Vol. 9, No. 2, Maret 2008

download Vol. 9, No. 2, Maret 2008

of 12

Transcript of Vol. 9, No. 2, Maret 2008

  • 8/14/2019 Vol. 9, No. 2, Maret 2008

    1/12

    ISSN 1829-9334

    BADANPOMRI

    Halaman 1

    InfoPOMBADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

    Vol. 9, No. 2, Maret 2008

    Edisi Maret 2008

    EditorialPENGUJIAN

    MIKROBIOLOGI PANGAN

    PENDAHULUAN

    Menurut UU RI No.7 tahun 1996, yang dimaksud pangan adalah

    segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang

    diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makananatau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan

    pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam

    proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

    minuman. Mengingat definisi pangan mempunyai cakupan yang luas,

    maka upaya untuk mencegah pangan dari kemungkinan tercemar

    baik dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang yang dapat

    mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia

    (UU RI tahun 1996), merupakan suatu keharusan.

    Sebagai salah satu pelaksanaan kegiatan rutin pengawasan paska

    pemasaran (post marketing control) obat dan makanan dan dalamrangka menjamin mutu dan keamanan pangan yang beredar di

    Indonesia, Laboratorium PPOMN (Pusat Pengujian Obat dan Makanan

    Nasional) Badan POM dan Balai Besar POM atau Balai POM telah

    melaksanakan pengujian mikrobiologi pangan secara rutin.

    PENYAKIT AKIBAT PANGAN

    Selain harus bergizi dan menarik, pangan juga harus bebas dari

    bahan-bahan berbahaya yang dapat berupa cemaran kimia, mikroba

    dan bahan lainnya. Mikroba dapat mencemari pangan melalui air,

    debu, udara, tanah, alat-alat pengolah (selama proses produksi atau

    penyiapan) juga sekresi dari usus manusia atau hewan.Penyakit akibat pangan (food borne diseases) yang terjadi segera

    setelah mengkonsumsi pangan, umumnya disebut dengan keracunan.

    Pangan dapat menjadi beracun karena telah terkontaminasi oleh

    bakteri patogen yang kemudian dapat tumbuh dan berkembang biak

    selama penyimpanan, sehingga mampu memproduksi toksin yang

    dapat membahayakan manusia. Selain itu, ada juga makanan yang

    secara alami sudah bersifat racun seperti beberapa jamur/tumbuhan

    dan hewan. Umumnya bakteri yang terkait dengan keracunan makanan

    diantaranya adalah Salmonella, Shigella, Campylobacter, Listeria

    monocytogenes, Yersinia enterocolityca, Staphylococcus aureus,

    Clostridium perfringens, Clostridium botulinum, Bacillus cereus, Vibriocholerae. Vibrio parahaemolyticus, E.coli enteropatogenik dan

    Enterobacter sakazaki.

    Pembaca sekalian,

    Beberapa minggu terakhir ini,

    berbagai media, cetak atau

    e l e k t r o n i k , m e n u l i s a t a u

    menayangkan informasi terkait

    Kontaminasi Bakteri pada Susu dan

    Makanan Bayi.

    Berita ini cukup membuat banyak

    pihak yang terkait, baik langsung

    m a u p u n t i d a k l a n g s u n g ,

    memberikan berbagai respon. Susu

    dan makanan bayi merupakan

    produk pangan yang dibutuhkan

    masyarakat. Mengingat definisi

    pangan mempunyai cakupan yang

    luas, maka upaya untuk mencegah

    pangan dari kemungkinan tercemar

    baik dari cemaran biologis, kimia,

    dan benda lain yang yang dapat

    mengganggu, merugikan dan

    membahayakan kesehatan manusia(UU RI tahun 1996), merupakan

    suatu keharusan .

    Sebagai salah satu pelaksanaan

    kegiatan rutin pengawasan paska

    pemasaran ( post marketing control)

    obat dan makanan dan dalam

    rangka menjamin mutu dan

    keamanan pangan yang beredar di

    Indonesia, Laboratorium PPOMN

    (Pusat Pengujian Obat dan Makanan

    Nasional) Badan POM dan Balai

    Besar POM atau Balai POM telah

    m e l a k s a n a k a n p e n g u j i a nmikrobiologi pangan secara rutin.

    Untuk itu pada edisi ini, dengan

    merujuk pada berbagai standar dan

    pustaka yang independentdan valid,

    kami sajikan artikel dengan judul

    Pengujian Mikrobiologi Pangan.

    Terka i t dengan pe larangan

    penambahan vitamin K dalam produk

    susu, silahkan simak artikel singkat

    tentang Larangan Penambahan

    Vitamin K Dalam Produk Susu.

    Terakhir tidak kalah menarik untuk

    dibaca adalah artikel tentang AcuanLabel Gizi Produk Pangan.

    Selamat membaca.

  • 8/14/2019 Vol. 9, No. 2, Maret 2008

    2/12

    Halaman 2

    Bahkan bila terdapat mikrobapatogen, besar kemungkinanakan berbahaya bagi yangmengkonsumsinya.

    Dalam pengujian cemaranmikroba digunakan mikrobaindikator, karena selain mudahdideteksi juga dapat memberikangambaran tentang kondisihigienis dari produk yang diuji.Bersamaan dengan mikrobaindikator d i lakukan jugapengujian terhadap bakteripatogen.

    Mikroba indikator

    Mikroba indikator adalahgolongan atau spesies bakteriyang kehadirannya dalammakanan dalam jumlah diatasbatas (limit) tertentu, merupakanpertanda bahwa makanan telahterpapar dengan kondisi-kondisiy a n g m e m u n g k i n k a nberkembang biaknya mikrobapatogen. Mikroba indikatord igunakan untuk meni la i

    keamanan dan mutu mikrobiologimakanan.

    Jumlah bakteri aerob mesofil,bakteri anaerob mesofil danbakter i ps ikrof i l dapatmerupakan indikator bagi status/mutu mikrobiologi makanan.Jumlah yang tinggi dari bakteri-bakteri tersebut seringkalisebagai petunjuk bahan bakuyang tercemar, sanitasi yang tidak

    memadai, kondisi (waktu danatau suhu) yang tidak terkontrolselama proses produksi atauselama penyimpanan ataupunkombinasi dari berbagai kondisitersebut.Bakteri aerob mesofil dianggapsebagai mikroba indikator,meskipun sebenarnya kurangakurat dibandingkan denganindikator lainnya. Bakteri anaerobmesofil merupakan indikator darikondisi yang dapat menyebabkanadanya pertumbuhan mikroba

    Kelompok kedua berasal darimakanan yang berfungsi sebagaimedia pertumbuhan bakteri,seh ingga bakte r i dapatberkembang biak, diantaranyabakteri Salmonella, Clostridiumperfringens, Bacillus cereus, danEscherichia colienteropatogenik.

    Untuk mengetahui bahwapangan sudah tercemar, dapatdilihat secara fisik dari teksturmakanan tersebut. Namunbanyak makanan terutama yangsudah melewati suatu prosespengolahan, tetap mempunyaitekstur yang masih baik tetapi

    mengandung suatu cemaranseperti bakteri patogen, yangdisebabkan oleh penangananyang tidak memadai.

    MIKROBA PENYEBABKERUSAKAN & KERACUNANMAKANAN

    Jenis mikroba yang terdapatdalam makanan meliputi bakteri,kapang / jamur dan ragi serta

    virus yang dapat menyebabkanperubahan-perubahan yang tidakdiinginkan seperti penampilan,tekstur, rasa dan bau darimakanan. Pengelompokanmikroba dapat berdasarkan atasaktifitas mikroba (proteolitik,lipofilik, dsb) ataupun ataspertumbuhannya (psikrofilik,mesofilik, halofilik, dsb)

    B a n y a k f a k t o r y a n g

    mempengaruhi jumlah serta jenismikroba yang terdapat dalammakanan, diantaranya adalahsifat makanan itu sendiri (pH,kelembaban, nilai gizi), keadaanlingkungan dari mana makanantersebut diperoleh, serta kondisip e n g o l a h a n a t a u p u npenyimpanan. Jumlah mikrobayang terlalu tinggi dapatmengubah karakter organoleptik,mengakibatkan perubahan

    nutrisi / nilai gizi atau bahkanmerusak makanan tersebut.

    Keracunan pangan oleh bakteridapat berupa intoksifikasi atauinfeksi. Intoksifikasi disebabkanoleh adanya toksin bakteri yangterbentuk didalam makanan padasaat bakteri bermultiplikasi,

    sedangkan keracunan panganberupa infeksi, disebabkan olehmasuknya bakteri ke dalam tubuhm e l a l u i m a k a n a n y a n gterkontaminasi dan tubuhmemberikan reaksi terhadapbakteri tersebut.

    Ada dua jenis intoksifikasimakanan yang disebabkan olehbakteri yaitu botulism, karenaadanya toksin dalam makanan

    yang dihasilkan oleh Clostridiumbotulinumdan intoksifikasi lainyai tu stafilokokkal , yangdisebabkan oleh enterotoksin dariStaphylococcus aureus.

    Sedangkan keracunan panganoleh bakteri yang merupakaninfeksi, dikelompokkan menjadidua. Kelompok pertama berasaldari makanan yang berfungsisebagai pembawa bakteri,

    misalnya disentri demam tifoid,kolera, brusellosis dan lain-lain.

    Badan POMINFOPOM

    Edisi Maret 2008

    Daftar Isi

    1. Pengujian Mikrobiologi

    Pangan

    2. Larangan Penggunaan

    Vitamin K pada Produk

    Susu

    3. Acuan Label Gizi Produk

    Pangan

  • 8/14/2019 Vol. 9, No. 2, Maret 2008

    3/12

    Halaman 3

    anaerob penyebab keracunanmakanan seperti C. perfringensdan C.botulinum.Golongan bakteri coliform,Coliform fekal, Escherichia colidan Enterobacter sakazakiimerupakan bakteri bentukbatang, bersifat aerob dananaerob fakultatif.Golongan coliformmempunyaispesies dengan habitat dalamsaluran pencernaan dan non-saluran pencernaan seperti tanahdan air. Yang termasuk golongancoliform adalah Escherichiac o l i , dan spes ies da r i

    Citrobacter, Enterobacter,Klebsiella dan Serratia. Bakteriselain dari E.coli dapat hidupdalam tanah atau air lebih lamadaripada E.coli , karena ituadanya bakteri coliform dalamm a k a n a n t i d a k s e l a l umenunjukkan telah terjadikontaminasi yang berasal darifeses. Keberadaannya lebihmerupakan indikasi dari kondisi

    prosessing atau sanitasi yangt i d a k m e m a d a i d a nkeberadannya dalam jumlahtinggi dalam makanan olahanm e n u n j u k k a n a d a n y akemungkinan pertumbuhan dariSalmonel la, Shigel la danStaphylococcus.Escherichia coli dan Coliformfeka l , b iasanya E . c o l i ,merupakan indikator dari

    kontaminan dengan sumber/bahan fekal. Habitat alami dariE . c o l i a d a l a h s a l u r a npencernaan bawah hewan danmanusia. Sedangkan Coliformfekal merupakan metodepemeriksaan untuk menunjukkanadanya E.coli atau spesies yangsangat dekat dengan E.colisecara cepat tanpa harusmeng iso las i b iakan danmelakukan test IMVIC. Sebagian

    besar terdiri dari E.coli tipe I dantipe II yang merupakan petunjuk

    penting dari kontaminan asaldari bahan fekal.E.coli dan coli form, yangt e r m a s u k g o l o n g a nEnterobacteriaceae adalahSalmonel la, Shigel la dan

    Enterobacter sakazaki selaingolongan Enterococci yaituStreptococcus faecalis danS.faecium merupakan floranormal dari saluran pencernaanmanusia dan hewan. Golonganini tidak banyak digunakansebagai indikator kontaminasifekal tetapi lebih dikaitkandengan sanitasi produksi yang

    buruk oleh karena daya tahanyang tinggi dari mikroba terhadapkekeringan, suhu tinggi danpendinginan serta pengaruhdetergen atau disinfektan.Dengan sifat yang tahanterhadap pendinginan makabakteri ini dapat digunakansebagai indikator untuk makananbeku dan makanan yang sudahdipanaskan.

    Staphy lococc i t e ru tamaS ta p h y l o c o c c u s a u r e u s keberadaannya dalam makananbisa bersumber dari kulit, mulutatau rongga hidung pengolahpangan. Bila ditemukan dalam jumlah tinggi merupakanindikator dari kondisi sanitasiyang tidak memadai.

    Mikroba patogen

    Meliputi bakteri, jamur/kapangdan ragi/yeast, bakteri patogentermasuk jenis penyebab toksi-infeksi makanan diantaranyaSalmonella, Shigella, Brucella.Umumnya ada beberapa jenisgolongan bakteri terpenting yangdapat menyebabkan kerusakanmakanan dan keracunan yaituAcetobacter, Achromobacter,A l c a l i g e n e s , B a c i l l u s ,Bacteroides, Clostr id ium,

    Corynebacterium, Enterococci,E n t e r o b a c t e r , E r w i n i a ,

    Escherichia, Flavobacterium,

    K u r t h i a , L a c t o b a c i l l u s ,

    Leuconostoc, Micrococcus,

    Paracolobactrum, Proteus,

    Pseudomonas, Salmonella,

    Sarcina, Serratia, Shigella,

    S t a p h y l o c o c c u s d a n

    Streptomyces.

    METODOLOGI

    Dalam rangka pengawasan mutu

    secara mikrobiologis, dilakukan

    pengujian laboratorium untuk

    mengisolasi dan mengidentifikasi

    cemaran bakteri patogen yang

    mungkin ada dan untuk beberapa

    jenis mikroba dapat puladilakukan penghitungan jumlah

    koloni yang disebut juga dengan

    enumerasi.

    Sampel

    Jumlah sampel yang diuji harus

    cukup representatif, mewakili lot

    yang akan diperiksa. Kadang-

    kadang pengambilan sampel

    untuk pengujian bakteri pathogen

    harus lebih ketat dimana menurutICMSF (The International

    Commission on Microbiological

    Specification for Foods) danHarrigan, replikasi uj i (n)

    dilakukan sesuai dengan jumlah

    yang representatif, tergantung

    pada jenis mikroba dan produk

    (mis: untuk identifikasi Salmonella

    dalam dried milk, absent in 25 g,

    n=10, c=0 dan S.aureus ( per

    gram) m=10, M=100, n=5, c=2)Sampel makanan yang diterima

    harus segera diuji begitu tiba di

    laboratorium. Sampel yang

    didinginkan dan mudah rusak

    harus dianalisa paling lambat 36

    jam sesudah pengambilan

    sampel. Sampel beku harus

    disimpan dalam freezersampai

    tiba waktunya untuk diuji, tetapi

    bila sampel diterima dalam

    keadaan dingin, jangan disimpandidalam freezer. Beberapa bakteri

    Badan POMINFOPOM

    Edisi Maret 2008

  • 8/14/2019 Vol. 9, No. 2, Maret 2008

    4/12

    Halaman 4

    seperti vibrio banyak yang akanmati pada suhu sangat rendah(pembekuan). Untuk sampelyang tidak mudah rusak sepertimakanan kaleng , dapat disimpanpada suhu ruang. Namundemikian, sampel tidak bolehdisimpan terlalu lama karena adamikroba yang dapat mati selamapenyimpanan.Sampel yang akan dikirim kelaboratorium harus diupayakantidak tercemar dengan bahanatau mikroba lain terhadaps a m p e l . S e l a m a d a l a mpengiriman ke laboratorium maka

    sifat sampel harus dijamin tidakmengalami perubahan sejaksampel diambil, dikemas dandikirim ke laboratorium.Bila sampel berada dalamkeadaan beku, harus terlebihdahulu dilelehkan dan pelelehansedapat mungkin di lemaripendingin atau pada suhu kurangdari 450C selama paling lama 15menit. Bila menggunakan suhu

    tinggi sebaiknya sampel diaduksecara teratur. Untuk sampelbeku yang mudah meleleh seperties krim, maka dapat diuji tanpadilelehkan terlebih dahulu. Untuksampel padat seperti dagingmentah, harus terlebih dahulud i c i n c a n g s e b e l u mdihomogenkan.Bila hanya ada satu sampeldi tujukan untuk berbagaipengujian, maka sampel untuk

    uji mikrobiologi dicuplik terlebihdahulu sebelum pengujianlainnya dilakukan.Khusus un tuk pengu j ianC.botulinum dilarang untukmencicipi ketika akan membuatpemerian sampel, maka padacatatan data sampel tidakdicantumkan pemerian dari rasa.

    MetodePengujian sampel makanan akan

    se la lu mengacu kepadapersyaratan makanan yang

    Badan POMINFOPOM

    Edisi Maret 2008

    sudah ditetapkan. Parameter ujimikrobiologi pada makanan yangdipersyaratkan secara umumterdiri dari :

    1. Uji Angka Lempeng Total2. Uji Angka Kapang khamir

    3. Uji Angka Bakteri termofilik

    4. Uji Angka Bakteri pembentukspora

    5. Uji Angka bakteri an-aerob

    6. Uji Angka Staphylococcusaureus

    7. U ji A ng ka Clostr id iumperfringens

    8. Uji Angka Enterococcus9. Uji Angka Bacillus cereus

    10. Uji AngkaEnterobacteriaceae

    11. Uji MPN Coliform

    12. Uji MPN Fekal Coliform

    13. Uji MPN Escherichia coli

    14. Uji Angka Escherichia coli

    15. Identifikasi Escherichia coli

    16. Identifikasi Staphylococcus

    aureus17. Identifikasi Salmonella

    18. Identifikasi Shigella

    19. Identifikasi Bacillus cereus

    20. Identifikasi Streptococcusfaecalis

    21. Identifikasi Vibrio cholerae

    22. Identifikasi Vibrioparahaemolyticus

    23. Identifikasi Clostridium

    perfringens24. Identifikasi Listeria

    monocytogenes

    25. Identifikasi Campylobacterjejuni

    Ada beberapa parameter yangt i d a k t e r m a s u k d a l a mpersyaratan diatas, sepertiidenti f ikasi Pseudomonasaeruginosa dalam air minumtetapi sering juga menjadi syarat

    tambahan yang diinginkan olehprodusen air minum untuk diuji.

    Begitu pula pengujian khususClostridium botulinum untukmakanan kaleng. Pengujianmikrobiologi untuk makanan tidakdilakukan untuk semua parameteruji diatas tetapi akan mengacupada persyaratan dari tiap produktersebut misalnya persyaratanNaget ayam ( SNI 01-6683-2002)meliputi :

    1. Angka Lempeng Total2. MPN Coliform3. MPN E.coli4. Identifikasi Salmonella5. Angka Staphylococcus

    aureus

    Metode yang digunakan untukpengujian mikrobiologi sangatditentukan oleh persyaratan yangdiacu, umumnya pengujiandilakukan secara kualitatif denganm e t o d e p e n g k a y a a n(enrichment) yaitu isolasi danident i f ikas i mikroba daninterpretasi hasil (negatif pergram/ml atau negatif per 25 gramatau per 100 gram/ml). Pengujiansecara kuantitatif (enumerasi)dengan penghitungan jumlahmikroba dan interpretasi hasilberupa koloni per ml/g atau koloniper 100 ml.Identifikasi mikroba pathogendapat dilakukan dengan carakonvensional maupun denganpengujian cepat (rapid test).

    Metode kuantitatif (Enumerasi)

    Metode kuantitatif digunakanuntuk mengetahui jumlah mikrobayang ada pada suatu sampel,umumnya dikenal dengan AngkaLempeng Total (ALT) dan AngkaPaling Mungkin atau MostProbable Number (MPN).Uji Angka Lempeng Total (ALT)dan lebih tepatnya ALT aerobmesofil atau anaerob mesofilmenggunakan media padat

    dengan hasil akhir berupa koloniyang dapat diamati secara visual

  • 8/14/2019 Vol. 9, No. 2, Maret 2008

    5/12

    Badan POMINFOPOM

    Halaman 5Edisi Maret 2008

    dan dihitung, interpretasi hasilberupa angka dalam koloni(cfu)per ml/g atau koloni/100ml. Carayang digunakan antara laindengan cara tuang, cara tetes

    dan cara sebar. Angka PalingMungkin (MPN) menggunakanmedia cair dengan tiga replikasidan hasil akhir berupa kekeruhanatau perubahan warna dan ataupembentukan gas yang jugadapat diamati secara visual, daninterpretasi hasil dengan merujukkepada Tabel MPN. Dikenal 2cara yaitu metode 3 tabung danmetode 5 tabung.

    Metode kuantitatif dilakukandengan beberapa tahap yaitu :

    Homogenisasi sampel ,sebagai tahap pendahuluandalam pengujian yangberguna untuk membebaskansel bakteri yang mungkinterlindung partikel sampel danuntuk memperoleh distribusibakteri sebaik mungkin.H o m o g e n i s a s i d a p a tdilakukan menggunakan alatseperti stainless steel blenderatau stomaker. Sedangsampel bentuk cair tidak perlumenggunakan alat, cukuplangsung dicampur denganpengencer dan dikocoksampai homogen.

    T a h a p p e n g e n c e r a n ,menggunakan l a ru tanpengencer yang berfungsiuntuk menggiatkan kembali

    sel-sel bakteri yang mungkinkehilangan vitalitasnya karenakondisi di dalam sampelyang kurang menguntungkan.Pengenceraan suspensisampel dilakukan untukmendapatkan koloni yangtumbuh secara terpisah dandapat dihi tung denganmudah, hal ini akan sangatmembantu terutama untuksampel dengan cemaran

    yang sangat tinggi. Umumnyapengencer yang digunakan

    adalah peptone water0,1%,buffer fosfat atau larutanringers (4 kali kuat), danpeptone 0,1% plus NaCL0,85% (ISO 6887:1983)

    Tahap pencampuran denganmedia (padat/ cair), mediapadat yang digunakanumumnya adalah Plate CountAgar (PCA) atau NutrientAgar(NA) sedangkan untuki n o k u l a s i s u s p e n s ihomogenat sampel ke dalammedia , tergantung denganmetode yang telah dipilih dankesesuaian dengan sifat

    sampel dan mikroba yangmungkin ada dalam sampel.Pada keadaan tertentu,media per lu d i tambahdengan bahan lain sepertiglukosa untuk Enterococcus,a t a u s e r u m u n t u kMycoplasmadan egg yolk.Untuk bakter i tertentumisalnya yang tidak tahanpanas terutama untukpencampuran dengan mediadengan suhu kira-kira 450C,dilakukan dengan metodesebar atau tetes dan suhuinkubasi rendah (misal.bakteri Psychrotroph danPsychrophiles)

    T a h a p i n k u b a s i d a npengamatan. Inkubasidilakukan pada suhu danlama yang sesuai dan kondisidibuat sedemikian rupadisesuaikan dengan sifat

    mikroba (kondisi aerob atauanaerob) :

    0 -100C untuk bakteriPsikrotrof dan Psikrofil 20-320C untuk bakteriSaprophtic mesophiles 35-370C (atau 450C)untuk bakteri parasitesmesofil 55-630C atau lebih tinggiuntuk bakteri Termofilik30-32

    0

    C (ISO 4833:1991) Interpretasi hasil.

    Metode Kualitatif (Pengkayaan)

    Pada metode kualitatif dilakukanperbanyakan (enr ichmentpengkayaan) terlebih dahulu dari

    sel mikroba yang umumnyadalam jumlah yang sangat sedikitdan bahkan kadang-kadangdalam kondisi lemah.Ada beberapa tahap yangdilakukan yaitu tahap pengkayaan(enrichment), tahap isolasi padamedia selektif, tahap identifikasidengan reaksi biokimia, dandilanjutkan dengan analisaantigenik atau serologi atauimmunologi dan bila diperlukandapat juga dilakukan identifikasiDNA bakteri dengan metode PCR(Polymerase Chain Reaction)

    Tahap pengkayaan

    Umumnya digunakan media cairyang berguna untuk memberikesempatan supaya bakteri dapattumbuh pada media pengkaya,karena bakteri lain juga dapattumbuh, maka dapat ditambahkan

    inhibitor untuk mencegah ataumenghambat pertumbuhanbakteri lain dan dilanjutkandengan menumbuhkan kembalibakteri dalam media selektif ataudifferensial. Pada keadaantertentu dimana bakteri sangatlemah perlu dilakukan terlebihdahulu tahap pra-pengkayaan(pre-enrichment) misalnya padau j i Sa lmone l l a a taupunEnterobacter sakazaki, dimanamedia ini mengandung cukupgizi yang non selektif. Tahap inid i m a k s u d k a n u n t u kmenyembuhkan/ menguatkansel bakteri yang sangat lemahatau sakit disebabkan oleh prosespengolahan makanan. Umumnyapada tahap pra-pengkayaandigunakan media Lactose Brothatau Buffered Pepton Water,walaupun kadang-kadang media

    ini belum tentu sesuai untuksemua jenis sampel.

  • 8/14/2019 Vol. 9, No. 2, Maret 2008

    6/12

    Badan POMINFOPOM

    Halaman 6Edisi Maret 2008

    Pada makanan kering seperti

    yeastdan susu bubuk, sampel

    hanya memerlukan rekonstitusi

    d a l a m a i r s u l i n g y a n g

    mengandung Brilliant Green.Sedangkan untuk sampel yang

    sangat berlemak seperti hasil

    olahan jeroan maka ke dalam

    media pra-pengkaya ditambahkan

    Tergitol 7 sehingga memudahkan

    dispersi lemak pada media.

    Tahap isolasi

    Setiap koloni atau galur mikroba

    yang akan diidentifikasi harus

    benar benar murni dan untuk

    mendapatkan biakan murnidigunakan media selektif yang

    memungkinkan untuk isolasi

    koloni mikroba tersangka

    berdasarkan pada karakter

    biokimia dari mikroba yang akan

    mempengaruhi sifat pertumbuhan

    bakteri pada suatu media spesifik.

    Identitas mikroba dapat dilihat

    dari pembentukan koloni yang

    spesifik pada media.

    Saat ini, perkembangan metodepengujian cepat (rapid test)

    dengan menggunakan media

    selektif sudah makin berkembang

    dimana pada media sudah

    ditambahkan suatu indikator/

    bahan kimia tertentu yang dapat

    MIKROBA MEDIA SELEKTIF PENGAMATAN KOLONI

    Escherichia col i EMB agar

    ENDO agar

    Koloni warna kehijauan dengan bintik hitamditengah koloni dan kilap logam

    Koloni warna merah dengan kilap logam

    Salmonella sp Koloni translucent dengan bintik hitam ditengahnya, dan

    dikelilingi zona transparan berwarna kemerahan

    Koloni dari tidak berwarna, merah muda hingga merah,dari translusen hingga keruh (opaque) dengan lingkaranmerah muda hingga merah.

    XLD agar

    BGA

    Koloni warna merah muda terang, translusent, denganatau tanpa pinggir koloni bergerigi atau kasar.

    Mac Conkey agarShigella sp

    Campylobacter mCCDA Koloni basah, berwarna abu - abu

    Staphylococcus aureus BP agar

    MSA

    Koloni warna hitam mengkilat, dikelilingi daerah keruh(opaque)

    Koloni cembung, warna kuning & warna media berubahmenjadi jernih

    Bacillus cereus MYP agar Koloni merah muda dikelilingi daerah keruh.

    Clostridium perfinges TSC agar Koloni berwarna hitam dengan daerah keruh berukuran2-4 mm di sekeliling koloni

    Vibrio cholerae TCBS agar Koloni besar (23 mm), halus, kuning, datar (agak pipih),bagian tengah keruh dan disekelilingnya translucens

    Vibrio parahaemolyticus TCBS agar + NaCl 3% Koloni bulat berdiameter 2- 3 mm dengan pusat warna

    hijau atau biru

    Listeria monocytogenes ALOA agar

    PALCAM agar

    Koloni biru hijau , dikelilingi halo (lingkaran) keruh

    Koloni berwarna abu-abu hijau dikelilingi halo (lingkaran)

    Enterococcus faecalis

    Enterobacter sakazakii

    Enterococci agar

    Chromocult E.sakazakii

    koloni kecil berwarna hijau kebiruan

    Koloni warna hijau toska, atau biru-hijau

    TABEL 1. MEDIA SELEKTIF UNTUK PENGUJIAN MIKROBA & KOLONI SPESIFIK

  • 8/14/2019 Vol. 9, No. 2, Maret 2008

    7/12

    Badan POMINFOPOM

    Halaman 7Edisi Maret 2008

    menandai adanya hasil reaksi

    enzimatis sehingga terbetuk

    warna atau fluoresensi sehingga

    media tersebut lebih spesifik lagi

    (misalnya media kromokult dan

    fluorokult). Contohnya media

    fluorogenik untuk deteksi E.coli

    dan kromogenik untuk deteksi

    E.sakazakiiyang sangat spesifik.

    Hal ini berdasarkan pada enzim

    yang berasal dari bakteri tersebutm i s a l n y a E . c o l i ( - D -

    g a l a k t o s i d a s e ) d e n g a n

    penambahan fluorogenic substrat

    4 -me thy lumbe l l l i f e r y l - -D -

    glucoronide akan suatu ikatan

    k o m p l e k s y a n g a k a n

    menghasilkan fluoresensibila

    dilihat dibawah cahaya ultraviolet

    dan E.sakazak i i ( -D-

    glukosidase) dengan substrat 5-Bromo-4-choloro-3-indolyl--D-

    g l u c o p y r a n o s i d e ) a k a n

    menghasilkan koloni dengan

    warna hijau torquise . Beberapa

    media selektif yang digunakan

    untuk pengujian mikroba dan

    koloni spesifik dapat dilihat pada

    Tabel 1.

    Pewarnaan Gram

    Selain isolasi dan identifikasi

    dilakukan juga pewarnaan Gram

    langsung terhadap koloni, baikGram positif maupun Gram

    negatif.

    Tahap konfirmasi

    Dilakukan dengan berbagai

    metode diantaranya :

    3 Konfirmasi dengan reaksi

    biokimia menggunakan media

    tertentu, karena setiap bakteri

    mempunyai karakter biokimiaspesifik. Prinsip dasarnya

    adalah enzim yang diproduksi

    mikroba akan mengdegradasi

    misalnya. karbohidrat, lipid,

    Kasein, dalam hal ini hasil

    1. Enterobacter sakazakiidalam

    Enterobacter sakazakiiagar.

    2. Salmonella spppada XLD agar

    3. Yersinia pada SS agar

    4. Vibrio choleraepada TCBS agar.

    5. Staphylococcus aureuspada

    Manitol Salt Agar.

    6. Shigella pada S6 Agar

    7. E.Colipada EMB Agar

    8. Bacillus cereuspada MYP Agar

    9. C. perfingenspada TSC Agar

    Keterangan gambar :

    GAMBAR 1

    KOLONI BAKTERI PADA BEBERAPA MEDIA SELEKTIF

    E. Coli

    B. Anthracis

    Gambar 2 :

    Pewarnaan gram pada bakteri Gram

    positif (B.Anthracis) dan Gram negatif

    (E.Coli)

  • 8/14/2019 Vol. 9, No. 2, Maret 2008

    8/12

    Halaman 8

    Badan POMINFOPOM

    metabolit dapat dilihat secara

    visual dengan adanya

    tambahan suatu indikator

    (gambar 3). Saat ini uji biokimia

    sudah banyak dibuat secara

    komersil dalam bentuk

    miniatur berupa kit dan hasil

    uji dapat dilihat secara visual

    dan interpretasi secara manualatau dapat menggunakan

    suatu program (komputer) dan

    alat yang yang sesuai seperti

    ELISA reader (gambar 4).

    3 Konfirmasi analisa antigenik

    menggunakan antisera atau

    immunologi berdasarkan

    adanya reaksi antigen dengan

    antibodi (misalnya. Enzyme

    Linked Immunosorbent Assay

    /ELISA) Karena antibodi

    hanya bereaksi dengan

    antigen yang sesuai, maka

    sifat ini juga digunakan untuk

    pengembangan tekn ik

    diagnostik. Hasil pengujian

    dapat diketahui/ dilihat secara

    visual sepert i adanya

    aglutinasi atau presipitasi atau

    terbentruknya warna yang

    dapat dilihat secara visual

    atau menggunakan alat

    ELISA READER a tau

    terbentuknya fluoresen yangdapat dilihat menggunakan

    b a n t u a n m i k r o s k o p

    fluoressein.

    3 Tahap selanjutnya merupakan

    identifikasi lebih sempurna

    yaitu typingsecara bakteriofag

    atau identifikasi menggunakan

    analis dengan DNA probe

    ataupun metode PCR(Polymerase Chain Reaction).

    3 DNA probe (Tehnik Pelacak

    A s a m N u k l e a t ) y a n g

    merupakan tehnik hibridisasi

    DNA bakteri dengan potongan

    DNA spesifik yang telahdilabel sehingga adanya

    daerah homolog dapat

    dideteksi dengan visualisasi

    radioaktif, fluorimeter dan

    kolorimeter. Tehnik ini sering

    digunakan untuk mendeteksi

    adanya gen patogen pada

    bakteri dengan menggunakan

    pelacak potongan DNAspesifik (misalnya pengkode

    toksin spesifik).

    3 Metode PCR (Polymerase

    Chain Reaction). Teknik

    penggandaan DNA ini dapat

    membantu dalam identifikasi

    bakteri maupun virus yang

    mencemari makanan. PCR

    adalah suatu teknik yangsangat menolong, setelah

    dilakukan prosedur yang

    c u k u p r u m i t u n t u k

    mendapatkan urutan DNA

    yang cukup. Teknik PCR inilah

    yang memungkinkan proses

    analisis DNA menjadi lebih

    cepat dibandingkan dengan

    melakukan tes DNA dengan

    cara konvensional. Dengan

    PCR, urutan DNA dapat

    digandakan (amplifikasi)

    hanya dalam waktu beberapa

    jam sampai kuantitasnya

    cukup untuk sebuah proses

    analisis, hasil penggandaan

    dapat d iv isua l i sas ikan

    menggunakan elektroforese

    dan Gel Documentation.Sekarang hasil amplifikasi

    Edisi Maret 2008

    Gambar 4 :

    ALAT ELISA READER

    Gambar 3REAKSI BIOKIMIA (INVIC)

    untuk E.Coli

  • 8/14/2019 Vol. 9, No. 2, Maret 2008

    9/12

    Halaman 9

    Badan POMINFOPOM

    dapat juga divisualisasikan

    menggunakan suatu alat

    khusus ( Bio Analizer) dimana

    tidak perlu digunakan lagi

    e lektroferese dan Gel

    Documentation Visualisasi

    berupa kurva dan pita/band

    (peak) (gambar 5). Metode

    PCR merupakan metode yang

    sangat sensitif dan spesifik

    dalam identifikasi bakteri

    karena menggunakan target

    gen spesifik bakteri.

    KESIMPULAN

    Definisi pangan mempunyai

    cakupan yang luas, oleh karena

    itu harus dilakukan upaya untuk

    mencegah pangan da r i

    kemungkinan tercemar baik dari

    cemaran biologis, kimia dan

    benda la in yang dapatmengganggu , merugikan dan

    membahayakan kesehatan

    manusia.

    Laborator ium Mikrobiologi

    PPOMN Badan POM dan Balai/

    Ba la i Besar POM te lah

    melaksanakan pengguj ian

    mikrobiologi pangan sebagai

    salah satu pelaksanaan kegiatan

    rut in pengawasan paska

    pemasaran (post marketing

    control) obat dan makanan dalam

    rangka menjamin mutu dan

    keamanan pangan yang beredar

    di Indonesia.

    Pengujian sampel makanan

    mengacu kepada persyaratan

    makanan yang telah ditetapkan

    dan metode yang digunakan

    sesuai dengan persyaratan yang

    diacu. Umumnya pengujian

    dilakukan secara kuantitatif dankualitatif.

    Identifikasi mikroba dilakukan

    dengan cara konvensional dan

    pengujian cara cepat.

    Disamping menggunakan reaksi

    biokimia, bi la diperlukankonfirmasi dapat dilakukan

    sampai deteksi DNA bakteri.

    (Dra. Sumaria Sudian, Apt)

    PUSTAKA

    Harriganw.F, Laboratorym e t h o d s i n F o o d

    M i c r o b i o l o g y , 1 9 9 8 ,

    Academic Press Ltd

    In ternat ional StandardOrganization 22964, IDF/RM

    210, first edition, Milk and

    Milk product- Detection

    Enterobacter sakazakii ,

    2006-02-01

    In ternat ional StandardO r g a n i z a t i o n 1 1 2 9 0 -1:1198/FDAM 1:2004 (E),

    Microbiology of Food and

    Animal Feeding Stuffs-

    Horizontal Method for The

    Detection and Enumeration

    of Listeria monocytogenes.

    International Organization forStandardization6461/2., 198,

    Water Quality Detectionand Enumeration of The

    Spores of Sulfite-Reducing

    Anaerobes (Clostridia)-Part

    2, Method by Membrane

    Filtration, 1st ed,.

    Rhodehamel, J.E and S.M.Harmon, Bacillus cereus. In

    Bacteriological Analytical

    M a n u a l O n l i n e , U SFDA/CFSAN, 2001.

    Edisi Maret 2008

    Gambar 5 :Visual isasi dar i band dan peak E. Sakazak i i menggunakan a lat Bio anal izer pada hasi l

    u j i sampl ing laborator ium Badan POM

  • 8/14/2019 Vol. 9, No. 2, Maret 2008

    10/12

    Halaman 10

    Badan POMINFOPOM

    Susu dan produk olahan susu merupakan produk pangan yang terkait erat dengan kehidupan sehari-hari

    masyarakat. Pada produk susu dapat ditambahkan berbagai vitamin dan mineral yang memang diperlukan

    tubuh, yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses metabolisme tubuh. Tanpa vitamin misalnya

    manusia, tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan pada kekurangan vitamin dapat timbul keadaan

    defisiensi vitamin yang ditandai dengan berbagai gejala .

    Beberapa waktu lalu, peredaran produk susu yang diperuntukkan untuk umur tertentu dengan menambahkanvitamin K semakin marak. Namun mengingat pola konsumsi pangan sehari-hari secara umum masih

    mencukupi kebutuhan vitamin K, sehingga defisiensi vitamin K belum menjadi masalah kesehatan dan

    bahwa vitamin K untuk tujuan tertentu pada produk pangan dapat membahayakan bila dikonsumsi oleh

    penderita kelainan pada kekentalan darah, maka pada bulan Januari 2008 Badan POM mengeluarkan

    Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.0256

    LARANGAN PENGGUNAAN VITAMIN K

    DALAM PRODUK SUSU

    Tentang Larangan Penambahan Vitamin K

    Dalam Produk Susu. (Peraturanselengkapnya dapat dilihat pada website

    Badan POM : www.pom.go.id)

    Dengan demikian semua iklan pangan yang

    mempromosikan manfaat vitamin K pada

    produk susu harus dihentikan sejak adanya

    peraturan ini . Sedangkan terhadap produk

    susu yang telah beredar pada saat

    diberlakukannya peraturan ini dengan

    mencantumkan klaim gizi dan kesehatan

    tentang vitamin K, diberi tenggang waktu 6

    (enam) bulan untuk menyesuaikan dengan

    peraturan ini. (PIOM)

    Edisi Maret 2008

    J A N G A N P A N I K . . .S e g e r a H u b u n g iS E N T R A I N F O R M A S I K E R A C U N A N ( S I K e r )

    Jl. Percetakan Negara No. 23Jakarta 10560

    Telp.: 021-4259945Fax.: 021-42889117Hp.: 081310826879

    e-mail: [email protected]: www.pom.go.id

    SIKER NASIONAL

    BADAN PENGAWAS OBAT & MAKANAN

    SENT

    RA

    INFO

    RMASI

    KERA

    CUNA

    N

  • 8/14/2019 Vol. 9, No. 2, Maret 2008

    11/12

    Halaman 11

    Terkait dengan hal tersebut diatas, maka Badan

    POM mengeluarkan Surat Keputusan Kepala

    Badan POM Republik Indonesia nomor

    HK.00.05.52.6291 tentang Acuan Label Gizi

    Produk Pangan. Dengan demikian Keputusan

    Kepala Badan POM nomor HK.00.05.5.1142

    tahun 2003 tentang Acuan Pencantuman

    Persentase Angka Kecukupan Gizi pada Label

    Produk Pangan dinyatakan tidak berlaku.

    Surat Keputusan Kepala Badan POM Republik

    Indonesia nomor HK.00.05.52.6291 tentang

    Acuan Label Gizi Produk Pangan dapat dilihat

    pada website Badan POM (www.pom.go.id)

    (PIOM).

    Badan POMINFOPOM

    Edisi Maret 2008

    Produk pangan merupakan produk yang tidak dapat lepas dari keseharian masyarakat. Seiring dengan

    meningkatnya pengetahuan dan tingkat pendidikan masyarakat, maka kepedulian terhadap kandungan gizi

    produk pangan yang dikonsumsinya juga semakin meningkat. Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan

    POM) melakukan pengawasan terhadap produk pangan berlabel yang beredar di Indonesia.

    Badan POM menetapkan bahwa pangan yang disertai pernyataan mengandung vitamin, mineral, dan atau

    zat gizi lainnya yang ditambahkan serta pangan yang wajib ditambahkan vitamin, mineral, dan atau zat gizi

    lainnya diharuskan mencantumkan keterangan tentang kandungan gizi yang dituliskan dalam persentase

    dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Dengan pencantuman kandungan gizi pada label produk pangan

    diharapkan masyarakat dapat lebih memperhatikan asupan gizinya dalam rangka mendapatkan makanan

    seimbang sesuai dengan kebutuhannya.

    ACUAN LABEL GIZI

    PRODUK PANGAN

    UNIT LAYANAN PENGADUAN KONSUMEN

    U L P K

    Ba da n POM

    KONSULTASI GRATIS

    Telp / Fax : 4263333

    E-mail : [email protected]

    atau hubungi

    ULPK

    di kantor Balai Besar / Balai POM

    di Seluruh Indonesia

  • 8/14/2019 Vol. 9, No. 2, Maret 2008

    12/12

    InfoPOM

    Penasehat : Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan ; Penanggung Jawab: SekretarisUtama Badan Pengawas Obat dan Makanan ; Pimpinan Redaksi : Kepala Pusat Informasi Obat danMakanan ; Sekretaris Redaksi : Dra. Reri Indriani; Tim Editor : Dra. Sri Hariyati, MSc, Dra.Elza Rosita, MM, Dra. Sylvia N Utama, Apt, MM, Dra. Dyah Nugraheni, Apt, Dra. HerminiTetrasari, MSi, Ellen Simanjuntak, SE, Yustina Muliani, S.Si, Apt, Dra. Murti Hadiyani, Dra.T. Asti Isnariani M.Pharm, Dewi Sofiah, S.Si , Apt, Arief Dwi Putranto, SSi, Dra. Yusra Egayanti,Apt ; Redaksi Pelaksana : Yulinar, SKM, Dra. Helmi Fauziah, SSi, Sandhyani E.D, S.Si, Apt, IndahWidiyaningrum, SSi, Eriana Kartika Asri, SSi, Denik Prasetiawati, SFarm; Sirkulasi : Surtiningsih, NettySirait

    Alamat Redaksi : Pusat Informasi Obat dan Makanan Badan Pengawas Obat dan Makanan,Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat, Telp. 021-4259945, Fax. 021-42889117, e-mail :[email protected]

    Redaksi menerima naskah yang berisi informasi yang terkait dengan obat, makanan, kosmetika, obattradisonal, komplemen makanan, zat additif dan bahan berbahaya. Kirimkan melalui alamat redaksidengan format MS. Word 97 spasi ganda maksimal 2 halaman kuarto. Redaksi berhak mengubah sebagianisi naskah untuk diterbitkan.

    ISSN

    1829-9334

    771829

    933428

    9