargamemiliki peran fundamental dalam menjaga bangsa-bangsa dari dekadensi dan kehancuran. Ketentuanhukum harus disusun untuk mempermudah terbentuknyakeluarga, memelihara kesuciannya, dan memperkuathubungan kekeluargaan berdasarkan hak-hak dan etikaIslam. Dari segi psikologi, keluarga juga punyaperanan penting dalam meredam emosi, mencegahdepresi, dan memberi dampak-dampak psikis lain bagiseseorang. Anak-anak yang kehilangan orang tuanyaakan larut dalam kesedihan, diliputi rasa takut,bersikap emosi, dan kehilangan rasa tenang. Di siniterlihat kontribusi positif keluarga dalam menjagakesehatan mental dan memberi ketahanan terhadaptekanan-tekanan jiwa dan depresi. Oleh karena itu,para pemimpin lahir dari unit terkecil yaitukeluarga, dalam pertumbuhannya sampai dan menjadipemimpin ummat (para elit politik, calon legislatif)integritasnya harus mengakar dari keluarga, sepertihalnya sebuah pohon, jika akarnya kokoh makapohonnya kokoh pula, dan buahnya (hasilnya)berkualitas pula. Dengan demikian kualitas suatubangsa tidak terlepas dari keluarga unit terkecil.Integritas moral spiritual, akhlak, nalar dan

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

14

kepribadian dapat dinilai dari bagaimanamemperlakukan dan menempatkan anggota keluarga dalamunit terkecil yang sederhana dan alamiah tersebut.Bagaimana dapat memimpin ummat yang begitu besarapabila sebagai elit politik, calon legislatif tidakdapat menempatkan keluarga dan memperlakukankeluarga dalam kedudukan yang istimewa, sebagaimanadititahkan Allah dan Rasulnya.

Rasulullah Saw bersabda, peliharalah kitab Al-Qur’andan Ahlul Baitku. Rasul menyebut keduanya (Al-Qur'andan Ahlul Baitnya) sebagai Tsaqalain yakni sesuatuyang sangat berharga. Demi Allah aku peringatkankamu akan Ahlul Baitku, aku peringatkan kamu akanAhlul Baitku, aku peringatkan kamu akan AhlulBaitku." Begitu tegasnya Rasullulah dan begitubanyaknya kandungan di dalam Al-Qur'an yang turunberkaitan dengan keagungan keluarga Rasulullah yangmulia, begitu banyak kisah yang kita ketahui tentangRasulullah yang selalu mengingatkan ummatnya akanpengutamaan Allah atas keluarganya (Ismail Amin,Mengapa kita harus mencintai ahlul baith,http://indonesian.irib.ir/artikel1/, 07 Juli 2012).

Rasulullah menjamin bahwa siapapun yang bersungguh-sungguh dan berpegang pada kedua hal ini, maka tidakakan pernah mengalami kesesatan. Kemunduran danpenyimpangan kaum muslimin terjadi ketika mencobamemisahkan kedua hal ini.

Perlu dikritisi bahwa, kelestarian generasi umatmanusia tergantung pada eksistensi keluarga yangdibangun atas dasar mawaddah dan rahmah. Denganmelemahnya pilar-pilar keluarga, misalnya masyarakatyang terdiri dari individu-individu tidak lagi

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

15

memiliki kekerabatan di antara mereka dan jugahubungan kasih sayang. Pada akhirnya, masyarakatakan tercerai-berai dan kebahagiaan dunia danakhirat mereka akan binasa (Sayyid Eshaq HosseiniKohsari, Kedudukan Keluarga Dalam Islam,http://www.taqrib.info/indonesia , 20 Mei 2011)

Baiknya kita simak ketentuan Illahi yang berkaitandengan perintah untuk membentuk keturunan yang kuatdan memperlakukan keturunan dengan dasar kearifan,kasih sayang dan saling berkomunikasi dengan baik.

Q.S. al-Nisa: 9

ؤا UUUUول� ف� ي� ول� وا اهلل UUUUف� ي� لي� م ف� ه� لي� وا ع� اق UUUU ا خ� عاف� � �UUUUة� ض ي�� � ر م د ه� لف � ن2 خ� ؤا م�� UUUUرك� ؤ ت�� UUUUن2 ل� ي�4 � ذ شN ال� خ ي� ذا )           ول� ئ�8 ذ� �UUUUولا ش UUUUق� ساء: (٩ال�ن

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yangseandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak(keturunan) yang lemah, yang mereka khawatirterhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu,hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah

mereka, mengucapkan perkataan yang benar

. Surat ke-4 ayat 9 tersebut menjelaskan fungsikeluarga, yaitu menjaga kelangsungan hidup keluargadari kepunahan dengan .cara menyiapkan generasipenerus yang lebih kuat, baik fisik maupun mentalnya.Dari segi fisik, mereka harus dibekali dengan makanandan minuman yang bergizi, selain sandang, pangan dan

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

16

perumahan yang memadai. Sedangkan dari segi mental,mereka harus dibekali dengan pendidikan agama yangdapat menuntun mereka kepada jalan yang benar. Akhirayat itu pun menganjurkan kepada para orang tua untukmemperlakukan semua anggota keluarganya dengan tegursapa atau ucapan-ucapan yang baik yang menunjukkansikap kasih sayang dan mendidik. Dengan demikiankomunikasi bukan hanya formalitas, namun dibangun atasdasar kasih sayang, sehingga terdapat komunakasi yangberetika dan beradab.Tujuan pembentukan keluarga sakinah, mawaddah,warrahmah tidak terlepas dari komunikasi yang beretikadan beradab sebagai kuncinya. Komunikasi yang dibangunatas dasar untuk menciptakan fungsi keluarga. Meminjamistilah BKKBN (BKKBN, 2013: 12),dapat disitir 8(delapan) fungsi keluarga, yang meliputi:

1. Fungsi agama

Keluarga sebagai tatanan sosial terkecil dalammasyarakat memiliki fungsi sebagai tempatmemperkenalkan dan mengajarkan kepercayaan akankeber-Tuhan-an. Keluarga berperan untuk membentukgenerasi masyarakat yang agamis, yang beriman, danpercaya terhadap keberadaan Allah Yang Maha Esa.Peran kepala keluarga (imam), orang tua mengarahkanseluruh anggotanya dan menuntunnya pada suasanakerohanian, tertanamkan dalam dirinya bahwadipundaknya ada tanggungjawab sebagai imam untukmembawa seluruh anggota keluarganya pada jalankeselamatan dunia dan akhirat. Kepala keluargamemiliki beban yang berat dalam ini, namun akanmenjadi ringan apabila untuk fungsi ini dijalankandengan kebersamaan, dan saling mendukung. Pemberian

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

17

contoh perilaku, dan komunikasi yang berbobotspiritual akan membawa seluruh anggota keluargamemiliki perannya masing-masing.

2. Fungsi sosial

Keluarga sebagai basis untuk membentuk generasi yangmengerti aturan sosial. Mengenai norma-norma yangberlaku di masyarakat, mengenai aturan-aturan takbaku bagaimana cara bersosialisasi terhadap sesamamanusia, bagaimana menghargai alam, dan kehidupansosial. Diharapkan anak-anak, sebagai generasipenerus dari sebuah keluarga, diberikan pendidikanmengenai tingkah laku sesuai dengan faseperkembangan mereka.

3. Fungsi cinta kasih

Dalam satu keluarga, diharapkan akan salingmemberikan perhatian dan kasih sayang. Denganberlimpahnya kasih sayang, diharapkan akan terbentukmanusia-manusia yang memiliki kecerdasan emosional,sehingga tercipta keluarga yang berkualitas, danseterusnya akan terbentuk generasi-generasi yangberkualitas sehingga akan menciptakan suasana yangnyaman dalam sebuah kehidupan bermasyarakat.

4. Fungsi perlindungan

Keluarga menjadi satu tempat yang memberikanperlindungan yang nyaman bagi anggotanya. Melindungisetiap anggotanya dari tindakan-tindakan yang kurangbaik, sehingga anggota keluarga merasa nyaman danterlindung dari hal-hal yang tidak menyenangkan.

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

18

5. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi yang berkaitan dengan fungsi lainyang tidak dapat dipisahkan dari sebuah keluarga.Fungsi ini dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhankeluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluargauntuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan menabunguntuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa datang.

6. Fungsi pendidikan

Keluarga sebagai tempat pendidikan pertama bagianak-anak generasi penerusnya.  Sebuah keluargaidealnya mampu menjadi tempat dimana terjadiinteraksi yang mendidik. Suami terhadap istri, atauorang tua terhadap anak-anaknya. Memberikanpendidikan pada anak-anak  sesuai dengan tahapanusia adalah salah satu fungsi pendidikan dalamsebuah keluarga.

Fungsi pendidikan ini dapat diaplikasikan dengancara menyekolahkan anak-anaknya sesuai denganperkembangan usia. Diharapkan, dengan diberikanpendidikan melalui sekolah, anak-anak akan memilikipengetahuan, keterampilan, dan perkembangan tingkahlaku sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.

Pendidikan juga dilakukan di dalam rumah, dapatdilakukan dengan memberikan contoh, mengajarkanetika, budi pekerti, dan aktualisasi pribadi dengannilai-nilai agama.

7. Fungsi pelestarian lingkungan

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

19

Seperti fungsi-fungsi lainnya, fungsi pelestarianlingkungan merupakan satu dari delapan fungsikeluarga. Dalam fungsi ini, keluarga memberikanpengetahuan mengenai norma terhadap lingkungan,sehingga diharapkan generasi penerus keluargatersebut akan lebih santun terhadap alam danlingkungan sosialnya.

8. Fungsi reproduksi

Fungsi ini merupakan fungsi yang paling hakiki dalamsebuah keluarga karena harus dapat melanjutkanketurunannya dan yang diharapkan adalah keturunanyang berkualitas. Memelihara, membesarkan anak, danmerawat keluarga juga termasuk dalam fungsireproduksi ini.

Pemimpin itu adalah manusia yang lahir dari keluarga.Oleh karena itu, melihat pemimpin yang baik, lihatlahdari cikal bakal keluarganya. Bagaimanakah diamemperlakukan keluarganya, bagaimana menempatkankeluarganya, apakah dalam berkeluarganya menerapkanfungsi-fungsi keluarga dengan baik, apakah diamenjunjung tinggi keluarga, apakah visi, misinyaadalah menyelematkan dirinya dan keluarga untukkebahagiaan dunia dan akhirat, maka secara nalar bekaldalam berkeluarga akan diterapkan terhadapkepemimpinannya kepada kepemimpinan ummat yang lebihbesar, yaitu pemimpin bangsa dalam suatu negara. Olehkarena itu, calon legislatif sebaiknya dan seharusnyalahir dari keluarga yang sakinah dan mawaddah. Visidan misinya adalah Al-Qur’an yang menjadi hukumillahiah dalam berkeluarga, berbangsa dan bernegara.

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

20

Pimpinan yang efektif, seorang pemimpin yang mampumenggunakan kewenangan yang ada padanya secara baikdan konstruktif, pemimpin yang mampu merumuskansasaran yang jelas dan dapat dicapai berdasarkankemampuan sumberdaya yang dimiliki, pemimpin yangmampu mengkomunikasikan kepada bawahannya apa yangdipikirkan, pemimpin yang arif, dimana dalammenghadapi dan memecahkan persoalan selalumengedepankan rasio dengan tetap mempertimbangkanrasa. Tegasnya pemimpin yang efektif itu adalahseorang pemimpin yang secara kuat memperjuangkanidealisme yang ingin dicapai. Sesungguhnyakepemimpinan efektif itu merupakan implementasikreatif dari prinsip dan nilai-nilai Islam. Mengapatidak ?, Jika kita perhatikan semangat dari seorangpemimpin yang efektif, maka selamanya ia senantiasamengedepankan prinsip-prinsip atau nilai-nilai kerjasama, kerja keras, cerdas dan memiliki kearifan,kreatif, inovatif, efektifisien, transpormatif,komunikatif,dan teladan. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip tersebut paling tidak dari perspektif Islammemiliki hujjah, artinya argumentasi yang valid, sehinggadihasilkan kesimpulan yang dapat diyakini dandipertanggungjawabkan akan kebenarannya, yang kuat untukmenjadi landasan implementatif dalam berinisiatif danbekerja secara efektif.

C. Keluarga sebagai Cikal Bakal Pembentukan Integritas

Moral-Spiritual, Ahklak dan Kepribadian

Dalam surat Ibrahim ayat 24-26, Allah Swt berfirman:“Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Allah membuatperumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik,

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

21

akarnya kokoh dan cabangnya (menjulang) ke langit.Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim denganizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaanitu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Danperumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yangburuk pula, yang telah dicabut akar-akarnya daripermukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.”

Silsilah yang suci ini memberikan gambaran yang jelasbahwa risalah Ilahiah ini tidak pernah keluar darilingkaran keluarga yang menempatkan kedudukan sosialdan peribadahan paling tinggi diantara aktivitas untukberamal. Betapa tidak, dinyatakan bahwa aktualisasiamal ibadah di dunia dua pertiganya ada padaberkeluarga. Jadi, menjadi legislatif itu ada padasekian presen saja dari sepertiga beribadah dalamberkeluarga. Oleh karena itu, ketika menjalankan tugassebagai elit politik maka berakar dan berangkatlahdari kesakinahan, mawaddah dalam berkeluarga.Insyaallah, keluarga dan bangsa terselamatkan.Ketentraman dalam keluarga akan membawa etos kerjayang maksimal dan tumbuh berkembang menjadi pembenahanyang menyeluruh.Pada keluarga yang kokoh akidah, akhlak, dankepribadiannya akan terbentuk cikal bakal pemimpinyang berintegritas moral spiritual. Ajaran Rasulullahsebagaimana diterangkan dalam hadist, Rasul menekankanbahwa pemilihan washi telah berlaku bagi keluarga nabidan keturunannya yang saleh dengan tujuan untukmenjaga kesucian risalah. Oleh karena itu, bagaimanamungkin ajaran Muhammad Saw yang kekal tidakmembutuhkan pribadi-pribadi suci dari keturunannyayang akan menjaga nilai-nilai ajaran Illahi dari usahapenyimpangan.

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

22

Masalah pemilihan atau seleksi pelanjut kepemimpinanIllahiah adalah semata-mata wewenang Dzat yang MahaMengetahui, tanpa adanya campur tangan siapapun. Harusdipahami dan diimani bahwa segala takdir Allah itutercatat dalam lautzu Mahfudz (buku catatankehidupan), dengan demikian upaya lahir dilakukan,Allah yang akan mentakdirkan. Oleh karena itu, politikwani piro, politik uang, politik janji-janjimenjadikan elit politik seakan kehilangan integritasmoral spiritual tentang keimanannya pada takdir.Selain itu integritas moral dipertaruhkan demikedudukan dunia saja tanpa memperhitungkankemaslahatan di akhirat. Pembohongan dan pendzolimanpublik, masyarakat memilih orang-orang kepercayaannyakarena trust, melihat integritasnya, ternyata suarakepercayaan rakyat tersebut dapat dijual dan dibelimungkin saja oleh orang-orang yang tidak memilikiintegritas yang sesuai harapan pemilih. Patutdisayangkan, ditempatkan dimanakah kepercayaanmasyrakat yang berharap ada pembangunan materilspiritual. Inilah bentuk potret kekecawaan masyarakatterhadap nilai degradasi moral spirual para elitpolitik calon legislatif.Dalam Al-Qur’an surat Fathir Ayat 32 dinyatakan bahwa,"kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orangyang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami.". Ayat inimenunjukan bahwa hamba yang dipilih sangat ketatparameternya, yang dipilih adalah orang pilihan Allahkarena keimanan pada takdir, mendapat keridhoan Allah,yaitu yang dapat membawa tegaknya akidah,menyelamatkan masyarakat, bangsa dan negara baik duniamaupun di akhirat. . Parameternya, tentu saja adalahorang yang memiliki  kapabilitas, kredibilitas, dan

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

23

akseptabilitas. Parameter tersebut diawali dariaktualisasi diri dari memimpin dalam keluarganya.Kapabilitas dalam berkeluarga adalah kamampuan sebagaiimam, sebagai pemimpin dalam menata visi, misi, danstrategi serta dalam mengembangkan sumber-sumber dayamanusia , yaitu anggota keluarga (anak dan istri) yangdipimpinnya untuk bersama-sama menjadikan rumahtangga atau berkeluarga tersebut sebagai jalan untukibadah, imam yang mampu membawa pada keselamatan duniadan akhirat. Kemampuan untuk memberikan Ketentramanlahir dan bathin bagi seluruh anggota keluarga.Kapabilitas dalam berkeluarga tersebut akan mengakardan menumbuhkembangkan bagaimana seorang legisltifuntuk kepentingan memajukan organisasi partainya danatau memajukan negara, mengayomi dan memberikanketentraman bagi rakyatnya. Kapabel, yakni mampu,sanggup, cakap, pandai. Dia adalah sosok yang memilikikemampuan dalam memimpin, menjadi problem solver, cakapdan cerdas dalam memecahkan masalah bagi rakyat(umat)nya. (Salam,http://salam-online.com/2012/07/sulitnya-mencari-pemimpin-yang-kredibel-kapabel-dan-akseptabel.html#sthash.gQDiSZ2V.dpuf, 5 Juli 2012) Kredibilitas dalam berkeluarga, adalah ciri-ciri yangada pada seorang pemimpin (imam) seperti kompetensi-kompetensi, sifat- sifat, nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan yang dapat dipercaya oleh anggota keluarga, yaitu terhadap istri dan anak-anaknya atau anggotakeluarga yang lain. Akar yang dibina dari keluargayang harmonis maka akan sangat mudah dan eleganditerapkan pada skala yang lebih besar, yaitu dalammemimpin bawahan atau lingkungannya, atau dalammemimpin bangsa.

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

24

Kredibilitas pribadi yang ditampilkan pemimpin yangmenunjukkan kompetensi seperti mempunyai kekuatankeahlian (expert power) , selain adanya sifat-sifat,nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan yang positif (moralcharacter) apabila dipadukan dengan kemampuan pemimpindalam menata visi, misi, dan strategi organisasi/wilayah yang jelas akan merupakan suatu kekuatan dalammenjalankan roda partai, yang berimbas pada pencapaiantujuan negara kesejahteraan.Menjadi anggota legislatif bukan sekedarketerpilihannya untuk duduk di kursi DPR, akantetapi merupakan akseptabilitas yang bersangkutankarena diterima oleh masyarakat. Jika seseorangterpilih menjadi anggota legislatif bukan hanyaditerima secara hukum,  akan tetapi juga diterima olehmasyarakat . Seorang pemimpin tidak cukup sekedarmemiliki kredibilitas dan kapabilitas. Keduanya takpunya arti apa-apa, kalau tak didukung dan diterimamasyarakat dan banyak pihak dari berbagai kalangan.Akseptabilitas pemimpin itu sangat bergantung darikredibilitas dan kapabilitasnya. Artinya,akseptabilitas dengan sendirinya didapat, jikakredibilitas dan kapabilitas  dimiliki. Miris rasanyaketika saat ini, menjadi keinginan untuk menjadianggota legislatif dengan menggunakan berbagai cara,bahkan sampai dengan cara yang tidak halal.Perlu disikapi bahwa akseptabilitas dari calonlegislatif harus bersumber dari keluarga. Sebab,keluarga adalah orang-orang yang dapat menilai secarahakiki dan objektif tentang kredibilitas dankapasitasnya sebagai imam. Bagaimana mungkin seorangcalon legislatif dapat memimpin suatu ummat/bangsayang besar jika tidak memiliki kredibilitas dankapasitas sebagai imam dalam memimpin unit terkecil

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

25

yaitu keluarganya. Akseptabilitas keluarga dapatdinilai dari apakah seorang mendapatkan ijin darianggota keluarga, yang mana ini sering dilupakan.Bermusyawarah dan bermufakat dengan anggota keluargadalam menentukan kiprah untuk menjadi calon legislatifbanyak diabaikan calon anggota legislatif. Oleh karenaitu, sering menjadi tarik menarik antara egoism,hedonism dan evoria para calon legislatif. Meniadakanperan anggota keluarga yang menjadi cikal bakalnya.Banyak disaksikan dalam faktanya, jika sudah menjadianggota legislatif rumah tangganya berantakan,perceraian terjadi, pembiaran dan penelataran secarapsikologis terhadap anggota keluarga. Bahkan hal itudapat terjadi, ketika masa konsolidasi denganmasyarakat, sosialisasi, kampanye para calonlegislatif sering melupakan bahwa dia berkeluarga. Halini karena didorong oleh keambiusnya, dan dianggappretise. Padahal, keluarga ujung tombak pembinaankepemimpinannya. Sebaiknya seorang pemimpin dalamkiprahnya harus bersumber dari keluarga, berprosesdari dan dalam berkeluarga, dan akhirnya bermuara padakelurga, baik berkeluarga dalam unit terkecil yangmenjadikannya keluarga dalam scope bangsa, dan tidakmelupakan unit keluarga terkecil yaitu rumah tangganyasebagai cikal bakal pembentukan kepemimpinannya. Kasusanggota DPR Komisi III, Hotman Sitompul patutdijadikan inspirasi, yang mana dengan elegan istrinyamenyatakan keberatan apabila suaminya menjadi ketuakomisi III, adalah patut menjadi kajian, betapaakseptabilitas dari keluarga menjadi suatu hal yangseharusnya diperhitungkan. Kasus ini akan mendadipreseden yang baik. Wacananya, ke depan untukmenumbuhkan nilai-nilai kepemimpinan yang efektifsebaiknya ijin, pernyataan dari anggota keluarga

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

26

terutama istri atau anak-anak yang sudah dewasamenjadi persyaratan menentukan diterimanya pendaftarcalon legislatif. Selain itu, untuk menilai integritasmoral spiritual, ahklak dan kepribadian sebaiknya adakomitmen bahwa para calon legislatif harus dapatmembina keluarga yang harmonis, dengan ditanda tanganioleh seluruh anggota keluarga inti. Hal ini bertujuanmembangun bangsa yang lebih maju berakar darikeluarga yang sakinah menjadi kokoh dan berakar.

Akseptabilitasi ini mengkritisi keambisiusan seseoranganuntuk menjadi calon legislatif. , dengan strategi politikuang, jual beli suara, dan manipulasi suara selama masarekapitulasi. Politik uang atau politik perut, adalahsuatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang baiksupaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilihmaupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentupada saat pemilihan umum. Pembelian dapat dilakukanmenggunakan uang atau barang. Politik uang adalah sebuahbentuk pelanggaran kampanye. Politik uang umumnyadilakukan simpatisan, kader atau bahkan pengurus partaipolitik menjelang hari H pemilihan umum. Praktik politikuang dilakukan dengan cara pemberian berbentuk uang,sembako antara lain beras, minyak dan gula kepadamasyarakat dengan tujuan untuk menarik simpati masyarakatagar mereka memberikan suaranya untuk partai yangbersangkutan. (Wikipedia: org/wiki/Politik_uang)

Pasal 73 ayat 3 Undang Undang No. 3 tahun 1999 menyatakanbahwa:

"Barang siapa pada waktu diselenggarakannya pemilihanumum menurut undang-undang ini dengan pemberian ataujanji menyuap seseorang, baik supaya orang itu tidakmenjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

27

menjalankan haknya dengan cara tertentu, dipidana denganpidana hukuman penjara paling lama tiga tahun. Pidana itudikenakan juga kepada pemilih yang menerima suap berupapemberian atau janji berbuat sesuatu."

Jual beli suara dalam pemilu. Modus (1) Transaksi suaradi antara caleg di parpol yang sama. "Sangat mungkinsuara caleg dicurangi oleh rekannya sesama caleg satuparpol, Modus (2) terjadi jual beli suara antarparpol.Parpol bisa membeli suara dari parpol lain yang takmungkin mendapatkan kursi legislatif. Jual beli suaraseperti ini memungkinkan parpol yang seharusnyamendapatkan kursi legislatif, kehilangan kesempatankarena dicurangi parpol lain yang telah melakukantransaksi jual beli suara.

D. SIKAP CERDAS MASYARAKAT PEMILIH TERHADAP CALONPEMIMPIN YANG TIDAK BERKOMITMEN KEPADA KELUARGA.

Kecintaan seorang pemimpin terhadap keluarga unitterkecilnya, memiliki kedudukan yang sama dengankecintaan Rasulullah terhadap Ahlul Baitnya. Keluargamerupakan amanah Allah Swt bagi imamnya, yaitu kepalakeluarga. Dan imam pada skala yang lebih besar yaituimam (elit politik kenegaraan) memiliki amanah untukmembawa makmum (rakyat) selamat di dunia dan akhirat.Pemimpin yang menjunjung tinggi kemulian keluarga,nilai-nilai berkeluarga berakar terhadap memimpinummat. Tentunya ruh dari nilai-nilai itu berasal darikitabullah ( Al-Qur’an). Demikian dapat dimaknaiamanah Rasulullah sebagai berikut, “Sesungguhnya akutelah tinggalkan kepada kalian tsaqalain (duapeninggalan yang sangat berharga) yang salah satu dari

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

28

keduanya lebih besar daripada yang lain, Kitabullah(Al-Qur'an) dan keturunanku (keluarga). Oleh karenaitu perhatikanlah oleh kalian dalam memperlakukankeduanya sepeninggalku. Sebab sesungguhnya keduanyatidak akan pernah berpisah, sehingga berjumpa dengankudi Haudh (Mutawalli Sya”rawi, Mohammad, 2010,: 57).Apabila ummat Islam bershalawat, bukan berarti ummatmemohon keselamatan untuk Rasulnya, karena tidakdimohonkanpun Rasullullah telah menjadi manusiapilihan yang diselamatkan Allah. Shalawat harusdimaknai bahwa kecintaan ummat kepada nabi dan AhlulBaitnya bukan sekedar cinta biasa, bukan sekedar efekdari kecintaan kepada Nabi Saw, bukan pilihan,melainkan kewajiban yang telah menjadi bagian darisyariat agama karena Ahlul Bait yang menjadi generasipenerus haruslah yang menjaga kemurnian risalahIllahi. Oleh karena itu, Kecintaan kita kepadakeluarga adalah juga kecintaan kepada Rasulullah Saw,kecintaan kepada Allah SWT, kecintaan kepada Islam danagama ini. Penghormatan dan menjunjung tinggi nilai-nilai berkeluarga merupakan titah yang digariskansyariat Islam.

Perlu dikritis, bagaimanakah apabila seorangcaleg, dari sisi integritas berkeluarganyadipertanyakan? Hal yang sudah lazim, waktu, biaya,tenaga, pikiran tercurahkan untuk upaya pemenangannya,lupa bahwa takdir ada di tangan kuasa Nya. Keluargaditiadakan, bahkan tidak mustahil keluarga tidakdilibatkan dalam hal pencalonannya. Dalam prosessosialisasi, waktu untuk keluarga pun tidak ada.Bahkan, untuk biaya kampanye bisa menghabiskan rumahtempat bernaung keluarga dijual. Dalam kondisi inipara caleg kehilangan jati diri berkeluarga, dandzolim terhadap anggota keluarganya, karena tanpa

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

29

perhitungan dan iman kepada takdir, bahkan ada yangsampai berkonsolidasi dengan memanfaatkan kedekatandengan lawan jenis, sehingga terjadi konsfirasi hati,maka timbulkan kehancuran keluarga intinya. Agamatidak lagi menjadi pedoman baginya. Sebagai pemilihyang cerdas, tentulah harus punya sikap.

 1.      Qs. Al-An’am: 70

ا UUه ش ل� ن� ت� ل� ي� UUس ا ك� UUم ش ب��� ف ل ن� UUس ن� ن2 ت�< ة� ا� UUر ي��� � ك� ا ود ن� ب8» ذ �UUاة� ال UU ي� خ هم ال� ي�8 ر UU وا وغ� UUه ا ول� UU ن� ع� هم ل� ي ب�� وا د� ذ UU ج ن2 ان�� ي�4 � ذ ر� ال� ود هم وا ل� ن� UUUس ا ك� UUUم لوا ب��� �UUUس ن�  ن2 ا� ي�4 � ذ كr ال� ن�� ول� ا ا� UUUه ي ذ م�� UUU خ� ؤ� ذل لا ي�� UUUل ع� UUUك� Uل ذ� UUUع ن2 ن�� ع وا�� ي� ف � N�UUUولا س ي� � ول� � اهلل ن2 دون2 م��

U2ف رون ك ؤا ئ�� اي� ما ك� م ب��� ي� ل�� اب� ا� ذ م وع� ي� م� ن2 ح� راب� م�� Nش   

Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agamamereka sebagai main-main dan senda gurau, dan merekatelah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah(mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diritidak dijerumuskan ke dalam neraka, karenaperbuatannya sendiri. tidak akan ada baginya pelindungdan tidak pula pemberi syafa'at selain daripada Allah.dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun,niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. merekaitulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka,bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedangmendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiranmereka dahulu.

  2.      QS. An-Nisa: 36

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

30

ى� ار� د � UUU ج� � وال� ن2 ي� اك�� UUUمس امى وال� UUUي� ي� ي وال� ب¼� ف�UUUر ى� ال� � ذ UUU� 8ئ ا و ائ� UUUس ح� � ا�� ن2 ي�4 ذ UUUؤال�� ال� ا وئ��� ي� ي� N�UUUة� ش UUUؤا ي��� ك� ر� NUUUش ولا ن�� ذوا اهلل UUUن� واع�ن2 ت� م� خ� لا ن�� ن2 اهلل م ا�� ك ئ8» ا UUUم ب�8 ت� ا� ك ل ا م� UUUل� وم� ن� ي � UUUال�س � ن2 ي ت�� واي�� خ� ال� UUUت�� ئ��� اح�� UUUي ت�� وال�ص خ� ار� ال� UUU ج� ي وال� ب¼� ف�UUUر ال�

ورا ) خ الا ف� ي� خ ان2 م� (٣٦ك�Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah kepadadua orang ibu-bapa, keluarga-kerabat, anak-anakyatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dantetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabildan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidakmenyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.

    3.      QS. Huud: 117-119

ون2 ) خ ل� UUص ا م� UUله ه� لم وا� Pظ ف�UUرى ب��� كr ال� UUهل� ي� كr ل�� ت�8 ان2 ر UUا ك� UUذة�١١٧وم� UUة� واخ�� م اس ا� ل ال�ن UUع خ� كr ل� ت�8 اء ر N�UUؤ ش UUول�)ن2 ) ي� ف � ل� ي� خ ؤن2 م� UUال� ر» ة��١١٨ولا ت�� ب خ�� ن2 ال� م م�� هي ن2 ج�� لا� م� كr لا� � ت�8 ة� ر UUم ل� ت� ك� م هم وب�� لف� كr خ� ل�� ذ UUول�� rك ت�8 م ر ن2 رح�� لا م� (ا��

ن2 ) ي� مع� ح�� اس� ا�   (١١٩وال�ن Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakannegeri-negeri secara zalim, sedang penduduknyaorang-orang yang berbuat kebaikan. Jikalau Tuhanmumenghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yangsatu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat,kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu,dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. kalimatTuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan:Sesungguhnya aku akan memenuhi neraka Jahannamdengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

31

III. KESIMPULAN DAN SARANa. Kelestarian generasi umat manusia tergantung pada

eksistensi keluarga yang dibangun atas dasarmawaddah dan rahmah. Dengan melemahnya pilar-pilarberkeluarga pada akhirnya akan menceraiberaikankelanggengan dan kebahagiaan masyarakat baik duniamaupun akhirat.

b. Keluarga ibarat pohon, jika akarnya sehat dan kokoh,maka batangnya akan menjulang tinggi dan akanmenghasilkan buah yang berkualitas. Keluargalah akaritu. Pemimpin berawal dan tumbuh dalam keluarga.Nilai-nilai dalam berkeluarga menjadi parameterintegritas moral spiritual, ahklah dan kepribadianseorang pemimpin.

c. Kapabilitas pemimpin dalam suatu keluarga adalahkamampuan sebagai imam dalam membuat, menata, danmelaksanakan visi, misi, dan strategi dalammembawa dan mengembangkan sumber-sumber daya manusiayaitu anggota keluarganya (anak, istri, dan sanakkeluarga) yang dipimpinnya untuk bersama-samamembangun rumah tangga yang bertujuan meraih selamatdunia akhirat.

d. Kepemimpinan Islam adalah kepemimpinan yangberdasarkan hukum Allah. Oleh karena itu, pemimpinharuslah orang yang sarat dengan pengetahuan tentanghukum Illahi, aktivitas kesehariannyanya berpedomankepada hukum Illahi dalam bentuk aktualitas diri,dan memiliki komitmen tanggungjawab, dengan jaminan

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

32

menyelematkan kaum/bangsa baik dunia maupunakhirat.

e. Dengan demikian apabila nilai-nilai dalamkepemimpinan Islam dalam berkeluarga dijadikan olehpara elit politik, calon legislatif, atau yang sudahmenjadi legislatif ditegakkan, diyakini bahwa negaraIndonesia akan terbebas dari kemelut komitmenpolitik yang ewuh pakewuh, politik wani piro,komitmen politik yang menyebabkan seorang elitpolitik menjadi tinggi hati, sombong, ria takabur,dan tidak memiliki jati diri. Integritas moraldipertaruhkan demi kedudukan dunia saja tanpamemperhitungkan kemaslahatan di akhirat. Terjadimarak pembohongan dan pendzoliman publik. Inilahbentuk potrett degradasi moral spirual para elitpolitik calon legislatif.

Seorang pemimpin bangsa atau ummat cikal bakalnya darikeluarga, dan keluarga ibarat pohon, seorang pemimpinibarat akarnya, jika pemimpinnya kokoh, maka bangunanrumah tangga berkeluarga dan bernegara akan terjunjungtinggi, dan menghasilkan buah generasi penerus yangberkualitas. Pemimpin yang berakar integritasnya darinilai-nilai Islam dalam berkeluarga menjadi parameterintegritas moral spiritual, ahklah dan kepribadianseorang pemimpin bangsa. Seorang pemimpin yangbernilai di mata dan hati masyarakat/bangsa adalahpemimpin dimata hatinya keluarga. Visi misi pemimpinuntuk bangsa dan keluarga pada dasarnya, yaitumenyelamatkan diri dan keluarganya, menyelamatkandirinya dan ummatnya dengan menegakan hukumullah.Akan bagaimana jadinya menggantungkan harapan masadepan diri, keluarga, masyarakat, dan negara jika

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

33

fenomena yang marak terjadi saat ini dalam keinginanberlegislatif tetap berlanjut ?

SARANJadilah pemilih yang cerdas, sebaiknya pilihandidasarkan pada penilaian integritas moral spiritual,ahklah dan kepribadian para calon pemimpin yangberkomitmen dan menjujung tinggi nilai-nilaiberkeluarga.

Semoga negeri ini dijauhkan dari kedzoliman pemimpin.Semoga pemimpin khususnya anggota legislatif Indonesiake depan memiliki visi, misi, dan langkah nyatamenyelamatkan diri, keluarga, dan ummat ini denganmenegakan hukumullah. Amiiin,

Tuti Rastuti, S.H.,M.HPenulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 FakHukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia.Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat. Alamat e-mail : [email protected] Keilmuan: Ilmu Hukum

DAFTAR PUSTAKA1. BUKU-BUKU

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

34

Aina, Nurul,2008, Belahan Jiwa Muhammad SAW, Bandung,Arkan Publishing

Amiruddin, Aam. 2005, Tafsir Al-Qur’anKontemporer,Bandung, Khasanah Intelektual.

Daud Ali, Muhammad, 2005, Hukum Islam: Pengantar IlmuHukum Dan Tata Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta,Raja Grafindo Persada

Effendi, 1992, Kepemimpinan dan Komunikasi, Bandung:Mandar Maju

Irianto, Sulistyowati, 2006, Perempuan Dan Hukum,Jakarta, Yayasan Obor Indonesia

Muhammad Muhyidin, 2006, Nggak Kaya Duit Asal KayaHati: Menyikap Misteri Kekuatan Hati BagiKecerdasan Spritual Dan Finansial, Jogyakarta,Tunas Publishing.

Mutawalli Sya”rawi, Mohammad, 2010, Untaian Kisah-Kisah Qur’ani Dalam Surat Al-Kahfi,Jakarta,Yayasan Alumni Timur Tengah

Nawawi, Hadari. 2001,Kepemimpinan Menurut Islam,Jakarta, GMUP

Pradiansyah, Arvan. 2008, Manajemen KepemimpinanMuhammad, Bandung, Mizan Pustaka.

R Terry, George. 2006, Manajemen .Jakarta, Bum,iAksaraRasjid, Sulaiman, 1998, Fiqh Islam, Bandung, SinarMaju,Tobroni, 2010, The Spritual Leadership, Tangerang,Lentera HatiShihab, M Quraish 2007, Pengantin Al-Qur’an,Tangerang,

Lentera Hati.Shihab, M Quraish 2008, Berbisnis Dengan

Allah, ,Tangerang, Lentera Hati.W.A. Garungan, 1967, Psikologi Sosial, Bandung: PT.Eresco

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

35

Yahya Altalib, Hisham, 2003, Kepemimpinan Islam,Pustaka Hidayah, Bandung

2. JURNALIsmail Tuanany, 2009, implementasi-nilai-nilai-islam-dalam-kepemimpinan-efektif, Jurnal Tahlim, Vol. 11No.5Boediono, 2013, Nilai Luhur Kemanusiaan Lahir DariKeluarga, Warta Kencana, Vol XX. Edisi Khusus.

3. MAKALAHSudibyo Alimoeso.Membangun Keluarga Indonesia,

Disampaikan Dalam Seminar Sehari MembangunKeluarga Indonesia, yang diselenggarakan BKKBNdengan PPKS Kencana Pasundan, Bandung,18 Desember2013.

4. WEB SITEIsmail Amin, Mengapa kita harus mencintai ahlul baith,

http://indonesian.irib.ir/artikel1/asset_publisher/7xTQ/content/mengapa-kita-harus-mencintai-ahlul-bait-nabi/pop_up, Posted

Ismail Tuanany, Implementasi Nilai-nilai Islam dalamKepemimpinan Efektif-http://jurnaltahkim.wordpress.com/2009/05/11/implementasi-nilai-nilai-islam-dalam-kepemimpinan-efektif/, Posted 11 Mei 2009

Salam, pemimpin-yang-kredibel-kapabel-dan-akseptabel,http://salam-online.com/2012/07/sulitnya-mencari-pemimpin-yang-kredibel-kapabel-dan-akseptabel.html#sthash.gQDiSZ2V.dpuf, Posted

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

36

Sayyid Eshaq Hosseini Kohsari, Kedudukan KeluargaDalam Islam, http://www.taqrib.info/indonesia/,Posted

Suliadi RS, Pemimpin dan Kepemimpinan Dalam Islam,http://berkarya.um.ac.id/2011/05/01/pemimpinan-dan-kepemimpinan-menurut-islam/, Posted 01 Mei2011

wikipedia.org/wiki/Politik_uang

Tuti Rastuti, S.H.,M.H Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unpas, Alumni S1 Fak Hukum Unpas dan S2 Magister Hukum Universitas Indonesia. Sekretaris Divisi Hukum dan Ham PW Aisyiyah Jawa Barat

37