Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus ...

16
Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus Menstruasi Terhadap Perbedaan Perilaku Konsumsi Produk Apparel Forever 21 Galuh Nisa Kartika Program Sarjana Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia 16424 E-mail: [email protected] Abstrak Masih sedikitnya penelitian terkait pengaruh kondisi fisiologis terhadap perilaku konsumen wanita, menjadikan topik ini menarik untuk diteliti lebih lanjut. Di dalam skripsi ini, akan dibahas bagaimana siklus menstruasi sebagai salah satu contoh kondisi fisiologis yang dialami wanita, mampu memberikan dampak terhadap perilaku konsumsi wanita, khususnya terhadap produk apparel. Produk apparel yang dijadikan studi kasus dalam skripsi ini adalah merek fesyen Forever 21. Melalui metode paired t-test dan nonparametric test, penelitian ini berhasil membuktikan secara signifikan bahwa dalam masa subur, wanita memiliki keinginan yang lebih tinggi untuk menggunakan produk apparel jika dibandingkan pada masa nonsubur. Frekuensi wanita untuk menggunakan produk apparel dan kecenderungan wanita untuk berbelanja produk apparel juga lebih tinggi dalam masa subur jika dibandingkan dengan masa nonsubur. Sehingga, dapat dikatakan bahwa memang benar siklus menstruasi memiliki dampak terhadap perubahan perilaku konsumen wanita. Kata kunci: Siklus menstruasi, perilaku konsumsi, kondisi fisiologis, wanita, apparel Abstract Since there are only a few numbers of researchers who have conducted research regarding the influence of the physiological condition on the female consumer behavior, this topic becomes an intriguing topic for further investigation. In this thesis, the writer discuss how the menstrual cycle, as one example of the physiological conditions experienced by women, is able to have an impact on the consumption behavior of women, especially on apparel products. Fashion brand Forever 21 is used in this thesis as the case study, and through a paired sample t-test and nonparametric test, the writer found significant proofs which show us that in the fertile period, women have a higher desire to use apparel products if compared to the non fertile period. During a fertile phase, women also have a higher frequency to use apparel products and tend to spend their money on it. Hence, it is true that menstrual cycle has an impact on changes in consumer behavior of women. Keywords: Menstrual cycle, consumption behavior, physiological condition, women, apparel 1. Latar Belakang Menurut Kotler (2010), saat ini pemasar dapat menyaksikan munculnya Marketing 3.0, atau pemasaran dalam era values-driven, di mana konsumen pada masa kini aktif mencari solusi untuk mengatasi berbagai kecemasan (anxieties) mereka melalui pemenuhan fungsional, emosional dan pemenuhan semangat (spirit) dalam produk dan layanan yang mereka pilih. Salah satu pendorong utama lahirnya Marketing 3.0 adalah teknologi gelombang baru (new wave technology) pada awal abad ke-21, yang dipicu oleh keberadaan media sosial, sehingga konsumen semakin ekspresif dan dapat mempengaruhi konsumen lainnya atau lazim disebut influencer. Di Indonesia sendiri terdapat tiga kelompok besar influencer, yaitu youth, woman dan netizen. Diantara ketiga kelompok influencer tersebut, wanita, terutama wanita Indonesia, kini menjadi kelompok yang sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut. Hal ini dikarenakan wanita memiliki sifat dasar multi-tasking, sehingga wanita memiliki variasi kebutuhan yang tinggi (Gray, 1992). Riset Markplus (2012) dan BPS (2014) juga menunjukkan bahwa 84,2% wanita Indonesia berperan sebagai pengatur keuangan rumah tangga dan banyak Wanita, kondisi…, Galuh Nisa Kartika, FE UI, 2014

Transcript of Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus ...

Page 1: Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus ...

Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus Menstruasi Terhadap Perbedaan Perilaku Konsumsi Produk Apparel Forever 21

Galuh Nisa Kartika

Program Sarjana Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia 16424

E-mail: [email protected]

Abstrak

Masih sedikitnya penelitian terkait pengaruh kondisi fisiologis terhadap perilaku konsumen wanita, menjadikan topik ini menarik untuk diteliti lebih lanjut. Di dalam skripsi ini, akan dibahas bagaimana siklus menstruasi sebagai salah satu contoh kondisi fisiologis yang dialami wanita, mampu memberikan dampak terhadap perilaku konsumsi wanita, khususnya terhadap produk apparel. Produk apparel yang dijadikan studi kasus dalam skripsi ini adalah merek fesyen Forever 21. Melalui metode paired t-test dan nonparametric test, penelitian ini berhasil membuktikan secara signifikan bahwa dalam masa subur, wanita memiliki keinginan yang lebih tinggi untuk menggunakan produk apparel jika dibandingkan pada masa nonsubur. Frekuensi wanita untuk menggunakan produk apparel dan kecenderungan wanita untuk berbelanja produk apparel juga lebih tinggi dalam masa subur jika dibandingkan dengan masa nonsubur. Sehingga, dapat dikatakan bahwa memang benar siklus menstruasi memiliki dampak terhadap perubahan perilaku konsumen wanita.

Kata kunci: Siklus menstruasi, perilaku konsumsi, kondisi fisiologis, wanita, apparel

Abstract

Since there are only a few numbers of researchers who have conducted research regarding the influence of the physiological condition on the female consumer behavior, this topic becomes an intriguing topic for further investigation. In this thesis, the writer discuss how the menstrual cycle, as one example of the physiological conditions experienced by women, is able to have an impact on the consumption behavior of women, especially on apparel products. Fashion brand Forever 21 is used in this thesis as the case study, and through a paired sample t-test and nonparametric test, the writer found significant proofs which show us that in the fertile period, women have a higher desire to use apparel products if compared to the non fertile period. During a fertile phase, women also have a higher frequency to use apparel products and tend to spend their money on it. Hence, it is true that menstrual cycle has an impact on changes in consumer behavior of women.

Keywords: Menstrual cycle, consumption behavior, physiological condition, women, apparel

1. Latar Belakang Menurut Kotler (2010), saat ini

pemasar dapat menyaksikan munculnya Marketing 3.0, atau pemasaran dalam era values-driven, di mana konsumen pada masa kini aktif mencari solusi untuk mengatasi berbagai kecemasan (anxieties) mereka melalui pemenuhan fungsional, emosional dan pemenuhan semangat (spirit) dalam produk dan layanan yang mereka pilih. Salah satu pendorong utama lahirnya Marketing 3.0 adalah teknologi gelombang baru (new wave technology) pada awal abad ke-21, yang dipicu oleh keberadaan media sosial, sehingga konsumen semakin ekspresif dan dapat

mempengaruhi konsumen lainnya atau lazim disebut influencer. Di Indonesia sendiri terdapat tiga kelompok besar influencer, yaitu youth, woman dan netizen. Diantara ketiga kelompok influencer tersebut, wanita, terutama wanita Indonesia, kini menjadi kelompok yang sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut. Hal ini dikarenakan wanita memiliki sifat dasar multi-tasking, sehingga wanita memiliki variasi kebutuhan yang tinggi (Gray, 1992). Riset Markplus (2012) dan BPS (2014) juga menunjukkan bahwa 84,2% wanita Indonesia berperan sebagai pengatur keuangan rumah tangga dan banyak

Wanita, kondisi…, Galuh Nisa Kartika, FE UI, 2014

Page 2: Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus ...

diantara mereka yang menjadi womenpreneur. Paduan dari variasi kebutuhan yang tinggi dan peran sebagai pengatur keuangan menjadikan wanita sebagai segmen pasar dengan potensi tinggi untuk dikembangkan lebih lanjut.

Guna memahami segmen wanita dengan lebih baik, tentu diperlukan pemahaman mengenai perilaku konsumen, terutama aspek afeksi pada wanita. Aspek afeksi ternyata dapat dipengaruhi oleh kondisi fisiologis, dengan siklus menstruasi sebagai salah satu contohnya. Wanita, ternyata memiliki perbedaan perilaku konsumsi untuk produk terkait penampilan (appearance-related product) yang ditunjukkan dengan adanya keinginan untuk tampil atraktif pada masa subur, melalui berbelanja dan melakukan aktivitas mempercantik diri (Peter & Olson: 2010, Nisbett & Kanouse: 1969, Gangestad, et al.: 2007, dan Durante, et al.: 2007). Keinginan wanita untuk menggunakan dan membelanjakan uangnya untuk produk apparel juga ditemukan berfluktuasi sesuai siklus menstruasi yang mereka alami. Pun, dengan frekuesni penggunaan dari produk apparel itu sendiri (Saad&Stenstrom, 2012). Dengan demikian, menjadi penting untuk meneliti lebih lanjut mengenai perbedaan perilaku konsumsi wanita terkait produk apparel.

Industri apparel di Indonesia sendiri dalam beberapa tahun terakhir menjanjikan pertumbuhan yang signifikan. Di tahun 2017, penjualan produk apparel diprediksi mencapai 1.232,2 juta unit atau setara dengan 137.746,2 miliar rupiah, dan mencetak pertumbuhan sebesar 15,5% (Euromonitor, 2013). Hal ini didorong dengan pertumbuhan populasi kelas menengah sebanyak lebih 50% populasi yang menyebabkan perbaikan daya beli

masyarakat (Markplus, 2012). Di sisi lain, manufaktur juga melakukan perbaikan praktek bisnis melalui standar ISO 9001. Perbaikan dari dua sisi tersebut untungnya mampu menarik minat investor asing, ditunjukkan oleh masuknya fast fashion retailer asing yakni H&M, Uniqlo dan Cotton on di tahun 2013 (GBG, 2013). Forever 21 sebagai salah satu pionir dari merek fast fashion retailer asing di Indonesia, kini berada di posisi keenam, tertinggal oleh Giordano, Mango, Zara, Bossini dan GAP (AIP, 2011), sehingga Forever 21 perlu melakukan upaya intensif untuk mempertahankan eksistensinya dalam industri apparel Indonesia. Hal itulah yang mendasari dipilihnya Forever 21 menjadi merek yang diangkat dalam penelitian kali ini.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk melihat apakah siklus menstruasi, yang merupakan salah satu contoh efek kondisi fisiologis pada wanita, dapat memberikan perbedaan perilaku konsumsi terhadap produk apparel, dengan merek fesyen Forever 21 sebagai studi kasus yang diteliti. Maka dari itu, riset ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan mengenai variasi keinginan untuk menggunakan (consumption desire), jumlah uang yang dikeluarkan (money spent) dan frekuensi penggunaan (product usage) produk apparel Forever 21 berdasarkan fluktuasi siklus menstruasi yang dialami wanita. 2. Tinjauan Literatur

Perilaku konsumen melibatkan interaksi diantara pemikiran, perasaan, aksi, dan lingkungan. Sehingga, penting bagi pemasar untuk memahami apa saja produk yang berarti bagi seorang konsumen, apa yang harus konsumen lakukan untuk membeli dan menggunakan

Wanita, kondisi…, Galuh Nisa Kartika, FE UI, 2014

Page 3: Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus ...

suatu produk, dan hal apa saja yang dapat mempengaruhi kegiatan berbelanja, pembelian, dan konsumsi tersebut. Untuk meneliti, menganalisis, dan memahami perilaku konsumen lebih dalam, tentu diperlukan suatu kerangka berpikir. Peter dan Olson (2010) menghadirkan kerangka berpikir yang dikenal dengan sebutan The Wheel of Consumer Analysis. Kerangka ini berisikan empat elemen utama, yakni afeksi dan kognisi (affect and cognition), perilaku (behavior), lingkungan (environment), dan strategi pemasaran (marketing strategy). Dari keempat elemen tersebut, afeksi pada wanita ternyata secara unik dapat dipengaruhi dan mempengaruhi kondisi fisiologis, seperti siklus menstruasi. Afeksi, sebagai respon perasaan dari stimulus pemasaran, memiliki empat tipe respon secara umum, yakni mood, spesific feeling, emosi dan evaluasi, di mana semakin kuat respon afeksi yang diberikan individu, semakin kuat pula reaksi fisiologis yang dirasakannya. Hubungan afeksi dengan kondisi fisiologis, serta kaitannya dengan ranah pemasaran khususnya di bidang perilaku konsumen telah banyak menarik perhatian peneliti dalam beberapa dekade terakhir. Di tahun 2002, Fitzsimons, et al. mengkategorikan afeksi sebagai non-consicous influence dalam proses pengambilan keputusan oleh konsumen. Groppel-Klein (2005) menunjukkan adanya hubungan antara consumer choices dengan arousal, dan Plassmann, et al. (2008) membuktikan bahwa terdapat hubungan antara consumer choice dengan pola aktivasi otak.

Berbicara mengenai produk apparel, perbedaan perilaku konsumsi wanita berdasarkan siklus menstruasinya ditunjukkan dengan adanya perbedaan

consumption desire, money spent dan product usage (Saad & Stenstrom, 2012). 2.1 Siklus Menstruasi pada Wanita Mengacu kepada berbagai temuan menarik mengenai dampak siklus menstruasi terhadap perbedaan perilaku konsumsi wanita, ada baiknya kita memahami lebih lanjut mengenai siklus menstruasi. Secara medis, siklus menstruasi wanita berlangsung dalam rentang 18-42 hari, dan klasiknya berlangsung selama 28 hari. Jika siklus berlangsung di luar rentang 18-42 hari, maka bisa dikatakan wanita tidak berovulasi (anovulator). Siklus menstruasi memiliki satu masa, yaitu masa menstruasi yang berlangsung dari hari ke-1 hingga ke-4, dan dua fase, yaitu fase folikuler (pembuahan) yang berlangsung dari hari ke-5 hingga ke-14 dan fase luteal (sekresi) yang berlangsung dari hari ke-16 hingga hari ke-28. Masa subur berlangsung dalam periode sangat singkat di akhir fase folikuler, yaitu pada hari ke-8 hingga hari ke-15. Dalam satu masa dan dua fase tersebut, kadar hormon estrogen berfluktuasi mengikuti jalannya siklus. Perubahan hormon estrogen inilah yang menjadi kunci dari perubahan berbagai sindrom ketika wanita mengalami menstruasi, baik fisiologis maupun psikologis (Prawirohardjo, 2005).

2.2 Efek Siklus Menstruasi Terhadap Perilaku Konsumen

Melalui penelitian Saad dan Stenstrom di tahun 2012, ditemukan bahwa wanita memiliki keinginan untuk tampil menarik pada masa subur. Keinginan untuk tampil menarik ini dieksekusi melalui pemilihan pakaian yang membuat wanita tampil sexy di mata pria (Haselton, et al., 2007). Namun demikian,

Wanita, kondisi…, Galuh Nisa Kartika, FE UI, 2014

Page 4: Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus ...

Haselton mengganti kata sexy dengan atraktif dikarenakan kata sexy dapat berkonotasi negatif. Roberts, et al. (2004) mengakui bahwa wajah wanita terlihat lebih menarik di masa subur. Selaras dengan kesimpulan tersebut, Roder, et al. (2009) juga menemukan bahwa wanita merasakan diri mereka lebih atraktif dan tertarik kepada pria dengan fisik menarik di masa subur (Gangestad, et al., 2007).

Wanita juga memiliki kecenderungan untuk membelanjakan uang lebih banyak ketika sedang berada dalam masa subur. Di tahun 2009, Hill dan Durante menyatakan bahwa setidaknya wanita memiliki tendensi untuk berbelanja produk yang dapat membuat diri mereka cantik. Masih di tahun yang sama, Park dan Maner juga menyatakan bahwa wanita memang memiliki motivasi untuk berbelanja pakaian di masa subur. Akan tetapi, Saad dan Stenstrom (2012) tidak menemukan perbedaan signifikan terkait pengeluaran wanita untuk produk apparel selama siklus menstruasi mereka. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait topik ini.

Frekuensi wanita untuk menggunakan produk apparel juga jauh lebih tinggi ketika berada dalam masa subur. Wanita cenderung memilih pakaian yang lebih fashionable, terbuka dan menunjukkan daya tarik mereka, menggunakan makeup, menata rambut dan terlibat dalam berbagai kegiatan mempercantik diri lainnya (Saad & Stenstrom: 2012, Durante, Li dan Haselton: 2008, dan Roder, et al.: 2009). 3. Metode Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah wanita pengguna produk apparel merek Forever 21, yang berada dalam rentang usia 15-49 tahun, sehingga dapat

dikategorikan sebagai wanita usia subur (WHO, 2004). Guna mengumpulkan data dan informasi yang diinginkan, responden akan diminta untuk mengisi kuesioner dua kali secara panel (longitudinal), yaitu pada saat mereka mengalami masa subur dan masa nonsubur. Kuesioner akan dibagikan baik secara offline (face to face), maupun secara online (email dan instant messenger).

Penentuan masa subur dan masa nonsubur responden akan mengacu pada konsep perhitungan yang dijabarkan pada bab sebelumnya, yakni masa subur berlangsung antara hari kedelapan hingga hari ke-14 setelah menstruasi dimulai, sedangkan masa nonsubur berlangsung antara hari ke-15 hingga hari ke-28 (untuk siklus yang terdiri dari 28 hari). Pada penelitian ini, saat menstruasi juga akan digolongkan ke dalam masa nonsubur dengan tujuan mempermudah proses pengumpulan data. Penggolongan saat menstruasi ke dalam masa nonsubur ini mengacu pada studi yang dilakukan oleh Roder, Brewer dan Fink di tahun 2009 mengenai efek siklus menstruasi terhadap perubahan persepsi diri (self perception) dan motivasi pada wanita. Jika ada responden yang mengalami siklus kurang atau lebih dari 28 hari (berada dalam rentang 18-42 hari), perhitungannya akan disesuaikan dengan lamanya menstruasi yang dialami responden. Sebagai contoh, jika responden mengalami menstruasi selama delapan hari, maka masa subur berlangsung antara hari kesembilan hingga hari ke-16.

Ketika responden mengisi kuesioner pertama kali (t-1), peneliti akan menghitung siklus menstruasi responden secara manual, sehingga dapat diketahui masa subur dan nonsubur dari responden. Kemudian, responden akan dihubungi

Wanita, kondisi…, Galuh Nisa Kartika, FE UI, 2014

Page 5: Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus ...

untuk mengisi kuesioner untuk kedua kalinya (t-2) pada periode yang sesuai dengan hasil perhitungan peneliti.

Penelitian ini sendiri dilakukan dalam area Jabodetabek, dengan pertimbangan bahwa mayoritas konsumen di daerah ini berada dalam golongan konsumen dengan status SES A-C (Markplus Insight, 2012), yang sesuai dengan target konsumen Forever 21.

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada model konseptual yang digunakan dalam penelitian terdahulu, yaitu oleh Saad dan Stenstrom di tahun 2012, dengan mengambil fokus pada appearance-related product dengan studi kasus merek fesyen Forever 21. Namun, karena peneliti juga ingin menggali wawasan lebih banyak, maka peneliti mencoba meneliti produk apparel merek Forever 21 hingga per kategori produk, yakni pakaian, aksesoris dan alas kaki. Keputusan peneliti untuk membagi penelitian berdasarkan kategori produk tersebut didukung oleh hasil studi pendahuluan (dengan sampel 34 responden) yang menunjukkan bahwa responden memiliki awareness yang tinggi terhadap ketiga kategori produk Forever 21.

Saad dan Stenstrom menemukan bahwa dalam masa subur, wanita memiliki keinginan lebih besar untuk menggunakan produk apparel, memiliki pengeluaran yang lebih banyak untuk berbelanja produk apparel dan memiliki frekuensi penggunaan produk apparel yang lebih tinggi. Dengan demikian, hipotesis pada penelitian ini juga mengacu pada hasil dari penelitian Saad dan Stenstrom, untuk semua kategori produk produk apparel Forever 21 (pakaian, aksesoris dan alas kaki).

Kuesioner dalam penelitian ini juga mengacu pada penelitian Saad dan Stenstrom, namun telah disesuaikan oleh peneliti, sehingga lebih valid dan reliabel untuk digunakan. Penyesuaian yang dilakukan peneliti antara lain menambahkan unsur merek Forever 21 dalam setiap item pertanyaan, dan mengganti kata “sexy” dalam variabel consumption desire dengan adjektif lain dari hasil studi pendahuluan, yaitu “fashionable”, “gaul”, “simple”, “up to date”, dan “cantik”. Sehingga, variabel consumption desire diukur melalui lima pertanyaan yaitu “dalam 24 jam terakhir, keinginan saya untuk menggunakan produk Forever 21 yang membuat saya terlihat (kata adjektif) menjadi (berkurang/sama/berlebih) dari biasanya”

Kemudian, peneliti menambah item pertanyaan untuk variabel money spent, sehingga variabel money spent diukur melalui dua pertanyaan, yaitu “dalam satu minggu terakhir, jumlah pengeluaran saya untuk memebeli produk Forever 21 menjadi (berkurang/sama/berlebih) dari biasanya” dan “dalam satu minggu terakhir, jumlah pengeluaran saya untuk membeli produk Forever 21 jika dibandingkan dengan merek lain menjadi (berkurang/sama/berlebih) dari biasanya”.

Selain itu, peneliti juga mengukur variabel product usage melalui lima pertanyaan “dalam satu minggu terakhir, frekuensi saya untuk menggunakan produk Forever 21 yang membuat saya terlihat (kata adjektif) menjadi (berkurang/sama/berlebih) dari biasanya”

Penyesuaian yang dilakukan oleh peneliti berlaku untuk ketiga jenis set kuesioner, yakni kuesioner pakaian, kuesioner aksesoris dan kuesioner alas kaki. Dengan kata lain, seluruh item pertanyaan yang digunakan dalam ketiga

Wanita, kondisi…, Galuh Nisa Kartika, FE UI, 2014

Page 6: Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus ...

set kuesioner sama antara satu dengan yang lainnya.

Seluruh item pertanyaan dalam ketiga set kuesioner diukur melalui skala staple dengan rentang -4 (menunjukkan berkurang dari biasanya) hingga 4 (menunjukkan berlebih dari biasanya).

Kemudian, data yang berhasil dikumpulkan akan diolah menggunakan piranti lunak SPSS versi 20, melalui metode statistik paired sample t-test jika jumlah sampel sama atau lebih dari 30 (≥30), dan melalui metode wilcoxon matched-pairs signed-rank test jika jumlah sampel dibawah 30 (<30). 4. Analisis dan Pembahasan

Sebelum melaksanakan penelitian inti, peneliti melakukan dua kali studi pendahuluan terlebih dahulu. Studi pendahuluan pertama dilakukan guna mengetahui apakah responden benar-benar memiliki awareness terhadap merek fesyen Forever 21 dan apakah responden mengetahui bahwa merek fesyen Forever 21 memiliki tiga jenis kategori produk apparel, yaitu pakaian, aksesoris, dan alas kaki, sementara studi pendahuluan kedua dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui self perception dari pengguna merek Forever 21 ketika mereka sedang menggunakan produk Forever 21. Hasil dari studi pendahuluan ini menunjukkan bahwa pakaian, aksesoris dan alas kaki merek Forever 21 memiliki tingkat product awareness di atas 60%, sehingga dapat diketahui bahwa responden pada penelitian ini mengetahui ketiga ketagori produk dengan baik. Maka dari itu, penelitian dapat dilakukan hingga tiap kategori produk.

Untuk jumlah responden, secara total peneliti berhasil mengumpulkan 128 responden, yang terbagi menjadi 64

responden untuk pakaian, 43 responden untuk aksesoris, dan 21 responden untuk alas kaki. Dari 128 responden tersebut, hanya 108 responden yang dapat diolah lebih lanjut, dikarenakan terdapat ketidaklengkapan dalam pengisian kuesioner oleh dua puluh responden lainnya. 4.1 Hasil Uji Hipotesis Pakaian F21

Peneliti menggunakan nilai rata-rata dari jawaban setiap responden untuk masing-masing variabel baik pada masa nonsubur maupun pada masa subur dalam melakukan uji paired sample t-test. Artinya, nilai variabel consumption desire akan diperoleh dari hasil penjumlahan jawaban responden untuk indikator PCD1-PCD5 (tanpa memasukkan nilai indikator PCD3 karena memiliki nilai factor loading kurang dari 0,5) yang kemudian dibagi 4. Nilai variabel money spent akan diperoleh dari penjumlahan jawaban responden untuk indikator MS1-MS2 yang kemudian dibagi 2, dan nilai variabel product usage didapat dari hasil penjumlahan jawaban responden untuk indikator PU1-PU5 yang kemudian dibagi 5. Hasil olahan data dari uji paired sample t-test tergambar pada tabel 1. Dari tabel 1, terlihat bahwa consumption desire, money spent dan product usage dari produk pakaian Forever 21 meraih hasil signifikan, yang berarti terdapat perbedaan rata-rata antara masa subur dan masa nonsubur. Terlihat bahwa kali ini nilai signifikansi pada paired sample t-test untuk seluruh variabel berpasangan (PCDb-PCDa, PMSb-PMsa dan PPUb-PPUa) berada di bawah angka 0,000 hingga 0,002. Artinya, kemungkinan salah untuk menolak H0 berkisar antara 0% hingga 2% saja sehingga peneliti dapat menolak H0 dan menerima seluruh hipotesis mengenai produk pakaian

Wanita, kondisi…, Galuh Nisa Kartika, FE UI, 2014

Page 7: Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus ...

Forever 21. Hal ini juga didukung dengan hasil t hitung dari ketiga variabel berpasangan. Ketiga variabel berpasangan memiliki nilai t hitung yang lebih besar daripada t tabel (2,011), sehingga hipotesis dapat diterima.

Untuk consumption desire, indikator yang menggambarkan sifat gaul, fashionable dan cantik memiliki nilai factor laoding tertinggi. Oleh sebab itu, Forever 21 dapat dianggap sebagai merek pakaian yang dapat membuat responden terlihat gaul atau keren, fashionable dan cantik sehingga konsumen lebih berkeinginan untuk menggunakannya dalam masa subur.

Sementara untuk money spent, cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk appearance-related product lebih besar di masa subur. Hal ini berarti, terdapat kecenderungan dari konsumen untuk menggunakan pakaian Forever 21 ketika mereka berada dalam masa subur.

Nilai factor loading tertinggi untuk product usage dimiliki oleh indikator yang menggambarkan sifat gaul, cantik dan up to date. Hal ini berarti, peneliti dapat menyimpulkan bahwa konsumen lebih sering memakai pakaian Forever 21 yang menurut mereka akan membuat mereka terlihat gaul atau keren, cantik, dan up to date. 4.2 Hasil Uji Hipotesis Aksesoris F21

Peneliti menggunakan nilai rata-rata dari jawaban setiap responden untuk masing-masing variabel baik pada masa subur dalam melakukan uji paired sample t-test. Artinya, nilai variabel consumption desire akan diperoleh dari hasil penjumlahan jawaban responden untuk indikator ACD1-ACD5 (tanpa memasukkan nilai indikator ACD3 karena

memiliki nilai factor loading kurang dari 0,5) yang kemudian dibagi 4. Nilai variabel money spent akan diperoleh dari penjumlahan jawaban responden untuk indikator MS1-MS2 yang kemdian dibagi 2, dan nilai variabel product usage didapat dari hasil penjumlahan jawaban responden untuk indikator PU1-PU5 yang kemudian dibagi 5.

Untuk pengukuran di masa subur, peneliti menjumlahkan jawaban responden untuk indikator ACD1-ACD5 yang kemudian dibagi 5, karena seluruh factor loading dari variabel consumption desire after (ACDa) sejak awal memiliki nilai di atas 0,5. Sehingga, nilai rata-rata indikator ACD3 tetap dimasukkan ke dalam perhitungan. Untuk perhitungan variabel money spent dan product usage sama dengan perhitungan pada masa nonsubur. Hasil dari olahan data dari uji paired sample t-test menggunakan nilai rata-rata tergambar dalam tabel 2.

Terlihat bahwa dengan menggunakan nilai rata-rata, nilai signifikansi pada paired sample t-test untuk seluruh variabel berpasangan berada dalam rentang 0,000 hingga 0,014. Artinya, kemungkinan salah untuk menolak H0 berkisar antara 0% hingga 1,4% saja, dan memiliki nilai t hitung yang lebih besar dari nilai t tabel (2,024). Sehingga, peneliti dapat menolak H0 dan menerima seluruh hipotesis mengenai produk aksesoris Forever 21.

Pada variabel consumption desire, indikator yang menggambarkan sifat cantik, gaul atau keren, dan up to date memiliki nilai factor laoding tertinggi. Dengan demikian, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa selama masa subur, keinginan wanita untuk menggunakan aksesoris Forever 21 yang dapat membuat mereka terlihat cantik, gaul atau keren, dan

Wanita, kondisi…, Galuh Nisa Kartika, FE UI, 2014

Page 8: Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus ...

up to date lebih besar dibanding pada hari biasanya.

Kemudian untuk variabel money spent, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam masa subur, jumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen untuk menggunakan aksesoris Forever 21 lebih besar dibandingkan pada masa nonsubur.

Dan untuk variabel product usage, indikator yang memiliki nilai factor loading tertinggi menggambarkan sifat gaul atau keren, up to date, dan fashionable. Dengan demikian, dalam masa subur, konsumen cenderung meggunakan aksesoris yang dapat membuat diri mereka terlihat gaul tau keren, up to date, dan fashionable. 4.3 Hasil Uji Hipotesis Alas Kaki F21

Pengujian hipotesis untuk produk alas kaki Forever 21 menggunakan metode Wilcoxon matched-pairs signed-ranks test sehingga sedikit berbeda dari uji paired sample t-test pada dua set kuesioner sebelumnya. Untuk menguji hipotesis menggunakan metode ini, peneliti akan menghitung dan meranking perbedaan negatif dan perbedaan positif dari data pada set kuesioner alas kaki Forever 21.

Pada penelitian ini, perbedaan negatif adalah selisih antara data ‘nonsubur’ dan ‘subur’ yang bernilai negatif, dalam artian angka ‘nonsubur’ bernilai lebih kecil dari angka ‘subur’. Perbedaan positif adalah selisih antara data ‘nonsubur’ dan data ‘subur’ yang bernilai positif, dalam artian angka ‘nonsubur’ bernilai lebih besar dari angka ‘subur’. Sementara itu, ties berarti tidak ada selisih antara data ‘nonsubur’ dan ‘subur’, dalam artian angka ‘nonsubur’ dan angka ‘subur’ sama. Kemudian, peneliti akan membandingkan nilai statistik z dan nilai signifikansi dari hasil uji Wilcoxon. Jika

nilai z hitung lebih kecil daripada nilai z tabel, maka H0 diterima dan sebaliknya, jika nilai z hitung lebih besar daripada nilai z tabel, maka H0 ditolak dan hipotesis dapat diterima. Sama halnya dengan nilai signifikansi. Jika nilai signifikansi di atas 0,005, maka H0 ditolak, dan jika nilai signifikansi di bawah 0,005, maka H0 diterima dan hipotesis dapat diterima (Malhotra, 2010). Hasil dari uji hipotesis alas kaki Forever 21 tergambar dalam tabel 3.

Variabel consumption desire Hipotesis 3a memiliki enam belas perbedaan negatif dan empat perbedaan positif, dalam arti terdapat nilai ‘subur’ yang lebih besar dibandingkan nilai ‘nonsubur’, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam masa subur wanita memiliki keinginan yang lebih besar untuk menggunakan alas kaki Forever 21. Indikator dengan nilai factor loading tertinggi menggambarkan nilai gaul, fashionable dan up to date. Maka, ketika sedang berada dalam masa subur, wanita cenderung memiliki keinginan untuk menggunakan alas kaki yang membuat mereka merasa gaul, fashionable dan up to date.

Dari tabel 3, ditemukan bahwa untuk variabel money spent, terdapat lima belas perbedaan negatif, satu perbedaan positif, serta empat nilai yang sama. Jelas hal itu menunjukkan bahwa nilai-nilai dalam masa subur lebih besar daripada nilai-nilai dalam masa nonsubur, sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam masa subur, jumlah uang yang dikeluarkan oleh wanita untuk menggunakan alas kaki merek Forever 21 lebih besar dibandingkan dalam masa nonsubur.

Terdapat delapan belas perbedaan negatif dan hanya terdapat satu perbedaan positif untuk variabel product usage.

Wanita, kondisi…, Galuh Nisa Kartika, FE UI, 2014

Page 9: Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus ...

Selain itu, terdapat satu nilai yang sama (ties). Hal itu menunjukkan bahwa wanita jauh lebih sering menggunakan alas kaki Forever 21 ketika mereka sedang berada dalam masa subur. Wanita lebih sering

menggunakan alas kaki yang membuat mereka terlihat fashionable, gaul dan up to date berdasarkan alasan bawha ketiga indikator tersebut memiliki nilai factor loading tertinggi.

Tabel 1 Hasil Paired Sample T-test Pakaian Forever 21

Pairs Paired Samples Correlation Paired Samples Test

Correlation Sig. T df Sig. (2 tailed)

PCDb – PCDa ,576 ,000 -4,741 48 ,000

PMSb – PMSa ,744 ,000 -3,249 48 ,002

PPUb – PPUa ,655 ,000 -4,936 48 ,000

Sumber: Output SPSS Hasil Olahan Peneliti, 2014

Tabel 2 Hasil Paired Sample T-test Aksesoris Forever 21

Pairs Paired Samples Correlation Paired Samples Test

Correlation Sig. T df Sig. (2 tailed)

PCDb – PCDa ,364 ,023 -2,685 38 ,011

PMSb – PMSa ,700 ,000 -2,591 38 ,014

PPUb – PPUa ,730 ,000 -5,076 38 ,000

Sumber: Output SPSS Hasil Olahan Peneliti, 2014

Berbagai kesimpulan dari hasil uji hipotesis tersebut mengindikasikan secara jelas bahwa siklus menstruasi dapat menyebabkan perbedaan dalam perilaku konsumen wanita dan terlihat bahwa consumption desire, money spent, dan product usage akan produk apparel merek Forever 21 meningkat pada saat wanita sedang mangalami masa subur. Dapat dikatakan bahwa produk apparel merek Forever 21 telah diasosiasikan oleh responden sebagai merek apparel yang dapat meningkatkan keatraktifan mereka. Forever 21 secara umum dianggap sebagai merek yang dapat membuat wanita terlihat

fashionable, gaul atau keren, simpel, up to date, dan cantik, di mana paduan dari karakteristik tersebut pada akhirnya akan mampu menimbulkan image atraktif pada diri wanita, sehingga wanita akan merasa lebih percaya diri.

Dengan menggunakan metode one-way analysis of variance (anova), peneliti mencoba mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil antar produk kategori. Masing-masing dari variabel consumption desire, money spent dan product usage sebagai variabel dependen dan dengan menjadikan kategori produk (pakaian, aksesoris dan alas kaki) sebagai variabel

Wanita, kondisi…, Galuh Nisa Kartika, FE UI, 2014

Page 10: Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus ...

independen. Dengan demikian, dapat diketahui apakah terdapat perbedaan rata-rata antara produk pakaian, aksesoris dan alas kaki dalam hal consumption desire,money spent dan product usage. Dapat diketahui pula bagaimana perbandingannya pada masa subur dan nonsubur.

Ditemukan bahwa untuk keseluruhan variabel memiliki nilai F hitung kurang dari 3,08, maka dapat dikatakan bahwa keinginan untuk menggunakan (consumption desire, Fns=0,226, signs=0,798, Fs=0,497, sigs=0,610), jumlah pengeluaran (money spent, Fns=0,316, signs=0,730, Fs=1,350, sigs=0,264), dan frekuensi penggunaan (product usage, Fns=0,781, signs=0,610,

Fs=0,846, sigs=0,432) produk Forever 21 tidak bervariasi antar satu kategori produk dengan yang lainnya, baik dalam masa subur maupun dalam masa nonsubur. Hal ini diperkuat juga dengan nilai signifikansi keseluruhan variabel (baik di masa subur maupun di masa nonsubur) yang bernilai lebih dari 0,05, sehingga hipotesis nol harus diterima (tidak terdapat perbedaan rata-rata).

Hasil analisis dengan menggunakan metode anova ini mendukung berbagai temuan yang telah dibahas sebelumnya. Pun demikian, kedua hasil analisis, baik yang menggunakan metode paired sample t test, wilcoxon signed-rank test maupun anova, sejalan dengan berbagai penelitian terdahulu.

Tabel 3 Hasil Uji Wilcoxon Mathced-pairs Signed-rank Test Alas Kaki Forever 21

Nonsubur-Subur Cases Z statistic Sig. (2-tailed)

Consumption Desire

- Ranks 16

-2,932

0,003

+ Ranks 4

Ties 0

Total 20

Money Spent

- Ranks 15

-3,012 0,003 + Ranks 1

Ties 4

Total 20

Product Usage

- Ranks 18

-3,664 0,000 + Ranks 1

Ties 1

Total 20

Sumber: Output SPSS Hasil Olahan Peneliti, 2014

Wanita, kondisi…, Galuh Nisa Kartika, FE UI, 2014

Page 11: Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus ...

5. Kesimpulan dan Saran Perubahan hormon yang terjadi

dalam siklus menstruasi membuat wanita memiliki keinginan yang lebih besar untuk menggunakan produk apparel merek Forever 21 pada masa subur. Hal ini berlaku untuk ketiga jenis produk apparel Forever 21, yaitu pakaian, aksesoris, dan alas kaki.

Perubahan hormon tersebut juga membuat wanita membelanjakan uang lebih banyak untuk menggunakan produk apparel merek Forever 21 pada masa subur. Kesimpulan ini berlaku untuk ketiga jenis produk apparel Forever 21, yaitu pakaian, aksesoris, dan alas kaki.

Sejalan dengan dua kesimpulan yang lain, perubahan hormon yang terjadi dalam siklus menstruasi membuat wanita menggunakan produk apparel merek Forever 21 dengan frekuensi yang lebih tinggi pada masa subur. Frekuensi yang lebih tinggi ini berlaku untuk ketiga jenis produk apparel Forever 21, yaitu pakaian, aksesoris, dan alas kaki.

Secara keseluruhan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar responden menganggap Forever 21 sebagai suatu merek produk apparel yang mampu membuat penampilan mereka (wanita) menjadi lebih menarik. Forever 21 terbukti memiliki nilai-nilai (values) fashionable, gaul atau keren, simpel, up to date, dan cantik bagi para konsumennya. Dengan paduan karakteristik tersebut, pada masa subur, wanita selaku konsumen cenderung memiliki keinginan yang lebih besar untuk menggunakan produk apparel Forever 21, membelanjakan uang lebih banyak untuk menggunakan produk apparel Forever 21, dan secara nyata lebih sering menggunakan produk apparel merek Forever 21.

Sebagai salah satu pelaku bisnis dalam industri fast fashion yang bergerak secara dinamis dan cepat, Forever 21 dituntut untuk senantiasa menghadirkan koleksi baru secara berkala, untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen akan produk apparel berkualitas tinggi dengan harga yang masuk akal. Dengan demikian, Forever 21 dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi strategi bisnis dan pemasarannya, guna mempertahankan eksistensi dalam industri apparel di Indonesia.

Dalam konteks ini, Forever 21 tentunya harus mampu untuk melakukan suatu inovasi guna menghadirkan produk-produk yang fresh dan sesuai dengan selera pasar masa kini. Maka dari itu, menjadi penting adanya bagi perusahaan untuk mengalokasikan anggaran dalam proses pengembangan produk baru, di mana konsep pengembangan produk baru tidak hanya terbatas pada pengembangan desain atau model produk saja, tetapi juga kepada tingkat kualitas, keragaman jenis produk, dan juga value yang diusung dari produk tersebut.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat beberapa karakteristik (fashionable, gaul atau keren, simpel, up to date, dan cantik) yang divalue oleh responden selaku konsumen Forever 21 ketika mereka menggunakan produk apparel merek Forever 21. Dari studi pendahuluan juga diketahui bahwa ada beberapa lini produk Forever 21 yang tidak begitu diketahui oleh konsumen, seperti make up dan cat kuku, pakaian olahraga, serta sepatu snekaers. Terkait dengan konteks ini, Forever 21 dapat menggabungkan beberapa temuan tersebut sebagai pertimbangan dan insights dalam mengembangkan produk baru. Misalnya saja, Forever 21 dapat meluncurkan lini

Wanita, kondisi…, Galuh Nisa Kartika, FE UI, 2014

Page 12: Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus ...

produk sepatu olahraga dengan bahan yang ringan, dan desain yang lebih feminim dan up to date.

Sebagai pemain yang berada dalam industri yang bersifat fast pace dan memiliki short product life cycle, terutama industri fashion dan apparel, research dan development merupakan elemen penting yang tak terelakkan bagi perusahaan Hal ini menekankan betapa pentingnya bagi Forever 21 untuk berinvestasi dalam riset konsumen, di mana riset konsumen ini tidak hanya sebatas pada selera konsumen saja, namun juga kepada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa siklus menstruasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu dalam konteks consumption desire, money spent, dan product usage. Oleh karena itu, diharapkan bagi perusahaan untuk dapat melakukan riset terkait dengan ketiga hal tersebut sehingga terlihat jelas bagaimana pola dan timing yang akurat dari fluktuasi consumption desire, money spent, dan product usage pada konsumen.

Dengan mengetahui pola dan timing yang akurat dari perubahan perilaku konsumen tersebut, perusahaan akan dapat mengembangkan strategi bisnis dan pemasaran dengan lebih efektif dan efisien, sehingga tujuan akhir dari strategi-strategi tersebut akan lebih mungkin dicapai secara optimal.

Proses riset dan implementasi dari berbagai strategi pemasaran tersebut dapat dieksekusi melalui optimalisasi media sosial, sebagai salah satu media komunikasi yang bersifat low budget-high impact. Forever 21 dapat melakukan survey atau mini quiz mengenai pola siklus menstruasi dan fluktuasi consumption desire, money spent, dan product usage

dari para pengikut akun media sosial Forever 21. Setelah pola dan timing didapat, Forever 21 dapat memanfaatkan hasil risetnya untuk menyusun berbagai strategi pemasaran, seperti melakukan intensifikasi promosi dan pricing (iklan, diskon, new offering, sales promo, dan sebagainya) pada saat konsumen wanita berada dalam masa subur.

Telah dijabarkan sebelumnya, bahwa fashionable, gaul atau keren, simpel, up to date, dan cantik merupakan lima value yang paling banyak dirasakan oleh responden selaku konsumen, ketika mereka menggunakan produk apparel merek Forever 21. Dalam interview juga ditemukan bahwa responden menganggap Forever 21 sebagai suatu mass brand namun tetap memiliki prestige tersendiri dan merupakan brand yang youthful, sehingga mereka tertarik untuk membeli dan menggunakan merek Forever 21.

Dalam konteks ini, penting bagi Forever 21 untuk mengembangkan suatu brand image yang kokoh melalui komunikasi pemasaran yang terintegrasi dan mengusung pesan tertentu yang disampaikan secara konsisten kepada tarteged audience. Tentunya pesan yang disampaikan kepada audience haruslah pesan yang memperkuat positioning Forever 21 sebagai brand yang mastige (mass namun prestige) dan youthful di benak konsumen, serta sebagai brand yang memiliki nilai-nilai fashionable, gaul atau keren, simpel, up to date, dan cantik. Sehingga, dengan komunikasi pemasaran yang terintegrasi dan konsisten, diharapkan positioning Forever 21 menjadi kuat, jelas, dan berbeda dari para pesaingnya. Dengan positioning yang kuat tersebut, pada akhirnya Forever 21 diharapkan akan mampu untuk menjadi

Wanita, kondisi…, Galuh Nisa Kartika, FE UI, 2014

Page 13: Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus ...

salah satu top of mind brand dalam industri apparel.

Dari keseluruhan proses penelitian, ditemukan bahwa Forever 21 dianggap memiliki nilai-nilai tersendiri (fashionable, gaul atau keren, simpel, up to date, dan cantik), dan responden selaku konsumen juga menganggap Forever 21 sebagai brand dengan kualitas baik namun harganya masih terjangkau. Berangkat dari hal tersebut, Forever 21 bisa mengembangkan suatu strategi pemasaran yang mengedepankan penyampaian nilai-nilai fashionable, gaul atau keren, simpel, up to date, dan cantik dalam seluruh kegiatan promosi yang dilaksanakannya, dan tetap mempertahankan rentang harga yang ada pada saat ini, karena konsumen telah mengkonsiderasi rentang harga tersebut sebagai rentang harga yang terjangkau.

Selain itu, dengan mengetahui pola dan timing yang akurat dari perilaku konsumen yang terkait dengan consumption desire, money spent, dan produt usage, Forever 21 diharapkan lebih mampu menerapkan timing yang sesuai dalam meluncurkan produk baru, atau dalam melakukan kegiatan promosi tertentu.

Oleh karena adanya beberapa keterbatasan dan kekurangan di dalam proses pelaksanaan penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran bagi penelitian serupa yang akan dilaksanakan di kemudian hari.

Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan proses sampling tidak terbatas pada area kampus atau SMA saja. Sehingga, profil responden yang didapat bisa lebih beragam, dan dapat merepresentasikan wanita berusia subur di wilayah Jabodetabek dengan lebih baik. Periode pengambilan data pada penelitian

berikutnya diharapkan berlangsung lebih lama, dengan adanya spare waktu tertentu. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar setelah melalui proses pengambilan data secara panel, jumlah sampel dalam penelitian selanjutnya lebih banyak dari penelitian kali ini, dan tidak hanya memenuhi batas minimum.

Dalam penelitian berikutnya juga disarankan agar sampel memiliki rentang usia yang lebih kaya, tidak terbatas pada satu rentang usia saja. Ada baiknya sampel berasal dari suku atau daerah yang berbeda, sehingga hasil penelitian berikutnya mampu merepresentasikan wanita Indonesia secara keseluruhan.

Guna mempertajam hasil penelitian, sebaiknya peneliti pada penelitian berikutnya melakukan screening terhadap faktor eksternal yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi, seperti diet, konsumsi obat penenang, konsumsi pil kontrasepsi, dan juga kondisi psikologis dari responden.

Proses pengambilan data pada kali lain, sebaiknya dilakukan minimal sebanyak empat kali sesuai fase pada siklus menstruasi. Selain berguna untuk mempertajam hasil analisis penelitian, dengan dilakukan sebanyak minimal empat kali (berarti dilakukan satu minggu sekali dalam satu bulan), proses pengambilan data juga akan lebih terstruktur dan tepat waktu, sehingga tidak menghambat jalannya penelitian. Dan untuk metode pengambilan data, bisa menggunakan metode self report dengan menggunakan buku harian (logbook)

Proses penelitian berikutnya juga dapat melakukan kontrol terhadap t-1 dan t-2, sehingga bisa meminimalisir kemungkinan bias dalam pengisian kuesioner, dan hasil penelitian yang didapat menjadi lebih valid.

Wanita, kondisi…, Galuh Nisa Kartika, FE UI, 2014

Page 14: Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus ...

Daftar Pustaka Adjie, S. J. M. (2013). Kesehatan reproduksi remaja dalam aspek sosial. 7 Oktober, 2013.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/kesehatan-reproduksi-remaja-dalam-aspek-sosial.html

Apparel in Indonesia. (2013). Euromonitor International. 27 Oktober, 2013. http://www.euromonitor.com/apparel-in-indonesia/report

Apparel: Market Research Report. (2013). Market Research. 27 Oktober, 2013. http://www.marketresearch.com/Consumer-Goods-c1596/Consumer-Goods-Retailing-c80/Apparel-c612/

Company Overview of Forever 21. (2014). Business Week. 8 Juli, 2014. http://investing.businessweek.com/research/stocks/private/snapshot.asp?privcapId=4220077

Darwin, C. (1871). The Descent of Man and Selection in Relation to Sex. London: Murray. Darwin, C. (1859). On the Origin of the Species by Means of Natural Selection, or,

Preservation of Favored Races in the Struggle for Life. London: Murray. Durante, K. M., & Li, N. P. (2009). Oestradiol level and opportunistic mating in women.

Biology Letters. 5, 179–182. Durante, K. M., Li, N. P., & Haselton, M. G. (2008). Changes in women's choice of dress

across the ovulatory cycle: Naturalistic and laboratory task-based evidence. Personality & Social Psychology Bulletin. 34, 1451–1460.

Ebster, C., & Kirk-Smith, M. (2005). The effect of the human pheromone androstenol on product evaluation. Psychology & Marketing, 22, 739-749.

Fast fashion in Asia. (2011). AIP Corporation. 19 Mei, 2014. https://ssl.aip-global.com/EN/asia_express/archives/470

Fessler, D.M.T. (2003). No time to at: An adaptationist account of ovulatory behavioral changes. The Quarterly Review of Biology, 78, 3-21.

Fitzsimons, G. J., Hutchinson, J. W., Williams, P., Alba, J. W., Chartrand, T. L., Huber, J., et al. (2002). Non-conscious influences on consumer choice. Marketing Letters, 13, 3, 269-279.

Forever 21, Inc. Company Profile. (2013). Yahoo Finance. 27 Oktober, 2013. http://biz.yahoo.com/ic/103/103504.html

Gangestad, S.W., Garver-Apgar, C.E., Simpson, J.A., & Cousins, A.J. (2007). Changes in women’s mate preferences accross the ovulatory cycle. Journal of Personality and Social Psychology, 92, 151-163.

Grammer, K., Renninger, L., Fisher, B. (2004). Disco clothing, female sexual motivation, amd relationship status: Is she dressed to impress? Journal of Sex Research, 41, 66-74.

Gray, John. (1992). Men are from Mars, Women are from Venus. New York City: HarperCollins Publishers.

Groppel-Klein, A. (2005). Arousal and consumer in-store behavior. Brain Research Bulletin, 67, 428-437.

Halbreich, U., Monacelli, E. (2004). Some clues to the etiology of Premenstrual Syndrome/Premenstrual Dysphoric Disorder. Primary Psychiatry, 11 (12), 33–40.

Haselton, M. G., Mortezaie, M., Pillsworth, E. G., Bleske-Rechek, A., & Frederick, D. A. (2007). Ovulatory shifts in human female ornamentation: Near ovulation, women dress to impress. Hormones and Behavior, 51, 40-45.

Hill, S. E., & Durante, K. M. (2009). Do women feel worse to look their best? Testing the relationship between self-esteem and fertility status across the menstrual cycle. Personality and Social Psychology Bulletin, 35, 1592-1601.

Indonesia’s garment and apparel sector. (2013). Global Business Guide Indonesia. 27 Oktober, 2013.

Wanita, kondisi…, Galuh Nisa Kartika, FE UI, 2014

Page 15: Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus ...

http://www.gbgindonesia.com/en/manufacturing/article/2012/indonesia_s_garment_and_apparel_sector.php

Kartajaya, Hermawan. (2012). Indonesian Middle Class: The Real Market Power. Jakarta: PT Markplus Indonesia

Kartajaya, Hermawan. (2012). YWN is Youth, Women, and Netizen. 6 Oktober, 2013. PT Markplus Indonesia http://the-marketeers.com/archives/44-ywn-is-youth-women-and-netizen.html#.UlFsFdJmiSo

Kartajaya, Hermawan. (2010). Anxieties/Desires. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kotler, P., Kartajaya, H., & Setiawan, I. (2010). From Products to Customers to Human

Spirit, Marketing 3.0. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Kroeber-Riel, W. (1979). Activation research: Psychobiological approaches in consumer

research. Journal of Consumer Research, 5, 240-251. Laely, R. N. (2012). Target Segmentasi Demografi. 7 Oktober, 2013.

http://idnetku.com/target-segmentasi-demografi/ Malhotra, N. K. (2010). Marketing Research (6th ed.). New Jersey: Prentice Hall. Mullins, J. W., & Walker, O.C. (2013). Marketing Management A Strategic Decision-Making

Approach. Singapore: McGraw Hill Nelson, R. J. (2005). An Introduction to Behavioral Endocrinology (3rd ed.). Sunderland:

Sinauer. Nisbett, R.E., & Kanouse, D.E. (1969). Obesity, Food Deprivation, and Supermarket

Shopping Behavior. Journal of Personality and Social Psychology, 12, 289-294. Park, L. E., & Maner, J. K. (2009). Does self-threat promote social connection? The role of

self-esteem and contingencies of self-worth. Journal of Personality and Social Psychology, 96, 203-217.

Peter, & Olson. (2010). Consumer Behavior & Marketing Strategy. Singapore: McGraw Hill. Plasmann, H., O’Doherty, J., Shiv, B., & Rangel, A. (2009). Marketing actions can modulate

neural representations of experienced pleasantness. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, 105, 1050-1054.

Prawirohardjo, S. (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Potensi Penonton TV dari Kelas Menengah Naik Menjadi 13,5%. (2011). AGB Nielsen Indonesia. 19 Mei, 2014. http://www.agbnielsen.net/Uploads/Indonesia/Nielsen_Newsletter_Mei_2011-Ind.pdf

Raharjo, U. (2014). Peluang Perempuan Membangun Bisnis di Indonesia. Economy Okezone. 19 Mei, 2014. http://economy.okezone.com/read/2014/04/28/23/976782/peluang-perempuan-membangun-bisnis-di-indonesia/large

Roberts, S. C., Havlicek, J., Flegr, J., Hruskova, M., Little, A. C., Jones, B. C., et al. (2004). Female facial attractiveness increases during the fertile phase of the menstrual cycle. Proceedings of the Royal Society of London B-Biological Sciences, 271, S270-S272.

Röder, S., Brewer, G., & Fink, B. (2009). Menstrual cycle shifts in women's self-perception and motivation: A daily report method. Personality and Individual Differences, 47, 616–619.

Saad, G., & Vongas, J. G. (2009). The effect of conspicuous consumption on men’s testosterone levels. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 11, 80-92.

Stenstrom E., & Saad, G. (2012). Calories, beauty, and ovulation: The effect of the menstrual cyle on food and appearance-related consumption. Journal of Consumer Psychology, 22, 102-113.

Talk Asia: Interview with CEO and Founder of Forever 21, Do Won Chang. (2012). CNN. 8 Juli, 2014. http://transcripts.cnn.com/TRANSCRIPTS/1209/21/ta.01.html

Wanita, kondisi…, Galuh Nisa Kartika, FE UI, 2014

Page 16: Wanita, Kondisi Fisiologis, dan Keinginan: Dampak Siklus ...

Wijanto, S.H. (2008). Structural Equation Modeling dengan LISREL 8.8: Konsep dan Tutorial. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wilcox, A. J., Dunson, D., & Baird, D. D. (2000). The timing of the ‘fertile window’ in the menstrual cycle: Day specific estimates from a prospective study. British Medical Journal, 321, 1259-1262.

Woodruff, R. B., (1997). The customer value: The next source for competitive advantage. Journal of the Academy of Marketing Sciences, 25, 2, 139-153.

Zeithaml, V.A., (1988). Consumer perceptions of price, quality, and value: A means-end model and synthesis of evidence. Journal of Marketing, 52, 2-22.

Wanita, kondisi…, Galuh Nisa Kartika, FE UI, 2014