neurorsaugm.files.wordpress.com · Web viewREFLEKSI KASUS. VERTIGO. Disusun untuk Memenuhi Syarat...
Transcript of neurorsaugm.files.wordpress.com · Web viewREFLEKSI KASUS. VERTIGO. Disusun untuk Memenuhi Syarat...
REFLEKSI KASUS
VERTIGO
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Departemen
Ilmu Bagian Saraf
Rumah Sakit Akademik UGM
Pembimbing:
dr. Fajar Maskuri, M.Sc, Sp.S
Disusun oleh :
Tabita Violent Prayitno
13/360632/KU/16026
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BAGIAN SARAF
RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM
FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN
KEPERAWATAN
2019
BAB I
1.1 Identitas PasienNama : Bp. J
Tanggal Lahir : 7 Januari 1977 (42 tahun)
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Pegawai
Alamat : Yogyakarta
No CM : 098xxx
Tanggal masuk poli : 13 April 2019
1.2 Data Dasar
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 13 April 2019 pukul 11.30 WIB di poliklinik
saraf RSA UGM.
1.2.1 Keluhan Utama
Pusing berputar
1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pusing berputar dirasakan semenjak 3 minggu yang lalu, hilang-timbul, terjadi tiba-
tiba dengan durasi 10-15 menit, karateristik seperti terhuyung-huyung, diperparah
dengan gerakan, membaik dengan duduk diam. Mual (+), muntah (-), telinga
berdenging (-), penurunan pendengaran (-) kelainan neurologis (-).
Riwayat pengobatan domperidom, lansoprazole, methycobal.
1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa
Riwayat trauma sebelumnya : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat kejang : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat stroke : disangkal
Riwayat rawat inap : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan : disangkal
Riwayat Keganasan : disangkal
1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa pada keluarga
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat jantung : disangkal
Riwayat stroke : disangkal
1.2.5 Riwayat Sosial, Ekonomi, Pribadi
Pasien laki-laki berusia 42 tahun, bekerja sebagai pegawai kantor. Pekerjaan pasien sehari-
hari dihabiskan dengan bekerja di depan komputer. Kebiasaan makan pasien sehari-hari
teratur. Pasien merupakan pasien rawat jalan umum, kesan ekonomi menengah .
1.3 Anamnesis Sistem Sistem serebrospinal : Pusing berputar (+)
Sistem kardiovaskular : tidak ada keluhan
Sistem respirasi : tidak ada keluhan
Sistem gastroinstestinal : mual (+)
Sistem musculoskeletal : tidak ada keluhan
Sistem neurologi : tidak ada keluhan
Sistem integument : tidak ada keluhan
Sistem urogenital : tidak ada keluhan
1.4 Resume AnamnesisPusing berputar dirasakan semenjak 3 minggu yang lalu, hilang-timbul, terjadi tiba-tiba
dengan durasi 10-15 menit, karateristik seperti terhuyung-huyung. Gejala disertai mual
diperparah dengan gerakan, membaik dengan duduk diam. Riwayat pengobatan dengan
domperidom, lansoprazole, methycobal. Riwayat keluhan serupa sebelumnya semenjak
beberapa tahun yang lalu, dan terdapat riwayat keluhan serupa pada keluarga.
1.5 Diagnosa Sementara
Diagnosis Klinis : Vertigo dan nausea
Diagnosis Topis : Sistem vestibular dd non vestibular
Diagnosis Etiologi : Sistem vestibular perifer dd central
1.6 Pembahasan
1.6.1 Pendahuluan
Keseimbangan dipengaruhi oleh 3 input yaitu input sistem visual, propriosepsi, dan
vestibular. Tiga sistem ini selanjutnya saling berintergasi di kompleks nukelus vestibular dan
cerebellum. Lalu, menuju motor neuron untuk mengatur posisi tubuh dan mata sehingga
dapat tercapai keseimbangan. Minimal dibutuhkan 2 sistem yang bekerja dengan baik untuk
menjaga keseimbangan. Diperkirakan 40% pasien dengan keluhan pusing (dizzy) memiliki
disfungsi vestibular perfier, 10% diantaranya memiliki lesi vestibuler pada batang otak, 15%
memiliki kelainan psikiatrik, dan 25% sisanya memiliki permasalah lain seperi pre-sinkop
dan disekuilibrium.
Vertigo didefinisikan sebagai sensasi ilusi pergerakan diri sendiri atau lingkungan meskipun
dalam kenyataannya pergerakan tesebut nihil. Vertigo bukanlah diagnosis melainkan
terminology tidak spesifik untuk mendeskripsikan gejala. Deskripsi pasien sangat
menentukan klasifikasi dari etiologi gejala pusing (dizziness). Oleh karena itu, riwayat atau
anammnesa merupakan identifikasi paling sensitif pada kasus vertigo. Sedangkan
pemeriksaan fisik pada dasarnya hanya mengkonfirmasi riwayat.
1.6.2 Klasifikasi
Vertigo vestibuler : Gejala ini disebabkan tidak simetrisnya system vestibular akibat
disfungsi labirin, nervus vestibular, atau struktur pusat vestibular di batang otak.
Vertigo non-vestibuler : Gejala vertigo yang disebabkan disfungsi system
proprioseptif atau system visual. Selain itu kelainan pada cervical dapat juga
menyebabkan vertigo (vertigo cervical.
System vestibular perifer merujuk pada organ labirin dari telinga dalam termasuk
kanalis semicircular, utriculus, sacculus, dan saraf vestibularis
Sistem vestibular pusat merujuk pada nuceli vestibular dan batang otak.
1.6.3 Diagnosis
1.6.3.1 Anamnesis
Informasi pertama yang dapat ditanyakan pada anammnesa adalah sifat atau kualitas sensasi
ketika terjadinya gejala. Tipe pusing dapat dibagi mejadi 3 kategori umum menjadi vertigo,
disekuiblirium, dan pre-sinkop (light-headedness). Vertigo dapat didefiniikan sebagai sensasi
yang salah atas pergerakan pasien atau lingkungan dan biasanya dideskripsikan sebagai rasa
“berputar, goyang beritme, atau terhuyung”. Pasien yang memiliki disekubirium lebih
mengeluhkan kesulitan dalam mengarahkan gerakan/keseimbangan tanpa mengalami ilusi
pergerakan. Biasanya gejala dideskripsikan sebagai “ketidak-seimbangan, perasaan
kikuk/kagok (clumsy), takut terjatuh”. Selain itu, gejala memburuk ketika berdiri atau sedang
bergerak/berjalan. Presinkop memiliki sensasi yang beragam (hendak kehilangan kesadaran,
mata berkunang-kunang, persaan pening dan seperti mabuk) serta memiliki berbagai etiologi
(migraine, vascular, metabolic, drug induces, endocrine)
Tanyakan durasi dari gejala, apakah gejala terjadi terus-menerus atau terjadi secara episodik.
Selanjutnya tanyakan mengenai durasi dari gejala apakah berlangsung selama detik, menit,
jam, hari, atau lebih. Pada pasien yang memiliki vertigo, durasi merupakan komponen
penting. Serangan pada vertigo vestibular perifer biasanya sterotipik dan konsisten. Sebagai
contoh, pada BBPV serangan beragam dan berlangsung kurang dari 1 menit. Sedangkan pada
pasien dengan penyakit meniere biasanya berdurasi 15 menit sampai jam. Pada pasien dengan
vestibular neuritis memiliki gejala pusing berputar secara menetap hingga 24 jam. Pada
pasien dengan Trainsient Ischaemic Attack (TIA) yang melibatkan batang otak durasi dapat
berlangsung hingga 15 menit. Tetapi pada infarc batang otak/ pendaharan cerebellum onset
tejadi secara akut, denga intensitas gejala sangat berat dan berlangusng berjam-jam sehingga
dapat berdampak pada kemampuan untuk berdiri.
Selanjutnya tanyakan mengenai gejala penyerta. Penurunan pendengaran, tinntitus, rasa
penuh telinga dan vertigo sangat kuat membuktikan adanya keterlibatan labirin terutama pada
penyakit meniere disease. Vertigo tanpa keluhan pendengaran dapat disebabkan oleh
pemrsalahan di labirin (BPPV), nervus cranial 8 (vestibular neuritis), batang otak (infarc
vestibular nuclei terisoler), atau kortex cerebri (migraine, seizure). Disfagia, kelamahan
ektermitas, atakasia adalah inidkator adanya keterilabatan system saraf pusat. Sedangkan
pada kelamahan wajah mengindikasikan terjadinya lesi proksimal pada labirin.
Tanyakan pasien mengenai penyakit sistemik, autoimun, ataupun metabolik. Selain itu
vertigo dapat terjadi pasca kejadian trauma seperti trauma mekanik terhadap kepala atau
struktur telinga dalam atau adanya baro trauma pada tetnara atau penyelam. Selain itu
tanyakan mengnai riwayat infeksi baru-baru ini. Vestibular neuritis dapat dibsebabkan oleh
infeksi viral atau infeksi saluran napas atas. Vertigo dapat menyertai penyakit herpes zoster
oticus atau ramsay hunt syndrome.Tanyakan pula mengenai penyakit supuratif otitis media,
sifilis, atau tuberculosis. Penyakit sistemik seperti diabetes milletus dan sistemik lupus
erythematous juga dapat menyebabkan vertigo.
Vestibular sensitif terhadap pergerakan angular (pergerakan kepala), pergerakan linear sesaat
(perubahan tiba-tiba), dan gravitasi kelainan pada telinga dalam sering diperparah dengan
pergerakan kepala. Pasien dengan kelianan vestibular cenderung menjaga kepala mereka
stabil dan menghindari pergerakan tiba-tiba.
1.7 Diagnosis Sementara
Diagnosis Klinis : vertigo dan nausea
Diagnosis Topis : sistem vestibular
Diagnosis Etiologi : vertigo vestibuler perifer dd central
BAB II
2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 13 April 2019 pukul 11.00 WIB
2.1.1 Pemeriksaan Umum
a. Kesan umum : baik, compos mentis, E4M6V5
b. Tanda-Tanda Vital :
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi nadi : 66x/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat
Frekuensi nafas : 20 x/menit, regular, abdomino-thoracal
Suhu tubuh : 36,6 °C
Saturasi : 98 %
2.1.2 Pemeriksaan Umum
2.1.2.1 Kepala
Bentuk kepala normocephal,
2.1.2.2 Leher
Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening pada leher.
2.1.2.3 Wajah
Raut muka pasien baik dan tidak terdapat kelainan facies.
2.1.2.4 Mata
Edema palpebra (-/-), alis mata hitam dan tersebar merata, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
2.1.2.5 Telinga
AD: Bentuk telinga normal, membran timpani tidak dinilai, nyeri tekan (-).AS: Bentuk telinga normal, membrane timpani tidak dinilai, nyeri tekan (-)2.1.2.6 Hidung
Bentuk hidung normal. Tidak tampak deviasi. Tidak tampak adanya sekret. Tidak tampak nafas cuping hidung.2.1.2.7 Mulut
Mukosa gusi dan pipi tidak hiperemis, ulkus (-) , perdarahan gusi (-), sianosis (-),
Perot (-), hipersalivasi (-).
2.1.2.8 Thoraks
a. Pulmo :
1. Inspeksi : Normochest, gerak dada simetris, retraksi suprasternal dan
supraclavicula (-)
2. Palpasi : Taktil fremitus sama pada paru kanan dan kiri
3. Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
4. Auskultasi: Suara nafas vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
ii. Cor :
1) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
2) Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
3) Perkusi : Batas kanan bawah:ICS 5 mid axilaris anterior sinistra
Batas kanan atas: ICS 3 mid clavicularis sinistra
Batas kanan bawah: ICS 4 parasternal dekstra
Batas kanan atas: ICS 2 parasternal dekstra
4) Auskultasi: S1-S2 reguler, intensitas normal, murmur (-), gallop (-).
i. Abdomen
1) Inspeksi : Datar, supel.
2) Auskultasi: Bising usus (+), normal (2-6 x menit)
3) Perkusi : Timpani di semua kuadran abdomen
4) Palpasi : Dinding perut supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
(-), turgor baik
b. Ekstremitas
Simetris, sianosis (-/-), akral hangat (+/+), CRT<2detik, tampak tattoo pada seluruh
bagian tangan (+)
2.1.3 Neurobehaviour
2.1.3.1 Status Psikiatri
a. Tingkah Laku : Normoaktif
b. Perasaan Hati : Normotimik
c. Orientasi : Baik
d. Kecerdasan : Dalam batas normal
e. Daya Ingat : Dalam batas normal
2.1.3.2 Status Neurobehaviour
a. Sikap tubuh : Simetris
b. Gerakan Abnormal : Tidak ada
c. Cara berjalan : normal gait
d. Ekstremitas : dalam batas normal
2.1.4 Status Neurologis
Nervus Pemeriksaan Kanan Kanan
N. I. Olfaktorius
Daya penghiduTidak
dilakukan
Tidak
dilaukan
N. II. Optikus
N. II. Optikus
Daya penglihatan >4/60 >4/60
Pengenalan warna N N
Lapang pandang N N
Refleks cahaya langsung + +
N. III. Okulomotor
N. III. Okulomotor
Ptosis - -
Gerakan mata ke medial + +
Gerakan mata ke atas + +
Gerakan mata ke bawah + +
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil Bulat Bulat
Refleks cahaya tidak langsung + +
N. IV. Troklearis
N. IV. Troklearis
Strabismus divergen - -
Gerakan mata ke lat-bwh - -
Strabismus konvergen - -
N. V. Trigeminus
N. V. Trigeminus Menggigit N N
Membuka mulut N N
Sensibilitas muka N N
Refleks kornea + +
Trismus - -
N. VI. Abdusen
Gerakan mata ke lateral N N
Strabismus konvergen - -
N. VII. Fasialis
N. VII. Fasialis
Kedipan mata + +
Lipatan nasolabial - -
Sudut mulut Dbn Dbn
Mengerutkan dahi Dbn Dbn
Menutup mata - +
Meringis Normal Normal
Menggembungkan pipi Normal Normal
Daya kecap lidah 2/3 ant Tdk dilakukan Tdk
dilakukan
N. VIII.
VestibulokoklearisTerlampir
N. VIII.
Vestibulokoklearis
Mendengar suara bisik Dbn Dbn
Tes garpu tala Tdk dilakukanTdk
dilakukan
N.IX
Glossofaringeus
Arkus Faring Simetris kanan kiri
Daya Kecap 1/3 Belakang Tidak dilakukan
Reflek Muntah Tidak dilakukan
Sengau -
N. X
Vagus
Reflek muntah Tidak dilakukan
Bersuara DBN
Menelan DBN
N. XI
Akesorius
Sikap Bahu Dalam batas normal
Trofi Otot Bahu Eutrofi
Memalingkan Kepala Dalam batas normal
Mengangkat Bahu Dalam batas normal
N. XII
Hipoglossus
Sikap lidah Tidak ada deviasi
Menjulurkan lidah Tidak ada deviasi
Fasikulasi lidah -
Kekuatan lidah Dalam batas normal
Artikulasi Dalam batas normal
2.1.5 Fungsi Motorik
Gerakan
Kekuatan
2.1.6 Refleks Fisiologis
Refleks Biceps Normal Normal
Refleks Triceps Normal Normal
Refleks Patella Normal Normal
Refleks Achilles Normal Normal
2.1.7 Refleks Patologis
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Mendel Bachterew - -
Rosollimo - -
Gonda - -
Hofman Trommer - -
bebas
bebas
bebas
bebas
5/5/5
5/5/5 5/5/5
5/5/5
normalTonus
normal
normal
normal
Trofi eutrofi
eutrofi
eutrofi
eutrofi
2.1.8 Fungsi Sensorik
Kanan Kanan
Rasa nyeri Terasa Terasa
Rasa raba Terasa Terasa
Rasa suhu Terasa Terasa
Propioseptif Terasa Terasa
2.1.9 Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : negatif
Kernig sign : negatif
Pemeriksaan Brudzinski : : negatif
Brudzinski I : negatif
Brudzinski II : negative
2.1.10 Fungsi Luhur
Fungsi Luhur: normal
Fungsi Vegetatif: dalam batas normal
2.1.11 Tes koordinasi
Past pointing test : tidak dilakukan
Nystagmus : -/-
Tes Romberg : dbn
Tandem gait : dbn
Fukuda test : bergeser ke kiri, menghadap ke kanan depan >45 derajat
Diskusi II
Romberg Test
Pemeriksaan romberg bertujuan untuk mendiagnosis ataxia sensorik dan mengetahui adanya
abnormalitas proprioseptif. Pemeriksaan romberg hanya dapat dilakukan pada pasien yang
tidak memiliki kelemahan motorik pada ekstermitas bawah, memiliki visus yang baik serta
kooperatif selama pemeriksaan.
Pemeriksaan Romberg dilakukan dengan meminta pasien bediri pada alas datar dengan kedua
kaki rapat. Lengan berada di sisi tubuh serta mata terbuka. Pemeriksa berdiri di dekat pasien
dengan kedua lengan terjulur ke depan sehingga apabila pasien tejratuh pemeriksa dapat
segera menangkap. Obeservasi pasien dalam kondisi tersebut selama 20 detik serta perhatikan
apakah pasen bergoyang atau terjatuh. Selanjutnya pasien diminta menutup kedua matanya
selama 30 detik . Perhatikan kemampuan pasien untuk mempertahankan posisinya agar tetap
tegak.
Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan Romberg dipertajam.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan meminta pasien berdiri dengan kedua kaki berada pada 1
garis, sedangkan ibu jari kaki berada di belakang tumit kaki lainya. Kedua lengan menyilang
di dada dengan telapak tangan menghadap bahu yang berlawanan. Pasien diminta melihat
jauh ke depan. Lakukan pengamatan dalam kondisi mata terbuka selama 20 detik. Kemudian
lakukan pengamatan yang sama dengan mata pasien terututp selama 30 detik.
Pemeriksaan eyed closed tandem Romberg akan menghilangkan input proprioseptif. Ketika
dikombinasi dengan mata terutup, maka tingga tersisa input vestibular. Oleh karena itu pada
pasien dengan gangguan vestibular bilateral berat tidak akan mampu melakukan ECTR dalam
waktu 6 detik.
Interpretasi hasil pemeriksaan Romberg ditentukan dari kemampuan pasien mempertahankan
keseimbangan. Pasien dikatakan tidak dapat mempertahankan keseimbangan apabila
terhuyung dan kaki berubah posisi atau bila pasen benar-benar jatuh. Apabila pasien tidak
dapat merpertahankan keseimbangan sejak awal pemeriksaan dilakukan-saat masih dengan
mata terbuka-maka kemungkinan terdapat gangguan serebelum. Sedangkan apabila pasien
masih dapat mempertahankan kseimbangan denga mata terbuka namun terjatuh dengan mata
tertutup maka kemungkinan letak ada pada jaras prioprioseptif.
Fukuda test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengevaluasi fungsi labirin. Untuk dapat melakukan
pemeriksaan ini pasien harus mampu mempertahankan keseimbangan dengan mata terbuka
dan tidak ada kelemahan motoric pada ektermitas bawah.
Teknik tesebut dengan meminta pasien untuk megerjakannya dengan mata terbuka.
Pemeriksaan dilakukan denga meminta psien berdiri dengan kedua lengan ekstensi dan
terjulur ke depan. Selanjutnya diinta berjalan di tempat sebaak 50 langkah dengan mata
tertutup. Hasil pemeriksaan dinyatakan abnormal apabila pasien jatuh atau posisi berdiri
mengalami deviasi >45 derjat dari posisi awal. Pada pasein dengan gangguan vestibular
umumnya akan berdeviasi kearah lesi. Akan tetapi interpretasi hasil pemeriksaan ini perlu
dikofirmasi dengan pemeriksaan lain. Deviasi juga dapat ditemuka pada orang normal yang
tidak meiliki keluhan gangguan keseimbangan.
Past pointing test
Pemeriksaan ini berutjuan untuk mengevaluasi fungsi serebelum dan atau sistem vestibular
sebelum melakukan pemeriksaan ini perlu dipastikan terlebih dahulu bahwa pasien tidak
mengalami paresis pada ektermitas atas.
Pemeriksaan dilakukan dengan meminta pasien mengektensikan lengannya denga posisi jari
telunjuk ektensi. Pasien kemudian mengarahkan jari telunjuknya ke jari telunjuk pemeriksa.
Gerakan dilakukan beberapa kali dengan mata terbuka telrebih dahulu kemudian dengan mata
tertutup. Dengan mata tertutup pasien diminta mengketensikan lengannya sampai di atas
kepala, kemudian turun kembali dan menyentuhkan ujung jari telunjukanya ke jari telunjuk
pemeriksa. Posisi jari tangan pemeriksa tidak berpindah-pindah.
Hasil pemeriksaan positif apabila lengan pasien mengalami deviasi dari target (jari
pemeriska) dan arah deviasi konsisten pada beberapa kali pengulangan. Pada gangguan
vestibular akut, sisi labirin yang normal akan mendorong lengan ke arah sisi abnormal
sehingga jari pasien tidak tepat mengenai targetnya. Devasi ini dapat ditemukan pada keuda
lengan dengan arah yang sama. Sedangkan pada vestibulapati setelah fase kompensasi
terlewati, past pointing test akan negative. Pada gangguan serebelum lengan ipsilateral lesi
akan mengalami ataksia dan inkoordinasi. PTT hanya tergaggu pada lengan ipsilateral lesi
Nystagmus
Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan letak lesi pada sistem vestibular perifer atau
sentral.
Pemeriskaan dilakukan dengan meminta pasien mengikuti gerakan jari pemeriksa dengan
deviasi gerakan bola mata maksimal 30 derajat. Gerakan dilakukan ke arah vertical dan
horizontal. Apabila mata melirik maksimal ke lateral dapat timbul nystagmus fisisologis (end
point nystagmus)
Koordinasi/fungsi cerebellum
Kemampuan koordinasi diatur oleh serebelum, berperan dalam mensinergikan kontraksi otot
dengan mengatur tonus otot dan koordinasi pada gerakan volunteer.
Gangguan pada cerebelum tidak menyebabkan kelemahan tetapi akan mempengaruhi
gerakan.
Pasien dengan gangguan cerebellum biasanya mengeluhkan tremor, inkoordinasi, kesulitan
berjalan, kesulitasn berbicara (disatria). Pada pemeriksaan dapat ditemukan nystagmus,
hypotonia, juga dysmetria.
Dix-hallplike Maneuver
Pada pasien ini hanya ditemukan kelainan pada fukuda test sehingga memiliki gangguan di
vestibular.
2.2 Diagnosa Akhir
Diagnosis Klinis : Vertigo dan nausea
Diagnosis Topis : Sistem vestibular
Diagnosis Etiologi : Sistem vestibular perifer
2.3 Prognosis• Death : dubia ad bonam• Disease : dubia ad bonam• Disability : dubia ad bonam• Discomfort : dubia ad bonam• Dissatisfaction : dubia ad bonam• Destitution : dubia ad bonam
2.4 Pengobatan
Pada pasien ini diberikan pengobatan
Flunarizine 5 mg tablet : Merupakan bocker H-1 reseptor dan memiliki calcium
channel blocking effect
Dramamine 50 mg tablet : Merupakan dimenhdyrninate
Merlopam 2 mg tablet : Lorazepam sebagai anti anxietas
Pada pelayanan fasilitas kesehatan primer dapat diberikan terapi farmakologis sebagai
berikut:
Antihistamin seperti dimenhidrinat atau difenhiramin. Dimenhidrinat memiliki lama kerja
selama 4-6 jam dapat diberikan oral dengan dosis 25-50 mg, terbagi 4 kali dalam sehari.
Dimenhydrinate adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan menangani mual, muntah,
dan pusing akibat Motion sickness. Motion sickness terjadi ketika sensasi gerakan di dalam
telinga berbeda dengan sensasi gerakan yang dilihat orang tersebut. Difenhidramin bekerja
dengan cara menghambat kerja zat yang bernama histamine, sehingga mencegah stimulasi
saraf di otak dan telinga dalam yang bisa menyebabkan mual, muntah dan pusin.
Difemhidramin hcl memiliki aktivitas 4-6 jam dapat diberikan 25 mg atau 1 kapsul-50 mg.
Pemberian obat ini dapat dilakukan 4x sehari per oral
Betahistine dipercaya dapat melebarkan pembuluh darah di telinga bagian dalam dan
mengurangi tekanan di telinga dalam, dengan mempengaruhi zat kimia yang dinamakan
histamine. Efek ini yang membuat betahistine digunakan sebagai pengobatan dalam
mengatasi vertigo. Betahistin HCL dapat diberikan dengan dosis 8-24 mg 3 x sehari, dengan
dosis maksmium 6 tablet terbagi dalam beberapa dosis.
Kalsium antagonis memiliki kegunaan untuk menekan fungsi vestibular dan dapat menguragi
respon akselerasi angular dan linier. Dosis diberikan 15-30 mg, sebanyak3 kali sehari atau
1x75 mg sehari.
Pada BBPV kanal posterior dapat dilakukan beberapa mauever seperti epley, semont, brand
daroff. Karena penyebab vertigo beragam sementara penderita sering kali merasa terganggu
dengna keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan simptomatik. Sebagian
besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu menggunakan obat.