WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia. Infeksi nosokomial itu sendiri dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh seseorang selama di rumah sakit. Selama 10-20 tahun belakangan ini telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari masalah utama meningkatnya angka kejadian infeksi nosokomial dan di beberapa Negara, kondisinya justru sangat memprihatinkan. Keadaan ini justru memperlama waktu perawatan dan perubahan pengobatan dengan obat-obatan mahal akibat resistensi kuman, serta penggunaan jasa di luar rumah sakit. Karena itu di negara-negara miskin dan berkembang, pencegahan infeksi nosokomial lebih diutamakan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan pasien dirumah sakit. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat. Infeksi nosokomial dapat 1

description

Peran Dokter Muda dalam Pencegahan Nosokomial

Transcript of WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

Page 1: WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka

kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi

nosokomial. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di

seluruh dunia. Infeksi nosokomial itu sendiri dapat diartikan sebagai

infeksi yang diperoleh seseorang selama di rumah sakit.    

          Selama 10-20 tahun belakangan ini telah banyak penelitian yang

dilakukan untuk mencari masalah utama meningkatnya angka kejadian

infeksi nosokomial dan di beberapa Negara, kondisinya justru sangat

memprihatinkan. Keadaan ini justru memperlama waktu perawatan dan

perubahan pengobatan dengan obat-obatan mahal akibat resistensi

kuman, serta penggunaan jasa di luar rumah sakit. Karena itu di negara-

negara miskin dan berkembang, pencegahan infeksi nosokomial lebih

diutamakan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan pasien dirumah

sakit.

Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana

pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang

sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat. Infeksi

nosokomial dapat terjadi pada penderita, tenaga kesehatan dan juga

setiap orang yang datang ke rumah sakit. Infeksi yang ada di pusat

pelayanan kesehatan ini dapat ditularkan atau diperoleh melalui petugas

kesehatan, orang sakit, pengunjung yang berstatus karier atau karena

kodisi rumah sakit.

Kerugian yang ditimbulkan akibat infeksi ini adalah lamanya rawat inap

yang tentunya akan membutuhkan biaya yang lebih banyak dari

perawatan normal bila tidak terkena infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat

menyebabkan kematian bagi pasien.

1

Page 2: WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

Dalam Kepmenkes no. 129 tahun 2008 ditetapkan  suatu standar minimal

pelayanan rumah sakit, termasuk didalamnya pelaporan kasus infeksi

nosokomial untuk melihat sejauh mana rumah sakit melakukan

pengendalian terhadap infeksi ini. Data infeksi nosokomial dari surveilans

infeksi nosokomial di setiap rumah sakit dapat digunakan sebagai acuan

pencegahan infeksi guna meningkatkan pelayanan medis bagi pasien

(Kepmenkes, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana peran dokter muda dalam pencegahan infeksi nosokomial

selama bertugas di bagian bedah

1.3 Tujuan

Untuk meningkatkan peran dokter muda dalam pencegahan infeksi

nosokomial selama bertugas di bagian bedah

1.4 Manfaat

Bagi penulis

Meningkatkan peran dokter muda dalam pencegahan infeksi

nosokomial selama bertugas di bagian bedah

Bagi masyarakat

1. Meningkatkan tingkat kesadaran semua petugas di rumah sakit

terhadap terjadinya infeksi nosokomial

2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pencegahan

terjadinya infeksi nosokomial.

Bagi institusi

Memberikan informasi kepada pihak institusi dan petugas

kesehatan tentang peran dokter muda dalam pencegahan infeksi

nosokomial selama bertugas di bagian bedah.

2

Page 3: WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Infeksi nosokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit

adalah infeksi yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit

melainkan setelah ± 72 jam berada di tempat tersebut (Karen Adams &

Janet M. Corrigan, 2003). Infeksi ini terjadi bila toksin atau agen

penginfeksi menyebabkan infeksi lokal atau sistemik (Karen Adams &

Janet M. Corrigan, 2003). Contoh penyebab terjadinya infeksi nosokomial

adalah apabila dokter atau suster merawat seorang pasien yang

menderita infeksi karena mikroorganisme patogen tertentu kemudian

mikroorganisme dapat ditularkan ketika terjadi kontak (Steven Jonas,

Raymond L. Goldsteen, Karen Goldsteen, 2007).Selanjutnya, apabila

suster atau dokter yang sama merawat pasien lainnya, maka ada

kemungkinan pasien lain dapat tertular infeksi dari pasien sebelumnya

Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan

tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi

yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai

menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah

selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang

masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72

jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum

pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala

setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi

nosokomial (Harrison, 2001).

Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita

maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme

yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat

baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara

infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang

3

Page 4: WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya

(Soeparman, 2001).

‘Infeksi nosokomial’ adalah infeksi yang terdapat dalam sarana

kesehatan. Sebetulnya rumah sakit memang sumber penyakit! Di negara

maju pun, infeksi yang didapat dalam rumah sakit terjadi dengan angka

yang cukup tinggi. Misalnya, di AS, ada 20.000 kematian setiap tahun

akibat infeksi nosokomial. Di seluruh dunia, 10 persen pasien rawat inap

di rumah sakit mengalami infeksi yang baru selama dirawat – 1,4 juta

infeksi setiap tahun. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan di 11 rumah

sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 persen pasien

rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat

Hal-hal yang berhubungan dengan infeksi nosokomial :

1. Secara umum infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapatkan

penderita selama dirawat dirumah sakit.

2. Infeksi nosokomial sukar diatasi karena sebagai penyebabnya adalah

mikro organisme / bakteri yang sudah resisten terhadap anti biotika.

3. Bila terjadi infeksi nosokomial, makaakan terjadi penderitaan yang

berpanjangan serta pemborosan waktu serta pengeluaran biaya yang

bertambah tinggi kadangkadang kualitas hidup penderita akan

menurun.

4. Infeksi nosokomial disamping berbahaya bagi penderita,

jugaberbahaya bagi lingkungan baik selamadirawat dirumah sakit

ataupun diluar rumah sakit setelah berobat jalan.

5. Dengan pengendalian infeksi nosokomial akan menghembat biaya

dan waktu yang terbuang.

6. Dinegara yang sudah maju masalah ini telah diangkat menjadi

masalah nasional, sehingga bila angka infeksi nosokomial disuatu

rumah sakit tinggi, maka izin operasionalnya dipertimbangkan untuk

dicabut oleh instansi yang berwenang

2.2 Epidemiologi Infeksi Nosokomial

4

Page 5: WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

Epidemologi adalah telaah mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya dan penyebaran penyakit pada sekelompok

orang.infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian

terbanyak di Negara termiskin dan Negara yang sedang berkembang

karena penyakit-penyakit infeksi masih menjadi masalah utama yang

masih sulit untuk di atasi.

Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa

sekitar 8,7 % dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari

Eropa,Timur-Tengah,Asia Tenggara dan Pasifik masih menunjukkan

adanya infeksi nosokomial dan yang terbanyak terjadi di Asia Tenggara

dengan Prosentase 10 %.Tiga faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi

(termasuk infeksi yang di peroleh dari Rumah Sakit yakni Infeksi

Nosokomial) :

1. Sumber Mikroorganisme yang dapat menmbulkan infeksi.

2. Rute penyebaran mikroorganisme tersebut.

3. Inang yang rentan terhadap infeksi oleh mikroorganisme

tersebut.

2.3 Kriteria Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial disebut juga dengan hospital acquired infection dengan

memenuhi batasan atau kriteria sebagai berikut:

1. Apabila pada waktu firawat dirumah sakit tidak dijumpain tanda-

tanda klinik infeksi tersebut

2. Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalam masa inkubasi dari

infeksi tersebut

3. Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3x24

jam sejak mulai dirawat

4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa(residual dari infeksi

sebelumnya

5. Bila pada saat mulai dirawat di RS suda ada tanda-tanda infeksi ,

tetapi bukti bahwa infeksi didapat penderita pada waktu perawatan

5

Page 6: WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

sebelumnya dan belum pernah dilaporkan sebagai indeksi

nosokomial.

2.4 Skema Penularan Nosokomial

Infeksi nosokomial mulai dengan penyebab (di bagian tengah

gambar berikut), yang ada pada sumber. Kuman keluar dari sumber

melalui tempat tertentu, kemudian dengan cara penularan tertentu masuk

ke tempat tertentu di pasien lain. Karena banyak pasien di rumah sakit

rentan terhadap infeksi (terutama Odha yang mempunyai sistem

kekebalan yang lemah), mereka dapat tertular dan jatuh sakit ‘tambahan’.

Selanjutnya, kuman penyakit ini keluar dari pasien tersebut dan

meneruskan rantai penularan lagi.

2.5 Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial

1. Agen infeksi

Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme

selama ia rawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai

6

Page 7: WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis

karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya

infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada:

·           karakteristik mikroorganisme,

·           resistensi terhadap zat-zat antibiotika,

·           tingkat virulensi,

·           dan banyaknya materi infeksius.

Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit

dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan

oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection)

atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous

infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih

disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang

penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-

bahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini

kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu

ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan

penyakit pada orang normal, (Ducel, 2001).

2. Bakteri

Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh

manusia yang sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam

melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada

beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut

mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme.

Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai penyebab

infeksi saluran kemih. Bakteri patogen lebih berbahaya dan

menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik.

Contohnya :

Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi

parasit di kulit dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru,

pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah serta seringkali telah

resisten terhadap antibiotika.

7

Page 8: WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

·           Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya

Escherichia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas

sering sekali ditemukan di air dan penampungan air yang

menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan pasien yang dirawat.

Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari

semua infeksi di rumah sakit.

·           Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada

luka bekas jahitan, paru, dan peritoneum.

3. Virus

Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh

berbagai macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan

media penularan dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi.

Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang

ditularkan dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral.

Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan

transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti

mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus

respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering

menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola,

influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga

dapat ditularkan (Wenzel, 2002)

4. Parasit dan jamur

Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular

dengan mudah ke orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur

dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri

dan obat immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida albicans,

Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium.

5. Faktor alat

Dari suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial tertama

disebabkan infeksi dari kateter urin, infeksi jarum infus, infeksi saluran

nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia.

8

Page 9: WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

Pemakaian infus dan kateter urin lama yang tidak diganti-ganti.

Diruang penyakit dalam, diperkirakan 20-25% pasien memerlukan

terapi infus. Komplikasi kanulasi intravena ini dapat berupa gangguan

mekanis, fisis dan kimiawi.

Berikut ini adalah beberapa alat yang sering menjadi media

transmisi dalam penyebaran infeksi nosokomial :

a. Kateter

Kateter adalah sebuah pipa yang kosong yang terbuat dari logam,

gelas, karet, plastik, yang cara penggunaannya adalah dimasukkan

kedalam rongga tubuh melalui saluran.

Kateter dibagi menjadi 2 yaitu kateter dan non kateter

1. Kateter

Adalah kateter yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah vena.

Kegunaan : berlaku sebagai vena tambahan untuk pangobatan

dalam jangka lama yang lebih dari 48 jam.

Kateter ini terbuat dari bahan TEFLON dan plastic PVC.

2. Non kateter :

Nelaton Catheter

Balloon Catheter

Oxygen Catheter

Stomach Tube/Maag Sonde

Feeding Tube

Rectal Tube/Flatus Buis

Suction Catheter/Mucus Extractor

Kondom Catheter

b. Jarum Suntik

Jarum suntik atau Injection Needles adalah alat yang digunakan untuk

menyuntik, dan tentunya digabung dengan alat suntik (spuit).

Macam – macam jarum suntik:

9

Page 10: WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

- Jarum suntik yang umum

- Jarum suntik gigi

- Jarum suntik spinal

- Jarum suntik bersayap

c. Alat – alat untuk mengambil atau memberikan darah atau cairan.

- Soluset

- Blood donor set

- Venoject

2.6 Tindakan Pencegahan Infeksi Nosokomial

Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa

rumah sakit sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan

kotoran. Perlu diingat bahwa sekitar 90 persen dari kotoran yang terlihat

pasti mengandung kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk

membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar

mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali.

Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas

kesehatan. Usahakan adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi

penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang

dapat menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan

udara yang baik akan lebih banyak menurunkan resiko terjadinya

penularan tuberkulosis. Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu

fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan pemrosesan serta filternya

untuk mencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada

rumah sakit dengan prasarana yang terbatas dapat menggunakan panas

matahari.

Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan

pasien diare untuk mencegah terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan

10

Page 11: WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

toilet harus selalu bersih dan diberi disinfektan. Disinfektan akan

membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien. Disinfeksi yang

dipakai adalah:

Mempunyai kriteria membunuh kuman

Mempunyai efek sebagai detergen

Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan

minyak dan protein.

Tidak sulit digunakan

Tidak mudah menguap

Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk

petugas maupun pasien

Efektif

Tidak berbau, atau tidak berbau tak enak

1.   Perbaiki Ketahanan Tubuh

Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen

oportunis, ada pula bakteri yang secara mutualistik yang ikut membantu

dalam proses fisiologis tubuh, dan membantu ketahanan tubuh melawan

invasi jasad renik patogen serta menjaga keseimbangan di antara

populasi jasad renik komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang

terjadi di dalam saluran cerna manusia. Pengetahuan tentang mekanisme

ketahanan tubuh orang sehat yang dapat mengendalikan jasad renik

oportunis perlu diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat dipakai dalam

mempertahankan ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit

berat. Dengan demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada

penderita penyakit berat dapat diatasi tanpa harus menggunakan

antibiotika.

2.   Ruangan Isolasi

Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan

membuat suatu pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan

terutama untuk penyakit yang penularannya melalui udara, contohnya

11

Page 12: WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

tuberkulosis, dan SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat.

Penularan yang melibatkan virus, contohnya DHF dan HIV. Biasanya,

pasien yang mempunyai resistensi rendah eperti leukimia dan pengguna

obat immunosupresan juga perlu diisolasi agar terhindar dari infeksi.

Tetapi menjaga kebersihan tangan dan makanan, peralatan kesehatan di

dalam ruang isolasi juga sangat penting. Ruang isolasi ini harus selalu

tertutup dengan ventilasi udara selalu menuju keluar. Sebaiknya satu

pasien berada dalam satu ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian

luar biasa dan penderita melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu

ruangan tidaklah apa-apa selama mereka menderita penyakit yang sama.

Pencegahan Infeksi nosokomial yaitu dengan:

1. Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara

mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan

aseptik, sterilisasi dan disinfektan.

2. Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.

3. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat,

nutrisi yang cukup, dan vaksinasi.

4. Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur

invasi

5. Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol

penyebarannya.

Selain itu Pencegahan Infeksi nosokomial juga dengan menggunakan

Standar kewaspadaan terhadap infeksi, antara lain :

1.      Cuci Tangan

Setelah menyentuh darah, cairan

tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan terkontaminasi.

Segera setelah melepas sarung

tangan.

12

Page 13: WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

Di antara sentuhan dengan

pasien.

2.      Sarung Tangan

Bila kontak dengan darah, cairan

tubuh, sekresi, dan bahan yang terkontaminasi.

Bila kontak dengan selaput lendir

dan kulit terluka.

3.      Masker, Kaca Mata, Masker Muka

Mengantisipasi bila terkena,

melindungi selaput lendir mata, hidung, dan mulut saat kontak

dengan darah dan cairan tubuh.

4.      Baju Pelindung

Lindungi kulit dari kontak dengan

darah dan cairan tubuh

Cegah pakaian tercemar selama

tindakan klinik yang dapat berkontak langsung dengan darah atau

cairan tubuh

5.      Kain

Tangani kain tercemar, cegah

dari sentuhan kulit/selaput lendir

Jangan melakukan prabilas kain

yang tercemar di area perawatan pasien

6.      Peralatan Perawatan Pasien

Tangani peralatan yang tercemar

dengan baik untuk mencegah kontak langsung dengan kulit atau

selaput lendir dan mencegah kontaminasi pada pakaian dan

lingkungan

Cuci peralatan bekas pakai

sebelum digunakan kembali

13

Page 14: WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

7.      Pembersihan Lingkungan

Perawatan rutin, pembersihan

dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang perawatan

pasien

8.      Instrumen Tajam

Hindari memasang kembali

penutup jarum bekas

Hindari melepas jarum bekas

dari semprit habis pakai

Hindari membengkokkan,

mematahkan atau memanipulasi jarum bekas dengan tangan

Masukkan instrument tajam ke

dalam tempat yang tidak tembus tusukan

9.      Resusitasi Pasien

Usahakan gunakan kantong

resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk menghindari kontak

langsung mulut dalam resusitasi mulut ke mulut

10.   Penempatan Pasien

Tempatkan pasien yang

mengontaminasi lingkungan dalam ruang pribadi / isolasi

14

Page 15: WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

15

Page 16: WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

2.7 Peranan Dokter Muda dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial

Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan

darah atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian

khusus (apron), masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan

hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah

penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga

kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh,

terhirup, tertelan dan lain-lain.

Menerapkan precaution dalam melakukan semua tindakan, meliputi:

mencuci tangan, menutup jarum dengan benar, membuang sampah

medis pada tempatnya, menggunakan sarung tangan dalam setiap

melakukan tindakan, menggunakan masker, menutup semua luka

dengan menggunakan plester agarvtidak terkontaminasi dengan

pasien.

Imunisasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh untuk mencegah

terjadinya penularan pada saat terkena cairan misalnya terkena darah

pasien yang mengandung HbsAg +.

Profesional dalam bekerja dengan menerapkan tindakan septik dan

aseptik.

16

Page 17: WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko

penularan penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh

produk darah pasien. Terakit dengan hal ini, tempat sampah khusus

untuk alat tajam harus disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada

tenaga kesehatan maupun pasien.

Menjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaiman diketahui

aktivitas pelayanan kesehatan akan menghasilkan sampah rumah

tangga, sampah medis dan sampah berbahaya, yang memerlukan

manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga rumah sakit,

pasien, pengunjung dan masyarakat.

Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan

prinsip yang benar. Tindakan ini merupakan tiga proses untuk

mengurangi resiko tranmisi infeksi dari instrumen dan alat lain pada

klien dan tenaga kesehatan.

Managemen setelah terpapar infeksi.

17

Page 18: WU Peran DM Dalam Pencegahan Nosokomial

BAB III

KESIMPULAN

1. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang timbul ketika di rumah sakit

yang dapat menular melalui alat medis dan menyerang pasien

maupun tenaga medis Setiap rumah sakit di Indonesia harus

mempunyai tim pencegahan dan pengendalian infeksi.

2. Tim pencegahan dan pengendalian infeksi harus bekerja dengan baik

agar angka kasus infeksi nosokomial di Indonesia dapat menurun.

3. Dengan adanya tim pencegahan dan pengendalian infeksi di setiap

rumah sakit yang bekerja dengan baik, kasus infeksi nosokomial di

Indonesia dapat terdata dengan tepat supaya mempermudah

penanganan kasus infeksi nosokomial di rumah sakit.

4. Komponen yang berpengaruh dalam penyebaran infeksi nosokomial,

yaitu penyebab infeksi, sumber, tempat keluar, cara penularan,

tempat masuk, dan penjamu rentan.

5. Alat-alat medis yang biasanya menjadi media transmisi adalah

kateter, jarum suntik, dan alat – alat untuk mengambil atau

memberikan darah atau cairan

6. Penyakit yang biasa ditimbulkan karena infeksi nosokomial adalah

infeksi saluran kemih, pneumonia nosokomial, bakteremi nosokomial,

tuberkulosis, diarrhea dan gastroenteritis, infeksi pembuluh darah,

dipteri, tetanus dan pertusis

7. Cara mencegah penularan infeksi nosokomial melalui alat, yaitu

dengan cara mensterilkan alat-alat secara baik dan benar dan

penggunan alat pelindung diri

18