Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

download Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

of 18

Transcript of Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

  • 8/14/2019 Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

    1/18

    LEMBAR PENGESAHAN

    Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Sistem

    Pencernaan disusun oleh:

    N a m a : Agung Wardani

    NIM : 071404097

    Kelas : A

    Klp : II

    Telah diperiksa dan dikonsultasikan kepada Asisten dan Koordinator Asisten dan

    dinyatakan diterima.

    Makassar, April 2009

    Koordinator Asisten, Asisten,

    ST, ZAENAB MARDHAWATY ACHIRUNIM: 0514040083 NIM : 051404049

    Mengetahui,

    Dosen Penanggung jawab

    Drs. ADNAN , M.S.NIP: 131772272

  • 8/14/2019 Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

    2/18

    BAB IPENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kehidupan sehari-hari kita selalu memerlukan makanan. Ketika kita

    merasa lapar, maka satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah dengan makan.

    Beragam jenis makanan kita makan tiap hari. Hal ini berarti, kita memasukkan

    berbagai jenis zat yang terkandung dalam makanan itu ke dalam tubuh kita.

    Setiap jenis makanan mengandung berbagai jenis subtansi yang berbeda pula,

    seperti protein, lemak, karbohidrat, dan sebagainya. Perbedaan subtansi ini

    membuat tubuh memberikan respon yang berbeda pula dalam mengolah zat-zat

    tersebut. Dalam hal ini, kita berbicara mengenai proses pencernaan tersebut.

    Semua hewan, makanan yang secara nutrisi memadai sangat diperlukan

    untuk homeostasis, yaitu keseimbangan yang tunak (steady-state) dalam fungsi-

    fungsi tubuh. komposisi makanan-makanan yang seimbang menyediakan bahan

    baker untuk kerja seluler dan juga semua bahan-bahan yang diperlukan oleh

    tubuh untuk membangun molekul organiknya sendiri. Hewan dapat mencerna

    makanan dengan dua cara, yaitu dengan cara mekanik dan dengan bantuan zat-zat kimia yang ada dalam tubuh. Pencernaan secara mekanik, dilakukan di dalam

    mulut, sedangkan pencernaan secara kimiawi dilakukan dalam saluran dan

    kelenjar-kelenjar pencernaan.

    Untuk memahami lebih lanjut konsep mengenai pencernaan, utamanya

    pencernaan berbagai jenis zat yang trekandung dalam makanan, seperti

    karbohidrat, lipid, dan protein, maka diperlukan sebuah kegiatan yang dapat

    menunjukkan proses-proses tersebut. Oleh karena itu, pada praktikum kali ini

    akan dilaksanakan percobaan mengenai sistem pencernaan yaitu proses kerja

    amilase ludah, serta memaham factor-faktor yang mempengaruhi kerja amylase

    khususnya dalam system pencernaan manusia.

    B. Tujuan Praktikum

  • 8/14/2019 Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

    3/18

    Adapun tujuan praktikum ini yaitu untuk memgetahui proses kerja enzim

    amylase pada pencernaan zat karbohidrat

    C. Manfaat Praktikum

    Adapun manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui proses

    kerja enzim amylase pada pencernaan zat karbohidart

    BAB II

  • 8/14/2019 Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

    4/18

    TINJAUAN PUSTAKA

    Pada manusia, lebih dari satu liter ludah disekresikan ke dalam rongga mulut

    setiap hati, terlarut dalam ludah adalah glikoprotein licin (kompleks karbohidrat

    protein) yang disebut musin yang melindungi lapisan lunak rongga mulut dari

    kerusakan akibat gesekan dan melumasi makanan supaya lebih mudah ditelan. Ludah

    mengandung buffer (dapar atau penyanggah) yang membantu mencegah pembusukan

    geligi dengan cara menetralkan asam dalam mulut. Zat anti bakteri dalam ludah juga

    akan membunuh banyka bakteri yang memasuki mulut melalui makanan

    (Kimball, 1999)Pada manusia, lebih dari satu liter ludah disekresikan ke dalam rongga mulut

    setiap hati, terlarut dalam ludah adalah glikoprotein licin (kompleks karbohidrat

    protein) yang disebut musin yang melindungi lapisan lunak rongga mulut dari

    kerusakan akibat gesekan dan melumasi makanan supaya lebih mudah ditelan. Ludah

    mengandung buffer (dapar atau penyanggah) yang membantu mencegah pembusukan

    geligi dengan cara menetralkan asam dalam mulut. Zat anti bakteri dalam ludah juga

    akan membunuh banyka bakteri yang memasuki mulut melalui makanan

    (Kimball, 1999)

    Sistem pencernaan pada mamalia terdiri atas saluran pencernaan dan berbagi

    kelenjar aksesoris yang mensekresikan getah pencernaan ke dalam saluran itu melalui

    duktus (saluran). Peristaltis, gelombang kontraksi berirama oleh otot polos pads

    dinding saluran pencernaan, akan mendorong makanan disepanajng saluran tersebut.

    Pada beberap persambungan antara segmen-segmen terspealisasi (khusus) pada pipa

    pencernaan, lapisan otot dimodifikasi menjadi katup berbentuk cincin yang disebut

    sfingter (Sphincter), yang menutup pipa pencernaan tersebut seperti tali pengikat, dan

    mengatru aliran materi diantara ruangan-ruangan dalam saluran itu (Pearce, 2004).

    Penelanan (ingestion), tindakan memakan, adalah tahapan pertama

    pengolahan makanan. Pencernaan (Digestion), tahapan kedua adalah proses

    perombakan makanan menjadi molekul-molekul yang cukup kecil sehingga dapat

    diserap oleh tubuh. Sebaian besar bahan organik dalam makanan terdiri atas protein,

  • 8/14/2019 Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

    5/18

    lemak, karbohidrat, dalam bentuk pati dan polisakarida lainya. Meskipun semua

    makromolekul tersebut adalah bahan mentah yang sesuai, hewan tidak dapat

    menggunakan molekul molekul itu secara langsung, dengan dua alasan. Pertama

    makromolekul terlalu besar untuk dapat melewati membran dan memasuki sel hewan,

    kedua makromolekul yang menyusun sel hewan tidak identik dengan makromolekul

    yang menyusun makanannya (Campbell, 2003).

    Saluran pencernaan makanan pada hewan rendah, partikel makanan ditelan

    tanpa ke dalam sel dengan proses yang disebut partikel makanan kemudian dicerna

    oleh asam dan enzim. Pencernaan ini dikenal dengnan istilah pencernaan intra sel.

    Pada hewan yang lebih tinggi derajat-derajat pencernaan makana terjadidi saluranpencernaan makanan. Pencernaan makanan tersebut adalah pencernaan ekstra seluler.

    Bila substansi makana yang diabsorbsi masuk kedalam darah untuk diangkut menuju

    ke sel jaringan. Namun ada juga bagian dari substansi makan yang tidak dapat

    dicerna dan ini dalam bentuk buangan zat, zat ini disimpan sementara, kemudian di

    buang keluar yang disebut peristiwa defekasi (Wulangi, 1993).

    Pencernaan karbohidrat adalah sumber energi kimia utama tubuh, dimulai

    dalam rongga mulut. Ludah mengndung amilase ludah (salivary amilase), enzim

    pencernaan yang menghidrolisis pati (polimer glukosa dari tumbuhan) dan glikogen

    (polimer glukosa dari hewan). Produk utama dari pencernaan oleh enzim ini adalah

    polisakarida yang lebih kecil dan disakarida maltosa (Campbell, 2003)

    Menurut Ismail (2006), Sifat-sifat Enzim yaitu:

    a. Secara kimia, umumnya enzim merupakan protein globular. (Beberapa molekul

    RNA disebut ribosom dapat juga disebut enzim. Mereka biasanya terdapat di inti

    sel).

    b. Enzim merupakan katalis yang memecah atau mensintesis senyawa kimia yang

    lebih kompleks. Enzim memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat untuk

    mendukung hidup. Kecepatan enzim jauh melebihi kecepatan reaksi kimia biasa,

    dengan menurunkan energi aktivasi. Enzim bekerja sangat efisien. Umumnya

    enzim dapat mengkatalisis reaksi antara 1 dan 10,000 molekul substrat per detik.

  • 8/14/2019 Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

    6/18

    c. Enzim hanya terdapat dalam jumlah kecil di dalam sel karena mereka tidak dapat

    diubah selama reaksi.

    Kelenjar aksesoris sistem pencernaan mamalia adalah tiga pasang kelenjar

    ludah (salivary gland), pankreas, hati (liver), dan organ penyimpanannya, kantung

    empedu (gallbladder). Dengan menggunakan manusia sebagai contoh, saluran

    pencernaan terdiri dari rongga mulut, oeophagus, ventrikulus, intestin, dan anus.

    Pencernaan makanan secara fisik dan kimiawi dimulai dari dalam mulut. Selama

    pengunyahan, geligi dengan berbagai ragam bentuk akan memotong, melumat, dan

    menggerus makanan yang membuat makanan tersebut lebih mudah ditelan dan

    meningkatkan luas permukaannya. Kehadiran makanan dalam rongga mulut akanmemicu refleks saraf yang menyebabakan kelenjar ludah mengeluarkan ludah melalui

    duktus (saluran) ke rongga mulut (Poedjiadi, l994).

    Dalam getah lambung, terdapat pepsin, yaitu enzim yang memulai hidrolisis

    protein, pepsin memecah ikatan peptida yang berlekatan dengan asam amino tertentu,

    sehingga memotong-motong protein menjadi polipeptida yang lebih kecil. Pepsin

    merupakan salah satu di antara sedikit enzim yang bekerja paling baik dalam

    lingkungan yang sangat asam. Sesungguhnya pH getah lambung yang rendah

    mendenaturasi protein dalam makanan, yang meningkatkan pemaparan ikatan

    peptidanya ke pepsin. Sel-sel terspesialisasi (di sebt sel chief) yang berlokasi di

    ceruk-ceruk lambung mensintesis dan mensekresikan pepsin dalam bentuk inaktif

    yang disebut pepsinogen. sel-sel yang berbeda (yang disebut sel paietal, juga terdapt

    di ceruk) mensekresikan asam klorida, yang mengubah pepsinogen menjadi pepsin

    aktif dengan cara membuang sebagian kecil molekul tersebut dan memaparkan sisi

    aktifnya (Anonim, 2009).

    BAB III

    METODE PRAKTIKUM

    A. Waktu dan Tempat

    Hari/tanggal : Rabu/ 25 Maret 2008

    Waktu : Pukul 14.00 s.d. 15.50 WITA

  • 8/14/2019 Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

    7/18

    Tempat : Laboratorium Biologi Lantai III Timur FMIPA UNM

    Makassar.

    B. Alat dan Bahan

    1. Alat

    a. Gelas aqua 1 buah

    b. Gelas kimia 1 buah

    c. Gelas ukur I buah

    d. Tabung reaksi 20 buah

    e. Rak tabung reaksi 1buah

    f. Plat tetes I buah

    g. Pipet tetes 3 buah

    h. Termometer 1 buah

    i. Bunsen spritus 1 buah

    j. Penjepit buaya 1 buah

    k. Lemari es

    l. Mistar 2. Bahan

    a. Air liur

    b. Aquades

    c. Larutan kanji 1% dan 5 %

    d. Larutan buffer pH 4, pH 5, pH 7 dan pH 9

    e. Larutan reagent iodine

    f. Alkohol 70%

    A. Prosedur Kerja

    1. Kegiatan I (pengaruh suhu terhadap kerja amilase)

    a. Mengisi empat tabung reaksi dengan air liur sebanyak 3 ml

  • 8/14/2019 Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

    8/18

    b. Memberikan label pada empat tabung reaksi tersebut. Tabung I dengan 4o,

    tabung II dengan 25o, tabung III dengan 37o. dan tabung IV dengan 70o.

    c. Meletakkan tabung I kedalam lemari es, tabung II ke dalam air kran,

    tabung III kedalam penangas air 37o dan tabung IV kedalam penangas air

    70o selama 10,15dan 30 menit.

    d. Setelah 10 menit tambahkan 5 ml larutan kanji pada masing-masing

    tabung lalu masukkan kembali ketempat semula.

    e. Menganbil sedikit sampel pada setiap waktu yang ditentukan dan

    meletakkannya diplet tetes kemudian menambahkan larutan iodine

    f. MEncatat hasilnya dengan memberi tanda positif (+) untuk reaksi positifdengan warna biru dan tanda negative (-) selain dari warna biru

    2. Kegiatan II (Pengaruh pH pada kerja amylase)

    a. Memberi sampel pada setiap tabung reaksi dan meletakkannya dirak

    tabung reaksi

    b. Memasukkan 3 ml air liur kedalam tabung reaksi

    c. Menambahkan 3 ml larutan buffer pH 4 kedalam tabung I, 3 ml larutan

    buffer pH 7 kedalam tabung II, Larutan Buffer pH 9 ke dalam tabung III

    dan 3 ml aquades ke dalam tabung 4.

    d. Mengocok tabung dan meletakkannya dalam penangas air 37o C selama 10

    menit.

    e. Menambahkan larutan kanji 1% ke dalam masing-masing tabung

    f. Mengaduk dan memasukkan kedalam penangasa air selama 5 menit.

    g. Mengambil sampel pada waktu 15 dan 30 menit

    h. Melakukan hidrolisis tepung dengan menambahkan 2 tetes reagen iodine

    dan mencatat hasilnya.

    3. Percobaan pengaruh substrat pada keja amylase

    a. Memberikan label pada 12 tabung reaksi dan meletakkannya pada rak

    tabung reaksi

  • 8/14/2019 Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

    9/18

    b. Memasukkan larutan kanji 1 % ke dalam tabung 1 - 5 masing-masing 1

    ml, 2ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml.

    c. Memasukkan larutan kanji 5 % ke dalam tabung 6 - 10 masig-masing 1

    ml, 2ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml.

    d. Memasukan 5 ml aquades pada tabung ll dan 5 ml lakohl 70 % pada

    tabung 12

    e. Mengocok tabung-tabung tersebut dan meletakkan pada penangas 37oC

    selama 20 menit

    f. Mengambil sampel dari masing-masing tabung sebanyak 4 kali setiap

    lima menit dan menetesinya dengan reagent iodine pada cawan Petri.

    BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Pengamatan

    1. Kegiatan 1

    Tabel I. Pengaruh jumlah substrat Terhadap Kerja Enzim Amilase

  • 8/14/2019 Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

    10/18

    Tabung Jumlah Substrat 5 menit 15 menit 30 menit

    I 3 ml Kanji 1% Putih (-) Kuningmuda (-)

    Orange (-)

    II 3 ml Kanji 1% Kuning (-)Kuning tua

    (-)Orange (-)

    III 3 ml Kanji 1% Kuning muda (-) Kuning (-) Orange (-)

    IV 3 ml Kanji 1% Kuning muda (-) Kuning (-) Orange (-)

    V 3 ml Kanji 1% Kuning muda (-) Hijau (-) Orange (-)

    VI 3 ml Kanji 5% Kuning tua (-) Kuning (-) Orange (-)

    VII 3 ml Kanji 5% Biru (+) Kuning (-) Orange (-)

    VIII 3 ml Kanji 5% Brtu (+) Kuning (-) Orange (-)

    IX 3 ml Kanji 5% Biru (+)Kuning tua

    (-)Orange (-)

    X 3 ml Kanji 5% Biru (+) Kuning (-) Orange (-)

    XI 3 ml Aquades Kuning muda (-) Kuning (-) Orange (-)

    XII 3 mlAlkohol

    70 %Kuning tua (-) Kuning (-) Orange (-)

    2. Kegiatan 2

    Tabel II. Pengaruh suhu terhadap kerja enzim amilase

    Tabung Suhu Perubahan warna Keterangan Reaksi

    I 4oC Orange (-) Negatif

    II 25 oC Orange (-) Negatif

    III 37 oC Orange terang (-) Negatif

    IV 70 oC Orange terang (-) Negatif

    3. Kegiatan 3

    Tabel III. Pengaruh pH terhadap kerja enzim amilase

    Tabung L. Buffer 5 Menit 15 Menit 30 Menit

    I pH 4 Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-)

  • 8/14/2019 Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

    11/18

    II pH 5 Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-)

    III pH 9 Kuning (-) Orange (-) Orange (-)

    IV Aquades Orange (-) Orange (-) Orange (-)

    A. Pembahasan

    1. Pengaruh suhu terhadap kerja amylase

    Pada perlakuan pertama, dimana tabung reaksi yang berisis amilum 1

    %sebanyak 1 ml dan telah diberi sediaan 1 ml dan ditempatkan pada suhu 4

    derajat celcius (pendingin). Setelah beberapa saat (5 menit) diberi reagen

    iodine maka perubahan warna yang muncul adalah warna kuning (-), tanda

    negative ini berarti enzim tidak bekerja secara efektif demikian pula pada

    pengamatan 15 menit terakhir.

    Pada perlakuan dengan menempatkan tabung reaksi yang telah berisi

    amilum dan sediaan pada suhu 27 oC, menunjukkan perubahan warna lebih

    gelap/ hitam keunguan (positif) dan dalam hal ini terjadi pada 15 menit

    terakhir pengamatan, hal ini menunjukkan bahwa enzim bekerja efektif pada

    suhu 27 oC, pada perlakuan 37oC dan 70 oc perubahan warna menunjukkan

    perubahan reaksi yang negative. Jadi enzim amylase tidak bekerja efektif pada

    suhu tersebut.

    Tiap enzim mempunyai temperatur optimum dimana dapat bekerja

    dengan baik. Sampai dengan temperatur optimum kecepatan reaksi

    meningkat dengan meningkatnya temperatur. Peningkatan kecepatan terjadi

    karena molekul enzim dan substrat keduanya mempunyai energi kinetik yang

    lebih untuk lebih sering bertabrakan, dan juga karena lebih banyak molekul

    mempunyai energi yang cukup untuk melampaui pembatas energi aktivasi.

    Bila temperatur terus meningkat di atas temperatur optimum, panas tersebutmenyebabkan enzim mengalami denaturasi. Akibatnya enzim kehilangan

    bentuk fungsionalnya oleh rusaknya ikatan hidrogen. Temperatur dingin, pada

    sisi lain, menurunkan aktivitas enzim oleh penurunan gerak molekuler.

    2. Pengaruh pH terhadap kerja enzim amyiase

  • 8/14/2019 Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

    12/18

    Pada perlakuan dengan menambahkan larutan buffer, dengan pH 4,

    setelah diberi uji reagent iodine, perubahan warna yang terjadi agak kekuning

    kuningan (cenderung ke arah warna merah), berarti reaksi yang terjadi

    negative, dan dengan demikian enzim amylase tidak efektif pada lingkungan

    dengan derajat keasaman pH 4. Pada pH 7 reaksi yang terjadi menunjukkan

    warna yang positif begitu pula dengan perlakuan yang hanya menggunakan

    aquades, reaksi yang terjadi menunjukkan perubahan warna yang positif,

    namun pada pH 9 dan pH 5 reaksi yang terjadi sama dengan perlakuan pada

    pH 4. Hal ini menunjukkan kinerja enzim amylase akan lebih efektif pada pH

    netral dan juga memiliki tingkat kejenuhan pada pH tertentu, dalam artianenzim memiliki kemampuan mengkatalisis suatu reaksi pada pH tertentu. Tiap

    enzim mempunyai pH optimum yang membantu menjaga bentuk tiga-

    dimensiolnya. Perubahan dalam pH dapat menyebabkan denaturasi enzim

    dengan mengubah muatan enzim

    3. Pengaruh substrat terhadap kerja enzim amilase

    Pengaruh substrat (kanji 0,1 %) yang mengalami reaksi negative adalah

    jumlah larutan yang digunakan I ml dan 2 ml, sedangkan yang lain mengalami

    reaksi yang positif. Dan untuk konsentrasi substrat (kanji 0,5 %), sebagian

    besar menunjukkan perubahan warna setelah diberi reagent iodint biru

    kehitam-hitaman atau reaksinya positif.

    Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa enzim akan

    bekerja jika substrat yang akan dikatalisis itu berimbang, artinya segala sisi

    aktif substrat dapat dimanfaatkan oleh enzim, sehingga amilum dapat terurai

    sempurna. Begitupun sebaliknya, bahwa jika substrat pada konsentrasi tinggi,

    maka enzim kana mengalami kejenuhan sehingga enzim tidak dapat

    mengkatalisis reaksi tersebut.

    Jika substrat berupa aquades menunjukkan reaksi yang positif pula,

    namun jika substratnya berupa alcohol perubahan warna menunjukkan

    perubahan ke arah reaksi yang negative, hal ini menunjukkan tidak satupun

  • 8/14/2019 Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

    13/18

    sisi aktif yang dapat dimanfaatkan oleh enzim dengan alcohol sebagai

    substratnya, sesuai dengan teori lock and key.Pada konsentrasi enzim yang

    tetap dan konsentrasi substrat rendah, konsentrasi substrat merupakan faktor

    pembatas. Apabila konsentrasi substrat ditingkatkan, kecepatan reaksi enzim

    akan meningkat. Namun, pada konsentrasi substrat yang sangat tinggi, enzim

    akan menjadi jenuh dengan substrat dan konsentrasi substrat yang lebih tinggi

    tidak meningkatkan kecepatan reaksi.

    BAB VPENUTUP

    1. Kesimpulan

    1. Kinerja enzim amilase sangat dipengaruhi oleh faktor suhu, derajat keasaman,

    dan konsentrasi substrat.

    2. Pada konsentrasi enzim yang tetap, apabila konsentrasi substrat ditingkatkan,

    kecepatan reaksi enzim akan meningkat. pada konsentrasi substrat yang

    sangat tinggi, enzim akan menjadi jenuh dengan substrat dan konsentrasi

    substrat yang lebih tinggi tidak meningkatkan kecepatan reaksi.

    3. Tiap enzim mempunyai temperatur optimum dimana dapat bekerja dengan

    baik. Sampai dengan temperatur optimum kecepatan reaksi meningkat

    dengan meningkatnya temperatur.

    4. Tiap enzim mempunyai pH optimum yang membantu menjaga bentuk tiga-

    dimensiolnya. Perubahan dalam pH dapat menyebabkan denaturasi enzim

    dengan mengubah muatan enzim

  • 8/14/2019 Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

    14/18

    1. Saran

    Agar praktikum dapat berjalan lancar, sebaiknya asisten lebih aktif dalam

    membimbing praktikan, agar hasil yang diperoleh lebih akurat.

    DAFTAR PUSTAKA

    Adnan. 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Makassar: Jurusan BiologiFMIPA UNM.

    Anonim. 2009.Enzim. http:/id.wikipedia.org/wiki. Diakses Tanggal 15 April 2009.

    Campbell, N.A; J.B Reece dan L.G Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.

    Jakarta: Erlangga.

    Kimball W. John. 1999.Biologi Edisi Ketiga Jilid 3. Erlangga. Jakarta.

    Pearce, Evelyn. 2004.Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.

    Poedjiadi, Anna. 1994.Dasar-dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.

    Wulangi, Kartolo. 1993.Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Depdikbud. Jakarta.

  • 8/14/2019 Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

    15/18

    http:/id.wikipedia.org/wiki

    Enzim

    Enzim adalah satu atau gugus polipeptida (protein) yang

    berfungsi sebagai katalisator (senyawa yang mempercepat proses

    reaksi tanpa habis beraksi) dalam suatu reaksi kimia. Enzim bekerja

    dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang

    bereaksi dan dengan demikian dipercepat proses reaksi. Percepatan

    terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan

    sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar

    enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya

    dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini

    disebabkan karena struktur kimia tiap-tiap enzim berbeda dan

    bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim amilase hanya dapat

    digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa. Dewasa

    ini, enzim adalah senyawa yang umum digunakan dalam proses

    produksi. Enzim yang digunakan pada umumnya berasal dari enzim

    yang diisolasi dari bakteri.

    Aktivitas enzim dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu:

  • 8/14/2019 Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

    16/18

    a. Konsentrasi enzim

    Bila konsentrasi substrat cukup tersedia, peningkatan

    konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzim.

    b. Konsentrasi substratPada konsentrasi enzim yang tetap dan konsentrasi substrat

    rendah, konsentrasi substrat merupakan faktor pembatas.

    Apabila konsentrasi substrat ditingkatkan, kecepatan reaksi

    enzim akan meningkat. Namun, pada konsentrasi substrat yang

    sangat tinggi, enzim akan menjadi jenuh dengan substrat dan

    konsentrasi substrat yang lebih tinggi tidak meningkatkan

    kecepatan reaksi.

    c. Temperatur

    Tiap enzim mempunyai temperatur optimum dimana dapat

    bekerja dengan baik. Sampai dengan temperatur optimum

    kecepatan reaksi meningkat dengan meningkatnya temperatur.

    Peningkatan kecepatan terjadi karena molekul enzim dan

  • 8/14/2019 Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

    17/18

    substrat keduanya mempunyai energi kinetik yang lebih untuk

    lebih sering bertabrakan, dan juga karena lebih banyak molekul

    mempunyai energi yang cukup untuk melampaui pembatas

    energi aktivasi. Peningkatan kecepatan reaksi terkait dengan

    temperatur dapat dihitung sebagai Q10 yang berarti

    peningkatan relatif untuk tiap 10oC.

    Bila temperatur terus meningkat di atas temperatur

    optimum, panas tersebut menyebabkan enzim mengalami

    denaturasi. Akibatnya enzim kehilangan bentuk fungsionalnya

    oleh rusaknya ikatan hidrogen. Temperatur dingin, pada sisi lain,

    menurunkan aktivitas enzim oleh penurunan gerak molekuler.

    d. pH

    Tiap enzim mempunyai pH optimum yang membantu

    menjaga bentuk tiga-dimensiolnya. Perubahan dalam pH dapat

    menyebabkan denaturasi enzim dengan mengubah muatan

    enzim, sebagai contoh gugus R asam karboksil menjadi tidak

    bermuatan pada pH rendah (COOH), tetapi bermuatan pada pH

    tinggi (COO-). Perubahan ikatan ion enzim berkontribusi dalam

    bentuk fungsionalnya.

    Untuk kebanyakan enzim pH optimum antara 7-8 (pH

    fisiologis umumnya sel), tetapi beberapa enzim dapat bekerja

  • 8/14/2019 Yny Lap. 4 Sistem Pencernaan

    18/18

    pada pH ekstrem, seperti enzim protease di dalam lambung

    hewan, yang mempunyai pH optimum 1.