Fisiologis penuaan

15
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penuaan dapat didefinisikan sebagai suatu hal fisiologis di mana proses tersebut merupakan hal yang genetik, suatu terminasi yang tak terelakkan dari pertumbuhan normal. 5 Manusia lanjut usia yang biasa dikenal sebagai istilah manula merupakan tahap akhir siklus kehidupan dari perkembangan normal yang dialami dan tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Salah satu contohnya adalah kasus kehilangan gigi karena perubahan kondisi fisik pada rongga mulut. 6 Beberapa siklus kehidupan, seperti pertumbuhan, pubertas dan menopause ditentukan oleh genetik, demikian pula dengan proses penuaan. Penting untuk membedakan antara kejadian yang merupakan tanda penuaan normal dengan yang disebabkan oleh penyakit yang biasanya terjadi pada manula. 7 2.1 Teori Penuaan Salah satu teori proses aging yang diterima secara luas adalah teori Neuroendokrin yang menguraikan tentang jaringan biokimia yang kompleks yang mengatur pelepasan hormon oleh tubuh manusia. Hipotalamus melepaskan hormon yang mempunyai bermacam reaksi berantai yang akan menstimulasikan organ-organ untuk melepaskan hormon yang akan menstimulasikan pelepasan hormon lain, dan selanjutnya menstimulasikan fungsi-fungsi tubuh. Proses menua menyebabkan penurunan dalam produksi hormon, sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan tubuh untuk mengatur dan memperbaiki bagian yang rusak. 1,2 Universitas Sumatera Utara

Transcript of Fisiologis penuaan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Penuaan dapat didefinisikan sebagai suatu hal fisiologis di mana proses tersebut

merupakan hal yang genetik, suatu terminasi yang tak terelakkan dari pertumbuhan

normal.5 Manusia lanjut usia yang biasa dikenal sebagai istilah manula merupakan tahap

akhir siklus kehidupan dari perkembangan normal yang dialami dan tidak dapat dihindari

oleh setiap individu. Salah satu contohnya adalah kasus kehilangan gigi karena perubahan

kondisi fisik pada rongga mulut.6

Beberapa siklus kehidupan, seperti pertumbuhan, pubertas dan menopause

ditentukan oleh genetik, demikian pula dengan proses penuaan. Penting untuk

membedakan antara kejadian yang merupakan tanda penuaan normal dengan yang

disebabkan oleh penyakit yang biasanya terjadi pada manula.7

2.1 Teori Penuaan

Salah satu teori proses aging yang diterima secara luas adalah teori

Neuroendokrin yang menguraikan tentang jaringan biokimia yang kompleks yang

mengatur pelepasan hormon oleh tubuh manusia. Hipotalamus melepaskan hormon yang

mempunyai bermacam reaksi berantai yang akan menstimulasikan organ-organ untuk

melepaskan hormon yang akan menstimulasikan pelepasan hormon lain, dan selanjutnya

menstimulasikan fungsi-fungsi tubuh. Proses menua menyebabkan penurunan dalam

produksi hormon, sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan tubuh untuk

mengatur dan memperbaiki bagian yang rusak.1,2

Universitas Sumatera Utara

Teori ”wear and tear” menyatakan bahwa tubuh dan selnya mengalami

kerusakan karena penyalahgunaan dan penggunaan yang berlebihan. Organ-organ seperti

hati, lambung, ginjal, kulit dan lain-lainnya diracuni dengan toksin yang terdapat dalam

makanan dan lingkungan, asupan lemak, gula, kafein, alkohol dan nikotin yang

berlebihan, sinaran ultra-violet dari matahari dan banyak lagi faktor fisikal dan tekanan

emosi yang dihadapi oleh tubuh badan manusia.2

Menurut Harman (1972) yang memperkenalkan teori radikal bebas, dimana

mitokondria bertanggungjawab atas kebanyakan reaksi radikal bebas yang berlaku dalam

sel-sel. Mitokondria menghasilkan radikal bebas secara terus-menerus sepanjang hidup

manusia. Komponen dalam sel tersebut merupakan pengguna oksigen untuk

menghasilkan energi dan secara automatis terlibat dalam menghasilkan radikal bebas

spesis oksigen, reactive oxygen species (ROS).8 ROS dihasilkan apabila radikal bebas

yang dihasilkan dari aktifitas tubuh, terpapar dengan molekul oksidan dari lingkungan

(polusi, radiasi), nutrisi atau keadaan patologis. ROS (contoh ; H2O2, O2-, OH) dapat

mengubah DNA, protein dan membrana fosfolipid. Reaktifitas dari setiap radikal bebas

adalah bervariasi namun dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada molekul-

molekul biologis, terutama DNA, protein dan lemak.9

2.2 Fisiologi proses penuaan secara umum

Tahapan hidup manusia dibagi kepada infancy (lahir – 2 tahun), childhood (3 – 12

tahun), early adulthood (20 – 39 tahun), middle adulthood (40 – 64 tahun), late

adulthood (65+ tahun) dan kematian, atau berhentinya fungsi dari organ yang vital.1

Universitas Sumatera Utara

Proses penuaan terjadi dalam dua bentuk, yaitu yang kelihatan dan yang tidak

kelihatan. Perubahan yang dapat dilihat seperti rontoknya rambut serta perubahan warna

dari hitam menjadi putih, kulit yang berkerut dan kendur, berkurangnya daya

pendengaran dan penglihatan, berkurangnya stamina, dan lain-lain. Menurut Janssen

(2005), perubahan yang tidak dapat dilihat adalah sistem internal seperti sistem

kardiovaskular, yang menyebabkan tekanan darah tinggi dan serangan jantung,

berkurangnya kapasitas paru, sistem pencernaan dan lain-lain.1 Perubahan-perubahan

penting yang terjadi adalah perubahan pada kulit merupakan manifestasi penuaan yang

paling mudah dilihat. Kerutan dan kulit yang kendur disebabkan oleh kurangnya lemak

subkutan, meningkatnya kolagen dan elastin yang terfragmentasi dan tidak elastik.7

Pada pembuluh darah, jumlah kolagen meningkat dan menjadi kurang elastis,

pembuluh arteri menjadi kaku, tekanan darah sistolik dan denyut nadi cenderung

meningkat. Sering ditemukan arterosklerosis.7 Vaskularisasi yang berkurang

menyebabkan memburuknya nutrisi dan pemberian oksigen ke jaringan.5 Pada gigi,

proses penuaan yang terjadi adalah kalsifikasi fibrillar pada pulpa yang terjadi lebih dari

90% gigi tua, dan lesi umum yang berlaku pada gigi tua adalah kalsifikasi pada arteriol.

Biasanya kalsifikasi yang terjadi lebih banyak pada bagian akar dari pulpa jika

dibandingkan bagian koronal.10

Pada sistem muskulo-skeletal, terjadi atropi secara keseluruhan pada massa otot di

mana jaringan lemak dan jaringan ikat kolagen menggantikan sebagian serat-serat

kontraktil otot.2,5 Akibatnya terjadi kemunduran kekuatan, kelenturan, stamina serta tonus

otot ketika melakukan aktifitas. Sebagai contoh, implikasi yang berlaku pada sistem

pernafasan di mana kekuatan otot yang berkurang menyebabkan manula bernafas secara

Universitas Sumatera Utara

dangkal. Kehilangan kalsium dan massa tulang yang menurun sejalan dengan usia, akan

menyebabkan osteoporosis di mana terjadi penurunan dimensi tulang sehingga tulang

menjadi rapuh dan mudah fraktur. Tulang vertebra yang mengalami kalsifikasi akan

mengakibatkan perubahan postural tubuh.2,5,7,11

Tulang alveolar juga mengalami perubahan berupa hilangnya mineral tulang

secara umum oleh karena usia melalui resorpsi matriks tulang. Proses ini dapat dipercepat

oleh tanggalnya gigi, penyakit periodontal, protesa yang tidak adekuat, dan karena

menderita penyakit sistemik.7

Perubahan normal yang berlaku pada sistem kardiovaskular berupa atropi pada

otot jantung terutama ventrikel kiri, kalsifikasi pada vulva jantung, kehilangan elastisitas

pada dinding arteri (arteriosclerosis) serta deposit-deposit yang bertumpuk di dalam

arteri(atherosclerosis). Akibatnya terjadi penurunan cardiac output, sensitifitas

baroreseptor serta automatisitas nodus SA. Seterusnya suplai darah yang semakin lemah

akan mengakibatkan penurunan stamina, fungsi ginjal dan hati yang semakin lemah serta

berkurangnya suplai oksigen dan energi ke sel-sel seluruh tubuh.2

Secara umum terjadi kemunduran sejumlah organ sejalan dengan meningkatnya

usia. Seperti otak, hati, ginjal, kelenjar saliva, semua perubahan ini dimulai dari sel atau

jaringan : seperti ginjal dengan meningkatnya usia terjadi kerusakan sebagian dari nefron

atau dengan kata lain glomeruli yang abnormal sehingga fungsi dari ginjal akan menurun,

osmolariti urine berkurang.11 Penurunan fungsi sekresi meningkatkan retensi sampah

produk metabolisme dan memiliki potensi penyebab terjadinya kerusakan skala rendah

sel-sel di seluruh tubuh.5

Universitas Sumatera Utara

Dengan meningkatnya usia, sistem imun secara umumnya akan berkurang

efektifitasnya sehingga akan meningkatkan resiko terhadap penyakit akibat infeksi,

berkurangnya kemampuan melawan penyakit, penyembuhan luka menjadi lambat, dan

berkembangnya penyakit autoimun serta kanker.1,11

Pancaindera merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia untuk

mengumpulkan informasi dan mengantisipasi dalam interaksi sosial. Perubahan yang

dapat berlaku adalah pada mata (penglihatan), telinga (pendengaran), hidung (pembauan)

dan lidah (pengecapan).1

2.3 Mukosa mulut normal

2.3.1 Histologi mukosa rongga mulut

Mukosa rongga mulut dilapisi oleh epitel berlapis gepeng (stratified squamous

epithelium), namun diklasifikasikan kepada 3 kelompok menurut lokasi dan fungsinya :

a. Mastikatory Mucosa : Mukosa yang terlibat dalam fungsi mastikasi yaitu gingiva

dan palatum durum, dilapisi oleh epitel berkeratinisasi yang menyerupai epitel

yang melapisi kulit pada tubuh. 12

b. Lining Mucosa : Mukosa yang memerlukan fleksibilitas untuk membantu proses

pengunyahan, percakapan, maupun penelanan bolus makanan yaitu mukosa pipi,

palatum molle dan dasar mulut, dilapisi oleh epitel yang tidak berkeratinisasi. 12

c. Specialized Mucosa : Mukosa yang membalut bagian dorsal lidah yang berikatan

langsung ke otot lidah. Mukosa di lidah dilapisi oleh epitel yang berkeratinisasi

dan tidak berkeratinisasi. 12

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1 : Mukosa rongga mulut menurut lokasi dan fungsinya.12

2.3.2 Fisiologi mukosa mulut

Warna mukosa mulut sangat dipengaruhi oleh ketebalan epitel yang menutupinya

dan vaskularisasi pada lamina propria yang terletak dibawahnya. Mukosa mulut kelihatan

lebih pucat pada daerah-daerah dengan tekstur mukosa yang berkeratinisasi seperti pada

gingiva dan palatum durum. Warna gingival yang normal adalah merah jambu (coral

pink) dengan tekstur permukaan seperti kulit jeruk (stippling) pada gingiva cekat dan

tekstur yang licin pada gingiva bebas. Warnanya dipengaruhi oleh vaskularisasi,

ketebalan dan derajat keratinisasi epitel, dan keberadaan sel-sel yang mengandung

pigmen. Warna gingival bervariasi antar individu, dan tampaknya berkolerasi dengan

pigmentasi pada kulit, artinya warna gingival lebih gelap pada individu yang warna

kulitnya lebih gelap. Biasanya pigmen yang terlibat dalam memberi warna pada mukosa

Universitas Sumatera Utara

rongga mulut adalah melanin dan hemoglobin dalam darah. Melanin diproduksi oleh

specialized pigments cells yang dikenal dengan melanocytes, yang terletak di lapisan sel

basal epitel rongga mulut. 4,12

Vestibulum, pipi, dasar mulut dan bibir bagian dalam memiliki lapisan epitel yang

tipis, dapat digerak-gerakkan dan berwarna merah tua. Oleh karena epitel yang tipislah

menyebabkan kapiler-kapiler yang terdapat dibawahnya dapat terlihat sehingga warna

mukosa bagian-bagian rongga mulut tersebut tampak berwarna merah tua.4

2.4 Perubahan klinis pada rongga mulut akibat proses penuaan

Gambaran klinis yang dapat dilihat adalah mukosa tampak licin mengkilap (tidak

ada stippling pada gingiva), pucat, kering, mudah mengalami iritasi dan pembengkakan,

mudah terjadi pendarahan bila terkena trauma (lebih parah jika terdapat kelainan

sistemik) serta elastisitasnya berkurang. Ini karena pertambahan usia menyebabkan sel

epitel pada mukosa mulut mengalami penipisan, berkurangnya keratinisasi, berkurangnya

vaskularisasi, serta penebalan serabut kolagen pada lamina propia.6,7,11 Antara perubahan

klinis yang dapat terjadi adalah :

2.4.1 Jaringan flabby

Pada kasus resorbsi tulang alveolar, sering terjadi pada pasien yang sudah lama

kehilangan gigi sehingga mengakibatkan linggir alveolar menjadi datar atau jaringan

lunak sekitarnya menjadi flabby. Menurut Boucher (cit. Damayanti) jaringan flabby

merupakan respon dari jaringan ikat yang mengalami hiperplasia yang awalnya

diakibatkan oleh trauma atau luka yang tidak dapat ditoleransi yang terjadi pada residual

ridge. Makin tebal jaringan hiperplastik yang terbentuk, makin besar pula derajat jaringan

Universitas Sumatera Utara

flabby. Biasanya terjadi pada penderita yang lama tidak memakai gigitiruan atau dapat

juga terjadi pada penderita yang menggunakan gigitiruan yang tidak pas.6

2.4.2 Kelenjar saliva

Fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan merupakan suatu keadaan

normal pada proses penuaan manusia. Manula mengeluarkan jumlah saliva yang lebih

sedikit pada keadaan istirehat, saat berbicara, maupun saat makan. Keadaan ini

disebabkan oleh adanya perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan

umur yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisinya sedikit. 6,7,13

Xerostomia merupakan simtom, bukan suatu penyakit. Salah satu penyebab

xerostomia adalah kelainan dalam produksi saliva, adanya penyumbatan atau gangguan

pada kelenjar saliva sehingga menghambat pengaliran saliva ke rongga mulut, Sjogren’s

Syndrome dan efek negatif dari radioterapi akibat pengobatan kanker. Selain itu,

penyakit-penyakit sistemis yang diderita pada usia lanjut dan obat-obatan yang digunakan

untuk perawatannya dapat menyebabkan xerostomia pada manula. Xerostomia adalah

salah satu faktor yang penyebab berkurangnya sensitifitas taste buds, pasien tidak dapat

memakai gigitiruan sebagian / gigitiruan penuh, serta mengakibatkan sensasi mulut

terbakar pada manula. 6,7,13,14

Fungsi utama dari saliva adalah pelumasan, buffer, dan perlindungan untuk

jaringan lunak dan keras pada rongga mulut. Jadi, penurunan aliran saliva akan

mempersulit fungsi bicara dan penelanan, serta menaikkan jumlah karies gigi, dan

meningkatkan kerentanan mukosa terhadap trauma mekanis dan infeksi mikrobial.5,6,7

Universitas Sumatera Utara

2.4.3 Lidah dan pengecapan

Orang tua biasanya mengeluh tidak adanya rasa makanan, ini dapat disebabkan

bertambahnya usia mempengaruhi kepekaan rasa akibat berkurangnya jumlah pengecap

pada lidah. Permukaan lidah ditutupi oleh banyak papilla pengecap dimana terdapat

empat tipe papilla yaitu papilla filiformis, fungiformis, sirkumvalata, dan foliate.

Sebagian papilla pengecap terletak dilidah dan beberapa ditemukan pada palatum,

epiglottis, laring dan faring. Pada manusia terdapat sekitar 10,000 putik kecap, dan

jumlahnya berkurang secara drastis dengan bertambahnya usia.7,14,15

Kesulitan untuk menelan (Dysphagia) biasanya muncul pada manula dan perlu di

berikan perhatian karena populasi manula semakin meningkat setiap tahun. Dalam sistem

pencernaan, terdapat beberapa fase penting yang berkait erat dengan rongga mulut yaitu

pengunyahan, pergerakan lidah dan kebolehan membuka serta menutup mulut (bibir).

Sistem pencernaan di rongga mulut menunjukkan penurunan fungsi dengan

meningkatnya umur. Robbins dkk (cit. Al-Drees) menyatakan bahwa fungsi penelanan

(berkaitan dengan tekanan) menurun dengan meningkatnya umur sehingga manula

terpaksa bekerja lebih keras untuk menghasilkan efek tekanan yang adekuat dan dapat

menelan makanan, seterusnya akan meningkatkan resiko untuk berkembangnya

dysphagia.11,14

Fungsi penelanan pasti akan mengalami penurunan pada manula walaupun

mempunyai rongga mulut yang sehat. Aksi pergerakan lidah akan berubah dengan

meningkatnya umur. Perubahan yang terjadi adalah perlambatan dalam mencapai tekanan

otot dan pergerakan yang efektif pada lidah, gangguan pada ketepatan waktu kontraksi

Universitas Sumatera Utara

otot lidah sehingga menganggu fungsi pencernaan di rongga mulut secara

keseluruhannya.14

Akibat gangguan pada sistem pencernaan dan kehilangan sensori pengecapan

sehingga menyebabkan kehilangan selera makan, manula kehilangan berat badan

merupakan keadaan umum yang sering terjadi.

2.4.4 Bentuk bibir

Menurut Penna dkk (cit. Al-Drees) menyatakan bahwa terdapat penurunan massa

dari otot bibir yaitu m. Orbicularis oris pada manula dengan menggunakan analisa secara

histomorphometric. Senyuman manula kelihatan lebih lebar secara transversal dan

mengecil secara vertikal. Ini menunjukkan bahwa memang berlaku penurunan massa dari

otot Orbicularis oris pada bibir sehingga kemampuan otot ketika manula senyum semakin

berkurang. 14

Gambar 2 : Otot-otot mulut

Universitas Sumatera Utara

2.4.5 Tekstur permukaan mukosa mulut

Perubahan yang berlaku pada sel epitel mukosa mulut berupa penipisan ketebalan

lapisan sel, berkurangnya elastisitas serta berkurangnya vaskularisasi. Akibatnya secara

klinis menyebabkan mukosa mulut menjadi lebih pucat, tipis, kering, dengan proses

penyembuhan yang melambat. Hal ini menyebabkan mukosa mulut lebih mudah

mengalami iritasi terhadap gesekan atau trauma, yang diperparah dengan berkurangnya

aliran saliva. Pada mukosa gingiva yang sehat karakteristiknya berupa stippling yang

menghilang dengan bertambahnya usia, akibatnya mukosa gingiva menjadi licin.4,6,15

2.5 Penyakit Mukosa Mulut yang Seiring Menyertai Proses Menua

Sepanjang kehidupan manusia, terdapat berbagai macam penyakit mulut yang

dapat diderita oleh manusia. Penyakit mulut yang biasanya seiring menyertai proses

menua adalah kanker rongga mulut, angular cheilitis dan lichen planus.

Kanker rongga mulut (KRM) merupakan antara salah satu kanker dengan

prevalensi yang tertinggi di seluruh dunia dan merupakan 1 dari 10 kanker yang

menyebabkan kematian. Kanker sel squama merupakan kanker yang terbanyak

dilaporkan pada kasus KRM. Pada keseluruhan pasien mati karena kanker, sekitar 2%

dari lelaki dan 1% dari wanita yang mati karena KRM. Di Perancis, insiden yang

menyangkut KRM sekitar 17,9 kasus dari 100 000 populasi penduduknya. Diperkirakan

95% dari kanker sel squama berlaku pada manusia berumur 40 tahun dan ke atas,

kebanyakannya adalah pasien berumur 60 tahun. 16

Angular cheilitis adalah lesi yang disebabkan oleh Candida dan Staphylococcus

aureus (infeksi fungi) dan defisiensi vitamin B, gambarannya klinisnya adalah kulit yang

Universitas Sumatera Utara

menggelupas disertai fissur pada sudut mulut. Keadaan ini juga dipengaruhi oleh

dimensional vertikal rongga mulut yang menurun, disebabkan oleh kehilangan gigi dan

gigi yang hilang tersebut tidak diganti dengan gigi palsu/ prothesa. Sudut mulut yang

berlipat menyebabkan saliva serta bakteri-bakteri bertumpuk pada sudut mulut dan

menyebabkan infeksi mudah terjadi. 4,16

Etiologi dari lichen planus belum diketahui. Namun beberapa tahun ini terdapat

banyak penemuan yang menyatakan bahwa sistem imun memainkan peranan penting

dalam perkembangan penyakit ini. Gambaran histopatologis yang ditemui menunjukkan

keterlibatan T lymphocytes dan macrophages serta degenerasi dari sel basal yang dikenali

dengan liquefaction degeneration. Imun sistem terlibat karena efek dari sitotoksik T

lymphocytes bertindak melawan antigen yang terdapat pada lapisan sel basal sehingga

menyebabkan lichen planus. Autoreaktifitas dari T lymphocytes mungkin penyebab

utama berkembangnya lichen planus karena tidak dapat membedakan antigen luar dan

sel-sel tubuh.16

Rata-rata pasien yang mempunyai lichen planus berumur 55 tahun dan ke atas.

Lesi lichen planus dapat berwarna putih dan dengan adanya atrofi epithelium, dapat

terjadi pada kulit dan mukosa rongga mulut. Komponen dari lesi terdiri dari beberapa

tekstur : retikular, papular, mirip plak, bulosa (jarang), eritematous, dan ulseratif. Untuk

memastikan diagnosa klinikal dari lichen planus, tekstur retikular atau papular harus ada.

Tekstur selain dari retikular dan papular adalah tekstur tambahan untuk memastikan

diagnosanya. 4,16

Universitas Sumatera Utara

2.6 Faktor-faktor mempercepat/ memperlambat proses aging

Terdapat bermacam-macam faktor yang dapat mempercepat maupun

memperlambat proses penuaan. Radikal bebas adalah teori yang diterima oleh banyak

pihak yang merupakan penyebab kepada penuaan : Proses penuaan berlangsung ketika

sel-sel secara permanen dirusak oleh serangan terus-menerus dari sejumlah partikel kimia

yang disebut radikal bebas. Antioksidan merupakan bahan yang dapat ditemukan dalam

makanan yang dapat menghentikan sebagian besar mutasi-mutasi DNA sehingga dapat

menghambat proses kemerosotan sel dari banyak segi.17

2.6.1 Radikal-radikal bebas

Molekul-molekul terdiri dari atom dan elektron, dan elektron biasanya

berpasangan. Terdapat kondisi dimana terdapat molekul-molekul yang mempunyai

elektron yang tidak berpasangan, maka molekul-molekul inilah yang dikenal sebagai

radikal bebas. Elektron yang tidak mempunyai pasangan akan mencari elektron lain

untuk dijadikan pasangan, maka radikal bebas ini akan menyerang molekul terdekat

untuk mendapatkan elektron. Dengan demikian ia menyebabkan kehancuran molekul

lain. Bila menimpa DNA, terutama pada mitokondria di dalam sel-sel, radikal itu

menyebabkan mutasi-mutasi yang dapat memacu sel-sel berlaku secara menyimpang.

Lama kelamaan kerusakan karena radikal bebas ini membuat tubuh menua dan mendapat

berbagai penyakit.8,9

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya radikal bebas,

antaranya adalah sinar matahari, zat kimia, zat pengawet, pewarna dan pelezat makanan,

polusi udara, dan pengobatan dengan sinar ultra violet jangka panjang. Radikal bebas

juga digenerasi dari tubuh manusia. Contohnya radikal bebas yang tercipta sepanjang

Universitas Sumatera Utara

proses produksi energi oleh mitokondria yang menggunakan oksigen sebagai bahan

utamanya. Akhir dari proses metabolik tersebut akan menghasilkan radikal bebas yang

akan merusak sel-sel tubuh seterusnya menyebabkan penuaan.8,9

2.6.2 Antioksidan

Antioksidan adalah bahan kimia yang dapat memberikan sebuah elektron yang

diperlukan radikal bebas, tanpa menjadikan dirinya berbahaya. Secara kimiawi

antioksidan dirancang untuk menawarkan radikal bebas yang merusak, menghentikan

serangan radikal bebas sehingga degenerasi dihambat atau proses penuaan diperlambat.

7,8,16 Antara antioksidan yang terdapat dalam makanan yang dapat menunda proses

penuaan mencakup Vitamin B, Vitamin E, Vitamin C, Beta Karoten, Khromium,

Selenium, Kalsium, Zinc, Magnesium, dan Koenzim Q-10. Semuanya mempunyai cara

kerja dan efek yang berbeda.17

Asam folat (vitamin B) yang terdapat pada sayuran hijau (dolasin), sangat

berperan dalam proses anti tua, mencegah kemerosotan fungsi mental dan menghentikan

kanker, yang lebih penting lagi dapat menyelamatkan kerusakan arteri yang memicu

serangan jantung dan stroke dengan merangsang enzim-enzim untuk metabolisme

homosistein sehingga dapat mencegah penyumbatan arteri. 17

Vitamin E merupakan vitamin larut terhadap lemak yang berfungsi dalam

menghambat aterosklerosis. Vitamin E mempunyai peran dalam menghambat

aterosklerosis dengan memangkas oksidasi kolesterol LDL. Dengan demikian dapat

mencegah timbulnya kerusakan arteri dan timbulnya penyakit jantung. 8,17

Vitamin C pula merupakan salah satu bentuk vaksinasi melawan kanker, terutama

kanker lambung, esofagus, rongga mulut dan kemungkinan mulut rahim, rektum dan

Universitas Sumatera Utara

payudara. Selain itu, Vitamin C juga dapat membantu menyelamatkan arteri dengan

mendorong naiknya kolesterol HDL sehingga menghambat penyumbatan arteri,

mencegah penyakit asma dan bronchitis kronis serta mencegah katarak. Umumnya untuk

rongga mulut, vitamin C melawan penyakit periodontal yaitu gingiva mudah berdarah

dan sariawan. 8,17

Universitas Sumatera Utara