Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

85
VOL III Nomor 1 Feb 2008 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) PGRI Dewantara Jombang EKSIS Jurnal riset ekonomi dan bisnis

Transcript of Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Page 1: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

VOL III Nomor 1 Feb 2008

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi(STIE) PGRI DewantaraJombang

EKSISJurnal riset ekonomi dan bisnis

Page 2: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

JURNAL EKSISSEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

PGRI DEWANTARA JOMBANGVOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008

DAFTAR ISI

Willy Sugianto Pentingnya Pelayanan Prima Pada Lembaga Perguruan Tinggi

Rachyu Purbowati Pengaruh Variabel-Variabel Determinan Terhadap Audit Delay(ADE) dan Dampaknya Pada Reaksi Investor(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur dan Financial yang Listing di Bursa Efek Jakarta

Mey Juliana Penerapan Metode Kontrak Selesai pada Perusahaan Jasa Konsultan Teknik (Studi pada Konsultan CV. Sinduraya)

Titik Inayati Analisis Laporan Arus Kas Besar Seabagai Salah Satu Alat Bantudalam Pengambilan Keputusan Investasi Pada PT. IndofoodSukses Makmur, Tbk. (Studi Kasus di Butsa Efek Jakarta)

Abdul Rohim Pengaruh Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Berwisata(Studi pada Obyek Wisata Ubalan Pacet Mojokerto)

Nurdiana Pengaruh Kompetensi, Kreativitas, Persepsi dan Kondisi, PotensiWajib Pemungut Terhadap Efektivitas Penerimaan Retribusi Pasar

Siti ZuhrohArief Suprihono

Analisis Perilaku Konsumen Penggguna Produk Rokok LA Light di Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang

Erminati Pancaningrum, Suhariani *

Analisis Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan di MasyarakatDalam Mengambil Keputusan Kredit di PD. “BANK PASAR”Jombang

1

Page 3: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis EKSIS Volume III Nomor 1 Tahun 2008, yang diterbitkan oleh

STIE PGRI Dewantara Jombang hadir dengan memuat sejumlah artikel pilihan, baik artikel konseptual

maupun artikel laporan hasil penelitian.

Jurnal EKSIS ini dapat terbit karena adanya komitmen pemimpin STIE PGRI Dewantara

Jombang dan kerjasama berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih kami sampaikan. Penulis artikel

dalam terbitan kali ini tidak hanya dari kalangan internal maupun eksternal. Semoga misi utama jurnal ini

sebagai media informasi dan komunikasi dapat tercapai.

Semoga kehadiran jurnal ini bermanfaat bagi kita semua.

Jombang, 2008Ketua Jurnal Riset Ekonomi dan BisnisEKSIS

KATA PENGANTAR

2

Page 4: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Pelayanan yang baik selalu dimulai dari sikap

baik dan antusias pimpinan dosen dan karyawan yang

ada di lembaga Perguruan Tinggi untuk menjadi orang

baik, yang bisa memberikan kebahagiaan kepada

orang lain termasuk mahasiswa dan masyarakat

secara utuh dan total.

Untuk melakukan itu memang tidak mudah,

tetapi jika lembaga perguruan tinggi ingin eksis dan

dapat bersaing dengan perguruan tinggi lain untuk

mendapatkan mahasiswa, maka Pelayanan Prima

mutlak harus dilaksanakan.

Menurut berbagai survey, kajian dan

penelitian banyak yang menunjukkan bahwa baik

buruknya kualitas layanan merupakan salah satu

faktor yang menentukan maju atau mundurnya

eksistensi sebuah organisasi apakah itu organisasi

dalam perusahaan, pemerintahan, atau sebuah

lembaga.

Di berbagai Negara yang sudah maju juga

menunjukkan bahwa kemajuan ekonomi dan

kemampuan berkompetisi dalam percaturan ekonomi

global juga ditentukan oleh adanya layanan public

yang baik.

Bila kita masih menginginkan lembaga

Perguruan Tinggi eksis, maka kita berkewajiban untuk

terus mendorong dan mengarah agar layanan

berkualitas kepada mahasiswa dan masyarakat di

sekitar kita dapat dihadirkan.

Setaiap Perguruan Tinggi sudah saatnya

berbenah diri menuju kepada pelayanan yang

memuaskan mahasiswa yang tidak hanya sebatas

memuaskan panca indera mahasiswa, tetapi lebih

dalam lagi memuaskan indera pikiran, spiritual,

emosi, dan intelektual mahasiswa.

Sebenarnya bila baru sekarang kita

menyadari tentang pentingnya layanan prima yang

berkualitas termasuk sudah terlambat, karena dengan

adanya perubahan masyarakat yang begitu cepat

tentang kebutuhan dan keinginan untuk mendapatkan

pelayanan yang baik dan memuaskan jelas sangat

besar pengaruhnya dan membuat kita tertantang untuk

PENTINGNYA PELAYANAN PRIMA PADA LEMBAGA PERGURUAN TINGGI

Willy Sugianto

segera bersikap, jikalau kita tidak mau tertinggal,

apalagi mahasiswa dan masyarkat sekarang sudah

berpikir kritis dan kreatif bisa membedakan mana

lembaga yang bisa memberikan pelayanan yang

memuaskan dan mana yang tidak, semua itu untuk

menentukan pilihannya.

Oleh karena itu Lembaga Perguruan Tinggi

harus terus menerus berinovasi untuk meningkatkan

citra pelayanannya.

Seluruh karyawan harus bisa menjadi Public

Relation ( PR ) yang terbaik di dalam melayani setiap

karyawan harus bisa memberikan informasi,

penjelasan dan keterangan yang memuaskan hati dan

pikiran mahasiswa maupun masyarakat.

Setiap karyawan dan dosen harus memiliki

mindset untuk menjadi pribadi yang mampu berbicara

tentang segala kekuatan / keunggulan dan kebaiankan

lembaga kepada mahasiswa maupun masyarakat,

dengan demikian barulah pelayanan yang memuaskan

indera mahasiswa dan masyarakat bisa dimulai.

Masing-masing pribadi karyawan dan dosen

haruslah memiliki keunggulan diri yang unik yang

bisa menyentuh hati terdalam mahasiswa.

Keunggulan-keunggulan yang spesifik dan

pribadi ini harus menjadi nilai tambah setiap pribadi

buat baktinya kepada pelayanan mahasiswa terbaik.

Lembaga harus memiliki rasa peduli yang

tinggi untuk membina karyawan dengan nilai-nilai

kebaikan dalam setiap nafas kehidupan karyawan agar

karyawan terbiasa bersikap baik, hormat, sopan

santun dan selalu memberikan senyuman yang tulus

kepada mahasiswa dan semua orang yang kita jumpai.

Komitmen untuk melayani dengan baik

supaya mahasiswa puas harus ada, mulai dari

karyawan yang paling rendah sampai dengan

pimpinan perguruan tinggi , mulai dari satpam,

bagian-bagian perpustakaan, BAU, BAAK, LP4M,

keuangan, jurusan, dosen maupun pimpinan sesuai

dengan profesi dan pekerjaanya masing-masing, baik

itu pembayaran SPP, pembuatan kartu identitas, surat-

surat, KRS, KHS, Peminjaman Buku, dll.

Willy Sugianto, dosen STIE PGRI Dewantara

3

Page 5: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Setiap unit kerja di Lembaga Perguruan

Tinggi haruslah memperlihatkan produktivitas kerja

yang sempurna, lalu menciptakan mutu pelayanan

terbaik agar mampu memuaskan mahasiswa.

Pelayanan yang memuaskan mahasiswa,

wajib dibarengi dengan kebaikan sistem, prosedur,

teknologi, etika, mindset dan infrastruktur yang

memadai dan siap melayani mahasiswa dengan segala

sikap baik yang professional dan total, karena produk

yang berupa ilmu dan jasa pelayanan yang dijual

kepada mahasiswa haruslah disesuaikan dengan

manfaat dan kebutuhan mahasiswa, dengan harga

yang berdaya saing dan kualitasnya harus dapat

dipertanggungjawabkan.

Dari waktu ke waktu secara bertahap lembaga

perlu melakukan reposisi untuk meningkatkan

kualitas, reputasi, dan kredibilitas pelayanannya.

Apakah Pelayanan Prima pada Lembaga Perguruan

Tinggi ?

1. Pelayanan Prima adalah melayani

mahasisiwa dengan ramah,tepat dan

cepat.

2. Pelayanan Prima adalah pelayanan

opt imal dengan mengutamakan

kepuasan mahasiswa.

3. Pelayan Prima adalah kepedulian kepada

maha sisiw untuk memberikan rasa puas.

4. Pelayanan Prima adalah menempatkan

mahasiswa sebagai mitra.

5. Pelayanan Prima adalah upaya layanan

terpadu untuk kepuasan mahasiswa

Cara – cara yang dipakai untuk menimbulkan

kesan menerik dan simpatik bagi orang lain :

·Berpenampilan bersih dan rapi

·B e r t u t u r k a t a y a n g b a i k d a n

menyenangkan

·Membuat orang merasa penting

·Membicarakan kesukaan dan kesuksesan

orang lain yang sedang diajak bicara

·Tidak merasa rendah diri dan siap mental

untuk menerima kritikan

Menurut Asep Adya Barata ( 2004 )

Keberhasilan di dalam melayani tidak hanya

sekedar bertumpu pada kempuan saja tetapi juga

harus pula di dasarkan pada Power, Ability , Morality ,

Integrity dan Total Accountability.

1. Kekuatan ( Power )

Kekuatan ( Power ) adalah yang berkaitan

dengan kewenangan (otoritas) untuk

melakukan tindaka-tindakan yang yang

berkaitan dengan suatu dan kekuatan

kepribadian seseorang yang mejalankannya.

2. Kemampuan (Ability)

Seseorang yang melukan pelayananharus

mempunyai kemampuan yang baik juga harus

mengetahui pengetahuan dan ketrampilan

yang memadai dalam bidangnya.

3. Moral (Morality)

Moral dari seseorang yang melakukan

tindakan pelayanan harus baik karena

pelayanan yang baik hanya muncul dari

seseorang yang bermoral baik.

4. Integritas (Integrity)

Untuk menghasilkan pelayan prima

seseorang harus mempunyai integritas yang

tinggi terhadap pekerjaan dan organisasi

lembaga dimana ia bekerja

5. Tanggung jawab total (Total Accountability)

Seseorang harus dapat menjalankan tugas

pekerjaannya dengan sungguh-sungguh,

karena kesungguhan kerja merupakan wujud

tanggung jawab total baik bagi diri sendiri

organisasi / lembaga maupun mahasiswa.

Unsur-unsur kualitas pelayanan :

1. Penampilan , Personal dan Fisik

Penampilan harus menarik,bersih dan rapi

tutur kata dengan bahasa yang baik,familier

dalam perilaku,percaya diri.

2. Tepat waktu dalam janji

Da lam menyampaikan j an j i ha rus

diperhitungkan waktunya, jangan suka

mengumbar janji tetapi tidak pernah ditepati,

ini akan membuat orang tidak percaya.

4

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 20084

Page 6: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

3. Kesediaan melayani

Konsekuensi logis petugas harus benar-benar

bersedia melayani.

4. Kesopanan dan Ramah Tamah

Di tuntut adanya keramah tamahan yang

standart dalam melayani, sabar, tidak egois

dan santun dalam bertutur kata.

5. Kejujuran dan kepercayaan

Dalam penyelenggaraan pelayanan harus

transparan jujur dalam bentuk aturan,

pembiayaan dan penyelasaian waktu

sehingga dapat percayai dari segi sikap, tutur

katanya, dalam menyelesaikan akhir

pelayanannya dengan demikian ,akan

membuat orang puas.

6. Pengetahuan Dan Keahlian

Sebagai syarat untuk bisa melayani dengan

baik. Petugas harus mempunyai pengetahuan

dan keahlian. Oleh karna itu perlu pendidikan

dan pelatihan tertentu yang di syaratkan

dalam jabatan serta memiliki pengalaman

yang luas di bidangnya

Pelaksanaan pelayanan prima berdasarkan

konsep sikap, perhatian dan tindakan menurut Asep

Adya Barata ( 2004 ) adalah:

1. Pelayanan Prima berdasarkan konsep Sikap

Sikap mencerminkan perilaku atau gerak gerik

yang terlihat pada diri seseorang ketika ia menghadapi

suatu situasi tertentu atau ketika berhadapan dengan

orang lain atau bisa diartikan sebagai alur

pengekspresian perasaan dari seseorang kepada pihak

lain. Sikap bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir

sebab pemunculannya dapat terbentuk karena adanya

interaksi orang yang bersangkutan dengan berbagai

hal dalam lingkungan hidupnya atau melalui proses

sosial.

Sikap seseorang sangat di pengaruhi oleh berbagai

faktor termasuk wawasan pengatahuannya dan

ketrampilannya yang dapat meningkatkan

kemampuan diri seseorang antara lain :

·Mampu berkomunikasi dengan baik

·Mampu memposisikan diri dan beradaptasi

dengan lingkungan

·Memiliki daya kreatifitas

·Memahami pengetahuan dasar hubungan

interpersonal dan psikologi sosial.

·Memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang

sesuai dengan bidang tugasnya.

·Mampu mengendalikan emosi

Eagly dan Himmerfalb ( 1978 ) mendefisinikan

sikap sebagai kumpulsn perasaan , keyakinan dan

kecenderungan perilaku yang secara relative

berlangsung lama yang ditujukan kepada orang, ide ,

obyek dan kelompok orang tertentu.

Jadi sikap meliputi 3 aspek yaitu Keyakinan ( Aspek

Kognitif ) , Perasaan ( Aspek Afektif ) dan Perilaku (

Aspek Konitif ).

Pelayanan Prima berdasarkan konsep sikap

Attitude adalah Suatu layanan dengan menonjolkan

sikap yang baik dan menarik meliputi :

1. Melayani dengan penampilan yang serasi

2. Melayani dengan berfikir positif

3. Melayani pelangganm dengan sikap

menghargai

2. Pelayanan Prima berdasarkan konsep Perhatian

Perhatian atau atensi ( attention ) adalah sikap

yang menunjukkan kepedulian terhadap sesuatu atau

minat seseorang terhadap sesuatu. Pada umumnya

orang suka diperhatikan dan dihargai

Pelayanan Prima berdasarkan konsep perhatian

meliputi :

1. Mendengarkan dan memahami kebutuhan

seseorang

2. Mengamati perilaku seseorang

3. Mencurahkan perhatian penuh kepada orang lain

3. Pelayanan Prima berdasarkan konsep Tindakan

Selain sikap dan perhatian tindakan perlu

dilakukan,sebab semua tanpa tindakan adalah bohong

dan percuma.

3. Pelayanan prima berdasarkan konsep tindakan

meliputi :

5

Page 7: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

1. Mencacat mempertegas dan mewujudkan

semua apa yang di butuhkan , diharapkan

dan di inginkan oleh seseorang baik

customer, pelanggan maupun relasi kita

supaya mereka puas.

2. Pernyataan terimakasih dengan ungkapan

yang tulus, dengan suatu harapan tetap

terjalin hubungan yang baik dengan

costomer, pelanggan maupun relasi dengan

kita.

Kepuasan Pelanggan

Pelanggan disebuah lembaga perguruan

tinggi adalah mahasiswa dan masyarakat , karena

apabila kita memberikan pelayanan yang baik dan

mambuat mereka puas meka akan merekomendasikan

kepada orang lain yang mereka jumpai untuk masuk

ke lembaga kita. Yang di maksud dengan kepuasan

menurut Ricard Oliver adalah hasil dari penilaian

customer atau pelanggan bahwa produk atau

pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan

dimana tingkat pemenuhan harapan bisa dilakukan,

dan dirasakan , oleh karena itu kita harus bisa

memenuhi harapan dari konsumen kita, peran

karyawan sangat panting dalam menciptakan

kepuasan pelanggan.

Kualitas pelayanan yang baik sering kali

hanya dapat di mungkinkan apabila terdapat

teamwork yang baik. Banyak kesalahan yang

menyebabkan pelanggan tidak puas dalam sebuah

perusahaan karna tidak adanya teamwork antara

bagian klaim dan bagian penjualan atau dengan

bagian pengiriman (Handi Irawan .D,MBA, M Com.

2002). Pentingnya pelayanan prima dalam sebuah

lembaga perguruan tinggi .

Mengingat begitu pentingnya pelayanan

prima yang dapat berpengaruh terhadap kepuasan dan

berdampak pada relasi , maka saat ini baik itu

perusahaan swasta, instansi pemerintah di organisasi

dan lembaga pendidikan, pelayanan prima menjadi

prioritas utama yang harus dilaksanakan.

Mengapa di lembaga perguruan tinggi

penting karena begitu ketatnya persaingan untuk

mendapatkan mahasiswa, demikian juga masyarakat

sekarang sudah sangat kritis untuk menentukan

pikiran akan kuliah di perguruan tinggi yang

berkualitas baik secara fisik baik itu berupa gedung,

sarana prasarana maupun dalam memberikan

pelayanan,

Kalau lembaga ingin eksis dan di minati oleh

masyarakat sebagai calon mahasiswa maka kunci

utama adalah memberikan pelayanan prima baik

kepada mahasiswa maupun masyarakat sekitar

kampus maupaun luar kampus.

6

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 20086

Page 8: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Atep Adya Barata (2004) ”Dasar-Dasar Pelayanan Prima”, Penerbit PT. Elex Media Komputindo,

Kelompok Gramedia Jakarta.

Abdurrachman Oemi (1995) “Dasar-Dasar Public Relation”, Bandung : Citra. Aditya Bakti

Burnet. Ken (1987) “Strategi Kemitraan Pelanggan, (Strategi Customer. Allianees)”, Jakarta PT. Elex. Media

Komputindo.

Foster, R.v, Timothy (1999). “101. Ways to BOOST Customer Satisfaction (VOI, Cara Meningkatkan

Kepusan Konsumen)”, PT.Elex. Media kompuitindo: Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

PENGARUH VARIABEL- VARIABEL DETERMINAN TERHADAP AUDIT

DELAY (ADE) DAN DAMPAKNYA PADA REAKSI INVESTOR

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur dan Financial yang Listing di Bursa

Efek Jakarta)

RACHYU PURBOWATI

Abstract

This study analyzes the influence of these variables to the audit delay determinan(ADE) based considerations

that researchers want to know what factors cause the company's internal settlement of the audit period, which

can affect the accuracy of the information. Testing techniques by using the software Visual Partial Least

Squart version 1.04 (visual PLS 1.04)

Based on the findings of the first test shows the size of the company affect the ADE, the second type of auditor

opinion the effect to ADE, the third type of effect on the company ADE, ADE, and the fourth effect on investor

reaction. Thus, the results can be concluded that the four lines is significant, while the second path that is not a

significant variable loss/income and debt variables.

Keywords: Audit delay, investor reaction

PENDAHULUAN

Dengan semakin berkembangnya pasar

modal di Indonesia pada saat ini yang ditandai dengan

berkembangnya perusahaan-perusahaan yang go

publik maka hal ini mengakibatkan permintaan akan

audit laporan keuangan semakin meningkat. Hasil

audit atas perusahaan publik mempunyai konsekuensi

dan tanggung jawab yang besar. Adanya tanggung

jawab yang besar ini memacu auditor untuk bekerja

secara profesional.

Laporan keuangan auditan merupakan

media yang dipakai manajemen dalam berkomunikasi

dengan masyarakat lingkungannya. Auditor dituntut

untuk menyelesaikan laporan auditan tepat waktu

(Mulyadi, Kanaka, 1988). Ketepatan waktu

pengungkapan laporan keuangan adalah hal yang

penting mengingat adanya bukti yang menunjukkan

bahwa kewajaran laporan keuangan merupakan

sumber informasi bagi investor di pasar modal

(Louder, 1992).

Ketepatan waktu (timelines) penyajian laporan

keuangan auditan menjadi prasyarat utama bagi

peningkatan harga pasar saham perusahaan tersebut.

Agar investor dapat lebih cepat memperoleh

informasi keuangan sebagai dasar pengambilan

k e r p u t u s a n s e r t a m e n y e s u a i k a n d e n g a n

perkembangan pasar modal khususnya di Indonesia,

Badan pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)

mengadakan penyempurnaan peraturan mengenai

penyampaian laporan keuangan tahunan. Keputusan

Ketua

BAPEPAM No. Kep-36/ PM/ 2003, No.

Peraturan X. K.2 tentang Kewajiban Penyampaian

Laporan Keuangan Berkala, menyatakan bahwa

laporan keuangan berkala disertai dengan laporan

Akuntan disampaikan kepada BAPEPAM selambat-

lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal

laporan keuangan tahunan atau tanggal neraca.

Dengan adanya perubahan peraturan tersebut auditor

dituntut untuk lebih cepat dalam menyelesaikan

laporan auditannya.

Perbedaan waktu antara tanggal laporan

keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan

keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu

penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor.

Perbedaan waktu ini dalam audit sering dinamai audit

delay (ADE). Dalam penelitian-penelitian lain audit

delay disebut dengan istilah durasi audit (Givoly dan

Palmon,1982) dan Audit report lag (Knechel dan

Payne, 2001)

Rachyu Purbowati, dosen STIE PGRI Dewantara

7

Page 10: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Halim (2000), Dyer dan McHugh (1975)

membagi keterlambatan penyajian laporan keuangan

auditan atau lag menjadi:

1. Preliminary lag, yaitu antara berakhirnya

tahun fiskal sampai dengan tanggal

diterimanya laporan keuangan pendahulu

oleh pasar modal.

2. Auditor signature lag, yaitu interval antara

berakhirnya tahun fiskal sampai dengan

tanggal yang tercantum dalam laporan

auditor.

3. Total lag, yaitu interval antara berakhirnya

tahun fiskal sampai dengan tanggal

diterimanya laporan keuangan tahunan

publikasi oleh pasar modal.

Lamanya waktu penyelesaian audit ini dapat

mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut

dipublikasikan sehingga berdampak pada reaksi pasar

t e rhadap ke te r l amba tan in fo rmas i dan

mempengaruhi tingkat ketidak pastian keputusan

yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan.

Penelit ian Chambers dan Penman (1984)

menunjukkan bahwa pengumuman laba yang

terlambat menyebabkan abnormal return sedangkan

yang lebih cepat menyebabkan yang sebaliknya.

Dengan berdasarkan uraian di atas latar

belakang penelitian yang diuraikan sebelumnya,

penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris

pengaruh ukuran perusahaan, rugi atau laba usaha,

rasio utang, jenis opini auditor, dan jenis perusahaan

terhadap audit delay (ADE), dan pengaruh audit

delay (ADE) terhadap reaksi investor.

TINJAUAN PUSTAKA

Agency Theory

Teori ini menyatakan bahwa dalam

pengelolaan perusahaan, selalu ada konflik

kepentingan. Pertama, manager dan pemilik

perusahaan, kedua manager dan bawahannya dan

ketiga pemilik perusahaan dan kreditor. Oleh karena

itu, dibutuhkan pihak yang melakukan proses

pemeriksaan. Dalam agency theory, pemilik

perusahaan membutuhkan audi to r un tuk

memverifikasi informasi yang diberikan manajemen

kepada pihak perusahaan dan sebaliknya manajemen

memerlukan auditor untuk memberikan legitimasi

atas kinerja yang mereka lakukan dalam bentuk

laporan keuangan sehingga mereka layak

mendapatkan insentif atas kinerja tersebut. Di sisi

lain, kreditor membutuhkan auditor untuk

memastikan bahwa uang yang mereka kucurkan untuk

membiayai kegiatan perusahaan, benar-benar

digunakan sesuai dengan persetujuan yang ada

sehingga kreditor bisa menerima bunga dari prinsipal

dari pinjaman yang diberikan.

Information Theory

Alasan tentang audit bisa dijawab dengan

Information Theory (shanen Claude dalam Novieta,

2008). Teori ini menyatakan bahwa informasi

keuangan yang diaudit sangat bermanfaat bagi

keputusan investasi. Oleh karena itu, permintaan akan

adanya audit timbul dari kebutuhan akan adanya

informasi yang berkualitas karena hal tersebut pada

akhirnya dipercaya akan meningkatkan kualitas

pengambilan keputusan. Walaupun tidak secara

eksplisit dinyatakan, studi Blackwell et.al (1998)

mendokumentasikan keterakitan antara teori ini

dengan permintaan adanya audit. Blackwell et.al

(1998) memeriksa keterkaitan antara penggunaan jasa

audit oleh perusahaan privat yang meminjam dana

dari bank dengan rendahnya bunga pinjaman yang

dikenakan terhadap perusahaan tersebut .

Kebermanfaatan informasi akan menentukan

keefektifan pencapaian tujuan pelaporan keuangan,

informasi akuntansi dikatakan bermanfaat apabila

informasi tersebut benar-benar dapat digunakan

dalam pengambilan keputusan investasi. Laporan

keuangan merupakan salah satu sumber informasi

yang berperanan penting dalam bisnis investasi di

pasar modal. Setiap perusahaan yang go public

diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan.

Givoly dan Palmon (1982) menilai

ketepatan waktu laporan keuangan merupakan

determinan penting bagi tingkat kemanfaatan laporan

itu sendiri. Mereka meneliti ketepatan waktu dari

berbagai aspek seperti implikasi ketepatan waktu

untuk tindakan pengaturan (regelation action) dan

desain penelitian. Untuk tujuan pengaturan, ketepatan

waktu pelaporan keuangan merupakan hal yang

8

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 20088

Page 11: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

penting untuk menentukan persyaratan batas waktu

yang cukup wajar (misalnya 90 hari).

Hubungan kedua teori tersebut adalah

menjelaskan fenomena permintaan audit yang dapat

dipakai untuk proses pemantauan dan pemeriksaan

terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak

dinilai lewat kinerja keuangannya dan kebutuhan akan

adanya informasi yang berkualitas karena hal tersebut

pada akhirnya dapat dipakai sebagai dasar

pengambilan keputusan bagi investor.

Peranan Akuntan dalam Pasar Modal

Sesuai dengan lampiran ketua BAPEPAM,

maka setiap perusahaan yang akan go public

diharuskan untuk menyajikan laporan keuangan yang

telah diaudit oleh akuntan publik. Akuntan publik

bertanggung jawab atas kewajaran laporan keuangan

berdasarkan prinsip akuntan yang berlaku umum yang

telah disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

Pada hasil akhir dari auditing ini, akuntan

publik harus membuat laporan audit yang memuat

suatu pernyataan pendapat mengenai laporan

keuangan yang telah diauditnya secara keseluruhan

atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat

diberikan. Pernyataan yang diberikan oleh akuntan

publik di dalam laporan auditnya sangat memberikan

peranan penting di dalam pasar modal dikarenakan

seorang investor dalam mengambil keputusan di pasar

modal akan mempertimbangkan semua informasi

yang didapatnya, termasuk salah satunya adalah

pendapat yang telah diberikan akuntan publik.

Audit Delay (ADE)

Ketepatan waktu penerbitan laporan

keuangan auditan merupakan hal yang sangat penting

khususnya untuk perusahaan-perusahaan publik yang

menggunakan pasar modal sebagai salah satu sumber

pendanaan. Beaver (1968) dalam Givoly dan Palmon

(1982) memberikan bukti empiris berkaitan dengan isi

informasi keuangan yang berupa pengumuman laba

sehingga investor akan menunda pembelian atau

penjualan sekuritasnya sampai dengan diterbitkannya

laporan keuangan auditan perusahaan. Manajer

perusahaan akan sangat menghargai jika auditor

mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

Namun, auditor memerlukan waktu yang cukup untuk

dapat mengumpulkan bukti-bukti kompeten yang

dapat mendukung opininya.

Audit Delay (ADE) atau dalam penelitian

sebagai audit reporting lag (ARL) dapat diartikan

sebagai selisih waktu antara berakhirnya tahun fiskal

sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit.

Definisi ini digunakan oleh Carslaw dan Kaplan

(1991), Ansah (2000), Hossain dan Taylor (1998),

Halim (2000), serta Ahmad dan Kamarudin (2001).

Di Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal

(BAPEPAM) dan Bursa Efek Indonesia (BEI)

menetapkan bahwa laporan keuangan tahunan harus

teraudit dalam waktu 90 hari serta harus diserahkan ke

BAPEPAM dan BEI untuk dipublikasikan. Hal ini

dapat dijadikan pedoman oleh auditor dan pihak

manajemen perusahaan publik bahwa batas waktu

minimal audit delay (ADE) adalah 90 hari (3 bulan).

Apabila ketepatan ini dilanggar, Bapepam akan

mengenakan sanksi bagi perusahaan yang tidak

mematuhinya.

Perusahaan yang menyampaikan informasi

lebih awal secara umum lebih menguntungkan dari

pada perusahaan yang menerbitkan informasi laporan

keuangan terlambat (Givoly dan Polman; 1982).

Beberapa faktor yang mempengaruhi penyampaian

informasi termasuk ketepatan laporan audit tahunan.

Wermet, et.al. (2000) memberi gambaran bahwa

seluruh perusahaan akan menunggu laportan audit

tahunan sebelum mengumumkan labanya. Walaupun

demikian, ketepatan laporan audit dan informasi laba

memiliki peran dalam menentukan waktu

penyampaian informasi.

Banyak perusahaan mempelajari waktu

menyajikan informasi audit tahunan untuk

mengetahui reaksi pasar berkaitan dengan keputusan

mengenai isu-isu atau perubahan pada kualifikasi

audit atas penyajian laporan keuangan perusahaan.

Hasil penelitian Halim (2000) menunjukan

rata-rata audit delay yang terjadi diIndonesia adalah

84 hari. Rata-rata ini tergolong lebih panjang bila

dibandingkan dengan hasil penelitian Givoly dan

Palmon (1982) dan Aston et.al (1987); Carslaw dan

Kaplan (1991), Ansah (2000), Hosain dan Taylor

(1998) serta Ahmad dan Kamarudin (2001).

Faktor–faktor yang diduga mempengaruhi audit delay

(ADE) antara lain ukuran perusahaan, laba atau rugi,

rasio utang, jenis opini auditor, dan jenis perusahaan.

9

Page 12: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Kerangka Konsep Penelitian

Gambaran mengenai konsep penelitian ini terlihat

dalam diagram berikut :

Gambar 3.1 Rerangka Konsep Penelitian

Lamanya waktu penyelesaian audit ini

dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi

tersebut dipublikasikan sehingga berdampak pada

reaksi pasar terhadap keterlambatan informasi

tersebut dan mempengaruhi tingkat ketidak pastian

keputusan yang didasarkan pada informasi yang

dipublikasikan.

3.1 Pengaruh variabel-variabel determinan

terhadap audit delay (ADE).

Pengaruh variabel-variabel determinan

terhadap audit delay (ADE) dilandasi

pertimbangan untuk mengetahui apa saja faktor-

faktor internal perusahaan yang menyebabkan

lamanya penyelesaian audit yang mana dapat

mempengaruhi ketepatan waktu informasi

tersebut. Berdasarkan penelitian-penelitian

terdahulu yang telah dilakukan seperti Courtis di

New Zaeland (1976) penelitian Gilling (1977),

penelitian Davies dan Whittred di Australia

(1980) menunjukan bahwa (ADE) memiliki

hubungan negatif dengan ukuran perusahaan,

indikator yang digunakan adalah total aktiva. Ini

berarti semakin besar nilai asset perusahaan

maka akan lebih cepat (ADE).

Pengaruh audit delay (ADE) terhadap reaksi

investor.

Laporan keuangan adalah salah satu

sumber potensial yang lazim digunakan oleh

para investor sebagai dasar pengambilan

keputusan penanaman modal, adanya informasi

10

yang dipublikasikan akan merubah keyakinan

para investor, hal ini dapat dilihat dari reaksi

pasar, harga saham dan reaksi tingkat

keuntungan. Laporan keuangan dikatakan

mempunyai kandungan informasi apabila

dengan dipublikasikannya laporan keuangan

akan menyebabkab para investor bereaksi untuk

melakukan penjualan atau pembelian saham,

selanjutnya reaksi tersebut akan tercermin dalam

perubahan return saham diseputar tanggal

publikasi laporan keuangan. Reaksi investor

diproksikan dengan abnormal retur dan trading

volume activity. Investor merupakan pihak yang

berkepentingan terhadap laporan tahunan

sebagai salah satu sumber informasi dalam

melakukan keputusan investasi.

Pengaruh variabel-variabel terhadap audit delay

(ADE).

a. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan mempengaruhi lamanya

audit delay (ADE) karena kegiatan pengauditan

sangat bergantung pada ukuran perusahaan yang

diaudit Boyton dan Kell (2003) menyatakan

bahwa audit delay (ADE) akan semakin lama

apabila ukuran perusahan yang akan diaudit

semakin besar. Hal ini berkaitan dengan

banyaknya sampel yang harus diambil dan

semakin luasnya prosedur yang harus ditempuh.

Alasan lain adalah perusahaan berskala besar

juga memiliki sumber daya untuk membayar fee

yang relatif tinggi sehingga dapat menekan

auditor untuk memulai pekerjaannya lebih awal

dan menyelesaikan audit tepat waktu bila

dibandingkan perusahaan kecil (Ahmad dan

Kamarudin 2001)

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat

rumusan hipotesis alternatif sebagai berikut:

Ha1 = Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap

audit delay (ADE).

b. Rugi atau Laba

Penelitian ADE (Bamber et al. 1993) dalam

Wermet et al (2000) telah menemukan bahwa

perusahaan yang mengalami kerugian

mempunyai pengalaman untuk menyelesaikan

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200810

Page 13: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

audit lebih lama. Selanjutnya perusahaan yang

mengalami rugi bersih akan selalu

mengantisipasi kerugian dalam akhir tahun

fiskal dengan melakukan suatu penggabungan

isu-isu yang komplek dengan suatu kerugian dan

juga sumber untuk pendapatan yang tidak

tercatat dilakukan sebelum akhir tahun. Audit

delay (ADE) cenderung lebih panjang bagi

perusahaan yang menggunakan tahun buku 31

Desember memiliki hubungan yang lama

dengan KAP atau mengumumkan rugi usaha

(Naim 1998). Berdasarkan penelitian Kaplan

(1991) perusahaan yang melaporkan kerugian

mungkin akan meminta auditor untuk mengatur

waktu auditnya lebih lama dibandingkan

biasanya.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dibuat

rumusan hipotesis yang akan diajukan terhadap

laba atau rugi usahanya ini adalah: Ha2 = Rugi

laba berpengaruh terhadap audit delay (ADE).

c. Rasio utang

Rasio utang terhadap total aktiva diduga

memiliki hubungan yang positif dengan audit

delay . Tingginya rasio utang terhadap total

aktiva akan meningkatkan kemungkinan

bangkrutnya sebuah perusahaan dan akan

membuat auditor berpikir bahwa laporan

tersebut kurang dapat diandalkan dari pada

perusahaan yang memiliki rasio utang normal.

Pengauditan terhadap utang lebih

memakan waktu dan lebih rumit dari pada

pengauditan ekuitas ( Carslaw dan Kaplan,

1991), sedangkan Husain dan Taylor

menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki

rasio utang yang tinggi ingin menyamarkan

tingkat resikonya dan mungkin akan menunda

pegauditan.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat

dibuat rumusan hipotesis yang akan diajukan

terhadap rasio utang: Ha3 = rasio utang

berpengaruh terhadap audit delay(ADE).

d. Jenis Opini Auditor

Whittred (1980) menyelidiki dampak

laporan audit dengan opini wajar dengan

11

pengecualian terhadap ketepatan pelaporan

tahunan perusahaan di Australia. Auditor akan

mengeluarkan kualifikasi laporan audit jika

d a l a m m e n j a l a n k a n a u d i t n y a g a g a l

mengkonfirmasi kepatuhan klien terhadap

peraturan yang berlaku dan standar professional

yang relevan dan hasilnya kualifikasi audit dapat

mengakibatkan penundaan pelaporan karena dua

hal pertama, kualifikasi masih jarang di Australia

dan kualifikasi dianggap sebagai tanda akan

k i n e r j a m a n a j e m e n y a n g b u r u k .

Konsekuensinya, manajemen merasa enggan

untuk menerima kualifikasi audit dan auditor

juga enggan memberikannya .

Hasil penelitian Ahmad dan Kamarudin

(2003), serta Subekti dan Widiyanti (2003)

menemukan bukti bahwa jenis pendapat auditor

(unqualified opinion) berpengaruh positif

terhadap audit delay. Laporan keuangan yang

memperoleh opini wajar tanpa pengecualian

(unqualified) memiliki audit delay lebih pendek.

Indikasi kearah pemberian pendapat selain

unqualified opinion menyebabkan audit delay

lebih lama. Whittred (1980) dalam Naim (1999)

menyatakan bahwa auditor akan mengeluarkan

kualifikasi laporan audit jika dalam menjalankan

auditnya gagal mengkonfirmasikan kepatuhan

klien terhadap peraturan yang berlaku.

Kualifikasi ini bisa diberikan dalam beberapa

bentuk, yaitu pendapat dengan pengecualian,

pendapat penolakan, dan pernyataan tidak

mampu untuk memberi pendapat.

Berdasarkan bukti-bukti empiris dan

argumen yang telah disebutkan dapat dibuat

dugaan bahwa perusahaan yang menerima

pendapat non standart opinion yaitu perusahaan

yang menerima pendapat wajar dengan

pengecualian, pernyataan tidak memberi

pendapat, pernyataan tidak memberikan

pendapat dan pendapat tidak wajar akan

terlambat dalam mempublikasikan laporan

keuangannya.

Ha4 = Jenis opini auditor berpengaruh terhadap

audit delay (ADE).

Page 14: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

12

e. Jenis perusahaan

Yang dimaksud jenis perusahaan adalah

mengelompokan perusahaan pada bidang

tertentu. Dalam penelitian ini kelompok industri

dibagi dua yaitu kelompok perusahaan

manufaktur ( yang mempunyai persediaan

barang dan kelompok perusahaan finansial yang

tidak mempunyai persediaan barang) sejalan

dengan penelitian Ashton et al (1987), Cartslaw

dan Kaplan (1991), Ahmad dan Kamarudin

(2001), dan penelitian Halim (2000), klasifikasi

penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu

perusahaan manufaktur dan finansial.

Penelitian-penelitian yang menguji pengaruh

jenis perusahaan terhadap audit delay

menemukan bukti bahwa audit delay pada

perusahaan manufaktur lebih panjang dibanding

perusahaan finansial. Alasan yang mendasar

adalah perusahaan-perusahaan manufaktur

memiliki saldo persediaan (inventory) yang

signifikan sehingga audit yang dilakukan

cenderung membutuhkan waktu lebih lama,

dilain pihak perusahaan-perusahaan finansial

memiliki aktiva yang kebanyakan berbentuk

moneter sehingga mudah diukur bila

dibandingkan dengan aktiva tidak berwujud

sehingga audit atas aktiva ini cukup sulit

dilakukan dan kesalahan material sering terjadi

Anthoni dan Govidarajani, 2000 :629 (dalam

Widiyanti, 2003).

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat

dibuat rumusan hipotesis yang akan diajukan

terhadap Jenis perusahaan ini adalah:

Ha5 = Jenis perusahaan berpengaruh terhadap

audit delay (ADE).

Pengaruh audit delay (ADE) terhadap reaksi

investor

Abnormal return merupakan kelebihan dari

return yang sesungguhnya terjadi terhadap return

normal. Abnormal return berfungsi sebagai alat

pengukur reaksi pasar. Suatu pengumuman dinilai

mempunyai kandungan informasi jika memberikan

abnormal return kepada pasar, dan sebaliknya

pengumuman yang tidak memiliki kandungan

informasi tidak akan memberikan abnormal return

kepada pasar (Hartono, 2004: 410).

Audit delay dapat dipakai untuk menjelaskan

relevansi kegunaan informasi pada laporan

keuangan sehingga mempengaruhi pengambilan

keputusan diidasarkan pada informasi yang

dipublikasikan. Perusahaan yang menerbitkan

informasi lebih awal secara umum lebih

menguntungkan dari pada perusahaan yang

menerbitkan laporan keuangan terlambat.

Salah satu informasi yang dianggap relevan

oleh para investor adalah ketepatan laporan

keuangan perusahaan. Laporan keuangan adalah

salah satu informasi publik yang dapat digunakan

untuk merevisi dan mendeteksi harga sekuritas

seperti saham, obligasi dan sekuritas lainnya jika

pelaku pasar modal menggunakan laporan

keuangan sebagai informasi yang relevan dalam

pengambilan keputusan investasi, seharusnya

laporan keuangan yang diumumkan pada publik

mampu mempengaruhi harga sekuritas. Dengan

kata lain pasar bereaksi terhadap pengumuman

laporan keuangan.

Pengujian terhadap reaksi pasar melalui

indikator harga dan volume perdagangan saham

lebih dikaitkan dengan pengujian terhadap

hipotesis efisiensi pasar yang efisien akan

tercermin dari cepatnya investor bereaksi terhadap

masuknya informasi baru, yang mana bila pelaku

pasar modal menganggap informasi tersebut

sebagai informasi yang baik (god news), maka akan

ada reaksi investor yang tercermin melalui

peningkatan harga saham maupun volume

perdagangan saham (Hartono, 2003; 374).

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis

selanjutnya dalam penelitian ini adalah:

Ha6 = Audit delay (ADE) berpengaruh terhadap

reaksi investor

METODE PENELITIAN

Populasi Penelitian.

Populasi penelitian adalah perusahaan-

perusahaan manufaktur di Indonesia yang listed di

BEI pada tahun 2006, Penelitian memanfaatkan

data sekunder dalam bentuk laporan keuangan yang

diterbitkan oleh perusahaan publik dan catatan

lainnya, sampel dipilih dengan menggunakan

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200812

Page 15: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

No Kriteria Jumlah perusahaan

1

2

3

Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ

per 31 Desember 2006

Perusahaan manufaktur dan financial

Perusahaan manufaktur dan financial yang

tidak memenuhi kriteria

342

170

111

Jumlah akhir sampel 59

Tabel 4.1 kriteria pemilihan objek penelitian:

4.2. Objek Penelitian

Objek penelitian menurut Hartono (2004: 61)

merupakan suatu entitas yang akan diteliti. Penentuan

objek penelitian disesuaikan dengan tema penelitian.

Oleh karena itu, daftar perusahaan dalam penelitian

ini telah diseleksi sedemikian rupa sehingga layak

dijadikan objek penelitian.

13

Berdasarkan seleksi yang telah dilakukan,

diperoleh 59 perusahaan sebagai objek penelitian

dengan kriteria sebagai berikut:

1. Obyek penelitian merupakan perusahaan yang

terdaftar di BEI per 31 Desember 2006.

Perusahaan yang terdaftar di BEI adalah

perusahaan publik yang wajib untuk melaporkan

Laporan Keuangan Auditan.

2. Obyek penelitian harus merupakan perusahaan

yang termuat dalam daftar direktori laporan

tahunan per 31 Desember 2006.

3. Obyek penelitian merupakan perusahaan sampel

dalam perusahaan bidang manufaktur dan

finansial. Perusahaan sampel memiliki total

asset di atas Rp500 milyard.

Metode Pengumpulan Data dan Sumber Datanya

Metode pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah strategi arsip, yaitu data

dikumpulkan dari catatan basis data yang sudah ada

(Hartono, 2004: 81). Sumber data dalam penelitian ini

adalah sumber data sekunder. Data sekunder

merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara

(diperoleh dan dicatat oleh orang lain). Data sekunder

umumnya berupa bukti, catatan historis yang telah

disusun dalam arsip (data dokumenter) yang

dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan

(Indriantoro dan Supomo,2002:147).

Waktu amatan penelitian ditentukan pada tahun 2006

dengan alasan bahwa tahun 2006 merupakan peneliti

bisa mendapatkan data terbaru berupa laporan

tahunan. Penelitian ini dilakukan tahun 2006, sedang

data base BEI terakhir dimutakhirkan tahun 2007

yang berisi laporan tahunan dan laporan keuangan

tahun 2006. Pengamatan terhadap reaksi investor

menggunakan periode 11 hari, yaitu hari-5 sampai

dengan hari +5 tanggal publikasi laporan tahunan.

Penentuan waktu amatan tersebut merujuk pada

penelitian Dwi (2004).

Metode Statistik Yang digunakan

Sebagaimana telah dijelaskan dalam

rerangka konsep penelitian bahwa tema penelitian ini

membahas tentang audit delay yang menyangkut

faktor internal dan eksternal perusahaan kedua aspek

metode purposive sampling didasari pertimbangan

agar sampel data yang dipilih memenuhi kriteria

untuk diuji (Indriantoro dan Supomo, 2002: 131).

Perusahaan sampel diseleksi dengan kiriteria sebagai

berikut:

1. Mempublikasikan laporan keuangan auditan

periode 2006. Publikasi laporan keuangan

auditan 2006 didasarkan pada ketentuan

BAPEPAM bahwa setiap emiten atau

perusahaan publik wajib menyampaiakan

laporan keuangan yang disertai dengan

laporan akuntan (laporan auditor independen)

2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan

per 31 Desember. Ketentuan ini diambil

karena sebagaian besar perusahaan di

Indonesia memakai 31 Desember sebagai

tanggal penutupan laporan keuangan.

3. Perusahaan sampel adalah perusahaan

manufaktur dan financial. Kelompok

perusahaan financial adalah terdiri atas

perusahaan yang bergerak dalam bidang

perbankan. Pengelompokan ini didasarkan

pada penelitian sebelumnya (Ashton,

et.al.,1987, Carslaw dan Kaplan, 1991).

Penelitian mereka tidak memasukan bidang

real estate dan property dalam sampel

penelitian. Perusahaan real estate dan

property ini memiliki karakteristik operasi

dalam dua bidang usaha sekaligus, yaitu

memproduksi barang dan penyedia jasa

Page 16: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

14

4.7.7 Reaksi Investor (RI)

Reaksi investor diukur dengan menggunakan

indikator abnormal Return dan perdagangan saham

1. Abnormal Return (AR)

Abnormal Return adalah selisih antara return

sesungguhnya (actual return) dengan expected

return. Abnormal return digunakan untuk melihat

harga saham pada event window untuk tiap-tiap

hari sekitar tanggal peristiwa. Abnormal return

Gambar 4.1 Model Penelitian

ADE

RIDEB

T

UO/NUO

M/F

AR

TVA

R/L

Rut

OP

JP

R/L

TA

UP

tersebut, yaitu pengaruh variabel-variabel

determinan terhadap audit delay (ADE) dan pengaruh

audit delay (ADE) terhadap reaksi investor.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, yaitu

tema penelitian dan nilai data maka metode statistik

yang digunakan adalah menggunakan salah satu

software untuk menyelesaikan persamaan struktural

selain Amos dan Lisrel yaitu software Partial Least

Squart (PLS). PLS selain dapat digunakan sebagai

konfirmasi teori juga dapat digunakan untuk

membangun hubungan yang belum ada landasan

teorinya atau untuk pengujian proposisi.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.

Penelitian ini menggunakan 7 variabel dan

tiap-tiap variabel diukur dengan menggunakan

indikator tertentu. Berikut ini tabel 4.2 yang berisi

ringkasan variabel penelitian beserta indikatornya:

4

Jenis Opini

Jenis Opini ( UO/NUO)

1=unqualified opinion

0=selain unqualified opinion

5

Jenis perusahaan

Jenis perusahaan (M/F)

1= manufaktur

0= financial

6 Audit Delay Jumlah hari antara akhir tahun fiskal (31

Desember) sampai diterbitkannya tanggal

laporan audit perusahaan

7 Reaksi Investor a. abnormal Return (AR)

b. Trading Volume Activ ity (TVA)

Tabel 4.2 Variabel dan indikator Penelitian

No

Variabel

Indikator

1

Ukuran perusahaan

Log

TA

2

Rugi/laba

(R/L)

1= laba

0= rugi

3 Rasio utang DEBT

Total utang/total assetX100%

dihitung dengan persamaan: (Hartono,2000:416)

ARit = Rit-E [Rit]

Keterangan :

Arit = abnormal return saham ke-i pada

periode hari ke-t

R = Return sesungguhnya yang terjadi it

untuk saham ke-i pada hari ke-t

E [Rit] = Return yang diharapkan saham ke-i

untuk hari ke-t

2. Volume perdagangan (TVA)

Aktivitas volume perdagangan digunakan

untuk melihat apakah investor individual menilai

informasi untuk membuat keputusan perdagangan

yang normal. Perubahan Volume perdagangan

saham diukur berdasarkan volume perdagangan

saham harian diperdagangkan sampai batas akhir

pada satu hari tertentu dan pengukuran ini

digunakan dengan didasarkan pada suply-demand

analysis dengan menggunakan Trading Volume

Activity (TVA) dengan rumus sebagai berikut:

Menghitung aktivitas volume perdagangan (TVA)

saham.

TVA = Ó saham i yangdiperdagangkan i,t

Ó saham i beredar pada hari t

Model Empiris

Terdapat 6 hipotesis yang diuji dalam

penelitian ini. Keenam hipotesis tersebut melibatkan 7

variabel dan 8 indikator. Bentuk model indikator

dalam penelitian ini adalah refleksif. Menurut Gozali

(2006.7) model refleksif mengasumsikan bahwa

konstruk atau variabel laten mempengaruhi indikator

(arah hubungan kausalitas dari kontruk keindikator

atau manifest). Bentuk model hubungan antar

variabel dan indikator dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200814

Page 17: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

16

Tabel 5.3 Jenis Perusahaan

frequency Percent Valid Percent Cumulatif

Percent

Valid financial

Manufaktur

Total

23

36

59

39,0

61,0

100,0

39,0

61,0

100,

39,0

100,0

Sumber : Data diolah

Audit Delay (ADE) atau dalam penelitian

sebagai audit reporting lag (ARL) dapat diartikan

sebagai selisih waktu antara berakhirnya tahun fiskal

sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit.

Hasil penelitian deskriptif menunjukkan bahwa rata-

rata audit delay dalam penelitiian ini adalah 76,70

hari, sedangkan yang paling rendah adalah 29 hari dan

paling lama adalah 107 hari dengan standar

deviasi16.87

Reaksi Investor merupakan Variabel yang

keenam digunakan dalam penenelitian ini, reaksi

investor diukur dengan menggunakan dua indikator,

Model empiris yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

ADE = á0+á1UP+á2R/L+á3RuT + á4OP +á5JP+å1

RI = Y0+ Y1ADE+ å2

Keterangan

ADE = Audit delay

UP = Ukuran perusahaan

R/L = Rugi/laba

RUT = Rasio utang

OP = Opini auditor

JP = Jenis perusahaan

RI = Reaksi investor

á0 = Intercept

á1...... á5 = Koefisien regresi

å = error

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data

Sampel dalam penelitian ini adalah 59

perusahaan yang terdiri dari perusahaan

Manufaktur dan Financial.

Deskripsi data dapat dijelaskan sebagai berikut: Nilai total asset minimum adalah 26,956 dan nilai total asset maksimum adalah 33.220 dengan standar deviasi sebesar 1.710. Dari sampel 59 perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini, mayoritas perusahaan yang diteliti tergolong laba, yaitu sebanyak 54 perusahaan atau 91.5 %. Sedangkan 5 perusahaan yang diteliti tergolong rugi dengan prosentase 8.5%. Berikut adalah tabel yang menunjukkan deskripsi data indikator

R/L.

frequency

Percent

Valid Percent Cumulatif

Percent

Valid

rugi

Laba

total

5

54

59

8,5

91.5

100

8,5

91,5

100

8,5

100,0

Tabel 5.1 Rugi/ Laba

Sumber : Data diolah

Rasio utang merupakan variabel ketiga dalam

penelitian ini diduga memiliki hubungan yang positif

dengan ADE. Variabel ini diukur dengan

menggunakan rumus yaitu :

DEBT =:∑total utang X 100%

∑total asset

DEBT minimum adalah .110 dan nilai DEBT

maksimum adalah .1980 dengan standar deviasi

sebesar .352 dan mean .656

Jenis Opini Auditor merupakan variabel

keempat yang diteliti, perusahaan yang diberikan

opini selain unqualified, yaitu sebanyak 3 perusahaan

atau 5,1 % Sedangkan perusahaan yang dan diberikan

opini unqualified sebanyak 56 dengan prosentase

94,9%. Variabel ini merupakan variabel dummy, yaitu

1 untuk perusahaan yang diberikan opini unqualified

dan 0 untuk perusahaan yang diberikan opini selain

unqualified. Berikut adalah tabel yang menunjukkan

deskripsi data.

Jenis perusahan merupakan variabel ke lima

yang diteliti, yang tergolong manufaktur, yaitu

sebanyak 36 perusahaan atau 61% Sedangkan

perusahaan yang tergolong financial sebanyak 23

perusahaan dengan prosentase 39 %. Variabel ini

merupakan variabel dummy, yaitu 1 untuk perusahaan

manufaktur dan 0 untuk perusahaan financial. Berikut

adalah tabel yang menunjukkan deskripsi data

indikator M/F

Page 18: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

yaitu Abnormal return (AR) dan Trading Volume

Activity (TVA). Berikut penjelasan deskripsi tiap-tiap

indikator tersebut: Dari 59 perusahaan yang diteliti,

nilai AR terendah adalah -177 dan nilai tertinggi

adalah 0,91 Rata-rata nilai AR dari 59 perusahaan

yang diteliti adalah 0,03 dengan standart deviasi

sebesar .041 Trading Volume activity (TVA) Dari 59

perusahaan yang diteliti nilai TVA terendah adalah

.000 nilai dan nilai tertinggi adalah .147 dengan

standart deviasi sebesar .029 dan rata-rata (mean)

sebesar 0.15.

Hasil Uji Hipotesis

Pengujian outer model (measurement)

Terdapat tiga kriteria yang digunakan dalam

penilaian outer model yaitu convergent validity,

discriminant validity, dan composite realibilitty,

Berikut penjelasan untuk tiap-tiap penilaian tersebut:

a. Convergent validity

Convergent validity dari model pengukuran

dengan indicator refleksi dinilai berdasarkan

korelasi antar item score/component score dengan

construct score yang dihitung dengan PLS.

Ukuran refleksi individual dikatakan tinggi jika

berkorelasi lebih dari 0,50 dengan konstruk yang

ingin diukur pada penelitian ini menunjukkan

bahwa seluruh nilai loading factor tiap-tiap

indicator adalah lebih dari 0.5 sehinggga hasil

tersebut telah memenuhi convergent validity.

b. Discriminant validity.

Langkah selanjutnya adalah menilai discriminant

validity indicator refleksi. Discriminant validity

dari model pengukuran dengan refleksi indicator

dinilai berdasarkan cross loading pengukuran

lebih besar dari pada konstruk. Jika imperelasi

konstruk dengan item pengukuran lebih besar

daripada ukuran konstruk lainnya, hal tersebut

menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi

ukuran pada blok mereka lebih baik dari pada

penilaian cross loading tersebut. Pada penelitian

ini menunjukan bahwa seluruh nilai loading

factor tiap-tiap indicator adalah lebih dari 0.5

sehinggga hasil tersebut telah memenuhi

Discriminant validity

18

c. Composite realibilty

Langkah selanjutnya adalah uji composite

reliability dari blok indicator yang mengukur

konstruk. Hasil composite realibility menunjukan

nilai yang memuaskan yaitu tiap-tiap kontruk,

menunjukkan bahwa model yang dibentuk adalah

baik karena nilai composite realibility lebih besar

dari 0,7

Pengujian Inner model atau model structural

Model s t ruc tura l d ieva luas i dengan

menggunakan R-square test untuk predictive

relevance, dan uji t serta signifikansi dari koefisien

parameter jalur structural.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai R-

Square konstruk RI 0.209 dan ADE 0.262 lebih besar

dari cut-off value PLS sebesar 0.2 sehingga bisa

dikatakan model layak untuk diestimasi.

Berikut tabel yang menunjukan hasil uji hipotesis

Kriteria HasilNilai

Kritis

Evaluasi

Model

Outer Model

AR 0.676Convergent Validity

TVA

0.973?0,5 Baik

UP

1.000

LR

1.000

DEBT

1.000

OP

1.000

JP

1.000

ADE

1.000

RI

1.000

AR 0.676

Discriminant validity

(Average Variance Extracted

(AVE) setiap konstruk lebih

besar daripada nilai korelasi

antara konstruk)

TVA 0.973

?0,5 Baik

UP

1.000

LR

1.000

DEBT

1.000

OP 1.000

JP 1.000

ADE 1.000

Composite Reliability (rc)

RI 0.715

?0,7 Baik

Inner Model

RI 0.209R-Square

ADE 0.262?0,2 Baik

Tabel 5.4 Evaluasi Kriteria Indeks Kesesuaian Model Struktural

Sumber: Hasil olahan data primer (2008)

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200816

Page 19: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Sumber: Hasil olahan data primer (2008)

Tabel 5.5. Hasil Pengujian Hipotesis

H

Pengaruh

Koef

PathT hitung Simpulan

Ha1

ukuran perusahaan (UP)

à

Audit Delay (ADE) 0.333 1.788 Dierima

Ha2

rugi laba (R/L)

à

Audit Delay (ADE) -0.057 0.486 Ditolak

Ha3

rasio utang (DEBT)

à

Audit Delay (ADE) 0.049 0.428 Ditolak

Ha4 jenis opini auditor (OP) àAudit Delay (ADE) -0.289 2.194 Diterima

Ha5 Jenis perusahaan (JP) àAudit Delay (ADE) 0.416 2.191 Diterima

Ha6 Audit Delay (ADE) àReaksi Investor (RI) -0.330 2.074 Diterima

* signifikan pada level 5%, nilai t Tabel pada level 5%= 2.001

** signifikan pada level 10%, nilai t Tabel pada level 10%= 1.671

19

Gambar 5.1 Hasil Pengujian Model Struktural

Sumber: Hasil olahan data primer (2008)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

bahwa terdapat empat jalur yang memiliki nilai t

statistik lebih dari 1,67, yaitu pengaruh ukuran

perusahaan terhadap ADE, pengaruh jenis opini

auditor terhadap ADE, pengaruh jenis perusahaan

rehadap ADE, dan pengaruh ADE terhadap reaksi

investor. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

keempat jalur tersebut signifikan pada pada 0,05 serta

serta memiliki koefisien parameter masing-masing

0.333, -0.289, 0.416, dan -0.330 sedangkan kedua

jalur yang lain memperoleh nilai t statistik kurang

dari 1,67.

Hipotesis yang diterima adalah:

a. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ADE

b. Jenis opini auditor berpengaruh terhadap ADE

c. Jenis Perusahaan berpengaruh terhadap ADE

d. Audit Delay (ADE) berpengaruh terhadap reaksi

investor

Hipotesis yang ditolak adalah:

a. Rugi laba (R/L) berpengaruh terhadap ADE

b. Rasio utang (DEBT berpengaruh terhadap ADE

Berdasarkan Tabel 5.5, maka persamaan

strukturalnya sebagai berikut:

ADE = 0.333UP – 0.057LR + 0.049 DEBT –

0.289OP + 0.416JP

RI = - 0.330ADE

Keterangan:

UP = ukuran perusahaan, RL = rugi laba, DEBT =

rasio utang, OP=jenis opini auditor, JP=Jenis

perusahaan, ADE = Audit Delay, RI = Reaksi

Investor, AR = Abnormal Return, dan TVA=Trading

Volume Activities.

Hasil Pengujian Hipotesis

Hasil analisis yang telah dilakukan terhadap uji

pengaruh antar konstruk tersebut seperti diuraikan

memperhatikan diagram jalur hasil analisis PLS pada

tahap akhir maka untuk mempermudah melihat secara

sederhana, dapat digambarkan hubungan antar

konstruk tersebut. Berikut ini Gambar model yang

menunjukkan hasil pengujian model Struktural:

Page 20: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Pembahasan.

Berdasarkan analisis data, dari 6 hipotesis yang

diajukan 4 hipotesis yang diterima dan 2 hipotesis

yang ditolak. Berikut ini ringkasan hasil pengujian

hipotesis yang telah dilakukan:

Simpulan

1. Variabel-variabel yang terbukti berpengaruh

terhadap ADE adalah ukuran perusahaan,

jenis opini auditor, jenis perusahaan,

sedangkan dua variabel lainnya tidak terbukti

berpengaruh terhadap ADE, yaitu variabel

rugi laba dan variabel rasio utang.

2. Terdapat reaksi investor atas audit delay

melalui pengujian abnormal return dan

volume perdagangan saham

Implikasi Penelitian

Penelitian ini telah memberikan temuan

positif bagi berbagai pihak yang berkepentingan

yaitu:

1. Investor

Investor merespon dengan baik informasi-

informasi yang disajikan oleh perusahaan dalam

laporan tahunan terutama laporan keuangan. Semakin

lambat l aporan keuangan yang te raud i t

dipublikasikan maka ternyata memberikan pengaruh

positif terhadap abnormal return dan volume

21

perdagangan saham yang ditunjukkan dengan

terjadinya perubahan jumlah perdagangan saham dan

abnormal return pada seputar publikasi laporan

tahunan . Hal ini berarti kelambatan dalam publikasi

laporan keuangan yang teraudit memberikan signal

yang buruk bagi investor dalam menilai kinerja

perusahaan sehingga bisa mempengaruhi keputusan

investasi. Simpulan ini juga dapat mengindikasikan

semakin lama penyelesaian audit semakin buruk

investor menilai kinerja perusahaan.

2. Perusahaan

Sebaiknya perusahaan memperhatikan

penyebab faktor-faktor yang bisa mempengaruhi

kelambatan laporan keuangan, karena kelambatan

laporan keuangan yang teraudit dipublikasi bisa

berdampak terhadap keputusan investasi.

Saran

1. Sebaiknya pihak direksi yang bertanggung

jawab atas laporan keuangan memperhatikan

sungguh-sungguh mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi audit delay, dengan cara

merencanakan pekerjan audit dengan sebaik-

baiknya agar audit delay dapat ditekan

seminimal mungkin.

2. Jangka waktu penerbitan yang diberikan

Bapepam yaitu selama sembilan puluh hari,

sebaiknya diperpendek agar lebih relevan

mengingat penerbitan laporan keuangan diluar

negeri lebih pendek dari Indonesia.

3. Kepada pihak perusahaan sebaiknya dalam

penunjukkan penugasan audit dilakukan jauh

hari sebelum tahun buku berakhir dan memberi

keleluasan kepada pihak auditor agar pihal

auditor dapat merencanakan waktu sebaik

mungkin sehingga laporan keuangan auditan

dapat diterbitkan secepat mungkin yang berarti

memperpendek audit delay.

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200818

Page 21: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

REFERENSI

Ahmad, R.A.R ; Kamarudin (2001) Audit Delay and

The Timeliness of Corporate Reporting :

M a l a y s i a n e v i d e n c e h t t p :

/ /www.Hibucbusiness .org/b i 2003

proceeding/ Khairul 20 Kamarudin202.pdf

Arens, AA ; JK Loebbeck, (1996) Auditing, Abadi, Y.

(adaptasi) Pendekatan terpadu Edisi

Indonesia Jakarta Salemba

Arixs, (2008) Skripsi Teori Akuntansi dan Manajemen

Keuangan ht tp: /ar i sx thecooles t .

blogspot.com/ 2008/03

Ashton, R.H; P.R. Willingham; R.K. Elliott (1987),

An Empirical Analysis of Audit Delay

.Journal of Accounting Research .(Autumn)

275-292

Belkaoui, A (2006) Accounting Theori. Fifth edition.

T h o m s o n L e a r n i n g S i n g a p o r e .

Diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto:

Teori Akuntansi Buku satu, Edisi Kelima.

Salemba Empat , Jakarta.

Boyton WC ; SH Kell (2003) Modern Auditing Edisi

(Ketujuh).Jakarta Erlangga

Carslaw, C.A.P.N ; S.E. Kaplan (1991) An Empirical

Analyisis Of Audit Delay .Further evidence

from New Zealand. Accounting and

Busness research, (Winter), 21 -32

Davies B ; Whittred G.P, (1980) : The Association

Between Selected Corporate Atribute and

Timelines Incoporate Reporting: Further

Analysis, Abacus, p.48-60

Dwi ,S (2004).Dampak Publikasi Laporan Keuangan

Terhadap Perilaku Return Saham Di Bursa

Efek Jakarta http:/Dwi thecoolest.

blogspot.com/ 2008/03

Dyer, J.D.; A. J. MCHugh (1975).The Timeliness of

The Australian Report ,Journal of

Accounting Research (Autums),p.204-219.

22

Givoly, D ; Palmon. (1982) Timeliness of Annual

Earnings Announcement : some Empirical

Evidence, The accounting Review (July),p

486-508

Ghozali I, 2001 Aplikasi Analisis Multivariate

Dengan Program SPSS, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Halim, Varianada (2000). Faktor-faktor yang

mempengaruhi Audit Delay , Jurnal Bisnis

dan Akuntansi .No.1, p.63-75

Hossain, M.A. ; P.J. Taylor (1998) An Examination

Of Audit Delay:Evidence From Pakistan .

http //www3.bus.osaka-cu.ac.jp /apira 98 /

archives / pdf.

Hartono, J (2000 ) Teori portopolio dan analisis

investasi, Edisi 3. BPFE UGM, Jogjakarta

Hakanson, D.M,1977, Timeslines in Corporate

reporting: Some further comment,

accounting and Bissiness Research, Winter,

p34-36

Ikatan Akuntansi Indonesia, (2000). Standar

Akuntansi Keuangan Jakarta : PT Salemba

Empat.

Indriantono, N. ; Bambang, S. (2002) Metodologi

Penelitian Bisnis : Untuk akuntansi Dan

Manajemen, Jogjakarta :BPFE Fakultas

Ekonomi UGM

Jakarta Stock Exchange (JSX) fack Book 2005-20,

www.jsx.co.id pokok BEI Universitas

Brawijaya Malang .

Jusup, A (2001) Auditing (Pengauditan) Buku I.

Yogjakarta STIE YKPN.

Knechel ,W.R. ; Payne, J.L.(2001), Research Notes

additional Evidence on Audit Report

Lag.Auditing A Journal of Practise &

Theory.20(1):137-146

Na'im, A .1999. Nilai Informasi Ketepatan Waktu

Page 22: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Penyampaian Laporan keuangan: Analisis

Empirik Regulasi Informasi di Indonesia

,jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No.

2,p.85-100

N u n i n g . T ( 2 0 0 5 ) ; ” F a k t o r - f a k t o r y a n g

mempengaruhi audit delay : Studi Empiris

pada Peusahaan Manufaktur di Bursa Efek

Jakarta, Skripsi S1, Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi Dewantara , Jombang

Novieta, (2008) Kenapa Ada Audit Penjelasan Dari

Sisi Permintaan. http/File /local host/F)

Santoso, S (2003) Mengatasi bebagai masalah

Statistik dengan SPSS versi 12.0. Jakarta :

Elex Media Kompitindo

Sovie, Riskia Meita. (2005) Analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi Audit Delay:

Suad Husnan (1998) Dasar-dasar Teori Portofolio

d a n A n a l i s S e k u r i t a s . C e t a k a n

pertama,UPP AMP YKPN.

Sudrajad, MSW. (1998) Ekonometrika Pemula.

Cetakan kedua .Bandung CV Amico.

Subekti, I. ; Widiyanti N.W. (2003). Faktor-Faktor

Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay

Di Indonesia, Prosiding Simposium

Nasional Akuntansi VII.p.1004-1015

Wermet, J.G, Dodd, J.L.; Doucet, T.A.(2000). An

Empirical Examinatuin of Audit Report

Lag Using Client And Audit Firm Cycle

Times, Working paper

23

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200820

Page 23: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Indonesia saat ini sedang giat-giatnya

melakukan pembangunan di segala bidang, banyak

aktivitas yang dilakukan di bidang politik, ekonomi,

sosial dan budaya yang semuanya menunjang

berhasilnya pembangunan. Sejalan dengan ini maka

makin meningkat pula kebutuhan akan sarana dan

prasarana sebagai tempat aktivitas tersebut.

Pen ingka tan t a r a f keh idupan dan

kesejahteraan merupakan indikator keberhasilan

pembangunan. Ketersediaan sarana dan prasarana

fisik yang memadai akan semakin mempermudah

pencapaiannya. Pembangunan prasarana transportasi

harus dilaksanakan guna memenuhi tuntutan

peningkatan taraf ekonomi dan kecerdasan

masyarakat. Semua itu akan tercapai jika perencanaan

yang matang digunakan. Perencanaan teknis yang

benar dan akurat yang diimbangi dengan pengawasan

pelaksanaan pembangunan akan menjadikan umur

konstruksi lebih lama atau sesuai dengan rencana

berdasarkan kaidah teknis perencanaan.

Untuk memenuhi sarana dan prasarana di

suatu desa yang beberapa tahun ini sangatlah kurang

terutama jalan lingkungan, dalam konteks

pembangunan ekonomi perlu ditingkatkan jalan

tersebut sehingga kelancaran komunikasi dan arus

Abstract

The politic situation in Indonesia force the government to care the and responsive to its citizen, hear what they

need and try to make it become true and those can be read as good chance for the property's company, one of

them is CV.Sinduraya technique consultant. From the research known that finishing percentage contract is

compatible for long-term project and for one finishing contract is compatible for short-term project.

PENERAPAN METODE KONTRAK SELESAI

PADA PERUSAHAAN JASA KONSULTAN TEKNIK

(STUDI PADA KONSULTAN CV. SINDURAYA)

distribusi dapat berjalan dengan baik dengan

demikian kegiatan masyarakat dapat terpenuhi.

Perusahaan konsultan adalah perusahaan-

perusahaan yang ikut berperan dalam pembangunan

sarana dan prasarana tersebut. Dan dalam kaitannya

dengan pembangunan dan perkembangan ekonomi

mempunyai peran sangat besar dalam tersedianya

sarana dan prasarana pembangunan seperti pada

sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor

pertambangan, dan sektor-sektor lainnya.

Seperti badan usaha lainnya, perusahaan

konsultan teknik juga harus melaporkan keberhasilan

manajemennya dalam bentuk laporan keuangan pada

setiap periode akuntansi. Dalam hal ini perusahaan

akan menghitung laba rugi operasional dan akan

dibandingkan antara pendapatannya dan biaya-biaya

yang terjadi dan telah dikeluarkan selama periode

tersebut.

Perusahaan memerlukan metode pengakuan

pendapatan yang tepat supaya laporan keuangan akan

mencerminkan hasil usaha yang layak dan wajar

dalam periode berjalan. Laporan keuangan yang

disajikan juga harus sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan yang berlaku agar tidak menyesatkan para

pemakai laporan tersebut dalam proses pengambilan

keputusan.

Mey Juliana

24

Page 24: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Proyek-proyek yang dikerjakan oleh

konsultan teknik yang bersangkutan merupakan

proyek-proyek dari pemerintah Kabupaten Jombang.

Proyek dari Pemerintah harus selesai dikerjakan pada

akhir tahun, karena setiap melakukan tutup buku juga

harus menutup anggaran pemerintah. Oleh karena itu

untuk perusahaan konsultan ini menggunakan metode

kontrak selesai.

TINJAUAN TEORI

Pengertian Perusahaan Jasa Konsultansi

Konstruksi

Jasa konstruksi merupakan salah satu

kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya

yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian

berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya

pembangunan nasional. Berbagai peraturan

perundang-undangan yang berlaku belum

berorientasi baik kepada kepentingan pengembangan

jasa konstruksi sesuai dengan karakteristiknya yang

mengakibatkan kurang berkembangnya iklim usaha

yang mendukung peningkatan daya saing secara

optimal, maupun bagi kepentingan masyarakat.

Dengan dasar pertimbangan tersebut, akhirnya

Pemerintah menetapkan Undang-undang yang

mengatur tentang jasa konstruksi yaitu UU No. 18

Tahun 1999.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia

No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, yang

dimaksud dengan jasa konstruksi adalah layanan jasa

konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi,

layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan

layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan

konstruksi. Bidang usaha jasa konstruksi tersebut

mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal,

elektrikal dan atau tata lingkungan, masing-masing

beserta kelengkapannya.

a. Perencana Konstruksi

Adalah penyedia jasa orang perseorangan atau

badan usaha yang dinyatakan ahli yang

profesional dibidang perencanaan jasa konstruksi

yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam

bentuk dokumen perencanaan bangunan atau

bentuk fisik lain.

b. Pelaksana Konstruksi

Adanya penyedia jasa orang perseorangan atau

badan usaha yang dinyatakan ahli yang

profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi

yang mampu menyelenggarakan kegiatannya

untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan

menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain.

c. Pengawas Konstruksi

Adalah penyedia jasa orang perseorangan atau

badan usaha yang dinyatakan ahli yang

profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi

yang mampu mewujudkan pekerjaan pengawasan

terhadap hasil perencanaan menjadi bentuk

bangunan atau bentuk fisik lain.

Metode Pengakuan Pendapatan

Dasar-dasar pengakuan pendapatan yang

dijelaskan pada bagian-bagian terdahulu, yang

relevan dengan pengakuan pendapatan untuk

perusahaan konsultansi adalah pengakuan pendapatan

selama berlangsungnya produksi.

Para ahli akuntansi telah menciptakan dua

metode pengakuan pendapatan yang digunakan pada

perusahaan konsultan. Metode tersebut disusun oleh

The AICPA Issuance pada tahun 1955, disitu

disebutkan bahwa dua metode yang umumnya

digunakan adalah :

1. The Percentage of Completion Method atau

Metode Persentase Penyelesaian.

M e n u r u t m e t o d e p e r s e n t a s e

penyelesaian, perusahaan akan mengakui

pendapatan dan beban sesuai dengan tingkat

kemajuan penyelesaian kontrak dan tidak

menunggu sampai kontrak selesai. Jumlah

pendapatan yang diakui didasarkan pada ukuran

tertentu dan kemajuan penyelesaian kontrak.

Pengukuran ini memerlukan suatu taksiran

mengenai biaya-biaya yang masih harus

dikeluarkan. Biaya-biaya yang sebenarnya

dikeluarkan dan laba yang akan diakui selama

periode pembangunan dibebankan pada

persediaan, yaitu bangunan dalam pelaksanaan.

Jika suatu perusahaan memproyeksikan suatu

kerugian atas kontrak sebelum penyelesaian,

jumlah seluruh kerugian harus segera diakui.

25

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200822

Page 25: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Inti dari metode ini adalah bahwa

pendapatan diakui secara proporsional dengan

kemajuan dari pekerjaan di bawah perjanjian

suatu kontrak. Yang menjadi titik perhatian dari

metode persentase penyelesaian adalah

bagaimana mengukur tingkat atau persentase

penyelesaian yang mendekati kenyataannya.

2. The Completed Contract Method atau Metode

Kontrak Selesai

Menurut metode kontrak selesai,

pendapatan baru diakui setelah suatu kontrak

selesai dikerjakan. Maksudnya disini bahwa

pendapatan baru diakui hanya jika penjualan

barang atau jasa telah selesai. Dengan demikian

jika dalam suatu periode akuntansi tidak ada

satupun kontrak yang diselesaikan maka tidak ada

pencatatan atas rugi laba kontrak.

Metode kontrak selesai sebaiknya

digunakan apabila suatu perusahaan terutama

mempunyai kontrak-kontrak jangka pendek,

apabila kondisi-kondisi untuk menggunakan

akuntansi persentase penyelesaian tidak dipenuhi,

atau apabila ada ketidakpastian yang melekat

dalam kontrak diluar resiko-resiko usaha yang

normal.

Kebaikan dari metode kontrak selesai

adalah laporan pendapatan didasarkan pada hasil

akhir, bukan merupakan taksiran pekerjaan yang

belum pasti, serta tidak dikenal adanya unsur

biaya tidak terduga juga tidak adanya

kemungkinan kerugian yang tidak dapat

diperhitungkan pada saat penetapan laba.

Sedangkan kelemahannya yaitu bahwa

metode itu tidak mencerminkan prestasi kerja

masa berjalan bila periode kontrak lebih dari satu

periode akuntansi, artinya bahwa pendapatan

belum akan dilaporkan sampai tingkat pekerjaan

terselesaikan, meskipun pekerjaan yang

dilakukan ada pada beberapa periode akuntansi.

Dari kedua macam metode pengakuan

p e n d a p a t a n t e r s e b u t , p e m b a h a s a n a k a n

dititikberatkan pada metode kontrak selesai dengan

anggapan bahwa bentuk tersebut lebih relevan dengan

permasalahan yang akan dibahas, yaitu pengakuan

pendapatan pada proyek yang memakan waktu tidak

lebih dari satu periode akuntansi.

KERANGKA KONSEPTUAL

Setiap perusahaan mempunyai metode dalam

pengakuan pendapatan untuk menentukan laba atau

rugi perusahaan. Metode yang diterapkan oleh

perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain

berbeda-beda. Semuanya tergantung dari kebijakan

yang diambil oleh manajemen perusahaan dan juga

disesuaikan dengan kondisi perusahaan masing-

masing.

Dalam sebuah perusahaan jasa konsultansi

konstruksi, pengakuan pendapatannya dilakukan

setelah kontrak selesai dikerjakan. Hal tersebut

dikarenakan metode tersebut sesuai dengan kondisi

perusahaan yang pekerjaannya tidak lebih dari satu

periode akuntansi. Pekerjaan jasa konsultansi

konstruksi meliputi pekerjaan perencanaan dan

pengawasan. Setelah pekerjaan perencanaan selesai

dilakukan, perusahaan bisa meminta pembayarannya

dengan dasar berita acara penyelesaian pekerjaan

yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.

Berita acara tersebut menjelaskan bahwa pekerjaan

perencanaan yang dilakukan oleh konsultan yang

bersangkutan telah mencapai 100 % atau pekerjaan

tersebut telah selesai dikerjakan. Dengan berita acara

tersebut, perusahaan bisa mencairkan dana termin I

yaitu sebesar 100 % dari nilai kontrak perencanaan.

Setelah melakukan pekerjaan perencanaan,

konsultan harus melakukan pekerjaan pengawasan

terhadap proses realisasi dari semua perencanaan

yang telah dibuat oleh konsultan. Proses realisasi

tersebut dilakukan oleh pelaksana konstruksi atau

yang lebih dikenal dengan sebutan kontraktor. Jadi

tugas dari konsultan adalah mengawasi pekerjaan

yang dilakukan oleh kontraktor agar kontraktor yang

bersangkutan tidak melakukan kecurangan-

kecurangan yang bisa merugikan semua pihak.

Jika proses dari realisasi perencanaan atau

pembangunan proyek telah selesai maka secara

otomatis pekerjaan pengawasan juga dianggap telah

selesai. Sehingga konsultan yang melakukan

pekerjaan pengawasan tersebut boleh melakukan

permohonan pembayaran atau pencairan dana dari

pekerjaan yang telah selesai dikerjakan. Untuk

pembayaran pekerjaan pengawasan merupakan

pencairan termin II.

26

Page 26: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Jenis penelitian sangat tergantung dari sudut

mana penelitian tersebut ditinjau. Penelitian yang

penulis lakukan tergolong penelitian deskriptif

kuantitatif. Dalam penelitian deskriptif pengukuran

variabel yang diperoleh berasal dari data masa lalu

dan data yang terjadi pada masa sekarang. Penelitian

deskriptif bermanfaat untuk mengetahui nilai-nilai

dari variabelnya tetapi tidak membuat perbandingan

dari variabel-variabel tersebut.

Obyek Penelitian Dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini adalah studi kasus pada sebuah

perusahaan jasa konsultansi konstruksi. Obyek yang

diambil dalam penelitian ini adalah metode

pengakuan pendapatan kontrak selesai yang

dilakukan oleh sebuah perusahaan jasa konsultansi

konstruksi.

Penentuan Populasi Dan Sampel

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

sebagai berikut :

a. Kontrak

b. Laporan Keuangan

c. Laporan Pajak

Dari data-data diatas telah didapatkan

populasi dari proses penelitian ini. Sedangkan

sampelnya diambil tahun 2008. Dari populasi dan

sampel di atas akan diolah sesuai kebutuhan penelitian

sehingga akan menghasilkan penelitian yang

diharapkan.

Jenis Data

Berdasarkan jenis penelitian yang telah

diuraikan di atas, maka jenis data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data-data

yang telah diperoleh oleh peneliti merupakan data

yang sudah jadi, sehingga tidak perlu lagi

menggunakan statistik untuk mengolah data tersebut.

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini

merupakan data sekunder. Karena data yang diperoleh

adalah berupa laporan keuangan sehingga tidak perlu

lagi menggunakan statistik untuk mendapatkan hasil

penelitian.

Sumber Data

Dilihat dari judul penelitian ini, maka data-

data yang didapatkan untuk proses penelitian ini

bersumber dari laporan keuangan yaitu neraca dan

laporan laba rugi. Neraca dan laporan laba rugi

diperoleh dari perusahaan yang menjadi objek

penelitian langsung karena perusahaan yang diteliti

tidak termasuk perusahaan yang go public sehingga

neraca dan laporan laba ruginya tidak diterbitkan di

media. Semua neraca dan laporan laba rugi tersebut

merupakan laporan keuangan tahunan yang diambil

satu tahun terakhir.

Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan da t a penu l i s

menggunakan metode field research yang berarti

pengumpulan datanya dilakukan dengan cara

penelitian langsung pada obyek yang akan diteliti.

Adapun teknik pengumpulan data dengan

menggunakan metode field research yang dipakai

adalah :

a. Interview/ Wawancara

Suatu alat atau cara untuk mengumpulkan data

informasi dengan cara mengajukan pertanyaan

kepada responden.

b. Dokumenter

Teknik pengumpulan data yang diperoleh dari

tulisan atau gambar yang berhubungan dengan

variabel yang diukur.

Teknik Analisis Data

Untuk penyusunan penelitian yang penulis

lakukan yaitu tentang pengakuan pendapatan pada

perusahaan konsultan lebih menekankan pada metode

kuantitatif, dimana data yang berhasil dikumpulkan

dari riset lapangan dan riset pustaka akan diolah,

disimpulkan, dan kemudian dianalisa.

HASIL PENELITIAN

CV. SINDURAYA merupakan konsultan yang

dalam melaksanakan kegiatannya berdasarkan

kontrak-kontrak yang diterimanya dari Pemerintah

Kabupaten Jombang. Kontrak-kontrak tersebut

berjangka waktu kurang dari satu tahun atau satu

27

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200824

Page 27: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

periode akuntansi, karena sistem dari Pemerintah

Kabupaten Jombang, setiap tutup buku akhir tahun

maka anggaran yang dikeluarkan oleh Pemerintah

j u g a h a r u s s e l e s a i . D i d a l a m m e n g a k u i

pendapatannya, perusahaan menggunakan metode

kontrak selesai sebagai dasar pembayaran termin yang

diterima, dimana pembayaran tersebut telah diatur

dalam kontrak.

Kontrak konsultan yang diterima oleh CV.

SINDURAYA selama tahun 2008 antara lain dari :

1. Dinas Prasarana Jalan

- Pembangunan Drainase Jalan Ds. Sentul Kec.

Tembelang

- Pembangunan Ta lud Ja lan Keboan

Kedungbogo Kec. Ngusikan

- Rehabilitasi Jalan Bareng – Kayen Kec.

Bareng

2. Dinas Pengairan

- Rehabilitasi Dam Ingaskerep dan Jaringannya

Kec. Kesamben

- Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Tanjungwadung Kec. Kabuh

3. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan

- Pembt. Dinding RM, Pondasi RM, & Rabat

Lantai Kec. Jombang

- Pemb. Gedung 3R Kec. Jombang

4. Dinas Pendidikan

- Pemb. Taman Lapangan Upacara dan Fasilitas

Parkir

5. Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah

- Pemb. Jalan Lingkungan Ds. Kepuhkajang

Kec. Perak

- Pemb. Jalan Lingkungan Dsn. Slombok Ds.

Plemahan Kec. Sumobito

- Pemb. Jalan Lingk. Dsn. Caruk dan Dsn.

Jambu Ds. Jabon Kec. Jombang

- Pemb. Jalan Lingkungan Makam Agung Ds.

Sengon Kec. Jombang

- Pemb. Jalan Lingkungan Kapten Tendean -

Sudirohusodo Ds. Sengon Kec. Jombang

Dalam menghitung pendapatan dengan

metode kontrak selesai ini ada beberapa aturan yang

ditetapkan oleh masing-masing dinas yaitu :

1. Untuk Dinas Prasjal hanya dilakukan satu termin

saja karena kontraknya dibuat menjadi dua

kontrak.

2. Untuk Dinas-Dinas yang lainnya sama yaitu

menjadi dua termin

28

Page 28: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

29

Dari data yang disajikan di atas, terdapat

perhitungan laporan laba rugi perusahaan selama

tahun 2008. Pendapatan yang diperoleh perusahaan

selama tahun 2008 dari Dinas Prasarana Jalan adalah

sebesar Rp 47.912.000,00; Dinas Pengairan sebesar

Rp 30.685.000,00; Dinas Lingkungan Hidup dan

Kebersihan sebesar Rp 12.840.000,00; Dinas

Pendidikan sebesar Rp 13.100.000,00; dan dari Dinas

Permukiman dan Pengembangan Wilayah sebesar Rp

43.893.300,00 dan dibulatkan menjadi Rp

43.893.000,00.

Biaya operasional perusahaan sebesar Rp

79.200.000,00 yaitu terdiri dari biaya gaji sebesar Rp

66.000.000,00; biaya listrik sebesar Rp 780.000,00;

biaya transportasi sebesar Rp 1.800.000,00; biaya

komunikasi sebesar Rp 900.000,00; biaya ATK (alat

tulis kantor) sebesar Rp 5.720.000,00; dan biaya lain-

lain sebesar Rp 4.000.000,00. Sehingga total biaya

operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar

Rp 79.200.000,00.

Biaya pajak yang harus dibayar oleh perusahaan

adalah sebesar nilai pajak yang dipotong oleh BPKD

Jombang yaitu Rp 18.891.132,00 atau dibulatkan

menjadi Rp 18.892.000,00. Seperti yang telah

dijelaskan di atas, pada saat penerimaan pendapatan

sudah dikurangi pajak, tetapi dalam pelaporannya

pendapatan dilaporkan sebesar nilai kontrak dan pajak

yang dipotong akan menjadi biaya pajak bagi

perusahaan.

AKTIVA PASIVA

AKTIVA LANCAR HUTANG LANCAR

Kas 2,588 Hutang Bank -

Bank 82,000 Hutang Pajak -

Piutang -

Hutang Lain-lain -

Pek dalam proses -

Total Hutang -

Total Aktiva Lancar 84,588

AKTIVA TETAP MODAL

Tanah 10,000 Modal Dodik Urianto 104,000

Akm peny tanah (4,500) 5,500 Modal Kholisoh 26,000

Gedung 30,000 Laba Ditahan 50,338

Akm peny gedung (13,500) 16,500 Total Modal 180,338

Kendaraan 80,000

Akm peny kendaraan (20,000) 60,000

Inventaris 25,000

Akm peny inventaris (11,250) 13,750

Total Aktiva Tetap 95,750

TOTAL AKTIVA 180,338 TOTAL PASIVA 180,338

Sumber : CV. SINDURAYA Jombang

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200826

Page 29: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

31

Dari data yang disajikan di atas, terdapat

penyajian neraca tahun 2008. Nilai uang tunai yang

ada di bagian keuangan sebesar Rp 2.588.000,00;

sedangkan total uang yang ada di Bank sebesar Rp

82.000.000,00. Jadi total aktiva lancar CV.

SINDURAYA sebesar Rp 84.588.000,00.

Aktiva tetapnya terdiri dari tanah yang

diperoleh pada tahun 1999 senilai Rp 10.000.000,00;

sebuah gedung yang didirikan pada tahun 1999 senilai

Rp 30.000.000,00 ; kendaraan yaitu sebuah mobil

yang diperoleh pada tahun 2003 senilai Rp

80.000.000,00; dan inventaris kantor senilai Rp

25.000.000,00.

CV. SINDURAYA tidak mempunyai hutang

dalam bentuk apapun. Modal awal perusahaan sebesar

Rp 130.000.000,00. Modal tersebut dimiliki oleh 2

(dua) orang pemegang saham yaitu Dodik Urianto

dengan persentase sebesar 80 % yaitu Rp

104.000.000,00; dan Kholisoh dengan persentase

sebesar 20 % yaitu Rp 26.000.000,00.

Dampak Dar i Pengakuan Pendapatan

Berdasarkan Metode Kontrak Selesai

Dampak yang lebih signifikan jika

perusahaan memakai metode kontrak selesai yaitu

perusahaan ini tidak mempunyai piutang dan

pekerjaan dalam proses. Hal tersebut dikarenakan

pekerjaan diselesaikan dalam satu periode akuntansi

sehingga pendapatannya sudah diterima semua pada

saat akhir tahun. Oleh karena itu, dalam perusahaan

ini tidak terjadi piutang dan tidak adanya pekerjaan

dalam proses.

SIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang

dilakukan, maka peneliti dapat menyimpulkan :

1. Metode kontrak selesai yang digunakan oleh

perusahaan pada saat ini lebih sesuai karena

semua kontrak yang diterima oleh perusahaan

memiliki jangka waktu tidak melebihi satu tahun

anggaran sehingga sangat sesuai jika perusahaan

menggunakan metode kontrak selesai.

2. Penyajian dari laporan laba rugi dan neraca dari

CV. SINDURAYA dapat dinyatakan wajar karena

penyajiannya telah sesuai dengan SAK. Dalam

laporan keuangan tersebut tidak akan terjadi

perubahan laba ataupun rugi karena semua

pendapatannya sudah diterima semua pada akhir

periode sehingga tidak ada penundaan pengakuan

pendapatan yang mengakibatkan kerugian.

3. Semua metode pengakuan pendapatan yang

digunakan oleh perusahaan akan menimbulkan

akibat terhadap laporan keuangan perusahaan

terutama dalam neraca perusahaan. Akibat dari

penerapan metode kontrak selesai terhadap

neraca perusahaan yaitu perusahaan ini tidak

mempunyai piutang dan pekerjaan dalam proses.

Hal tersebut dikarenakan pekerjaan yang diterima

oleh perusahaan diselesaikan dalam satu periode

akuntansi sehingga pendapatannya sudah

diterima semua pada saat akhir tahun. Oleh karena

itu, dalam perusahaan ini tidak terjadi piutang dan

tidak adanya pekerjaan dalam proses.

SARAN

1. Apabila perusahaan mendapatkan kontrak jangka

panjang maka perusahaan disarankan

menggunakan metode persentase penyelesaian

sedangkan untuk kontrak jangka pendek

perusahaan disarankan menggunakan metode

kontrak selesai.

2. Dalam membuat laporan keuangan (neraca dan

laporan laba rugi) perusahaan konsultan teknik

yang menggunakan metode persentase

penyelesaian dan metode kontrak selesai telah

sesuai dengan SAK asalkan prosesnya benar dan

wajar menurut ketentuan tersebut.

Page 30: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

32

Harnanto, 1992. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : BPFE

Haula Rosdiana & Rasin Tarigan, 2005. Perpajakan.

Jakarta : Rajagrafindo Persada

Jaja Zakaria, 1986. Pajak Pertambahan Nilai, ed.3.

Jakarta : PT. Pradnya Paramita

Masri Singarimbun, 1985. Metode Penelitian Survei.

Jakarta : P3ES

SAK (Standar Akuntansi Keuangan) per 1 Juni 1999,

PT. Salemba Empat

Soemarso S. R., 1999. Akuntansi Suatu Pengantar

Jilid 1, ed.4. Jakarta : PT. Rineka Cipta

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200828

Sofyan Safri Harahap, 1993. Teori Akuntansi. Jakarta :

PT. Rajagrafindo Persada

Sophar Lumbantoruan, 1996. Akuntansi Pajak.

Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia

Sugiyono, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis.

Bandung : Alfabeta

Theodorus M. Tuanakotta, 1992. Teori Akuntansi,

ed.1. Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI

Zaki Baridwan, 2000. Intermediate Accounting, ed.7.

Yogyakarta : BPFE

DAFTAR PUSTAKA

Page 31: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS SEBAGAI SALAH SATU ALAT BANTU DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI PADA PT INDOFOOD

SUKSES MAKMUR, Tbk.(Studi kasus di Bursa Efek Jakarta)

Titik Inayati

Abstract

Cash Flow Statement is one of financial report which can influence the investor attitude because giving

information for investor and creditor and also another user of financial potency in taking invest decision. If

the Cash Flow of one industry is good, so it will be able to interest the investor attention to invest.

This research aims to know how the implementation of the condition of Cash Flow Statement Ratio Analysis

in an industry based on the Cash Flow Ratio Analysis as the instrument in taking invest decision at PT

Indofood Sukses Makmur, Tbk in BEI. This research is descriptive quantitative. The technique analysis of

this research use Cash Flow Ratio Analysis which consist of Liquidity Ratio, Solvability Ratio, Capital

Expenditure and Investing Ratio, and Cash Flow Return Ratio. In view of ratio accounting analysis above, it

can take conclusion that the industry gets the invest from investor candidate properly.

Key Word : Cash Flow Statement, Invest Decision.

Salah satu fungsi pasar modal adalah sebagai

sarana memobilisasi dana yang bersumber dari

masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan

investasi. Syarat utama yang diinginkan oleh para

investor untuk bersedia menyalurkan dananya adalah

perasaan aman akan investasi dan tingkat return yang

akan diperoleh dari investasi tersebut. Perasaan aman

ini diantaranya diperoleh karena para investor

memperoleh informasi yang jelas, wajar dan

ketepatan waktu sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan investasinya. Suatu informasi dianggap

informatif jika informasi tersebut mampu mengubah

kepercayaan para pengambil keputusan.

Dalam pasar modal yang efisien, harga-harga

saham mencerminkan semua informasi yang relevan

dan pasar akan bereaksi apabila terdapat informasi

baru. Salah satu informasi tersebut adalah informasi

akuntansi khususnya laporan keuangan perusahaan.

Laporan keuangan ini merupakan hasil akhir dari

proses akuntansi yang dirancang untuk memenuhi

kebutuhan informasi dalam pengambilan keputusan

investasi, karena dalam laporan keuangan tersebut

dapat diperoleh informasi mengenai posisi keuangan

perusahaan, aliran kas, dan informasi lainnya yang

terkait dengan keputusan investasi. Para investor

berkepentingan terhadap resiko yang melekat dan

hasi l pengembangan dari investasi yang

dilakukannya. Investor membutuhkan informasi

untuk membantu dalam pengambilan keputusan

untuk menentukan apakah harus membeli, menahan

atau menjual investasi tersebut.

Salah satu alat untuk memenuhi kebutuhan

informasi investor dapat dipenuhi oleh arus kas, bukan

laba akuntansi karena laba sangat rentan terhadap

praktek manipulasi dan perubahan metode akuntansi.

Laporan arus kas merupakan salah satu laporan dari

laporan keuangan yang dapat berpengaruh terhadap

perilaku investor karena menyediakan informasi bagi

investor dan kreditor maupun pemakai potensial

lainnya dalam pengambilan keputusan investasi dan

kredit, serta dalam penaksiran mengenai jumlah,

waktu, dan ketidakpastian dari penerimaan arus kas

bersih yang akan dicapai. Di samping itu arus kas juga

berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus

Titik Inayati, dosen Univ Islam Majapahit Mojokerto

34

Page 32: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya. Suatu

perusahaan apabila arus kasnya baik maka akan dapat

menarik perhatian investor untuk berinvestasi.

Sehingga dapat dikatakan, bahwa informasi arus kas

merupakan informasi penting yang dibutuhkan

investor untuk mengetahui kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan kas bagi investor, maupun untuk

membayar kewajiban perusahaan yang jatuh tempo

serta kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.

Laporan Keuangan

Definisi laporan keuangan menurut SAK (2004:4) :

“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses

pelaporan keuangan, laporan keuangan yang lengkap

biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan

perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain

serta materi penjelasan yang merupakan bagian

integral dari laporan keuangan”.

Sedangkan menurut Munawir (2000:2):

“Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari

proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat

untuk komunikasi antara data keuangan atau aktivitas

perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan

dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”.

Dari kedua pendapat di atas maka dapat di

simpulkan definisi laporan keuangan merupakan

bentuk informasi yang dapat dipakai sebagai dasar

untuk penerapan kebijakan perusahaan dimasa yang

akan datang.

Tujuan Laporan Keuangan

Menurut SAK (2004:4) tujuan laporan keuangan

adalah:

a) Menyediakan informasi yang menyangkut kinerja

keuangan serta posisi keuangan suatu perusahaan

yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai

dalam pengambilan kepurusan ekonomi.

b) Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini

memenuhi sebagian besar pemakai. Namun

demikian laporan keuangan tidak menyediakan

semua laporan informasi yang mungkin

dibutuhkan pemakai dalam pengambilan

keputusan ekonomi, karena secara umum

menggambarkan pengaruh kejadian keuangan

dimasa lalu dan tidak diwajibkan untuk

menyediakan informasi non keuangan.

c) Menunjukkan apa yang telah dilakukan

manajemen, atau pertanggung jawaban

manajemen atas sumber daya yang dipercayakan

kepadanya.

Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2000:6), berdasarkan sifat-sifat

dari laporan keuangan tersebut di atas, adapun

keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan, antara

lain;

a Laporan keuangan yang dibuat secara periodik

pada dasarnya hanya merupakan laporan yang

sifatnya sementara dan bukan merupakan

laporan keuangan akhir.

b Laporan keuangan menunjukkan nilai dalam

rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan

tepat. Tetapi dasar penyusunan dengan (standar

nilai) yang mungkin berbeda atau berubah-

ubah. Laporan keuangan dibuat berdasarkan

going concern atau anggapan bahwa

perusahaan akan berjalan sehingga aktiva tetap

dinilai berdasarkan nilai-nilai historis atau

harga perolehannya dan penggunaannya

dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut sebesar

akumulasi depresiasinya, oleh karena itu angka

yang tercantum dalam laporan keuangan hanya

nilai buku yang belum tentu sama dengan nilai

pasar.

c Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil

pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah

dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu,

dimana daya beli uang tersebut makin menurun

dibandingkan tahun sebelumnnya. Maka suatu

analisa hanya dengan membandingkan data

tahun lalu tanpa membuat penyesuaian

terhadap perubahan tingkat harga akan

diperoleh kesimpulan yang keliru.

d Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan

berbagai faktor yang mempengaruhi posisi atau

keadaan keuangan perusahaan, karena faktor-

faktor tersebut tidak dapat dengan satu uang.

35

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200830

Page 33: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Unsur Laporan Keuangan

Laporan keuangan menggambarkan dampak

keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang

diklasifikasikan dalam beberapa kelompok

besar menurut karakteristik ekonominya.

Kelompok besar ini merupakan unsur-unsur

laporan keuangan yang berkaitan secara

langsung dengan pengukuran posisi keuangan

(SAK, 2004:7), unsur-unsur tersebut adalah:

a) Aktiva

Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh

perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa

lalu dan dari manfaat ekonomi dari masa depan

yang diharapkan oleh perusahaan.

b) Kewajiban

Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa

kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,

penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan

arus keluar dari sumber daya perusahaan yang

mengandung manfaat ekonomi.

c) Ekuitas

Ekuitas merupakan hak residu atas aktiva

perusahaan setelah dikurangkan semua

kewajiban, sedang unsur yang berkaitan

dengan kinerja perusahaan dalam laporan laba

rugi adalah penghasilan dan beban.

1) Penghasilan (income) meliputi baik

pendapatan maupun keuntungan.

Pendapatan timbul dalam pelaksanaan

aktivitas perusahaan yang biasa dan

dikenal dengan sebutan yang berbeda

seperti penjualan., penghasilan jasa,

deviden, royalty, dan sewa.

2) Beban yang mencakupi baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa meliputi, beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk atas keluar atau berkurangnya aktiva seperti, kas (setara kas), persediaan dan aktiva tetap.

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan

Menurut Dwi Prastowo (2005 : 14) proses yang

menyangkut dasar pengukuran adalah :

a. Biaya Historis, Pada dasar pengukuran ini,

aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau

setara kas) yang dibayarkan atau sebesar nilai

wajar dari imbalan yang diberikan untuk

memperoleh aktiva tersebut pada saat

perolehan. Sedangkan kewajiban dicatat

sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar

kewajiban atau (dalam keadaan tertentu) dalam

jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan

akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban

dalam pelaksanaan usaha normal.

b. Biaya Kini (Current Cost)

Pada dasar pengukuran ini, aktiva dinilai dalam

jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya

dibayar bila aktiva yang sama atau setara aktiva

diperoleh sekarang. Sedangkan kewajiban

dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas)

yang tidak didiskontokan yang mungkin akan

diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban

sekarang.

c. Nilai Realisasi / Penyelesaian

Pada dasar pengukuran ini, aktiva dinyatakan

dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat

diperoleh sekarang dengan menjual aktiva

dalam pelepasan normal. Sedagkan kewajiban

dinyatakan sebesar nilai penyelesaian, yaitu

jumlah kas (atau setara kas) yang tidak

didiskontokan yang diharapkan akan

dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam

pelaksanaan usaha normal.

d. Nilai Sekarang

Pada dasar pengukuran ini, aktiva dinyatakan

sebesar arus kas masuk bersih di masa depan

yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos

yang diharapkan dapat memberikan hasil

dalam pelaksanaan usaha normal. Sedangkan

kewajiban dinyatakan sebesar arus kas bersih di

masa depan yang didikontokan ke nilai

sekarang yang diharapkan akan diperlukan

untuk menyelesaikan kewajiban dalam

pelaksanaan usaha normal.

Pent ingnya Laporan Keuangan dalam

Pengambilan Keputusan Investasi

Laporan arus kas merupakan salah satu informasi

akuntansi yang dapat digunakan oleh para investor

untuk menilai kinerja dari suatu perusahaan dalam

memberdayakan asset-aset yang dimilikinya secara

36

Page 34: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

maksimal. Adanya kemungkinan bangkrutnya suatu

perusahaan yang mempunyai laba bersih yang cukup

tetapi memiliki kas yang rendah, menyebabkan

diperlukannya informasi arus kas. Gambaran

menyeluruh mengenai penerimaan dan pengeluaran

kas hanya dapat diperoleh dari laporan arus kas, tetapi

bukan berarti laporan arus kas menggantikan neraca

ataupun laporan laba rugi, melainkan saling

melengkapi sebagai sarana pengambilan keputusan

yang lebih baik.

Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (1998:190): “Analisis

laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos

laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih

kecil dan melihat hubungannya yang bersifat

signifikan atau yang mempunyai makna antara satu

dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun

non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui

kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting

dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”.

Menurut Bernstein (1983:3): “Analisis

laporan keuangan mencakup penerapan metode dan

teknik analisis atas laporan keuangan dan data lainnya

untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan

hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses

pengambilan keputusan”.

Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah

suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke

dalam unsur-unsurnya, menelaah unsur-unsur

tersebut, dan menelaah hubungan diantara unsur-

unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh

pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas

laporan keuangan itu sendiri.

Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk

menambah informasi yang ada dalam suatu laporan

keuangan. Dwi Prastowo (2005:52) mengemukakan

pendapat sebagai berikut:

a) Memberikan informasi yang lebih luas dari pada

yang terdapat pada laporan keuangan yang

biasa, b) Menggali informasi yang tidak tampak

secara kasat mata dari suatu laporan keuangan.

a) Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya

melahirkan model-model dan teori yang

terdapat pada laporan sepert i untuk

memprediksi peningkatan.

b) Dapat memberikan informasi yang digunakan

oleh para pengambil keputusan.

c) Dapat menentukan peringkat (rating)

perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah

dikenal dalam dunia bisnis.

d) Dapat membandingkan situasi perusahaan

dengan perusahaan lain dengan periode

sebelumnya atau dengan standar industri normal

atau ideal.

e) Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan,

yang dialami perusahaan baik posisi keuangan,

hasil usaha, struktur keuangan, dan lainnya.

f) Memprediksi apa yang mungkin di alami

perusahaan di masa yang akan datang.

Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan

Metode dan teknik analisis laporan keuangan

digunakan untuk menentukan dan mengukur

hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan

keuangan.

Menurut Dwi Prastowo (2005 : 59) metode analisis

laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua

klasifikasi, yaitu : 1) Metode analisis horisontal

(dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan

dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk

beberapa tahun (periode), sehingga dapat diketahui

perkembangan dan kecenderungannya. Disebut

metode analisis horisontal karena analisis ini

membandingkan pos yang sama untuk periode yang

berbeda, 2) Metode analisis vertikal (statis) adalah

metode analisis yang dilakukan dengan cara

menganalisis laporan keuangan pada tahun tertentu,

yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu

dan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama

untuk tahun (periode) yang sama.

Prosedur Analisis Laporan Keuangan

Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis

37

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200832

Page 35: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

laporan keuangan.

Menurut Dwi Prastowo (2005 : 58) langkah yang

harus ditempuh dalam menganalisis laporan

keuangan adalah : Memahami latar belakang data

keuangan perusahaan, Memahami kondisi-kondisi

yang berpngaruh pada perusahaan, Mempelajari dan

me-review laporan keuangan, Menganalisis laporan

keuangan

Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Sanurat (1998:36) keterbatasan analisis

laporan keuangan adalah: Data yang dicatat dan

dilaporkan oleh laporan keuangan mendasar pada

harga perolehan, Penyusunan laporan keuangan juga

didasarkan pada beberapa altenatif metode akuntansi,

Upaya perbaikan barang kali bisa dilakukan oleh

pihak manajemen untuk memperbaiki laporan

keuangan sehingga nampak bagus, Banyak

perusahaan yang mempunyai beberapa divisi atau

anak perusahaan yang bergerak pada beberapa bidang

usaha sehingga analisis kesulitan memilih

pembandingnya, Inflasi atau deflasi akan

mempengaruhi laporan keuangan terutama berkaitan

dengan rekening jangka panjang, Rata-rata industri

merupakan rata-rata perusahaan yang ada dalam

industri.

Laporan Arus KasMenurut SAK Nomor 2 Tentang Laporan Arus Kas (2004):

Informasi tentang arus kas suatu

perusahaan berguna bagi pemakai laporan

keuangan sebagai dasar untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

kas dan setara kas serta menilai kebutuhan

perusahaan untuk menggunakan arus kas

tersebut.

Statements of Financial Accounting Concepts (SFAC)

No. 1 menyatakan bahwa laporan keuangan harus

dapat menyediakan informasi untuk membantu

investor sekarang, investor potensial, kreditor, dan

pengguna lain dalam menilai jumlah, waktu,

ketidakpastian prospek penerimaan kas dari deviden

atau bunga dan pendapatan dari penjualan, pelunasan

dari sekuritas atau utang (FASB, [1978]).

Sedangkan PSAK No. 2 (IAI, [2002]) menjelaskan

bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas

operasi merupakan indikator yang menentukan

apakah dari operasinya perusahaan dapat

menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi

pinjaman, memelihara kemampuan operasi

perusahaan, membayar deviden dan melakukan

investasi baru tanpa mengandalkan sumber

pendanaan dari luar.

Kas dan Setara Kas

Pengertian kas dan setara kas menurut Dwi Prastowo

adalah ( 2005:34) adalah :

“Kas merupakan konsep dana yang paling

berguna karena keputusan para investor, kreditor dan

pihak lainnya terfokus pada penilaian arus kas dimasa

dating. Perusahaan akan memanfaatkan kas

menganggur dengan menanamkannya pada investasi

jangka pendek yang sangat likuid. Sedangkan setara

kas adalah unvestasi yang sifatnya sangat likuid,

berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat

dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa

menghadapi risiko perubahan yang signifikan”.

Setara kas biasanya dimiliki dengan tujuan

untuk memenuhi komitmen jangka pendek dan bukan

untuk investasi atau tujuan lain. Suatu investasi baru

dapat memenuhi syarat sebagai setara kas jika segera

akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang

dari tanggal perolehan.

Rasio Laporan Arus Kas

Perhitungan dan interprestasi rasio

merupakan salah satu alat yang banyak dipakai, yang

dapat digunakan untuk menganalisis laporan

keuangan dan laporan arus kas. Terdapat 3 (tiga) area

kepentingan yang akan di perhatikan oleh para

pengguna laporan arus kas, yaitu likuiditas dan

solvabilitas (liquidity and solvency), pengeluaran

modal dan investasi (capital expenditure and

investing), dan cash flow return.

38

Page 36: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Rasio likuiditas adalah kemampuan

membayar kewajiban jangka pendek, dan rasio

solvabilitas adalah kemampuan membayar kewajiban

jangka panjang. Rasio capital expenditure and

investing memberikan sinyal tentang kemampuan

perusahaan untuk mempertahankan investasi dalam

capital asset. Sedangkan rasio cash flow return

merupakan komplemen dari pengukuran profitabilitas

berbasis akrual.

Jenis-Jenis Rasio Laporan Arus Kas

Dwi Prastowo (2005:153). Adapun jenis rasio laporan

arus kas adalah sebagai berikut : Rasio likuiditas yaitu

Current cash debt coverage dan Cash dividend

coverage, Rasio solvabilitas yaitu Cash long-term

debt coverage dan Cash interest coverage, Ratio

capi ta l expendi ture and inves t ing yai tu

Invesment/CFO Plus Finance Ratio dan Operations/

Investment ratio, Cash flow return Ratio yaitu Overall

cash flow ratio, Cash flow to net income ratio, Quality

of sales ratio dan Cash return on stockholders equity

ratio

Dasar Pembanding Rasio Laporan Arus Kas

Penentuan standar rasio sebagai pembanding

tidak dapat digunakan sebagai ukuran yang pasti

karena standard rasio untuk industri merupakan hasil

rata-rata dari beberapa perusahaan yang sejenis yang

mempunyai kondisi keuangan yang berbeda-beda

(mathematical standard), ada yang kondisi

keuangannya ba ik dengan operas i yang

menguntungkan dan ada yang sebaliknya. Dengan

membandingkan angka rasio dari beberapa periode (

trend dari angka rasio) akan diketahui perubahan

angka ratio yang dimiliki perusahaan dan akan

diketahui tendensi atau kecenderungan kondisi

keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Tujuan dan Kegunaan Laporan Arus Kas

Laporan arus kas disusun dengan tujuan untuk

memberikan informasi historis mengenai perubahan

kas dan setara kas dari suatu perusahaan, dengan

mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas

operasi, investasi dan pendanaan selama periode

akuntansi tertentu. Dengan demikian, tujuan utama

laporan arus kas adalah untuk memberikan kepada

para pengguna, informasi tentang mengapa posisi kas

perusahaan berubah selama periode akuntansi.

Menurut Dwi Prastowo, (2005:33), Laporan arus kas

mempunyai kegunaan memberikan informasi untuk:1. Mengetahui perubahan aktiva bersih,

struktur keuangan dan kemampuan

mempengaruhi arus kas

2. Menilai kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan kas dan setara kas

3. Mengembangkan model untuk menilai

dan membandingkan nilai sekarang arus

kas masa depan dari berbagai perusahaan

4. Dapat menggunakan informasi arus kas

historis sebagai indikator jumlah waktu,

dan kepastian arus kas masa depan

5. Meneliti kecermatan taksiran arus kas

masa depan dan menentukan hubungan

antara profitabilitas dan arus kas bersih

serta dampak perubahan harga.

Teori Investasi

Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan

perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan melalui

distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti,

dividen. Dan sewa guna), untuk manfaat lain bagi

perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang

diperoleh melalui hubungan perdagangan.(SAK :

2004 nomor 13 tentang Akuntansi Investasi).

Menurut Paul A. Samuelson dan William D.

Nordhaus, (1993:183).

aus, (1993:183).

Investasi adalah pengeluaran yang

dilakukan oleh para penanaman modal yang

menyangkut penggunaan sumber-sumber

seperti peralatan, gedung, peralatan produksi

dan mesin-mesin baru lainnya atau persediaan

yang diharapkan akan memberikan keuntungan

dari investasi tersebut.

Komarudin (1993), memberikan pengertian investasi

yaitu :

a) Suatu tindakan membeli barang-barang modal

b) Pemanfaatan dana yang tersedia untuk

39

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200834

Page 37: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

produksi dengan pendapatan di masa yang akan datang

c) Suatu tindakan untuk membeli saham,

obligasi atau surat berharga lainnya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

investasi adalah pengeluaran dana yang dikeluarkan

oleh para investor dengan harapan akan mendapatkan

keuntungan di masa yang akan datang atas

investasinya tersebut.

Pentingnya Investor Dalam Pertumbuhan

Pada setiap kesempatan, persediaan modal adalah

determinan output perekonomian yang penting,

karena persediaan modal bisa berubah sepanjang

waktu, dan perubahan itu bisa mengarah ke

pertumbuhan ekonomi. Biasanya, terdapat dua

kekuatan yang mempengaruhi persediaan modal:

investasi dan depresiasi. Investasi mengacu pada

pengeluaran untuk perluasan usaha dan peralatan

baru, dan hal itu menyebabkan persediaan modal

bertambah. Depresiasi mengacu pada penggunaan

modal, dan hal itu menyebabkan persediaan modal

berkurang. Pertumbuhan ekonomi sangat tergantung

pada tenaga kerja dan jumlah kapital. Investasi akan

menambah jumlah daripada kapital. Tanpa investasi

maka tidak akan ada pabrik/mesin baru, dan dengan

demikian tidak ada ekspansi. Pengertian investasi

mencakup investasi barang-barang tetap pada

perusahaan (business fixed investment),persediaan

(inventory) serta perumahan (residential).

Faktor-Faktor yang Perlu diperhatikan Dalam

Berinvestasi

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam

berinvestasi, (www.perencanaankeuangan.com,

15/08/09) adalah :

1. Tujuan dalam berinvestasi, yaitu

Pendapatan (income), Pertumbuhan

m o d a l ( c a p i t a l g r o w t h ) ,

Mempertahankan modal (capital

preservation)

2. Jangka waktu investasi

Secara umum pembagian waktu itu

adalah Jangka pendek, maksimum 1

tahun, Jangka menengah, 1-3 tahun dan

Jangka panjang lebih dari 3 tahun

40

3. Profil resiko investor

Secara umum profil resiko investor

s ebaga i be r iku t Conserva t i ve ,

Moderate dan Aggressive

4. Likuiditas dari investasi

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Dari penjelasan sebelumnya, dapat

digambarkan dalam suatu model teori mengenai

perbandingan analisa rasio laporan arus kas sebagai

salah satu alat bantu untuk mempertimbangkan

pengambilan keputusan investasi pada PT. Indofood

Sukses Makmur, Tbk

Gambar 3.1Model teori

Cash flow return ratio:Overall cash flow ratioCash flow to net income ratioQuality of sale sratioCash return on stockholders equity ratio

Analisis rasio arus kas

Rasio

solvabilitas:

Cash long-term debt coverage

Cash interest coverage

Ratio capital expenditure & investing :Invesment/CFO plus finance ratioOperations/ Investment ratio

Rasio

likuiditas:

Current cash debt coverage

Cash dividend coverage

Keputusan Investasi

Laporan keuanganNeraca

Laba /rugiArus Kas

Lokasi Penelitian

Obyek yang digunakan dalam

penelitian adalah laporan keuangan dari

perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Definisi Operasional dan Pengukuran

Pengukuran atau sering disebut

variabel adalah segala sesuatu yang dijadikan

sebagai obyek dari suatu penelitian, yang

Page 38: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

berdasarkan atas sifat-sifat atau hal-hal yang

dapat didefinisikan, diamati, dan di observasi.

Pengukur yang digunakan adalah:

Analisis Rasio Laporan Arus Kas antara lain :

a) Rasio likuiditas

1. Current cash debt coverage

2. Cash dividend coverage

b) Rasio solvabilitas

1. Cash long-term debt coverage

2. Cash interest coverage

c) Ratio capital expenditure and investing

1. Investment/CFO plus finance ratio

2. Operations / Investment ratio

d) Cash flow return Ratio

1. Overall cash flow ratio

2. Cash flow to net income ratio

3. Quality of sales ratio

4. Cash return on stockholder's equity

ratio

Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah perusahaan PT. Indofood

Sukses Makmur, Tbk dan sampel yang dipakai

dalam penelitian adalah laporan keuangan

dengan menggunakan data time series mulai

tahun 2004 sampai 2007.

Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang penulis gunakan

dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

data yang diterbitkan oleh organisasi yang

bukan pengelolahnya. (Anto Dajan, 1993 : 19).

Yaitu berupa laporan keuangan perusahaan

yang tersedia pada PT. Bursa Efek Indonesia.

Dari laporan keuangan tersebut yang nantinya

akan dianalisis dengan model teori yang sudah

ada. Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode

dokumentasi. Dimana metode dokumentasi

adalah suatu metode dalam pengumpulan data

yang menggunakan dokumentasi perusahaan

yang ada pada BEI yang berupa laporan

keuangan dan data lainnya.(Bungin,2007:121).

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis rasio.

Analisis rasio arus kas terdiri dari :

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200836

Page 39: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berikut ini hasil analisis terhadap laporan

k e u a n g a n P T. I N D O F O O D S U K S E S

MAKMUR, Tbk tahun 2004-2007.

43

42

Page 40: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Simpulan

1. Berdasarkan analisis rasio likuiditas,

kondisi keuangan perusahaan mengalami

fluktuasi, yaitu adanya kenaikan serta

penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa

perusahaan kurang mampu dalam

penyediaan dana untuk utang jangka

pendek yang jatuh tempo. Sedangkan

berdasarkan analisis rasio solvabilitas,

kondisi keuangan perusahaan tidak terjadi

perubahan yang cukup signifikan dari tahun

ke tahun. Yang menggambarkan bahwa

perusahaan ini tidak terlalu mengandalkan

utang dalam pembayaran operasionalnya.

Hal ini juga menunjukkan terdapat

perlindungan bagi kreditor jangka panjang.

Berdasarkan analisis Ratio Capital

Expenditure and Investing, kondisi

keuangan perusahaan mengalami fluktuasi

dari tahun ke tahun, dengan kata lain yaitu

mengalami kenaikan dan penurunan. Hal

ini menunjukkan bahwa perusahaan kurang

mampu dalam mempertahankan investasi

dan aktiva modalnya. Berdasarkan analisis

Cash Flow Return Ratio, kondisi keuangan

perusahaan tidak mengalami perubahan

yang cukup s ign i f ikan . Ha l in i

menunjukkan bahwa perusahaan mampu

dalam menghasilkan laba perusahaan.

2. Jika dilihat dari beberapa analisis rasio di

atas, maka perusahaan ini layak untuk

mendapatkan investasi dari calon investor.

Saran

1. Perusahaan hendaknya meningkatkan

penjualan secara tunai dan melakukan

penagihan piutang yang jatuh tempo

sehingga terdapat kas lancar yang cukup

untuk memenuhi kewajiban jangka pendek

dan mampu mempertahankan aktiva

modalnya.

2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan

untuk lebih memperluas ruang lingkup

penelitian, dengan menambah jumlah

variabel yakni laporan keuangan lainnya

seperti Neraca dan Laporan Laba Rugi

yang menunjukkan kondisi perusahaan

serta melakukan uji validitas untuk menilai

kevalidan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Bernstein, Leopold A. 1989. Financial statement Analysis , Theory Appl icat ion and Intepretation, Fourth Edition. Homewood, Illionois : Richard D. Irwir, Inc.

Bungin, Burhan. 2002. Penelitian Kuantitatif. Surabaya. Prenada Media

Dajan, Anto. 1993. Pengantar Metode Statistik, Jilid II. Yogyakarta : LP3ES

Harahap, Sofyan. 1998. Analisa Kritis Atas Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Grafindon Persada.

IKAI. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat

Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2. Yogyakarta : BPFE.

Marzuki. 2005. Metodologi Riset, Edisi Kedua. Yogyakarta. Ekonosia

Munawir, S. 2000. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Empat. Yogyakarta :Liberty

Prastowo, Dwi & Rifka Yulianty. 2005. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi, Edisi Kedua. Yogyakarta : UPP AMP YKPN

Ps, Djarwanto. 2001. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta. BPFE

Sanurat. 1998. Pengantar Akuntansi. Jakarta : IPWI

Sugiyanto. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alphabeta.

Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Berinvestasi(http://www.perencanaankeuangan.com, diakses pada tanggal 15 agustus 2009).

46

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200838

Page 41: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

DAFTAR PUSTAKA

Bernstein, Leopold A. 1989. Financial statement Analysis, Theory Application and Intepretation, Fourth Edition. Homewood, Illionois : Richard D. Irwir, Inc.

Bungin, Burhan. 2002. Penelitian Kuantitatif. Surabaya. Prenada Media

Dajan, Anto. 1993. Pengantar Metode Statistik, Jilid II. Yogyakarta : LP3ES

Harahap, Sofyan. 1998. Analisa Kritis Atas Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Grafindon Persada.

IKAI. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat

Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2. Yogyakarta : BPFE.

Marzuki. 2005. Metodologi Riset, Edisi Kedua. Yogyakarta. Ekonosia

Munawir, S. 2000. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Empat. Yogyakarta :Liberty

Prastowo, Dwi & Rifka Yulianty. 2005. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi, Edisi Kedua. Yogyakarta : UPP AMP YKPN

Ps, Djarwanto. 2001. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta. BPFE

Sanurat. 1998. Pengantar Akuntansi. Jakarta : IPWI

Sugiyanto. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alphabeta.

Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Berinvestasi(http://www.perencanaankeuangan.com, diakses pada tanggal 15 agustus 2009).

Page 42: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

PENDAHULUANMenentukan suatu keputusan pembelian,

menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994:31) umumnya konsumen melalui lima tahap proses pemecahan masalah, diantaranya pengenalan

kebutuhan yaitu suatu proses dimana konsumen

mulai mengenali suatu kebutuhan, pencarian

informasi yaitu pencarian data yang berkaitan

dengan kebutuhan, evaluasi alternatif yaitu

melakukan perbandingan yang menyeluruh

terhadap banyak alternatif pilihan, keputusan

pembelian yaitu konsumen mulai memutuskan

alternatif mana yang paling diinginkan, dan hasil

yaitu mengenai perasaan puas atau tidak puas mengenai perilaku konsumen setelah pembelian.

Tanpa disadari ternyata proses pengambilan keputusan itu berjalan sedemikian rupa. Karena pengambilan keputusan konsumen merupakan suatu proses dimana konsumen melakukan penilaian terhadap berbagai alternatif pilihan, dan memilih salah satu atau lebih alternatif yang diperlukan berdasarkan pertimbangan-

PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN BERWISATA

(STUDI PADA OBJEK WISATA UBALAN PACET MOJOKERTO)

ABDUL ROHIM

Abstract

This research was done in Ubalan Pacet Tourism Resort – Mojokerto, to know what factors influenced the

visitors to choose its place. It was important to know because consumers are unique part in marketing and

their behaviour must be understood by company in order to be fulfilled. This research was explanatory

research, involved 96 respondents, visiting Ubalan Tourism resort, with Simple random sampling technique.

The analyzing methods were : (1) Validity and reliability test based on questionnaire, (2) classic assumption

test, (3) double – linear regression test, and finally being test together using F-test and t-test to know the most

dominant variable. From the analysis known that consumer behavior simultaneity had effect to influence the

decision of consumers to choose Ubalan Tourism resort about 81,140 and looking from Adjusted R Square

about 85,5 %. And partiality, variable: social, cultural, personal, motivation, perception, learn and attitude

had influenced the respondents to choose Ubalan Tourism resort. Looking from Regression coefficient, the

most dominant variable from the visitors is cultural variable that is 5,255.

Keywords : Consumer's behavior, social, cultural, personal, motivation, perception, learn and attitude's

variable.

pertimbangan tertentu (Amirullah,2002:61-62). Faktor terpenting dalam proses pengambilan keputusan dalam problema yang harus dihadapi. Dalam kehidupan diperlukan kemampuan utuk

melihat, mengenal dan mengintegrasikan

problema. Untuk meraih keberhasilan, pemasar

harus melihat lebih jauh dari macam-macam

faktor yang mempengaruhi pembelian dan

mengembangkan pemahaman mengenai

bagaimana konsumen melakukan keputusan

pembelian. Dengan dasar tersebut perusahaan

sudah seharusnya memahami benar-benar

perilaku konsumen agar perusahaan mengetahui apa yang diinginkan konsumen dan sebagai dasar perencanaan pengembangan perusahaan dalam menguasai pasar.

Prilaku konsumen yang selalu dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya adalah lingkungan, dalam hal ini pacet pada tahun 2003 telah mengalami sebuah kejadian yang dapat mempengaruhi konsumen dalam memilih tempat berwisata di areal wilayah pegunungan juga

Abd. Rochim, dosen STIE PGRI Dewantara Jombang

47

Page 43: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

mempunyai pengaruh yang minus, sehingga dalam

proyeksi pengembangan potensi yang ada diwilayah

Pacet tentu masih mempunyai nilai tawar yang tinggi

ini disebabkan oleh letak yang strategis dan

merupakan salah satu pilihan berwisata wilayah di

Mojokerto, oleh karena itu pola pengembangan dalam

konteks kasuistis tersebut pengelola masih dapat

memainkan strategi yang baru dalam rangka

meningkatkan jumlah pendatang dalam areal wisata

Ubalan Pacet Mojokerto.

Kondisi pariwisata Mojokerto dalam kerangka

maksimalisasi galian potensi yang dilakukan masih

mengalami kelemahan, dalam konteks ini pariwisata

merupakan tawaran jasa bagi konsumen maupuin

calon konsumen, sehingga pola-pola yang perlu

dikembangakan adalah dalam kerangka teoritis telah

dideskripsikan dalam pola marketting mix yang

didalam aspek-aspek tersebut terdapat 4p, secara

universal kondisi pariwisata Ubalan Pacet merupakan

potensi yang masih dipengaruhi oleh beberapa image

dalam hal ini letak yang di daerah pegunungan berada

didaerah Pacet yang merupakan daerah yang

menawarkan kenaturalan alam pegunungan. Pola

manajemen yang di terapkan dalam pengelolaan

obyek Wisata Ubalan Pacet adalah pola manajemen

swasta dan peran pemerintah dalam pengembangan

obyek wisata lepas tanggan, sehingga dalam strategi

pengembangan dalam meningkatkan nilai tawar dari

tempat pariwisata tersebut perlu ditingkatkan

meskipun sistem pengelolaanya bersifat sementara

namun mengingat potensi yang ditawarkan dalam

aspek lingkungan sangat strategis untuk itu

pengembangan guna memajukan daerah sekitar

Obyek Wisata Ubalan Pacet sanggat dibutuhkan

karena dengan popularitasnaya Obyek Wisata

tersebut, maka secara tidak langsung akan

berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat daerah

sekitar obyek wisata, atas dasar persepsi pemikiran

peneliti bahwa prilaku konsumen sebagai dasar

memahami apa yang diinginkan konsumen dalam

rangka pengembangan Obyek Wisata Ubalan Pacet.

Perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

Apakah Prilaku konsumen secara simultan

berpengaruh terhadap keputusan berwisata pada

obyek Wisata Ubalan Pacet dan Apakah perilaku

konsumen secara parsial (Budaya, Sosial , Pribadi,

Motivasi, Persepsi, Belajar, Sikap, berpengaruh

terhadap keputusan berwisata pada obyek Wisata

Ubalan Pacet ?

Adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk

mengetahui pengaruh prilaku konsumen secara

simultan terhadap keputusan konsumen berwisata.

Dan untuk mengetahui perilaku konsumen secara

parsial yang berpengaruhnya terhadap keputusan

konsumen berwisata.

TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku konsumen

Kotler dan Amstrong dalam Simamora

(2004:2) mengartikan perilaku konsumen sebagai

perilaku konsumen akhir, baik individu maupun

rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi

personal.

Sementa ra , menuru t Enge l da lam

Mangkunegara (2002:3) berpendapat bahwa: perilaku

konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan

individu yang secara langsung terlibat dalam usaha

memperoleh dan menggunakan barang dan jasa

ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan

yang mendahului dan menetapkan tindakan-tindakan

tersebut.

Sementara American Marketing Association

dalam Amirullah, (2002:2), menyatakan : “Consumer

behavior as the dynamic interaction of affect and

cognition, behavior and environtmental events by

which human being conduct the exchange of their

lives”.

Jadi Perilaku Konsumen didefinisikan

sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan

kognisi, perilaku dan kejadian disekitar kita, dimana

manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup

mereka.

Loudon dan Della Bitta, yang dikutip oleh

Mangkunegara, (2002:3), mengemukakan :

“Consumer behavior may be defined as decision

process and physical activity individuals engage in

when evaluating, acquairing, using or disposing of

goods and services”.

Berdasarkan pendapat di atas perilaku

48

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200840

Page 44: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

konsumen dapat disimpulkan bahwa adalah tindakan-

tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok

atau organisasi yang berhubungan dengan proses

pengambilan keputusan dalam mendapatkan,

menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang

dapat internal dan eksternal.

Model Perilaku Konsumen

Ada beberapa model yang diungkapkan para ahli

tentang pengalompokan faktor perilaku yang ikut

mempengaruhi keputusan membeli konsumen.

1. Model Faktor Perilaku Kotler

Kotler (1995:202) mengungkapkan pentingnya

mempelajari keinginan, persepsi, preferensi, dan

perilaku belanja pelanggan sasaran mereka.

Sehubungan dengan perilaku konsumen, kotler

membagi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumen dalam empat kelompok besar, yaitu

budaya, sosial, kepribadian, dan kejiwaan. Perincian

bentuk faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumen dapat dilihat pada gambar berikut.

Kebudayaan

Kultur

Sub-kultur

Kelas sosial

Sosial

Kelompok acuan

Keluarga

Peranan dan status

KepribadianUsia dan tingkatkehidupan

jabatan

Kondisi ekonomi

gaya hidup

Kepribadian dan

konsep diri

Kejiwaan

Motivasi

pandangan

belajar

kepercayaan dansikap

Gambar 1 : Perincian faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumen

Sumber : Kotler, (1995), dalam Amirullah, (2002:33)

1. Model Faktor Perilaku

Engel,Blackwell,Miniard Engel, (1994:47),

menyebutkan variasi di dalam proses

keputusan konsumen dengan sebutan

Determinan. Determinan yang dimaksud

dibagi kedalam tiga kategori yaitu pengaruh

lingkungan, perbedaan individu dan proses

psikologis yang masing-masing dari kategori

tersebut adalah sebagai berikut

1. Pengaruh Lingkungan, dalam perilaku

konsumen pengaruh lingkungan ini

dipengaruhi oleh budaya, kelas sosial,

pengaruh individu, keluarga, dan situasi.

2. Perbedaan individu, dalam perilaku

konsumen, perbedaan individu ini

d ipengaruhi o leh Sumber daya

konsumen, motivasi, dan keterlibatan,

pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya

hidup dan demografi.

3. Proses Psikologis, dalam perilaku

konsumen, proses psikologis ini

dipengaruhi karena adanya Pengolahan

Informasi, pembelajaran, perubahan

sikap dan perilaku.

Gambar 2 :

Model faktor perilaku Engel, Blackwell, dan Miniard

PENGARUHLINGKUNGAN

budayakelas social

pribadikeluarga

sosial

PROSESKEPUTUSAN

pengenalan kebutuhan

pencarian informasi

evaluasi alternatif

pembelian

hasil

PERBEDAANINDIVIDU

- sumber daya konsumen- motivasi dan keterlibatan- pengetahuan- sikap- kepribadian, gaya hidup, demografi

FAKTORPSIKOLOGIS

- pengolahan informasi- pembelajaran- perubahan sikap dan perilaku

Dengan adanya beberapa kekuatan yang

berpengaruh tersebut maka dapatlah dirumuskan

secara sederhana bahwa faktor yang mempengaruhi

keputusan membeli konsumen dapat dibagi dalam dua

kekuatan, yaitu; a) kekuatan internal, seperti;

pengalaman belajar, kepribadian dan konsep diri,

motivasi dan keterlibatan, sikap dan keinginan, b)

kekuatan eksternal, seperti; faktor budaya, sosial,

lingkungan, dan marketing mix. Penjelasan hubungan

antara dua kekuatan utama yang mempengaruhi

keputusan membeli dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber : Engel, Blackwell, dan Miniard, (1994),

dalam Amirullah, (2002:34)

49

Page 45: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Gambar 2.4 : Kekuatan Utama

Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

KEKUATAN

INTERNAL

- Pengalaman belajar dan memori

- Kepribadian dan konsep diri

- Motivasi dan keterlibatan

- sikap- Persepsi

KEPUTUSANMEMBELI

KEKUATAN

EKSTERNAL

- Budaya (sub-budaya dan klas social)

- Sosial (kelompok referensi dan

keluarga)- Lingkungan ekonomi

- Marketing mix

Sumber : Amirullah, (2002:35)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Konsumen

1. Faktor eksternal

Faktor eksternal dapat didefinisikan sebagai

kekuatan-kekuatan yang ada di luar yang

mempeengaruhi internal didalam diri individu

(konsumen), dimana faktor tersebut di

pengaruhi oleh lingkungan, berbagai faktor

akan dijelaskan sebagai berikut diluar

marketing mix yang dilakukan perusahaan

meliputi :

a. Faktor Budaya

Faktor Budaya ini terdiri dari budaya,

sub-budaya dan kelas sosial yang

merupakan hal yang sangat penting

dalam perilaku pembelian.

b. Faktor Sosial

Faktor ini sangat mempengaruhi

tanggapan konsumen, oleh karena itu

p e m a s a r h a r u s b e n a r - b e n a r

mempertimbangkannya untuk menyusun

strategi pemasaran.

2. Faktor Internal

Faktor internal dapat didefinisikan

sebagai kekuatan-kekuatan yang ada didalam

diri individu (konsumen), yang meliputi:

a. Faktor Pribadi

Kepribadian merupakan sistem yang

penting dalam mengetahui perbedaan

perilaku setiap individu. Ada beberapa

devinisi mengenai kepribadian seperti

yang diungkapkan oleh Mangkunegara

(2002:46) kepribadian dapat diartikan

sebagai suatu bentuk dari sifat-sifat yang

ada pada diri individu yang sangat

menentukan perilakunya.

b. Faktor Psikologis

faktor psikologis merupakan faktor yang

berada di dalam diri manusia yang tidak

berbentuk fisik tetapi pemicu dari faktor

psikologis bisa dari faktor eksternal yang

mempengaruhi psikis seseorang untuk

melakukan pembelian seseorang, faktor

psikologi berdasarkan teori para ahli

dipengaruhi beberapa faktor yaitu:

1. Motivasi

Perilaku manusia ditimbulkan atau

dimulai dengan adanya motif.

Swastha dan Handoko (2000:78)

b e r p e n d a p a t b a h w a m o t i f

merupakan sua tu do rongan

kebutuhan dan keinginan individu

yang di arahkan pada tujuan untuk

memperoleh kepuasan. Menurut

Schiffman dan Kanuk (1991:69),

mengemukakan bahwa motivasi

dapat digambarkan sebagai daya

penggerak dalam diri individu yang

m e n d o r o n g m e r e k a u n t u k

melakukan tindakan. Disisi lain

Sperling dalam mangkunegara

(2002:11) mengemukakan bahwa

motif di devinisikan sebagai

kecenderungan untuk beraktivitas,

dimulai dengan dorongan dalam diri

(drive) dan diakhiri dengan

penyesuaian diri. Berdasarkan

pernyataan diatas dapat disimpulkan

bahwa motivasi merupakan kondisi

(dorongan) yang menggerakan

konsumen un tuk memenuhi

kebutuhan dalam dirinya, agar

k o n s u m e n t e r s e b u t d a p a t

menyesuaikan dir i terhadap

lingkungannya .

2. Persepsi

Menurut Amirullah (2002:42)

persepsi diartikan sebagai proses

50

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200842

Page 46: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

d i m a n a i n d i v i d u m e m i l i h ,

mengelola, dan menginterpretasi

kan stimulus kedalam bentuk arti

dan gambar. Persepsi di bentuk oleh

tiga pasang pengaruh, yaitu

karakteristik fisik dari stimuli,

h u b u n g a n s t i m u l i d e n g a n

sekelilingnya, dan kondisi-kondisi

di dalam diri kita sendiri.

Schifman dan Kanuk (1991:146)

mengemukakan bahwa “perception

is defined as the process by which an

individual selects, organizes, and

interprets stimuli into a meaningful

and coherent picture of the word”.

Jadi persepsi adalah proses dimana

individu memilih, mengatur, dan

menginterpretasikan rangsangan

menjadi suatu gambaran dunia yang

berarti dan logis.

Assael (1992 : 127) menyatakan

bahwa “perception is the selection,

organization and interpretation of

marketing and environmental

stimuli into a coherent picture”.

Berdasarkan devinisi Assael, dapat

d i p a h a m i b a h w a p e r s e p s i

m e r u p a k a n p r o s e s s e l e k s i ,

organisasi dan interpretasi dari

r a n g s a n g a n p e m a s a r a n d a n

lingkungan kedalam gambaran yang

jelas.

Berdasarkan pernyataan di atas

dapat disimpulkan bahwa persepsi

merupakan suatu proses pemilihan,

pengorganisasian dan peng-

inteprestasian atas stimuli yang

diterima oleh konsumen melalui

lima indra, menjadi sesuatu yang

bermakna untuk mencapai suatu

tujuan tertentu yang berarti.

3. Sikap

Menurut Schiffman dan Kanuk

(1991:226) mengartikan sikap

sebagai ekspresi dari perasaan dalam

diri yang mencerminkan apakah

seseorang cenderung suka atau tidak

terhadap beberapa objek (merek,

jasa, perusahaan riteil). Sikap

menurut Swastha dan Irawan

( 1 9 9 7 : 1 1 4 ) y a i t u s u a t u

kecenderungan yang dipelajari

untuk bereaksi terhadap penawaran

produk dalam masalah yang baik

ataupun kurang baik secara

konsisten.

Berdasarkan kenyataan diatas dapat

d i s i m p u l k a n b a h w a s i k a p

merupakan suatu evaluasi konsep

secara menyeluruh tentang kesiapan

seseorang dalam melakukan suatu

tindakan terhadap suka atau tidak

suka, perasaan emosional yang

tindakannya cenderung ke arah

berbagai ide

Pengambilan Keputusan

1. Pengertian Pengambilan Keputusan

Menurut Amirullah, (2002:61), “pengambilan

keputusan merupakan suatu proses penilaian dan

pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan

kepent ingan-kepent ingan ter tentu dengan

menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling

menguntungkan”. Sedangkan dalam konteks perilaku

konsumen, “pengambilan keputusan konsumen

sebagai suatu proses dimana konsumen melakukan

penilaian terhadap berbagai alternatif yang diperlukan

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu”.

Definisi ini ingin menegaskan bahwa suatu keputusan

tidak harus memilih satu dari sejumlah alternatif, akan

tetapi keputusan harus didasarkan pada relevansi

antara masalah dengan tujuannya.

Proses pengambilan keputusan pembelian

dapat dipandang sebagai sebuah arus dari riset sampai

perancangan yang akhirnya menentukan alternatif

yang dipandang relevan. Proses pengambilan

keputusan pembelian melalui beberapa tahap yang

harus dilakukan. Amirullah (2002:65) menyebutkan

bahwa proses pengambilan keputusan pembelian

meliputi lima tahap utama, yaitu : pemahaman adanya

masalah, pencarian alternatif pemecahan, evaluasi

alternatif pembelian, penggunaan pasca pembelian

dan evaluasi ulang alternatif yang dipilih. Adapun

penjabarannya sebagai berikut :

51

Page 47: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

1. Pemahaman Adanya Masalah

Proses pengambilan keputusan konsumen

pertama kali diawali dengan adanya kesenjangan

antara apa yang diinginkan dengan kenyataan

yang sebenarnya. Sehingga konsumen menyadari

adanya suatu masalah dan merasa dia

membutuhkan dan menginginkan sesuatu.

2. Pencarian Alternatif Pemecahan

Setelah menyadari adanya masalah maka langkah

berikutnya adalah mencari informasi yang

relevan dari lingkungan luar untuk memecahkan

masalah atau mengaktifkan ingatan dari

pengetahuan. Adapun sumber informasi tersebut

dapat berasal dari : sumber pribadi (keluarga,

teman, tetangga), sumber komersial (iklan,

wiraniaga, penyalur kemasan, pajangan, sumber

publik, media masa), dan sumber pengalaman

(penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk.

3. Evaluasi Alternatif

Dalam tahap ini konsumen dihadapkan pada

bagaimana memilih beberapa alternatif merek

atau nama produk yang tersedia. Dari berbagai

informasi yang diperoleh oleh konsumen, maka

konsumen melakukan seleksi atas alternatif-

alternatif yang tersedia.

4. Pembelian atau Pemilihan

Keputusan untuk membeli pada hakekatnya

terdiri dari sekumpulan keputusan. Ada dua faktor

yang mempengaruhi keputusan pembelian, yaitu

sikap orang lain dan faktor tidak terduga. Sikap

orang lain akan mempengaruhi satu alternatif

yang disukai tergantung pada intensitas sikap

negatif pihak lain terhadap pilihan alternatif

konsumen dan motivasi konsumen tunduk pada

keinginan orang lain. Makin kuat intensitas sikap

negatif orang lain, dan makin dekat dengan orang

lain itu dengan konsumen, maka makin besar pula

kemungkinan konsumen untuk mengurungkan

niatnya untuk membeli sesuatu barang atau jasa.

Pada saat keputusan membeli itu datang, maka

faktor situasi tidak terduga muncul untuk

mengubah maksud pembelian.

5. Pasca Pembelian dan Evaluasi Ulang

Alternatif Yang Dipilih

Setelah membeli produk atau jasa, konsumen

akan mengalami beberapa tingkat kepuasan dan

ketidakpuasan. Kepuasan dan ketidakpuasan

konsumen dengan suatau produk atau jasa akan

mempengaruhi perilaku selanjutnya. Konsumen

yang merasakan kepuasannya akan menunjukkan

probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli

produk atau jasa tersebut dan mengatakan

kebaikan produk atau jasa tersebut. Sebaliknya

orang yang tidak puas akan produk atau jasa yang

telah dikonsumsinya tersebut mereka akan

menghilangkan ketidakpuasannya dengan

membuang atau mengembalikan produk atau jasa

dan juga berusaha mengurangi ketidakpuasan

dengan mencari informasi yang mungkin

memperkuat nilai tinggi produk atau jasa tersebut.

Proses Pengambilan Keputusan Dalam

Perjalanan Berwisata

Menurut Maclntos dalam bukunya Yoeti (1996:85-87)

motivasi perjalanan wisata dapat di kelompokkan

sebagai berikut :

(1.) Physical Motivations

Hal ini banyak berhubungan dengan hasrat

untuk mengembalikan kondisi f is ik,

beristirahat, santai, berola raga atau

pemeliharaan kesehatan kegairahan bekerja

timbul kembali.

(2.) Cultural Motivations

Motivasi ini erat kaitannya dengan keinginan

pribadi seseorang untuk melakukan perjalanan

wisata agar dapat melihat dan mengetahui

Negara lain, penduduknya, tata cara hidupnya

serta adat istiadatnya yang berbeda dengan

Negara lainnya.

(3.) Interpersonal Motivations

Motivasinya didorong oleh keinginan

seseorang untuk mengunjungi sanak-keluarga,

kawan-kawan atau ingin menghindarkan diri

dari lingkungan kerja, ingin mencari teman-

teman baru dan lain-lain. Secara singkat untuk

melarikan diri dari kebutuhan rutin sehari-hari.

52

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200844

Page 48: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

(4.) Status dan Prestige Motivations

Di sini motivasinya, suatu show, maksudnya

seseorang ingin untuk memperlihatkan siapa

dia, kedudukannya, statusnya dalam msyarakat

tertentu demi prestige pribadinya. Jadi sifat

perjalanan di sini sangat emosional dan

adakalanya dihubungkan dengan perjalanan

business, dinas, pendidikan, profesi, hobi, dan

lain-lain.

Kerangka Konseptual

Gambar 2.7 : Model Perilaku Konsumen

Keputusan Berwisata

(Y)

Faktor Budaya (X1)Kebiasaan

Kedaerehan

Faktor Sosial (X2)

Kelompok Acuan

Keluarga

Faktor Pribadi (X3)

Usia

Gaya Hidup

Perasaan diri

Faktor Psikologis (X4)Motivasi (X4.a)Persepsi (X4.b)Belajar (X4.c)Sikap (X4.d)

Hipotesis:

Hipotesis 1 : Terdapat pengaruh

secara Simultan prilaku

konsumen terhadap keputusan

berwisata.

Hipotesis 2 : Terdapat pengaruh secara

parsial prilaku konsaumen

terhadap keputusan berwisata.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah

explanatory research atau penelitian penjelasan.

Menurut Singarimbun dalam Singarimbun dan

Effendi, (1995:5), penelitian penjelasan (explanatory

research) adalah penelitian yang menjelaskan

pengaruh dan hubungan kausal antara variabel-

variabel melalui pengujian hipotesis. Sedangkan

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode survei. Menurut Singarimbun dan Effendi,

(1995:3), penelitian survei adalah penelitian yang

mengambil sampel dari satu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan

data yang pokok.

Data dan sumber data

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh melalui

pengamatan langsung dari sumbernya, diamati,

diwawancarai dan dicatat dari responden yang

menjadi sasaran. Untuk data primer diperoleh

dengan menjaring sejumlah responden melalui

kuesioner yang secara langsung diisi atau di jawab

oleh responden yang bersangkutan. Responden

untuk data primer dalam penelitian ini adalah

pengunjung Obyek Wisata Ublan Pacet

Mojokerto.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapatkan

dari sumber-sumber lain selain sumber data

primer. Data sekunder dalam penelitian ini berupa

dokumen-dokumen mengenai gambaran umum

perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan

informasi lain yang dapat melengkapi proses

penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan dan pencatatan data secara

langsung.

2. Dokumentasi

Dalam melaksanakan metode dokumentasi,

peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti

buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-

peraturan, notulen rapat, cacatan harian, dan

sebagainya (Arikunto, 2002:135). Teknik ini

digunakan untuk mengambil data internal

perusahaan Seperti sejarah singkat, stuktur

organisasi, kegiatan perusahaan.

53

Page 49: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

3. Interview

Merupakan teknik pengumpulan data dalam

metode survei yang menggunkan pertanyaan

secara lesan kepada subyek penelitian. Teknik

wawancara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

melalui tatap muka atau melalui telepon. Sugiono

(2001:130) Dalam penelitian ini, interview

dilakukan kepada responden yang berwisata ke

Wisata Ubalan Pacet dan interview berkaitan

dengan alsan responden berwisata tersebut guna

untuk mendukung data penelitian.

4. Kuesioner

Untuk memperoleh kuesioner dengan hasil

mantap adalah dengan proses uji coba. Sampel

yang diambil untuk keperluan uji coba haruslah

sampel dari populasi di mana sampel peneliti akan

diambil. Arikunto (2002:201). Adapun menurut

Sugiono (2001:135) merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis pada responden untuk dijawabnya. Dalam

penelitian ini, koesioner dibagikan kepada

responden yang berwisata ke Wisata Ubalan

Pacet.

Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Nasir (1999:144),“ populasi merupakan

kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-

ciri yang telah ditetapkan”.Dalam penelitian ini

populasinya adalah wisatawan yang berkunjung

di Obyek Wisata Ubalan Pacet Mojokerto.

Tabel 3.1 :

Data Pengunjung Obyek Wisata Ubalan Pacet

18 Agustus – 31 Agustus 2007

TANGGAL-

BULAN-

TAHUN

PENGUNJUNG

18 - 08 - 2008

19 - 08 - 2008

85

79

20 - 08 - 2008

21 - 08 - 2008

22 - 08 - 2008

23 - 08 - 2008

24 - 08 - 2008

25 - 08 - 2008

26 - 08 - 2008

27 - 08 - 2008

28 - 08 - 2008

29 - 08 - 2008

30 - 08 - 2008

31 - 08 - 2008

69

96

36

109

567

98

103

123

108

46

136

634

Jumlah 2289

Sumber : Wisata Ubalan Pacet

2. Sampel Dan Teknik Sampling

Untuk menentukan jumlah sampel yang dipilih

digunakan rumus Slovin dalam (Husein Umar,

2002:141) yaitu sebagai berikut:

( )2+1

=eN

Nn

Dimana :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran Populasi

e = Persentase kelonggaran yaitu sebesar 10%

Dengan menggunakan rumus tersebut maka dapat

dihitung jumlah sampel sebagai berikut:

96

85,95)1,0(22631

22892

=

=+

=n

Jadi dalam penelitian ini jumlah populasi yang di

jadikan sempel dibulatkan menjadi sebanyak 96

orang.

54

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200846

Page 50: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Teknik Sampling

Teknik pengumpulan sampel yang digunakan

adalah dengan menggunakan metode Simple Random

Sampling. Dalam metode simpel random sampling

populasi yang diteliti dianggap homogen.

Pengambilan sampel anggota populasi dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi itu (Sugiono, 2004:74).

Skala Pengukuran

Dalam penelitian ini digunakan Skala Likert.

Menurut Singarimbun dan Effendi, (1995:111),

“Skala Likert merupakan cara pengukuran yang

berhubungan dengan pertanyaan tentang sikap

seseorang (Responden) terhadap sesuatu.”

Tingkat dan skala pengukuran yang digunakan

adalah Tingkat Ukuran Ordinal dengan menggunakan

Skala Likert, dimana responden diminta mengisi

daftar pertanyaan dengan jumlah kategori sebanyak

lima dan semua jawaban responden dihitung

menggunakan skor yaitu. Umumnya, masing-masing

item scale mempunyai kategori yang berkisar antara

”sangat setujuh” dan sangat tidak setujuh”. Menurut

Singarimbun dan Effendi (1989: 111) menentukan

skor atas setiap pertanyaan dalam kuesioner yang

disebarkan dengan menggunkan skala. cara

pengukuran adalah dengan menghadapkan seorang

responden dengan sebuah pertanyaan dan kemudian

diminta untuk memberi jawaban:

a. Jawaban sangat setuju diberi skor 5

b. Jawaban setuju diberi skor 4

c. Jawaban ragu-ragu diberi skor 3

d. Jawaban tidak setuju diberi skor 2

e. Jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1

Definisi Operasional Variabel

55

Tekhnik Analisis Yang Digunakan.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Ada syarat penting yang berlaku pada sebuah

kuesioner, yaitu valid dan reliable. Suatu kuesioner

dikatakan valid jika item-item pada kuesioner mampu

untuk mengungkapkan yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut. Sedangkan kuesioner tersebut

reliabel apabila jawaban responden terhadap variable-

variabel tersebut konsisten dari waktu ke waktu atau

jawaban yang diberikan yang satu dengan yang lain

akan sama. Jika item-item kuesioner tersebut bisa

dijadikan prediktor variabel yang diteliti.

Item-item tersebut jika mempunyai nilai validitas

> dari 0,03 maka item-item tersebut dikatakan valid

dan probailitas lebih kecil dari 0,05, Sedangkan jika

variabel-variabel tersebut mempunyai cronbach's

alpha (a) > 60% (0,06) maka variabel tersebut

Page 51: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Uji validitas dan relibilitas variabel bebas (X)

Tabel 4.14: Variabel X1 (Budaya)

Tabel 4.15: Variabel X2 (Sosial)

Tabel 4.16 Variabel X3 (Pribadi)

Tabel 4.17: Motivasi (X4)

Tabel 4.17:Persepsi (X5)

Tabel 4.18 :Belajar (X6)

Tabel 4.19: Sikap (X7)

Berdasarkan tabel diatas pertanyaan

variabel beb\as (X) dapat disimpulkan bahwa

setiap item kuesioner yang diberikan kepada

responden sudah valid dan reliabel. Hal ini

terbukti bahwa validitasnya > 0,030 dan

probabilitasnya kurang dari 0,05 yaitu 0,000

sedangkan cronbach's alphanya > 60% (0,06).

Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y

(Keputusan Berwisata)

Tabel 4.20: Pengenalan kebutuhan (Y1)

Tabel 4.21: Pencarian informasi (Y2)

57

dikatakan reliabel. Dalam penelitian ini kevalidan dan

kereliabelan dapat diuraikan sebagai berikut :

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200848

Page 52: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Tabel 4.21: Alternative pilihan (Y3)

Tabel 4.22: Pilihan pembelian (Y4)

Tabel 4.22: Evaluasi pembelian (Y5)

Berdasarkan tabel diatas pertanyaan variabel terikat

(Y) dapat disimpulkan bahwa setiap item kuesioner

yang diberikan kepada responden sudah valid dan

reliabel. Hal ini terbukti bahwa validitasnya > 0,030

dan probabilitasnya kurang dari 0,05 yaitu 0,000

sedangkan cronbach's alphanya > 60% (0,06).

Metode Siccessive Interval (MSI)

Multi regresi linier merupakan statistik parametrik

yang pengolahan datanya harus berbentuk interval,

karena data dari pengisian kuisioner merupakan data

yang berskala ordinal maka perlu adanya tranformasi

data dari data ordinal ke data interval. Metode yang

digunakan dalam tranformasi data adalah Metode

Siccessive Interval (MSI), dalam metode ini

diharapkan jawaban dari responden akan

mencerminkan yang sebenarnya dengan cara

menghitung proporsi, proporsi kumulatif nilai batas

atas (bondary value) nilai rataan interval (mean value

of interval) dari setiap pertanyaan dan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran. Setelah data berbentuk

interval maka dapat dilakukan Multi regresi linier.

1. Uji Normalitas Data

Dilihat dari uji kolmogorov-smirnov test nilai

Asymp. Sig. (2-tailed) > á (0,05). Data

menunjukan normalitas.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

a Test distribution is Normal.

b Calculated from data.

1. Uji Heteroskedastisitas

Coefficients

a Dependent Variable: ABRES

58

Page 53: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Untuk mengetahui ada tidaknya heterodastisitas

pola yang terjadi pada nilai residu pada model

diatas mengunakan metode park gleyser, gejala

heteroskedastisitas akan ditunjukkan dengan

koefisien regresi dari masing-masing variabel

independent terhadap nilai absolut residunya (e),

jika nilai probabilitasnya lebih besar dari nilai

alphanya (0,05), maka dapat dipastikan model

tidak mengandung heteroskedastisitas.

2.Uji Multikolinieritas

Coefficients

a Dependent Variable: (Y)

Uji multikol dengan metode VIF (Varian Inflator

Faktor), menurut Algafari jika nilai VIF tidak

lebih dari 5, maka model tidak terdapat

multikolinieritas atau tidak ada hubungan antar

variabel bebas, selain menggunakan VIF, dapat

pula dengan melihat besarnya nilai koifisien

korelasi antar variabel bebas tidak lebih dari 0,5

maka model tersebut tidak mengalami

multikolinieritas. Dilihat dari tabel dibawah ini

bahwa nilai yang menunjukan lebih dari lima

adalah yaitu budaya (X1) dan motivasi (X4a)

kedua variabel tersebut mengalalami multikol.

Dan berdasarkan output pada coeficients model

dikatakan tidak terjadi multikolinier, karena nilai

korelasi antarvariabel bebasnya < 0,5.

3.Uji Linieritas

Scatterplot

Dependent Variable: Berwisata

Regression Standardized Predicted Value

210-1-2-3

Re

gre

ss

ion

Sta

nd

ard

ize

dR

es

idu

al

3

2

1

0

-1

-2

-3

Asumsi linieritas terpenuhi jika plot antara nilai

residual terstandarisasi tidak membentuk suatu

pola tertentu (acak). Dari print out diatas, nampak

bahwa plot antara nilai residual terstandarisasi

dengan nilai prediksi terstandarisasi tidak

membentuk suatu pola tertentu, namun demikian,

cara mendeteksi linieritas dengan mengunakan

gambar diangap masih kurang objektif, sehingga

masih dibutuhkan alat analisis Mackinnon-White-

Davidson (MWD).

Coefficients

a Dependent Variable: Berwisata

59

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200850

Page 54: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Coefficients

a Dependent Variable: Berwisata

Model dikatakan linier jika :

t test untuk variabel Z1 < t-tabel, sig. Z1 = á

t test untuk variabel Z2 < t-tabel, sig. Z2 = á

Kesimpulan :

Jika Z1 dan Z2 linier, maka model menggunakan

persamaan linier.

Jika Z1 dan Z2 non linier, maka model

menggunakan persamaan non linier .

Jika salah satau non linier, maka model boleh

menggunakan persamaan linier dan non linier

Data diatas menunjukkan bahwa nilai Z1

signifikanya lebih besar dari á 0,05 atau dapat

diakatakan linier dan Z2 signifikanya lebih kecil

dari á 0,05 atau dapat dikatakan linier, melihat

dari kesimpulan diatas menggunakan Mackinnon-

White-Davidson (MWD), maka model

mengunakan linier karena melihat kesimpulan

diatas.

4. Uji Autocorrelation

Digunakan untuk mencari apakah ada pengaruh

autocorrellatian, jika Durbin Watson lebih dara 2,

maka model regresinya tidak mengalami auto

korelasi dari hasil regresi linier dibawah ini nuilai

Durbin Watson menunjukkan 1.823, kurang dari

2, jadi model regresi mengalami autocorrelation.

Model Summary

a Predictors: (Constant), Sikap, Budaya, Persepsi, Sosial, Belajar, b Dependent Variable: Berwisata

Dari tabel diatas dapat disimpulkan nilai dari

durbin watson 1,839 denga N= 96 , K = 7,

maka akan diperoleh dL = 1,515 dan dU =

1,825 sehingga nilai 4 - dL sebesar 4 - 1,515 =

2,485, sedangkan nilai 4 – dU sebesar 4 –

1,825 = 2,175. Dari penjabaran diatas nilai

Durbin-Watson diantara 1,825 - 2,175

sehingga nilai Durbin Watson 1,839 di daerah

tidak ada autokorelasi.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pengujian ini dilakukan untuk mengukur

seberapa besar pengaruh dari variabel bebas yakni

perilaku konsumen (X) terhadap variabel terikat yakni

keputusan berwisata (Y). Agar diperoleh hasil

perhitungan koefisien regresi yang tepat dalam

pengolahan data digunakan bantuan komputer

program SPSS 15.00 for Windows. Hasil uji regresi

linier berganda dapat dilihat sebagaimana berikut :

60

Page 55: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

a Predictors: (Constant), Sikap, Budaya,

Persepsi, Sosial, Belajar, Motivasi,

Pribadi

b Dependent Variable : Berwisata

Coefficients

a Dependent Variable: Berwisata

Di ketahui bahwa besarnya korelasi atau keeratan

hubungan antara Variabel Budaya (X1), Sosial (X2),

Pribadi (X3), Psikologi (X4), terhadap keputusan

dalam berwisata (Y) ditunjukkan dengan koefisien

korelasi sebesar 0,931 sehingga dapat diartikan

terdapat tingkat koerelasi yang sangat kuat antara

variabel prilaku konsumen dengan variabel

keputuasan berwisata.

Besarnya kontribusi variabel (X1), (X2), (X3),

dan (X4) terhadap keputusan berwisata (Y)

ditunjukkan dengan nilai Adjusted R Sequere sebesar

0,861 Angka ini menunjukkan bahwa variabel (X)

memberikan kontribusi terhadap variabel keputusan

berwisata (Y) sebesar 85,5% sedang sisanya sebesar

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Dari hasil analisis regresi linier berganda

diformulasikan sebagai berikut :

Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+e

Y = 4,337 + 1,023 X + 0,880 X + 0,361 X + 1 2 3

+ 0,348 X + 0,243 X + 0,691X + 0,677 X4 5 6 7

Berdasarkan model regresi diatas dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Konstanta intersep sebesar 4,337 meruapakan

perpotongan garis regresi dengan sumbu Y, yang

berarti menganggap konstanta sama dengan nol

maka, akan mempengaruhi keputusan berwisata

(Y) sebesar 4,337.

2. Untuk konstribusi dari (X1), apabila faktor

budaya meningkat 1 satuan maka, akan

mempengaruhi keputusan berwisata (Y) sebesar

1,023 satuan dengan asumsi bahwa faktor yang

lainya konstan.

3. Untuk konstribusi dari (X2), apabila faktor sosial

meningkat 1 satuan maka, akan mempengaruhi

keputusan berwisata (Y) sebesar 0,880 satuan

dengan asumsi dengan asumsi bahwa faktor yang

lainya konstan.

4. Untuk konstribusi dari (X3), apabila faktor

Pribadi meningkat 1 satuan maka, akan

mempengaruhi keputusan berwisata (Y) sebesar

0,361 satuan dengan asumsi bahwa faktor yang

lainya konstan.

5. Untuk konstribusi (X4), apabila faktor motivasi

meningkat 1 satuan maka, akan mempengaruhi

keputusan berwisata (Y) sebesar 0,348 satuan

dengan asumsi bahwa faktor yang lain konstan.

6. Untuk konstribusi (X5), apabila faktor persepsi

meningkat 1 satuan maka, akan mempengaruhi

keputusan berwisata (Y) sebesar 0,243 satuan

dengan asumsi bahwa faktor yang lain konstan.

7. Untuk konstribusi (X6), apabila faktor belajar

meningkat 1 satuan maka, akan mempengaruhi

keputusan berwisata (Y) sebesar 0,691 dengan

asumsi bahwa faktor yang lain konstan.

8. Untuk konstribusi (X7), apabila faktor sikap

meningkat 1 satuan maka, akan mempengaruhi

keputusan berwisata (Y) sebesar 0,677 dengan

asumsi bahwa faktor yang lain konstan.

Pengujian Hipotesis

1. Uji F (Simultan)

Untuk menguji ada tidaknya peran variabel

independent secara bersama-sama terhadap

dependent dapat diketahui dengan menggunakan

uji F. Uji F dilakukan dengan membandingkan

nilai F hitung > F tabel dengan signikansi 0,05,

Hasil F tabel atau nilai kritis uji F, dengan tingkat

signifikansi 5% dan df = (n – k - 1) = (96-7-1) = 88

dan dk 7

61

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200852

Page 56: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Dari hasil regresi linier berganda dapat diketahui

bahwa F hitung sebesar 81.140 sedangkan

signifikansi 0,000 < 0,05, dan F tabel dalam tabel

tidak ada maka dilakukan interpolasi.

F tabel 80 diperoleh 2,12 dan F tabel 100

diperoleh 2,10. maka

F

80100

10,212,2

-

-=

F = 0,1

F tabel = nilai interval N x F rata-rata (88 - 80 = 8)

0,1 x 8 = 0,8, jadi nilai F tabel = 2,12 - 0,8 = 2,11

(penentuan -/+ ditentukan karakteristik F tabel)

Karena nilai F hitung 81.140 > F tabel 2,11, maka

hipotesis ha terbukti berpengaruh dan ho tidak

terbukti maka ha diterima dan ho ditolak, bahwa

secara simultan perilaku konsumen berpengaruh

significan terhadap keputusan berwisata.

2. Uji t (Parsial)

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

masing-masing variabel independent

terhadap variabel dependent . Cara

p e n g u j i a n n y a a d a l a h d e n g a n

membandingkan nilai signifikansi t hitung dan t tabel dengan signifikansi 0,05, jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan ha diterima ataupun sebaliknya. Hasil t tabel, dengan tingkat signifikansi 5% dan df = (n – 1) = (96 - 1) = 95, karena t tabel tidak ada maka dilakukan interpolasi :t tabel 60 diperoleh 2,000 dan t tabel 120 diperoleh 1,980.

600120

980,100,2

-

-=t

t = 0,333

t tabel = nilai interval N x t rata-rata (95 - 60 =

35)

0,333 x 35 = 11,65. jadi nilai t tabel = 1,980

+11,65 = 1,992 (penentuan -/+ ditentukan

karakteristik t tabel)

a) Faktor Budaya (X1)

Hasil pengolahan data menunjukan nilai t

hitung 5,255 > 1,992 t tabel, apabila melihat

angka signifikansi yakni sebesar 0,00 < 0,05,

Budaya mempunyai pengaruh (signifikan) terhadap keputusan konsumen artinya bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

b) Faktor Sosial (X2)Hasil pengolahan data menunjukan nilai t hitung 4,214 > 1,992 t tabel. Sedangkan

apabila melihat angka signifikansi yakni

sebesar 0,000 < 0,05 maka variabel faktor

sosial mempunyai pengaruh (signifikan)

terhadap keputusan konsumen,artinya bahwa

Ho ditolak dan Ha diterima.

c) Faktor Pribadi (X3)

Hasil pengolahan data menunjukan nilai t

hitung 2,194 > 1,992 t tabel, Sedangkan

apabila melihat angka signifikansi yakni sebesar 0,031 < 0,05 maka variabel pribadi mempunyai pengaruh (signifikan) terhadap keputusan konsumen artinya bahwa Ho diterima dan Ha ditolak.

d) Faktor Motivasi (X4)Hasil pengolahan data menunjukan nilai t hitung 1,694 < 1,992 t tabel, Sedangkan

apabila melihat angka signifikansi yakni sebesar 0,094 > 0,05 maka faktor motivasi

tidak berpengaruh terhadap keputusan

konsumen artinya bahwa Ho diterima dan Ha

ditolak.

e) Faktor Persepsi (X5)

Hasil pengolahan data menunjukan nilai t

hitung 1,493 < 1,992 t tabel, Sedangkan

apabila melihat angka signifikansi yakni

sebesar 0,139 > 0,05 maka faktor persepsi

tidak berpengaruh terhadap keputusan konsumen artinya bahwa Ho diterima dan Ha ditolak.

f) Faktor Belajar (X6)Hasil pengolahan data menunjukan nilai t hitung 4,170 > 1,992 t tabel, Sedangkan

apabila melihat angka signifikansi yakni sebesar 0,00 < 0,05 maka faktor Belajar berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen artinya bahwa Ha diterima dan Ho

ditolak.

g) Faktor Sikap (X4)

Hasil pengolahan data menunjukan nilai t

hitung 3,098 > 1,992 t tabel, Sedangkan

62

Page 57: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

apabila melihat angka signifikansi yakni sebesar

0,003 < 0,05 maka faktor siakap berpengaruh

terhadap keputusan konsumen artinya bahwa Ha

diterima dan Ho ditolak. Hasil dari penelitian kali

ini ternyata mampu memantapkan teori tentang

perilaku konsumen yang telah diungkapkan oleh

Philip Kotler, Engel dan Blackweel dan kanu dan

scifman dimana perilaku konsumen merupakan

sejumlah tindakan-tindakan nyata individu

(konsumen) yang dipengaruhi oleh faktor internal

d a n e k s t e r n a l d a l a m m e m i l i h d a n

m e m p e rg u n a k a n b a r a n g - b a r a n g y a n g

diinginkannya dan faktor yang paling signifikan

adalah faktor budaya mempengaruhi perilaku

konsumen dalam berwisata.

Simpulan

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa

perilaku konsumen berpengaruh secara simultan

signifikan terhadap keputusan konsumen dalam

berwisata ini berarti teori yang ditulis oleh para ahli

terbukti bahwa prilaku konsumen sebagai dasar untuk

mengelola dan mengembangkan bisnis, dan secara

parsial factor yang mempunyai pengaruh significan

adalah faktor budaya, factor social, factor pribadi,

factor belajar dan factor sikap, pengaruh perilaku

konsumen yang terbesar mempengaruhi adalah factor

budaya, sedangkan factor yang tidak mempunyai

pengaruh adalah motivasi dan persepsi dikarenakan

internal perusahaan tidak cukup menstimulasi

konsumen dalam berwisata dan yang paling besar

pengaruhnya adalah factor budaya dikarenakan

pengaruh tempat yang strategis.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

penulis, maka ada beberapa saran yang perlu menjadi

pertimbangan antara lain dari hasil perhitungan uji t

(parsial) diketahui bahwa faktor budaya, faktor sosial,

faktor pribadi, faktor belajar dan faktor sikap

berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam

berwisata sedangkan dari hasi uji parsial faktor

motivasi dan faktor persepsi terhadap internal

perusahaan tidak cukup mempengaruhi konsumen

dalam berwisata. berdasarkan hasil penelitaian diatas

maka tidak lain yang harus dilakukan oleh pihak

manajemen obyek Wisata Ubalan Pacet harus bisa

memaksimalkan potensi-potensi yang dapat di

jadikan stimulator konsumen dalam berwisata, agar

motivasi dan persepsi terhadap Obyek Wisata Ubalan

Pacet tidak mempunyai nilai negatif, maka yang harus

dilakukan manajemen yaitu dengan melakukan

inovasi-inovasi fasilitas, inovasi pemasaran dan yang

paling penting harapan dari penulis buatlah obyek

Wisata Ubalan sebagai obyek wisata yang mempunyai

peranan dalam mengembangkan segi keilmuan

dangan membuat fasilitas yang dapat mencerdaskan

bangsa tidak hanya untuk menyenangkan pengunjung

tetapi juga mendidik pengunjung agar prilaku hidup

konsumen sesuai dengan budaya bangsa dan harapan

bangsa ini.

63

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200854

Page 58: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Amirullah, 2002. Perilaku Konsumen. Penerbit

Gema Ilmu, Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi

V. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Engel, James, dkk, 1994. Perilaku Konsumen Jilid !

dan 2. Penerbit Bina Rupa Aksara,

Jakarta.

Al Rasyid, Harun (1993), Teknik Penarikan Dan

Penyusunan skala, Universitas Padjajaran

Bandung,

Hadinoto, Kusudianto, 1996. Perencanaan

Pengembangan Destinasi Pariwisata.

Penerbit UI Press, Jakarta.

Kotler, Philip, 2002. Manajemen Pemasaran.

Penerbit Prenhallindo, Jakarta.

Kuncoro, Mudajat, 2003. Metode Riset Untuk Bisnis

Dan Ekonomi. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Malhotra, Naresh K, 2005. Riset Pemasaran

Pendekatan Terapan. Penerbit Indeks,

Jakarta.

64

Pendit, Nyoman s, 1986. Ilmu Pariwisata Sebuah

Pengantar Perdana. Penerbit Pradnya Paramita,

Jakarta.

Prabu Mangkunegara, Anwar, 2002. Perilaku

Konsumen. Edisi Revisi, Penerbit PT.

Refika Aditama, Bandung.

Singarumbun, Masri dan Sofyan Effendi, 1989.

Metode Penelitian Survey. Penerbit LP3ES,

Jakarta.

Simamora, Bilson, 2004. Panduan Riset Perilaku

Konsumen. Penerbit PT. Gramedika

Pustaka Utama, Jakarta.

Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit

Alfabeta, Bandung.

Swastha, Basu Dharmesta Dan T. Hani Handoko,

2000. Manajemen Pemasaran Analisa

Perilaku Konsumen. Penerbit BPFE,

Yogyakarta.

Yoeti, Oka A, 1978. Pemasaran Pariwisata.

Penerbit Angkasa, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA

Page 59: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Nurdiana, dosen Univ Islam Majapahit Mojokerto

PENGARUH KOMPENTENSI, KREATIVITAS, PERSEPSI DAN KONDISI, POTENSI WAJIB PEMUNGUT TERHADAP EFEKTIVITAS

PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR.

Abstract

As one of the micro economy unit, traditional market has enough contribution to back up the economic

condition especially for grass root citizen. One of the energy of traditional market is from daily retribution

which is taken from the seller using the blocks in market. The problem is about seller perception that

retribution is not an energy to make synergy between seller and market itself but as black fare which is to hard

for seller. Here needed a way to socialite to all seller in the market.

Kebijaksanaan keuangan yang dilakukan oleh

pemerintah dibedakan ke dalam kebijaksanaan

moneter, fiskal, dan keuangan internasional (Ibnu

Syamsi ) , Kebi jaksanaan moneter ada lah

kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan

jumlah uang yang beredar dalam suatu negara.

Kebijaksanaan fiskal adalah kebijaksanaan

pemerintah yang berkenaan dengan penerimaan dan

pengeluaran uang oleh pemerintah. Sedangkan

kebijaksanaan keuangan internasional adalah

kebijaksanaan pemerintah yang berhubungan dengan

perdagangan dan pembayaran internasional.

Kebijaksanaan moneter, fiskal, dan keuangan

internasional dilakukan oleh pemerintah pusat,

sedangkan bagi pemerintah daerah kebijaksanaan

fiskal memegang peranan penting. Realisasi

kebijaksanaan ini berupa kebijaksanaan anggaran.

Dari UU RI Nomor 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah disebutkan dua prinsip

keuangan daerah, yaitu : 1) Untuk menyelenggarakan

otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung

jawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan

menggali sumber keuangan sendiri, yang didukung

oleh perimbangan keuangan antar pemerintah pusat

d a n d a e r a h s e r t a a n t a r a p r o p i n s i d a n

kabupaten/Kabupaten yang merupakan prasyarat

dalam sistem pemerintahan daerah, 2) Dalam rangka

penyelenggaraan otonomi daerah kewenangan-

kewenangan yang melekat pada setiap kewenangan-

kewenangan pemerintahan menjadi kewenangan

daerah.

Sedangkan perimbangan keuangan antara

pemerintah pusat dan daerah ditemui pada pasal 1 UU

RI Nomor 20 tahun 1999 yang menyebutkan bahwa

perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan

daerah adalah suatu sistem pembiayaan dalam rangka

negara kesatuan, yang mencakup pembagian

keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta

pemerataan antar daerah. Selain proporsional,

demokrat is , adi l , dan t rasparan dengan

memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan

daerah, sejalan dengan kewajiban dengan pembagian

kewenangan serta tata cara penyelenggaraan

kewenangan tersebut termasuk pengolahan dan

pengawasan keuangannya.

Konsep dan Pengukuran Efektifitas Organisasi

Konsep efektifitas maka pencapaian tujuan

organisasi (Pemda) harus didasarkan pada konsep

pengelolaan. Oleh sebab itu manajemen atau

pengelolaan ada dimana saja dan kapan saja,

menyangkut berbagai aspek kehidupan dan

penghidupan. Kegiatan pemerintahan yang

dilaksanakan oleh para Manajemen di bidang apapun

selalu mengikuti ilmu dan seni. Oleh karena itu,

pemanfaatan teori-teori manajemen dalam

pemerintahan merupakan keharusan. Disamping itu

bersama-sama dengan seni bertindak yang sebaik-

baiknya tidak boleh ditinggalkan dan didukung

kebenaran sumber daya manusia maupun material

Nurdiana

65

Page 60: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

melalui kegiatan yang terencana, terarah, dan terpadu

sanpai pada proses penganggaran.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas

Pengelolaan Restribusi

Susilo (1996:42) menyatakan pengelolaan

PAD (termasuk di dalamnya adalah retribusi pasar)

pada dasarnya di samping dipengaruhi oleh potensi

ekonomi daerah juga dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Faktor lain yang dimaksud adalah faktor internal

(yang dikontrol) dan faktor eksternal (yang tidak

dapat dikontrol). Adapun faktor internal terdiri dari

(1) organisasi dan perencanaan, (2) sistem dan

prosedur, (3) koordinsi dan kemampuan personil, (4)

sarana dan prasarana yang dimiliki, (5) insentid dan

data dasar. Sedangkan faktor eksternal (1) kesadaran

wajib pajak/retribusi, (2) pertumbuhan obyek

penerimaan, (3) kondisi obyek penerimaan, (4)

kebijakan pemerintah pusat, (5) perekonomian

daerah.

Konsep Desentralisasi dan Otonomi

Tentang konsep desentralisasi telah banyak

definisi yang diberikan misalnya dari United Nation

(1992 :30, Rondinelli (1981) dalam Solichin

(1995:11), Riggs (1996:407), Bryant (1989:213),

Smith (1985), Shabbir Cheema (1983) dan R. Meddic

(1983), Tordoff (1994:556) yang pada prinsipnya

mendefinisikan desentralisasi sebagai pelimpahan

wewenang dan tanggung jawab atau kekuasaan untuk

penyelenggarakan sebagian atau seluruh fungsi

manajemen dan administrasi pemerintahan dari

pemerintah pusat dan lembaga-lembaganya kepada

unit pelaksana pusat di daerah, unit sub nasional atau

pemerintah bawahannya, pejabat pemerintah atau

perusahaan yang bersifat semi otonom, kewenangan

fungsional lingkup regional daerah, lembaga non

pemerintahan lembaga swadaya masyarakat.

Desentralisasi di Indonesia, secara yuridis

bersumber dari pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945

beserta penjelasan, diantara disebutkan bahwa

wilayah Indonesia dibagi ke dalam daerah-daerah,

baik bersifat otonom maupun yang bersifat

administratif (Ichsan, 1997:17). Dengan demikian

dapatlah dikatakan bahwa Republik Indonesia adalah

negara kesatuan yang didesentralisasikan (Kaho,

1997:5). Menurut Koswara (1998:151) pemberian

otonomi kepada daerah manifestasinya berupa

penyerahan sebagian urusan pemerintahan dan

sumber-sumber pembiayaan kepada daerah yang pada

dasarnya menjadi wewenang dan tanggung jawab

darah sepenuhnya dalam pelaksanaannya dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Menurut Kaho (2997:60) bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

otonomi darah adalah : (1) manusia pelaksanaannya

harus baik, (2) keuangan harus cukup dan baik, (3)

peralatannya harus cukup dan baik, (4) organisasi dan

manajemennya harus baik.

Arti dan Peranan Keuangan Daerah

Pengertian keuangan, menurut Friedlaender

(1983) adalah segala bentuk kekayaan atau harta

benda yang dapat dinilai dengan uang, atau segala

kekayaan dalam bentuk apapun baik yang terpisah

maupun tidak. Menurut M. Ichsan (1997:16)

keuangan adalah segala sesuatu yang mempunyai

harga (uang atau yang dapat disamakan dengan itu)

yang dimiliki dan dikelola oleh organisasi tersebut.

Sedangkan menurut Mamesh (1995:16) keuangan

adalah rangkaian kegiatan dan prosedur dalam

mengelola keuangan baik pembiayaan secara tertib,

sah, hemat, berdaya guna dan berhasil guna.

Bertolak dari pengertian keuangan di atas, maka

akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pemgertian

daerah, menurut Nurpratiwi (1997:17) daerah adalah

lingkungan atau wilayah tertentu yang merupakan

bagian dari pada negara. Sementara itu menurut J.

Wayong (1988) kata daerah pada dasarnya

mempunyai dua arti suatu kesatuan lingkungan yang

lebih besar. Dalam istilah selanjutnya daerah

dipertegas dengan kata otonom, yang berasal dari kata

autos yaitu sendiri dan nomos yang berarti

memerintah.

Sehubungan dengan itu keuangan daerah

merupakan salah satu faktor penting dalam mengukur

secara nyata kemampuan daerah dalam melaksanakan

otonomi. Menurut Kaho (1997:123) salah satu kriteria

penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan

daerah dalam mengatur dan mengurus rumah

66

Page 61: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

tangganya adalah kemampuan “self-supporting”

dalam bidang keuangan. Dengan perkataan lain,

faktor keuangan daerah merupakan faktor essensial

dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam

melaksanakan otonominya.

Sumber-Sumber Penerimaan Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS)

sebagai sumber penerimaan murni daerah, maka yang

menjadi sumber penerimaan daerah diluar subsidi

adalah : pajak daerah, retribuai daerah, bagian laba

BUMD, penerimaan dinas-dinas dan penerimaan

lainnya (UU NO. 5 tahun 1974, pasal 55). Pendapatan

ini sering disebut sebagai “pendapatan asli daerah

sendiri (PADS)”. Sementara itu, Kaho (1997:126)

membagi pendapatan asli daerah dalam (1) hasil pajak

daerah, (2) hasil retribusi daerah, (3) hasil perusahaan

daerah, dan (4) lain-lain usaha daerah yang sah. Pada

pasal 79 Undang-Undang RI No. 22 tahun 1999

disebutkan sumber pendapatan asli daerah terdiri atas

: a. Pendapatan asli daerah, yaitu : 1) hasil pajak

daerah, 2) hasil retribusi daerah, 3) hasil perusahaan

milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan dan 4) lain-lain pendapatan asli

daerah yang sah, b. Dana perimbangan, c. Pinjaman

daerah; dan d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Pada pasal 12 PP No. 5 tahun 1975 dilandaskan

bahwa Kepala Daerah harus menjaga terhadap

Peraturan-Peraturan Daerah dan ketentuan lain

mengenai penghasi lan daerah di ja lankan

sebagaimana mestinya. Keharusan ini terkandung

maksud bahwa fungsi pemerintahan yang menjadi

tugas pejabat atau instansi pelaksana atau yang

menjalankan pimpinan sehari-hari harus memelihara

dan melaksanakan ketentuan pasal 12 PP No. 5 tahun

1975 dalam melaksanakan pemungutan Pendapatan

Daerah. Maka dari pasal 12 di atas mencirikan bahwa

realitas hubungan fiskal antara pusat daerah ditandai

dengan tinggi kontrol pusat terhadap proses

pembangunan daerah. Keadaan ini jelas terlihat dari

rendahnya proporsi PAD terhadap total pendapatan

daerah dibandingkan dengan besarnya subsidi

(grants) yang dirop dari pysat. Hal ini penting

mengingat indikator sentralisasi fiskal adalah rasio

antara PAD dengan total pendapatan daerah.

Sebagaimana dinyatakan oleh Andrews (1995: 118)

mengartikan pendapatan asli daerah adalah sebagai

proporsi pendapatan propinsi dan kabupaten yang

diperoleh darei sumber-sumber diluar subsidi dari

pemerintah atasnya. Dalam versi lain Kristiadi

(1992:47) menyatakan bahwa pendapatan daerah

merupakan penyerahan sumber pajak kepada daerah

untuk dipungut pajak daerah termasuk retribusi

daerah dan pendapatan lain.

Retribusi dan Ciri-Ciri Kendala-Kendala

Pelaksanaannya

Retribusi daerah tercantum dalam pasal 3

Undang-Undang Darurat Nomor 12 tahun 1957 yang

berisi : Retribusi daerah ialah pungutan daerah

sebagai pembayaran pemakaian atau karena

memperoleh jasa pekerjaan usaha atau milik daerah

bagi yang berkepentingan atau karena jasa yang

diberikan oleh daerah. Dengan retribusi tidak

dimasukkan pembayaran yang dipungut oleh daerah

sebagai penyelenggaraan perusahaan atau usaha yang

dapat dianggap sebagai perusahaan.

Definisi lain (Soedargo, 1964:1) menyebutkan

bahwa retribusi adalah suatu pungutan sebagai

pembayaran untuk jasa yang oleh negara secara

langsung diberikan kepada yang berkepentingan.

Semula kerangka ketentuan mengenai retribusi

daerah ini diatur dalam Pasal 58 Undang-undang

Nomor 5/74 yang menekankan bahwa dengan

Undang-Undang ditetapkan Ketentuan Pokok tentang

pajak dan retribusi daerah. Karena Undang-Undang

sebagaimana yang dimaksudkan dalam ketentuan ini

sampai saat ini belum ada, maka dalam bidang

keuangan daerah ini masih diberlakukan peraturan

yang lama seperti Undang-Undang No. 32/1956.

Undang-Undang Nomor 122/1957 tentang Retribusi

daerah dan berbagai macam peraturan pemerintah

serta peraturan pelaksanaan lainnya dari semua

undang-undang tersebut. Namun dengan adanya

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun

1997 secara tegas telah diketahui kejelasan dari

retribusi seperti dituangkan dalam butir 26 pasal 1

disebutkan bahwa retribusi daerah, yang selanjutnya

disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu

67

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200858

Page 62: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh

pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi

atau badan. Sedangkan pada butir 6 disebutkan Pajak

Daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran

wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan

kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang

yang dapat dipaksanakan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan

untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan

daerah dan pembangunan daerah.

Menurut Soedargo, retribusi ialah suatu

pungutan sebagai pembayaran untuk jasa yang oleh

negara secara langsung diberikan kepada yang

berkepentingan. Sedangkan Munawir (1980:5),

retribusi ialah iuran kepada pemerintah yang dapat

dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat

ditunjuk. Paksaan disini bersifat ekonomis karena

siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari

pemerintah, dia tidak dikenakan iuran itu.

Dari pengertian di atas, dapat diketahui ciri-ciri

yang mendasar dari retribusi, seperti disebutkan oleh

Kaho (1988:47), yaitu : Retribusi dipungut oleh

negara, Dalam pemungutannya terdapat paksaan

secara ekonomis, Adanya kontraprestasi (balas jasa)

yang secara langsung dapat ditunjuk, Dikenakan pada

setiap orang atau badan yang menggunakan atau

mengeyam jasa-jasa yang disiapkan oleh negara.

Disebutkan pula bahwa sifat-sifat retribusi

antara lain 1) Paksaannya bersifat ekonomis, 2) Ada

imbalan langsung kepada pembayar dan 3) Walaupun

memenuhi persyaratan-persyaratan formal dan

material tetapi tetap ada alternatif untuk mau atau

tidak mau membayar.

Retribusi merupakan pungutan yang umumnya

budgetingnya tidak menonjol. Dalam hal-hal tertentu

retribusi daerah digunakan untuk suatu tujuan

tertentu, tetapi dalam banyak hal lebih dari

pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh

pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan

anggota masyarakat.

Model Hipotesis

Aspek-aspek manajerial adalah bersumber dari

dalam organisasi atau dengan kata lain disebut dengan

faktor intern. Sedangkan faktor ekstern yang paling

berperan adalah kondisi dan potensi wajib pungut

retribusi. Oleh karena itu dapat dikembangkan model

hipotesis sebagai berikut :

Variabel

Bebas

KONDISI DAN POTENSI WAJIB

PUNGUT RETRIBUSI

KOMPETENSI KEPALA PASAR

KREATIVITAS

KEPALA PASAR

PERSEPSIKEPALA PASAR

EFEKTIVITASPENERIMAAN

RETRIBUSI PASAR

Variabel Tidak Bebas

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan untuk

penelitian ini adalah penelitian eksplanatif, hal ini

sesuai dengan tujuan penelitian dalam

kompleksitas masalah serta kepenadan teori yang

digunakan seperti dikatakan oleh Faisal (1992)

d imaksudkan un tuk menemukan dan

mengembangkan teori, sehingga hasilnya dapat

menjelaskan terjadinya suatu gejala atau

kenyataan sosial tertentu. Serta acuan dari Babbie

(1979) dikatakan bahwa penekanan pada penelitian expalanation adalah the discovery and reporting of relationships among different aspect of the phenomena under study.

Sumber Data dan RespondenPenelitian ini dilakukan dengan bersandar

dari 2 sumber data yaitu Primer dari kepala pasar yang terkena sebagai sampel responden dan data sekunder yang menyangkut perkembangan jumlah target, realisasi, jumlah pedagang, besar

retribusi serta peraturan daerah dan surat-surat

keputusan Bupati Kabupaten Jombang yang

berkenaan dengan Pengelolaan Pasar.

Variabel dan Pengukurannya

Berdasarkan teorisasi dan permasalahan yang

ada maka dapat ditetapkan konsep-konsep dan

variabel-variabel berikut indikator dan item-

itemnya sebagai berikut : Konsep I : Faktor-

68

Page 63: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Faktor yang Mempengaruhi

1. Variabel Kompetensi Kepala Pasar

Variabel kompetensi kepala pasar yang dimaksud

adalah kewenangan dan kemampuan kepala pasar

dalam menjalankan dan melaksanakan tugas

administrator untuk merumuskan kebijaksanaan

teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan serta

koordinasi teknis di bidang retribusi.

2. Variabel Kreativitas Kepala Pasar

Variabel kreativitas kepala pasar yaitu

kemampuan kepala pasar untuk menciptakan cara

baru dalam melaksanakan tugas administratif

perumusan kebijaksanaan teknis, pemberian

bimbingan dan pemibanaan serta koordinasi teknis di

bidang retribusi pasar yang diserahkan kepada kepala

pasar dan perangkatnya serta tidak menyimpang dari

peraturan perundang-undangan.

3. Variabel Persepsi Kepala Pasar

Variabel persepsi kepala pasar yaitu kemampuan

kepala pasar dalam menanggapi pelaksanaan tugas

administratif dalam merumuskan kebijaksanaan

teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan serta

koordinasi di bidang retribusi pasar yang diserahkan

kepadanya dan perangkatnya dengan berpedoman

pada peraturan perundang-undangan.

4. Kondisi dan Potensi Wajib Pungut Retribusi

Variabel kondisi dan potensi wajib pungut

retribusi yaitu keberadaan para pedagang menurut

klasifikasi pasar dan penjelasan barang-barang yang

diperdagangkan.

Konsep II : Efektivitas Penerimaan Restribusi

Pasar

Secara operasional konsep ini didefinisikan

hasil penerimaan restribusi di masing-masing pasar

dalam preiode waktu tertentu. Mengingat konsep ini

telah mendekati hal yang konkrit maka langsung

ditetapkan sebagai variabelnya.

1. Variabel Penerimaan Retribusi pasar

Variabel penerimaan retribusi pasar adalah

sejumlah hasil penerimaan retribusi pasar yang

diperoleh secara optimal oleh masing-msaing Dinas

Pendapatan Kabupaten Jombang dalam setiap periode

tahun penerimaan dan tahun perolehan. Indikator

yang digunakan untuk variabel ini adalah Prosentase

realisasi penerimaan dengan item-item yaitu

Penetapan angka target penerimaan, Penetapan angka

realisasi penerimaan.

Tingkat Pengukuran Variabel

Terhadap beberapa variabel-variabel bebas :

kompetensi administrator, kreativitas administrator,

dan persepsi administrator dinyatakan dalam

tingkatan skala ordinal pada skala likert dengan 5

pilihan jawaban. Sedangkan untuk variabel kondisi

dan potensi wajib pungut restribusi dinyatakan dalam

skala rasio.

Pengambilan Sampel

Yang menjadi satuan penelitian dalam

penelitian ini adalah para Kepala Pasar di Wilayah

Kabupaten Jombang. Berdasarkan data dari Dinas

Pasar daerah tahun 2009 diketahui bahwa jumlah

pasar adalah sebanyak 10 buah. Mengikuti Formula

Yamane (1986) maka dapat ditetapkan besarnya

sampel dengan prestasi 5% yaitu sebesar :

1)( 2 +=

aN

Nn

1)05,0(10

102 +

=

= 10 kepala pasar

Analisis Data

Analisa regresi berganda

Yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan antara laba akuntansi dan laba fiskal

terhadap persistensi laba dan arus kas sebagai variabel

terikat. Adapun rumus dari analisis regresi berganda

menurut Sugiyono (2007:277) adalah sebagai berikut

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4

Dimana :

Y = Efectivitas Penerimaan Retribusí Pasar

bo = Koefisien (intercept)

X1 = Kompetensi

X2 = Kualitas

X3 = Persepsi X4 = Kondisi

b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi dari laba akuntansi

69

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200860

Page 64: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Coefficientsa

11200,123 20626,131 ,543 ,600 -35459,426 57859,672

179,304 42,318 1,655 4,237 ,002 83,575 275,033 ,983 ,816 ,143 ,007 134,688

-1164,862 525,392 -,878 -2,217 ,054 -2353,380 23,657 ,975 -,594 -,075 ,007 138,381

23,878 7,041 ,171 3,391 ,008 7,950 39,806 ,767 ,749 ,114 ,448 2,233

-8,542 3,143 -,122 -2,718 ,024 -15,653 -1,432 -,715 -,671 -,091 ,559 1,790

(Constant)

X1

X2

X3

X4

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval for B

Zero-order Partial Part

Correlations

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Ya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Interpretasi Data

Berdasarkan data yang telah diperoleh dan

disajikan di atas, maka data tersebut dapat

diinterpretasikan dan dianalisis dengan menggunakan

uji – uji sebagai berikut :

Analisa Regresi Berganda

Analisa regrasi berganda adalah digunakan

untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian

ini hasil perhitungan regresi berganda dihasilkan

dengan menggunakan program SPSS. Dan hasil

perhitungannya disajikan sebagai berikut :

Model Summaryb

,995a ,990 ,985 10281,58451 ,990 218,561 4 9 ,000 2,414

Model

1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

R SquareChange

F Change df1 df2 Sig. F Change

Change Statistics Durbin-Watson

Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2a.

Dependent Variable: Yb.

Angka R square adalah 0,995 , hal ini berarti sebesar

99,5% dari X1, X2, X3 dan X4 dapat dijelaskan oleh

variabel Y. Sedangkan sisanya 0,5% dijelaskan oleh

sebab-sebab lain. Semakin besar nilai R square

semakin kuat hubungan ke variabel tersebut.

Coefficientsa

11200,123 20626,131 ,543 ,600 -35459,426 57859,672

179,304 42,318 1,655 4,237 ,002 83,575 275,033 ,983 ,816 ,143 ,007 134,688

-1164,862 525,392 -,878 -2,217 ,054 -2353,380 23,657 ,975 -,594 -,075 ,007 138,381

23,878 7,041 ,171 3,391 ,008 7,950 39,806 ,767 ,749 ,114 ,448 2,233

-8,542 3,143 -,122 -2,718 ,024 -15,653 -1,432 -,715 -,671 -,091 ,559 1,790

(Constant)

X1

X2

X3

X4

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval for B

Zero-order Partial Part

Correlations

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Ya.

Dari uji ANOVA atau F test, didapat F hitung adalah

218,561 dengan tingkat signifikansi 0,0000. Karena

probabilitas (0,000) mendekati 0 atau jauh dari 0,05,

maka model regresi ini bisa digunakan untuk

memprediksi Y :

Y = 11200,123 + 179,304X1 - 1164,862X2 + 23,878X3 – 8,542X4 +e

70

Tabel selanjutnya menggambarkan persamaan

regresi yaitu :

Konstanta sebesar 11200,123 menyatakan bahwa jika

akan ada sebesar

11200,123. Koefisien regresi sebesar

setiap penambahan / peningkatan

X1, X2, X3, X4 sebesar 1 (karena positif) maka

Kualitas akan naik sebesar 11200,123.

11200,123

Xtidak ada 1, X2, X3, X4 maka Y

menyatakan bahwa

Uji t untuk menguji signifikansi konstanta dan

variabel bebas. Terlihat bahwa nilai probabilitas

signikansi adalah 0,000 atau jauh dibawah 0,05.

Sehingga koefisien regresi signifikan atau variabel X1

lebih berpengaruh dengan T hit sebesar 4,237

kemudian X3 dengan T hit sebesar 3,391, X4 dan T hit

sebesar -2,718 dan masing-masing variabel X1, X3

dan X4 nilai á tidak melebih 0,05. sedangkan untuk

varibel X2 T hit -2,217 tidak signifikan karena á

melebih 0,05

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan

yang telah dikemukakan pada bab – bab

sebelumnya, maka dapat penulis simpulkan inti

dari pembahasan, dan simpulan tersebut adalah

sebagai berikut untuk variabel X1, X2 dan X3

perlu adanya peningkatan sehingga kebijakan

penerimaan retribusi pasar bisa dilaksanakan

dengan baik. Sedangkan untuk variabel X4 masih

perlu peningkatan karena kondisi wajib pajak

yang memang dianggap bahwa kurang adanya

sosialisasi tentang retribusi pasar.

Page 65: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Saran

Perlu adanya sosialisasi pada masyarakat terkait

dengan adanya retribusi pasar sehingga petugas

dapat melaksanakan penarikan pajak dengan baik

dan para wajib pajak juga akan menyadari bahwa

mereka memang dikenakan pajak terkait dengan

penyewaan pasar tersebut

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200862

Page 66: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Anthony, Robert N., John Dearden, 1979,

Management Control System, Dialihbahasakan

oleh Ir. Agus Maulana, MBA, Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Davey, K., 1988, Pembiayaan Pemerintah Daerah, Terjemahan Ammanullah, UI-Press, Jakarta.

Devas N., dkk, 1989, Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, terjemahan Masri Maris, UI-Press, Jakarta.

Djojosubroto, D.I, 1992, Masalah dan Prospek Pembiayaan Pembangunan Daerah, Makalah pada Munas ESEI 7,8 September 1992, di Banjarmasin.

Friedlaender dan Due, 1994, Keuangan Negara : Perekonomian Sektor Publik, terjemahan Rudi Sitompul, Erlangga, Jakarta.

Gibson, ivancevich, Donnely, 1991, Organisasi dan Manajemen : Perilaku, Struktur, dan Proses, Diterjemahkan oleh Djoerban Wahid, Erlangga , Jakarta.

Gulo, D., 1982, Psykologi, Penerbit Tonis, Bandung.

Harits, B., 1995, Peran Administrator Pemerintah Daerah, dalam Prisma No. 4, April 1995, LP3ES, Jakarta, hal. 81-95.

Hersey, P., dan Blanchard, 1982, Manajemen Perilaku Organisasi Pendayagunaan Sumver Daya Manusia (Terjemahan), Erlangga.

Kaho, J.R., 1991, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, Rajawali Press, Jakarta.

Kristiadi, J.B., 1991, Mencari Kriteria Alokasi Dana Regional, Prospek Kebijakan Yang Ideal, dalam Prisma No. 8 Agustus 1991, LP3ES, Jakarta, hal. 44-48.

71

__________, 1992, Administrasi Pembangunan dan Administrasi Keuangan Daerah, dalam JIIS2, PAU Ilmu Sosial UI dengan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 37-60.

Kuncoro, M., 1995, Desentralisasi Fiskal di Indonesia, dalam Prisma No. 4 April 1995, LP3ES, Jakarta, hal. 3-17.

Lains, A., 1985, Pendapatan Daerah dalam Ekonomi Orde-Baru, dalam Prisma No. 4 April 1985, LP3ES, Jakarta, hal. 40-57.

Langulung, H, 1964, Kreativitas dan Pendidikan Islam, Analysis Psikologis dan Falsafah (Jakarta Pustaka Al Husna).

Lehler, S., 1980, Leader, Teacher, and Learner in Acedeme, Meridith Cooperation, New York.

M a d d i c k , R . , 1 9 8 3 , D e m o c r a c y , Decentralisation, and Development, Asia Publishing House, Bombay.

Mamesah, D.J., 1995, Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Gramedia, Jakarta.

Maskun., S., 1993, Otonomi Daerah adalah Program Pemerintah, Prisma

Mawhood, P., (ed), 1983, Lical Governmenbt in The third World : The Experience of Tropical Africa, John Wiley & Dons, New york.

Munawir, 1980, Pokok-Pokok Perpajakan, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Pontjowinoto, D., M.P, 1991, Alternatif Reformasi Kebijakan dan Manajemen Keuangan Daerah, dalam Prisma No. 8 Agustus 1991, LP3ES, Jakarta, hal 40-60.

DAFTAR PUSTAKA

Page 67: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Radianto, E., 1997, Otonomi Keuangan Dati II, Suatu Studi di Maluku, dalam Prisma No. 3 Tahun XXVI Maret 1997, LP3ES, jakarta, hal. 39-50.

Rao, T.V., 1996, Penilaian Prestasi Kerja (Teori dan Praktek), PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Robbin, S.O, 1978, The Administration Process, Integrating Theory and Practice Hall of India, New Delhi.

Santoso, B., 1995, Restribusi Pasar sebagai Pendapatan Asli Daerah, dalam Prisma No. 4 April 1995, LP3ES, Jakarta, hal. 19-35.

Siagian, P.S., 1995, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Singarimbun M dan S. Efendi, 1989, Metode Penelitian Survey, LP3ES, jakarta

Solichin, A.W, 1990, Pengendalian Analisis Kebijakan Negara, Rineka Cipta, Jakarta.

__________, 1991, Analisis Kebijakan dan Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara, Bumu Aksara, Jakarta.

_______, 1994, Kebijakan Desentralisasi untuk Menjangkau Kaum Miskin dalam Pelapor BPP FIA Unisma, Jombang, hal. 9 –22.

72

Soedargo, 1964, Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, Penerbit Eresco, Bandung

Supriatna, T., 1993, Sistem Administrasi Pemerintahan di Daerah, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Syamsi, I., 1988, Dasar-Dasar Kebijakan Keuangan Negara, Bina Aksara, Jakarta.

Terry, G.R., 1980, Principles of Management, Richard D. Irwin, Inc., Homewood, Illionis.

Timple, D., 1992, Seri Ilmu dan Seri Manajemen Bisnis, Kreativitas Terjemahan Sofyan Cikmat, Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta.

Winardi, 1990, Pengantar Metodologi Riset, Penerbit Alumni, Bandung

Ya'kub, H., 1984, Menuju Keberhasilan M a n a j e m e n d a n K e p e m i m p i n a n Diponegoro, Bandung.

Zauhar, S., 1995, Reformasi Administrasi : Konsep Dimensi dan Strategi, Bumi Aksara, Jakarta.

Page 68: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Dewasa ini, dinamika kehidupan masyarakat

telah banyak mengalami kemajuan yang cukup pesat,

didukung oleh kemajuan dan perubahan sosial

antropologis masyarakat itu sendiri. Semua aspek

kehidupan masyarakat tidak terlepas dari persaingan

yang semakin ketat, terutama pada bidang ekonomi

dan segala jenis bidang usaha. Semua pelaku ekonomi

dituntut untuk mampu berfikir kritis, evaluatif,

analitis dan mempertimbangkan semua informasi

perkembangan dunia termasuk didalamnya

mengetahui banyak tentang konsumennya.

Kegiatan pemasaran dalam suatu perusahaan

penting karena melalui kegiatan pemasaran inilah

suatu perusahaan dapat mencapai tujuan yang

diharapkan. Sebagaimana diungkapkan oleh Basu

Swasta dan T. Hani Handoko (2000:4), bahwa

pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang

dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya,

berkembang dan mendapatkan laba.

Pesatnya perkembangan ekonomi yang penuh dengan

persaingan menjadikan suatu perusahaan

membutuhkan alternatif strategi agar bisa menguasai

pasar dan memberikan keuntungan yang maksimal.

Keberhasilan suatu perusahaan dalam memenangkan

persaingan ditentukan oleh hubungan baik yang

terjalin dengan konsumen.

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN PENGGUNA PRODUK ROKOK LA LIGHT DI KECAMATAN JOMBANG KABUPATEN JOMBANG

Siti ZuhrohArief Suprihono

Abstract

The aim of this research is knowing the group of LA Light cigarettes' users in Jombang. This research used Cluster analysis to 60 respondents, with main aim to group the population into 2 (two) or more based on the similarity of characteristics in each group. From the research known that LA Light cigarettes is consumed by teenager and adult, with the most population is in second cluster ( 51 respondents), dominated by teenagers and for the first cluster has 9 (nine) respondents and consisted of adults.

Keywords: Cluster, teenager, adult.

James F. Engel (1995:28) mendefinisikan

perilaku konsumen adalah sebagai berikut: “Perilaku

konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan

individu yang secara langsung terlibat dalam

mendapatkan dan mempergunakan barang-barang

dan jasa termasuk didalamnya proses pengambilan

keputusan dalam persiapan dan penentuan pada

kegiatan-kegiatan tersebut. Sedangkan Winardi

(1991:28) menjelaskan perilaku konsumen sebagai

berikut: “Perilaku konsumen dapat dirumuskan

sebagai perilaku yang ditunjukan oleh orang-orang

dalam hal merencanakan, membeli dan menggunakan

barang-barang ekonomi dan jasa”. Mempelajari

perilaku konsumen tidak hanya mempelajari apa yng

dibeli atau dikonsumsi, tetapi juga dimana, bagaimana

biasanya dan dalam kondisi apa barang-barang

ekonomi atau jasa-jasa tersebut di butuhkan.

Tahap dalam proses pengambilan keputusan

menurut Philip Kotler (2002:54) adalah sebagai

berikut ; 1) pengenalan masalah adalah proses

pembelian dimulai ketika pembeli mengenal suatu

masalah atau kebutuhan. Analisa kebutuhan dan

keinginan ditujukan terutama untuk mengetahui

kebutuhan dan keinginan yang tak terpenuhi. Pada

tahap inilah pengambilan keputusan mualai

dilakukan, 2) Pencarian informasi dapat bersifat aktif

(berupa kunjungan terhadap beberapa kantor

Arief Suprihono, Mahasiswa STIE PGRI Dewantara, Siti Zuhroh, dosen STIE PGRI Dewantara Jombang

74

Page 69: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

pemasaran untuk membuat perbandingan harga dan

kualitas produk), pencarian informasi dapat bersifat

pasif (hanya dengan membaca periklanan), pencarian

informasi dapat bersifat intern (dapat berasal dari

informasi perorangan), pencarian informasi yang

bersifat ekstern (dapat berasal dari media massa)

sumber-sumber pembelian yang diperoleh dari

perusahaan (periklanan), 3) evaluasi alternative

setelah konsumen dapat mengumpulakan informasi

maka ia akan membuat pertimbangan terhadap

produk-produk yang akan dibeli yang diharapkan

dapat memuaskan kebutuhannya. Disini konsumen

akan mengevaluasi beberapa alternative atau pilihan

produk yang mampu memberikan manfaat sesuai

dengan keinginan, 4) pengambilan keputusan dalam

tahap evaluasi konsumen membentuk referensi

diantara merk-merk dalam kelompok pilihan.

Konsumen akan bermaksud membeli merk yang

paling disukai. Namun ada dua faktor yang

mempengaruhi maksud dan keputusan membeli.

Faktor tersebut adalah sikap atau pendirian orang lain

dan situasi yang tidak diantisipasi, dimana faktor ini

dapat mengubah maksud pembelian tersebut, 5)

perilaku setelah pengambilan keputusan, setelah

memilih suatu produk konsumen akan mengalami

suatu kepuasan. Kepuasan pembeli merupakan fungsi

dari seberapa dekat antara harapan pembeli akan

produk dengan daya guna yang dirasakan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumen menurut Philip Kotler (1997;153) ada

empat faktor yaitu :

a. Faktor budaya, kaktor kebudayaan memiliki

pengaruh yang paling luas dan mendalam

terhadap perilaku. Faktor ini dari budaya, sub

budaya dan kelas sosial. budaya merupakan

penentu keinginan dan perilaku yang paling

mendasar. Setiap budaya terdiri dari sub-budaya

yang lebih kecil. Sub-budaya terdiri dari bangsa,

agama, kelompok ras, dan daerah geografis.

Banyak sub-budaya yang membentuk segmen

pasar penting, dan pemasar sering merancang

produk dan program pemasaran yang

disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

b. Faktor sosial, Perilaku seorang konsumen

dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti

kelompok acuan, keluarga, serta peran dan

status konsumen. Kelompok acuan terdiri dari

semua kelompok yang memiliki pengaruh

langsung (tatap muka) atau tidak langsung

terhadap sikap atau perilaku seseorang.

Kelompok acuan menghadapkan seseorang

pada perilaku dan gaya hidup baru. Mereka juga

mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi

seseorang. Mereka menciptakan tekanan untuk

memenuhi apa yang mungkin mempengaruhi

pilihan produk dan merek aktual seseorang.

Keluarga adalah organisasi pembelian

konsumen yang paling penting dalam

masyarakat. Anggota keluarga merupakan

kelompok acuan primer yang paling penting

berpengaruh. Peran dan status, peran meliputi

kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh

seseorang, dan setiap peran memiliki status.

Orang-orang memilih produk produk yang

mengkomunikasikan peran dan setatus mereka

dalam masyarakat.

b. Faktor pribadi, faktor ini yang mempengaruhi

perilaku konsumen adalah karena faktor usia

dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan

ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan

konsep diri.

c. Faktor Psikologis, Faktor-faktor ini meliputi

beberapa unsur, diantaranya motivasi, persepsi,

pengetahuan, serta keyakinan dan pendirian.

Produk rokok LA Lights merupakan jenis rokok

mild yang dikonsumsi oleh semua kalangan

konsumen dengan atribut-atribut yang melekat,

seperti kemasan, rasa, image, harga, promosi

dan merk terkenal. Oleh karena itu peneliti

tertarik meneliti " Analisis Perilaku Konsumen

Produk Rokok LA Light Di Kecamatan

Jombang Kabupaten Jombang ".

Sesuai dengan judul, berbicara mengenai

perilaku konsumen tidak lepas dari segmentasi

konsumen (remaja, anak muda dan dewasa) yang

mengkonsumsi produk rokok LA Lights. Identifikasi

konsumen penting karena persaingan Industri rokok

telah meningkat dewasa ini, sehingga bisnis rokok

yang sukses harus memiliki strategi pemasaran yang

tepat. Hasil penelitian ini dapat menggambarkan

segmentasi konsumen dari kalangan konsumen yang

berbeda, sehingga hasil penelitian ini dapat berguna

75

Page 70: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

bagi industri rokok dalam menyusun strategi.

Kerangka Konseptual

Variabel mendorong konsumen untuk membeli produk rokok LA Lights : - Kemasan/Pack - Rasa (taste)

- Image - Harga

- Promosi - Merk Terkenal

Cluster 2

(Kelompok 2)

Cluster 1

(Kelompok 1)

Segmentasi Konsumen

Penentuan Kebijakan

METODE

Penelitian ini menggunakan analisis

“cluster” yang mempunyai tujuan utama untuk

menempatkan sekumpulan objek ke dalam dua atau

lebih grup (kelompok) berdasarkan kesamaan-

kesamaan objek atas dasar berbagai karakteristik,

Simamora (2005:200). Melalui penelitian ini ingin

mengetahui kalangan konsumen (kalangan remaja,

kalangan anak muda dan kalangan dewasa) yang membeli produk rokok LA Lights.

Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan instrumen kuesioner, sehingga

penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian

survey. Menurut Singarimbun (2006:3)

penelitian survey adalah penelitian yang

mengambil sampel dari satu populasi dengan

menggunakan kues ioner sebagai a la t

pengumpulan data yang pokok. Dengan demikian

lingkungan penelitian ini ada pada lingkungan yang sebenarnya (lapangan).

Variabel-variabel yang dipakai yang terkait dengan produk rokok LA light dan variabel-variabel tersebut antara lain : 1. Kemasan (Pack)

Yaitu bentuk dan model kemasan (limited edition) dirancang sedemikian rupa sehingga menjadikan seseorang bangga

untuk membawa produk rokok LA Light.

2. Rasa (taste)

Adalah cita rasa konsumen untuk

mengkonsumsi produk rokok LA Light

Light

3. Image

Merupakan nama baik yang ada di

masyarakat atas kepuasannya salama ini

dalam mengkonsumsinya4. Harga

Menurut Kotler (1997:339) harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat yang dimiliki dengan menggunakan produk atau menggunakan produk atau jasa.

5. Promosi Menurut Payne (2000:189) promosi

merupakan alat yang digunakan perusahaan

untuk berkomunikasi dengan pasar sasaran.

Dalam bauran komunikasi terdapat variasi

luas dari alternatif alat komunikasi yang

dapat dipergunakan dalam suatu program

komunikasi.

6. Merk terkenal

Adalah merk Djarum sudah terkenal di

masyarakat kota maupun desa

Populasi penelitian ini merupakan

populasi target adalah seluruh konsumen perokok LA Light di kawasan Alun – alun Jombang yang berada di Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. Berdasarkan pertimbangan diatas peneliti mengambil sampel perokok LA Light yang ada di kawasan alun-alun Jombang yang memiliki karakteritik yang sama, dengan

76

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200866

Page 71: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

mengambil sampel sebanyak 60, Hal ini sesuai dengan

pendapat Roscoe dalam Sugiyono (2007:102),

”ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah

antara 30 sampai dengan 500.

Sesuai dengan tujuan penelitian, Dalam

penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis

multivariate, menurut Umar (2000:349) analisis

Multivariate yaitu merupakan teknik-teknik statistika

yang memusatkan perhatian pada struktur hubungan

simultan diantara tiga atau lebih fenomena. Dan alat

analisis yang digunakan adalah analisi gerombol

(Cluster).

HASIL

Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian yang dilakukan

sejumlah responden sebanyak 60 orang yang menjadi

membeli produk rokok LA Lights sebagai sampel

penelitian, diperoleh diskripsi karakteristik konsumen

sebagai berikut :

Tabel 1 : Karakteristik Konsumen Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Prosentase

13-20 tahun

21-28

37

24

29

5

2

40%

48,3%

8,3%

3,4%

60 100%

tahun

29-36 tahun

tahun keatas

Jumlah

Sumber : Data Primer Diolah (2009)

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa, dari 60

responden yang berumur antara 13-20 tahun

sebanyak 24 orang atau 40%, umur 21-28 tahun

sebanyak 29 orang atau 48,3%, 29-36 tahun

sebanyak 5 orang atau 8,3% dan 37 tahun keatas

sebanyak 2 orang atau 3,4%.

Tabel 2 :

Karakteristik konsumen

berdasarkan pekerjaan

Sumber : Data Primer Diolah (2009)

Berdasarkan pekerjaan, diperoleh

gambaran bahwa responden teranyak adalah pelajar

yaitu sebanyak 21 orang atau 35%, mahasiswa

sebanyak 20 orang atau 33,3 %, pekerjaan swasta

sebanyak 16 orang atau 26,7% dan sisanya responden

3 orang atau 5%.

Penyajian Data Analisis Cluster

A. Analisis Tabel Anova

Analisa cluster dari enam variabel berisi

dua klaster untuk membagi 60 responden berdasarkan

sikap konsumen untuk membeli produk rokok LA

Lights di Kecamatan Jombang. Untuk mengetahui

terhadap kesamaan maupun perbedaan diantara dua

kelompok tersebut dapat dilihat pada tabel 3 , dan

untuk mempermudah pembahasan.

Tabel 3 Anova

Sumber : Lampiran SPSS

77

Page 72: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Berdasarkan tabel 3, terlihat ada satu

variable dengan angka signifikan lebih dari 0,05, yaitu

variable satu (V1) atau kemasan, dengan demikian

variabel kemasan tidak membedakan cluster 1 dengan

cluster 2. sehingga tinggal 5 variabel yang dapat

dianalisis lebih lanjut.

Dari tabel 3 tabel Anova semakin besar

angka F, maka semakin besar perbedaan cluster 1 dan

cluster 2, terlihat angka F terbesar 93,418 atau

variabel merk terkenal. Hal ini berarti reponden

cluster 1 mempunyai persepsi yang sangat berbeda

tentang kemasan produk rokok LA Lights, jika

dibandingkan dengan sikap reponden di cluster 2.

Kemungkinan responden cluster 2 menganggap merk

terkenal tidak begitu penting dalam membeli produk

rokok LA Lights, sebaliknya reponden cluster 1

menganggap merk terkenal justru mendorong

konsumen untuk membeli rokok LA Lights. Variable

yang paling mebedakan selanjutnya secara berurutan

adalah promosi dengan nilai F sebesar 55,795, image

dengan nilai F sebesar 24,494, harga dengan nilai F

sebesar 21,992, cita rasa dengan nilai F sebesar 11,377

dan kemasan dengan nilai F sebesar 8,096.

A. Final Cluster Center

Dari 5 variabel yang relevan untuk

membedakan isi cluster dapat dianalisis sikap

konsumen yang termasuk cluster 1 dan cluster 2. Pada

penelitian ini skala pengujuran yang digunakan dari 1

samapai 5, maka rata-rata adalah (5+1)/2 = 3,

sehingga :

·Jika angka tabel di bawah 3, berarti

sikap konsumen yang mendorong

untuk membeli rokok LA Lights

cenderung negatif.

·Jika angka tabel di atas 3, berarti sikap

konsumen yang mendorong untuk

membeli rokok LA Lights cenderung

positif.

- Variabel rasa, terlihat rasa untuk cluster 1 dan cluster 2 diatas 3, hal ini berarti reponden cluster 1 dan cluster 2 relatif terdorong terhadap rasa untuk membeli produk rokok LA Lights.

- Variabel image, terlihat image untuk cluster

2 (4) > cluster 1 (3). Hal ini berarti

reponden cluster 2 relatif lebih terdorong

terhadap image untuk membeli produk

rokok LA Lights.

- Variabel Harga, terlihat Harga untuk cluster

2 (4) > cluster 1 (3). Hal ini berarti

reponden cluster 2 relatif lebih terdorong

terhadap Harga untuk membeli produk

rokok LA Lights.- Variabel Promosi, terlihat Promosi untuk

cluster 2 (4) > cluster 1 (2). Hal ini berarti reponden cluster 2 relatif lebih terdorong terhadap Promosi untuk membeli produk rokok LA Lights. Karena cluster 1 dibawah 3, maka sikap responden cluster 1 terhadap variabel promosi adalah cenderung negatif yang menganggap promosi t idak mendorong konsumen dalam membeli

rokok LA Lihgts.

- Variabel Merk Terkenal, terlihat Merk

Terkenal untuk cluster 2 (4) > cluster 1 (2).

Hal ini berarti reponden cluster 2 relatif

lebih terdorong terhadap Merk Terkenal

untuk membeli produk rokok LA Lights.

Karena cluster 1 dibawah 3, maka sikap

responden cluster 1 terhadap variabel Merk

Terkenal adalah cenderung negatif yang menganggap Merk Terkenal tidak mendorong konsumen untuk membeli rokok LA Lihgts.

78

C. Jumlah Responden Tiap Cluster

Number of Cases in each Cluster

9,000

51,000

60,000

,000

1

2

Cluster

Valid

Missing

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200868

Page 73: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Berdasarkan tabel 5, terlihat bahwa dari 60

responden, cluster 1 berisi 9 orang sedangkan cluster

2 berisi 51 orang. Atau dapat dianggap bahwa

presentase cluster 1 adalah 9/60 x 100% = 15 % dan

presentase cluster 2 adalah 51/60 x 100% = 85 %. Dari

hasil diatas dapat dianggap bahwa konsumen rokok

LA Lights kebanyakan di cluster 2.

D. Komposisi Usia Cluster

USIA * Cluster Number of Case Crosstabulation

% within Cluster Number of Case

22,2% 19,6% 20,0%

22,2% 21,6% 21,7%

55,6% 58,8% 58,3%

100,0% 100,0% 100,0%

dewasa

muda

remaja

USIA

Total

1 2

Cluster Number ofCase

Total

Tabel 6 Komposisi usia Cluster

Pada tabel komposisi usia cluster (tabel 6)

terlihat cluster 1 dan cluster 2 didominasi oleh kaum

remaja sekitar 50 %-an kaum dewasa dan muda

sekitar 20%.

PEMBAHASAN

Sesuai dengan rumusan masalah pada bab

sebelumnya, dan berdasarkan analisis yang dilakukan

pada 60 responden dengan menggunakan analisis

cluster diperoleh hasil dari enam variabel untuk dua

cluster tentang sikap konsumen untuk membeli

produk rokok LA Lights di Kecamatan Jombang,

variable satu (V1) atau kemasan, tidak membedakan

cluster 1 dengan cluster 2 karena memiliki angka

signifikansi lebih dari 0,05. Terdapat 5 variabel yang

membedakan cluster 1 dengan cluster 2, yaitu variabel

taste, image, harga, promosi dan merk terkenal.

Cluster 1 adalah responden yang terdorong

terhadap rasa (taste) untuk membeli rokok LA Lights.

Responden cluster 1 juga cukup memperhatikan

variable image, harga, promosi dan merk terkenal

untuk membeli rokok LA Lights. Cluster 2 adalah

responden yang terdorong terhadap variable image,

harga, promosi dan merk terkenal untuk membeli

rokok LA Lights. Responden cluster 2 juga punya

perhatian terhadap variabel rasa (taste) untuk

membeli rokok LA Lights. Pada cluster 2 memiliki

jumlah konsumen lebih banyak dari cluster 1, dan

komposisi usia didominasi oleh kaum remaja sekitar

50 %-an, sehingga konsumen yang membeli produk

rokok LA Lights kebanyakan kaum remaja dan

sisanya kaum dewasa dan muda. Berdasarkan analisis

tersebut pihak manajemen dalam menentukan

kebijakan pemasaran lebih berfokus pada cluster 2.

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dengan

menggunakan analisis cluster dari enam variabel

untuk dua klaster pada 60 responden berdasarkan

sikap konsumen untuk membeli produk rokok LA

Lights di Kecamatan Jombang ternyata produk rokok

LA Lights dikonsumsi oleh kalangan remaja,

kalangan muda dan kalangan dewasa. Pengujian

dengan dua cluster, cluster 2 memiliki jumlah sampel

yang terbanyak yaitu 51 orang dan cluster 1 sebanyak

9 oarang, dan didominasi oleh kaum remaja sekitar,

hal ini berarti konsumen yang membeli produk rokok

LA Lights kebanyakan kaum remaja dan sisanya

kaum dewasa dan muda.

Saran

Adapun saran-saran yang peneliti uraikan

berdasarkan analisis pada bab sebelumnya adalah

sebagai berikut :

1. Karena komposisi konsumen lebih banyak di

cluster 2 hendaknya pihak perusahaan lebih

memperhatikan variabel image, harga, promosi

dan merk terkenal dalam menentukan kebijakan

di masa datang.

2. Pada cluster 2 komposisi usia lebih didominasi

kaum remaja, hendaknya pihak perusahaan

menentukan kebijakan terutama pemasaran

dengan melakukan promosi yang tepat untuk

kaum remaja, misalnya dengan festival musik.

3. Cluster 1 yang membedakan konsumen adalah

variabel rasa, juga perlu mendapat perhatian

dengan mempertahankan cita rasa produk LA

Lights meskipun memiliki komposisi

konsumen yang kecil, karena variabel ini juga

mendorong konsumen untuk membeli produk

rokok LA Lights.

79

Page 74: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

4. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya menggunakan variabel-variabel yang tidak diteliti dalam

penelitian ini, misalnya segmentasi pasar berdasarkan persepsi konsumen produk rokok LA Lights.

DAFTAR PUSTAKA

Basu Swastha, Irawan, 2002. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta : Liberty Offset

Basu Swastha, Hani Handoko, 2000. Manajemen Pemasaran Analisa perilaku Konsumen. Yogyakarta : BPFE.

Husein, Umar, 2002.Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum.

James F. Engel, 1995. Perilaku Konsumen jilid I, ed VBI. Cetakan I. Jakarta ; Binarupa Aksara.

Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol, edisi

kesembilan, terjemahan Ancella Anitawati Hermawan, PT Prenhallindo, Jakarta.

Kotler Philip, 2002. Manajemen Pemasaran (analisis, perencanaan dan peegendalian) terjemahan oleh Elen

Gunawan. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Malhotra Naresh K, 1996. Marketing Research and Applied Orientation. Prentice Hall, Inc.

Masri, Singarimbun,Sofian Efendi, 2006, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Yogyakarta

Singgih S, Fandi T, 2002. Riset Pemasaran Konsep Aplikasi dengan SPSS. Jakarta : Penerbit PT Elex Media

Komputindo.

Simamora, Bilson, 2005. Analisis Multivariate Pemasaran, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Suharsimi, Arikunto.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi vi. Reineka Cipta.

Jakarta

80

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200870

Page 75: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN MASYARAKAT

DALAM MENGAMBIL KREDIT DI PD. BPR “BANK PASAR” JOMBANG

Erminati PancaningrumSuhariani

Abstract

Learning the behavior of consumers, on the substance involved in our studies on human behavior. Term

behavior of consumers in general, focus on the behavior of specific individuals, who choose the product

concerned, even though they were not involved in the case plan or select a product using the product. Society

would be very selective in choosing a bank that will serve as the place to do the activities and financial needs

will be. The decision to become a customer of a bank is influenced by many factors, both internal or external

bank itself. Thus factors that influence the decision to become a customer of a bank is not a decision that is

temporary but the decision is a long-term needs because of the relationship and the expected benefit.

In this research the purpose of research is to understand factors that people consider to take the credit in the

PD. BPR “Bank Pasar” Jombang and to know the factors considered the most dominant community to take

the credit in the PD. BPR “Bank Pasar” Jombang.

The form of this research used the form of research eksploratif [it] of it is open, still looking for – search and

not have the hypothetical in which the research it as a first step to a more in-depth research, good research is

descriptive research or explanation. Through research eksploratif the research problem can be formulated

more clearly and in detail. The analysis tool used in this research, namely factor analysis with the help of

SPSS computer program.

From the results of the research shows that most factors that influence people to take the credit in the PD. BPR

“Bank Pasar” Jombang is because PD. BPR “Bank Pasar” is owned by the Local Government of Jombang. As

is know that some of the customers in the PD. BPR “Bank Pasar” is from Civil Public Servant. In the era of

global crisis such as now, the banking sector is experiencing a lot of bankruptcy. There is an assurance from

the Local Government of Jombang. make sense of security for our customers. As one of the assets owned by

the local Governmet of Jombang. then the PD is due. BPR “Bank Pasar” Jombang more attention to the

welfare of the people down to medium, given the results of the respondents indicate that most of the

customers in the PD. BPR “Bank Pasar” is a handsome middle to bottom, especially in the Civil Servant in the

Local Government of Jombang.

Keywords : behavior of consumers, credi,t bank, factors considered the most dominant

* Erminati Pancaningrum, dosen STIE PGRI Dewantara Jombang Suhariani. alumni STIE PGRI Dewantara Jombang

81

Mempelajari perilaku konsumen, pada

hakekatnya melibatkan kita pada studi tentang

perilaku manusia. Istilah perilaku konsumen pada

umumnya memusatkan perhatian pada perilaku

individu khusus, yang membeli produk yang

bersangkutan, sekalipun orang itu tidak terlibat dalam

hal merencanakan pembelian produk tersebut ataupun

menggunakan produk tersebut.

Masyarakat tentunya akan sangat selektif

dalam memilih bank yang akan dijadikan sebagai

tempat untuk melakukan aktivitas dan kebutuhan akan

keuangannya. Masyarakat sebagai nasabah dalam

p e l a k s a n a a n n y a m e r u p a k a n p e n d u k u n g

perkembangan suatu bank, oleh sebab itu berbagai

penawaran di tawarkan oleh bank melalui product,

price, promotion dan place misalnya, pemberian

Page 76: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

82

hadiah, potongan bunga serta kemudahan dalam

memperoleh kredit. sehingga diharapkan masyarakat

menjadi tertarik untuk nasabah bank tersebut.

Keputusan untuk menjadi nasabah suatu bank

dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari intern bank

maupun dari ekstern bank itu sendiri. Dengan

demikian faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan untuk menjadi nasabah suatu bank

bukanlah merupakan keputusan yang bersifat

sementara tetapi merupakan keputusan jangka

panjang karena menyangkut kebutuhan dan hubungan

yang diharapkan menguntungkan.

Semakin ketatnya persaingan antar bank tersebut

muncul persoalan yang baru yaitu kebutuhan

produsen dipasar adalah perebutan tempat di hati

konsumen yang merupakan salah satu aspek yang

mulai cukup mendasar bagi sektor perbankan untuk

dapat tetap survive. Sehubungan dengan masalah

tersebut kepuasan konsumen merupakan hal penting

dan perlu diperhatikan dan bank hendaknya tanggap

dengan keadaan-keadaan atau kondisi pasar yang ada.

Dengan mempelajari perilaku konsumen,

akan diketahui kesempatan baru yang berasal dari

belum terpenuhinya kebutuhan dan kemudian

diidentifikasi untuk mengadakan segmentasi pasar.

Dan dalam mempelajari perilaku konsumen dalam

mengadakan transaksi untuk memahami mengapa dan

bagaimana tingkah laku konsumen dalam memenuhi

kebutuhannya. Perilaku konsumen secara umum

dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik secara

individu maupun secara bersama-sama yang dapat

berpengaruh terhadap keputusan seseorang

melakukan transaksi, baik dalam memilih produk atau

jasa.

Seperti diketahui bahwa masalah permodalan

seringkali menjadi hambatan bagi usaha kecil. Dalam

rangka ikut serta menunjang suksesnya pembangunan

daerah Kabupaten Jombang, salah satu kendala yang

dihadapi untuk pengembangan usaha kecil adalah

masalah permodalan. Untuk itu pemerintah

Kabupaten Jombang mendirikan Perusahaan Daerah

Bank pasar dengan tujuan menolong pedagang-

pedagang kecil, bakul-bakul di bidang permodalan.

Untuk mencapai tujuan dimaksud Bank Pasar

berusaha memberikan pinjaman atau kredit kepada

pedagang kecil dan bakul-bakul serta memberi

pinjaman atau kredit untuk meningkatkan usaha para

pengusaha kecil, para pengrajin, industri rumah

tangga dan karyawan (PNS) yang ada di Jombang.

TINJAUAN UMUM TENTANG BANK

Ada beberapa pengertian tentang bank yang

akan dikemukakan oleh beberapa ahli. Istilah bank

berasal dari bahasa Italia “banca” yang berarti meja

yang digunakan oleh para penukar penitipan atau

penyimpanan uang, pemberi atau penyalur kredit dan

juga perantara di dalam lalu lintas pembayaran

(Iswardono SP, 1990).

Sedangkan menurut Undang-Undang Pokok

Perbankan No. 7 tahun 1992 didefinisikan : Bank

sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas

pembayaran dan peredaran uang. Di dalam definisi

tersebut diatas, disebut lembaga keuangan. Adapun

pengertian dari lembaga keuangan adalah semua

badan yang melalui kegiatan-kegiatan di bidang

keuangan menarik uang dari dan menyalurkannya ke

dalam masyarakat.

Dalam Undang-Undang perbankan Nomor 7 tahun

1992 pasal 5, menurut jenisnya bank terdiri dari :

1. Bank umum, adalah bank yang dapat

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang

menerima simpanan, hanya dalam bentuk

deposito berjangka, tabungan dan bentuk

lainnya yang disamakan dengan itu.

Tugas pokok perbankan adalah :

1. Memberikan pinjaman (kredit) kepada orang

atau badan usaha (perusahaan) yang

membutuhkan uang.

P in jaman yang d iber ikan in i l eb ih

dititikberatkan pada masalah peningkatan

produksi bukan untuk memenuhi kebutuhan

yang bersifat konsumtif (pinjaman yang sekali

pakai habis). Jangka waktu pinjaman yang

diberikan ini dapat berupa Kredit jangka

pendek, Kredit jangka menengah dan Kredit

jangka panjang. Disamping bantuan bank yang

bersifat pinjaman kepada pengusaha, bank juga

ikut berpartisipasi dalam permodalan untuk

perusahaan yang membutuhkan modal.

2. Penyertaan modal saham dalam perusahaan

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200872

Page 77: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

83

yang sehat, agar terbuka kemungkinan

pengembangannya yang lebih cepat atas dasar

pertimbangan keuangan yang sehat.

3. Menarik uang dari masyarakat. Masyarakat

dapat memanfaatkan jasa bank-bank ini berupa

menerima uang dari masyarakat. Bentuk-

bentuk simpanan ini antara lain berupa :

rekening koran, deposito berjangka dan

tabungan .

4. Memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas

pembayaran dan peredaran uang. Jasa-jasa ini

antara lain : pengeluaran cek, deposito

berjangka, lalu lintas uang giral dan sebagainya.

Sedangkan fungsi pokok perbankan yaitu

menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya

menyalurkan kembali dalam bentuk kredit.

PERILAKU KONSUMEN

Dengan mempertimbangkan konsumen

melakukan tindakan pembelian terhadap suatu barang

tertentu, maka perusahaan harus mempelajari dan

menyelidiki mengapa seseorang memilih untuk

menabung tersebut. Di samping itu juga harus

diperhatikan bahwa seseorang melakukan pembelian

terhadap barang atas pertimbangan yang irasional.

Atas dasar hal-hal tersebut diatas maka perusahaan

mengerti perilaku konsumen sebelum memasarkan

barang produksinya.

Perilaku konsumen (costumer behavior)

didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu

yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan

mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk

didalamnya proses pengambilan keputusan dalam

persiapan dan penentuan pada kegiatan-kegiatan

tersebut. (James F Engel , 1995).

Perilaku konsumen dapat dirumuskan

sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang

dalam hal merencanakan, membeli dan menggunakan

barang-barang ekonomi dan jasa-jasa (Winardi, 199l,

28). Mempelajari perilaku konsumen tidak hanya

mempelajari apa yang dibeli atau dikonsumsi, tetapi

juga dimana, bagaimana biasanya dan dalam kondisi

apa barang-barang dan jasa yang dibeli.

Bagi konsumen, pembelian bukanlah

merupakan satu tindakan saja, melainkan terdiri dari

beberapa tindakan yang meliputi keputusan tentang

jenis produk, bentuk, merk, jumlah dan waktu serta

cara pembayarannya. Untuk memahami mengapa dan

bagaimana konsumen membeli barang dan jasa

tersebut maka diperlukan analisa perilaku konsumen,

karena dengan mengetahui kesempatan baru yang

berasal dari belum terpenuhinya kebutuhan konsumen

maka dapat dilakukan dengan beberapa tahapan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERILAKU KONSUMEN

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumen menurut Berkowits, dkk (1992 ; 117) ada

empat yaitu faktor marketing mix, sosial budaya,

psikologi dan situasi.

1. Faktor Marketing mix

Merketing mix adalah kombinasi dari

empat variabel atau kegiatan yang merupakan

inti dari sistem pemasaran perusahaan yakni

produk, struktur harga, kegiatan promosi dan

sistem distribusi. (Basu Swasta dan

Irawan,1990 ; 23)

Unsur yang dikombinasikan dalam

marketing mix, lebih terkenal dengan sebutan 4

P yaitu Product, Price, Place (distributor) dan

Promotion. Jadi untuk keberhasilan pemasaran

suatu barang, harus ada keterpaduan unsur-

unsur itu, misalnya barang X produknya

bermutu baik, harga bersaing, reklame gencar,

dan distribusi lancar, jelas pemasaran barang X

tersebut akan sukses. Yang penting disini

pengusaha harus mencari kombinasi mana yang

terbaik dari 4 P tersebut.

2. Faktor sosial budaya

Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang

paling luas dan pengaruhnya selalu berubah

se t iap waktu sesuai kemajuan a tau

perkembangan jaman dari masyarakat tersebut.

Faktor ini dari budaya, sub budaya dan kelas

sosial. Faktor sosial dapat mempengaruhi

perilaku konsumen seperti kelompok referensi,

keluarga serta status sosial konsumen.

keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi

oleh pribadi yang tampak, khususnya umur dan

spesifik dan siklus hidup, kepribadian dan

konsep diri, disamping dipengaruhi oleh

psikologi seperti motivasi.

Page 78: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

84

3. Faktor Psikologis

Adalah sifat khas dari kepribadian manusia.

Faktor ini sangat mempengaruhi terhadap

keputusan pembelian, apa yang dibeli sesuai

dengan kebutuhannya, untuk apa barang

tersebut dibeli, bagaimana persepsi dan

kepercayaan terhadap suatu produk. Faktor-

faktor ini meliputi beberapa unsur yaitu :

- Motivasi : Dorongan kebutuhan dan

keinginan individu yang diarahkan pada

tujuan untuk memperoleh kepuasan.

- Kepribadian : menyangkut kebiasaan,

sikap dan ciri-ciri sifat atau watak yang

menentukan kepribadian perilaku.

- Persepsi : penilaian seseorang terhadap

sesuatu sehingga dia bisa menyeleksi dan

menginterpretasikan informasi.

- Nilai, Kepercayaan : penilaian subyektif

seseorang terhadap kebaikan suatu

produk, merk pada atribut-atribut yang

berbeda dalam mengkonsumsi suatu

produk.

- Gaya Hidup ; Pong dalam menghabiskan

waktu dan aktifitas.

4. Faktor Situasi

Adalah pengaruh yang timbul dari faktor yang

khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik

dan lepas dari karakteristik konsumen dan

produk antara lain lingkungan fisik, lingkungan

sosial (ada atau tidaknya orang lain), waktu

(sifat sementara dari situasi ketika perilaku

terjadi), tugas dan keadaan antesenden (suasana

hati sementara seperti kecemasan).

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku

konsumen menurut Philip Khotler (1984) yakni : 1)

Pribadi meliputi : usia dan sikap hidup, Jabatan dan

keadaan ekonomi, Gaya hidup, dan Kepribadian dan

konsep diri. 2) Psikologi meliputi : Motivasi, Persepsi,

Belajar dan Kepercayaan dan Sikap (Kotler, 1984)

KREDIT

Kata “kredit” berasal dari bahasa Romawi

yaitu “Credere” yang yang berarti kepercayaan (Truth

atau faith). Jadi kredit artinya kepercayaan yang

mengandung ketidakpastian. Pengertian kredit

menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun

1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan pinjam memimjam antara bank

dengan pihak lain mewajibkan pihak peminjam

melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu

dengan pemberian bunga.

Adapun pengerian kredit dalam praktek

sehari-hari menurut Irianto (1995) adalah pemberian

uang atau barang/jasa kepada pihak lain tanpa

menerima imbalan langsung bersama, tetapi dengan

'percaya' bahwa pihak yang menerima uang atau

barang tersebut akan mengembalikan atau melunasi

hutangnya sesudah jangka waktu tertentu.

Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa dalam

pengertian kredit itu ada sifat-sifat yang menonjol

antara lain :

1. Adanya unsur waktu yang memisahkan antara

prestasi dan imbalan prestasi

2. Kredit terjadi karena adanya kepercayaan

3. Kredit terjadi karena adanya perjanjian

/persetujuan atau pemberian kredit itu adalah

pergerakan hak kekuasaan atas benda (prestasi)

dengan di berikannya janji bahwa pada masa

yang akan datang atau waktu yang telah di

tentukan.

Kebijaksanaan perkreditan merupakan

kebijaksanaan moneter yaitu sebagai salah satu sarana

untuk meningkatkan program ekonomi dan

pembangunan sesuai dengan disebutkan dalam

Trilogi pembangunan yang terdiri dari : meningkatkan

pendapatan dan produksi, stabilitas harga dan

pemerataan pendapatan. Secara makro kredit

merupakan suatu alat atau sarana yang digunakan

untuk mencapai suatu perkembangan seperti yang

diinginkan. Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga

kredit didasarkan atas suatu kepercayaan, sehingga

dengan demikian pemberian kredit merupakan

pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa suatu

lembaga kredit baru akan memberikan kredit kalau ia

betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan

mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai

dengan jangka waktu dan sarat-sarat yang disetujui

oleh kedua belah pihak.

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200874

Page 79: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

85

Unsur-unsur kredit adalah :

1. Kepercayaan

Yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa

prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk

uang, barang atau jasa akan benar-benar

diterimanya kembali dalam jangka waktu

tertentu di masa yang akan datang.

2. Waktu

Yaitu masa yang memisahkan antara

pembayaran prestasi dengan kontrak prestasi

yang akan diterima pada masa yang akan

datang.

3. Degree of Risk

Yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi

sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang

memisahkan antara pemberian prestasi dengan

kontra prestasi yang akan diterimanya

kemudian hari. Semakin lama kredit yang

diberikan semakin tinggi tingkat resiko, karena

sejauh-jauh kemampuan manusia untuk

menerobos hari depan itu, maka masih selalu

terdapat unsur ketidak pastian yang tidak dapat

diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan

timbulnya unsur resiko. Dengan adanya unsur

resiko inilah maka timbullah jaminan dalam

pemberian kredit.

Prestasi atau obyek kredit itu tidak saja diberikan

dalam bentuk uang tetapi juga bisa dalam bentuk

barang atau jasa. Namun demikian, karena kehidupan

ekonomi modern sekarang ini didasarkan pada uang,

maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut

uanglah yang sering kita jumpai.

JENIS-JENIS KREDIT BANK

Dalam praktek saat ini, secara umum terdapat

beberapa jenis kredit yang diberikan oleh bank kepada

para nasabahnya, menurut H. Malayu S. P Hasibuan

(1999) : Jenis kredit dapat dibedakan berdasarkan

jangka waktunya, tujuan/kegunaannya, sektor

perekonomian, cara penggunaannya, dan berdasarkan

jaminannya.

1. Berdasarkan jangka waktu, dibagi menjadi

kredit jangka pendek, kredit jangka menengah,

kredit jangka panjang. Ketiga macam kredit

tersebut diatur dalam pasal 1 huruf d Undang-

undang Perbankan Nomor 14 Tahun 1967:

1) Kredit jangka pendek yaitu kredit yang

jangka waktunya paling lama satu tahun

saja.

2) Kredit jangka menengah yaitu kredit

yang jangka waktunya antara satu sampai

tiga tahun.

3) Kredit jangka panjang yaitu kredit yang

jangka waktunya lebih dari tiga tahun.

2. Berdasarkan tujuan kegunaannya

1) Kredit Investasi

Yaitu kredit yang dipergunakan untuk

investasi produktif, tetapi bank akan

menghasilkan dalam jangka waktu yang

relatif lama. Biasanya kredit ini diberikan

grace period, misalnya kredit untuk

perkebunan kelapa sawit, dan lain-lain.

2) Kredit Modal Kerja

Kredit yang akan dipergunakan untuk

menambah modal usaha debitur. Kredit

ini produktif.

3) Kredit Konsumtif

Yaitu kredit yang dipergunakan untuk

kebutuhan sendiri bersama keluarganya,

seperti kredit rumah atau mobil yang

akan digunakan sendiri bersama

keluarganya. Kredit ini tidak produktif.

3. Berdasarkan sektor perekonomian

Merupakan kredit yang dipandang dan sektor

perekonomian dibagi menjadi kredit pertanian,

kredit perindustrian, kredit pertambangan,

kredit eksporimpor, kredit koperasi, kredit

profesi.

4. Berdasarkan cara penggunaanya

1) Kredit tunai (cash credit)

Yaitu kredit yang penggunaanya

dilakukan tunai atau dengan jalan

pemindah-bukuan ke dalam rekening

debitur atau yang ditunjuk olehnya.

2) Kredit bukan tunai (non cash credit)

Kredit yang tidak diberikan langsung

pada saat perjanjian dibuat, melainkan

Page 80: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

KERANGKA KONSEPTUAL

Gambar 1. Kerangka Konseptual

86

diperlukan adanya tenggang waktu

t e r t e n t u s e s u a i d e n g a n y a n g

dipersyaratkan.

Yang termasuk dalam kelompok kredit

ini adalah :

a. Bank bergaransi (jaminan bank)

yaitu : berupa kesediaan tertulis

dan bank untuk membayar kepada

seseorang atau suatu pihak yang

ditunjuk atas beban kredit

pemohon jaminan bank.

b. Letter of credit (L/C)

L/C adalah surat yang dikeluarkan

oleh bank (opening bank) atas

permintaan pembeli (inportir) atau

d i te ruskan kepada penjua l

(eksportir) sebagai suatu jaminan

dan pembeli kepada penjual, atas

pembayaran terhadap sejumlah

barang yang dikirimkannya kepada

pembeli.

5. Berdasarkan Jaminannya

1) Kredit dengan jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan

suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut

dapat berbentuk barang berwujud atau

tidak berwujud. Artinya setiap kredit

yang dikeluarkan akan dilindungi senilai

jaminan yang diberikan si calon debitur.

2) Kredit tanpa jaminan

Yaitu kredit yang diberikan tanpa

jaminan barang atau orang tertentu.

Kredit jenis ini diberikan dengan melihat

prospek usaha, karakter serta loyalitas si

calon debitur selama berhubungan

dengan bank yang bersangkutan.

JENIS KREDIT YANG DITAWARKAN PD. BPR

BANK PASAR

Penyaluran kredit di PD. BPR ”Bank Pasar” Jombang

diarahkan pada :

1. Kredit modal kerja (kredit pasar dan kredit

umum), disalurkan kepada pedagang-pedagang

kecil atau usaha-usaha kecil di pasar-pasar dan

masyarakat umum khususnya mereka yang

memiliki usaha-usaha kecil potensial di

wilayah kabupaten Jombang.

2. Kredit konsumtif (kredit pegawai)

Kredit ini diarahkan kepada pegawai di lingkup

pemerintah Kabupaten Jombang

3. Kredit program

Kredit ini diarahkan pada usaha-usaha sektor

informal lainnya seperti peternakan dan

perikanan, perkebunan dan kehutanan serta

industri dan kehutanan serta industri kecil

lainnya yang dibina oleh Dinas terkait.

METODE

Bentuk Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam bentuk penelitian

eksploratif (penjajakan). Penelitian penjajakan

bersifat terbuka, masih mencari-cari dan belum

mempunyai hipotesis dimana penelitian penjajakan

sebagai langkah pertama untuk penelitian yang lebih

mendalam, baik itu penelitian penjelasan atau

penelitian diskriptif.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada Perusahaan Daerah

BPR “Bank Pasar” yang berlokasi di Jl. Wahid

Hasyim no. 26 Kabupaten Jombang.

Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer, yakni

data yang diperoleh langsung dari sumbernya oleh

peneliti dengan bantuan kuisioner yang telah

dipersiapkan sebelumnya.

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200876

Page 81: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Populasi Dan Sampel

Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah

masyarakat yang mengambil kredit di PD. BPR “Bank

Pasar” Jombang. Jumlah sampel atau responden

paling sedikit adalah sebanyak 4 atau 5 kali jumlah

variabel (Malhotra,1993). Karena variabel yang

digunakan sebanyak 8 maka sampel yang diambil

sebanyak 5 kalinya (40 responden).

Analisa Data

Analisa data yang penulis gunakan dalam

penelitian ini adalah model analisa faktor, yang

digunakan untuk menguj i var iabel yang

dipertimbangkan jika variabel-variabel tersebut

dibakukan maka model analisa faktornya adalah

sebagai berikut : Xi = Ai1F1 + Ai2F2 + Ai3F3 .... +

AimFm + ViUi

Faktor-faktor khusus tidak berkorelasi satu

sama lain juga tidak ada korelasinya dengan faktor-

faktor common. Faktor-faktor common dapat juga

dinyatakan sebagai kombinasilinier dan variabe-

variabel yang dapat diamati dengan formula sebagai

berikut : F1 = W11 X1 + W12 X2 + W13 X3 + .........

W1k + Wk

HASIL

Jumlah responden 40 orang nasabah yang mengambil

kredit di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang sebagai

sample diperoleh diskripsi mengenai karakteristik

konsumen sebagai berikut :

Tabel 1. Karakteristik Nasabah PD. BPR “Bank pasar” Jombang Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Sumber : Data primer diolah (2009)

Dari gambaran diatas menujukkan bahwa sebagian

besar nasabah yang mengambil kredit di PD. BPR

“Bank Pasar” Jombang adalah para Pegawai Negeri

Sipil di lingkungan pemerintah daerah kabupaten

Jombang.

Berdasarkan tingkat pendapatan masyarakat yang

mengambil kredit di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang

terlihat pada tabel berikut :

PEMBAHASAN

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, analisis

statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis faktor. Dan dengan bantuan software

computer SPSS diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Analisis Ketetapan Penggunaan Alat

Untuk mengetahui cocok tidaknya alat analisis

faktor yang digunakan dalam menganalisis data

penelitian ini, dapat dilihat baik dari nilai

Barlett Test of Sphericity maupun Kaiser Mayer

Olkin measure of sampling adequacy.

Berdasarkan uji diatas diperoleh hasil sebagai

berikut :

a. Kaiser-Mayer-Olkin (KMO) maesure of

sampling Adequacy = 0,653. KMO

adalah indeks yang digunakan analisis

faktor bila volume tinggi (antara 0,5

sampai 1) menunjukkan bahwa sampling

dalam penelitian ini memiliki tingkat

kecukupan. Dengan demikian analisis

faktor dapat digunakan.

b. Barlett Test of Sphericity = 85,800

Significancy = 0,00000

Bartlett's test of Sphericity adalah test

statistik yang digunakan untuk menguji

hipotesa nol (Ho) yang menyatakan

bahwa antara variabel dalam populasi

tidak berkorelasi, dengan nilai Bartlett's

tes t o f Spher ic i ty yang t inggi

mengidentifikasikan ditolaknya Ho,

87

Page 82: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

sehingga dengan demikian berarti antara

variabel dalam populasi berkorelasi. Dari

hasil perhitungan diperoleh nilai

Bartlett's test of Spheriety sebesar 85,800

dengan significance sebesar 0,000. Dari

hasil ini maka Ho yang menyatakan

bahwa antara variabel di dalam populasi

yang tidak saling berhubungan ditolak.

Dengan hasil tersebut dimana KMO

nilainya cukup besar (>0,5) dapat

dikatakan bahwa analisis faktor cocok

digunakan. Demikian pula bila dilihat

dari nilai Barlett Test of Sphericity 85,800

dan signifikan menunjukkan bahwa

ketetapan anal is is faktor dapat

dipertanggung jawabkan.

c. Total Variance dan Componen Matrix

Untuk mengetahui seberapa besar

prosentase dari faktor-faktor (dimensi)

yang digunakan dalam analisis faktor

mampu menjelaskan variasi, dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 3. Total Variance Explained

Sumber : Data SPSS

Sesuai dengan tabel 4.3. maka dapat dilihat

bahwa berdasarkan besarnya nilai eigenvalue dari

sebanyak 8 variabel, yang mempunyai nilai

Eigenvalue lebih besar dari 1 (satu) sebanyak 3

Tabel 4. Componen Matrix

Sumber : Data SPSS

88

componen. Dengan pendekatan ini dapat dikatakan

bahwa 3 faktor tersebut mewakili semua variabel yang

diuji. Output tersebut dapat diinterpretasikan pada

ketiga komponen dan kolom % of variance adalah

sebesar 68,909 %, yang artinya faktor-faktor

(dimensi) yang digunakan dalam analisis faktor

mampu menjelaskan variasi sebesar 68,909 %.

Sedangkan output SPSS yang memperlihatkan

faktor-faktor (dimensi) yang merupakan faktor-faktor

yang mempengaruhi nasabah dalam pengambilan

keputusan mengambil kredit di PD BPR “Bank Pasar”

Jombang dapat dilihat pada tabel komponen matrik

sebagai berikut :

Suatu faktor mendukung sebuah definisi atau

variabel jika memiliki nilai komponen lebih besar atau

sama dengan 50%. Dari hasil perhitungan tersebut,

yang menjadi faktor pendukung dalam pengambilan

keputusan nasabah mengambil kredit di PD BPR

“Bank Pasar” Jombang :

1. Milik Pemerintah Daerah dengan nilai

component 83,5%

2. Hadiah / Bonus Bunga dengan nilai component

67,5%

3. Persyaratan mudah dengan nilai component

65,9%

4. Keramahan pegawai dengan nilai component

63,9%

5. Adiministrasi dengan nilai component 59,4%

6. Informasi dengan nilai component 52,8%

7. Bunga dengan nilai component 51%

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200878

Page 83: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

Keterangan

1. Variabel milik Pemerintah Daerah merupakan

faktor yang paling mempengaruhi masyarakat

untuk mengambil kredit di PD. BPR “Bank

Pasar”

Jombang yang ditunjukkan dengan nilai

komponen 83,5%.

2. Hadiah atau bonus potongan bunga merupakan

faktor kedua yang mempengaruhi konsumen

dalam pengambilan keputusan mengambil

kredit di PD. BPR Bank pasar Jombang yang

ditunjukkan dengan nilai komponen sebesar

67,5%. Adanya hadiah berupa potongan bunga

atau penghapusan bunga pinjaman apabila

nasabah tersebut menutup pinjaman sebelum

jatuh tempo merupakan salah satu bentuk

perhatian dari pihak PD.

3. Variabel persyaratan yang mudah merupakan

faktor ketiga yang mempengaruhi nasabah

mengambil kredit di PD. BPR “Bank Pasar”

Jombang dengan nilai component 65,9%.

4. Keramahan pegawai merupakan faktor ke

empat yang mempengaruhi nasabah mengambil

kredit di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang

dengan nilai component 63,9%. Di bisnis jasa

perbankan faktor pelayanan merupakan bagian

penting bagi kepuasan nasabah.

5. Adiministrasi merupakan faktor kelima yang

mempengaruhi nasabah mengambil kredit di

PD. BPR “Bank Pasar” Jombang dengan nilai

component 59,4% Hal ini menunjukkan bahwa

keringanan biaya administrasi merupakan

faktor yang menjadi pertimbangan nasabah.

6. Faktor Informasi merupakan faktor ke enam

yang mempengaruhi nasabah mengambil kredit

di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang dengan nilai

component 52,8%. Hal ini dikarenakan banyak

masyarakat yang belum tahu tentang

keberadaan PD. BPR Bank Pasar Jombang.

7. Bunga dengan nilai component 51%. Untuk

masalah tingkat suku bunga, apabila

dibandingkan dengan bank yang sejenis, maka

sebenarnya tingkat suku bunga di PD. BPR

“Bank Pasar” Jombang adalah cukup menarik.

89

Hal ini sesuai dengan tujuan utama daripada

PD. BPR “Bank Pasar” Jombang adalah ikut

ser ta memberdayakan perekonomian

masyarakat Jombang umumnya, khususnya

adalah para nasabah di PD. BPR “Bank Pasar”

Jombang.

8. Proses cepat bukan merupakan faktor

pendukung dalam pengambilan keputusan

nasabah mengambil kredit di PD BPR “Bank

Pasar” Jombang, karena memiliki nilai

komponen kurang dari 50% atau hanya sebesar

20,7%. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi

pihak manajemen PD.BPR “ Bank Pasar”

Jombang.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

lambatnya proses pencairan kredit adalah dikarenakan

prinsip kehati-hatian dari pihak bank dalam

penyaluran kredit. Para analis kredit berprinsip bahwa

proses kehati-hatian ini sangat penting agar tidak

terjadi kredit macet, sehingga nasabah yang menerima

adalah benar-benar telah teruji dan mempunyai

prospek yang bagus dimasa yang akan datang.

Salah satu faktor yang tak kalah pentingnya

adalah faktor pelayanan. Dengan adanya pelayanan

yang cepat dan tanggap serta adanya keramahan

pegawai, diharapkan keinginan dan kebutuhan dari

para nasabah akan terpuaskan, sehingga akan tercipta

loyalitas nasabah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Faktor utama yang mempengaruhi masyarakat

untuk mengambil kredit di PD. BPR “Bank

Pasar” Jombang adalah keyakinan masyarakat

bahwa PD. BPR “Bank Pasar” Jombang sebagai

bank resmi yang kegiatan operasionalnya

dijamin oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Jombang.

2. Faktor-faktor lain yang perlu mendapat

perhatian dari pihak pengelola PD. BPR “Bank

Pasar” Jombang adalah faktor pelayanan

kepada masyarakat, kemudahan prosedur, serta

keramahan pegawai serta tingkat suku bunga,

karena faktor-faktor tersebut mempengaruhi

masyarakat mengambil keputusan menjadi

nasabah PD. BPR “Bank Pasar” Jombang.

Page 84: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

3. Lambatnya proses pencairan kredit adalah

dikarenakan prinsip kehati-hatian dari pihak

bank dalam penyaluran kredit. Para analis

kredit berprinsip bahwa proses kehati-hatian ini

sangat penting agar tidak terjadi kredit macet.

Saran

Dari kesimpulan tersebut diatas, maka saran-saran

yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Sebagai badan yang bergerak di bidang jasa

keuangan, maka hendaknya PD. BPR “Bank

Pasar” Jombang perlu memahami dan

melakukan pendekatan terhadap perilaku dari

masyarakat sesuai dengan latar belakang sosial

dan budaya.

2. Hal lain yang perlu dilaksanakan oleh pihak PD.

BPR “Bank Pasar” Jombang adalah adanya

pemeliharaan hubungan baik diantara nasabah

yang ada selama ini, sehingga ke depan mereka

nantinya akan jadi mitra yang saling

menguntungkan bagi kedua belah pihak.

3. Faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah

peningkatan pelayanan yang baik kepada

masyarakat, karena hal tersebut akan

berhubungan langsung dengan para nasabah.

4. Perlu sosialisasi kepada masyarakat tentang

keberadaan serta fungsi dari PD. BPR “Bank

Pasar” Jombang yaitu memberikan informasi

yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat,

sebagai upaya untuk menghindarkan

masyarakat dari para renternir yang sangat

merugikan masyarakat.

5. Diberikan kemudahan atau prosedur untuk

menjadi nasabah PD. BPR “Bank Pasar”

Jombang. Pemberlakukan tingkat suku bunga

yang tidak memberatkan kepada masyarakat,

karena sesuai dengan tujuannya yaitu untuk

membantu masyaraka t da lam usaha

memberdayakan perekonomian masyarakat

desa.

90

DAFTAR RUJUKANAA. Anwar Prabu Mangkunegara, Prilaku Konsumen, PT. Eresco, Bandung,1998

Alex Nitisemito, Marketing, Jilid I, Jakarta, 1997

Anto Dajan, Pengantar Metode Statistrik Jilid II, Cetakan Kesebelasan, LP3ES, Jakarta ,1996

Basu swastha, Prilaku Konsumen, Penerbit PT. Eresco, Bandung, 1987

Buchori Alma, Manajemen Pemasaran dan pemasaran Jasa, IKAPI, Bandung, 1998.

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Penerbit Intermedia,Jakarta,1995.

Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode P e n e l i t i a n S u r v e y , E d i s i R e v i s i , LP3ES,Jakarta,1989

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Erlangga, Jakarta, 1992

Rambat Lupiyodi,2001, Manajemen Pemasaran Jasa , Teori dan Praktek, Penerbit Salemba,Empat, Jakarta.

Suharsmi Arikunto,1990, Metode Penelitian Lapangan, Edisi II, BPFE UGM, Yogyakarta.

Subagyo, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, Bagian Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta, 1997.

T. Hani Handoko, ConsumerBehavior (Prilaku Konsumen), Jilid I, YKPN, Yogyakarta, 1987.

William J.Stanton, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Jakarta,1997.

Peraturan Menteri dalam Negeri No. 22 Tahun 2006, TentangPengelolan Bank Perkreditan rakyat Milik Pemerintahan Daerah.

Peraturan Bank Indonesia No.8/19/PBI/2006 Tentang Kualitas Aktiva Produktif BPR.

Perda No.26 Tahun 1994 Tentang PD BPR”Bank Pasar” Jombang.

JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200880

Page 85: Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008

DAFTAR RUJUKAN

AA. Anwar Prabu Mangkunegara, Prilaku Konsumen, PT. Eresco, Bandung,1998

Alex Nitisemito, Marketing, Jilid I, Jakarta, 1997

Anto Dajan, Pengantar Metode Statistrik Jilid II, Cetakan Kesebelasan, LP3ES, Jakarta ,1996

Basu swastha, Prilaku Konsumen, Penerbit PT. Eresco, Bandung, 1987

Buchori Alma, Manajemen Pemasaran dan pemasaran Jasa, IKAPI, Bandung, 1998.

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Penerbit Intermedia,Jakarta,1995.

Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi, LP3ES,Jakarta,1989

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Erlangga, Jakarta, 1992

Rambat Lupiyodi,2001, Manajemen Pemasaran Jasa, Teori dan Praktek, Penerbit Salemba,Empat, Jakarta.

Suharsmi Arikunto,1990, Metode Penelitian Lapangan, Edisi II, BPFE UGM, Yogyakarta.

Subagyo, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, Bagian Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta, 1997.

T. Hani Handoko, ConsumerBehavior (Prilaku Konsumen), Jilid I, YKPN, Yogyakarta, 1987.

William J.Stanton, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Jakarta,1997.

Peraturan Menteri dalam Negeri No. 22 Tahun 2006, TentangPengelolan Bank Perkreditan rakyat Milik Pemerintahan Daerah.

Peraturan Bank Indonesia No.8/19/PBI/2006 Tentang Kualitas Aktiva Produktif BPR.

Perda No.26 Tahun 1994 Tentang PD BPR”Bank Pasar” Jombang.