Lap Mikro Pencernaan

39
LAPORAN KOASISTENSI LABORATORIUM BAKTEROLOGI SISTEM PENCERNAAN BURUNG DARA Program Profesi Dokter Hewan Rotasi Laboratorium di Laboratorium Bakteriologi dan Mikologi Universitas Airlangga Oleh: Rizka Asrini, S.KH 130130100111016 Paura Rangga Zobda, S.KH 130130100111022 Galuh Asmoro Putro, S.KH 130130100111024 Jefri Hardyanto, S.KH 130130100111026 Wakhidatus Inrya M. , S.KH 130130100111027 Yosia Arauna, S.KH 130130100111031

description

pencernaan

Transcript of Lap Mikro Pencernaan

LAPORAN KOASISTENSI LABORATORIUM BAKTEROLOGI

SISTEM PENCERNAAN BURUNG DARA

Program Profesi Dokter Hewan Rotasi Laboratorium di Laboratorium Bakteriologi dan Mikologi Universitas Airlangga

Oleh:Rizka Asrini, S.KH130130100111016Paura Rangga Zobda, S.KH130130100111022Galuh Asmoro Putro, S.KH130130100111024Jefri Hardyanto, S.KH130130100111026Wakhidatus Inrya M. , S.KH130130100111027Yosia Arauna, S.KH130130100111031

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWANPROGRAM KEDOKTERAN HEWANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014

PENDAHULUAN

0. Latar Belakang Burung mempunyai daya tarik khusus bagi manusia karena berbagai alasan diantaranya adalah burung lebih mudah dirawat daripada hewan lain. Beberapa jenis burung yang sering dijadikan hewan kesayangan karena keindahan bentuk dan warna diantaranya burung merpati, burung dara, burung kenari, burung murai putih, dan burung jalak. Merpati merupakan salah satu jenis burung yang unik dan menarik. Morfologi tubunhya menarik dengan warna bulu cerah dan paruh sangat pendek berbentuk kerucut serta mempunyai cere berdaging di pangkalnya, kaki panjang tetapi kuat, sayap panjang meruncing (Jones, 2007). Suparman (2007) membagi burung merpati menjadi tiga kelompok utama yaitu untuk merpati untuk produksi daging, merpati pameran dan merpati kesayangan. Burung merpati yang dimanfaatkan untuk produksi daging lebih menekankan berat badannya, sedangkan burung merpati yang digunakan untuk pameran dan untuk hewan kesayangan lebih ditekankan pada keindahan bulu dan postur tubuh. Sebagian burung merpati hidup secara bebas, sebagian burung hidup berdampingan dalam lingkungan manusia. Oleh karena itu merpati sangat dekat dengan manusia, karena hidupnya menyatu dengan tempat tinggal pemeliharanya. Kesehatan burung peliharaan menjadi hal penting yang harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi kesehatan pemeliharanya. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, tingkat kesadaran masyarakat akan kesehatan hewan yang dipelihara semakin meningkat. Kirkwood (1998) menjelaskan bahwa penyakit infeksi burung dara berpotensi fatal pada manusia tanpa menunjukkan gejala klinis. Penyakit yang dilaporkan menyerang burung dara diantaranya adalah salmonellosis, colibacillosis, yersiniosis, pasteurellosis, chlamidyosis, trichomoniasis, fowl pox, aspergillosis.Infeksi penyakit pada burung dara kebanyakan disebabkan oleh bakteri terutama bakteri pencernaan. Infeksi tanpa gejala klinis merupakan kondisi yang patuh diwaspadai karena hanya menunjukkan gejala kematian mendadak pada burung dara, sedangkan infeksi yang menular pada manusia tidak menunjukkan gejala. Oleh sebab itu, diperlukan adanya isolasi dan identifikasi bakteri penyebab penyakit pencernaan yang dominan, untuk penanganan yang lebih efektif dan efisien (Untari, 2003). 0. Rumusan Masalah1.2.1. Bagaimana cara mengisolasi serta mengidentifikasi bakteri penyebab penyakit saluran pencernaan burung dara?1.2.2.Bakteri apa yang menyebabkan penyakit pada saluran pencernaan burung dara?

0. Tujuan2. Untuk mengetahui cara mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri penyebab penyakit saluran pencernaan burung dara2. Untuk mengetahui bakteri penyebab yang menginfeksi saluran pencernaan burung dara

0. ManfaatMemberikan pengetahuan kepada calon dokter hewan mengenai bagaimana cara mendiagnosa suatu penyakit, khususnya yang menyerang saluran pencernaan burung dara melalui isolasi dan identifikasi bakteri organ viscera

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Burung Dara Klasifikasi burung dara (Columba livia) menurut Francis (1991) adalah sebagai berikut :Kingdom: AnimaliaFilum: ChordataClass: AvesOrdo: ColumbiformesFamili: ColumbidaeGenus: ColumbaSpesies : Columba livia

Morfologi traktus digestivus burung dara terdiri atas paruh, covum oris yang di dalamnya terdapat lingua kecil runcing yang dibungkus oleh lapisan zat tanduk, memiliki pharynx yang pendek, kemudian sophagus yang panjang dan terjadi perluasan yang disebut crop, sebagai tempat penimbunan bahan makanan sementara. Crop membentuk saluran masuk yang disebut gizard. Proventriculus menghasilkan cairan lambung (asam) sedangkan ventriculus berdinding tebal berlapis jaringan epitel. Di dalam gizard sering terdapat batu kerikil yang berfungsi membantu penggilingan makanan. Lambung akan dilanjutkan oleh intestinum yang terbagi atas bagian usus halus berakhir pada rectum dan cloaca selanjutnya dikeluarkan melalui anus. Pada intestinum terdapat ccum yang merupakan saluran buntu, Pada burung dara muda terdapat bursa fabricii disebelah dorsal. Hepar sebagai salah satu kelenjar pencernaan relatif besar, bewarna merah coklat dengan beberapa lobi (Slamet, dkk, 2007).Alat ekskresi berupa ren bewarna merah coklat, tertutup oleh peritonium (retroperitonial). Ginjal burung dara bertipe metanefros Tiap-tiap ren terbagi atas 4 lobus yang berfungsi dalam proses filtrasi zat zat yang tidak berguna dalam darah terutama berupa ureum yang selanjutnya akan dibuang.. Saluran ureter bermuara langsung pada kloaka dan tidak memiliki kandung kemih. Ekskret yang dikeluarkan berupa semi solid (mengandung urat). Burung dara memiliki sepasang kelenjar adrenal yang berada pada ventral ginjal. Burung dara betina memiliki sepasang ovari, namun sisi dexter mengalami atrophi, sehingga hanya ovarium sisi sinister yang aktif. Ovari menjulur menjadi oviduct berbentuk panjang berkelok-kelok, berlubang pada bagian cranial dengan bentuk corong. Pada burung dara jantan terdapat sepasang testis yang bulat berwarna putih, melekat di sebelah anterior dari ren dengan penggantungnya. Testis di sebelah dexter lebih kecil dari pada sinister. Dari masing-masing testis terjulur saluran vasa diferensia sejajar dengan ureter yang berawal dari ren (Slamet, dkk, 2007).Pernafasan burung dara menggunakan kantung udara. Kantung udara burung dara terletak pada pangkal leher (cervikal), thorax anterior, coracoids, thorax posterior, saccus abdominalis, dan saccus axillaris. Fungsi kantong udara diantaranya adalah membantu pernafasan terutama saat terbang, menyimpan cadangan udara (oksigen), memperbesar atau memperkecil berat jenis pada saat burung berenangdan mencegah hilangnya panas tubuh yang terlalu banyakSistem Saraf burung dara adalah enchephalon yang ukurannya relatif lebih besar dibandingkan reptilia. Menurut Campbelet al., (2007) enchepalon dibagi atas lima bagian yang pokok, yaitu prosencephalon, telencephalon, dienchephalon, mesencephalon, dan rhombencephalon. Sistem indera burung dara terdapat pada paruh dan lidah. Organon visus pada keduanya memiliki kepekaan terhadap tekanan. Indera pendengar berupa telinga yang terbagi atas tiga rongga yaitu rongga luar, tengah, dan dalam. Kelenjar endokrin terdiri atas glandulae pituitaria / hypophysa dan glandulae thvroidea. Glandulae pituitaria yang terletak pada dasa otak ujung infundibulum, sedangkan glandulae thvroidea yang terletak di bawah vena jugularis dekat cabang arteri subclavia dan arteri carotis (Slamet, dkk, 2007).

2.2 Penyakit Pencernaan Pada Burung DaraBeberapa bakteri yang menyebabkan penyakit atau gangguan pada saluran pencernaan burung dara antara lain :1 Escherichia coli (E. coli)E. coli adalah salah satu jenis spesies utama bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek (cocobasil), bakteri tahan asam, tidak membentuk spora, memiliki ukuran 0,40,7 m x 1-3 m, sebagian besar motil, dan beberapa strain mempunyai kapsul.. Bakteri ini merupakan flora normal di saluran intestinal. Namun, beberapa jenis E. coli dapat bersifat patogen (Pennington, 2014). Infeksi E. coli biasanya dikenal dengan istilah colibacillosis. Penyakit ini dianggap sebagai penyebab berbagai masalah kesehatan pada burung dara. Penyakit colibacillosis banyak terjadi pada burung dara yang dipelihara dalam keadaan sanitasi yang buruk (kualitas air). Angka kematian pada burung dara yang terinfeksi penyakit ini mencapai 10% dan akan meningkat jika diikuti dengan infeksi sekunder. Burung dara yang terinfeksi E. coli patogen akan mengalami omfalitis, colisepticaemiae, airsacculitis, enteritis, dan salphingitis. Gejala klinis colibacillosis adalah kematian mendadak yang terjadi pada bentuk akut. Apabila colibacillosis bentuk kronis, maka akan terlihat burung dara tersebut mengalami kelesuan, anoreksia, dan gangguan pernapasan seperti ngorok yang disertai pengeluaran eksudat dari hidung (Jackson, et al., 2011).Patogenesis E. coli dibagi menjadi 4, yaitu E. coli Enteropatogenik (EPEC), E. coli Enteroinvasif (EIEC), E. coli Enterotoksigenik (ETEC), dan E. coli Enterohemoragik (EHEC). EPEC memiliki mekanisme dengan cara melekatkan diri pada sel mukosa usus kecil dan membentuk filamentous actin pedestal sehingga menyebabkan diare cair (watery diarrheae) yang bisa sembuh dengan sendirinya atau berlanjut menjadi kronis. ETEC memiliki mekanisme dengan memproduksi beberapa jenis eksotoksin yang tahan maupun tidak tahan panas di bawah kontrol genetis plasmid sehingga dapat merangsang sel epitel usus untuk mensekresi banyak cairan sampai terjadi diare. EHEC memiliki mekanisme dengan memproduksi verotoksin yang menyebabkan diare mulai dari yang ringan tanpa darah sampai dengan terlihat darah dengan jelas dalam feses tapi tidak mengandung leukosit. EIEC memiliki mekanisme dengan memfermentasi laktosa secara lambat dan non motil sehingga menimbulkan penyakit dengan menginvasi sel epitel mukosa usus (Fakhoury, et al., 2014).E. coli dapat diidentifikasi dengan beberapa media selektif, yaitu Mac Conkey Agar (MCA), Eosin Methylene Blue Agar (EMBA), dan Media Endo Agar. Pertumbuhan bakteri E. coli yang baik pada media MCA ditandai dengan bentuk koloni bulat, sedang-besar, cembung, merah keruh dan smooth. E.coli juga tumbuh pada media EMBA yang dapat dilihat dengan koloni tampak sedang, cembung, smooth, berwarna hijau metalik, dan terkadang di tengah koloni terdapat warna ungu. Pertumbuhan E.coli pada media endo agar ditandai dengan koloni besar-besar, elevasi cembung, smooth, dan berwarna merah tua metalik (Barrow dan Feltham, 2003). Pengujian biokimia bakteri E. coli menggunakan media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Urea Agar (Urease), Simon Citrate Agar (SCA), Sulfide Indol Motility (SIM), dan gula-gula (glukosa, sukrosa, laktosa, fruktosa, dan manitol). Uji TSIA bakteri E. coli menunjukkan warna streak tegak merah, warna streak miring merah, menghasilkan gas, dan tidak memproduksi H2S. Hal ini dikarenakan E. coli dapat memfermentasikan glukosa, laktosa, dan sukrosa. Uji urease bakteri E. coli menunjukkan hasil negatif karena E. coli tidak memiliki enzim urease untuk menghidrolisiskan urea menjadi amoniak. Uji SCA bakteri E. coli menunjukkan hasil negatif karena bakteri E. coli tidak menggunakan sitrat sebagai karbon utama. Uji SIM bakteri E. coli menunjukkan hasil positif karena bakteri ini memiliki flagella. Uji bakteri E. coli gula-gula menunjukkan hasil positif karena E. coli dapat memfermentasikan glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa, dan manitol (Barrow dan Feltham, 2003).

2 Salmonella sp.Salmonella sp. adalah bakteri Gram negatif, berbentuk batang (basil), memiliki ukuran 0,7-1,5 m x 2-5 m, tidak membentuk spora, memiliki kapsul, menghasilkan gas H2S, tumbuh pada suhu optimum 37oC dengan pH 6-8, dapat hidup pada kondisi aerobik sampai fakultatif anaerobik, dan motil dengan menggunakan flagella (kecuali S. pullorum dan S. gallinarum) (Sawosz, et al., 2010).Infeksi Salmonella sp. biasa dikenal dengan penyakit salmonellosis. Sebagian besar kasus infeksi salmonellosis dikategorikan sebagai gastroenteritis, tetapi ada juga kasus infeksi salmonellosis yang berlanjut pada demam typhoid yang mematikan. Penyebab terjadinya infeksi salmonellosis pada burung dara adalah konsumsi air atau makanan yang telah terkontaminasi oleh kotoran yang mengandung bakteri Salmonella sp. (fecal oral contamination) (Kallapura, et al., 2014).Patogenesis salmonellosis adalah bakteri yang terbawa melalui makanan ataupun benda lainnya akan masuk ke saluran pencernaan. Namun sebelumnya di lambung, bakteri ini akan dimusnahkan oleh asam lambung, tetapi yang lolos akan masuk ke usus halus. Bakteri ini akan melakukan penetrasi pada mukosa baik usus halus maupun usus besar dan tinggal secara intraseluler dimana mereka akan berproliferasi. Ketika bakteri ini mencapai epitel dan IgA tidak bisa menanganinya, maka akan terjadi degenerasi brush border. Kemudian di dalam sel bakteri akan dikelilingi oleh inverted cytoplasmic membrane mirip dengan vakuola fagositik. Setelah melewati epitel, bakteri akan memasuki lamina propria. Bakteri dapat juga melakukan penetrasi melalui intercellular junction sehingga terjadi ulserasi folikel limfoid (Elhadi, et al., 2013).Tindakan identifikasi bakteri Salmonella sp. membutuhkan media selektif Salmonella Shigella Agar (SSA), Mac Conkey Agar (MCA), Hektoen Enteric Agar (HEA), Bismuth Sulfit Agar (BSA), dan Brilliant Green Agar (BGA). HEA merupakan media selektif-diferensial. Media ini tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan beberapa gram negatif, sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella sp. Media ini digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan bakteri Salmonella sp. dengan bakteri lainnya dengan cara memberikan 3 jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosa, glukosa, dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi. Salmonella sp. tidak dapat memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena hanya berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan koloni Salmonella sp. akan berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue. Bakteri Salmonella sp. pada media MCA tidak memfermentasi laktosa atau disebut Non Laktosa Fermenter (NLF) tapi Salmonella sp. memfermentasi glukosa, manitol, dan maltosa disertai pembentukan asam dan gas (kecuali S. typhi yang tidak menghasilkan gas) (Barrow dan Feltham, 2003).Pengujian biokimia bakteri Salmonella sp. menggunakan media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Urea Agar (Urease), Simon Citrate Agar (SCA), Sulfide Indol Motility (SIM), dan gula-gula (glukosa, sukrosa, laktosa, fruktosa, dan manitol). Uji TSIA bakteri Salmonella sp. menunjukkan warna streak tegak merah, warna streak miring kuning, menghasilkan gas, dan memproduksi H2S. Hal ini dikarenakan Salmonella sp. tidak dapat memfermentasikan laktosa, namun memfermentasi glukosa, maltosa, dan manitol. Uji urease bakteri Salmonella sp. menunjukkan hasil negatif karena Salmonella sp. tidak memiliki enzim urease untuk menghidrolisiskan urea menjadi amoniak, Uji SCA bakteri Salmonella sp.menunjukkan hasil positif karena Salmonella sp. menggunakan sitrat sebagai karbon utama. Uji SIM bakteri Salmonella sp. menunjukkan hasil indol negatif dan motilitas positif karena bakteri ini memiliki flagella. Uji gula-gula menunjukkan positif karena Salmonella sp. dapat memfermentasikan glukosa, fruktosa, sukrosa, dan manitol (kecuali pada uji laktosa) (Barrow dan Feltham, 2003).

3 Shigella sp.Shigella sp. merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek (cocobasil), non motil, tidak berflagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, memiliki ukuran 2-3 m x 0,5-0,7 m, tumbuh pada suhu optimum 37oC, dan dapat hidup pada kondisi aerobik sampai fakultatif anaerobik. Bakteri ini dapat memproduksi enterotoksin dan shigatoksin (mirip seperti verotoksin). Shigella sp. dibagi 4 kelompok serologik, yaitu S. dysenteri (12 serotipe), S. flexnewri (6 serotipe), S. boydii (18 serotipe), dan S. sonnei (1 serotipe). Di daerah tropis yang tersering ditemukan ialah S. dysenteri dan S. flexneri, sedangkan S. sonnei lebih sering dijumpai di daerah sub tropis atau daerah industri (Keir, et al., 2012).Infeksi Shigella sp. biasa dikenal dengan penyakit shigellosis. Infeksi shigellosis pada burung dara biasanya ditularkan melalui makanan dan air yang terkontaminasi feses yang terinfeksi Shigella sp. Tingkat sanitasi yang buruk menjadi pemicu terjadinya wabah shigellosis. Gejala dari penyakit shigellosis adalah diare, terdapat darah, nanah, lendir di dalam feses, dan tenesmus (Jackson, et al., 2011).Patogenesis shigellosis adalah bakteri Shigella sp. melekat pada dinding usus dan masuk ke dalam sel epitel pada lapisan mukosa usus. Selanjutnya, mereka berkembang biak di dalam sel, menyebar pada sel epitel di sekitarnya, dan mengakibatkan kerusakan jaringan pada saluran intestinal (Fakhoury, et al., 2014).Tindakan identifikasi bakteri Shigella sp. membutuhkan media selektif seperti Salmonella Shigella Agar (SSA), Mac Conkey Agar (MCA), dan Deoxycholate Citrate Agar (DCA). Morfologi maksroskopis Shigella sp. pada SSA menunjukkan koloni kecil, smooth, dan tidak berwarna. Morfologi makroskopis Shigella sp. pada MCA menunjukkan koloni tidak berwarna, tidak memfermentasi laktosa kecuali S. sonnei (Barrow dan Feltham, 2003).Pengujian biokimia bakteri Shigella sp.menggunakan media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Urea Agar (Urease), Simon Citrate Agar (SCA), Sulfide Indol Motility (SIM), dan gula-gula (glukosa, sukrosa, laktosa, fruktosa, dan manitol). Uji TSIA bakteri Shigella sp menunjukkan warna streak tegak merah, warna streak miring kuning, menghasilkan gas, dan memproduksi H2S. Hal ini dikarenakan Shigella sp. tidak dapat memfermentasikan laktosa, namun memfermentasi glukosa, maltosa, dan manitol. Uji urease bakteri Shigella sp menunjukkan hasil negatif karena Shigella sp. tidak memiliki enzim urease untuk menghidrolisiskan urea menjadi amoniak, Uji SCA bakteri Shigella sp menunjukkan hasil negatif karena Shigella sp. tidak menggunakan sitrat sebagai karbon utama. Uji SIM bakteri Shigella sp menunjukkan hasil indol positif dan motilitas negatif karena bakteri ini tidak memiliki flagella. Uji gula-gula bakteri Shigella sp menunjukkan hasil positif karena Shigella sp. dapat memfermentasikan glukosa, fruktosa, sukrosa, dan manitol (kecuali pada uji laktosa) (Barrow dan Feltham, 2003).

MATERI DAN METODE

3.1 Materi Pemeriksaan3.1.1. Sampel yang DiperiksaSampel yang digunakan adalah organ viscera yang berasal dari burung dara. Burung dara berasal dari pasar Pacar Keling Surabaya. Sebelum dilakukan nekropsi dan pengambilan organ viscera burung merpati dikorbankan kemudian diambil organ visceranya meliputi usus halus dan usus besar. 3.1.2. Alat dan BahanAlat yang digunakan adalah plate, tabung reaksi, rak, autoclave, erlenmeyer, bunsen, pipet, objek glass, ose (ujung lurus dan bulat), cotton but dan mikroskop. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Pewarna gram (cristal violet, lugol, aceton alcohol dan safranin), media isolasi Eosin Methilen Blue Agar (EMBA), Mac. Conkey Agar (MCA), Salmonella Shigella Agar (SSA), Tethrationate broth, media identifikasi (Urea agar, Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Simon Citrat Agar (SCA) Sulfide Indole Motility (SIM), Gula-gula (Laktosa, Maltosa, Sukrosa, Manitol, dan Sukrosa),minyak emersi, pepton water, phenol red, chloroform, reagent covacs.

3.2. Nekropsi dan Pengambilan Sampel Organ1. Burung disembelih dengan memotong tiga saluran pada leher (oeshopagus, trakea dan vena jugularis). 2. Insisi musculus dibawah sternum.3. Dilakukan pemotongan pada kedua sisi tulang costae sehingga rongga dada dapat terbuka. 4. Organ viscera mulai dari proventriculus sampai rectum dipotong lalu dikeluarkan dan ditempatkan pada cawan petri steril.5. Dilakukan insisi dan pengamatan terhadap mukosa organ tersebut terhadap adanya hemmoragi. 6. Feses disingkirkan terlebih dahulu kemudian dilakukan swab pada mucosa organ yang mengalami kelainan kemudian dilakukan isolasi dengan cara penanaman pada media deferensiasi. Selain itu dilakukan pemotong sebagian organ kemudian diisolasi dengan cara ditanam pada media enrichment

3.3. Isolasia. Isolasi Bakteri dengan Metode Swab1. Swab dilakukan pada mukosa saluran pencernaan (usus besar dan usus halus) yang mengalami kelainan seperti hemmoragi.2. Swab dilakukan dengan menggunakan cotton but steril.3. Kemudian dilakukan penanaman pada media defferensiasi yaitu EMBA dan MCA dengan cara streak.4. Dilakukan inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.5. Dilakukan pengamatan terhadap koloni yang tumbuh.b. Isolasi Bakteri Salmonella sp. dengan media Enrichment Tetrathionate Broth1. Media Tetrathionate Broth dimasukkan dalam tabung reaksi steril sebanyak 5 ml.2. Sampel yang digunakan adalah potongan usus halus dan usus besar sebesar 3 cm.3. Masukkan kedua organ ke dalam media tersebut masing-masing terpisah.4. Dilakukan inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.5. Pengamatan terhadap bakteri yang tumbuh pada media Tetrathionate Broth dilakukan penanaman pada media SSA.

3.4. Identifikasi Bakteri3.4.1. Pemeriksaan MikroskopisPemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan cara pewarnaan Gram. Pewarnaan Gram ini dilakukan untuk melihat bentuk dan jenis gram (negatif atau positif) bakteri tersebut. Berikut metode pewarnaan Gram:1. Dilakukan pengambilan sampel bakteri dengan koloni tunggal (single koloni).2. Dibuat preparat ulas.3. Dilakukan fiksasi.4. Preparat diwarnai dengan Cristal violet selama 1-2 menit.6. Ditambahkan larutan lugol atau iodine langsung pada preparat (tanpa dicuci) selama 1 menit, selanjutnya preparat dicuci dengan air mengalir7. Dilunturkan dengan alcohol acetone dan dicuci dengan air mengalir.8. Ditambahkan pewarna safranin atau cairan fuchsin pada preparat selama 30 detik sampai 1 menit selanjutnya dicuci dengan air mengalir sampai sisa-sisa zat warna terbuang. 9. Preparat dikeringkan dengan kertas penghisap atau diangin-anginkan.10. Dilakukan pemeriksaan di bawah pemeriksaan mikroskop dengan pembesaran 1000x dengan bantuan minyak emersi.

3.4.2 Uji BiokimiaTujuan dari uji biokimia ini adalah mengidentifikasi sifat-sifat bakteri yang diperiksa dengan berbagai macam media. Media yang digunakan antara lain:1. Triple Sugar Iron Agar (TSIA)2. Urea Agar3. Simon Citrat Agar (SCA)4. Sulfide Indol Motility (SIM)5. Citrat Agar6. Gula-gula

3.4.2.1 Triple Sugar Iron Agar (TSIA)Media ini digunakan untuk membedakan sifat bakteri secara biokimiawi. Umumnya media ini digunakan untuk membedakan bakteri yang tergolong ke dalam Enterobactericeae yaitu kemampuan bakteri dalam memfermentasi karbohidrat membentuk asam, gas dan H2S. Berikut metode pemeriksaan dengan media Triple Sugar Iron Agar (TSIA):1. Diambil koloni tunggal dengan menggunakan ose ujung lurus.2. ditusukkan pada media TSIA3. Cabut tusukan secara perlahan lalu dilakukan streak pada pemukaan miring media TSIA.4. Dilakukan inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.5. Dilakukan pengamatan.Interpretasi Hasil:1. Orange-Merah : warna sebelum inokulasi.2. Kuning (Asam) : glukosa dan atau sukrosa dan atau laktosa.3. Merah (Alkalis) : glukosa, sukrosa dan laktosa tidak difermentasi.4. Warna hitam pada bagian tegak : produksi H2S.5. Gelembung gas pada bagian tegak : menghasilkan gas hasil fermentasi.

3.4.2.2Urea AgarMedia ini digunakan untuk mengetahui adanya aktifitas urease pada mikroorganisme. Berikut metode pemeriksaan dengan media Urea Agar :1. Ambil koloni tunggal dengan menggunakan ose ujung lurus.2. Lakukan streak pada permukaan miring media. 3. Dilakukan inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.4. Dilakukan pengamatan.Interpretasi Hasil:1. Apabila urea dihydrolisa, amoniak akan dibebaskan dan menyebabkan medium berubah menjadi alkalis2. Positif bila berwarna merah3. Negatif bila berwarna kuning atau tidak ada perubahan warna.

3.4.2.3 Simon Citrat Agar (SCA)Media ini digunakan untuk mengetahui suatu organisme yang mempunyai kemampuan dalam menggunakan citrate sebagai sumber carbon utama. Simon Citrat Agar digunakan untuk mengidentifikasi bakteri golongan enterobacteriaceae dan beberapa bakteri Gram negatif. Berikut metode pemeriksaan menggunakan Simon Citrat Agar (SCA):1. Diambil koloni tunggal dengan menggunakan ose ujung lurus.2. Dilakukan streak pada permukaan miring media. 3. Dilakukan inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.4. Dilakukan pengamatan.Interpretasi Hasil:1. Adanya pertumbuhan : warna biru2. Tidak adanya pertumbuhan : warna hijau (tidak berubah)

3.4.2.4 Sulfide Indol Motility (SIM)Media ini digunakan untuk mengetahui motilitas organisme, adanya pembebasan H2S (sulfide) dan terbentuknya indol. Berikut metode pemeriksaaan menggunakan Sulfide Indol Motility (SIM):1. Diambil koloni tunggal dengan menggunakan ose ujung lurus.2. Dilakukan tusukan sampai 2/3 dari dari permukaan media. 3. Dilakukan inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.4. Dilakukan pengamatan.5. Setelah diamati motilitasnya, dilakukan uji indol.6. Indol diuji dengan penambahan 1 ml chloroform dan 1 ml reagen Kovacs.Interpretasi Hasil:1. Bagian dasar media berwarna hitam sebagai hasil reaksi H2S dengan Fe menjadi FeS.2. Motilitas terlihat adanya warna keruh dan adanya penyebaran dan pertumbuhan yang menjalar dari bawah keatas di sekitar tusukan (pohon cemara terbalik).3. Pemeriksaan indol dengan hasil positif ditandai dengan terlihatnya cincin merah.

3.4.2.5 Gula - GulaMedia ini digunakan untuk mengetahui kemampuan fermentasi bakteri terhadap gula - gula. Pembuatan media ini dengan cara melarutkan gula-gula (Laktosa, Maltosa, Sukrosa, Manitol, dan Sukrosa) 2 gram pada Peptone water 100 ml, kemudian ditambahkan penanda Phenol red 1 ml. Berikut metode pemeriksaan menggunakan media gula-gula:1. Diambil koloni tunggal dengan menggunakan ose ujung bulat.2. Dilakukan adukkan pada larutan gula-gula.3. Dilakukan inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.4. Dilakukan pengamatan.Interpretasi Hasil:1. Positif bila media berwarna kuning, artinya gula difermentasi dengan menghasilkan asam.2. Negatif bila media berwarna merah (tidak ada perubahan warna) artinya gula tidak terfermentasi.

HASIL DAN PEMBAHASANTabel 1. Hasil pertumbuhan koloni dan pewarnaan gram

OrganMediaKoloniPewarnaan gram

Usus halusMCAMerah mudaGram (-), basil

EMBAHijau metalicGram (-), basil

Tetrathionatkeruh-

SSAMerah mudaGram (-), basil

Usus BesarMCAMerah mudaGram (-), basil

EMBAHijau metallic dan putihGram (-), basil

TetrathionatKeruh -

SSAMerah mudaGram (-), basil

Berdasarkan gejala yang diamati, hewan mengalami lemas, kerongkongan pucat dan kering, dan diare berwarna putih kekuningan. Nekropsi dilakukan untuk mengetahui patologi organ yang dialami. Semua organ normal kecuali pada saluran pencernaan yaitu terjadi granuloma sepanjang usus halus. Untuk mengetahui penyebab perubahan patologi tersebut perlu dilakukan diagnosa laboratorium. Diagnosa laboratorium meliputi isolasi dan identifikasi mikrobiologi penyebab dengan isolasi pada berbagai media yang dilanjutkan identifikasi pemeriksaan mikroskopis, uji biokimia dan gula-gula.Hasil koloni pada media MCA didapatkan pertumbuhan koloni baik dari sampel usus halus maupun usus besar berwarna merah muda dan elevasi cembung. Media MCA ini dapat menghambat bakteri Gram positif (+) karena mengandung empedu dan dapat membedakan bakteri yang memfermentasi laktosa, MCA juga mengandung indicator neutral red yang dapat memberikan warna merah pada media MCA tersebut. Acumedia (2011) menyatakan penggunaan laktosa selama proses fermentasi, mengakibatkan pH di sekitar koloni mengalami penurunan dan menyebabkan perubahan warna pada pH indikator. Penurunan pH disebabkan oleh bakteri-bakteri yang menghasilkan asam, hal ini terjadi selama proses pemanfaatan laktosa yang terdapat dalam medium, dimana pH agar menjadi dibawah 6.8 dan menghasilkan koloni yang tampak berwarna merah atau merah muda. Uji pewarnaan Gram terhadap koloni merah muda pada media MCA menunjukkan bahwa bakteri yang didapatkan merupakan bakteri gram negatif karena hasil pewarnaan berwarna merah. Hal ini disebabkan oleh bakteri ini tidak mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram dan bentuk selnya adalah batang (basil).Koloni yang didapatkan pada media EMBA didapatkan pertumbuhan koloni dari sampel usus halus berwarna hijau metalik dan usus besar berwarna hijau metalik dan putih. Koloni yang terdapat pada media EMBA tersebut akan terlihat warna hijau metalik dan bagian pusat koloni berwarna gelap, hal ini terjadi karena bakteri tidak dihambat oleh eosin dan methlene biru. Warna hijau metalik mengkilat menunjukkan bakteri ini dapat memfermentasi laktosa sehingga menghasilkan produk akhir bersifat asam kuat (Bhaskara dkk,2012). Uji pewarnaan Gram terhadap koloni berwarna hijau metalik maupun koloni berwarna putih menunjukan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek.Media tethrationate yang telah diberi potongan organ usus halus maupun usus besar tampak keruh. Hal ini menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri, selanjutnya dilakukan penanaman pada media SSA. Hasil penanaman pada media SSA didapatkan koloni berwarna merah muda, dikarenakan bakteri dapat memfermentasi laktosa. Uji pewarnaan Gram didapatkan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek.Berdasarkan hasil penanaman bakteri media EMBA, SSA, dan MCA diperlukan uji lanjutan seperti uji biokimia untuk identifikasi sifat bakteri. Uji biokimia yang dilakukan antara lain menggunakan Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Sulfide Indol Motility (SIM), Simmons Citrate Agar (SCA), Urease dan uji gula-gula (Manitol, glukosa, laktosa, sukrosa dan maltosa). Berdasarkan hasil uji biokimia maka dapat dikemukakan hasil sebagai berikut:Tabel 2. Hasil Uji BiokimiaSampelUji Biokimia

TSIASIMSCAUrease

SIM

EMBA (sampel usus)Asam, Gas (+), H2S (-)-++--

SSA (sampel usus)Asam, Gas (+), H2S (-)-++--

MCA (sampel usus)Asam, Gas (+), H2S (-)-++--

Ket:TSIA : Triple Sugar Iron AgarSIM: Sulfide Indol MoltilitySCA: Simmons Citrate Agar

Gambar 1. Hasil uji biokimia; SCA(-), Urease(-), S(-), indol(+), motility(+), TSIA (+)

Pada uji TSIA, media pada bagian miring dan pada bagian tegak menunjukkan hasil positif asam (media berwarna kuning). Hal tersebut menunjukkan glukosa dan sukrosa dan/ laktosa yang difermentasi. Selain itu juga terbentuk gas yang ditandai terangkatnya media namun negatif H2S yang ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna menjadi hitam, karena tidak mampu mendesulfurasi asam amino dan methion yang akan menghasilkan H2S.Hasil uji urease menunjukkan hasil negatif sebab tidak terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah muda. artinya bakteri tidak dapat menghidrolisis urea dan tidak dapat membentuk ammonia serta pada medium urea tidak terdapat koloni di daerah sekitar goresan. Hal ini dikarenakan oleh, bakteri yang ditanam tidak membutuhkan urea untuk proses metabolismenya. Hasil pengujian pada media sitrat diperoleh hasil negatif, yaitu tidak terjadi perubahan warna dan tidak terdapat gelembung di daerah goresan, hal ini menandakan bahwa bakteri tidak membutuhkan sitrat dalam proses metabolismenya dan dikarenakan bakteri tidak mempunyai enzim sitrat permiase yang merupakan enzim pembawa sitrat. Hasil pengujian pada media SIM (Sulfide Indol Motility) menunjukkan reaksi sulfide tidak terbentuk endapan hitam pada media, karena bakteri ini tidak mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media SIM. Reaksi indol menunjukan hasil positif, ditandai dengan terdapat cincin merah pada permukaannya. Reaksi ini hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media ini ditambahkan dengan reagen Covacs. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan hasil reaksi dari asam amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbon. Bakteri ini juga menunjukan sifat motility yang ditandai dengan pergerakan bakteri disekitar penusukan pada media. Hal ini dimungkinkan bakteri ini mempunyai flagel untuk pergerakannya.

Tabel 3. Hasil Uji Gula-GulaSampelUji Gula-Gula

GlukosaLaktosaSukrosaMaltosaManitol

EMBAAsam (+)Asam (+)Asam (-)Asam (+)Asam (+)

SSAAsam (+)Asam (+)Asam (-)Asam (+)Asam (+)

MCAAsam (+)Asam (+)Asam (-)Asam (+)Asam (+)

Gambar 2. Hasil uji gula-gula; laktosa(+), maltosa(+), glukosa(+), manitol(+), dan sukrosa(+)

Hasil dari uji gula-gula didapatkan hasil positif pada medium glukosa, laktosa, sukrosa, maltosa dan manitol, yaitu adanya perubahan warna merah menjadi kuning yang menandakan bahwa bakteri ini membentuk asam dari fermentasi glukosa, laktosa, sukrosa, maltosa dan manitol.

PENUTUPKesimpulan1. Pemeriksaan mikrobiologi sampel saluran pencernaan meliputi isolasi dan identifikasi. Pemeriksaan penyebab penyakit sistem pencernaan pada burung dara dilakukan dengan isolasi bakteri primer, isolasi sekunder menggunakan media umum dan media selektif serta pewarnaan gram serta dilanjutkan dengan identifikasi menggunakan uji biokimia dengan pengujian bakteri pada media TSIA (Triple Sugar Iron Agar), Urea Agar, SIM (Sulfide Indol Motility), Citrat Agar, dan Gula Gula.1. Hasil isolasi dan identifikasi bakteri adalah bakteri termasuk dalam Gram negatif, berbentuk batang pendek dan tidak membentuk spora, pembiakan pada media EMBA menunjukkan koloni berbentuk pusat yang kehitam-hitaman seperti metalik, pembiakan pada media SSA menunjukkan koloni berwarna merah muda. Hasil uji biokimia menunjukkan TSIA (+)SCA(-), Urease(-), Sulfide(-), indol(+), motility(+), dan hasil uji gula-gula; laktosa(+), maltosa(+), glukosa(+), manitol(+), dan sukrosa(+). Karakteristik yang ditemukan mengarah kepada bakteri Escherichia coli

SaranDiperlukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat patogenitas E. coli yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKAAcumedia. 2011. MacConkey Agar. www.neogen.com. United State.Barrow, G.I and Feltham, R.K.A. 2003. Cowan and Steels, Manual for The Identification of Medical Bacteria. Cambridge University Press. Cambridge.Bhaskara, I B. M., Budiasa, K., and Tono, K. 2012. Uji Kepekaan Escherichia coli sebagai Penyebab Kolibasilosis pada Babi Muda terhadap Antibiotika Oksitetrasiklin, Streptomisin, Kanamisin dan Gentamisin. Jurnal Indonesia Medicus Veterinus 2012 1(2) : 186 - 201 ISSN : 2301-7848Campbel N.A., B. Reece Jane, and G. Mitchell Lawrence. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: ErlanggaElhadi, N., Aljindan, R., and Aljeldah, M. 2013. Prevalence of Nonyphoidal Salmonella Serogroups and Their Antimicrobial Resistance Patterns in A University Teaching Hospital in Eastern Province of Saudi Arabia. Infection and Drug Resistance, Dove Press Journal. Dammam.Fakhoury, M., Negrulj, R., Mooranian, A., and Al-Salami, H. 2014. Inflammatory Bowel Disease : Clinical Aspects and Treatments. Journal of Inflammation Research, Dove Press Journal. Montreal.Francis, H.J and Crome,. 1991. In Forshaw, Joseph. Encyclopaedia of Animals: Birds. London: Merehurst Press. hlm.115116. ISBN1-85391-186-0.Jackson, J.C., Farone, A.L., and Farone, 2011. Bacterial Enteropathogens Associated with Diarrhea in A Rural Population of Haiti. Research ad Reports in Tropical Medicine, Dove Press Journal. Tennessee.Jones, Michael P; Pierce Jr, Kenneth, and E.; Ward, Daniel. 2007.. "Avian vision: a review of form and function with special consideration to birds of prey" (PDF). Journal of Exotic Pet Medicine 16 (2): 6987. doi:10.1053/j.jepm.2007.03.012Kallapura, G., Velasco, X.H., Pumford, N.R., Bielke, L.R., Hargis, B.M., and Tellez, G. 2014. Evaluation of Respiratory Route as A Viable Portal of Entry for Salmonella in Poultry. Veterinary Medicine: Research and Reports, Dove Press Journal. Mexico.Keir, L.S., Marks, S. D., and Kim, J.J. 2012. Shigatoxin Associated Hemolytic Uremic Syndrome : Current Molecular Mechanisms and Future Therapies. Drug Design, Development, and Therapy, Dove Press Journal. London.Kirkwood, J.K. 1998. Population density and infectious disease at bird tables. Veterinary Record 142, 468.Pennington, T.H. 2014. E. coli O157 Outbreaks in The United Kingdom : Past, Present, and Future. Infection and Drug Resistance, Dove Press Journal. Aberdeen. Rosilawati .2011.Buku Ajar Mikrobiologi Veteriner I. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. SurabayaRosilawati E., R. Ratnasari, H.E. Narumi, Suryanie., W. Tyasningsih, and S. Chusniati. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi I. Cetakan I. AUP. 177-183.Sawosz, E. Chwalibog, A., Szeliga, J., Sawosz, F., Grodzik, M., Rupiewicz, M., Niemiec, T., and Kacprzyk, K. 2010. Visualization of Gold and Platinum Nanoparticles Interacting with Salmonella enteritidis and Listeria monocytogenes. International Journal of Nanomedicine, Dove Press Journal. Warsaw.Slamet, Adeng and Madang Kodri. 2007. Zoologi Vertebrata. Palembang: FKIP MIPA UNSRISuparman. 2007. Cara Beternak Burung Merpati. Jakarta : PT Ganeca ExaxtUntari, T. 2003. Isolasi dan Identifikasi Bakteri dari Ayam Broiler yang Menunjukkan Gejala penyakit Respirasi. J. Sain Vet. Vol, XXI, No.1.

5