10118-Full_Text.pdf - Universitas Muhammadiyah Makassar

88
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP HASIL BELAJAR MENULIS DESKRIPSI SISWA KELAS IV SD INPRES TEBBAKANG KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar KHADIJAH 1054 0959 015 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 2019

Transcript of 10118-Full_Text.pdf - Universitas Muhammadiyah Makassar

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP

HASIL BELAJAR MENULIS DESKRIPSI SISWA KELAS IV SD INPRES

TEBBAKANG KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

KHADIJAH

1054 0959 015

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2019

MOTO

Kita tidak akan pernah tahu sejauh mana

keberanian kita jikalau kita tidak pernah

mencoba untuk salah.

Kesuksesan yang sejati akan datang pada

orang- orang yang berani mengatakan „”tidak”

pada kata “menyerah”.

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan,

maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah

dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada

tuhanmulah kamu berharap”

(QS Al Insyirah: 6-7)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda baktiku

Kepada Ayah dan Ibu yang senantiasa memberikan segala rasa cinta, kasih sayang dan doa restu, dukungan dan semangat serta pengorbanan

yang tulus dan ikhlas.

Buat saudara”ku dan semua keluarga aku yang selalu memberikan dukungan dan semangat guna tercapainya keberhasilan Penulis.

End Thanks For All Of My Friend, kalian adalah warna keindahan dalam keseharianku dan yakinlah kita akan selalu menjadi idola

bagi diri kita sendiri.

ABSTRAK

Khadijah 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Example Non Example Terhadap

Hasil Belajar Menulis Deskripsi Siswa Kelas IV SD Inpres Tebbakang Kecamatan

Bajeng Kabupaten Gowa. Skripsi. Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pembimbing I Sitti Aida Azis, M dan pembimbing II H Tjoddin, SB

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen bentuk Pre Test Post

Test Design yaitu sebuah eksperimen yang dalam pelaksanaannya hanya

melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen tanpa adanya kelas pembanding

(kelas kontrol) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

Example Non Example Terhadap Hasil Belajar Menulis Deskripsi siswa Kelas IV

SD Inpres Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa tahun ajaran 2018.

Satuan eksperimen dalam penelitian ini adalah murid Kelas IV sebanyak 15

orang. Penelitian dilaksanakan selama 3 kali pertemuan.

Keberhasilan proses pembelajaran ditinjau dari aspek, yaitu: ketercapaian

ketuntasan hasil belajar Menulis Deskripsi murid secara klasikal, aktivitas murid

dalam pembelajaran Menulis Deskripsi. Pembelajaran dikatakan berhasil jika

aspek di atas terpenuhi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data

skor perolehan hasil belajar murid yang dikumpulkan dengan menggunakan tes,

data tentang aktivitas murid dalam pembelajaran Menulis Deskripsi dikumpulkan

dengan menggunakan lembar observasi aktivitas belajar murid.

Hasil analisis statistik deskriptif penggunaan Model pembelajaran

Example Non Example murid positif, hasil belajar siswa dengan menggunakan

model pembelajaran Example Non Example menunjukkkan hasil belajar yang

lebih baik dari pada sebelum diterapkan metode strategi pembelajaran Example

Non Example Hasil analisis statistic inferensial menggunakan rumus uji t,

diketahui bahwa nilai t Hitung yang diperoleh adalah 13,69 dengan frekuensi db =

15–1 = 14, pada taraf signifikansi 50% diperoleh t Tabel = 2,14. Jadi, t Hitung > t tabel

atau hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternative (H1) diterima. Hal ini

membuktikan bahwa ada pengaruh dalam menerapkan model pembelajaran

Example Non Example terhadap hasil belajar menulis deskripsi kelas IV SD

Inpres Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

Kata kunci: Pra-eksperimen, Model Pembelajaran Example Non Example

Menulis Deskripsi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subahanahu

Wataala yang Maha mendengar lagi Maha melihat atas segala limpahan rahmat,

taufik, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar

Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu membantu

perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini. Tiada daya dan

kekuatan kecuali dengan bimbingan dari-Nya sehingga skripsi dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Example Non Example Terhadap Hasil

Belajar Menulis Deskripsi Siswa Kelas IV SD Inpres Tebbakang Kecamatan

Bajeng Kabupaten Gowa” dapat diselesaikan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik guna

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah

Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Makassar. Beragam kendala dan hambatan yang dilalui oleh penulis dalam

penyusunan skripsi ini, namun berkat usaha yang optimal dan dukungan berbagai

pihak hingga akhirnya penulis dapat melewati rintangan tersebut.

Penghargaan yang tertinggi dan ucapan terima kasih yang tulus ikhlas

Penulis ucapankan kepada kedua orang tua, ayahanda Mahang dan ibunda

Saummi yang telah berdoa, berjuang, rela berkorban tanpa pamrih dalam

mengasuh, membesarkan, mendidik, membiayai dan memberikan semangat serta

selalu mendoakan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

Penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada Dr. Sitti Aida Azis,

M.Hum pembimbing I dan Drs. H. Tjoddin, SB., M.Pd pembimbing II. Penulis

tidak dapat melupakan jasa dan kebaikan bapak/ibu yang telah memberikan

dorongan, bimbingan, masukan, komentar, nasehat, dan saran sampai

terwujudnya skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan jasa-jasa

Bapak/Ibu.

Penulis juga menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada; Prof Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., MM. Rektor

Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, yang telah memfasilitasi penulis dalam

menjalani pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar, Aliem Bahri,

S.Pd., M.Pd ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Muhammadiyah Makassar, Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PGSD yang

telah memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan

studi dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga pnulis ucapkan kepada

kepala sekolah SD Inpres Tebbakang Ratnawati, S.Pd beserta guru-guru , yang

telah mengizinkan dan membantu penulis untuk melakukan penelitian dalam

rangka penyelesaian penulisan skripsi ini.

Sahabat-sahabat tercintaku Nurul Utari, St Nurjannah, Nurmiati, Nurlaili

teman seperjuangan kelas 15 B Windi Apriati, Nur Wahidah, Nur Asia, Musfira,

Nopianti, Nurlaila Fitriatun, Jamiantulkhaer, Nurislamaeti, Umi sohra, Aswar

anas, Dasnur, Nurul Fadilah, Muallimah, Ratmi, Nurfajriani, Nur Pratiwi Dastiah

angkatan 2015 PGSD, P2K Posko Kampung Baru serta teman-teman yang setia

memberikan masukan dan bantuan yang berarti bagi penulis.

Akhirnya kepada allah SWT jugalah penulis memohon semoga semua

pihak yang telah membantu dalam upaya penyusunan skripsi ini diberikan amalan

yang setimpal. Semoga hal yang penulis perbuat dapat menjadi sumbangan bagi

kemajuan pendidikan di Indonesia utamanya pengajaran bidang studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar dan semoga bernilai ibadah disisi-Nya.Aamiin.

Billahi Fii Sabilil Haq Fastabiqul Khaerat Wassalamualaikum

Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, juli 2019

Khadijah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................... iii

SURAT PERNYATAAN............................................................................ iv

SURAT PERJANJIAN ............................................................................... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi

ABSTRAK.................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ................................................................................ viii

DAFTAR ISI............................................................................................... xi

DAFTAR TABEL....................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................5

C. Tujuan Penelitian .....................................................................................5

A. Manfaat BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR Kajian

Teori

1. Hasil Penelitian Yang Relevan..........................................................12

2. Hakikat Model Pembelajaran………….............................................13

3. Hakikat Model Pembelajaran Example Non Example……………...15

4. Hasil Belajar……................................................................................18

5. Hakikat Menulis……………………..................................................20

6. Pengertian Deskripsi………………………………………………...27

7. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar………………….29

B. Kerangka Pikir.........................................................................................31

C. Hipotesis Penelitian.................................................................................34

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian...............................................................................35

B. Populasi dan Sampel................................................................................36

C. Variabel Penelitian…………...................................................................38

D. Instrumen Penelitian................................................................................39

E. Teknik Pengumpulan Data.....................................................................40

F. Teknik Analisis Data...............................................................................41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian..........................................................................................46

B. Pembahasan...............................................................................................57

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan.................................................................................................60

B. Saran.......................................................................................................61

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Skor nilai pre test ................................................................................... 46

Tabel 4.2 Perhitungan untuk Mencari Mean Nilai Pretest .................................... 47

Tabel 4.3 Tingkat Hasil Belajar Pretest ................................................................. 48

Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Menulis Deskripsi ......................... 48

Tabel 4.5 Skor Nilai Post-Test ............................................................................... 49

Tabel 4.6 Perhitungan untuk Mencari Mean Nilai Post-Tes ................................. 50

Tabel 4.7 Tingkat Hasil Belajar post-test .............................................................. 51

Tabel 4. 8 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Menulis Deskripsi ........................ 51

Tabel 4. 9. Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Murid ................................... 52

Tabel 4. 10 Analisis skor Pre-test dan Post-test .................................................... 55

xiii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pendidikan nasional di Indonesia terdapat dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pasal 3. Tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan potensi siswa

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas 2003: 6).

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan

kualitas pendidikan di Indonesia sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan berperan penting dalam proses perkembangan fisik, mental maupun

perilaku manusia. Salah satu upaya yang dapat kita lakukan sebagai pendidik

adalah melakukan peningkatan kualitas dalam pembelajaran.

Pembelajaran dalam prosesnya akan melibatkan berbagai komponen,

antara lain: (1) tujuan, (2) subyek belajar, (3) materi pelajaran, (4) strategi

pembelajaran, (5) media pembelajaran, dan (6) penunjang. Komponen utama

dalam sistem pembelajaran adalah sebagai subyek sekaligus obyek (Sugandi

2007: 29). Subyek belajar dalam hal ini yaitu siswa. Siswa adalah anggota

masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses

pembelajaran yang tersedia pada jalur pendidikan formal maupun nonformal pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah (Depdiknas 2003: 2). Dalam proses

pembelajaran, siswa tidak bisa belajar sendiri tanpa peran guru.

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional peran guru sangat penting dalam

misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Selain itu, guru bertanggung jawab

untuk mengatur, mengarahkan serta menciptakan suasana yang kondusif dalam

pembelajaran. Suasana pembelajaran yang kondusif memungkinkan siswa

semangat dalam belajar. Suasana pembelajaran yang kondusif sangat dipengaruhi

oleh kualitas guru.

Guru merupakan pendidik yang profesional. Pasal 39 ayat 2

UndangUndang Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidik merupakan

tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan

pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,

terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (Depdiknas 2003: 24). Berdasarkan

isi pasal tersebut guru dituntut untuk profesional dalam melaksanakan proses

pembelajaran.

Suatu pembelajaran dikatakan baik dinilai berdasarkan beberapa hal. Salah

satunya adalah dilihat dari hasil belajar siswanya yang mengalami peningkatan

dari sebelum pembelajaran. Oleh karena itu, pada pelaksanaannya diperlukan

keaktifan siswa agar hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal ini

perlu peran guru dalam mengorganisasi pembelajaran agar menjadi aktif dan

menyenangkan. Guru hendaknya menciptakan suasana pembelajaran yang

kondusif dan menyenangkan bagi siswa sehingga materi bisa terserap dengan baik

serta mampu mengembangkan potensi siswa untuk menemukan hal-hal yang baru.

Berkembangnya potensi siswa agar memenuhi kriteria Undang-Undang

Nomor 20 Pasal 3 Sistem Pendidikan Nasional memerlukan proses. Proses

tersebut dikatakan sebagai proses belajar. Belajar merupakan proses penting bagi

perubahan perilaku siswa, karena belajar mencakup segala sesuatu yang

dipikirkan dan dikerjakan.

Proses belajar berlangsung dalam satuan pendidikan pada jalur formal,

nonformal dan informal. Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang

terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi (Depdiknas 2003: 11).

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar berbentuk sekolah

dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta

sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk

lain yang sederajat (Depdiknas 2003: 11).

Pada setiap jenjang pendidikan terdapat perbedaan dalam mata pelajaran

yang diajarkan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas) nomor 22 Tahun 2006, mata pelajaran yang terdapat pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat delapan mata pelajaran

untuk jenjang Sekolah Dasar. Kedelapan mata pelajaran tersebut adalah

Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Matematika, IlmuPengetahuan

Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan

Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, dan yang terakhir adalah Bahasa Indonesia

(Depdiknas 2003: 10).

Salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) adalah Bahasa Indonesia. Mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD

bertujuan agar siswa terampil berbahasa lisan dan tulis. Mata pelajaran Bahasa

Indonesia ini memberikan keterampilan kepada siswa tentang bagaimana

menggunakan bahasa dengan baik yang diwujudkan secara lisan maupun tulis.

Menurut Iskandarwassid (2011: 226) bahasa dipergunakan pada sebagian besar

aktivitas manusia, tanpa bahasa manusia tidak dapat mengungkapkan

perasaannya, menyampaikan keinginan, memberikan saran dan pendapat.

Semakin tinggi tingkat penguasaan bahasa yang dimiliki oleh siswa dapat menjadi

indikasi semakin baik pula penggunaan bahasa siswa dalam berkomunikasi.

Sebagai wujud penggunaan bahasa, siswa dalam mengungkapkan perasaan,

keinginan, saran, dan pendapat berbeda-beda satu sama lain. Siswa dapat

mengungkapkan perasaan, keinginan, saran, dan pendapat secara lisan maupun

tulis. Kedua pengungkapan tersebut, baik secara lisan maupun tulis tidak langsung

dapat dikuasai oleh siswa. Siswa harus belajar untuk dapat menguasai

keterampilan berbahasa lisan dan tulis dengan baik. Keterampilan berbahasa lisan

maupun tulis pada siswa di SD dapat dilatihkan melalui salah satu mata pelajaran

di SD. Mata pelajaran tersebut yaitu Bahasa Indonesia yang diberikan sejak kelas

1 SD.

Menurut Tarigan (2008: 1) keterampilan berbahasa meliputi empat

keterampilan dasar. Keterampilan dasar tersebut yaitu: menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. Setiap keterampilan mempunyai hubungan erat dengan

keterampilan lainnya. Keterampilan-keterampilan tersebut hanya dapat diperoleh

dan dikuasai siswa dengan cara sering berpraktik dan banyak latihan yang bisa

dilaksanakan dimana saja.

Salah satu dari empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menulis.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain

(Tarigan 2008: 3). Keterampilan menulis diberikan sejak kelas 1 SD melalui

berbagai materi yang mengandung aspek melatih keterampilan menulis siswa.

Salah satu materi pembelajaran yang melatih keterampilan menulis siswa dalam

silabus tahun 2006 di kelas IV SD yaitu materi menulis deskripsi.

Karangan dapat disajikan dalam lima bentuk atau ragam wacana, yaitu: (1)

Deskripsi, adalah karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal atau

keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa atau mendengarkan hal

tersebut. (2) Narasi, adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian

suatu peristiwa. (3) Eksposisi, adalah ragam wacana yang dimaksudkan

menerangkan, menyampaikan atau menguraikan suatu hal yang dapat menambah

pengetahuan pembacanya. (4) Argumentasi, adalah ragam wacana yang

dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan

oleh penulis. (5) Persuasi adalah ragam wacana yang ditujukan untuk

mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai suatu hal yang

disampaikan penulis (Kristiantari 2010: 118).

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan pembelajaran menulis

deskripsi berlangsung dengan model-model konvensional. Pembelajaran hanya

sebatas penyampaian materi melalui ceramah oleh guru dan siswa hanya duduk

diam mendengarkan. Pembelajaran yang disajikan menjadi kurang

menggembirakan dan kurang bermakna karena guru tidak melibatkan siswa untuk

aktif. Siswa hanya disuruh memperhatikan contoh gambar tentang suatu kegiatan,

selanjutnya membuat sebuah karangan atau menjawab pertanyaan mengenai

contoh gambar tersebut sendiri-sendiri. Akibatnya pembelajaran jauh dari

aktivitas yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Upaya mengatasi

permasalahan tersebut perlu pengunaan media dan model yang efektif agar tujuan

pembelajaran bisa tercapai.

Untuk memilih model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran guru

perlu memperhatikan karakteristik siswa sesuai dengan usianya. Menurut Nursidik

(2007), siswa SD yang berusia diantara 6-12 tahun mempunyai beberapa

karakteristik. Karakteristik pertama adalah senang bermain. Karakteristik yang

kedua adalah senang bergerak. Karakteristik yang ketiga adalah senang bekerja

dalam kelompok. Karakteristik yang keempat senang melakukan sesuatu secara

langsung.

Pada pembelajaran kooperatif terdapat beberapa model yang bisa

membantu proses belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif yang

memudahkan siswa dalam memahami materi menulis deskripsi menurut peneliti

yaitu model pembelajaran contoh non-contoh (Example Non-Example). Model ini

menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini

disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi

sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang ada di dalam gambar.

Gambar tersebut bisa disajikan melalui Over Head Projector (OHP), LCD

proyektor poster maupun media penampil gambar lainnya. Gambar yang

digunakan haruslah jelas dan terlihat dengan baik oleh siswa yang duduk di

bangku paling belakang. Penyajian gambar dalam model pembelajaran Example

Non-Example disusun agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi

sebuah bentuk diskripsi singkat. Deskripsi tersebut mengenai apa yang ada di

dalam gambar dan menjelaskan hal-hal terkait yang tidak terdapat pada gambar.

Kurniadi (2010) menjelaskan bahwa Example Non-Example adalah taktik

yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan

untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan example dan non

example dari suatu definisi konsep yang ada. Example merupakan contoh yang

diberikan oleh guru melalui media gambar yang harus dipahami oleh siswa.

Sedangkan non-example merupakan contoh yang tidak terdapat pada gambar

sehingga siswa dituntut untuk mencari dan mengembangkannya.

Example Non-Example dianggap perlu dilakukan karena suatu konsep yang

diketahui secara primer hanya dilihat dari segi definisinya dari pada dari sifat

fisiknya. Dengan memusatkan perhatian terhadap Example dan Non-

Example, diharapkan siswa tidak hanya melihat konsep dari segi definisinya saja

melainkan juga dari segi fisiknya.Sehingga siswa akan dapat memahami lebih

dalam mengenai materi apa yang akan diajarkan (Kurniadi 2010:10).

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pembelajaran menggunakan model pembelajaran Example Non-Example

pada materi menulis deskripsi di kelas IV SD. Penelitian tersebut berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Example Non-Example Terhadap Hasil Belajar

Menulis Deskripsi Siswa Kelas IV SD Inpres Tebbakang Kecamatan Bajeng

Kabupaten Gowa”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah

yang dapat diajukan antara lain:

1. Bagaimana penerapan model Example Non Example terhadap hasil belajar

menulis deskripsi siswa kelas IV SD Inpers Tebbakang Kecamatan Bajeng

Kabupaten Gowa?

2. Bagaimana pengaruh model Example Non Example terhadap hasil belajar

menulis deskripsi siswa kelas IV SD Inpers Tebbakang Kecamatan Bajeng

Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan rumusan yang akan dicapai dari

penelitian tersebut. Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini

antara lain :

1. Untuk mengetahui penerapan model Example Non Example terhadap

hasil belajar menulis deskripsi siswa kelas IV SD Inpers Tebbakang

Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

2. Untuk mengetahui pengaruh model Example Non Example terhadap hasil

belajar menulis deskripsi siswa kelas IV SD Inpers Tebbakang

Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

3. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian menjelaskan seberapa besar manfaat dari hasil

penelitian yang telah dilaksanakan. Penelitian yang telah dilaksanakan diharapkan

dapat memberikan manfaat yang tidak hanya untuk peneliti sendiri. Melainkan

juga untuk pihak-pihak yang terkait didalamnya seperti siswa, guru dan sekolah.

Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis yang

dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis adalah manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yang

bersifat teori. Secara teori, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di

bidang pendidikan, terutama dalam pembelajaran menulis deskripsi. Manfaat

bersifat teori yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu (1) hasil penelitian ini

diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan kebijakan sekolah

dan (2) dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat

dilakukan guru dalam menerapkan pembelajaran bahasa Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis adalah manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yang

bersifat praktik dalam pembelajaran. Manfaat praktis berkaitan dengan kontribusi

praktis yaang diberikan dari penyelenggaraan penelitian terhadap objek penelitian,

baik individu, kelompok, maupun organisasi. Dalam penelitian ini manfaat

praktis bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukannya untuk memperbaiki

kinerja, terutama bagi siswa, guru, dan sekolah. Manfaat praktis yang didapat

melalui penelitian ini antara lain:

a. Bagi Siswa

Manfaat penelitian ini bagi siswa yaitu untuk membantu mengembangkan

imajinasi dalam membuat karangan menggunakan model pembelajaran Example

Non-Example pada pembelajaran menulis deskripsi. Dengan menggunakan model

Example Non-Example dalam pembelajaran akan membangkitkan minat dan

semangat siswa dalam belajar. Jika siswa sudah semangat dalam belajar, maka

pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan berdampak positif dalam

peningkatan hasil belajar.

b. Bagi Guru

Hasil dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan guru tentang model

pembelajaran Example Non-Example. Selain itu juga bisa menjadi bahan

pertimbangan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran Example

NonExample dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolahnya. Penelitian ini

dapat digunakan sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan

penelitian serta menumbuhkan minat budaya meneliti agar terbentuk inovasi

pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini bagi sekolah yaitu dapat memberikan kontribusi pada

sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran bahasa Indonesia sehingga

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi

sekolah untuk memperkaya dan melengkapi hasil-hasil penelitian yang telah

dilaksanakan guru-guru sebelumnya.

d.Bagi Pembaca

penelitian ini dapat menjadi sumber referensi dalam penelitian karya yang

sejenis serta menambah khazanah ilmu pengetahuan

e. Bagi Peneliti penelitian ini dapat menjadi acuan dan pembelajaran untuk

penulisan karya ilmiah lainnya

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang model pembelajaran Exampel Non-Example sudah

banyak yang lakukan. Meskipun demikian, penelitian ini masih tetap menarik

untuk diteliti lebih lanjut. Penelitian yang menjadi kajian adalah penelitian Astuti

(2013) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Example Non-Example

Terhadap Hasil Belajar Menulis Deskripsi Pada Mata Pelajaran PKn Kelas V SD

3 Temulus Mejobo Kudus”

Hasil penelitian ini menemukan bahwa: (1) Model Pembelajaran Example Non-

Example berpengaruh terhadap hasil belajarsiswa kelas IV SDN 3 Temulus. (2)

Siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap mata pelajaran Bahasa

Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Example Non-Example

ditinjau dari perasaan senang, perhatian, keterlibatan, dan ketertarikan siswa,

sehingga hasil belajar murid cenderung lebih tinggi dari sebelum diterapkannya

model tersebut. Penelitian yang menjadi kajian adalah penelitian Afiah (2012)

dengan judul “Pengaruh Metode Poster Comment Terhadap Hasil Belajar

Menulis Deskripsi Siswa Kelas V SDN Sungguminasa 3 Kecamatan Somba Opu

Kabupaten Gowa

Hasil penelitian ini menemukan bahwa: (1) Metode poster comment

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN Sungguminasa 3

Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

Dari kajian penelitian tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Example

Non-Example Terhadap Hasil Belajar Menulis Deskripsi Siswa Kelas IV SD

Inpres Tebbakang Kecamatan Bajeng kabupaten Gowa”.

2. Hakikat Model Pembelajaran

Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru akan menemui berbagai

macam hambatan yang berkaitan dengan pelaksanaannya di kelas. Hambatan itu

bisa diatasi guru dengan menerapkan model pembelajaran yang dipandang mampu

membantu dalam melaksanakan pembelajaran. Model pembelajaran ialah pola

yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas

maupun tutorial. (Suprijono 2012: 45).

Pengertian model pembelajaran menurut beberapa para ahli :

Joyce (1992) mengartikan model pembelajaran adalah suatu perencanaan

atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas maupun tutorial dan untuk menentukan perangkatperangkat

pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan

lain-lain.

Suprijono (2012) Model pembelajaran merupakan suatu pola yang di

gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun

tutorial.Slavin (2010) Model pembelajaran adalah suatu acuan kepada suatu

pendekatan pembelajaran termasuk tujuan, sintaksnya, lingkungan dan sistem

pengelolaannya. Trianto (2009) Model pembelajaran adalah sebagai suatu

pendekatan yang luas dan menyeluruh serta dapat diklarifikasikan berdasarkan

tujuan pembelajaran. Richard I Arends (2008) Model pembelajaran lebih mengacu

pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya terdapat tujuan-

tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran dan pengelohaan kelas. (Suprijono 2012: 50).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka Model Pembelajaran adalah

tindakan model pembelaran yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran

agar tujuan pembelajaran tercapai. Istilah model pembelajaran mempunyai makna

yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran

mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau

prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah: (1) rasional teoritik logis yang disusun oleh para

pencipta atau pengembangnya, (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana

siswa belajar, (3) tingkah laku mengajar guru yang diperlukan agar model tersebut

dapat dilaksanakan dengan baik, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar

tujuan pembelajaran itu dapat tercapai

Model pembelajaran pada era sekarang telah banyak macamnya. Seorang

guru perlu memperhatikan karakteristik siswa dalam menentukan model apa yang

akan digunakan dalam pembelajaran. Perlu diterapkan sebuah model yang sesuai

dengan karakteristik siswa SD yaitu senang bekerja dalam kelompok.

Pembelajaran kooperatif(Cooperative Learning) adalah salah satu model

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa SD yang senang bekerja

dalam kelompok. Menurut Silberman (2009: 9-10) dengan menempatkan siswa

dalam kelompok dan memberinya tugas dimana mereka saling tergantung satu

dengan yang lain untuk menyelesaikan pekerjaan adalah cara yang baik untuk

memberi kemampuan pada keperluan siswa dalam masyarakat. Siswa menjadi

lebih tertarik dalam belajar karena mereka melakukan dengan teman-temannya.

Unsur-unsur yang mendukung keberhasilan pembelajaran kooperatif

menurut Johnson dan Johnson (2003) dalam Carpenter (2011: 32) adalah sebagai

berikut:

… five key components required for cooperative learning to be

successful: face-to-face interaction, individual and group

accountability, interpersonal and small group skills, positive

interdependence, and group processing

Arti dari kalimat di atas adalah ada lima unsur kunci dalam keberhasilan

pembelajaran kooperatif: interaksi tatap muka, kemampuan perseorangan dan

kelompok, keterampilan perseorangan dan kelompok kecil, ketergantungan yang

positif, dan pemrosesan kelompok.

3. Hakikat Model PembelajaranContoh Non-Contoh (Example Non-

Example)

a). Pengertian Example Non-Example

Model pembelajaran contoh non-contoh atau Example Non-Example

termasuk dalam model pembelajaran kooperatif. Example Non-Example

menggunakan gambar sebagai media dalam penyampaiannya. Gambar tersebut

bisa disajikan melalui Over Head Projector (OHP), LCD proyektor maupun

poster. Gambar yang digunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jauh, sehingga

anak yang duduk di belakang dapat juga melihat dengan jelas. Penyajian gambar

dalam model pembelajaran Example Non-Example disusun bertujuan agar anak

dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat

mengenai apa yang ada di dalam gambar.

Model pembelajaran Example Non-Example adalah salah satu model yang

dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Model ini terdiri atas

dua komponen yaitu example dan non-example. Example merupakan contoh yang

diberikan oleh guru melalui media gambar yang harus dipahami oleh siswa.

Sedangkan non-example merupakan contoh yang tidak terdapat pada gambar,

sehingga siswa dituntut untuk mencari dan mengembangakan bagian yang tidak

terdapat pada gambar (Kurniadi 2010).

Pengertian Example Non-Example Menurut Para Ahli :

Djamarah (2006) Example Non-Example adalah model pembelajaran yang

menggunakan contoh. Kurniadi (2010) Example Non-Example adalah model

pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Buehl

(2011) Example Non-Example adalah tipe pembelajaran yang menaktifkan siswa

dengan cara guru menempelkan contoh gambar yang sesuai dengan tujuan

pembejaran. Rochyandi, Yadi (2004) Example Non-Example adalah salah satu

pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang di rancang unruk mempengaruhi

pola interaksi siswa meningkatkan perolehan hasil akademik. Hamdani, (2011)

Example Non-Example adalah strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mengajarkan definisi konsep. (Suyatno, 2009 : 73)

Beberapa pendapat di atas, maka Example Non-Example adalah model

pembelajaran yang menggunakancontoh-contoh. Contoh-contoh dapat diperoleh

dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar.

b). Langkah-Langkah Model Pembelajaran Example Non-Example

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model Example Non-

Example (Suprijono 2012: 125):

(1) Guru mempersiapkan gambar sesuai dengan kompetensi dasar dan tujuan

pembelajaran. Sebelum pembelajaran berlangsung guru menyiapkan media

gambar yang berkaitan dengan tema agar tujuan pembelajaran yang

mengharuskan siswa membuat karangan deskripsi dapat tercapai.

(2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui

OHP/Proyektor/poster.

(3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk

memperhatikan/menganalisis gambar. Dari gambar tersebut siswa diminta

mengamati apa saja yang ada dalam gambar dan mencari apa saja yang

belum terdapat pada gambar.

(4) Guru membagi siswa kedalam kelompok yang masing-masing terdiri dari 2

sampai 3 siswa. Melalui diskusi kelompok, hasil diskusi analisis gambar

tersebut dicatat pada kertas.

(5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

(6) Mulai sejak komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi

sesuai tujuan yang ingin dicapai. Dari hasil diskusi tersebut kemudian tiap

kelompok diminta untuk membuat sebuah karangan deskripsi dengan

berpedoman pada hasil analisis. Berawal dari menjelaskan apa saja yang

ada pada gambar dilanjutkan pada pengembangan paragraf melalui hasil

analisis sebelumnya.

(7) Memberikan kesimpulan pembelajaran.

c). Keuntungan Model Pembelajaran Example Non-Example

Model pembelajaran Example Non-Example memiliki beberapa kelebihan.

Kelebihan tersebut dijelaskan oleh Buehl (1996) dalam Kurniadi (2010)

yaitu:

(1) Siswa Berangkat dari Satu Definisi

Definisi tersebut yang selanjutnya digunakan untuk memperluas

pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.

Dengan menggunakan gambar sebagai media, siswa akan mencari

apa saja yang belum ada pada gambar untuk dikembangkan menjadi

sebuah pemahaman tentang kejadian atau kegiatan sehingga tercipta

suatu deskripsi baru.

(2) Siswa Terlibat dalam Satu Proses Discovery

Ini mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif

melalui pengalaman dari example dan non example. Penemuan itu

berupa penggalian informasi dari gambar yang disajikan oleh guru,

kemudian siswa mencari non example untuk dikembangkan menjadi

karangan yang bisa menarik minat pembaca.

(3) Siswa Diberi Sesuatu yang Berlawanan

Model pembelajaran ini bertujuan untuk mengeksplorasi

karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian

non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian

yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan

pada bagian example.

4. Hasil Belajar

Tujuan seseorang belajar tentu agar memperoleh suatu hasil belajar yang

dianggap baik. Baik atau tidaknya hasil belajar tergantung pada standar kriteria

ketuntasan minimal yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian tentang hasil

belajar telah dijelaskan oleh beberapa pakar dalam bidang pendidikan. Menurut

Suprijono (2012: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sedangkan

menurut Anni dkk. (2006: 5) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang

diperoleh pebelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek

perubahan perilaku tersebut tergantung apa yang dipelajari pebelajar. Kedua

pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang

didapat siswa dari pengalaman belajar saat mengalami aktivitas belajar.

Menurut Benyamin S. Bloom dalam Anni dkk (2006: 7), hasil belajar siswa

mencakup tiga ranah belajar yaitu:

(1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan,

kemampuan, dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif sendiri

mencakup kategori: pengetahuan (knowledge), pemahaman

(comprehensif), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis

(synthesis), dan penilaian (evaluation).

(2) Ranah Afektif

Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai.

Ranah afektif dalam belajar mencakup kategori: penerimaan

(receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing),

pengorganisasian (organization), dan pembentukan pola hidup

(organization by a value complex).

(3) Ranah Psikomotorik

Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya

kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf,

manipulasi obyek, dan koordinasi syaraf. Ketegori jenis perilaku

untuk ranah psikomotor yaitu: persepsi (perception), kesiapan (set),

gerakan terbimbing (guided respons), gerakan terbiasa

(mechanism), gerakan kompleks (complex overt response),

penyesuaian (adaptation), dan kreativitas (originallity).

5. Hakikat Menulis

Menurut Tarigan (2008: 1) keterampilan berbahasa meliputi empat

keterampilan dasar, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap

keterampilan mempunyai hubungan erat dengan keterampilan lainnya.

Keterampilan-keterampilan tersebut dapat dikuasai dengan cara sering latihan.

Dalam hakikat menulis akan dijelaskan: (1) pengertian menulis, (2) tujuan

menulis, dan (3) manfaat menulis. Penjelasan secara rinci akan dijelaskan di

bawah ini:

a) Pengertian Menulis

Menurut Kristiantari (2010: 99), menulis dapat didefinisikan sebagai suatu

kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis

sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam

tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau bahasa yang dapat dilihat dan

disepakati pemakainya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak

terdapat empat unsur yang terlibat yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan

atau isi tulis, media berupa tulisan dan pembaca sebagai penerima pesan.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang

lain (Tarigan 2008: 3). Sedangkan menurut Effendy menulis adalah keseluruhan

rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan

menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca seperti yang dimaksud

oleh pengarang Menurut peneliti, menulis adalah kegiatan mencurahkan maksud

pribadi melalui tulisan sebagai medianya.

Peneliti menyimpulkan bahwa pengertian menulis adalah suatu

keterampilan yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung

kepada pembaca dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.

b). Tujuan Menulis

Tujuan yang jelas akan membimbing seseorang dalam usahanya membuat

tulisan yang baik. Menulis untuk sekedar menyelesaikan tugas atau memenuhi

kewajiban, tidak dapat dikatakan sebagai tujuan menulis yang nyata. Ada tiga

tujuan menulis yang dikemukakan oleh O’Malley dan Pieres (1996) dalam

Kristiantari (2010: 101) yaitu: (1) informatif, (2) ekspresif, dan (3) persuasif.

Seseorang akan menggunakan tujuan informatif untuk berbagi pengetahuan dan

informasi, memberi petunjuk atau mengungkapkan gagasan. Tujuan ekspresif

digunakan seseorang jika ingin menulis sebuah cerita atau esai. Tujuan persuasif

ketika seseorang berusaha untuk mempengaruhi orang lain atau memprakarsai

suatu aksi atau perubahan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis bertujuan untuk

berbagi informasi dan mengungkapkan gagasan setelah melaksanakan penelitian

tentang menulis deskripsi di siswa kelas IV.

Menurut Keraf (1995) dalam Susanto (2013: 102) , kebutuhan dasar

manusia yang mempengaruhi tujuan menulis, yaitu (1) keinginan untuk memberi

informasi kepada orang lain dan memperoleh informasi dari orang lain mengenai

suatu hal; (2) keinginan untuk meyakinkan seseorang mengenai suatu kebenaran

akan suatu hal, dan lebih jauh mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain; (3)

keinginan untuk menggambarkan atau menceritakan bagaimana bentuk atau

wujud suatu barang atau objek, atau mendeskripsikan cita rasa suatu benda, hal

atau bunyi; dan (4) keinginan untuk menceritakan kepada orang lain tentang

kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik yang dialami maupun

yang didengar dari orang lain.

Menurut Susanto (2013) tujuan menulis adalah mengekspresikan perasaan,

memberi informasi, mempengaruhi pembaca, dan memberi hiburan. Akan tetapi,

dalam kenyataanya, adakalanya maksud dan tujuan saling bercampur. Dalam arti

mempunyai tujuan ganda. Tulisan yang persuasif tentu saja mengandung

informasi-informasi, tulisan yang informatif pun mempunyai unsur-unsur

persuasif, demikian juga yang bersifat hiburan dapat juga diwarnai dengan

maksud mempengaruhi pembaca. Sedangkan Tarigan (2008: 23) menyatakan

tujuan menulis adalah (1) memberitahukan atau mengajar, (2) meyakinkan tau

mendesak, (3) menghibur atau menyenangkan, dan (4) mengutarakan atau

mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat dan berapai-rapi. Sebagai salah

satu aspek dari keterampilan berbahasa, menulis atau mengarang merupakan

kegiatan yang kompleks.

Sebagai bagian dari keterampilan berbahasa, hal menarik juga

diungkapkan oleh Hugo Hartig dalam Muchlisoh, dkk (1992: 20) bahwa ada tujuh

tujuan dalam menulis yaitu:

1) Tujuan Penugasan (Assignment Purpose). Penulis tidak memiliki tujuan,

untuk apa dia menulis. Penulis hanya menulis, tanpa mengetahui tujuannya.

Dia menulis karena mendapat tugas, bukan atas kemauan sendiri.

2) Tujuan Altruistik (Altruistic Purpose). Penulis bertujuan untuk

menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin

menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya,

ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan

dengan karyanya itu.

3) Tujuan Persuasive (Persuasive Purpose). Penulis bertujuan mempengaruhi

pembaca, agar para pembaca yakin akan kebenaran gagasan/ ide yang

dituangkan maupun yang diutarakan oleh penulis.

4) Tujuan Informasional (Informatioanal Purpose). Penulis menuangkan ide

dan gagasan dengan tujuan memberi informasi atau keterangan kepada

pembaca.

5) Tujuan Pernyataan Diri (Self Expressive Purpose). Penulis berusaha untuk

memperkenalkan atau menyatakan dirinya sendiri kepada para pembaca.

6) Tujuan Kreatif (Creative Purpose). Penulis bertujuan agar para pembaca,

dapat memiliki nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca

tulisan si penulis.

7) Tujuan Pemecahan Masalah (Problem Solving Purpose). Penulis berusaha

memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Dengan tulisannya, penulis

berusaha memberi kejelasan kepada para pembaca tentang bagaimana cara

pemecahan suatu masalah.

Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan untuk menata

dan mengorganisasikan ide secara runtut dan logis, serta menyajikannya dalam

ragam bahasa tulis dan kaidah penulisan lainnya. Akan tetapi, di balik

kerumitannya, menulis menjanjikan manfaat yang begitu besar dalam membantu

pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, kepercayaan diri dan keberanian,

serta kebiasaan dan kemampuan dalam menemukan, mengumpulkan, mengolah,

dan menata informasi.

Secara umum, tulisan dapat membantu untuk menjelaskan pikiran-pikiran.

Tidak jarang apa yang terpikirkan dan dirasakan mengenai orang-orang,

gagasangagasan, masalah-masalah, dan kejadian-kejadian dapat ditemui dalam

tulisan. Seseorang dapat dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika ia dapat

mengungkapkan maksudnya dengan jelas sehingga orang lain dapat memahami

apa yang diungkapkan. Jadi, tujuan khusus menulis adalah menginformasikan,

melukiskan, dan menyarankan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan

menentukan tujuan dalam menulis, maka penulis akan dapat mengetahui apa yang

harus dilakukan dalam proses penulisannya, bahan apa yang hendak diperlukan,

bentuk ragam karangan macam apa yang hendak dipilih, dan mungkin sudut

pandang penulisan yang seperti apa yang akan ditetapkan. Singkatnya, dengan

kalimat kunci berupa rumusan tujuan penulisan, maka penulis bisa menentukan

pijakan dari mana tulisan itu akan disusun dan dimulai.( Muchlisoh, dkk 1992:

234)

c). Manfaat Menulis

Dalam dunia pendidikan, menulis sangat berharga, sebab menulis

membantu seseorang berpikir lebih mudah. Menulis sebagai suatu alat dalam

belajar dengan sendirinya memainkan peranan yang sangat penting. Dilihat dari

sudut pandang ini, kegunaan menulis sebagai berikut :

1) Menulis membantu kita menemukan kembali apa yang pernah kita ketahui.

Menulis mengenai topik tersebut dalam membantu kita membangkitan

pengetahuan dari pengalaman masa lalu.

2) Menulis menghasilkan ide-ide baru. Tindakan menulis merangsang pikiran

kita untuk mengadakan hubungan, mencapai pertalian dan menarik

persamaan (analogi) antara ide-ide yang tidak pernah akan terjadi,

seandainya kita tidak menulis.

3) Menulis membantu kita mengorganisasikan pikiran dan menempatkannya

dalam suatu wacana yang berdiri sendiri.

4) Menulis membuat pikiran seseorang siap untuk dibaca dan dievaluasi. Kita

dapat membuat jarak dengan ide kita sendiri dan melihatnya lebih objektif

pada waktu kita siap menuliskannya.

5) Menulis membantu kita menyerap dan menguasai informasi baru. Kita akan

dapat menyimpannya lebih lama, jika kita menuangkannya dalam bentuk

tulisan. Menulis membantu kita memecahkan masalah dengan jalan

memperjelas unsur-unsurnya dan menempatkannya dalam suatu konteks

visual, sehingga dapat diuji.

Sementara Akhdiah(dalam Susanto 2013) mengemukakan beberapa

manfaat dari menulis sebagai berikut:

1) Mengetahui kemampuan dan potensi diri serta pengetahuan kita tentang

topik yang dipilihnya. Dengan mengembangkan topik itu kita terpaksa

berpikir, menggali pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dibawah

sadar.

2) Dengan mengembangkan berbagai gagasan. Kita terpaksa bernalar,

menghubung-hubungkan serta membandingkan fakta-fakta yang mungkin

tidak pernah kita lakukan kalau kita tidak menulis.

3) Lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan

dengan topik yang ditulis. Dengan demikian, kegiatan menulis memperluas

wawasan baik secara teoritis maupun mengenai fakta-fakta yang

berhubungan.

4) Menulis berarti mengkomunikasikan gagasan secara sistematik serta

mengungkapkan secara tersurat. Dengan demikian, permasalahan yang

pemula masih samar menjadi lebih jelas.

5) Melalui tulisan kita dapat menilai diri kita secara objektif.

6) Lebih mudah memecahkan masalah dengan menganalisisnya secara tersurat

dalam konteks yang lebih konkret.

7) Dengan menulis kita aktif berpikir sehingga kita dapat menjadi penemu

sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar penyadap informasi.

8) Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir dan

berbahasa secara tertib.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang memegang peranan

strategis dalam upaya memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Kemampuan

menulis perlu dikembangkan karena kemampuan ini merupakan keterampilan

secara mutlak harus dikuasai siswa untuk mencurahkan ide dan gagasannya

kedalam bentuk tulisannya. Keterampilan menulis merupakan suatu persyaratan

bagisiapapundalamsetiaporganisasi,perusahaanpendidikan ataupun pemerintaha

n

(Tarigan, 2008: 185). Berkaitan dengan pentingnya peranan keterampilan

menulis dalam menentukan kemampuan berbahasa sejak dini merupakan salah

satu upaya yang bersifat strategis. Kemampuan tersebut berfokus kepada

kemampuan baca-tulis yang merupakan kunci pembukaan untuk memasuki

dunia yang lebih luas. Artinya bahwa melalui pengajaran baca-tulis yang baik,

maka dapat dipacu penguasaan kemampuan berfikir kritis-kreatif terhadap

permasalahan yang dihadapi sehingga perkembangan dimensi afektif anak dapat

dioptimalkan.

6. Pengertian Deskripsi

kata deskripsi berasal dari verba to describe (Bahasa Inggris), yang

aartinya menguraikan atau melukiskan. Paragraf deskripsi adalah paragraf yang

bertujuan memberikan kesan impresi kepada pembaca terhadap objek, gagasan,

tempat, peristiwa, dan semacamnya yang ingin disampaikan penulis. Paragraf

deskripsi yang baik dapat membuat pembaca seolah-olah dapat melihat,

mendengar, merasakan, atau terlibat dalam peristiwa yang diuraikan penulis.

Pengertian Deskripsi menurut beberapa ahli yaitu :

Slamet (2008) Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan

suatu objek (berupa orang, benda, tempat, kejadian, dan sebagainya) dengan

kata-kata dalam keadaan yang sebenarnya. Pengertian deskripsi berdasarkan

kamus besar Bahasa Indonesia adalah pemaparan atau penggambaran dengan

kata-kata secara jelas dan terperinci. Keraf (1995). Deskripsi adalah tulisan atau

karangan yang menggambarkan . Tarigan(2008) Deskripsi adalah wacana yang

melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari

pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. (Tarigan 2008: 24)

Berdasarkan pendapat diatas, maka deskripsi adalah karangan yang

menggambarkan suatu objek atau tempat kepada pembaca sehingga pembaca

seolah-olah merasakan, mengalami, melihat kejadian atau hal-hal yang

dituliskan oleh pengarang.

a). jenis-jenis dekripsi

(1) Deskripsi ekspositoris bertujuan untuk memberikan informasi yang

menyebabkan pembaca dapat melihat, mendengarkan, atau merasakan

(2) Deskripsi impresionistik yang menyebabkan pembaca bereaksi secara

emosional

b). Ciri-Ciri Deskripsi

(1) Menggambarkan suatu objek seperti benda, tempat, atau suasana

tertentu.

(2) Melibatkan panca indera seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan,

penciuman, dan perabaan.

(3). Menjelaskan objek dengan jelas, detail, dan terperinci.

(4) Menggunakan kata-kata atau frasa yang bermakna kata sifat atau

keadaan.

7. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guna

membangkitkan siswa untuk belajar. Pembelajaran berbeda dengan pengajaran.

Pada proses pengajaran guru selalu berhadapan dengan siswa, sedangkan dalam

pembelajaran siswa dalam belajar tidak harus dengan guru bisa dengan media atau

bahan ajar. Pembelajaran bahasa adalah proses memberi rangsangan belajar

berbahasa kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa

(Santosa 2009: 5.18).

Secara universal pengertian bahasa adalah suatu bentuk ungkapan yang

bentuk dasarnya ujaran. Santosa (2009: 1.2) menyatakan bahwa :

Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa

sifat yakni sistematis, mana suka, ujar, manusiawi, dan komunikatif.

Disebut sistematis karena bahasa diatur oleh sebuah sistem yaitu

sistem bunyi dan sistem makna. Bahasa disebut mana suka karena

unsur-unsur bahasa yang dipilih secara acak tanpa dasar. Bahasa

disebut juga ujaran karena media bahasa yang terpenting adalah

bunyi walaupun kadang ada juga dalam bentuk media tulisan.

Disebut manusiawi karena bahasa digunakan oleh manusia bukan

digunakan oleh makhluk lain. Bahasa disebut sebagai alat

komunikasi karena berfungsi sebagai penyatu keluarga, masyarakat,

bangsa dalam segala kegiatan dan pergaulan seharihari.

Bahasa merupakan salah satu alat pergaulan dan komunikasi terdiri atas

simbol-simbol seperti huruf-huruf yang disusun menjadi kata-kata yang

mengandung arti tertentu. Kata-kata kemudian disusun menjadi kalimat-kalimat

mempunyai pengertian dan makna yang jelas dan lengkap, utuh dan sempurna

(Santosa 2009: 74-75). Pembelajaran berbahasa di SD dimulai dari

kalimatkalimat minim, kalimat inti, kalimat sederhana, kalimat tunggal di kelas

rendah kemudian meningkat mempelajari kalimat luas, kalimat majemuk, kalimat

transformasi sampai anak merangkai kalimat menjadi sebuah wacana sederhana

(Santosa 2009: 5.19).

Menurut Tarigan (2008, 1) pembelajaran bahasa Indonesia di SD memuat

empat keterampilan dasar yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan

menulis. Pembelajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk membekali

kemampuan belajar siswa dan pengalaman berbahasa siswa.

Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dilaksanakan secara terpadu.

Pembelajaran secara terpadu seharusnya dilaksanakan sesuai dengan cara anak

memandang dan menghayati dunianya. Oleh karena itu dalam pembelajaran

bahasa Indonesia diharapkan siswa dapat memahami secara rasional serta

konsepkonsep yang terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran mendasar yang

sudah diajarkan sejak TK sampai dengan perguruan tinggi. Bahasa Indonesia

mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. Kurikulum bahasa

Indonesia di SD mempunyai karakteristik:

a) Menggunakan pendekatan komunikatif keterampilan proses, tematis integratif,

dan lintas kurikulum.

b) Mengutamakan variasi, kealamian, kebermaknaan fleksibelitas.

c) Penggunaan metode

d) Memberi peluang untuk menggunakan berbagai sumber belajar (Djuanda,

2006: 53).

Pelajaran bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah dasar sejak

kelas 1 SD. Mata pelajaran bahasa Indonesia diberikan disemua jenjang

pendidikan formal. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia

bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa yaitu belajar bahasa (belajar

berkomunikasi) dan belajar sastra (belajar menghargai manusia dan nilai-nilai

kemanusiaannya. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengupayakan

peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta

menghargai karya cipta bangsa Indonesia

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

bahasa Indonesia di SD adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara terpadu.

Selain itu juga diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta

didik.

B. Kerangka Pikir

Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang

menitikberatkan kepada empat keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa

tersebut yaitu berbicara, membaca, menulis dan menyimak. Keempat

keterampilan ini memerlukan pengalaman belajar agar keterampilan yang dikuasai

siswa maksimal. Pemberian pengalaman harus memperhatikan penggunaan

strategi pembelajaran yang tepat. Pembelajaran akan lebih bermakna dan menjadi

pengetahuan jangka panjang jika dalam pembelajaran menggunakan strategi

pembelajaran seperti penerapan model pembelajaran yang tepat. Penerapan model

pembelajaran yang tepat harus mempertimbangkan berbagai hal. Salah satu yang

menjadi bahan pertimbangan adalah kesesuaian model dengan materi dan

karakteristik siswa.

Materi menulis deskripsi yang dibahas dalam penelitian ini menggunakan

model pembelajaran Example Non-Example. Model ini telah dipertimbangkan dan

mempunyai kecocokan dengan materinya. Menulis deskripsi memerlukan media

gambar untuk membantu siswa dalam membuatnya. Melalui media gambar itu

nantinya siswa dapat menganalisis menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat

mengenai apa yang terdapat pada gambar dan apa saja yang belum terdapat pada

gambar. Menurut Buehl (1996) model pembelajaran Example Non-Example

melibatkan siswa untuk menggunakan contoh untuk memperluas pemahaman

sebuah konsep dengan lebih mendalam dan kompleks (Huda 2013: 235).

Alasan di atas menjelaskan bahwa model pembelajaran Example

NonExample dimungkinkan mampu meningkatkan hasil belajar

dalam pembelajaran bahasa Indonesia, serta efektif dalam proses belajar

mengajar di kelas dibandingkan dengan tanpa menggunakan model pembelajaran

Example Non-Example.

Bagan Kerangka Pikir

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

Pembelajaran Bahasa

Indonesia

Belum Menggunakan Model

pembelajaran Example Non - Example Menggunakan Model Pembelajaran

Example Non - Example

prestest posttest

Analisis

Menulis Deskripsi

Hasil

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono 2011: 96). maka diajukan

hipotesis dalam penelitian sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Example Non

Example terhadap hasil belajar menulis deskripsi

Ha : Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Example Non Example

terhadap hasil belajar menulis deskripsi

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu metode penelitian

yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain

dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono 2011: 72). Menurut Gay (Emzir

2007: 63) Penelitian eksperimen merupakan satu-satunya metode penelitian

yang dapat menguji secara benar hipotesis menyangkut hubungan kausal (sebab

akibat).

2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimental designs jenis

One-Group Pretes-Posttest Design. Dalam penelitian ini hasil perlakuan dapat

diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum

diberi perlakuan (treatment). Adapun desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

O1X O2

Keterangan:

O1 = Tes awal (pretest)

O2 = Tes akhir (posttest)

X = Perlakuan dengan menggunakan strategi pembelajaran

36

Model eksperimen ini melalui tiga langkah yaitu:

a) Memberikan pretestuntuk mengukur variabel terikat (Hasil belajar)

sebelum perlakuan dilakukan.

b) Memberikan perlakuan kepada kelas subjek penelitian dengan menerapkan

model pembelajaran Example Non-Example

c) Memberikan posttest untuk mengukur variabel terikat setelah perlakuan

dilakukan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2011: 119). Sedangkan

Sampel menurut Sugiyono (2011: 120) adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SDI Tebbakang

Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa sebanyak 125 siswa untuk keseluruhan, untuk

lebih lanjut bisa melihat tabel berikut.

Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

I 11 13 24

Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

II 8 9 17

III 10 11 21

IV 11 12 15

V 6 9 15

VI 10 15 25

Jumlah 56 69 125

Sumber : Tata usaha SDI Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

(2019)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari

semua yang ada dipopulasi, misalnya karena terbatasan dana, tenaga dan waktu,

maka penelitian dapat menggunakan sampel yang dimiliki dari populasi itu. Apa

yang dipelajari dari sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

representatif (mewakili).

Penelitian ini menggunakan teknik proposive sampling yaitu menunjukan

sampel dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan strata, random atau

daerah melainkan berdasarkan atas adanya tujuan tertentu. Tekhnik ini dilakukan

karena beberapa pertimbangan, antara lain alasan keterbatasan waktu, tenaga dan

dana. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penentuan sampel dalam penelitian

ini diawali dengan pertimbangan bahwa kelas IV yang dijadikan sebagai sampel

penelitian memilki krateria yang hampir sama, hal yang dipertimbangkan

diataranya adalah prestasi yang dicapai kelas.

Maka sampel dari penelitian ini seluruh siswa kelas IV SDI Tebbakang

Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dengan jumlah siswa sebanyak 15 orang

siswa, 6 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan.

Alasan mengapa peneliti memilih kelas IV ini karena peneliti ingin melihat

sejauh manakah pengaruh penggunaan model pembelajaran Example Non-

Example terhadap hasil belajar menulis deskripsi pada Siswa Kelas IV SD Inpres

Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

Tabel 3.2.Jumlah seluruh siswa SDI Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten

Gowa

Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

IV 6 9 15

Sumber : Tata usahaSDI Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa (2019)

C. Variabel Penelitian

Kerlinger menyatakan pengertian variabel adalah konstruk atau sifat yang

akan dipelajari. Di bagian lain Kerlinger menyatakan bahwa variabel dapat

dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda. Dengan

demikian variabel merupakan suatu yang bervariasi (Sugiyono 2011: 63).

Sedangkan Kidder (1981) menyatakan bahwa variabel adalah suatu

kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu

atribut atau sifat nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu. Variasi tersebut ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2011: 63). Variabel dalam penelitian ini

meliputi variabel terikat dan variabel bebas. Kedua variabel tersebut selengkapnya

akan dijelaskan sebagai berikut.

1). Variabel Terikat

Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel

bebas (Sugiyono 2011: 64). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil

belajar siswa kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Example

Non-Example pada pembelajaran menulis deskripsi. Serta hasil belajar siswa kelas

kontrol yang tidak menerapkan model pembelajaran Example NonExample pada

pembelajaran menulis deskripsi.

2). Variabel Bebas

Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya variabel terikat (Sugiyono 2011: 64). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah pembelajaran menulis deskripsi dengan menerapkan model

pembelajaran Example Non-Example yang dipraktikkan pada kelas eksperimen

yaitu siswa kelas IV SD Inpres Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

D. Instrument Penelitian untuk memperoleh data penelitian ini, maka di

gunakan instrument penelitian berupa

1. Tes hasil belajar

Tes adalah sebuah metode yang digunakan seorang peneliti memberikan

sejumlah format tes kepada siswa untuk menilai hasil belajarnya. Tes ini

menggunakan butir soal atau instrument yang berisi sederetan pertanyaan yang

sudah terstruktur. Tes yang digunakan peneliti adalah dengan jenis pretest dan

posttest. Pretest di gunakan sebelum menerapkan model pembelajaran example

non-example, sedangkan posstest digunakan setelah murid mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran example non-example.

2. Observasi

Metode observasi yaitu kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek

dengan menggunakan seluruh alat indera. Kegiatan ini dilakukan terhadap proses

pembelajaran bahasa Indonesia dan aktivitas siswa dalam mengikuti

pelajaranbahasa Indonesia yang bertujuan untuk mengukur partisipasi siswa

dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia serta mengetahui sejauh mana

pelaksanaan tindakan dapat berpengaruh hasil belajar sesuai dengan yang di

inginkan pengumpulan data melalui observasi dilakukan oleh peneliti pada kelas

IV agar diperoleh gambaran secara langsung proses pembelajaran di kelas.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Pretest

Kegiatan pretest dilakukan sebelum treatment dengan tujuan

mengetahui kemampuan dan hasil belajar menulis deskripsi murid

sebelum diberikan tindakan pada kelas eksperimen.

2. Pemberian Treatment

Pemberian treatment berupa kegiatan proses belajar mengajar yang

menggunakan model Example Non Example dilaksanakan di kelas

eskperimen.

3. Posttest

Pada tahap ini, siwwa di lakukan sejumlah soal yang terstruktur

untuk membandingkan hasil belajar menulis deskripsi pada kelas

eksperimen.

F. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian akan

digunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial. Data yang terkumpul

berupa nilai pretest dan nilai posttest kemudian dibandingkan. Membandingkan

kedua nilai tersebut dengan mengajukkan pertanyaan apakah ada perbedaan

antara nilai yang didapatkan antara nilai pretest dengan nilai Post test. Pengujian

perbedaan nilai hanya dilakukan terhadap rata-rata kedua nilai saja, dan untuk

keperluan itu digunakan teknik yang disebut dengan uji-t (t-test). Dengan

demikian langkah-langkah analisis data eksperimen dengan model eksperimen

One Group Pretest Posttest Design adalah sebagai berikut:

1. Analisis Data Statistik Deskriptif

Merupakan statistik yangdigunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul selama proses

penelitian dan bersifat kuantitatif. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan

melalui analisis ini adalah sebagai berikut:

a) Rata-rata (Mean)

b) Persentase (%) nilai rata-rata

x 100%

Dimana:

P = Angka persentase f = frekuensi

yang dicari persentasenya

N = Banyaknya sampel responden.

Dalam analisis ini peneliti menetapkan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia sesuai dengan prosedur yang dicanangkan oleh

Depdikbud (2003) yaitu:

Tabel 3.1. Standar Ketuntasan Hasil Belajar

Tingkat Penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar

= ∑

=

0 – 34

35 – 54

55 – 64

65 – 84

85 – 100

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

2. Analisis Data Statistik Inferensial

Dalam penggunaan statistik inferensial ini peneliti menggunakan

teknik statistik t (uji t).Dengan tahapan sebagai berikut :

t =

Keterangan :

Md = mean dari perbedaan pretest dan posttest

X1 = hasil belajar sebelum perlakuan (pretest)

X2 = Hasil belajar setelah perlakuan (posttest)

d = Deviasi masing-masing subjek

∑ = Jumlah kuadrat deviasi

N = subjek pada sampel

Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

a) Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:

Md

Keterangan:

Md = Mean dari perbedaan pretest dengan posttest

N

= Jumlah dari gain (posttest – pretest) =

Subjek pada sampel.

b) Mencari harga “ ∑ ” dengan menggunakan rumus:

∑ ( )

= ∑

Keterangan :

∑ = Jumlah kuadrat deviasi

= jumlah dari gain (post test – pre test)

N = subjek pada sampel.

c) Mentukan harga t Hitung dengan menggunakan rumus:

t =

Keterangan :

Md = Mean dari perbedaan pretest dan posttest

X1 = Hasil belajar sebelum perlakuan (pretest)

X2 = Hasil belajar setelah perlakuan (posttest)

D = Deviasi masing-masing subjek

∑ = Jumlah kuadrat deviasi

N = Subjek pada sampel

d) Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan

Kaidah pengujian signifikan :

Jika t Hitung> t Tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti penerapa model

pembelajaran Example Non-Example berpengaruh terhadap hasil belajar

menulis deskripsi siswa kelas IV SDI Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten

Gowa

e) Jika t Hitung< t Tabel maka Hoditerima dan H1 ditolak, berarti penerapan model

pembelajaran Example Non-Example tidak berpengaruh terhadap hasil belajar

menulis deskripsi siswa kelas IV SDI Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten

= ∑ − ( ∑ )

∑ ( )

Gowa menentukan harga t Tabel Mencari t Tabel dengan menggunakan table

distribusi t dengan taraf signifikan = 0,05 dan − 1

f) Membuat kesimpulan apakah model pembelajaran Example Non-Example

berpengaruh terhadap hasil belajar menulis deskripsi siswa kelas IV SDI

Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

=

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Pretest Menulis Deskripsi Siswa Kelas IV SDI Tebbakang

Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa sebelum diterapkan Model

Pembelajaran Example Non-Example

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SDI

Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, maka diperoleh data-data yang

dikumpulkan melalui instrumen tes sehingga dapat diketahui hasil belajar siswa

berupa nilai dari kelas IV SDI Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

Data perolehan skor hasil belajar siswa kelas IV SDI Tebbakang

Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dapat diketahui sebagai berikut:

Tabel 4.1. Skor Nilai Pre-Test

No Nomor Stambuk Nilai

1 001 34

2 002 90

3 003 63

4 004 80

5 005 33

6 006 40

7 007 65

8 008 65

9 009 75

10 010 70

46

No Nomor Stambuk Nilai

11 011 40

12 012 48

13 013 53

14 014 60

15 015 53

Untuk mencari mean (rata-rata) nilai pre-test dari siswa kelas IV SDI

Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dapat dilihat melalui tabel di

bawah ini:

Tabel 4.2. Perhitungan untuk Mencari Mean Nilai Pretest

X F F.X

33 1 33

34 1 34

40 2 80

48 1 48

53 2 106

60 1 60

63 1 63

65 2 130

70 1 70

75 1 75

80 1 80

90 1 90

Jumlah 15 869

Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ = 869, sedangkan

nilai dari N sendiri adalah 15. Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai rata-rata

(mean) sebagai berikut:

=

=

= 57,93

Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai rata-rata dari hasil

belajar murid kelas IV SDI Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

sebelum penerapan model pembelajaran Example Non-Example yaitu 57,93.

Maka keterangan murid dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Tingkat Hasil Belajar Pretest

No Interval Kategori Hasil Belajar

1

2

3

4

5

83 – 95

70 – 82

57 – 69

44 – 56

31 – 43

Sangat Tinggi (ST)

Tinggi (T)

Sedang (S)

Rendah (R)

Sangat Rendah (SR)

Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Menulis Deskripsi

Skor Kategorisasi Frekuensi %

0 ≤ × < 65 Tidak tuntas 9 60

65 ≤ × ≤ 100 Tuntas 6 40

Jumlah 15 100

Apabila Tabel 4.4 dikaitkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil

belajar murid yang ditentukan oleh peneliti yaitu jika jumlah murid yang

mencapai atau melebihi nilai KKM (65) ≥80%, sehingga dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar murid Kelas IV SDI Tebbakang Kecamatan Bajeng

Kabupaten Gowa belum memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar secara

klasikal karena murid yang tuntas hanya 40% ≤75%.

1. Deskripsi Hasil Belajar (Posttest) Bahasa Indonesia Murid Kelas IV SDI

Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa setelah diterapkan

Model pembelajaran Example Non-Example

Selama penelitian berlangsung terjadi perubahan terhadap kelas setelah

diberikan perlakuan. Perubahan tersebut berupa hasil belajar yang datanya

diperoleh setelah diberikan post- test. Perubahan tersebut dapat dilihat dari data

berikut ini :

Data perolehan skor hasil belajar kelas IV SDI Tebbakang Kecamatan

Bajeng Kabupaten Gowa setelah penerapan model pembelajaran Example Non-

Example:

Tabel 4.5. Skor Nilai Post-Test

No Nomor Stambuk Nilai

1 001

58

2 002

95

3 003

80

4 004

93

5 005

54

6 006

60

7 007

80

8 008

83

9 009

90

10 010

85

11 011

65

12 012

70

13 013

70

14 014

75

15 015

70

Untuk mencari mean (rata-rata) nilai post-test dari murid kelas IV SDI

Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa:

Tabel 4.6. Perhitungan untuk Mencari Mean Nilai Post-Tes

X F F.X

54 1 54

58 1 58

60 1 60

65 1 65

70 3 210

75 1 75

80 2 160

83 1 83

85 1 85

90 1 90

93 1 93

95 1 95

Jumlah 14 1128

Dari data hasil post-test di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ =

1128 dan nilai dari N sendiri adalah 15. Kemudian dapat diperoleh nilai rata-rata

(mean) sebagai berikut:

= 75,2

Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai rata-rata dari hasil

belajar murid kelas IV SDI Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

setelah penerapan Model pembelajaran Example Non-Example yaitu 75,2 dari

skor ideal 95. Maka keterangan murid dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7. Tingkat Hasil Belajar post-test

No Interval Kategori Hasil Belajar

1

2

3

4

5

83 – 95

70 – 82

57 – 69

44 – 56

31 – 43

Sangat Tinggi (ST)

Tinggi (T)

Sedang (S)

Rendah (R)

Sangat Rendah (SR)

Tabel 4.8 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Menulis Deskripsi

Skor Kategorisasi Frekuensi %

0 ≤ × < 65 Tidak tuntas 3 20

=

=

65 ≤ × ≤ 100 Tuntas 12 80

Jumlah 15 100

Apabila Tabel 4.8 dikaitkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil

belajar murid yang ditentukan oleh peneliti yaitu jika jumlah murid yang

mencapai atau melebihi nilai KKM (65) 75%, sehingga dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar murid Kelas IV SDI Tebbakang Kecamatan Bajeng

Kabupaten Gowa telah memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar secara klasikal

karena murid yang tuntas adalah 80%. 75%.

2. Deskripsi Aktivitas Menulis Deskripsi Siswa Kelas IV SDI Tebbakang

Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa selama diterapkan model

pembelajaran Example Non-Example

Hasil pengamatan aktivitas murid dalam mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Exmple Non-Exmple selama 3 kali pertemuan

dinyatakan dalam persentase sebagai berikut:

Tabel 4.9 Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Murid

HASIL ANALISIS DATA AKTIVITAS MURID

No. Aktivitas Murid

Jumlah Murid yang

Aktif pada Pertemuan

ke-

Ratarata % Kategori

1 2 3 4 5

1. Murid yang hadir pada

saat pembelajaran

15 15 15

15 100 Aktif

2.

Murid yang

mampumengikutiarahan

guru denganbaik

12 14 14 13,33 88,86 Aktif

3.

Murid yang

aktifmengikutikegiatanper

mainan

13 14 14 13,66 91,06 Aktif

4.

Murid yang tidak

memperhatikan pada saat

permainanberlangsung. 2 1 1 1,33 8,86 TidakAkti

f P

P

5. Murid yang 13 14 14 O 13,66 91,06 Aktif

aktifdalamkegiatankelomp

ok

R

S

E

T

6.

Murid yang

aktifbertanyadanmenjawab

pertanyaan guru

T

12 14 14 13,33 88,86 Aktif

T

E

E

S

S

7.

Murid yang mengajukan

diri untuk menyelesaikan

tes

9 10 12 10,33 68,86 TidakAkti

f

T

T

8.

Murid yang

mampumengungkapkanper

asaandanpendapatnyasetel

ahmelakukankegiatanperm

ainan

11 13 14 12,66 84,4 Aktif

9.

Murid yang mampu

menyimpulkan materi

pembelajaran pada akhir

pembelajaran

12 12 13 12,33 82,2 Aktif

Rata-rata 78,24 Aktif

Hasil pengamatan untuk pertemuan I sampai dengan pertemuan III

menunjukkan bahwa:

a.Persentase kehadiran murid sebesar 100%

b.Persentase murid yang mampumengikutiarahan guru denganbaik 88,86%

c.Persentase murid yangaktifmengikutikegiatanpermainan 91,06%

d. Persentase murid yang tidak memperhatikan pada saat permainan

berlangsung 8,86%

e.Persentase murid yang aktif dalam kegiatan kelompok 91,06%

f.Persentase murid yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan 88,86%

g.Persentase Murid yang mengajukan diri untuk menyelesaikan tes 68,86%

h.Persentase murid yang mampu mengungkapkan perasaan dan pendapatnya

setelah melakukan kegiatan permainan 84,4%

i. Persentase murid yang mampu menyimpulkan materi pembelajaran pada

akhir pembelajaran 82,2

j. Rata-rata persentase aktivitas murid terhadap pembelajaran Bahasa

Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Example Non-Example

yaitu 78,24%

Sesuai dengan kriteria aktivitas murid yang telah ditentukan peneliti yaitu

murid dikatakan aktif dalam proses pembelajaran jika jumlah murid yang aktif

75% baik untuk aktivitas murid perindikator maupun rata-rata aktivitas murid,

dari hasil pengamatan rata-rata persentase jumlah murid yang aktif melakukan

aktivitas yang diharapkan yaitu mencapai 78,24% sehingga dapat disimpulkan

bahwa aktivitas murid dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan

menggunakan model pembelajaran Example Non-Example telah mencapai kriteria

aktif.

3. Pengaruh Model Pembelajaran Example Non-Example Pada Siswa Kelas

IV SDI Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

Sesuai dengan hipotesis penelitian yakni “ada pengaruh penggunaan

model pembelajaran Example Non-Example terhadap hasil belajar menulis

deskripsi kelas IV SDI Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa”, maka

teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah teknik statistik

inferensial dengan menggunakan uji-t.

Tabel 4.10. Analisis skor Pre-test dan Post-test

No X1 (Pre-test) X2 (Post-test) d = X2 - X1 d²

1 34 58 24 576

2 90 95 5 25

3 63 80 17 289

4 80 93 13 169

5 33 54 21 441

6 40 60 20 400

7 65 80 15 225

8 65 83 18 324

9 75 90 15 225

10 70 85 15 225

11 40 65 25 625

12 48 70 22 484

13 53 70 17 289

14 60 75 15 225

15 53 70 17 289

869 1128 259 4811

Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:

Md

=

= 17,26

2. Mencari harga “∑ ” dengan menggunakan rumus:

= 4811 −

= 4811 − =

4811 − 4472

= 339

3. Menentukan harga t Hitung

t =

t =

t =

t =

t =

t = 13,69

4. Menentukan harga t Tabel

Untuk mencari t Tabel peneliti menggunakan table distribusi t

= ∑ − ( ∑ )

= ∑

∑ ( )

,

( ) ,

,

√ ,

,

,

dengan taraf signifikan = 0,05 dan − 1 = 15 – 1 = 14 maka

diperoleh t 0,05 = 2,14. Setelah diperoleh tHitung= 13,69 dan tTabel = 2,14

maka diperoleh tHitung > tTabel atau 13,69> 2,14. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti bahwa ada

pengaruh penggunaan model pembelajaran Example Non-Example

terhadap hasil belajar menulis deskripsi kelas IV SDI Tebbakang

Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

B. Pembahasan

Pada bagian ini akan diuraikan hasil yang ditemukan dalam penelitian.

Hasil yang dimaksudkan yaitu kesimpulan yang diambil berdasarkan data yang

terkumpul dan analisis data yang telah dilakukan.

Berdasarkan hasil pre-test, nilai rata-rata hasil belajar murid 57,93 dengan

kategori yakni sangat rendah yaitu 13,33%, rendah 33,33%, sedang 13,33%,

tinggi 33,33% dan sangat tingggi berada pada presentase 6,66%.. Melihat dari

hasil presentase yang ada dapat dikatakan bahwa tingkat hasil belajar murid

sebelum diterapkan model pembelajaran Example Non-Example tergolong

rendah.

Selanjutnya nilai rata-rata hasil post-test adalah 75,2 jadi setelah

diterapkan model pembelajaran Example Non-Example mempunyai hasil belajar

yang lebih baik dibanding dengan sebelum penerapan model pembelajaran

Example Non-Example. Selain itu persentasi kategori hasil belajar Bahasa

Indonesia murid juga meningkat yakni sangat tinggi yaitu 26,66%, tinggi

53,33%, sedang 13,33%, rendah 6,66%, dan sangat rendah berada pada

presentase 0,00%.

. =

Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan

rumus uji t, dapat diketahui bahwa nilai thitung sebesar 13,69. Dengan frekuensi

(dk) sebesar 15 - 1 = 14, pada taraf signifikansi 5% diperoleh ttabel = 2,14. Oleh

karena thitung >ttabel pada taraf signifikansi 0,05, maka hipotesis nol (H0) ditolak

dan hipotesis alternative (Ha) diterima yang berarti bahwa ada pengaruh dalam

menerapkan model pembelajaran Example Non-Example terhadap hasil belajar

murid.

Hasil analisis diatas yang menunjukkan adanya pengaruh model

pembelajaran Example Non-Example sejalan dengan hasil observasi yang

dilakukan. Berdasarkan hasil observasi terdapat perubahan pada murid yaitu pada

awal kegiatan pembelajaran ada beberapa murid yang melakukan kegiatan lain

atau bersikap cuek selama pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dilihat pada

pertemuan pertama murid yang melakukan kegiatan lain sebanyak 2 orang,

sedangkan pada pertemuan terakhir hanya 1 murid yang melakukan kegiatan lain

pada saat permainan berlangsung. Pada awal pertemuan, hanya sedikit murid

yang aktif mengikuti pembelajaran. Akan tetapi sejalan dengan diterapkannya

metode bermain murid mulai aktif pada setiap pertemuan.

Hasil observasi menunjukkan banyaknya jumlah murid yang menjawab

pada saat diajukan pertanyaan dan murid yang mengajukan diri untuk melakukan

kegiatan pembelajaran. Murid juga mulai aktif dan percaya diri untuk

menyampaikan perasaan dan pendapatnya setelah melakukan kegiatan

permainan, mereka mengaku senang dan sangat menikmati permainan yang

dilakukan sehingga termotivasi untuk mengikuti pelajaran. Proses pembelajaran

yang menyenangkan membuat murid tidak lagi keluar masuk pada saat

pembelajaran berlangsung dan tidak lagi merasa bosan atau pun tertekan ketika

mengikuti proses pembelajaran di kelas.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yang

diperoleh serta hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

ada pengaruh dalam penggunaan model pembelajaran Example Non-Example

terhadap hasil belajar menulis deskripsi kelas IV SDI Tebbakang Kecamatan

Bajeng Kabupaten Gowa.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang lebih rinci berkaitan pelaksanaan pembelajran dengan

menggunakan model pembelajaran Example Non-Example pada murid kelas

IV SDI Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa:

1. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

murid kelas IV SDI Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

setelah menerapkan Model pembelajaran Example Non-Example terjadi

peningkatan dilihat dari perolehan persentase yaitu sangat tinggi26,66%,

tinggi 53,33%, sedang 13,33%, rendah 6,66%, dan sangat rendah berada

pada presentase 0,00%.

2. Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan penggunaan model

pembelajaran Example Non-Example berpengaruh terhadap hasil belajar

setelah diperoleh tHitung= 13,69 dan tTabel = 2,14 maka hipotesis diterima.

B. Saran

Berdasarkan temuan yang berkaitan hasil penelitian penggunaan

model pembelajaran Example Non-Example yang mempengaruhi hasil belajar

murid kelas IV SDI Tebbakang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, maka

dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada para pendidik khususnya guru SDI Tebbakang Kecamatan

Bajeng Kabupaten Gowa, disarankan menerapkan model pembelajaran

Example Non-Example untuk membangkitkan minat dan motivasi siswa

untuk belajar.

2. Kepada Kepala Sekolah untuk dapat mendorong guru mengikuti diklat

inovasi pembelajaran secara berkesinambungan.

3. Kepada calon Peneliti, diharapkan dapat memilih dan mengembangkan

model pembelajaran Example Non Example ini dengan menerapkan pada

materi lain untuk mengetahui apakah materi lain cocok dengan model

pembelajaran ini demi tercapainya tujuan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anni,. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Astuti 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Example Non-Example Terhadap Hasil

Belajar Menulis Deskripsi Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV

SD 3 Temulus Mejobo Kudus”

Carpenter, D. R. dan Hanson, Mary Jane S. 2011. Integrating cooperative learning into

classroom testing: implications for nursing education and practice. Online.

Available at http://www.freepatentsonline.com/article/NursingEducation-

Perspectives/265289793.html. Diakses tanggal [accesed 10/01/19]

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Dharma Bhakti.

Djuanda, 2006. Pengerian bahasa Indonesia (online)

(http://pengertianahlidaninfo.blogspot.com/2016/09/pengertian-dan-

tujuanbahasa-indonesia.html diakses pada tanggal 10 januari 2019)

----- 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22

tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta: Dharma Bhakti.

Huda, 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Iskandarwassid. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset.

Kristiantari, Rini. 2010. Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar Menulis Deskripsi

dan Narasi. Yogyakarta: Media Ilmu.

Kurniadi, Hary. 2010. Model Pembelajaran Examples Non Examples.

(http://www.papantulisku.com/2010/01/model‐pembelajaranexamplesnon.html. Diakses 216/01/19)

Muchlisoh, dkk 1992. Tujuan Menulis (online)

(https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2015/12/14/keterampilan-

menulisparagraf-deskripsi/, diakses pada tanggal 14 januari 2019)

Nursidik, K. 2007. Karakteristik dan Kebutuhan Pendidikan Anak Usia Sekolah

Dasar. http://nhowitzer.multiply.com/jurnal/item/3.html. Diakses 19/01/19

Santosa, 2009. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Silberman, M. L. 2009. Active Learning. Terjemahan Sarjuli. Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:

Alfabeta.

Suprijono. 2012. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto 2013 .Tujuan dan Manfaat Menulis, (online)

(https://bahasakublog.wordpress.com/2012/08/13/tujauan-dan-

manfaatmenulis/, diakses pada tanggal 14 januari 2019)

Suyatno, 2009. Model pembelajaran example non-example, (online)

(http://abdulgopuroke.blogspot.com/2017/03/model-pembelajaran-

examplenon-example.html, diakses pada tanggal 16 januari 2019)

Tarigan, 2008. Menulis Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SD Inpres Tebbakang

Kelas / Semester : 4 / 1 (Satu)

Tema 5 : Pahlawanku

Subtema 1 : Perjuangan Para Pahlawan

Pembelajaran : 1

Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan ( 2 x 35

menit)

A. KOMPETENSI INTI (KI)

KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya

diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.

KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,

membaca dan menanya) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang

dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang

dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.

KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis,

dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan

dalam tindakan yang mencerminkan peri-laku anak beriman dan berakhlak

mulia.

B. KOMPETENSI DASAR (KD) Bahasa Indonesia Kompetensi Dasar (KD)

3.5 Menggali informasi dari teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah dan

perkembangan Hindu- Buddha di Indonesia dengan bantuan guru dan teman

dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata

baku

4.5 Mengolah dan menyajikan teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah

dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia secara mandiri dalam bahasa Indonesia

lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku Indikator :

3.5.1 Menemukan informasi yang terkait dengan kehidupan pada masa salah satu

kerajaan Hindu-Buddha

4.5.1 Membuat ulasan sederhana terkait dengan kehidupan pada masa salah satu

kerajaan Hindu-Buddha dengan menggunakan kosakata baku.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Dengan mengolah informasi dan berdiskusi, siswa membuat rangkuman tentang

perjuangan beberapa tokoh berdasarkan sejarah dari masa kerajaan Hindu, Buddha,

dan Islam dengan tepat dan percaya diri.

2. Dengan membaca teks, siswa mampu menemukan paling sedikit 3 informasi tentang

perjuangan Raja Purnawarman dengan benar dan percaya diri.

3. Dengan menganalisis bacaan dan melakukan diskusi tentang Raja Purnawarman,

siswa mampu memberikan pendapatnya tentang sikap Raja tersebut dengan percaya

diri dan rinci.

E. MATERI PEMBELAJARAN

1. Mengenal arti pahlawan

2. Mengulas bacaan tentang Raja Purnawarman

F. METODE PEMBELAJARAN

1. Pendekatan : Saintifik

2. Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan dan ceramah

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

Pendahuluan 1. Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa

berdo’a.

2. Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi

lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian,

posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan

kegiatan pembelajaran.

3. Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan

yaitu tentang ”Pahlawanku”.

4. Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi

kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi,

mengomunikasikan dan menyimpulkan.

10 menit

Inti 5. Siswa diminta untuk mengamati gambar yang ada

pada buku (Mengamati)

6. Guru meminta siswa untuk membacakan materi

tentang raja purnawarman

7. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok.

8. Setiap kelompok mendapat materi yang berkaitan

dengan raja Purnawarman

9. Bantu siswa yang tampaknya mengalami

kesulitan.

45 menit

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

10. Batasi waktu sesuai dengan jam pelajaran.

11. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari

materi pelajaran. (Mengkomunikasikan)

Penutup 12. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan /

rangkuman hasil belajar

13. Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari

(untuk mengetahui hasil ketercapaian materi)

14. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran

yang telah diikuti.

15. Melakukan penilaian hasil belajar

16. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan

keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri

kegiatan pembelajaran)

15 menit

H. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN

1. Buku Pedoman Guru Tema : Pahlawanku Kelas 4

2. Buku Siswa Tema : Pahlawanku Kelas 4

3. Gambar tokoh kerajaan Hindu- Buddha

4. Teks tentang kepahlawanan

I. PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR

1. Rubrik Bahasa Indonesia : Mendeskripsikan diri sendiri atau teman berdasarkan cerita

yang ada pada buku dengan memperhatikan langkah-langkah menulis deskripsi.

Kriteria 4 3 2 1

Kesesuaian

objek

Objek

dideskripsikan

dengan jelas

Objek

dideskripsikan

kurang jelas

Objek

dideskripsikan

tidak jelas.

Siswa tidak

mampu

mendeskripsikan

objek

Pilihan struktur

dan kosa kata

Pilihan dan

struktur kosa

kata yang

tepat

Pilihan

struktur dan

kosa kata yang

cukup tepat

Pilihan

struktur dan

kosa kata

yang kurang

tepat

Pilihan struktur

dan kosa kata

yang tidak tepat

Keterpaduan

antar kalimat

Keterpaduan

antar kalimat

satu dan

lainnya tepat

Keterpaduan

antar kalimat

satu dan

lainnya cukup

tepat

Keterpaduan

antar kalimat

satu dan

lainnya kurang

tepat

Keterpaduan

antar kalimat

satu dan lainnya

tidak tepat

EYD Penggunaan

Eyd yang tepat Penggunaan

Eyd yang

cukup tepat

Penggunaan

Eyd yang

kurang tepat

Penggunaan Eyd

yang tidak tepat

2. Penilaian sikap (cinta tanah air dan bekerja sama).

No Sikap Belum

Terlihat

Mulai

Terlihat

Mulai

Berkembang Membudaya Ket.

1 Teliti

2 Bertanggung

Jawab

3 Disiplin

Tebbakang, 19 juli 2019

Mengetahui,

Guru Pamong, Mahasiswa

Hasniah, S.Pd Khadijah

NIM. 10540 9590 15

Menyetujui,

Kepala Sekolah

SD INPRES TEBBAKANG

Ratnawati,S.Pd

NIP: 196305011982062002

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SD Inpres Tebbakang

Kelas / Semester : 4 / 1 (Satu)

Tema 5 : Pahlawanku

Subtema 1 : Perjuangan Para Pahlawan

Pembelajaran : 1

Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan ( 2 x 35

menit)

A. KOMPETENSI INTI (KI)

KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya

diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.

KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,

membaca dan menanya) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang

dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang

dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.

KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis,

dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan

dalam tindakan yang mencerminkan peri-laku anak beriman dan berakhlak

mulia.

B. KOMPETENSI DASAR (KD) Bahasa Indonesia Kompetensi Dasar (KD)

3.5 Menggali informasi dari teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah dan

perkembangan Hindu- Buddha di Indonesia dengan bantuan guru dan teman

dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata

baku

4.5 Mengolah dan menyajikan teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah

dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia secara mandiri dalam bahasa Indonesia

lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku Indikator :

3.5.2 Mengidentifikasi tokoh yang terdapat pada teks

4.5.2 Mendeskripsikan tokoh yang terdapat pada teks

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Dengan mengolah informasi dan berdiskusi, siswa membuat rangkuman tentang

perjuangan beberapa tokoh berdasarkan sejarah dari masa kerajaan Hindu, Buddha,

dan Islam dengan tepat dan percaya diri.

2. Dengan membaca teks, siswa mampu menemukan paling sedikit 3 informasi tentang

perjuangan tokoh di masa kerajaan Hindu, Buddha, dan Islam dengan benar dan

percaya diri.

3. Dengan menganalisis bacaan dan melakukan diskusi tentang tokoh di masa kerajaan

Hindu, Buddha, dan Islam, siswa mampu memberikan mendeskripsikan.

E. MATERI PEMBELAJARAN

1. Mengenal arti pahlawan

2. Mengulas bacaan tentang tokoh di masa kerajaan Hindu, Buddha, dan Islam

3. Menulis Deskripsi

F. METODE PEMBELAJARAN

3. Pendekatan : Saintifik

4. Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan dan ceramah

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

Pendahuluan 1. Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa

berdo’a.

2. Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi

lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian,

posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan

kegiatan pembelajaran.

3. Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan

yaitu tentang ”Pahlawanku”.

4. Guru melakukan apersepsi

5. Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi

kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi,

mengomunikasikan dan menyimpulkan.

10 menit

Inti 6. Guru menjelaskan tentang menulis deskripsi

7. Siswa diminta untuk mengamati gambar yang ada

pada teks (Mengamati)

8. Guru meminta siswa untuk menuliskan beberapa

pertanyaan yang ingin mereka ketahui tentang

tokoh-tokoh tersebut. (Menanya)

9. Siswa mendiskusikan langkah dalam menulis

deskripsi dengan teman mereka. (Mengekplorasi)

10. Siswa diminta untuk mendeskripsikan tentang

45 menit

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

tokoh yang ada pada teks (Mengasosiasi)

11. Saat siswa mengerjakan tugas, guru berputar

memastikan bahwa semua siswa memahami

instruksi yang diberikan.

12. Bantu siswa yang tampaknya mengalami

kesulitan.

13. Batasi waktu sesuai dengan jam pelajaran.

14. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari

materi pelajaran. (Mengkomunikasikan)

Penutup 15. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan /

rangkuman hasil belajar

16. Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari

(untuk mengetahui hasil ketercapaian materi)

17. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran

yang telah diikuti.

18. Melakukan penilaian hasil belajar

19. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan

keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri

kegiatan pembelajaran)

15 menit

H. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN

5. Buku Pedoman Guru Tema : Pahlawanku Kelas 4

6. Buku Siswa Tema : Pahlawanku Kelas 4

7. Gambar tokoh kerajaan Hindu- Buddha

8. Teks tentang kepahlawanan

I. PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR

1.Rubrik Bahasa Indonesia : Mendeskripsikan diri sendiri atau teman berdasarkan cerita

yang ada pada buku dengan memperhatikan langkah-langkah menulis deskripsi.

Kriteria 4 3 2 1

Kesesuaian

objek

Objek

dideskripsikan

dengan jelas

Objek

dideskripsikan

kurang jelas

Objek

dideskripsikan

tidak jelas.

Siswa tidak

mampu

mendeskripsikan

objek

Pilihan struktur

dan kosa kata

Pilihan dan

struktur kosa

Pilihan

struktur dan

Pilihan

struktur dan

Pilihan struktur

dan kosa kata

kata yang tepat kosa kata yang

cukup tepat

kosa kata yang

kurang tepat

yang tidak tepat

Keterpaduan

antar kalimat

Keterpaduan

antar kalimat

satu dan

lainnya tepat

Keterpaduan

antar kalimat

satu dan

lainnya cukup

tepat

Keterpaduan

antar kalimat

satu dan

lainnya kurang

tepat

Keterpaduan

antar kalimat

satu dan lainnya

tidak tepat

EYD Penggunaan

Eyd yang tepat Penggunaan

Eyd yang

cukup tepat

Penggunaan

Eyd yang

kurang tepat

Penggunaan Eyd

yang tidak tepat

2.Penilaian sikap (cinta tanah air dan bekerja sama).

No Sikap Belum

Terlihat

Mulai

Terlihat

Mulai

Berkembang Membudaya Ket.

1 Teliti

2 Bertanggung

Jawab

3 Disiplin

Tebbakang, 19 juli 2019

Mengetahui,

Guru Pamong, Mahasiswa

Hasniah, S.Pd Khadijah

NIP: NIM. 10540 9590 15

Menyetujui,

Kepala Sekolah

SD INPRES TEBBAKANG

Ratnawati,S.Pd,

NIP: 196305011982062002

Materi Ajar

Raja Purnawarman

Raja Purnawarman mulai memerintah kerajaan tarumanegara pada tahun 395 M. pada

masa pemerintahaannya, ia selalu berjuang untuk rakyatnya. Ia membangun saluran air dan

memberantas perampok.

Raja Purnawarman sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Ia memperbaiki

aliran sungai gangga di daerah cirebon. Dua tahun kemudian, ia juga memperbaiki dan

memperindah alur sungai cupu sehingga air bisa mengalir ke seluruh kerajaan. Para petani

senang karena ladang mereka mendapat air dari aliran sungai sehingga menjadi subur.

Ladang para petani tidak kekeringan pada musim kemarau.

Raja Purnawarman juga berani memimpin angkatan laut kerajaan Tarumanegara

untuk memerangi bajak laut yang merajalela di perairan Barat dan utara kerajaan. Setelah

Raja purnawarman berhasil membasahi semua perampok, tarumanegara kemudian aman dan

sejahtera.

Sebagai wujud kecintaan rakyat kerajaan tarumanegara kepada Raja Purnawarman,

telapak kakinya di abadikan dalam bentuk prasasti yang di kenal sebagai prasasti Ciaruteun.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah berdasarkan cerita di atas !

LEMBAR KERJA MURID

1. Tuliskan perjuangan yang dilakukan oleh Raja Purnawarman

2. Tuliskan sikap kepahlawanan yang dimiliki oleh Raja Purnawarman!

3. Apa yang dirasakan rakyat Kerajaan Tarumanegara atas perjuangan yang dilakukan

oleh Raja Purnawarman?

4. Menurutmu, bagaimana kehidupan rakyat Kerajaan Tarumanegara jika Rajanya

tidak memiliki sikap kepahlawanan?

Lampiran I

Data Perolehan Skor Hasil Belajar Pre-Test

No Nomor Stambuk

Tahap menyelesaikan tes

Jumla

h Nilai Tanda

Baca

(skor 20)

Pengguna

aan Huruf

Kapital

(skor 30)

Kerapian

Tulisan

(skor 50)

1. 16050205 5 10 19 34 34

2. 21032998 17 28 45 90 90

3. 24033010 10 20 33 63 63

4. 24852065 15 25 40 80 80

5. 24852066 5 10 18 33 33

6. 24852069 10 10 20 40 40

7. 31036755 12 23 30 65 65

8. 31036757 12 20 33 65 65

9. 31036760 15 20 40 75 75

10. 31036765 12 20 38 70 70

11. 31036766 8 12 20 40 40

12. 31036767 10 18 20 48 48

13. 31036768 10 18 25 53 53

14. 31036771 10 20 30 60 60

15. 31036774 10 18 25 53 53

Keterangan :

1. Tanda Baca : 0 - 10 = Kurang tepat

11 - 15 = Cukup tepat

16 - 20 = Sangat tepat

2. Penggunaan Huruf kapital: 0 - 15 = Tidak

tepat

16 - 25 = Kurang

tepat

26 - 30 = Sangat

tepat

3. Kerapian

Tulisan: Lampiran II

1 - 30

31 - 40

= Tidak

sesuai =

Kurang

sesuai

41 - 50 = Sangat

sesuai

Data Perolehan Skor Hasil Belajar Post-Test

No Nomor Stambuk

Tahap menyelesaikan tes

Jumla

h Nilai Tanda

Baca

(skor 20)

Pengguna

an huruf

kapital

(skor 30)

Kerapian

Tulisan

(skor 50)

1. 16050205 10 15 33 58 58

2. 21032998 20 28 47 95 95

3. 24033010 12 28 40 80 80

4. 24852065 20 28 45 93 93

5. 24852066 9 15 30 54 54

6. 24852069 10 20 30 60 60

7. 31036755 15 25 40 80 80

8. 31036757 18 25 40 83 83

9. 31036760 20 28 42 90 90

10. 31036765 18 25 42 85 85

11. 31036766 15 15 35 65 65

12. 31036767 14 18 38 70 70

13. 31036768 15 20 35 70 70

14. 31036771 12 23 40 75 75

15. 31036774 14 20 36 70 70

Keterangan :

1. Tanda baca : 0 - 10 = Kurang tepat

11 - 15 = Cukup tepat

17 - 20 = Sangat tepat

2. Penggunaan huruf capital : 0 - 15 = Tidak

tepat

16 – 25 = Kurang

tepat

27 - 30 = Sangat

tepat

3. Kerapian Tulisan : 1 - 30 = Tidak

sesuai

31 - 40 = Kurang

sesuai

41 - 50 = Sangat

sesuai

RIWAYAT HIDUP

KHADIJAH, lahir di Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan,

pada tanggal 30 Oktober 1997. Anak ke empat dari 4

bersaudara pasangan Mahang dan Saummi. Penulis

menyelesaikan pendidikan dasar di SD Inpres Tebbakang

pada tahun 2009. Pada tahun 2012 menyelesaikan

pendidikan di SMP Negeri 2 Bajeng. Pada tahun 2015

menyelesaikan pendidikaan di SMA Negeri 1 Bajeng, kemudian Penulis

melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Universitas Muhammadiyah

Makassar pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar

sampai tahun 2019.

Selama berstatus sebagai mahasiswa, penulis giat dalam mengikuti

perkuliahan dikampus dan mengikuti seminar yang diadakan oleh kampus. Untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan menulis skripsi dengan judul “ Pengaruh

Model Pembelajaran Example Non Example Terhadap Hasil Belajar Menulis

Deskripsi Siswa Kelas IV SD Inpres Tebbakang Kecamaten Bajeng

Kabupaten Gowa ”