Regresi Model Data Panel Efek Tetap dengan Metode Within Group ...
analisis perlakuan akuntansi aset tetap berdasarkan
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of analisis perlakuan akuntansi aset tetap berdasarkan
i
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP BERDASARKAN
PSAK NO. 16 PADA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) UPT.
BALAI YASA TEGAL
TUGAS AKHIR
OLEH :
LIYA AFWIYANI ZULFA
NIM 17031167
PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI
POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA
2020
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Tugas Akhir yang berjudul :
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP BERDASARKAN
PSAK NO. 16 PADA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) UPT.
BALAI YASA TEGAL
Oleh mahasiswa :
Nama : Liya Afwiyani Zulfa
NIM : 17031167
Telah di periksa dan di koreksi dengan baik dan cermat, karena itu pembimbing
menyetujui mahasiswa tersebut untuk menempuh ujian Tugas Akhir.
Tegal, 23 Juli 2020
Pembimbing I Pembimbing II
Bahri Kamal, SE, MM Dewi Sulistyowati, SE NIPY. 05.015.218 NIPY.12.013.162
iii
HALAMAN PENGESAHAN Tugas akhir yang berjudul : ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP BERDASARKAN PSAK NO. 16 PADA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) UPT. BALAI YASA TEGAL
Oleh :
Nama : Liya Afwiyani Zulfa
NIM : 17031167
Program Studi : Akuntansi
Jenjang : Diploma III
Dinyatakan lulus setelah di pertahankan di depan Tim Penguji Tugas Akhir Program Studi Akuntansi Politeknik Harapan Bersama Kota Tegal
Tegal, 23 Juli 2020
1. Bahri Kamal, SE, MM : ........................................ Pembimbing 1
2. Dewi Sulistyowati, SE : ........................................ Pembimbing 2
3. Andri Widianto, SE, M.Si : ........................................ Penguji 1
4. Aryanto, SE, M.Ak : ......................................... Penguji 2
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Yeni Priatna Sari, SE,M.Si, Ak, CA NIPY. 09.011.062
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dalam bentuk Tugas Akhir ini
yang berjudul ”ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP
BERDASARKAN PSAK NO. 16 PADA PT. KERETA API INDONESIA
(PERSERO) UPT. BALAI YASA TEGAL” beserta isinya adalah benar-benar
karya saya sendiri.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan sebagaimana mestinya.
Demikian pernyataan ini untuk dapat di jadikan pedoman bagi yang
berkepentingan, dan saya siap menanggung segala resiko/sanksi yang di jatuhkan
kepada saya apabila di kemudian hari di temukan adanya pelanggaran asat etika
keilmuan dalam karya tulis saya ini, atau adanya klaim terhadap keaslian karya
tulis saya ini.
Tegal, 23 Juli 2020
Yang membuat pernyataan.
LIYA AFWIYANI ZULFA NIM. 170031167
v
HALAMAN PERNYATAAN DAN PERSETUJUAN
Sebagai mahasiswa Prodi Akuntansi Politeknik Harapan Bersama, yang bertanda
tangan di bawah ini, saya :
Nama : Liya Afwiyani Zulfa
NIM : 17031167
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan
kepada Akuntansi Politeknik Harapan Bersama Tegal atas karya ilmiah saya yang
berjudul “ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA PT.
KERETA API INDONESIA (PERSERO) UPT BALAI YASA TEGAL”.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Prodi
Akuntansi Politeknik Harapan Bersama Tegal, segala bentuk tuntutan hokum
yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian surat ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Tegal, 23 Juli 2020
Yang membuat pernyataan LIYA AFWIYANI ZULFA NIM. 17031167
vi
HALAMAN MOTTO
“Kecerdasan bukan penentu kesuksesan, tapi kerja keraslah yang merupakan
penentu kesuksesesanmu yang sebenarnya.”
“Belajarlah dari masa lalu, hiduplah di masa sekarang dan rencanakan untuk
hari esok”
“Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan, maka apabila engkau
telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang
lain)”
(QS 94:6-7)
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tugas Akhir di persembahkan untuk :
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga
Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancer.
Orang tua tercinta dan tersayang, Bapak Sofyan dan Ibu Siti
Rokhmiyati terima kasih telah mendoakan, dan selalu mendukung
anakmu ini.
Diriku sendiri yang sudah mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini
sampai selesai
Dosen pembimbing yang sudah memberikan banyak bimbingan dan
bantuan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
Teman-teman kelas K Akuntansi ’17, semoga selalu sukses.
Sahabat yang sudah menjadi keluarga, Afitia Fitri, Heni Nurdiantika,
Yuli Andani, Sinta Rovianandia yang selalu mendukung, memberi
semangat, dan membantu saya.
Pegawai UPT. Balai Yasa Tegal, khususnya unit Anggaran dan
Akuntansi yang sudah memberi data terkait Tugas Akhir
Teman-teman seperjuangan Akuntansi Politeknik Harapan Bersama
Tegal angkatan ’17 yang selalu saling menyemangati, semoga kalian
sukses.
Almamaterku yang selalu menjadi kebanggaanku.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir pada bagian Anggaran dan Akuntansi di
UPT.Balai Yasa Tegal.
Tugas Akhir ini di ajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna
mencapat gelar Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi DIII Akuntansi
Politeknik Harapan Bersama Kota Tegal.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang di miliki, dalam
penyusunan Tugas Akhir ini banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan
terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :
1. Bapak Mc.Chambali, B.Eng, EE, M.Kom, selaku Direktur Politeknik
Harapan Bersama .
2. Ibu Yeni Priatna Sari,SE,M.Si,Ak,CA selaku Ka.Prodi DIII Akuntansi
Politeknik Harapan Bersama.a
3. Bapak Bahri Kamal, SE, MM, sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
banyak memberikan arahan, bimbingan, dan petunjuk hingga
terselesaikannya penyusunan Tugas Akhir ini.
4. Ibu Dewi Sulistyowati, SE, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bantuan dan bimbingan hingga terselesaikannya penyusunan
ix
Tugas Akhir ini.
5. Ibu Yuli Wahyu Hartatika, selaku Manager SDM, Keuangan, dan Sistem
Informasi yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitianpada PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal
6. Bapak Tri Eko Yuwono, Selaku Assistant Manager SDM yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian pada PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal
7. Bapak Fahrezza Arifiandika, selaku Assiatant Manager yang telah
membimbing dan mengarahkan.
8. Bapak Johan Riyandi dan Bapak Dimas Wicaksono, selaku Staff Anggaran
dan Akuntansi yang telah membimbing dan mengarahkan.
9. Seluruh karyawan dan karyawati PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT.
Balai Yasa Tegalyang tidak bisa di sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan bantuan selama melaksanakan penelitian.
10. Teman-teman baik di kampus maupun di kantor, yang telah memberikan
dorongan dan semangat serta semua pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung, turut membantu selesainya Tugas Akhir ini.
Tegal, 23 Juli 2020
Liya Afwiyani Zulfa NIM.1703116
x
ABSTRAK
Liya Afwiyani Zulfa. 2020. Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Berdasarkan PSAK No. 16 pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal. Program Studi D-III Akuntansi. Politeknik Harapan Bersama. Pembimbing I: Bahri Kamal. Pembimbing II: Dewi Sulistyowati.
Aset Tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan di bangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perlakuan aset tetap berdasarkan PSAK No. 16. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara ke bagian terkait, studi pustaka dengan mengumpulkan kajian teori yang terdapat pada penelitian terdahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan akuntansi yang diterapkan pada UPT. Balai Yasa Tegal sudah sesuai dengan PSAK No. 16 yaitu perolehan aset tetap, penyusutan aset tetap, pelepasan aset tetap, penyajian aset tetap pada laporan keuangan . tetapi, pengeluaran setelah perolehan aset tetap belum sesuai dengan PSAK No. 16 karena, pengeluaran setelah perolehan aset tetap belum digolongkan ke dalam pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. Kata kunci : Perlakuan Akuntansi, Aset Tetap, PSAK No. 16
xi
ABSTRACT Zulfa, Liya A. 2020 The Analysis of The Accounting Treatment of Tangible Fixed Assets Based on PSAK number 16 at PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal. Diploma III Accounting Study Program of Politeknik Harapan Bersama. First Advisor: Bahri Kamal. Second Advisor: Dewi Sulistyowati.
Fixed assets are tangible assets that are obtained in the form of ready to use or to be built in advance, which are used in company operations, are not intended to be sold in the context of normal company activities and have a useful life more than one year. The purpose of this research was to analyze the accounting treatment of fixed assets based on PSAK number 16. This research was using a descriptive qualitative method. Methods of collecting the data used in this research was observation and interviews with related sections and literature study by collecting theoretical studies from previous research. The result of the research has shown that accounting treatment applied to UPT. Balai Yasa Tegal is in accordance with PSAK number 16,namely the acquisition of fixed assets, depreciation of fixed assets, disposal of fixed assets, presentation of fixed assets in financial statements. However, expenditure after the acquisition of fixed assets is not a accordance with PSAK number 16 because, after expenditures on fixed assets have not been classified into capital expenditures and income expenditures. Keywords : The Accounting Treatment, Fixed Assets, PSAK Number 16
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN DAN PERSETUJUAN ......................................v
HALAMAN MOTTO .........................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................viii
ABSTRAK ..........................................................................................................x
ABSTRACT ........................................................................................................xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xvii
BAB II PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................4
1.5 Batasan Masalah .............................................................................5
1.6 Kerangka Berpikir ...........................................................................5
1.7 Sistematika Penulisan .....................................................................8
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................10
2.1 Aset .................................................................................................10
2.1.1 Pengertian Aset Tetap ...........................................................10
2.1.2 Jenis-Jenis Aset .....................................................................10
2.2 Aset Tetap .......................................................................................12
2.2.1 Pengertian Aset Tetap ...........................................................12
2.2.2 Klasifikasi Aset Tetap ...........................................................12
2.2.3 Pengelompokkan Aset Tetap ................................................13
2.2.4 Pengakuan Awal Perolehan Aset Tetap ................................14
2.2.5 Pengeluaran Setelah Perolehan Aset Tetap ..........................18
2.2.6 Penyusutan Aset Tetap..........................................................19
2.2.7 Metode Penyusutan Aset Tetap ............................................20
2.2.8 Penyajian Aset Tetap di Neraca ............................................23
2.2.9 Cara Perolehan Aset Tetap ...................................................24
2.2.10 Pencatatan Harga Perolehan Aset Tetap .............................28
2.2.11 Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap ..............................28
2.2.12 Pengungkapan Aset Tetap dalam Laporan Keuangan ........29
2.3 PSAK No. 16 ..................................................................................29
2.3.1 Tujuan dan Ruang Lingkup PSAK No. 16 ...........................29
2.3.2 Definisi PSAK No. 16 ..........................................................31
2.3.3 Kebijakan Akuntansi Menurut PSAK No. 16 .......................31
2.3.4 Konsep Utama PSAK No. 16 ...............................................32
2.3.5 Perlakuan Aset Tetap Sesuai PSAK No. 16 .........................34
xiv
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................37
3.1 Lokasi Penelitian .............................................................................37
3.2 Waktu Penelitian .............................................................................37
3.3 Jenis Data ........................................................................................37
3.4 Sumber Data....................................................................................38
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..............................................................38
3.6 Metode Analisis Data ......................................................................39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................41
4.1 Hasil Penelitian ...............................................................................41
4.1.1 Kasifikasi Aset Tetap Pada UPT. Balai Yasa Tegal .............41
4.1.2 Kebijakan Akuntansi Aset Tetap yang di Tetapkan PT.
Kereta Api Indonesia Indonesia (Persero) UPT. Balai
Yasa Tegal ............................................................................43
4.2 Pembahasan.....................................................................................55
4.2.1 Perbandingan Penetapan Perolehan Aset Tetap pada
UPT. Balai Yasa Tegal dengan PSAK No. 16 .....................55
4.2.2 Perbandingan Pengeluaran Setelah Perolehan Aset Tetap
pada UPT. Balai Yasa Tegal dengan PSAK No. 16 .............56
4.2.3 Perbandingan Penyusutan Aset Tetap pada UPT. Balai
Yasa Tegal dengan PSAK No. 16 ........................................57
4.2.4 Perbandingan Pelepasan Aset Tetap pada UPT. Balai
Yasa Tegal dengan PSAK No. 16 ........................................57
4.2.5 Perbandingan Penyajian Aset Tetap pada Laporan
xv
Keuangan pada UPT. Balai Yasa Tegal dengan PSAK
No. 16 ...................................................................................58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................61
5.1 Kesimpuan ......................................................................................61
5.2 Saran ...............................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................63
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Pengertian-pengertian Terkait dengan Aset Tetap ..........................32
TABEL 2.2 Perlakuan Akuntansi Aset Tetap berdasarkan PSAK No. 16 .........34
TABEL 4.1 Daftar asset tetap pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
UPT. Balai Yasa Tegal ....................................................................42
TABEL 4.2 Daftar Umur Ekonomis dan Tarif Penyusutan Aset Tetap PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal ..................49
TABEL 4.3 Perbandingan harga perolehan asset tetap .......................................55
TABEL 4.4 Perbandingan Pengeluaran setelah perolehan asset tetap ................56
TABEL 4.5 Perbandingan Penyusutan asset tetap ..............................................57
TABEL 4.6 Perbandingan Pelepasan Asset Tetap ..............................................58
TABEL 4.7 Perbandingan Penyajian asset tetap pada laporan keuangan ...........59
xvii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1.1 Kerangka Berpikir ......................................................................7
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Untuk meningkatkan kelancaran operasional yang di harapkan
perusahaan dengan kualitas yang baik, maka di perlukan kemampuan
manajemen dalam mengelola faktor-faktor yang ada di dalam perusahaan
tersebut. Salah satu aset yang perlu di koordinir oleh perusahaan, yang ada
di dalam perusahaan, baik yang bergerak di bidang jasa maupun industry
adalah keberadaan asset tetap yang merupakan bagian penting dari
keseluruhan aset yang di miliki perusahaan. Akuntansi untuk perlakuan
asset tetap merupakan salah satu instrument penting dalam laporan
keuangan. Aktiva tetap sebagai penggerak aktivitas perlu di catat dan di
laporkan secara wajar dan mengacu pada PSAK.
Menurut PSAK No. 16, aset tetap adalah aset berwujud yang di
peroleh dalam bentuk siap pakai atau dengan di bangun lebih dahulu, yang
di gunakan dalam operasi perusahaan, tidak di maksudkan untuk di jual
dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 tahun. Proses pencatatan serta penyajian asset tetap harus sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku sekarang, agar tidak
terjadi kesalahan penyajian material yang berdampak pada ketidak akuratan
informasi yang tersaji dan mempengaruhi atau menyesatkan keputusan
pengguna laporan keuangan karena perlakuan akuntansi asset tetap tersebut
2
sangat besar pengaruhnya terhadap laporan keuangan perusahaan.
Permasalahan dalam penentuan harga perolehan sering terjadi karena
untuk menetapkan harga perolehan aset tetap tidak hanya di pandang dari
sudut harga belinya, tetapi juga biaya lain yang di keluarkan sampai asset
tetap tersebut dapat di gunakan dalam operasi normal perusahaan. Ini
sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa harga perolehan merupakan
seluruh pengorbanan yang di lakukan untuk mendapatkan asset tetap
sehingga siap di gunakan.
Pada umumnya pengeluaran-pengeluaran untuk asset tetap yang
terjadi selama masa penggunaannya dapat di bedakan menjadi pengeluaran
modal yaitu pengeluaran-pengeluaran yang harus di catat sebagai asset atau
biaya yang di korbankan oleh perusahaan mempunyai manfaat lebih dari
satu periode akuntansi. Oleh karena itu harus di kapitalisasi sebagai bagian
dari harga perolehan asset tetap yang bersangkutan. Kemudian pengeluaran
pendapatanyaitu biaya yang di korbankan perusahaan hanya bermanfaat
selama kurang dari satu periode akuntansi dan di nyatakan sebagai biaya
operasi perusahaan pada periode terjadinya pengeluaran.
Setiap aset tetap akan memberikan manfaat bagi perusahaan sesuai
dengan umur asset tetap tersebut. Hal ini di pengaruhi juga oleh penggunaan
atau pemakaian, ketidak seimbangan kapasitas yang tersedia dan
ketinggalan teknologi. Oleh karena itu setiap aktiva tetap yang sudah di
gunakan perlu di lakukan penyusutan terhadap harga perolehannya, sesuai
dengan PSAK No. 16 penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang
3
dapat di susutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya.
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal
merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa, Balai Yasa merupakan
tempat untuk melakukan semi perawatan akhir (SPA) dua tahunan.
Pemeliharaan akhir (PA) empat tahunan, serta perbaikan dan modifikasi
sarana perkeretaapian. Berbeda dengan depot lokomotif yang perawatannya
dapat di lakukan harian, selama enam bulanan, ataupun selama satu tahunan.
Balai Yasa tidak berada di bawah Daerah Operasi (DAOP), tetapi langsung
berada di bawah kantor pusat PT. Kereta Api Indonesia dan berbentuk Unit
Pelaksana Teknis (UPT). PT. Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki aset
tetap yang berupa, tanah, banguna, kendaraan, mesin-mesin, peralatan kerja,
dan lainnya.
Setelah di lakukan observasi terhadap penerapan akuntansi aset tetap
menurut PSAK No. 16 pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai
Yasa Tegal dalam penerapan pencatatan pengeluaran setelah perolehan aset
tetap belum di golongkan ke dalam pengeluaran modal dan pengeluaran
pendapatan, yang belum sesuai dengan PSAK No. 16. Adanya rangkaian
perbedaan tersebut membuat penulis tertarik untuk menulis topik tentang
akuntansi aset tetap serta kesesuaian menurut PSAK No. 16 dengan UPT.
Balai Yasa Tegal.
Berdasarkan uraian di atas, maka peniliti tertarik untuk membahas
masalah aktiva ini dalam bentuk Tugas Akhir dengan judul “Analisis
Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Berdasarkan PSAK No. 16 Pada PT.
4
Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, perusahaan
harus mampu menetapkan metode penyusutan aktiva tetap berwujud sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana perlakuan akuntansi aset tetap berdasarkan
PSAK No. 16 pada PT.KAI (Persero) UPT.Balai Yasa Tegal ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin di capai adalah untuk mengetahui perlakuan
akuntansi aset tetap berdasarkan PSAK No. 16 di PT. KAI (Persero) UPT.
Balai Yasa Tegal.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, adapun manfaat penelitian yang di
lakukan yaitu :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah dan memperluas
pengetahuan tentang perlakuan akuntansi aset tetap berwujud pada
PT. KAI (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis mengenai perlakuan aset
5
tetap berwujud pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT.
Balai Yasa Tegal
2. Bagi Politeknik Harapan Bersama Kota Tegal
Di harapkan dapat menambah informasi dan referensi
perpustakaan dan memberikan manfaat bagi mahasiswa lain
dalam peenelitian selanjutnya
3. Bagi Perusahaan
Di harapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan
pemikiran dalam menciptakan penerapan perlakuan akuntansi
aset tetap yang lebih baik.
1.5 Batasan Masalah
Agar penelitian ini terfokus dan berjalan dengan lancar sesuai dengan
rencana, tentunya perlu adanya batasan masalah yang akan di teliti.
Adapun masalah yang akan di teliti dalam permasalahan ini antara lain :
1. Perlakuan akuntansi aset tetap berwujud pada PT. KAI (Persero) UPT.
Balai Yasa Tegal
2. Kesesuaian akuntansi aset tetap berdasarkan PSAK No. 16 pada PT.
KAI (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal.
1.6 Kerangka Berpikir
Karakteristik aktiva tetap berwujud adalah bahwa aktiva yang di
miliki perusahaan untuk di gunakan secara terus menerus dan umur
manfaatnya relatif lebih panjang di bandingkan aktiva lancar dan nilainya
6
marterial. Akuntansi aktiva tetap sangat berarti terhadap kelayakan laporan
keuangan, kesalahan dalam menilai aktiva tetap dapat mengakibatkan
kesalahan yang cukup material karena nilai investasi yang di tanamkan
pada aktiva tetap relatif besar. Oleh karena itu perlakuannya harus di catat
berdasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan di terapkan
secara konsisten dari suatu periode ke periode selanjutnya.
7
Kesimpulan :
Perlakuan akuntansi aset tetap pada UPT. Balai Yasa Tegal telah sesuai atau belum sesuai dengan PSAK No. 16
Analisis Data :
Analisis deskriptif kualitatif
Rumusan Masalah :
Bagaimanakah kesesuaian akuntansi aset tetap berdasarkan PSAK No. 16 pada UPT. Balai Yasa Tegal
Pemecahan Masalah :
Melakukan penerapan akuntansi asset tetap sesuai dengan PSAK No. 16
Umpan Balik
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir
1.7 Sistematika Penulisan
Permasalahan : Di ketahui bawa aset yang di miliki UPT. Balai Yasa Tegal, pencatatannya belum sesuai dengan PSAK No. 16, karena pengeluaran setelah perolehan aset tetap belum di golongkan ke dalam pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan.
8
Dalam penulisan tugas akhir ini, dibuat sistematika penulisan agar mudah
untuk dipahami dan memberikan gambaran secara umum kepada pembaca
mengenai proposal tugas akhir ini. Sistematika penulisan proposal tugas
akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Bagian awal Bagian awal berisi halaman judul, halaman persetujuan, halaman
pengesahan, halaman pernyataan keaslian Tugas Akhir (TA), halaman
pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan
akademis, halaman persembahan, halaman motto, kata pengantar,
intisari/abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan lampiran.
Bagian awal ini berguna untuk memberikan kemudahan kepada
pembaca dalam mencari bagian-bagian penting secara cepat.
2. Bagian isi terdiri dari lima bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, kerangka berpikir dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini peneliti menguraikan landasan teori tentang asset tetap
berwujud dan tentang PSAK No.16
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang lokasi penelitian (tempat dan alamat
penelitian), waktu penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan
9
sumber data penelitian, dan metode analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas mengenai perlakuan akuntansi aset tetap
berdasarkan PSAK No. 16 pada UPT Balai Yasa Tegal
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan berisi tentang garis besar dari inti hasil penelitian, serta
saran dari peneliti yang diharapkan dapat berguna bagi UPT. Balai
Yasa Tegal
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka berisi tentang daftar buku, literature yang berkaitan
dengan penelitan. Lampiran berisi data yang mendukung penelitian
tugas akhir secara lengkap.
3. Bagian Akhir LAMPIRAN
Lampiran berisi informasi tambahan yang mendukung kelengkapan
laporan, antara lain Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
dari Tempat Penelitian, kartu konsultasi, spesifikasi teknis serta data-
data lain yang diperlukan.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aset
2.1.1 Pengertian Aset
Aktiva atau biasa di sebut dengan aset adalah harta yang
menjadi sumber ekonomi perusahaan yang di gunakan untuk
kegiatan operasional perusahaan. Menurut Standar Akuntansi
Keuangan, dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan, aktiva memiliki pengertian sebagai sumber
data yang di kuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu serta dari mana manfaat ekonomi di masa mendatang di
harapkan akan di peroleh perusahaan. Aktiva sendiri secara
umum terbagi menjadi aktiva lancer dan aktiva tetap.
2.1.2 Jenis-jenis Aset
Dalam ilmu akuntansi, aktiva atau asset dapat di
kelompokkan ke dalam 3 keompok yaitu aset lancer, aset tetap,
dan aset tak berwujud. Penjelasannya adalah sebagai berikut
1. Aset Lancar (Current Assets)
Pengertian aset lancer atau aktiva lancar adalah asset
yang di harapkan dapat di nilai tukarkan (dengan uang) tidak
lebih dari 1 tahun atau 1 siklus akuntansi. Ciri utama asset
lancer adalah waktu pemanfaatan yang relative singkat, yaitu
11
tidak lebih dari satu tahun buku dan bias di konversikan ke
bentuk uang kas. Contoh asset atau aktiva lancer terdiri dari
beberapa komponen, antara lain : kas, surat berharga, piutang
dagang, piutang wesel, piutang pendapatan, beban di bayar di
muka, perlengkapan, persediaan barang dagang.
2. Asset Tetap (Fixed Assets)
Pengertian aset atau aktiva tetap adalah sumber daya
(kekayaan) yang memiliki hak kuasa dan di harapkan dapat di
nilai tukarkan dengan uang dan di manfaatkan yang memiliki
umur ekonomis lebihdari satu tahun.
Aset atau aktiva jenis ini dapat di gunakan dalam proses
operasi, dan apada umumnya tidak untuk di jual atau di
komersilkan untuk waktu yang lama. Aset atau aktiva jenis
ini dapat juga di katakana sebagai asset atau aktiva tidak
lancer, contoh aset atau aktiva tetap dapat berupa : tanah,
gedung, mesin, peralatan took dan kantor, alat angkut, dan
lain sebagainya.
3. Aset Tak Berwujud (Intagible Fixed Assets)
Pengertian aset atau aktiva sumberdaya (kekayaan) yang
memiliki hak kuasa yang tidak memiliki bentuk fisik atau
dengan kata lain asset atau aktiva jenis ini dapat di sebut
sebagai Hak istimewa yang di miliki oleh suatu perusahaan
atau perorangan. Contoh : asset atau aktiva Tak berwujud
dapat berupa : Good will (nilai lebih), hak paten,hak cipta,
12
merk daganng, hak sewa, franchise, dan lain sebagainya.
2.2 Aset Tetap
2.2.1 Pengertian Asset Tetap
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Aset tetap adalah
aset berwujud yang dimiliki utuk digunakan dalam produksi atau
peyediaan barang atau jasa, untuk tujuan adminstratif; dan
diharapkan untuk digunakan selama dari satu periode.
Sedangkan menurut Carl S. Warren dkk (2015)[1]Aset
tetap (fixed asset) adalah “aset yang bersifat jangka panjang atau
secara relatif memiliki sifat permanen seperti peralatan, mesin,
gedung, dan tanah”. Berdasarkan beberapa pengertian diatas
maka dapat disimpulkan bahwa aset tetap merupakan salah satu
jenis kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dibeli bukan
untuk dijual, yang digunakan untuk memperlancar kegiatan
operasional perusahaan dan dapat digunakan lebih dari satu
periode akuntansi.
2.2.2 Klasifikasi Aset Tetap
Menurut Sofyan S. Harahap (1999)[2] aset tetap dapat
dikelompokan dalam:
1. Sudut Substansi
a. Aset berwujud atau tangible assets seperti tanah, gedung,
mesin, dan lain-lain.
b. Aset tidak berwujud atau intangible assets seperti hak
13
cipta, hak paten, Franchise,dan lain-lain.
2. Sudut Disusutkan atau Tidak
a. Aset tetap yang dapat disusutkan atau depreciated plant
assets seperti gedung, mesin, peralatan dan lain-lain.
b. Aset tetap yang tidak dapat disusutkan atau
undepreciated plant assets seperti tanah
3. Berdasarkan Jenis
Aset tetap berdasarkan jenis seperti tanah, bangunan,
gedung, mesin, kendaraan, inventaris.
2.2.3 Pengelompokkan Aset Tetap
Berdasarkan Niswonger (2005)[3] syarat dalam memenuhi
kriteria dari aset tetap adalah sebagai berikut : Aset ini dapat
digunakan berulangkali. Diharapkan dapat dipakai dalam waktu
lebih dari satu tahun Aset tetap yang dimiliki perusahaan
bermacam-macam seperti tanah, bangunan, perelatan dan
kendaraan, pemakaian aset pun tergantung dari usaha yang
dijalankan perusahaan. Aset tetap berwujud umumnya lebih dari
satu periode akuntansi dan dapat dikelompokkan berdasarka
penggunaannya. Pengelompokan menurut Baridwan adalah
sebagai berikut :
1. Aset Tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk
perusahaan, pertanian dan peternakan.
2. Aset Tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis
14
masa penggunaannya bias diganti dengan aset sejenis,
misalnya bangunan, mesin-mesin, alat-alat, mebel, kendaraan
dan lain-lain.
3. Aset Tetap yang umurnya terbatas dan apabila masa
penggunaannya tidak dapat diganti dengan aset sejenis,
misalanya sumber-sumber alam seperti tambang, hutan dan
lain-lain.
4. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas tidak dilakukan
penyusutan terhadap harga perolehannya, sedangkan aset
tetap yang terbatas umurnya dilakukan penyusutan terhadap
harga perolehannya. Aset yang dapat diganti dengan aset
yang sejenis penyusutannya disebut depresiasi sedangkan
penyusutan sumber daya alam disebut deplesi.
Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa aktiva tetap
berwujud dapat dikelompokkan menjadi empat kelas yaitu tanah,
pengembangan tahan, bangunan dan peralatan.
2.2.4 Pengakuan awal perolehan Aset Tetap
Harga perolehan aktiva tetap harus dinilai secara tepat.
Menurut Warrant (2006)[4]“harga perolehan meliputi semua jumlah
yang dikeluarkan untuk mendapatkan aset tetap dan membuatnya
siap digunakan”. Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
menyatakan : Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas
15
yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan
untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi
atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada
saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu PSAK
lain.
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, Biaya perolehan
meliputi:
1. Harga beli, termasuk biaya hukum dan broker, bea impor dan
pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan, setelah dikurangi
diskon pembelian dan potongan lainnya;
2. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa
aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap
digunakan sesuai dengan maksud menajemen. Biaya-biaya ini
termasuk biaya penyiapan lahan untuk pabrik, biaya penanganan
dan penyerahan awal, biaya instalasi dan perakitan, dan biaya
pengujian fungsionalitas;
3. Estimasi awal biaya pembongkaran aset, biaya pemindahan aset
dan biaya restorasi lokasi. Kewajiban atas biaya tersebut timbul
ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan
aset tersebut diperoleh atau kerena entitas menggunakan aset
tersebut selama periode tertentu bukan untuk menghasilkan
pesediaan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan contoh-contoh biaya
16
yang dapat diatribusikan langsung yaitu:
1. Biaya imbalan kerja (seperti didefinisikan dalam PSAK :
Imbalan Kerja) yang timbul secara langsung dari
pembangunan atau akuisisi asset tetap;
2. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
3. Biaya handling dan penyerahan awal
4. Biaya perakitan dan instalasi
5. Biaya pengujian aset apakan aset berfungsi dengan baik,
setelah dikurangi hasil bersih penjualan produk yang
dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut (misal,
contoh produk dihasilkan dari peralatan yang sedang diuji);
dan professional
Definisi harga perolehan menurut Baridwan (2015)[5] Harga
Perolehan adalah “Jumlah kas dan setara kas yang dibayarkan atau
dinilai wajar dari imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh
suatu aset pada saat perolehan sampai dengan aset tersebut dalam
kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan”. Dari definisi di
atas maka dapat dikatakan bahwa harga perolehan aset tetap adalah
semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap sampai
aset tetap tersebut berada pada perusahaan dan siap digunakan
untuk kegiatan operasional perusahaan. Berikut ini diuraikan
masing-masing harga perolehan untuk jenis aset tetap tertentu
menurut Baridwan (2015)[5] adalah:
17
1. Tanah
Harga perolehan tanah atas berbagai elemen seperti : harga
beli, komisi pembelian, bea balik nama, biaya penelitian tanah,
iuran-iuran (pajak) selama tanah belum terpakai, pembersihan
dan pembagian, biaya peralatan tanah dan lainnya.
2. Bangunan
Biaya yang dihitung sebagai harga perolehan gedung yang
diperoleh dan pembelian gedung adalah harga beli, biaya
perbaikan sebelum gedung dipakai, komisi pembelian. Bea
balik nama, pajak yang menjadi tanggungan pembeli. Apabila
gedung dibuat sendiri maka perolehan gedung terdiri dari
biaya pembuatan gedung, biaya perencanaan, biaya
pengurusan izin bangunan, asuransi selama masa
pembangunan.
3. Mesin dan Peralatan
Yang merupakan harga perolehan mesin dan peralatan
adalah harga beli, pajak yang menjadi beban pembeli, biaya
angkut, asuransi selama diperjalanan, biaya pemasangan,
biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin.
4. Perabot dan Alat-alat kantor
Dalam judul perabot termasuk elemen-elemen seperti
kursi, meja, lemari, sedangkan judul alat-alat kantor
termasuk mesin tik, mesin hitung, dan lainnya, yang
18
termasuk dalam harga perolehannya adalah harga beli, biaya
angkut dan pajak yang menjadi tanggungan pembeli.
5. Alat-alat kerja
Alat-alat kerja yang dimiliki berupa alat-alat untuk mesin
atau alat-alat tangan seperti drei, catut, pukul besi, dan lain-
lain. Karena harga perolehannya relative kecil maka biasanya
alat-alat ini tidak didepresiasi tetapi diperlukan sebagai
berikut :
Pada waktu pembelian dikapitalisasi, kemudian setiap
akhir periode dihitung fisiknya, selisihnya dicatat sebagai
biaya periode itu dan rekening alat-alat dikredit, atau
dikapitalisasi sebagai aset dengan jumlah tertentu dan
dianggap sebagai persediaan normal, kemudian setiap
pembelian baru dibebankan sebagai biaya.
6. Kendaraan
Yang termasuk harga perolehan kendaraan adalah,
harga faktur, bea balik nama dan biaya angkut.
2.2.5 Pengeluaran setelah perolehan Aset Tetap
Menurut (Susanti,2014)[6] pengeluaran-pengeluaran setelah asset
tetap terbagi menjadi dua yaitu : pengeluaran modal dan
pengeluaran pendapatan.
1. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)
Yaitu pengeluaran-pengeluaran untuk asset tetap yang
19
bermanfaatnya di nikmati tidak lebih dari satu periode
akuntansi.
2. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure)
Yaitu pengeluaran-pengeluaran untuk asset tetap yang
manfaatnya dapat di nikmati lebih dari satu periode jenis
pengeluaran yang bersifat demikian di catat sebagai tambahan
bagi harga perolehan yang bersangkutan.
Pada umumnya terdapat jenis pengeluaran terhadap asset tetap
yang ada yaitu :
1. Penambahan (Additional)
2. Perbaikan dan penggantian (Improvements And
Replacement)
3. Penataan ulang (Rearrangement)
4. Reparasi dan pemeliharaan
2.2.6 Penyusutan Aset Tetap
Seiring dengan kegiatan operasional perusahaan maka
aktiva tetap berwujud secara berangsur-angsur kemampuannya
untuk emmberikan manfaat ekonomi yang berkurang. Untuk itu
perlu di ambil suatu kebijakan akuntansi dalam mengalokasikan
biaya perolehan yang sebanding dengan jasa yang di berikanya
selama masa manfaat aktiva tetap tersebut. Pemyusutan adalah
alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat di susutkan sepanjang
masa manfaat yang di estimasi untuk periode akuntansi yang di
20
bebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penyusutan secara terpisah harus di lakukan terhadap setiap
bagian aset tetap memiliki biaya perolehan yang cukup signifikan
terhadap soal biaya perolehan seluruh aset tersebut. Penyusutan
bukanlah teknik penilaian atas aktiva tetap melainkan suatu
pengakuan terhadap penurunan nilai ekonomis dari suatu aktiva.
Beberapa faktor yang relevan dalam menentukan beban
penyusutan antara lain :
1. Harga pokok dari aktiva, yaitu seluruh pengeluaran yang
bersangkutan dengan perolehan dan persiapannya hingga
dapat di gunakan.
2. Nilai sisa atau suatu jumlah rupiah yang di harapkan dari
pemberhentian aktiva tetap pada umur ekonomisnya.
Taksiran umur aktiva, sebagai alat yang di gunakan untuk
mngukur jumlah unit jasa yang di harapkan dari aktiva tetap
tersebut.
2.2.7 Metode Penyusutan Aset Tetap
Dalam standar pernyataan akuntansi keuangan dijelaskan
bahwa: Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk
mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara sistematis suatu
aset selama umur manfaat. Aset tetap berwujud dapat disusutkan
dalam beberapa metode, oleh karena itu dalam pemilihan metode
21
penyusutan yang akan dipakai terhadap suatu aset berwujud harus
dipertimbangkan dengan baik. (Lathifah, 2019)[7]. Dengan
demikian dalam memili suatu metode penyusutan yang
digunakan harus memperhatikan hal- hal sebagai berikut :
1. Harus mencerminkan ekspetasi pola konsumsi manfaat
ekonomis masa depan atas aset oleh entitas.
2. Harus di riview minimum setiap akhir tahun buku,
3. Perubahan metode diperlakukan sebagai perubahan estimasi.
Namun metode penyusutan yang dipilih dan di anggap tepat
untuk jenis aset tertentu, belum dapat dipastikan akan tepat untuk
diterapkan pada jenis aset lain karena perbedaan sifat dan pola
penggunaan aset tersebut. Macam-macam metode penyusutan :
a. Berdasarkan Waktu 1) Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode ini paling banyak digunakan karena
kesederhanaannya. Dengan metode ini harga perolehan
dialokasikan sejalan dengan berjalannya waktu dan
mengakui beban periodik yang sama selama masa manfaat
harta. merurut (Lathifah, 2019)[7] perhitungan depresiasi
dengan metode garis lurus didasari pada anggapan
anggapan berikut ini:
a) Kegunaan ekonomis dari suatu aset akan menurun
secara proporsional setiap periode
22
b) Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap-tiap periode
jumlahnya relatif tetap
c) Kegunaan ekonomis berkurang karena terlewatnya
waktu
d) Penggunaan (kapasitas) aset tiap-tiap periode relative
tetap.
Depresiasi : Harga Perolehan-Nilai Sisa Umur ekonomis
2) Metode Saldo Menurun
Merupakan metode yang membebankan depresiasi
dengan nilai yang lebih tinggi pada awal periode dan
secara gradual akan berkurang pada tahun-tahun
selanjutnya, pada metode ini nilai yang didepresiasikan
tidak dikurangkan dengan nilai residunya (nilai perolehan
aset) (Lathifah,2019)[7].
b. Berdasarkan pengguna 1) Metode Unit Produksi
Metode ini mengasumsikan pembebanan depresiasi
sebagai fungsi dari penggunaan atau produktifitas aset,
bukan dilihat dari waktu pengguaan aset. Taksiran
manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang dapat
dihasilkan.
Tarif penyusutan dihitung sebagai presentase (%)
23
produksi aktual terhadap kapastias produksi. Dengan
demikian tarif dan beban penyusutan akan bervariasi dari
tahun ke tahun, bergantung produksi aktual yang dicapai
pada tahun yang bersangkutan.
2.2.8 Penyajian Aset Tetap di Neraca
Menurut PSAK No. 16 (2011)[8] menyatakan keungan harus
mengungkapkan setiap kelompok asset tetap yaitu :
1. Dasar penilaian yang di gunakan untuk menentukan jumlah
tercatat bruto, jika lebih dari satu dasar yang di gunakan,
maka jumlah tercatat bruto untuk dasar dalam setiap kategori
harus di ungkapkan.
2. Metode penyusutan yang di gunakan.
3. Masa manfaat atau tarif penyusutan yang di gunakan.
4. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal
dan akhir periode.
5. Suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir
periodememperlihatkan penambahan, pelepasan, akuisisi
penggabungan usaha, penurunan nilai tercatat, penyusutan,
perbedaan pertukaran neto yag timbul pada penjabaran
laporan keuangan suatu entuitas asing dan mengklasifikasikan
kembali.
24
2.2.9 Cara Perolehan Aktiva Tetap
Menurut Fatrianisa (2013)[9] Aktiva Tetap dapat di peroleh
dengan berbagai cara, di mana masing-masing akan di
pengaruhipenentuan harga perolehan aktiva tetap berwujud yang
bersangkutan. Haraga perolehan aktiva tetap bisa di sebut cost of
fixe assets, meliputi semua pengeluaran yang di perlukan guna
mendapatkan aktiva tetap berwujud, sampai mendapatkan aktiva
tetap berwujud siap untuk di operasikan dalam perusahaan. Ada
berbagai cara memperoleh, mendapatkan aktiva tetap berwujud
yang mempengaruhi harga perolehan yaitu :
1. Pembelian tunai Aktiva tetap berwujud yang di peroleh dari pembelian tunai di
catat dalam pembukuan sejumlah yang di keluarkan di tambah
biaya- biaya sampai dengan aktiva tersebut dapat di gunakan
seperti biaya angkut, premi asuransi, dan sebagainya. Semua
biaya di atas di klasifikasikan sebagai perolehan aktiva tetap
berwujud.
2. Pembelian Angsuran Pada pembelian kredit (angsuran), walaupun terdapat adanya
beban bunga namun aktiva tersebut akan di catat sebesar
harga tunainya, sedangkan biaya bunganya akan di bebankan
pada pendapatan selama jangka waktu angsuran.
25
Perolehan aktiva tetap berwujud bias berasal dari
pertukaran aktiva. Pertukaran dapat terjadi antara aktiva yang
tidak sejenis dan pertukaran-pertukaran aktiva yang sejenis.
Pertukaran aktiva yang tidak sejenis adalah pertukaran aktiva
yang sifat dan fungsinya tidak sama, misalnya tanah dan
kendaraan. Selisih antara nilai buku aktiva tetap yang di
serahkan dengan niali wajar yang di gunakan sebagai dasar
pencatatan antara yang di peroleh pada tanggal transaksi yang
terjadi baru di akui sebagai “laba” atau “rugi” pertukaran ativa
tetap berwujud. Pencatatan harga perolehan yaitu harga pasar
aktiva yang di serahkan di tambah uang yang di bayarkan,
apabila harga-harga yang tidak di ketahui maka harga
perolehan aktiva baru sama dengan harga pasar aktiva lama.
Ada juga model perolehan aktiva tetap yang berasal dari
sumbangan, dalam SAK di nyatakan bahwa aktiva tetap yang
di peroleh dari sumbangan harus di catat sebesar harga taksiran
atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun
“modal donasi”.
Berdasarkan pernyataan di atas di ketahui bahwa untuk
aktiva tetap yang di peroleh dari sumbangan/donasi akan di
catat sebesar harga pasarnya. Dalam menerima donas mungkin
di keluarkan biaya-biaya yang jauh lebih kecil dari nilai aktiva
yang di terima, sehingga jika di catat sebesar biaya yang di di
26
keluarkan maka hal ini juga menyebabkan jumlah aktia dan
modal terlalu kecil, juga beban depresiasi terlalu kecil.
Perusahaan mungkin membuat sendiri aktiva tetap
berwujud yang di perlukan seperti gedung, alat-alat, dan
perlengkapan kantor. Beberapa alasan perusahaan membuat
sendiri aktiva tetap berwujud adalah dapat menghemat biaya,
menggunakan fasilitas yang menganggur, memperoleh kualitas
produk yang di inginkan.
Semua biaya yang di keluarkan ini di bebankan secara
langsung, termasuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik agar tidak menimbulkan
masalah dalam penentuan cost/harga pokok aktiva. Apabila
harga aktiva tetap di buat lebih rendah dari pada harga beli di
luar, maka selisihnya merupakan penghematan biaya (bukan
laba). Sedangkan apabila harga pokok lebih tinggi dari harga
beli di luar selisihnya di perlakukan sebagai kerugian dan
aktiva tersebut akan di catat sebagai harga pasarnya.
Menurut Maruta factor-faktor yang merupakan bagian dari cost
of fixed assets yang harus di perhatikan adalah :
1. Harga tanah, termasuk harga tanah meliputi harga kontrak
pembelian biaya opsi, notaris, komisi perantara, biaya
pemindahan ha katas tanah, biaya pengerukan tanah dan
biaya lain yang sangat berhubungan dengan perolehan
27
tanah.
2. Harga bangunan/gedung, apabila tanah dan bangunan di
peroleh secara pekat maka harga perolehannya harus di
alokasikan pada tanah dan gedung. Biaya yang di
kapitalisasi sebagai harga bangunan meliputi harga beli,
biaya bangunan sebelum di pakai komisi, pembangunan,
biaya balik nama dan pajak pembelian. Apabila gdung di
bangun sendiri, termasuk harga perolehannya adalah biaya
pembuatan gehdung, biaya perencanaan gambar, biaya
pengurusan izin mendirikan bangunan (IMB), pajak-pajak
selama pembuatan gedung, pembayaran kepada kontraktor,
gaji pegawai dan mandor bangunan, pajak-pajak
pengeluaran lain yang berhubungan dengan bangunan dan
biaya atas bangunan.
3. Harga perlengkapan, termasuk harga perlengapan antara
lain termasuk harga beli, ppembangunan, biaya angkut,
asuransi selama dalam perjalanan, biaya pemasangan, dan
biaya-biaya yang di gunakan selama masa percobaan mesin.
4. Pembelian inventaris kantor, harga perolehannya terdiri dari
harga beli, biaya angkut, dan pajak yang menjadi
tanggungan pembeli.
5. Kendaraan, harga perolehan kendaraan meliputi harga
faktur, biaya balik nama, biaya mutasi, dan biaya angkut.
28
2.2.10 Pencatatan Harga Perlolehan Aset Tetap
Dalam pinsip akuntansi yang lain, nilai aset tetap harus di
catat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan meliputi
semua pengeluaran yang di perlukan untuk mendapatkan aset dan
pengeluaran lain-lain agar asset siap di gunakan, sebagai contoh
harga beli mesin, biaya pengankutan mesin yang di bayar sendiri,
dan biaya pemasangan mesin adalah bagian dari harga perolehan
mesin pabrik yang di beli perusahaan.
Harga perolehan aset tetap di ukur berdasarkan kas yang
di bayarkan dalam transaksi pembelian asset secara tunai, jika
asset tidak di bayar dengan kas, maka harga perolehan asset tetap
di tetapkan berdasarkan nilai wajar dari asset yang di peroleh atau
berdasarkan bukti yang ada. Jika harga perolehan asset tetap telah
di tentukan, maka harga perolehan tersebut di gunakan sebagai
dasar pencatatan sebagai harga perolehan asset tetap selama
penggunaan asset tersebut.
2.2.11 Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap
Berkaitan dengan penghentian dan pelepasan aset tetap.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 (2011)[8]
menyatakan bahwa jumlah tercatat suatu asset tetap di hentikan
pengakuannya pada saat di lepas atau ketika tidak terdapat bagi
manfaat ekonomi masa depan yang di harapkan dari penggunaan
atau pelepasannya.
29
Penghentian atau pelepasan dapat di lakukan dengan cara :
1. Penjualan asset tetap
2. Berakhirnya masa manfaat asset tetap
3. Pertukaran asset tetap
4. Hibah
2.2.12 Pengungkapan Aset Tetap dalam Laporan Keuangan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16
(2011)[8] menyatakan bahwa laporan keuangan mengungkapkan
untuk setiap kelompok asset tetap :
1. Dasar pengukuran yang di gunakan untuk menentukkan
jumlah tercatat bruro
2. Metode penyusutan yang di gunakan
3. Umur manfaat atau tariff penyusutan yang di gunakan
4. Jumlah tercatat bruto dan akuntansi penyusutan pada awal
dan akhir periode
5. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode dan
menunjukkan penambahan, pelepasan, perolehan melalui
kombinasi bisnis, peningkatanatau penurunan akibat dari
revaluasi, rugi penurunan.
2.3 PSAK No. 16
2.3.1 Tujuan dan Ruang Lingkup PSAK No.16 1. Tujuan PSAK No. 16 adalah untuk mengatur perlakuan
akuntansi asset tetap , agar pengguna laporan keuangan dapat
30
memahami informasi mengenai inforasi entitas di aset tetap,
dan perubahan dalam investasi tersebut. Dalam akuntansi asset
tetap adalah pengakuan asset, penentuan jumlah tercatat,
pembebanan penyusutan, dan rugi penurunan nilai atas asset
tetap.
2. Ruang Lingkup a. PSAK No 16 harus di terapkan dalam akuntansi aset tetap
kecuai PSAK lain menetapkan atau mengizinkan perlakuan
akuntansi yang berbeda.
b. PSAK 16 tidak berlaku untuk hak penambangan dan reservasi
tambang, seperti minyak, gas alam, dan sumber daya alam
sejenis yang tidak dapat di perbarui.
c. PSAK lain bisa saja mensyaratkan pengakuan asset tetap
berdasarkan pendekatan yang berbeda dari PSAK 16.
Contohnya adalah PSAK 30 tentang sewa yang mensyaratkan
suatu entitas untuk mengevaluasi pengakuan asset tetap
sewaan atas dasar pemindahan risikodan imbalan. Namun
demikian, dalam aspk perlakuan akuntansi lain tertentu untuk
asset tersebut, termasuk penyusutan PSAK 16 (Revisi 2011)
mengaturnya.
d. PSAK 16 di terapkan untuk property yang di konstruksi atau di
kembangkan untuk di gunakan di masa depan sebagai property
investasi, tetapi belum memenuhi kriteria definisi properti
31
investasi dalam PSAK 13 : property investasi, ketika kontrusi
atau pembangunannya telah selesai, property tersebut menjadi
property investasi dan entitas di haruskan menerapkan PSAK
13. Property investasi yang sedang di kembangkan ulang untuk
di lanjutkan penggunaannya di masa depan sebagai property
investasi juga harus mengacu pada PSAK 13. Entitas yang
menggunakan model biaya untuk property investasi sesuai
PSAK 13 harus menggunakan model biaya dalam PSAK 16.
2.3.2 Definisi PSAK No.16 1. Aset tetap berwujud adalah :
a. Di miliki untuk di gunakan dalam produksi atau penyedia
barang atau jasa untuk di rentalkan kepada pihak lain atau
untuk tujuan administrative.
b. Di harapkan untuk di gunakan selama lebih dari satu periode.
2.3.3 Kebijakan Akuntansi Asset Tetap Menurut PSAK No.16
PSAK 16 Tahun 2007 merupakan langkah baru dalam
acuan pengakuan aset tetap di dalam akuntansi indoneesia.
Sebelumnya pengakuan nilai buku asset tetap di sajikan dari nilai
buku di kurangi dengan akumulasi penyusutan, namun dengan
Revisi PSAK 16 Tahun 2007 ini membuka alternative lain
penilaian asset tetap dengan cara revaluasi, yaitu di hitung dengan
nulai wajar.
32
2.3.4 Konsep Utama PSAK No. 16
Menurut Surat Edaran PT. Kereta Api Indonesia pengertian
asset tetap terkait dengan beberapa istilah umum lainnya, yaitu:
Tabel 2.1
Pengertian-pengertian Terkait dengan Aset Tetap
Penyusutan Alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat
di susutkan sepanjang masa manfaat
yang di estimasi. Penyusutan untuk
periode akuntansi yang di bebankan ke
pendapatan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Masa Manfaat Periode penggunaan yang di harapkan
dari suatu asset tetap dan di telah ulang
secara periodic, serta jika harapan
berbeda secara signifikan dengan
estimasi sebelumnya, maka biaya
penyusutan untuk periode sekarang dan
masa yang akan dating di sesuaikan.
Umur Ekonomis Masa atau umur yang di perhitungkan
bahwa suatu asset tetap akan dapat
memberikan manfaat ekonomi.
33
Biaya Perolehan Jumlah kas yang di bayarkan atau nilai
wajar dari imbalan lain yang di
serahkan untuk memperoleh suatu
asset pada saat perolehan atau
konstruksi atau jika dapat di terapkan,
jumlah yang di distribusikan ke asset
pada saat pertama kali di akui sesuai
dengan persyaratan tertentu dalam
PSAK lain.
Nilai Residu Jumlah yang di perkirakan akan di
peroleh entitas saat ini dari pelepasan
asset, setelah di kurangi taksiran biaya
pelepasan, jika asset tersebut telah
mencapai umur dan kondisi yang di
harapkan pada akhir umur manfaatnya.
Sumber : Surat Edaran PT. Kereta Api Indonesia
34
2.3.5 Perlakuan Akuntansi Aset Tetap sesuai PSAK No. 16
Tabel 2.2
Perlakuan Akuntansi Aset Tetap berdasarkan PSAK No. 16
Perihal Deskripsi
Harga perolehan asset tetap
Harga perolehan suatu asset meliputi
belinya dan termasuk biaya impor dan
pajak pembelian yang tidak boleh di
kreditkan setelah di kurangi dengan diskon
pembelian dan potongan lain.
Pengeluaran Setelah
Perolehan Awal Aset Tetap
Pengeluaran setetah perolehan awal suatu
aktiva tetap yang memperpanjang masa
manfaat atau yang kemungkinan besar
memberi manfaat keekonimian di masa
yang akan datang dalam bentuk
peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau
peningkatan standar kinerja, harus di
tambahkan pada jumlah tercatat aktiva yang
bersangkutan.
Pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat di
golongkan menjadi:
1. Pengeluaran pendapatan 2. Pengeluaran modal
35
Penyusutan dan Metode
penyusutan
Alokasi jumlah suatu aset yang dapat d
susutkan sepanjang masa manfaat yang di
estimasi. Metode penyusutan :
1. Metode garis lurus (Straight Line
Method)
2. Metode Saldo Menurun (diminishing
Balance Method)
3. Metode Jumlah Unit (Sum of the Unit
Method)
Penghentian dan
Pelepasan Aset Tetap
Jumlah tercatat suatu aset tetap di
hentikan pengakuannya pada saat di lepas
atau ketika tidak terdapat lagi manfaat
ekonomi masa depan yang di harapkan dari
penggunaan atau pelepasannya. (PSAK No.
16) Penghentian dan pelepasan dapat di
lakukan dengan cara :
1. Penjualan aset tetap 2. Di sewakan
3. Pertukaran aset tetap
36
S
s
Sumber : Jurnal Evaluasi Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap
Berdasarkan PSAK No. 16 pada PT. AKAM
Penyajian asset tetap
pada laporan keuangan
Aset tetap di sajikan dalam neraca sebesar
nilai perolehan asset tersebut di kurangi
dengan akumulasi penyusutan
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di lakukan di PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) UPT. Balai Yaaa Tegal yang beralamat di Jalan Semeru Kota
Tegal.
3.2 Waktu Penelitian
Waktu yang di tempuh oleh penulis untuk melakuakn penelitian ini
sekaligus melakukan pengumpulan data yaitu selama 2 (dua) bulan,
terhitung dari tanggal 2 Februari 2020 sampai dengan tanggal 3 April
2020. Dan kemudian melakukan penyusunan Tugas Akhir di muali setelah
pengumpulan data selesai sampai bulan juli 2020.
3.3 Jenis Data
Jenis data yang di gunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Data Kualitatif
Pengertian data kualitatif menurut Sugiyono (2015)[10] adalah data yag
berbentuk kata, skema, dan gambar. Data kualitatif penelitian ini
berupa namadan alamat objek penelitian.
38
2. Data Kuantitatif
Pengertian data kuantitatif menurut Sugiyono (2015) [10] adalah data
yang berbentuk angka atau data kualitatif yang di angkakan. Data
kuantitatif penelitian ini berupa kuesioner ke karyawan pengguna
sistem informasi.
3.4 Sumber Data
Sumber data penelitian di bedakan menjadi 2, yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder (Sugiyono 2015) [10]. Sumber data yang
di gunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
a. Data primer Pengertian data primer menrut Sugiyono (2015) [10] adalah sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Contohnya :
wawancara dengan bagian unit anggaran da akuntansi.
b. Data sekunder Pengertian data sekunder menurut Sugiyono (2015) [10] adalah sumber
data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Contohnya : Data
Penyusutan Aset Tetap pada UPT. Balai Yasa Tegal, Daftar kelompok
Aset Tetap pada UPT. Balai Yasa Tegal
3.5 Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang di perlukan dalam penelitian ini,
maka metode pengumpulan data yang di gunakan adalah :
a. Observasi Menurut Arikunto (2006)[11] Observasi adalah pengamatan secara
39
langsung terhadap suatu objek yang terdapat di lingkungan, baik yang
sedang berlangsung saat itu masih berjalan yang meliputi berbagai
aktifitas perhatian terhadap suatu kajian objek dengan menggunakan
pengindraan.
b. Wawancara Menurut Nazir (2013)[12], pengertian wawancara adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya
jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara
dengan si penjawab atau responden.
c. Studi Pustaka Menurut Sugiyono (2015) [10], pengertian Studi Pustaka adalah kajian
teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya, dari
norma yang berkembang pada social yang di teliti. Studi kepustakaan
sangat penting di gunakan untuk memperoleh penelitian ini studi
keustakaan di gunakan untuk memperokeh dasar teoritis guna menjadi
cuan dalam penelitian ini.
3.6 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data yang di
gunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu menganalisa data yang di
gambarkan dengan kata-kata atau kalimat dan tidak bias di ukur dengan
angka. Dalam menganalisa data yang di peroleh, penulis melakukan
perbandingan antara praktek dengan teori yang ada untuk mengambil
40
keismpulan. (Lathifah, 2019)[7]
Untuk mencapai tujuan penelitian maka data yang terkumpul akan
di analisis kualitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Memeriksa dan meneliti data-data yang terkumpul untuk menjamin
apakah data tersebut dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya.
2. Mengkategorikan data-data yang sesuai dengan kriteria serta hal-hal
yang di perlukan dalam suatu pendapat. Penyajian data penelitian ini
di gunakan metode deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan
kenyataan-kenyataan yang terjadi bersifat umum dan kemungkinan
masalah yang di hadapi beserta solusinya.
3. Metode analisis data dari suatu data yang di peroleh kemudian di kaji
berdasarkan analisis data yang di gunakan adalah secara kualitatif
yaitu Membandingkan perlakuan akuntansi aset tetap berwujud
menurut PSAK No. 16 pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT.
Balai Yasa Tegal.
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
4.1.1 Kasifikasi Aset Tetap Pada UPT. Balai Yasa Tegal
Beberapa istilah yang di gunakan pada PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal adalah sebagai berikut :
1. Aset Tetap
Aser berwujud yang di peroleh dalam bentuk siap
pakai,baik melalui pembelian atau di bangun lebih dahulu,
yang di gunakan dalam kegiatan usaha perusahaan serta tidak
di maksudkan untuk di jual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun.
Adapun Aset Tetap yang di miliki PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal sebagai berikut :
42
Tabel 4.1
Daftar aset tetap pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
UPT. Balai Yasa Tegal
No. Aset Tetap
1. Sarana Gerak
a. Lokomotif Diesel
b. Kereta Rel Listrik (KRL)
c. Kereta Rel Diesel (KRD)
d. Kereta
e. Gerbong
2. Prasarana
a. Instalasi Telekomunikasi
b. Instalasi Listrik
c. Instalasi Air dan Minyak
d. Gedung Dinas
e. Tanah
3. Fasilitas
a. Kendaraan Bermotor
b. Barang Inventaris
- Meubelair
- Peralatan Kantor
- Fasilitas Keuangan
43
- Jaringan Komputer
- Peralatan Laboratorium
c. Mesin dan Peralatan
- Peralatan Jembatan
- Peralatan/mesin di Dipo
- Peralatan/mesin di Balai Yasa
- Peralatan Kerja Telkom
- Peralatan kerja sinyal
d. Instalasi Bergerak
- Mesin mekanik
- Mesin Derek
- Lori
Sumber : Surat Edaran PT. Kereta Api Indonesia
4.1.2 Kebijakan Akuntansi Aset Tetap yang di terapkan PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal
1. Perolehan Aset Tetap
Memperhatikan bahwa perolehan aset tetap yang berdiri
atas beberapa cara perolehan yang berbeda-beda, maka dasar
biaya penyusutan di tetapkan sebagai berikut :
44
1) Aset Tetap yang siap di pakai
Berdasarkan nilai pada Laporan Penerimaan Aset Tetap
atau Bukti Pembelian Langsung dan Pemborongan
(A.13.A), atau dokumen penerimaan aset tetap lainnya
dan Analisa Pembelian Langsung dan Pemborongan
(B.18A)
2) Aset tetap yang di peroleh melalui jasa pemborongan
/pembangunan oleh pihak ketiga.
Berdasarkan nilai menurut Bukti Pembelian Langsung
dan Pemborongan (A.13.A) atau Analisa Pembelian
Langsung, dan pemborongan (B.18A) dan Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan 100%, ataupun dokumen
penerimaan lainnya.
3) Aset tetap yang di peroleh melalui pembuatan sendiri
Balai Yasa
Berdasarkan nilai pada Rekapitulasi Kartu Perongkosan
Pekerjaan (F.14).
4) Aset tetap yang di peroleh dari proyek
Berdasarkan Berita Acara Serah Terima Aset Tetap yang
di dukung dengan Tanda Penyerahan Barang (TPB) dan
mencantumkan secara terinci jenis dan nilainya masing-
masing asset tetap secara individual
45
2. Pengeluaran Setelah perolehan Aset Tetap
Aset yang di miliki dan di gunakan dalam usaha perusahaan
akan memerlukan waktu pengeluaran-pengeluaran yang
tujuannya adalah agar dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.
Pengeluaran-pengeluaran yang di gunakan selama penggunaan
asset tetap Sarana Gerak, Aset Tetap Prasarana, Aset Tetap
Fasilitas, pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai
Yasa Tegal yaitu sebagai berikut:
1. Aset Tetap Sarana Gerak
a. Pembaruan LOK/KRD/KRL 1) Repowering, yaitu menstandarkan atau melakukan
penggantian komponen utama sehingga dapat
memulihkan kapasitas (daya) mesin seperti
kondisi semula (baru)
2) Rehabilitasi, yaitu penggantian bagian/komponen
yang rusak sehingga Sarana Gerak Lok/KRD/KRL
yang bersangkutan dapat beroperasi seperti
kondisi normal
3) Midlife Overhead (MO), yaitu perbaikan
menyeluruh suatu Sarana Gerak Lokomotif pada
pertengahan umur teknis.
4) Modifikasi,yaitu penggantian komponen utama
atau perubahan tipe lok/KRD/KRL tertentu untuk
46
dapat meningkatkan keandalan/kapasitas dari
kelas.
b. Pembaruan Kereta
1) Retrofit, yaitu penggantian seluruh bagian kereta
yang sudah rusak, antara lain rangka dasar,
dinding luar dan interior atau bogie.
2) Rehabilitasi, yaitu penggantian hal-hal yang tidak
laik jalan menjadi laik jalan.
3) Modifikasi, yaitu eningkatan mutu pelayanan dan
atau utilitas dengan mengubah atau meningkatkan
kenyamanan atau kelas kereta.
c. Pembaruan Gerbong
1) Rehabitasi, yaitu membangun kembali atau
melakukan penggantian bagian utama gerbong
yang semula tidak laik jalan menjadi laik jalan.
2) Modifikasi, yaitu penggantian komponen utama
atau perubahan tipe gerbong sehingga dapat
meningkatan kapasitas pelayan dan atau utilitas
2. Aset Tetap Prasarana
Pengelaran asset tetap prasarana perusahaan
yang di kapitalisasikan adalah untuk pekerjaan
perubahan atau perluasan prasarana dengan nilai per
unit sebesar Rp. 400.000.000,- atau lebih meliputi
47
antara lain pekerjaan seperti berikut :
a. Perluasan gedung/bangunan/rumah dinas
Yaitu pekerjaan pembangunan fisik atas suatu
gedung/bangunan/rumah dinas yang sudah ada
dengan menambah luas bangunan tersebut tanpa
atu mengubah fungsinya (misalnya dari rumah
dinas menjadi mess/wisma).
b. Renovasi gedug/bangunan/rumah dinas
Yaitu pekerjaan perawatan fisik atas suatu
gedung/bangunan/rumah dinas yang sudah ada
dan pada prinsipnya tidak mengubah luas
bangunan namun fungsinya berubah.
c. Rehabilitasi gedung/bangunan/rumah dinas
Yaitu pekerjaan fisik atas suatu bangunan
gedung/bangunan/rumah dinas yang sudah ada,
yang pada prinsipnya tidak menambah luas
bangunan dan tanpa mengubah fungsinya.
3. Aset Tetap Fasilitas
a. Instalasi Bergerak
Pembaruan/rehabilitasi untuk dapat
menambah umur ekonomis suatu fasilitas instalasi
bergerak yang telah habis atau yang di perkirakan
akan menambah taksiran umur ekonomis semula
48
suatu fasilitas yang masih beroperasi.
b. Mesin dan peralatan
Pembaruan/rehabilitasi untuk dapat
menambah umur ekonomis suatu fasilitas mesin
dan peralatan yang telah habis atau yang di
perkirakan akan berdampak menambah taksiran
umur ekonomis semula suatu fasilitas mesin yang
masih beroperasi.
3. Penyusutan Aset Tetap
Berdasarkan Penetapan Standar Akuntansi Keuangan,
penyusutan yang di anut oleh PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) UPT. Balai Yasa Tegal, di tetapkan berdasarkan
Metode “Garis Lurus” (Straight Line Methode), yaitu besarnya
nilai penyusutan per tahun (masa) untuk setiap jenis atau
golongan aset tetap yang di susut, di hitung berdasarkan taksiran
umur ekonomisnya dengan presentase tetap tertentu terhadap
Nilai Perolehan aset tetap yang bersangkutan. Pada PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal nilai buku aset
tetap yang sudah habis di susut, di tetapkan sebesar minimal Rp.
100,- (seratus rupiah) untuk setia individual, sebagai Nilai
Residu (NR), sedangkan untuk yang tidak di operasikan di
bukukan sebesar Nilai Buku terakhir pada saat di hentikan dari
operasi.
49
Berikut cara perhitungan biaya penyusutan yang di terapkan
pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa
Tegal:
Formula penyusutan/tahun : HP x tarif per tahun
Tarif/ tahun : (1/UE) x 100%
Tabel 4.2
Daftar Umur Ekonomis dan Tarif Penyusutan Aset Tetap PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal
No. Aset Tetap Umur
(Tahun)
Tarif
(%)
1. Sarana Gerak
a. Lokomotif Diesel
b. Kereta Rel Listrik (KRL)
c. Kereta Rel Diesel (KRD)
d. Kereta
e. Gerbong
30
30
30
30
30
3,33
3,33
3,33
3,33
3,33
2. Prasarana
a. Instalasi Telekomunikasi
b. Instalasi Listrik
c. Instalasi Air dan Minyak
d. Gedung Dinas
20
20
20
40
5
5
5
2,5
50
e. Rumah Dinas
f. Tanah (sesuai jangka waktu
sertifikat tanah)
40 2,5
3. Fasilitas
a. Kendaraan Bermotor
b. Barang Inventaris, antara
lain:
- Meubelair
- Peralatan Knator
- Fasilitas Ruangan
- Jaringan Komputer
- Peralatan Laboratorium
5
5
5
5
5
5
20
20
20
20
20
20
c. Mesin dan Peralatan,
antara lain :
- Peralatan Jembatan
- Peralatan/mesin di Dipo
- Peralatan/mesin di Balai
Yasa
- Peralatan Kerja Telkom
- Peralatan Kerja Sinyal
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
51
d. Instalasi Bergerak, antara
lain :
- Mesin mekanik
- Mesin derek
- Lori
10
10
10
10
10
10
Sumber : Surat Edaran PT. Kereta Api Indonesia
Dengan menggunakan metode Garis Lurus, maka tata cara
perhitungan penyusutan Aset Tetap PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) UPT. Balai Yasa Tegal. Penyusutan Aset Tetap di hitung
berdasarkan nilai perolehan awal aset tetap dengan presentase tetap
dasar sesuai dengan umur ekonomis aset tetap yang bersangkutan,
atau sebesar tarif dasar penyusutan aset tetap sebagaimana di
tetapkan menurut Penetapan Standar Akutansi Keuangan.
Contoh : Nilai perolehan mobil pada tanggal 15 April 2010 sebesar Rp.
300.000.000,-, maka penyusutannya di hitung sebagai berikut :
Umur ekonomis : 5 Tahun
Tarif Penyusutan : (1/UE) x 100%
: (1:5) x 100% = 20%
Penyusutan dan akumulasi penyusutan tahun 2010 baru di gunakan
selama 9 bulan (April-desember 2010)
= 9/12 x 20% x Rp. 300.000.000,- = Rp. 45.000.000,-
52
Penyusutan tahun 2011 dst. = 20% x Rp. 300.000.000,-
= Rp. 60.000.000,- dst.
(sampai dengan tahun 2014) Penyusutan Tahun 2015 = (umur ekonomis 3 bulan) x tarif
penyusutan x NP) – NR
= (3/12x20% x Rp. 300.000.000,-)100
= Rp. 14.999.910
4. Pelepasan Aset Tetap
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT.Balai Yasa Tegal
melakukan pelepasan aset tetapnya dengan cara merubah status
aset menjadi ATDO (Aktiva Tetap Diberhentikan dari Operasi).
ATDO merupakan aktiva milik perusahaan yang di berhentikan
dari operasi karna rusak/cacat. pada Tahun 2019 aktiva yang di
berhentikan berupa, mesin dan peralatan untuk di lakukan
penghapusbukuan dan pemindahtanganan dengan cara penjualan
(pelelangan). Biasanya ATDO di jual kepada Perusahaan lain,
dan selanjutnya akan melakukan proses lelang, setelah proses
pelelangan di sepakati, maka PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
UPT. Balai Yasa Tegal melakukan penandatanganan MoU
(Memorandum of Understanding) dengan perusahaan yang
memenangkan lelang tersebut.
53
5. Penyajian Aset Tetap pada Laporan Keuangan
Di dalam penyajian aset tetap pada laporan posisi
keuangan, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa
Tegal menyajikan secara terpisah seperti : gedung dinas, instalasi
listrik umum, instalasi air, kendaraan bermotor, mesin dan
peralatan kerja, instalasi bergerak, dan inventaris kantor. Hal ini
di lakukan karena laporan posisi keuangan merupakan sumber
aset, liabilitas, dan ekuitas perusahaan pada suatu periode
akuntansi.
Penyajian Aset Tetap pada laporan keuangan pada PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal
NERACA
PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) UPT. BALAI YASA TEGAL
31 DESEMBER 2019
Aset Tetap :
Gedung Dinas Rp. 1.500.789.354
Akumulasi Penyusutan (Rp. 3.126.644)
Rp. 1.497.622.710
Instalasi Listrik Umum Rp. 4.848.701.934
Akumulasi Penyusutan (Rp. 20.202.096)
Rp. 4.828.499.838
54
Instalasi Air Rp. 950.493.264
Akumulasi Penyusutan (Rp. 47.524.658)
Rp. 902.968.606
Kendaraan Bermotor Rp. 2.320.988
Akumulasi Penyusutan (Rp. 2.320.888)
Rp. 100
Mesin dan Peralatan Kerja Rp. 260.105.364
Akumulasi Penyusutan (Rp. 260.105.364)
Rp. 100 Instalasi Bergerak Rp. 453.608.356
Akumulasi Penyusutan (Rp. 49.140.906)
Rp. 404.467.450
55
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perbandingan Penetapan Perolehan aset tetap pada PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal dengan PSAK
No. 16
Berdasarkan hasil analisis terkait penerapan akuntansi asset
tetap pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa
Tegal menurut PSAK No. 16 sebagai berikut :
Tabel 4.3
Perbandingan harga perolehan asset tetap
PSAK No. 16 UPT. Balai Yasa Tegal Sesuai/belum
sesuai
1. Harga perolehan
suatu asset meliputi
belinya dan
termasuk biaya
impor dan pajak
pembelian yang
tidak boleh di
kreditkan setelah di
kurangi dengan
diskon pembelian
dan potongan lain.
PT. Balai Yasa Tegal
mencatat berdasarkan
nilai menurut Bukti
Pembelian Langsung
dan Pemborongan
(A.13.A) atau
Analisa Pembelian
Langsung, dan
pemborongan
(B.18A).
Sesuai
56
4.2.2 Perbandingan Pengeluaran Setelah Perolehan Aset Tetap pada
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal
berdasarkan PSAK No. 16
Berdasarkan hasil analisis pengeluaran selama penggunaan asset
tetaop pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa
Tegal berdasarkan PSAK No. 16 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4
Perbandingan Pengeluaran setelah perolehan asset tetap
PSAK No. 16 UPT. Balai Yasa
Tegal
Sesuai/belum
sesuai
Biaya-biaya yang di
keluarkan dapat di akui
pada dua pengeluaran yaitu
pengeluaran modal dan
pengeluaran beban, yakni :
1. Penambahan(Additional)
2. Perbaikan dan
penggantian(Improveme
nts And Replacement)
3. Penataan ulang
(Rearrangement)
4. Reparasi dan
pemeliharaan
perusahaan dalam
memperlakukan
biaya-biaya
penggunaan aktiva
tetap, misalnya
reparasi,rehabilitasi,
modifikasi, dan
lain-lain. Akan
tetapi belum di
golongkan kedalam
pengeluaran modal
dan pengeluaran
pendapatan.
Belum Sesuai
57
4.2.3 Perbandingan Penyusutan Aset Tetap pada PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal berdasarkan PSAK
No. 16
Berdasarkan hasil analisis terkait pengyusutan aset tetap
pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal
dengan PSAK No. 16 sebagai berikut:
Tabel 4.5 Perbandingan Penyusutan asset tetap
PSAK No. 16 PT. Balai Yasa Tegal Sesuai/Belum Sesuai
metode penyusutan
meliputi, metode
garis lurus, metode
saldo menurun
berganda, dan
metode unit
produksi
PT. Balai Yasa tegal
dalam menyusutkan
asset tetapnya
menggunakan
metode garis lurus
Sesuai
4.2.4 Perbandingan pelepasan asset tetap pada PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal dengan PSAK No.
16
Berdasarkan hasil analisis terkait pelepasan asset tetap pada
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal dengan
PSAK No. 16 sebagai berikut :
58
Tabel 4.6 Perbandingan Pelepasan Asset Tetap
PSAK No. 16 UPT. Balai Yasa
Tegal
Sesuai/belum
sesuai
Pelepasan asset tetap dapat
di lakukan berbagai cara,
misalnya (di jual, di sewakan
berdasarkan sewa
pembiayaan, di sumbangkan)
UPT. Balai Yasa
Tegal pelepasan
aset di lakukan
dengan cara di
jual (lelang)
Sesuai
4.2.5 Perbandingan penyajian aset tetap pada laporan keuangan
pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa
Tegal dengan PSAK No. 16
Berdasarkan hasil analisis terkait penyajian asset tetap PT.
Kereta Api (Indonesia) UPT. Balai Yasa Tegal dengan PSAK No.
16 sebagai berikut :
59
Tabel 4.7
Perbandingan Penyajian asset tetap pada laporan keuangan
PSAK No. 16 UPT. Balai Yasa
Tegal
Sesuai/belum
sesuai
Aset tetap di sajikan
dalam neraca sebesar
niali perolehan asset
tersebut di kurangi
dengan akumulasi
penyusutan
Nilai aset yang di
sajikan pada neraca
adalah nilai perolehan
di kurangi dengan
akumulasi
penyusutannya.
Sesuai
Uraian tabel-tabel di atas dapat di simpulkan bahwa :
1. Penerapan akuntansi aset tetap
Berdasarkan analisis yang penulis lakukan pada PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Ysa Tegal,
mengenai penerapan aset tetap yang di terapkan oleh
perusahaan dapat di simpulkan bahwa penerapan asset tetap
yang di terapkan perusahaan tersebut berpedoman pada
Standar Akuntansi yang berlaku, dalam hal ini PSAK No. 16.
2. Kesesuaian perlakuan akuntansi Aset Tetap pada PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal dengan
PSAK No. 16
60
Kesesuaian akuntansi asset tetap menurut PSAK No. 16 pada
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal
berpedoman pada PSAK No. 16.Mulai dari perolehan asset
tetap, pengeluaran selama penggunaan asset tetap,
penyusutan asset tetap, pelepasan asset tetap, penyajian asset
tetap pada laporan keuangan, semuanya sudah sesuai dengan
PSAK No. 16. Akan tetapi pengeluaran stelah perolehan aset
tetap belum sesuai dengan PSAK No. 16, karena pengeluaran
belum di golongkan kedalam pngeluaran modal dan
pengeluaran pendapatan.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai penetapa akuntansi asset
tetap pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal
berdasarkan PSAK No. 16, maka penulis menarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Perlakuan akuntansi di UPT. Balai Yasa Tegal mengenai aset tetap
tidak menyimpang dari PSAK No. 16
2. Penerapan akuntansi aset tetap di PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
UPT. Balai Yasa Tegal berpedoman pada Standar Akuntansi yang
berlaku, dalam hal ini PSAK No. 16, adapun metode penyusutan yang
di gunakan UPT. Balai Yasa Tegal adalah metode garis lurus.
3. Kesesuaian akuntansi asset tetap menurut PSAK No. 16 pada PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) UPT. Balai Yasa Tegal berpedoman
pada PSAK No. 16. Mulai dari perolehan aset tetap, pengeluaran
selama penggunaan aset tetap, penyusutan aset tetap, pelepasan asset
tetap, penyajian asset tetap pada laporan keuangan, semuanya sudah
sesuai dengan PSAK No. 16. Akan tetapi pengeluaran stelah perolehan
aset tetap belum sesuai dengan PSAK No. 16, karena pengeluaran
belum di golongkan kedalam pngeluaran modal dan pengeluaran
pendapatan.
62
5.2 Saran
Adapun saran pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Perlakuan akuntansi aset tetap berdasarkan PSAK No. 16 yang di
lakukan pada UPT. Balai Yasa sudah cukup baik. Pencatatannya juga
sudah secara terpisah/terperinci, dan sebaiknya di pertahankan.
2. Sebaiknya dalam perlakuan akuntansi aset tetap berwujud tetaplah
berpedoman pada PSAK No. 16 tentang aset tetap dan terus mengikuti
perkembangannya, agar laporan keuangan yang dihasilkan tetap andal
sesuai dengan pedoman akuntansi yang berlaku.
3. Sebaiknya dilakukan penilaian terhadap aset tetap yang bernilai Rp.
100,- karena asset tersebut masih dengan kondisi baik.
4. Pencatatan akuntansi aset tetap di UPT. Balai Yasa Tegal sudah
menggunakan sistem semua yaitu sistem SAP (System Application and
Product), jadi perlu di jelaskan secara detail lagi mengenai jumlah yang
ada pada lampiran rekapitulasi aset tetap.
5. Sebaiknya pengeluaran setelah perolehan asset tetap di golongkan ke
dalam pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan sesuai dengan
PSAK No. 16.
63
DAFTAR PUSTAKA
[1] Carl S. Warren dkk. (2015). Pengantar Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat
[2] Harahap, Sofyan Syafri, 2004, Akuntansi Aktiva Tetap: Akuntansi Pajak, Reyalusi, Leasing. Jakarta; Bumi Aksara.
[3] Niswonger C.R. (2005). Prinsip-Prinsip Akuntansi, Jakarta: Erlangga.
[4] Carl S. Warrant, James M. Reeve, Philip E. Fess. (2006). Pengantar. Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
[5] Baridwan, Zaki., (2015). Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE
[6] Susanti, (2014), Perlakuan Aktiva Terhadap PSAK No. 16 Pada Stikes Hang Tuah
[7] Lathifah, (2019), Analisis Penerapan Akuntansi Asset Tetap Menurut Psak No. 16 Pada CV. Wahidnet Tegal
[8] Ikatan Akuntan Indonesia, (2009). Standar Akuntansi Keuangan, PSAK No. 16. Jakarta: Salemba Empat.
[9] Fatrianisa, Siti Maryana, Rina, dkk, (2007), Analisis Perlakuan Akuntansi Asset Tetap Berwujud pada Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang.
[10] Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabet
[11] Arikunto, Suharsimi. (2006) , Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
[12] Nazir, Moh. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.