Pencernaan Enzimatis (Pencernaan Karbohidrat Oleh Saliva)

download Pencernaan Enzimatis (Pencernaan Karbohidrat Oleh Saliva)

of 20

Transcript of Pencernaan Enzimatis (Pencernaan Karbohidrat Oleh Saliva)

Pencernaan Enzimatis (Pencernaan Karbohidrat Oleh Saliva)

Pendahuluan Makanan yang masuk ke dalam mulut biasanya masih berbentuk potongan atau keratan yang mempunyai ukuran relatif besar dan tidak dapat diserap langsung oleh dinding usus. Oleh karena itu sebelum siap diserap oleh dinding usus makanan tersebut harus melewati sistem pencernaan makanan yang terdiri atas beberapa organ tubuh, yaitu mulut, lambung, dan usus dengan bantuan pankreas dan empedu. Dalam mulut makanan dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan dikunyah. Selama penghancuran secara mekanis ini berlangsung, kelenjar yang ada di sekitar mulut mengeluarkan cairan yang disebut saliva atau ludah

Kelenjar saliva manusia terdiri atas 3 pasang:1. Kelenjar parotid, terletak di depan telinga, muaranya pada gusi sebelah atas. 2. Kelenjar mandibularis (submaksilaris) terletak di dekat mandibula (rahang bawah), muaranya di bawah lidah. 3. Kelenjar sublingualis, terletak di dasar mulut, muaranya di bawah lidah.

Pada kelenjar saliva terdapat 2 jenis sel yaitu:1. Sel serosa, mensekresikan cairan serous (encer) yang mengandung enzim ptyalin (amilase). Amilase berperan mengubah amilum menjadi sakarida sederhana. 2. Sel mukosa, mensekresikan lendir.

Tujuan PraktikumSetelah melakukan kegiatan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu : Membuktikan peranan enzim pencernaan terhadap makanan yang dimakan. Membuktikan peranan enzim yang terdapat pada saliva

Manfaat PraktikumManfaat dari praktikum ini adalah: Mengetahui manfaat dan fungsi dari enzimenzim pencernaan. Mengetahui mekanisme kerja enzim dalam pencernaan makanan

Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 02 April 2012 di Laboratorium Biologi FKIP Unsyiah, Banda Aceh.

Alat dan Bahana. Alat b. Bahan

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Gelas beaker Rak tabung reaksi Tabung reaksi Penjepit Batang gelas pengaduk Lampu spritus/ water bath 7. petridish 8. Pipet tetes

1. 2. 3. 4. 5.

Tepung beras Cracker/kapas/nasi Saliva Larutan JKJ Larutan Benedict

Cara Kerja1. Dibuat larutan benedict Na Citrat Kristal : 173 gram NaCO3 : 100 gram Kedua zat tersebut dilarutkan dalam 800 ml akuadest. Disaring dan ditambahkan larutan Cu(SO4)2 sebanyak 17,3 gram dalam 100 ml air yang telah disaring. Dijadikan volum sampai 1 liter. 2. Dikunyah cracker/ kapas sehingga saliva keluar sebanyak-banyaknya, kemudian dituangkan pada corong gelas.

3. Dituangkan air panas 400C kira-kira 2 cc dan disaring filtratnya. Diisikan ke dalam tabung reaksi. Masing-masing akan diuji karbohidrat dengan JKJ dan larutan benedict. 4. Diisikan larutan amilum 1% sebanyak 5 tetes dikedua tabung yang telah berisi filtrate saliva tersebut. Sebagai kontrol diisikan larutan amilum tanpa filtrat saliva kemudian diberi tanda atau lebel. 5. Dipanaskan dengan lampu spiritus atau water bath. 6. Dilakukan uji berturut-turut 0,5, 10. Dicatat hasilnya. 7. Sebagai pembanding dilakukan juga percobaan berikut ini: Amilum ditambah air liur kemudian ditambah lugol Amilum ditambah lugol Dicatat hasilnya 8. Dibuat kesimpulan dari kedua percobaan di atas.

PembahasanPada praktikum ini dilakukan percobaan untuk membuktikan peranan enzim pencernaan pada mulut, yaitu saliva. Berdasarkan pengamatan, saliva merupakan suatu zat yang kental dan licin serta berwarna putih keruh. Saliva ini mengandung enzim amylase (ptyalin). Enzim ini berfungsi untuk mengubah tepung (amilum) menjadi gula.

Untuk mengetahui peranan enzim dalam pencernaan serta fungsi enzim yang ada di dalam saliva dibuat lima perlakuan terhadap amilum, yaitu : 1. Perlakuan pertama (dalam tabung reaksi), saliva sebanyak lima tetes ditambahkan amilum lalu diberi benedict. Campuran ini kemudian dipanaskan. Setelah dipanaskan warna campuran yang sebelumnya berwarna biru berubah menjadi hijau. Hal ini menunjukkan telah terjadi hidrolisis terhadap amilum oleh enzim amylase yang terdapat dalam saliva dan kerja enzim ini dipercepat oleh proses pemanasan.

2.

3.

4.

Perlakuan kedua (dalam tabung reaksi), saliva sebanyak lima tetes ditambahkan air panas lalu diberi benedict. Campuran ini lalu dipanaskan. Setelah dipanaskan warna campuran ini tetap berwarna biru. Perubahan warna tidak terjadi karena tidak adanya amilum yang diberikan. Perlakuan ketiga (dalam tabung reaksi), saliva sebanyak lima tetes ditambahkan amilum lalu dipanaskan. Setelah dipanaskan warna campuran ini tetap berwarna putih keruh karena tidak digunakannya benedict sebagai indicator hidrolisis pati. Perlakuan keempat (dalam tabung reaksi), nasi yang telah dikunyah ditambahkan benedict lalu dipanaskan. Setelah dipanaskan warna campuran yang sebelumnya berwarna biru berubah menjadi kuning. Hal ini menunjukkan bahwa hidrolisis terhdap amilum oleh enzim terjadi sempurna. Artinya hidrolisis pati (amilum) lebih cepat terjadi pada kondisi matang dibandingkan kondisi mentah.

5. Perlakuan kelima (dalam tabung reaksi), Nasi tanpa dikunyah ditambah benedict lalu dipanaskan. Campuran ini setelah dipanaskan memberikan warna hijau dari warna sebelumnya kebiruan.

Selain menggunakan benedict sebagai indicator reaksi enzimatis pada saliva, pada praktikum ini juga digunakan lugol. 1. Perlakuan pertama, amilum ditambahkan lugol sebanyak 5 tetes. Warna campuran berwarna ungu pekat. 2. Perlakuan kedua, amilum ditambah saliva kemudian diberi lugol, masing-masing sebanyak 5 tetes. Warna campuran berwarna ungu. Warna ungu pada perlakuan kedua ini lebih pudar dibandingkan perlakuan pertama, karena adanya penambahan saliva. Penambahan saliva ini menyebabkan hidrolisis pati menjadi glukosa. Dibuktikan dengan warna ungu yang menjadi lebih pudar.

kesimpulanBerdasarkan hasil kegiatan praktikum dapat disimpulkan bahwa : 1. Proses pencernaannya dapat dibedakan menjadi digesti makanan secara mekanis, enzimatis, dan mikrobiotis. 2. Pencernaan enzimatis yaitu pencernaan yang melibatkan bantuan sejumlah enzim-enzim pencernaan. 3. Pada praktikum ini dilakukan pembuktian peran enzim pencernaan yaitu amylase (ptyalin) yang dikandung oleh saliva. 4. Amilase (ptyalin) yang dikandung saliva berfungsi mengubah tepung (amilum) menjadi gula (glukosa). 5. Indikator telah terhidrolisisnya amilum menjadi glukosa yaitu menggunakan benedict dan lugol. 6. Reaksi positif terjadi apabila terjadi perubahan warna amilum menjadi hijau sampai kekuningan. 7. Warna hijau membuktikan bahwa amilum telah mengalami hidrolisis menjadi glukosa.

8. 9. 10.

11.

12.13.

Warna kuning membuktikan bahwa hidrolisis yang terjadi pada amilum sempurna. Pemanasan dilakukan untuk mempercepat proses reaksi enzimatis, karena beberapa enzim bekerja pada suhu tertentu. Hidrolisis lebih cepat terjadi pada pati yang telah matang dibandingkan dengan yang mentah, hal ini dibuktikan dengan perubahan warna yang terjadi, pada pati matang warna yang diberikan kuning, sedangkan pati mentah memberikan warna hijau. Amilum yang diberi saliva lalu diberikan lugol memberikan warna ungu pudar dibandingkan amilum tanpa saliva. Warna ungu pudar menunjukkan bahwa telah terjadi proses enzimatis terhadap amilum. Amilum yang diberi lugol tanpa saliva warnanya menjadi ungu pekat. Hal ini menunjukkan bahwa proses enzimatis tidak terjadi.