JEB Vol 4 No 1 Maret 2010

download JEB Vol 4 No 1 Maret 2010

of 78

description

free

Transcript of JEB Vol 4 No 1 Maret 2010

  • ISSN: 1978 - 3116VOL. 4, NO. 1, MARET 2010

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMEN DALAM PEMBELIAN

    PRODUK

    MODEL LAJU INFLASI DAN TINGKAT BUNGA DI

    INDONESIA

    PENGARUH STRES KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN KINERJA KARYAWAN

    YANG AKAN MENJELANG PENSIUN DI PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

    PENGARUH PERILAKU TRANSFORMASIONAL DOSEN PADA MOTIVASI MAHASISWA

    SERTA DAMPAKNYA PADA PEMBELAJARAN, PEMBERDAYAAN, DAN KEPUASAN

    MAHASISWA

    MENENTUKAN ACUAN NILAI TUKAR RUPIAH DENGAN KOMPARASI NILAI TUKAR

    IDENTIFIKASI KEBUTUHAN-KEBUTUHAN YANG MEMPENGARUHI

    MOTIVASI BERPRESTASI DOSEN WANITA PADA PERGURUAN TINGGI

    SWASTA (PTS) DI BALIKPAPAN

    THE BODY SHOP

    VECTOR AUTOREGRESSIVE

    HARD CURRENCIES

    Putri Nazma Maharani

    Algifari

    Deassy Ekoningtyas

    Dilha Ayu Paramita

    Heni KusumawatiM. Hadi Suparyono

    Mardatillah

    JEBJEB

    VO

    L.4

    ,N

    O.1

    ,M

    AR

    ET

    20

    10

    :1

    -69

    VOL. 4JEB NO. 1 Hal 1-69 MARET 2010

  • Vol. 4, No. 1, Maret 2010

    JURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB)EDITOR IN CHIEF

    Djoko SusantoSTIE YKPN Yogyakarta

    EDITORIAL BOARD MEMBERS

    Baldric Siregar SoeratnoSTIE YKPN Yogyakarta Universitas Gadjah Mada

    Dody Hapsoro Wisnu PrajogoSTIE YKPN Yogyakarta STIE YKPN Yogyakarta

    MANAGING EDITORSSinta Sudarini

    STIE YKPN Yogyakarta

    EDITORIAL SECRETARYRudy Badrudin

    STIE YKPN Yogyakarta

    PUBLISHERPusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIE YKPN Yogyakarta

    Jalan Seturan Yogyakarta 55281Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1406 Fax. (0274) 486155

    EDITORIAL ADDRESSJalan Seturan Yogyakarta 55281

    Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1332 Fax. (0274) 486155http://www.stieykpn.ac.id O e-mail: [email protected]

    Bank Mandiri atas nama STIE YKPN Yogyakarta No. Rekening 137 0095042814

    Jurnal Ekonomi & Bisnis (JEB) terbit sejak tahun 2007. JEB merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian danPengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (STIE YKPN) Yogyakarta. PenerbitanJEB dimaksudkan sebagai media penuangan karya ilmiah baik berupa kajian ilmiah maupun hasil penelitian di bidang ekonomidan bisnis. Setiap naskah yang dikirimkan ke JEB akan ditelaah oleh MITRA BESTARI yang bidangnya sesuai. Daftar namaMITRA BESTARI akan dicantumkan pada nomor paling akhir dari setiap volume. Penulis akan menerima lima eksemplar cetaklepas (off print) setelah terbit.JEB diterbitkan setahun tiga kali, yaitu pada bulan Maret, Juli, dan Nopember. Harga langganan JEB Rp7.500,- ditambah biayakirim Rp12.500,- per eksemplar. Berlangganan minimal 1 tahun (volume) atau untuk 3 kali terbitan. Kami memberikan kemudahanbagi para pembaca dalam mengarsip karya ilmiah dalam bentuk electronic file artikel-artikel yang dimuat pada JEB dengancara mengakses artikel-artikel tersebut di website STIE YKPN Yogyakarta (http://www.stieykpn.ac.id).

    Tahun 2007

    ISSN: 1978-3116

    J U R N A LEKONOMI & BISNIS

  • Vol. 4, No. 1, Maret 2010

    DAFTAR ISI

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMEN DALAM PEMBELIANPRODUK THE BODY SHOP

    Putri Nazma Maharani1-20

    MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE LAJU INFLASI DAN TINGKAT BUNGA DI INDONESIAAlgifari

    21-29

    PENGARUH STRES KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN KINERJA KARYAWAN YANG AKANMENJELANG PENSIUN DI PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

    Deassy Ekoningtyas31-42

    PENGARUH PERILAKU TRANSFORMASIONAL DOSEN PADA MOTIVASI MAHASISWA SERTADAMPAKNYA PADA PEMBELAJARAN, PEMBERDAYAAN, DAN KEPUASAN MAHASISWA

    Dilha Ayu Paramita43-50

    MENENTUKAN ACUAN NILAI TUKAR RUPIAH DENGAN KOMPARASINILAI TUKAR HARD CURRENCIES

    Heni KusumawatiM. Hadi Suparyono

    51-61

    IDENTIFIKASI KEBUTUHAN-KEBUTUHAN YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BERPRESTASI DOSENWANITA PADA PERGURUAN TINGGI SWASTA (PTS) DI BALIKPAPAN

    Mardatillah63-69

    Tahun 2007

    ISSN: 1978-3116

    J U R N A LEKONOMI & BISNIS

  • 1FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMEN DALAM ............... (Putri Nazma Maharani)Vol. 4, No. 1 Maret 2010Hal. 1-20

    ABSTRACT

    This study examined the model development causalthat can predict the green purchase intention on TheBody Shop as green cosmetic. This study tested theinfluence of collectivist orientation, ecological knowl-edge, and ecological affect on green purchase inten-tion. The data are collected by using questionnaires.The analysis of 150 respondents all of those are womenwho visit Ambarukmo Plaza. The result, based on analy-sis using structural equation modeling, indicated thatthe model tested had an acceptable fit. The findingimplied that the relationship of collectivist orientationwould increase ecological affect. Ecological affect sig-nificantly influence on green purchase intention. Theimplication of this research is relevant to academiciansand practitioners in assisting them to explain of howthe collectivist orientation and ecological affect influ-ence green purchase intention.

    Keywords: green cosmetic, collectivist orientation, eco-logical knowledge, ecological affect, green purchaseintention, structural equation modelling

    PENDAHULUAN

    Kompleksitas isu lingkungan yang berkembangberdasarkan studi literatur tentang pemasaranlingkungan mengindikasi adanya pergeseran fokus

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMENDALAM PEMBELIAN PRODUK THE BODY SHOP

    Putri Nazma MaharaniE-mail: [email protected]

    penekanan permasalahan, pendekatan teori,pengukuran instrumen, kategori obyek penelitian,desain penelitian, dan metode pengujiannya.Pergeseran perkembangan studi pemasaran lingkunganini terjadi seiring dengan perubahan era paradigmabisnis, masyarakat dan keterkaitan dengan lingkungan(Junaedi, 2006). Pergeseran fokus permasalahan yangdapat dijelaskan dengan kajian literatur menunjukkanadanya evolusi berkaitan dengan kepedulianlingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi evolusikepedulian lingkungan antara lain karena fokuspermasalahan lingkungan menjadi permasalahan yangberkaitan dengan sosial, ekonomi, teknikal atau sistemlegalitas, permasalahan lingkungan yang bersifat lokalmenjadi isu-isu global, sikap yang menganggap bisnismerupakan suatu permasalahan berubah menjadi bisnissebagai bagian dari solusi permasalahan, dan faktoryang terakhir, yaitu cara pandang terhadap lingkunganyang lebih memfokuskan pada hubungan dinamik antaramasyarakat bisnis dengan lingkungannya (Peattie,1995).

    Studi tentang konsumsi yang mendasarkanpada keperilakuan mulai dilakukan setelah tahun 1990-an yang lebih memfokuskan pada perilaku pasca belikonsumen, misalnya produk kemasan yang dapatdidaur ulang, kertas yang dapat didaur ulang, deterjenyang ramah lingkungan, produk yang tidakdieksperimenkan pada binatang, aerosol yang tidakmerusak lapisan ozon, bahan pangan organik, produkhemat energi, dan kosmetik hijau (Schlegelmilch et al.,1996; Johri dan Sahasakmontri, 1998; Ardianti, 2008).

    Tahun 2007

    ISSN: 1978-3116

    J U R N A LEKONOMI & BISNIS

  • 2JEB, Vol. 4, No. 1, Maret 2010: 1-20

    Teori keperilakuan dalam penelitian pemasaranlingkungan yang digunakan setelah tahun 1990-an lebihmemfokuskan pada model struktural sikap tigakomponen, yaitu kognitif, afektif, dan konatif (Kalafatiset al., 1999; Chan, 1999). Ketiga komponen tersebutmerupakan konstruksi model dari ilmu psikologi yangmendasari terbentuknya dimensi sikap. Namunberdasarkan temuan kajian literatur empirismengungkap adanya hubungan yang tidak konsistenantara sikap dan perilaku pada lingkungan, walaupuntelah secara luas diteliti dengan kategori obyekpenelitian, latar dan, desain penelitian serta metodepengujian yang berbeda-beda (Martin dan Simintras,1995).

    Permasalahan lain yang memberi kontribusiketidakkonsistenan hubungan sikap-perilaku adalahpilihan kategori produk sebagai obyek penelitian.Produk yang ramah lingkungan cenderung dipandangsebagai pilihan yang dapat diterima lingkungan sosial,sehingga lebih cenderung mencerminkan perilakudaripada niat untuk berwawasan lingkungan (Followsdan Jobber, 2000). Indikasi ini menunjukkan perlunyapendekatan spesifikasi obyek penelitian yang diamati.Kajian literatur empiris yang mengadopsi perspektifmodel sikap tiga komponen, yaitu kognitif, afektif dankonatif (Schifman dan Kanuk, 2004) mengungkapadanya beragam variabel prediktor untuk menjelaskansikap terhadap kepedulian lingkungan. Variabel-variabelyang berpengaruh terhadap perilaku yang berwawasanlingkungan dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori,yaitu demografi, pengetahuan, nilai-nilai, sikap, danperilaku (Chan, 1999; Chan dan Lau, 2000; Chan, 2001;Laroche et al., 2001; Follows dan Jobber, 2000).

    Perkembangan literatur pemasaran berwawasanlingkungan mengindikasi bahwa pengetahuan dalamriset perilaku konsumen merupakan konstrak yangrelevan yang mempengaruhi seluruh tahap dalamproses pengambilan keputusan (Assael, 1998). Sikapkesadaran pada lingkungan terbentuk karena nilai-nilaiyang diyakini pada suatu situasi yang spesifik dandigunakan oleh konsumen untuk memecahkanpermasalahan dan mengambil keputusan (Homer danKahle, 1988). Secara teoritis, nilai dapat mempengaruhiperilaku seseorang karena nilai akan berpengaruhterhadap perilaku dengan dimediasi oleh sikap. Nilai-nilai individu yang berpengaruh pada perilakukonsumen dibagi menjadi nilai yang berorientasi

    individualis dan nilai yang berorientasi kolektivis (Sagyet al., 1999; Cukur et al., 2004).

    Studi literatur yang bertujuan membandingkanantarnegara atau antarkota mengungkap bahwa nilai-nilai budaya suatu masyarakat tertentu akanberpengaruh pada perilaku pembelian yangmempertimbangkan dampak pada lingkungan sosial(Chan dan Lau, 2000; Fotopoulos dan Krystallis, 2002).Berdasarkan permasalahan yang dihadapi negara-negara berkembang dalam meningkatkan pemasaranlingkungan, maka studi tentang pemasaran lingkunganmenjadi isu relevan untuk dikaji lebih lanjut. Studiliteratur empiris mengindikasi penelitian di negaraberkembang relatif belum banyak dilakukan karenatingkat kesadaran masyarakat yang rendah terhadapisu-isu lingkungan. Salah satu isu lingkungan yangberkaitan dengan perilaku konsumen yang berwawasanlingkungan adalah tentang perilaku konsumen dalammengkonsumsi kosmetik hijau.

    Perbaikan mutu kehidupan dan gaya hidupsehat, telah mendorong masyarakat di berbagai negaradan mendorong gerakan gaya hidup sehat dengan temaglobal kembali ke alam (back to nature). Gerakan inididasari bahwa segala sesuatu yang berasal dari alamadalah baik dan berguna serta menjamin adanyakeseimbangan. Kosmetik hijau telah menjadi salah satupilihan untuk memenuhi gaya hidup sehat ini. Kosmetikhijau sebagai produk yang ramah lingkungan sesuaiuntuk menjelaskan kesadaran konsumen akan ekologidan lingkungan serta konsumen yang sadar kesehatan.Kesadaran lingkungan bukan hanya ideologi saja tetapijuga permasalahan market competition yangmempengaruhi perilaku konsumen. Pengetahuankonsumen penting diketahui untuk rantai penawaransecara keseluruhan dan khususnya untuk parapengecer (Junaedi, 2006).

    The Body Shop sebagai kosmetik hijaumengarahkan bisnisnya melalui pendekatan triple bot-tom lines yaitu profit, people, dan planet. Dengandemikian, profit bukan satu-satunya sumber energi bagikelangsungan hidup sebuah perusahaan. Tanpamemperhitungkan people (aspek sosial) dan planet(aspek lingkungan), sebuah perusahaan tidak akanpernah dapat melanjutkan hidupnya. The Body Shop,sebuah perusahaan kosmetik yang didirikan Dame AnitaRoddick, mempunyai misi mendedikasikan bisnisnyauntuk melakukan perubahan sosial dan lingkungan ke

  • 3FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMEN DALAM ............... (Putri Nazma Maharani)

    arah yang lebih baik. Nilai-nilai yang diimplementasikanadalah 5 core values, yaitu against animal testing,support community trade, activate self esteem, defendhuman right, dan protect our planet (Hutomo, 2006).

    Berdasarkan kompleksitas isu lingkungan yangsemakin berkembang maka studi ini akan mengkajimodel alternatif perilaku konsumen yang berwawasanlingkungan dan dapat diprediksikan pada latarpenelitian yang berbeda. Penelitian ini akanmengembangkan model kausal yang dapat memprediksiniat pembelian konsumen dari produk kosmetik hijauyang bertanggung jawab terhadap lingkungan denganmenggunakan konteks Yogyakarta. Berdasarkan modelkausal tersebut, penelitian ini berusaha menjelaskanfenomena adanya konsumen yang sadar akanlingkungan dan membuktikan faktor-faktor yangmempengaruhi niat beli mereka pada produk-produkyang ramah lingkungan.

    Studi pemasaran lingkungan ini mencoba untukmemahami hubungan antara sikap yang dapatmemprediksi niat beli konsumen pada produk ramahlingkungan. Dengan mengadopsi perspektif modelsikap tiga komponen (Schifman dan Kanuk, 2004) makapengetahuan ekologikal (Laroche et al., 2001), afekekologikal (Chan, 1999), dan niat melakukan pembelianproduk ramah lingkungan dapat dipandang sebagaikomponen kognitif, afektif, dan konatif pada hubunganantara sikap-perilaku terhadap lingkungan.

    Lingkup penelitian ini adalah bidang pemasarandan perilaku konsumen. Bidang pemasaran merupakandasar perencanaan dan pelaksanaan strategi bauranpemasaran khususnya untuk strategi produk. Strategiini adalah strategi dalam usaha menciptakan niat belihijau. Perilaku konsumen cenderung melihat sisi inter-nal dan eksternal konsumen, dimana keputusanpembelian suatu merk merupakan sebuah prosespengambilan keputusan yang beragam. Prosespengambilan keputusan pembelian kosmetik hijaumerupakan proses pengambilan keputusan yangcukup kompleks karena melibatkan banyak faktorpertimbangan, seperti risiko yang berkaitan dengankinerja, keuangan, risiko fisik, psikologis, dan waktu.Penelitian ini menganalisis -niat konsumen dalampembelian produk The Body Shop sebagai kosmetikhijau di Yogyakarta. Penelitian ini juga dibatasi olehbeberapa faktor yang mempengaruhi niat beli hijaukonsumen seperti orientasi kolektivis, pengetahuan

    ekologikal, dan afek ekologikal (Chan, 2001; Laroche etal., 2001; Chan dan Lau, 2000).

    MATERI DAN METODE PENELITIAN

    Perilaku manusia sangat kompleks dan untukmempelajarinya dibutuhkan perhatian yang cukupserius. Perilaku pembeli sendiri (konsumen) akan timbuljika kebutuhan yang terangsang menimbulkankeinginan di dalam diri konsumen. Keinginan inimengarahkan perilaku tindakan yang semula timbuldapat dikurangi. Perilaku konsumen menurutAmerican Marketing Association yang dikutip olehDharmmesta (1993), diartikan sebagai interaksi yangdinamis antara kesadaran pengertian (cognition),perilaku, dan peristiwa lingkungan yang mendorongmanusia melakukan aspek pertukaran tentangkehidupan mereka. Berdasarkan pengertian tersebutmaka terdapat paling sedikit tiga hal penting, yaitu 1)perilaku konsumen itu bersifat dinamis; 2) perilakukonsumen melibatkan interaksi antara perasaan dankesadaran, perilaku, dan peristiwa-peristiwa lingkungan;dan 3) perilaku konsumen itu melibatkan pertukaran.Ketiga hal tersebut tersirat bahwa perilaku konsumenitu sangat kompleks dan selalu berubah-ubah baiksecara individual, kelompok, maupun keseluruhan.

    Perilaku konsumen bukanlah suatu perkara yangkecil karena setiap anggota masyarakat merupakankonsumen. Perilakunya sangat mempengaruhikelangsungan hidup perusahaan sebagai lembaga yangberusaha memenuhi kebutuhan dan keinginannyaseperti diungkapkan oleh Dharmmesta (1993), tujuandari suatu bisnis adalah menciptakan danmempertahankan konsumen. Konsumen dapatdikembangkan dan dipertahankan melalui strategipemasaran. Keberhasilan bisnis tergantung padakualitas pemasaran dan kualitas strategi pemasarantergantung pada pemahaman, layanan, dan caramempengaruhi konsumen untuk mencapai tujuanorganisasi.

    Kegiatan pembelian yang dilakukan olehkonsumen hanyalah merupakan salah satu tahap darikeseluruhan proses mental dan kegiatan-kegiatan fisiklain yang terjadi dalam proses pembelian pada suatuperiode waktu tertentu, serta pemenuhan kebutuhantertentu. Banyak peranan atau faktor yangmempengaruhi setiap tahap dalam proses pembelian,

  • 4JEB, Vol. 4, No. 1, Maret 2010: 1-20

    baik ekstern maupun intern. Perusahaan harusmemahami apa yang terjadi dalam tiap tahap dari prosespembelian, sehingga dapat menyusun kegiatanpemasarannya atas dasar tahap-tahap tersebut. Secararealistis dalam menganalisis perilaku konsumen, harusdipelajari pula lingkungan sosial, psikologi individu,dan lembaga-lembaga lain yang mempengaruhi danmembatasi setiap tahap perilaku konsumen dalamproses pembeliannya (Assael, 1998).

    Perilaku konsumen akan menentukan prosespengambilan keputusan dalam pembelian suatu barangdan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.Pada dasarnya, proses pengambilan keputusan semua

    orang adalah sama (mulai dari pengenalan kebutuhansampai evaluasi perilaku purna beli), namun tidak semuasituasi pembelian melalui tahap tersebut (Assael, 1998).Tahap-tahap dalam proses pengambilan keputusankonsumen terdiri dari lima tahap, yaitu 1)mengidentifikasi masalah (kebutuhan dan keinginan);2) melakukan pencarian alternatif yang dapat mengatasimasalah (alternatif barang dan jasa); 3) mengevaluasialternatif-alternatif pemecahannya (mengevaluasibarang dan jasa yang mungkin dapat memenuhikebutuhan); 4) mengambil keputusan atau memilihalternatif melakukan pembelian; dan 5) mengevaluasiseberapa jauh alternatif yang sudah dipilih itu dapatmengatasi masalah (perilaku purna beli).

    Lingkungan

    Proses Interpretasi

    Perhatian Pemahaman

    Pengetahuan, arti, dan kepercayaan

    Proses Integrasi

    Sikap dan Keinginan Pengambilan Keputusan

    Perilaku

    Ingatan

    Pengetahuan, arti, dan kepercayaaan

    Cognitive processes

    Sumber: Peter dan Olson (2005).

    Gambar 1Model Kognitif Pengambilan Keputusan Konsumen

  • 5FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMEN DALAM ............... (Putri Nazma Maharani)

    Dalam proses pengambilan keputusan yangdilakukan oleh konsumen akan melibatkan konsep-konsep keperilakuan yang penting. Banyak faktor yangmempengaruhi proses pengambilan keputusan tersebutbaik itu intern ataupun ekstern. Perusahaan ataupunorganisasi yang memasarkan produknya harus dapatmemahami faktor-faktor tersebut yang dapat dijadikansebagai dasar untuk memasarkan produknya.

    Gambar 1 menyajikan suatu model pengambilankeputusan konsumen yang menonjolkan ketiga ciriinterpretasi, integrasi, dan pengetahuan produk dalamingatan. Konsumen harus menerjemahkan atau memberiarti bagi setiap informasi di lingkungan sekitarnya.Dalam proses ketiga hal tersebut menciptakanpengetahuan, arti, dan kepercayaan baru tentanglingkungan serta posisi ketiga hal tersebut di dalamnya.Proses interpretasi mensyaratkan eksposur padainformasi dan melibatkan dua proses kognitif yangterkait dengan perhatian dan pemahaman. Perhatianmengatur bagaimana konsumen memilih informasi manayang harus diterjemahkan dan informasi mana yangharus diabaikan. Sedangkan pemahaman mengacupada bagaimana konsumen menetapkan arti subyektifdari informasi dan oleh karena itu menciptakanpengetahuan serta kepercayaan personal.Pengetahuan, arti, dan kepercayaan seperti ditunjukkandalam Gambar 1 dapat diartikan bahwa ketiga haltersebut dapat disimpan dalam ingatan yang kemudiandapat dipanggil kembali dari ingatan (diaktifkan) dandigunakan dalam proses integrasi. Proses integrasimenyangkut bagaimana konsumen mengkombinasikanberbagai jenis pengetahuan 1) untuk membentukevaluasi produk, objek lain, serta perilaku dan (2) untukmembentuk pilihan diantara beberapa perilaku alternatif,seperti pembelian.

    Dalam proses pengambilan keputusan yangkompleks, konsumen akan mengevaluasi beberapamerk secara menyeluruh dan mendetail. Dalam hal inikonsumen akan mencari informasi sebanyak-banyaknya serta akan mengevaluasi beberapa merkalternatif yang ada. Oleh karena itu, proses yangdigunakan oleh konsumen untuk menilai produk darisudut pandang kebutuhannya juga betul-betuldipertimbangkan. Dalam proses pengambilankeputusan yang kompleks melibatkan evaluasi yangdilakukan oleh konsumen terhadap merk setelahpembelian, kepuasan konsumen, dan evaluasi pascapembelian. Beberapa kondisi seperti kemudahan untukmengakses pencarian informasi merupakan salah satuyang mendukung proses pengambilan keputusan yangkompleks. Dimana proses pengambilan keputusanyang kompleks tidak akan terjadi apabila keputusanharus dibuat secara cepat (Assael, 1998).

    Kondisi lainnya untuk pengambilan keputusanyang kompleks adalah tersedianya informasi yangcukup untuk mengevaluasi merk-merk alternatif. Namundemikian, dalam proses pengambilan keputusan yangkompleks dibutuhkan kemampuan untuk memprosesinformasi oleh konsumen. Riset tentang decision mak-ing telah mengidentifikasi lima tahap proses keputusan,yaitu 1) pengenalan masalah; 2) pencarian informasi;3) mengevaluasi alternatif merk yang ada; (4) pemilihan;dan 5) hasil pemilihan yang dilakukan. Bagi konsumenyang terlibat dalam proses pengambilan keputusanyang kompleks, maka tahap-tahap tersebut dapatdiartikan ke dalam 1) pemunculan kebutuhan; 2)pemrosesan informasi yang dilakukan oleh konsumen;3) evaluasi merk, 4) pembelian; dan (5) evaluasi pascapembelian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalamGambar 2.

    Need arrousal Consumer information processing

    Brand evaluation Purchase Post purchase evaluation

    Feedback

    Sumber: Assael (1998).Gambar 2

    Basic Model of Complex Decision Making

  • 6JEB, Vol. 4, No. 1, Maret 2010: 1-20

    Pengambilan keputusan yang komplekshanyalah merupakan salah satu jenis pengambilankeputusan yang tidak akan terjadi setiap waktu. Jikapilihan itu berulang konsumen belajar dari pengalamanyang lampau dan dengan sedikit atau tanpa pembuatankeputusan membeli merk yang paling memuaskan.Brand loyalty semacam ini merupakan hasil kepuasanyang berulang dan suatu komitmen yang kuat terhadapbrand tertentu. Dalam setiap kasus, pembelian itupenting bagi konsumen. Konsumen menetapkan brandloyalty berdasarkan kepuasannya pada waktupembelian yang lampau. Sebagai hasilnya, pencarianinformasi dan evaluasi merk terbatas atau tidak adakarena konsumen telah memutuskan untuk membeli lagimerek yang sama (Assael, 1998).

    Pada pembuatan keputusan yang kompleks,konsumen mengevaluasi merk-merk dengan caramenyeluruh dan mendetail. Lebih banyak informasiyang dicari dan lebih banyak merk yang dievaluasidaripada di dalam situasi pembuatan keputusan tipeyang lain. Pembuatan yang kompleks itu agaknya pal-ing banyak terjadi untuk kategori produk tertentu,seperti 1) produk yang berharga tinggi; 2) produk yangdiasosiasikan dengan resiko performace (produk-produk kedokteran, mobil dan sepeda motor); 3) produkyang kompleks (CD player, personal computer, spe-cialty goods (peralatan oleh raga dan perabot rumahtangga); dan 4) produk yang diasosiasikan denganones ego (pakaian, kosmetik). Mowen dan Minor (1998)mengemukakan bahwa tingkat keterlibatan konsumendalam suatu pembelian dipengaruhi oleh kepentinganpersonal yang dirasakan yang ditimbulkan oleh stimu-lus. Dengan kata lain, seseorang merasa terlibat atautidak terhadap suatu produk ditentukan oleh apakahdia merasa penting atau tidak dalam pengambilankeputusan pembelian produk.

    Pemenuhan kebutuhan konsumen merupakantantangan yang harus dihadapi oleh setiap pemasar.Dengan terjadinya krisis lingkungan menuntut adanyapeningkatan kepedulian sosial dan pengetahuanlingkungan bagi konsumen. Dengan demikian akanmempengaruhi pertumbuhan perilaku konsumen yangbertanggungjawab pada lingkungan. Oleh karena itu,pada saat ini perhatian pemasar harus banyakdicurahkan pada pemasaran lingkungan. Implikasi yangpaling signifikan dari kondisi tersebut bagi pemasarbarang dan jasa konsumen adalah bahwa tindakan

    konsumen didasarkan atas nilai-nilai konsumen melaluikekuatan keputusan pembelian mereka (Dharmmesta,1997). Di sini peran konsumen menjadi suatu hal yangesensial.

    Konsumen yang memutuskan untuk melakukansuatu pembelian produk tertentu dipengaruhi olehberbagai faktor yang sangat kompleks. Pada umumnyasuatu peristiwa konsumsi dipandang sebagai prosesekonomik, namun pada kenyataannya konsumsi jugamerupakan suatu proses sosial dan budaya yangdiindikasikan melalui simbol-simbol (Peattie, 1995).Dalam era pemasaran baru, produk-produk dievaluasitidak hanya berdasarkan kinerja atau harganya, namunjuga berdasarkan tanggungjawab sosial konsumen.Dengan kata lain, nilai suatu produk mencakup aspek-aspek keramahan lingkungan dari produk itu sendiribeserta kemasannya. Konsumen yang menghendakiproduk yang berdampak minimal pada lingkungandisebut pelanggan hijau atau green customer.Berdasarkan survei yang dilakukan di Inggris,Skotlandia dan Wales, konsumen hijau dapatdiklasifikasikan menjadi konsumen berat, menengah,dan ringan. Konsumen hijau menurut Fotopoulos danKrystallis (2002b) dibedakan menjadi konsumen yangtidak sadar (unaware consumers), konsumen yangsadar tetapi bukan pembeli (aware non-buyers), dankonsumen yang sadar dan membeli (aware buyers).

    Beberapa penelitian berupaya untukmengidentifikasi karakteristik konsumen yangberwawasan lingkungan yang berkaitan denganimplikasi pemasaran (Chan, 1999; Vlosky et al., 1999;Chan & Lau, 2000; Kalafatis et al., 1999; Follows &Jobber, 2000; Chan, 2001; Jiuan et al., 2001; Laroche etal., 2001; Fotopoulos & Krystallis, 2002). Studi-studitersebut mencoba mengeksplorasi aspek kepedulianlingkungan dan perilaku pembelian yang berwawasanlingkungan. Temuan penelitian mengindikasi bahwaterdapat kecenderungan kepedulian lingkungan yangkuat dan konsumen lebih memilih produk-produk yangramah lingkungan. Meningkatnya permintaan produk-produk ramah lingkungan ini ditanggapi beberapaperusahaan dengan baik, walaupun masih banyakperusahaan yang belum mempedulikan permasalahanpemasaran lingkungan. Revolusi pemasaran hijauterjadi karena terbukti bahwa 30 sampai 40 persendegradasi lingkungan dikarenakan oleh aktivitasperilaku konsumsi rumah tangga (Chan, 1996). Hal ini

  • 7FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMEN DALAM ............... (Putri Nazma Maharani)

    menunjukkan bahwa jika konsumen memperlihatkansikap yang positif terhadap isu-isu lingkungan makaakan memiliki perilaku konsumsi yang mengarah padakesadaran lingkungan.

    Studi tentang sikap dan perilaku konsumenpada kepedulian lingkungan telah dilakukan oleh Chan(1999) di Cina. Studi tersebut menghasilkan temuanbahwa kepedulian lingkungan masyarakat Cina masihrendah walaupun mereka sangat ingin menanggulangipermasalahan-permasalahan yang berkaitan denganlingkungan. Untuk mendukung pergerakan revolusihijau di Cina, para pemasar dan pemerintah perlumendorong kepedulian lingkungan dalam bentukkomitmen aktual konsumen dalam melakukan keputusanpembelian. Dalam studi yang dilakukan Chan dan Lau(2000) dengan latar China mengindikasi bahwapengetahuan ekologikal masyarakat Cina dan niatnyauntuk melakukan pembelian produk ramah lingkunganjuga relatif rendah. Studi tersebut bertujuan untukmenentukan pengaruh nilai budaya, afeksi ekologikal,dan pengetahuan ekologikal terhadap perilakupembelian hijau konsumen Cina. Nilai budayamasyarakat Cina ternyata hanya berpengaruh pada afekekologikal namun tidak berpengaruh pada pengetahuanekologikal. Dengan menggunakan model persamaanstruktural untuk mengukur signifikansi afeksi ekologikaldan pengetahuan ekologikal pada niat beli hijau danpembelian aktual hijau menunjukkan hubungan positifyang kuat. Hasilnya menyatakan bahwa tingkatpengetahuan konsumen Cina rendah dan perilakupembelian hijau minimal.

    Perilaku pembelian konsumen yangberwawasan lingkungan juga diteliti oleh Follows danJobber (2000) dengan menggunakan produk popok bayi

    sekali pakai yang tidak ramah lingkungan denganpopok kain tradisional yang lebih ramah lingkungan.Penelitiannya bertujuan untuk mengembangkan modelyang dapat memprediksi pembelian dari suatu jenisproduk ramah lingkungan yang spesifik. Temuanpenelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai suatu produkakan berpengaruh pada sikap konsumen pada produktersebut dan pada akhirnya akan berpengaruh padaniat dan perilaku pembelian. Konsekuensi individualyang berimplikasi personal dari pertimbangan konsumsiditemukan sebagai hal penting dalam memprediksi niatbeli seperti konsekuensi lingkungan dari suatu produk.Studi tersebut secara empiris menguji nilai-nilai tipologisebagai dasar untuk menjelaskan pembentukan sikapkonsumen yang bertanggung jawab sosial.

    Berdasar studi tentang perilaku konsumen yangberwawasan lingkungan sebelumnya, maka studi inimerupakan studi empiris pengembangan modelperilaku konsumen yang ramah lingkungan denganobyek penelitian yang spesifik pada produk tertentu,dalam konteks studi ini adalah produk The Body Shopsebagai kosmetik hijau. Instrumen pengukuranvariabel-variabel lingkungan dalam studi inidioperasionalisasikan sebagai sikap pada niat yangspesifik untuk produk The Body Shop dengan latarkonsumen Yogyakarta sehingga dapat dihasilkantemuan hubungan nilai-sikap yang konsisten.

    Tinjauan literatur studi ini berdasarkan padarerangka konseptual hubungan antara nilai-nilaikonsumen, kognitif, afektif, dan niat pembelian yangberkaitan dengan kesadaran lingkungan konsumen.Gambar 3 berikut ini menjelaskan rerangka hubunganantarvariabel-variabel tersebut.

    Intention topurchase

    niat beli hijau

    Affectiveafek

    ekologikal

    Cognitivepengetahuan

    ekologikal

    Consumervalues

    orientasikolektivis

    Sumber: Chan (1999), Chan dan Lau (2000), Chan (2001).

    Gambar 3Hubungan Antara Nilai Konsumen, Kognitif, Afektif, dan

    Niat Beli Konsumen Hijau

  • 8JEB, Vol. 4, No. 1, Maret 2010: 1-20

    Model penelitian berikut ini merupakanpengembangan hasil sintesis beberapa modelpenelitian yang telah dilakukan oleh beberapa penelitisebelumnya (Chan, 1999; Chan & Lau, 2000; Chan,2001). Pengembangan model ini digunakan untukmenganalisis hubungan antara variabel orientasi nilai,pengetahuan lingkungan, dan afek lingkungan padakomitmen melakukan pembelian The Body Shopsebagai produk ramah lingkungan.

    Sumber: Chan (1999), Chan (2001), Chan dan Lau (2000).

    Gambar 4Model Penelitian Perilaku Konsumen yang

    Berwawasan Lingkungan

    Sikap terbentuk berdasarkan nilai-nilai yangdiyakini pada suatu situasi yang spesifik dan digunakanoleh konsumen untuk memecahkan permasalahan danmengambil keputusan (Homer & Kahle, 1988). Nilai-nilai konsumen ini bersifat lebih stabil namun lebihabstrak dibandingkan dengan sikap maupun tindakanseorang konsumen. Secara teoritis, nilai dapatmempengaruhi perilaku seseorang karena nilai adalahkognisi yang paling abstrak, namun nilai akanberpengaruh terhadap perilaku dengan dimediasi olehsikap.

    Menurut Hofstede (2005), orientasi sosialmerupakan kepercayaan seseorang mengenaipentingnya individu dibandingkan kelompok di manaorang tersebut berada. Dua kutub yang berlawanandalam orientasi sosial adalah individualisme dankolektivisme. Individualisme merupakan keyakinanbudaya bahwa seseorang harus didahulukan.Sebaliknya, kolektivisme merupakan keyakinan bahwa

    kelompok harus didahulukan. Kolektivismemencerminkan konsumen yang suka bekerja sama,senang membantu orang lain, dan lebihmempertimbangkan tujuan kelompok daripada tujuanindividual. Kelompok konsumen kolektivistis ini akanmendukung adanya program ramah lingkungan.

    Orientasi nilai konsumen yang berkaitan denganbudaya masyarakat Indonesia masih belum banyakdieksplorasi. Namun, dari tinjauan teoritis menunjukkanbahwa nilai-nilai budaya suatu masyarakat tertentu akanberpengaruh pada perilaku pembelian yangmempertimbangkan dampak pada sosial lingkungan(Chan & Lau, 2000; Fotopoulos & Krystallis, 2002).Konsumen yang memutuskan untuk melakukan suatupembelian produk tertentu dipengaruhi oleh berbagaifaktor yang sangat kompleks.

    Dengan demikian, walaupun afek ekologikal danpengetahuan ekologikal sebagai indikator kepeduliankonsumen pada lingkungan tetapi keduanya merupakandua variabel berbeda yang bersifat independen (Mar-tin & Simintras, 1995). Namun studi yang dilakukanMcCarty dan Shrum (1994) menemukan bahwa terdapathubungan yang signifikan pada orientasi nilaikonsumen terhadap sikap konsumen menggunakanproduk-produk daur ulang. Seorang individu yangmemperhatikan produk daur ulang diharapkan memilikinilai-nilai yang kuat sehingga memahami perilaku yangramah lingkungan dengan mempertimbangkanpengaruhnya. Sedangkan menurut Chan dan Lau(2000), orientasi nilai kealamiahan manusia ini akanmengarahkan pada pengaruh yang positif terhadap afekekologikal, pengetahuan ekologikal, dan komitmenuntuk melakukan pembelian produk yang ramahlingkungan. Berdasar penelitian-penelitian tersebutdapat disimpulkan bahwa orientasi nilai konsumen akanmeningkatkan afek ekologikal dan pengetahuanekologikal konsumen sehingga dapat dirumuskanhipotesis sebagai berikut:H1: Orientasi nilai kolektivis konsumen berpengaruh

    positif pada afek ekologikal.H2: Orientasi nilai kolektivis konsumen berpengaruh

    positif pada pengetahuan ekologikal.Studi yang dilakukan Chan (2001) menguji

    hubungan antara konstraks variabel ekologikal yangdikembangkan berdasarkan kerangka kognitif-afektif-konatif. Chan menjelaskan bahwa pengetahuanlingkungan seorang konsumen akan mempengaruhi

    H5 (+)H1 (+)

    H2 (+)H3 (+)

    H4 (+)

    afekekologikal

    orientasi nilaikolektivis niat beli hijau

    pengetahuanekologikal

    WWWWW

    WWWWW

    WWWWW WWWWW

    WWWWW

  • 9FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMEN DALAM ............... (Putri Nazma Maharani)

    respon afektif secara positif yang mengarahkan padarespon konatif, yaitu perilaku yang bertanggungjawabsosial. Niat berperilaku diindikasikan dengan komitmenverbal sedangkan perilaku diindikasikan dengankomitmen aktual. Konsisten dengan bukti empiris yangmendukung hubungan positif antara afek ekologikaldan perilaku, mengindikasi bahwa orang dengan sedikitpengetahuan pada lingkungan kebanyakan masihmenunjukkan emosional yang tinggi. Ini berartimengindikasi bahwa orang lebih emosional denganlingkungan daripada dengan kemampuanpengetahuannya (Chan & Lau, 2000). Berdasarkanargumen tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagaiberikut:H3: Semakin tinggi pengetahuan ekologikal akan

    meningkatkan afek ekologikal konsumen.Dalam literatur ilmu keperilakuan terdapat

    hubungan asosiasi positif antara pengetahuan danperilaku, namun temuan-temuan empiris tentangperilaku pembelian produk ramah lingkunganmengindikasi bahwa hubungan antara pengetahuanekologikal dan perilaku masih bersifat inkonklusif (Mar-tin & Simintras, 1995; Laroche et al., 2001). Hasil temuanempiris pengaruh pengetahuan konsumen terhadap niatdan perilaku konsumen masih kontroversional.Menurut temuan Maloney dan Ward (1973) yangdikutip Laroche et al. (2001) melaporkan tidak terdapathubungan yang signifikan antara pengetahuanlingkungan dengan perilaku ekologikal, namunpenelitian Chan (1999) menemukan bahwa pengetahuanekologikal merupakan prediktor yang signifikan dariperilaku konsumen untuk bertanggung jawab padalingkungan. Berdasarkan argumen tersebut, dapatdirumuskan hipotesis sebagai berikut:H4: Semakin tinggi pengetahuan ekologikal

    konsumen akan semakin meningkatkan niat belikonsumen pada produk-produk ramahlingkungan.

    Tinjauan literatur empirik menunjukkan adanyakonsistensi hubungan positif antara afek ekologikal(rasa emosional konsumen terhadap lingkungan) danniat pembelian produk yang ramah lingkungan (Chan,1999; Chan & Lau, 2000). Jadi dapat disimpulkan bahwamasyarakat lebih emosional terhadap dampak sosiallingkungan daripada terhadap pengetahuanlingkungan. Berdasarkan argumen tersebut, dapatdirumuskan hipotesis sebagai berikut:

    H5: Semakin tinggi afek ekologikal akan semakinmeningkatkan niat beli konsumen pada produk-produk ramah lingkungan.

    Populasi penelitian ini adalah wanitapengunjung Plaza Ambarukmo dengan tingkatpendidikan minimal lulus SMA yang berada di DaerahIstimewa Yogyakarta. Peneliti menetapkan respondenwanita karena sebagian besar produk The Body Shopadalah untuk wanita. Plaza Ambarukmo dipilih karenamerupakan tempat di mana terdapat satu-satunya out-let The Body Shop di Yogyakarta sehinggapengunjungnya diharapkan mewakili masyarakatYogyakarta yang mengenal produk The Body Shop.Kriteria minimal lulus SMA karena tingkat pendidikanberpengaruh positif terhadap perilaku konsumen yangberwawasan lingkungan (Ardianti, 2008). Berdasarkanpopulasi yang ada maka peneliti menentukan sampeldengan metode nonprobability sampling, yaitu tidaksemua unsur populasi memperoleh kesempatan yangsama untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Metodenonprobability sampling yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode convenience denganmemilih anggota populasi yang paling mudah ditemuisebagai responden (Sekaran, 2003). Selainmenggunakan teknik convenience sampling, penulisjuga meng-gunakan teknik purposive sampling yaituprosedur untuk mendapatkan unit sampel menuruttujuan penelitian (Kuncoro, 2003). Kriteria yangdigunakan dalam penyampelan adalah bahwaresponden penelitian ini merupakan pengunjung PlazaAmbarukmo dan bertempat tinggal di Daerah IstimewaYogyakarta.

    Jenis data yang digunakan adalah datakuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang diukurdalam suatu skala numerik (Kuncoro, 2003). Datadinyatakan dalam skala interval yaitu data yang diukurdengan jarak di antara dua titik yang sudah diketahui.Sumber data yang digunakan dalam penelitian iniadalah data primer. Data primer diperoleh dari respondendengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yangdipandang memiliki relevansi dengan topik yang akanditeliti. Pengumpulan data dalam penelitian inidilakukan dengan metode survey yaitu denganmenggunakan pertanyaan atau kuesioner yangdibagikan secara langsung kepada responden yangberjumlah 150 orang untuk ditanggapi dan diisikemudian diserahkan kembali secara langsung pula

  • 10

    JEB, Vol. 4, No. 1, Maret 2010: 1-20

    kepada peneliti dengan tujuan meningkatkan jumlahpengembalian kuesioner.

    Penelitian ini menguji variabel yang terbagidalam variabel independen, variabel intervening/mediasi dan variabel dependen. Variabel independenadalah variabel yang mempengaruhi variabel dependensecara positif ataupun negatif dan dapat mengakibatkanperubahan pada variabel dependen (Kuncoro, 2003).Orientasi kolektivis sebagai variabel independen dalampenelitian ini. Variabel pengetahuan ekologikal dan afekekologikal sebagai variabel mediasi, yaitu variabel yangmuncul di antara waktu variabel independen bekerjauntuk mempengaruhi variabel dependen danberpengaruh terhadap variabel dependen (Kuncoro,2003). Variabel dependen adalah variabel utama yangakan diteliti oleh peneliti. Dalam penelitian ini variabeldependen adalah niat beli hijau.

    Penelitian ini menggunakan instrumen berupakuesioner untuk memperoleh data dari responden yangkemudian diukur dengan skala interval 5 poin.Kuesioner yang digunakan diadaptasi dari penelitiansebelumnya (Chan, 2001; Chan dan Lau, 2000) yangtelah disesuaikan dengan produk yang dipilih dalampenelitian ini. Pengujian validitas dilakukan untukmengetahui tingkat kemampuan instrumen penelitiandalam mengukur hal-hal yang seharusnya diukur. Ujivaliditas dilakukan dengan menggunakan factor analy-sis, sedangkan validitas yang diuji adalah constructvalidity. Menurut Hair et al. (1998) factor score e 0,3dipertimbangkan sebagai batas minimal, factor score 0,4 dipertimbangkan lebih penting dan jika factor scoree 0,5 diterima secara signifikan. Pada penelitian inidigunakan factor score e 0,5 atau batas penerimaansecara signifikan.

    Responden yang digunakan dalam pengujianini sebanyak 30 responden. Tabel 1 menunjukkan hasilpengujian validitas sampel kecil.

    Tabel 1Hasil Uji Validitas Sampel Kecil

    Berdasarkan hasil rotasi terlihat bahwa hanya itempertanyaan afek ekologikal dan niat beli hijau yanghasilnya mengelompok pada satu komponen. Itempertanyaan lain tidak mengelompok. Hal itu mungkindikarenakan ukuran sampel yang dihitung jumlahnyasedikit atau item pertanyaan yang disertakan terlalubanyak. Namun karena ini merupakan pengujian padasampel kecil, maka item-item tersebut akan tetapdisertakan pada pengujian sampel besar.

    Reliabilitas dari suatu pengukuran mencermin-kan apakah suatu pengukuran terbebas dari kesalahansehingga memberikan hasil pengukuran yang konsistenpada kondisi yang berbeda-beda pada masing-masingbutir dalam instrumen (Sekaran, 2003). Dalam penelitianini menggunakan Cronbachs Alpha dan item to totalcorrelation. Menurut Sekaran (2003), terdapatpedoman dalam pengujian koefisien Cronbachs Al-pha dan uji reliabilitas, jika koefisien Cronbachs Al-pha kurang dari 0,60 menandakan tingkat reliabilitasyang kurang baik, Cronbachs Alpha 0,60 sampaidengan 0,80 menandakan tingkat reliabilitas yang baik.Semakin besar nilai koefisien Cronbach Alpha, makainstrumen penelitian dan data yang diperoleh memilikikonsistensi yang baik, handal dan dapat dipercaya.Sedangkan item to total correlation masing-masingbutir harus lebih besar dari 0,5. Tabel 2 menunjukkanhasil pengujian reliabilitas sampel kecil.

    Component1 2 3 4

    OK1 .541OK2 .506OK3 .508PE1 .830PE2 .758PE3PE4PE5 .624PE6 .613PE7 .717AE1 .752AE2 .780AE3 .879AE4 .739AE5

    NBH1 .945NBH2 .941NBH3 .877

  • 11

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMEN DALAM ............... (Putri Nazma Maharani)

    Berdasarkan Tabel 2 tampak bahwa hanya variabel niatbeli hijau yang nilai Cronbachs Alpha menunjukkanangka lebih besar dari 0,60 dan Corrected Item to TotalCorrelation lebih besar dari 0,5. Instrumen selain niatbeli hijau belum reliabel, hal tersebut mungkindikarenakan ukuran sampel yang dihitung jumlahnyasedikit atau item pertanyaan yang disertakan terlalubanyak. Namun karena ini merupakan pengujian padasampel kecil, maka item-item tersebut akan tetapdisertakan pada pengujian sampel besar.

    Metode analisis data yang digunakan dalampenelitian ini adalah Structural Equation Modelling(SEM). SEM merupakan teknik multivariate yangmengkombinasikan aspek regresi berganda dan analisisfaktor untuk mengestimasi serangkaian hubunganketergantungan secara simultan (Hair et al., 1998).Analisis statistik ini mengestimasi beberapa persamaanregresi yang terpisah, tapi saling berhubungan secarabersamaan (simultaneously). Dalam analisis ini terdapatbeberapa variabel dependen dan variabel dependenini bisa menjadi variabel independen bagi variabeldependen yang lain. Pada penelitian ini digunakanAMOS untuk menganalisa hubungan model strukturalyang diusulkan.

    Hair et al. (1998) mengajukan tahapanpemodelan dan analisis persamaan struktural menjadi5 (lima) langkah yaitu 1) pengembangan model berdasarteori. Model persamaan struktural didasarkan padahubungan kausalitas, dimana perubahan satu variabeldiasumsikan akan berakibat pada perubahan variabellainnya. Kuatnya hubungan kausalitas antara duavariabel yang diasumsikan oleh peneliti bukan terletakpada metode analisis yang dipilih, tetapi terletak padajustifikasi (pembenaran) secara teoritris untukmendukung analisis. Jadi jelas bahwa hubungan antarvariabel dalam model merupakan deduksi dari teori; 2)menyusun diagram jalur dan persamaan struktural. Adadua hal yang perlu dilakukan yaitu menyusun modelstruktural yaitu menghubungkan antara kontruk latenbaik endogen maupun eksogen dan menyusun mea-surement model yaitu menghubungkan konstruk latenendogen atau eksogen dengan variabel indikator ataumanifest; 3) memilih jenis input matrik dan estimasimodel yang diusulkan. Model persamaan strukturalberbeda dari teknik analisis multivariat lainnya. SEMhanya menggunakan data input berupa matrik varian/kovarian atau matrik korelasi. Data mentah observasiindividu dapat dimasukkan dalam program AMOS,

    Tabel 2Hasil Uji Reliabilitas Sampel Kecil

  • 12

    JEB, Vol. 4, No. 1, Maret 2010: 1-20

    tetapi program AMOS akan mengubah dahulu datamentah menjadi matrik kovarian atau matrik korelasi.Analisis terhadap data outlier harus dilakukan sebelummatrik kovarian atau korelasi dihitung. Matrik kovarianmemiliki kelebihan daripada matrik korelasi dalammemberikan validitas perbandingan antara populasiyang berbeda atau sampel yang berbeda. Namumdemikian interpretasi hasil lebih sulit jika menggunakanmatrik kovarian oleh karena nilai koefisien harusdiinterpretasikan atas dasar unit pengukuran konstruk.Matrik korelasi memiliki range umum yangmemungkinkan membandingkan langsung koefisiendalam model; 4) menilai identifikasi model struktural.Selama proses estimasi berlangsung dengan programkomputer, sering didapat hasil estimasi yang tidak logisatau meaningless dan hal ini berkaitan dengan masalahidentifikasi model struktural. Problem identifikasi adalahketidakmampuan proposed model untuk menghasilkanunique estimate.

    Cara melihat ada tidaknya problem identifikasiadalah dengan melihat hasil estimasi yang meliputi 1)adanya nilai standard error yang besar untuk satu ataulebih koefisien; 2) ketidakmampuan program untuk in-vert information matrik; 3) nilai estimasi yang tidakmungkin misalkan error variance yang negatif; 4)adanya nilai korelasi yang tinggi (>0,90) antarkoefisienestimasi. Jika diketahui ada problem identifikasi makaada tiga hal yang harus dilihat, yaitu 1) besarnya jumlahkoefisien yang diestimasi relatif terhadap jumlahkovarian atau korelasi, yang diidentifikasikan dengannilai degree of freedom yang kecil; 2) digunakannyapengaruh timbal balik atau resiprokal antarkonstruk(model non-recursive); dan 3) kegagalan dalammenetapkan nilai tetap pada skala konstruk; 5) menilaikriteria Goodness-of-Fit Langkah yang harus dilakukansebelum menilai kelayakan dari model struktural adalahmenilai apakah data yang akan diolah memenuhi asumsimodel persamaan struktural. Goodness-of-Fitmengukur kesesuaian input observasi (matrik kovarianatau korelasi) dengan prediksi dari model yang diajukan(proposed model). Ada tiga jenis ukuran goodness-of-fit yaitu 1) absolute fit measures; 2) incremental fitmeasures; dan 3) parsimonious fit measures.

    Ketika model telah dinyatakan diterima, makapeneliti dapat mempertimbangkan dilakukannyamodifikasi model untuk memperbaiki penjelasan teoritisatau goodness-of-fit. Modifikasi dari model awal harus

    dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jikamodel dimodifikasi, maka model tersebut harus di cross-validated (diestimasi dengan data terpisah) sebelummodel modifikasi diterima.HASIL PENELITIANJumlah sampel dalam penelitian ini adalah 150 orang.Dari seluruh kuesioner yang disebar tersebut, penelitimendapatkan jumlah pengembalian kuesioner sebanyak150 dengan demikian respon rate dalam penelitian iniadalah 100%. Adapun karakteristik responden adalahwanita pengunjung Plaza Ambarukmo dengan tingkatpendidikan minimal lulus SMA yang berada di DaerahIstimewa Yogyakarta. Distribusi respondenberdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:

    Tabel 3Distribusi Responden Berdasarkan Usia

    Usia Frekuensi Persentase< 20 tahun 26 17,33%20-30 tahun 115 76,67%> 30 tahun 9 6%

    Total 150 100%

    Persentase terbesar usia responden adalah berusia 20-30 tahun, yaitu sebesar 76,67% berarti responden yangmenjadi konsumen produk The Body Shop sebagianbesar adalah mahasiswa dan karyawan berdasarkankategori umur kelompok tersebut.

    Pengukuran validitas dilakukan dengan analisisfaktor untuk meyakinkan bahwa pengukuran mengukurapa yang seharusnya diukur. Ukuran kevalidan dilihatdari nilai Keyser-Meyer-Olkin (KMO) kurang lebihsebesar 0,5. Dalam pengujian awal nilai KMO sebesar0,744. Setelah dilakukan rotasi, dapat dilihat bahwa item-item pertanyaan dalam satu variabel sudahmengelompok pada satu komponen. Pada Tabel 4 dapatdilihat bahwa seluruh item pertanyaan pada variabelyang sama telah mengelompok pada satu komponenyang sama.

  • 13

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMEN DALAM ............... (Putri Nazma Maharani)

    Tabel 4Rotated Component Matrix

    Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatukuesioner sebagai indikator dari variabel atau konstruk.Hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 5.Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawabanseseorang terhadap pernyataan adalah konsisten.Berdasarkan Tabel 5 tampak bahwa item pertanyaanyang digunakan dalam penelitian ini reliabel. Hal inidapat dilihat dari Cronbachs Alpha () yang nilainyadi atas 0,6 berkisar antara 0,635 sampai dengan 0,926.

    Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, diketahuibahwa item-item yang valid dan reliabel adalah OK1,OK2, OK3, PE1, PE2, PE3, PE4, PE5, PE6, PE7, AE1,AE2, AE3, AE4, AE5, NBH1, NBH2, dan NBH3.

    Tabel 5Hasil Uji Reliabilitas Sampel Besar

    Sumber: Data olahan.

    Sumber: Data olahan.

    Component1 2 3 4

    OK1 .779OK2 .800OK3 .647PE1 .689PE2 .749PE3 .681PE4 .597PE5 .768PE6 .744PE7 .8569AE1 .639AE2 .778AE3 .781AE4 .742AE5 .604

    NBH1 .910NBH2 .926NBH3 .900

  • 14

    JEB, Vol. 4, No. 1, Maret 2010: 1-20

    Sebelum melakukan pengujian model strukturaldengan SEM, terlebih dahulu dipenuhi beberapaasumsi, yaitu 1) uji kecukupan sampel. Total sampelyang digunakan dalam penelitian ini adalah 150 sampel.Menurut Ghozali (2005), dengan model estimasimenggunakan Maximum Likelihood (ML) minimumdiperlukan sampel 100. Oleh karena itu, jumlah sampeltelah memenuhi asumsi kecukupan sampel; 2) uji

    normalitas. Menurut Ghozali (2005), evaluasi normalitasdilakukan dengan menggunakan kriteria critical skew-ness value sebesar 2,58 pada tingkat signifikansi 0,01.Data dapat disimpulkan mempunyai distribusi normaljika nilai critical ratio skewness value di bawah hargamutlak 2,58. Hasil output normalitas data terlihat padaTabel 6 berikut ini:

    Gambar 5Model Struktural

    Tabel 6Hasil Uji Normalitas

    Sumber: Data olahan.

    WWWWW

    E2

    E5E3

    E6

    E7

    E4

    E1

    0.022994

    0.2823190.050654

    0.808499

    0.052342

    0.314315

    0.411004

    0.037899

    AFEKEKOLOGIKAL

    NIAT BELIHIJAU

    ORIENTASI NILAIKOLEKTIVIS

    WWWWW

    WWWWW

    WWWWW

    WWWWW

    PENGETAHUANEKOLOGIKAL

    WWWWWWWWWW

    WWWWWWWWWW

    WWWWW

    WWWWW

    WWWWW

    WWWWW

    WWWWW

    WWWWW

    WWWWW

    OK

    AE

    PE

    NBH

    1

    1

    11

    1

    1

  • 15

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMEN DALAM ............... (Putri Nazma Maharani)

    Pada Tabel 6, sebagian besar nilai critical ratiountuk skewness dan kurtosis menunjukkan nilai yanglebih besar dari 2,58 (C.R. e 2,58). Ini berartisebagian besar nilai critical ratio pada skewnessmaupun kurtosis tidak normal, sehingga tidakmemenuhi asumsi normalitas data pada level = 0,01,baik secara univariate maupun multivariate. Olehkarena itu, maka data tidak terdistribusi normal. Asumsinormalitas secara multivariat yang tidak dapat dipenuhidalam pengujian SEM dalam penelitian ini dapatdiabaikan dan analisis dapat tetap dilanjutkan, karenadata yang digunakan adalah data yang dimasukkanapa adanya, yang didapat dari data primer sehinggamemungkinkan adanya respon dari setiap individu yangsangat beragam; 3) evaluasi terhadap kriteria Good-ness-of Fit dari model struktural yang telah diestimasi,disajikan dalam Tabel 7 berikut ini:

    Pada pengujian ini, goodness-of-fit yangdigunakan adalah absolute fit measures sehingga nilai

    yang dilihat sebagai tolok ukurnya adalah nilai CMIN/DF, GFI, dan RMSEA. Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihatbahwa nilai Chi-Square menunjukkan angka 1,450 tetapiindeks ini tidak menjadi satu-satunya dasar untukmenentukan model tersebut fit atau tidak. Nilai CMIN/DF, GFI, dan RMSEA sudah dapat memenuhi nilai yangdisyaratkan (cut-off value) sebagai syarat fit sebuahmodel struktural. Dengan demikian, dapat dikatakanbahwa model tersebut fit.

    PEMBAHASAN

    Untuk menguji hipotesis yang diajukan dapat dilihathasil koefisien standardized regression (Ghozali, 2005).Hubungan kausalitas dikatakan signifikan apabila nilaiparameter estimasi kedua konstruk memiliki nilai C.R.e 2,326 dan C.R. e 1,645 pada tingkat signifikansi = 0,01 dan = 0,05. Tabel 8 berikut merupakan hasilperhitungan regression weight.

    Tabel 8Regression Weight

    Tabel 7Hasil Goodness-of-Fit

    Sumber: Data olahan.

    Sumber: Data olahan.*) Tingkat Signifikansi 1%

  • 16

    JEB, Vol. 4, No. 1, Maret 2010: 1-20

    Pada hipotesis 1, nilai C.R. untuk parameterestimasi hubungan kausal antara orientasi nilaikolektivis pada afek ekologikal adalah 2,379 atau C.R.e 2,326. Ini berarti signifikan pada tingkat signifikansisebesar 1%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwaHo yang menyatakan bahwa orientasi nilai kolektivistidak berpengaruh positif pada afek ekologikal ditolak,sebaliknya Ha yang menyatakan bahwa orientasi nilaikolektivis berpengaruh positif pada afek ekologikalditerima. Hal ini konsisten dengan McCarty dan Shrum(1994) dan Chan dan Lau (2000). Analisis lebih lanjutdapat diuraikan bahwa orientasi nilai kolektivis akanmeningkatkan afek ekologikal konsumen. Chan dan Lau(2000) beragumentasi bahwa orientasi nilai kealamiahanmanusia akan mengarahkan pada pengaruh yang positifterhadap afek ekologikal sehingga dapat dikatakanbahwa semakin tinggi orientasi nilai kolektivis akandapat meningkatkan afek ekologikal konsumen.

    Pada hipotesis 2, nilai C.R. untuk parameterestimasi hubungan kausal antara orientasi nilaikolektivis pada pengetahuan ekologikal adalah -0,196atau C.R. d 1,645. Ini berarti tidak signifikan padatingkat signifikansi sebesar 5%. Oleh karena itu, dapatdisimpulkan bahwa Ho yang menyatakan bahwaorientasi nilai kolektivis tidak berpengaruh positif padapengetahuan ekologikal diterima, sebaliknya Ha yangmenyatakan bahwa orientasi nilai kolektivisberpengaruh positif pada pengetahuan ekologikalditolak. Hal ini tidak konsisten dengan Chan dan Lau(2000) yang menegaskan bahwa orientasi nilaikealamiahan manusia berpengaruh positif padapengetahuan ekologikal. Analisis lebih lanjut dapatdiuraikan bahwa semakin tinggi orientasi nilai kolektivismaka tidak akan berpengaruh pada pengetahuanekologikal konsumen. Tidak signifikannya hipotesis inikemungkinan karena tingkat kesadaran masyarakat dinegara berkembang relatif rendah terhadap isu-isulingkungan (Chan, 1999). Nilai budaya masyarakatternyata hanya berpengaruh pada afek ekologikalnamun tidak berpengaruh pada pengetahuanekologikalnya.

    Pada hipotesis 3, nilai C.R. untuk parameterestimasi hubungan kausal antara pengetahuanekologikal pada afek ekologikal adalah 1,532 atau C.R.d 1,645. Ini berarti tidak signifikan pada tingkatsignifikansi sebesar 5% sehingga hasil penelitian inimenunjukkan pengetahuan ekologikal tidak signifikan

    berpengaruh pada afek ekologikal. Hal ini tidakkonsisten dengan Chan (2001) dan Chan dan Lau (2000)yang menegaskan bahwa pengetahuan ekologikalberpengaruh positif pada afek ekologikal. Analisis lebihlanjut dapat diuraikan bahwa semakin tinggipengetahuan ekologikal tidak akan berpengaruh padaafek ekologikal konsumen. Tidak signifikannyahipotesis ini kemungkinan karena karakteristikresponden. Konsumen cenderung memilih setuju atausangat setuju ketika menghadapi pertanyaan mengenaipengetahuan ekologikal walaupun tidak paham.

    Pada hipotesis 4, nilai C.R. untuk parameterestimasi hubungan kausal antara pengetahuanekologikal pada niat beli hijau adalah -0,419 atau C.R.d 1,645. Ini berarti tidak signifikan pada tingkatsignifikansi sebesar 5%. Oleh karena itu, dapatdisimpulkan bahwa Ho yang menyatakan bahwapengetahuan ekologikal tidak berpengaruh positif padaniat beli hijau diterima, sebaliknya Ha yang menyatakanbahwa pengetahuan ekologikal berpengaruh positifpada niat beli hijau ditolak. Hal ini tidak konsistendengan Chan (1999) yang menegaskan bahwapengetahuan ekologikal berpengaruh positif pada niatbeli terhadap produk-produk ramah lingkungan.Analisis lebih lanjut dapat diuraikan bahwa semakintinggi pengetahuan ekologikal tidak akan berpengaruhpada niat beli hijau. Tidak signifikannya hipotesis inikemungkinan karena karakteristik responden.

    Pada hipotesis 5, nilai C.R. untuk parameterestimasi hubungan kausal antara afek ekologikal padaniat beli hijau adalah 3,979 atau C.R. e 2,326. Iniberarti signifikan pada tingkat signifikansi sebesar 1%.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Ho yangmenyatakan bahwa afek ekologikal tidak berpengaruhpositif pada niat beli hijau ditolak, sebaliknya Ha yangmenyatakan bahwa afek ekologikal berpengaruh positifpada niat beli hijau diterima. Hal ini konsisten denganChan (1999) dan Chan dan Lau (2000) yang menegaskanbahwa afek ekologikal berpengaruh positif pada niatpembelian produk yang ramah lingkungan. Analisislebih lanjut dapat diuraikan bahwa semakin tinggi afekekologikal, maka semakin tinggi niat beli hijaukonsumen. Ada konsistensi hubungan positif antaraafek ekologikal (rasa emosional konsumen terhadaplingkungan) dan niat pembelian produk yang ramahlingkungan (Chan, 1999; Chan & Lau, 2000) sehinggadapat dikatakan bahwa masyarakat lebih emosional

  • 17

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMEN DALAM ............... (Putri Nazma Maharani)

    terhadap dampak sosial lingkungan daripada terhadappengetahuan lingkungan.

    sehingga dapat disimpulkan bahwa model secarakeseluruhan dapat menjelaskan data yangsesungguhnya mengenai pola hubungan antarkonstruk penelitian.

    Berdasarkan hasil analisis denganmenggunakan AMOS, maka hasil pengujian hipotesisdalam penelitian ini menunjukkan bahwa 2 dari 5hipotesis yang diajukan adalah diterima secarasignifikan. Dua hipotesis yang signifikan tersebutadalah H1 orientasi nilai kolektivis konsumenberpengaruh positif pada afek ekologikal dan H5 afekekologikal berpengaruh positif pada niat beli hijau.Sedangkan 3 hipotesis yang tidak signifikan adalah H2orientasi nilai kolektivis konsumen berpengaruh positifpada pengetahuan ekologikal, H3 pengetahuanekologikal berpengaruh positif pada afek ekologikalkonsumen, dan H4 pengetahuan ekologikal konsumenberpengaruh positif pada niat beli hijau. Tidakditerimanya H2 dikarenakan tingkat kesadaranmasyarakat di negara berkembang relatif rendahterhadap isu-isu lingkungan (Chan, 1999). Nilai budayamasyarakat ternyata hanya berpengaruh pada afekekologikal namun tidak berpengaruh pada pengetahuanekologikal mereka. H3 dan H4 juga tidak signifikan karenakarakteristik responden. Konsumen cenderung memilihsetuju atau sangat setuju ketika menghadapi

    Gambar6Model Persamaan Struktural Akhir

    Setelah melakukan analisis Stuctural EquationModeling, model penelitian yang diajukan mengalamiperubahan. Orientasi nilai kolektivis tidak signifikanberpengaruh positif pada pengetahuan ekologikal,pengetahuan ekologikal tidak signifikan berpengaruhpositif pada afek ekologikal, dan pengetahuanekologikal tidak signifikan berpengaruh positif padaniat beli hijau. Sedangkan 2 hipotesis yang lain dari 5hipotesis yang diajukan dinyatakan signifikan.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Simpulan

    Penelitian ini dilakukan untuk menguji model yangmenggambarkan hubungan antara orientasi nilaikolektivis, pengetahuan ekologikal, afek ekologikal, danniat beli kosmetik hijau di Yogyakarta. Jumlahkeseluruhan variabel dalam penelitian ini adalah 4variabel, yang terdiri dari satu variabel independenyaitu orientasi nilai kolektivis; 2 variabel mediasi yaitupengetahuan ekologikal dan afek ekologikal; serta 1variabel dependen yaitu niat beli hijau. Model strukturalditerima sebagai model penelitian karena menunjukkanindeks goodness-of-fit yang memenuhi persyaratanberdasarkan cut-off-value yang direkomendasikan

    3,979*2,379*

    -0,1961,532

    0,419

    afekekologikal

    orientasi nilaikolektivis niat beli hijau

    pengetahuanekologikal

    WWWWW

    WWWWW

    WWWWW WWWWW

    WWWWW

  • 18

    JEB, Vol. 4, No. 1, Maret 2010: 1-20

    pertanyaan mengenai pengetahuan ekologikalwalaupun tidak memahami pertanyaan-pertanyaantersebut. Hal itu menjadi tidak merepresentasikantingkat pengetahuan ekologikal responden yangsebenarnya.

    Keterbatasan Penelitian

    Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagaiberikut, yaitu 1) penelitian ini hanya menggunakanpengunjung Plaza Ambarukmo sebagai subyekpenelitian sehingga tidak dapat mewakili populasisecara umum. Di samping itu, penelitian ini tidakmemperhatikan perbedaan individu seperti jender,tingkat pendapatan, perbedaan jenis pekerjaan ataujenis pendidikan, dan area domisili; 2) penelitian inihanya dapat memberikan penjelasan untuk produkkosmetik hijau saja, padahal produk ramah lingkungansaat ini telah banyak diproduksi oleh produsen, sepertibahan pangan organik, deterjen yang ramahlingkungan, dan yang lainnya.

    Implikasi Manajerial

    Penelitian ini memiliki manfaat bagi pengembanganstrategi pemasaran. Hasil penelitian menunjukkanbahwa masyarakat lebih emosional terhadap dampaksosial lingkungan daripada terhadap pengetahuanlingkungan. Pemasar produk kosmetik hijau dapatmenyusun strategi yang efektif untuk menciptakan niatbeli hijau dengan pendekatan afektif atau emosional.Pemasar hendaknya memformulasikan strategi promosibaik above atau below the line. Hal tersebut perludilakukan karena di Indonesia sendiri, produk hijaubelum begitu dikenal oleh konsumen. Pemasar jugasebaiknya memperluas cakupan distribusi dengan caramemasarkan produk kosmetik hijau di salon kecantikanserta menggunakan saluran pemasaran katalog pos daninternet. Penawaran produk kosmetik hijau di Indone-sia masih relatif rendah. Oleh karena itu, perlu adanyasertifikasi dari lembaga yang telah terakreditasi bagiproduk kosmetik hijau. Sertifikasi merupakan isu kunciyang terpenting dan aspek inilah yang sangatdiperlukan oleh produsen produk ramah lingkungansaat ini karena tingginya tuntutan konsumen akanadanya jaminan bahwa produk yang akan dibeli adalahbenar-benar ramah lingkungan. Undang-undang

    Perlindungan sebaiknya dibuat sedemikian rupa untukmenghindari klaim ramah lingkungan yang tidakdidasarkan pada data teknis ilmiah sehingga klaimproduk hijau tidak menyesatkan konsumen. Dengandemikian, komitmen perilaku berwawasan lingkunganbukan hanya tanggung jawab perusahaan namun lebihpada stakeholder secara keseluruhan.

    Saran

    Berdasarkan simpulan penelitian, maka saran penelitiadalah 1) penelitian selanjutnya dapat memperluaskelompok dan kriteria subyek penelitian; 2)mengembangkan model penelitian perilaku konsumenyang berwawasan lingkungan dengan keunikan latardalam pemilihan obyek penelitian yang berbeda; dan3) memasukkan variabel-variabel demografi yang dapatmengungkap fenomena tentang perilaku konsumenyang berwawasan lingkungan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ardianti, T. Nadya. 2008. Analisis Perilaku KonsumenKota Bogor terhadap Produk Kosmetika Hijau,Tesis Program Pascasarjana Manajemen danBisnis IPB (tidak dipublikasikan).

    Assael, Henry. 1998. Consumer Behavior and Mar-keting Action, 6th ed. Cincinnati, Ohio: SouthWestern College Publishing.

    Boulding, William; Kalra, Ajay; Staelin, Richard; andZeithaml A. Valarie. 1993. A Dynamic ProcessModel of Service Quality, Journal of Market-ing Research, Vol. 30, No. 1, p.7-27.

    Chan, T.S. 1996. Concerns for Environmental Issuesand Consumer Purchase Preferences: A Two-Country Study, Journal of International Con-sumer Marketing, Vol. 9, No. 1, p. 43-55.

    Chan, Ricky Y.K. 1999. Environmental Attitudes andBehavior of Consumers in China: Survey Find-ings and Implications, Journal of InternationalConsumer Marketing, Vol. 11, No. 4, p. 25-52.

  • 19

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMEN DALAM ............... (Putri Nazma Maharani)

    Chan, Ricky Y.K. and Lorett B. Y. Lau. 2000. Anteced-ents of Green Purchases: A Survey in China,Journal of Consumer Marketing, Vol. 17 No. 4,pp.338-357.

    Chan, Ricky Y.K. 2001. Determinants of Chinese Con-sumers Green Purchase Behavior, Psychology& Marketing, Vol. 8, No. 4, April, pp. 389-413.

    Cukur, Cem Safak, Maria Rosario T. De Guzman andGustavo Carlo. 2004. Religiosity, Values, andHorizontal and Vertical Individualism- Collec-tivism: A Study of Turkey, the United Statesand the Philippines, The Journal of SocialPsychology, Vol. 144, No. 6, December, pp. 613-239.

    Dharmmesta, S. Basu. 1993. Perilaku BelanjaKonsumen Era 90an dan Strategi Pemasaran,Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Septem-ber, h.29-40.

    Dharmmesta, S. Basu. 1997. Pergeseran ParadigmaDalam Pemasaran: Tinjauan Manajerial danPerilaku Konsumen, Kelola, No. 15/VI, hal. 12-23.

    Dharmmesta, S. Basu. 1999a. Loyalitas Pelanggan:Sebuah Kajian Konseptual sebagai PanduanBagi Peneliti, Jurnal Ekonomi dan Bisnis In-donesia, Vol. 14, No. 3, h. 73-88.

    Dharmmesta, S. Basu. 1999b. Riset Konsumen dalamPengembangan Teori Perilaku Konsumen danMasa Depannya, Jurnal Ekonomi dan BisnisIndonesia, Vol. 14, No. 1, h. 60-70.

    Follows, Scott B. and David Jobber. 2000. Environ-mentally responsible purchase behaviour: a testof a consumer model, European Journal ofMarketing, Vol. 34, No. 5/6, pp.723-746.

    Fotopoulos, Christos and Athanasios Krystallis. 2002a.Purchasing motives and profile of the Greekorganic consumer: a countrywide survey, Brit-ish Food Journal, Vol. 104, No. 9, pp.730-765.

    Fotopoulos, Christos and Athanasios Krystallis. 2002b.Organic product avoidance, Reasons for re-jection and potential buyers identification in acountrywide survey, British Food Journal,Vol. 104, No. 3/4/5, pp.233- 260.

    Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analsis Multivariatedengan Program SPSS, Semarang: BadanPenerbit Universitas Diponegoro.

    Hair, F. Joseph Jr.; Anderson, E. Rolph; Tatham, L.Ronald and Black, C. William. 1998. Multivari-ate Data Analysis, 5th ed. Upper Saddle River,New Jersey: Prentice Hall, Inc.

    Hofstede, Geert and Gert Jan Hofstede. 2005. Culturesand Organizations, 2nd ed. New York: McGraw-Hill.

    Homer, Pamela M. and Lynn R. Kahle. 1988. A Struc-tural Equation Test of the Value-Attitude-Behaviour Hierarchy, Journal of Personalityand Social Psychology, Vol. 54, No. 4, pp. 638-646.

    Hutomo, D. Suzy. 2006. This is The Body Shop, Pub-lished Online in (http://www.menlh.go.id/s e r b a s e r b i / c s r / T h i s % 2 0 i s % 2 0 T B S -%20speech%20-%20Suzy%20Hutomo%20-%2023%20Aug%2006.pdf)

    Jiuan, T.S., Jochen Wirtz, Kwon Jung and Kau Ah Keng.2001. Singaporeans Attitudes towards work,pecuniary adherence, materialism, feminism,environmental consciousness, and media cred-ibility, Singapore Management Review, 23, 1,pp. 59-86.

    Johri, Lalit M. and Kanokthip Sahasakmontri. 1998.Green Marketing of cosmetics and toiletries inThailand, The Journal of Consumer Market-ing, Vol. 15 No. 3, pp. 265-281.

    Junaedi, Shellyana. 2006. Pengaruh Orientasi Nilai, Afekdan Pengetahuan Ekologikal pada KomitmenPembelian Produk yang BerwawasanLingkungan: Studi Perilaku Konsumen Pangan

  • 20

    JEB, Vol. 4, No. 1, Maret 2010: 1-20

    Organik, Disertasi Sekolah Pascasarjana UGMYogyakarta (tidak dipublikasikan).

    Kalafatis, Stavros P., Michael Pollard, Robert East andMarkos H. Tsogas. 1999. Green Marketing andAjzens Theory of Planned Behaviour: A Cross-market Examination, Journal of ConsumerMarketing, Vol. 16 No. 5, pp.441-460.

    Kotler, Philip and Keller, L. Kevin. 2006. MarketingManagement, 12th ed. Upper Saddle River, N.J.:Pearson Education, Inc.

    Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnisdan Ekonomi, Jakarta: Erlangga.

    Laroche, Michel, Jasmin Bergeron and Guido Barbaro-Forleo. 2001. Targeting Consumers Who areWilling to Pay More for EnvironmentallyFriendly Products, Journal of Consumer Mar-keting, Vol. 18, No. 6, pp. 503-520.

    Martin, Bridget and Antonis C. Simintiras. 1995. Theimpact of green product lines on the environ-ment: does what they know affect how theyfell?, Marketing Intelligence & Planning Vol.13 No. 4, pp. 16-23.

    Mowen, John C. and Michael Minor. 1998. ConsumerBehavior, 4th ed. New Jersey: Prentice-Hall.

    Peattie, Ken. 1995. Environmental Marketing Man-agement, Meeting the Green Challenge, Pit-man Publishing.

    Peter, J. Paul and Jerry C. Olson. 2005. Consumer Be-havior and Marketing Strategy, 7th ed. NewYork: McGraw-Hill Book Company.

    Purwani, Khusniyah dan Dharmmesta, S. Basu. 2002.Perilaku Beralih Merek Konsumen dalamPembelian Produk Otomotif, Jurnal Bisnisdan Ekonomi Indonesia, Vol. 17, No. 3, h. 288-303.

    Sagy, Shifra, Emda Orr and Dan Bar-On. 1999. Indi-vidualism and Collectivism in Israeli Society:

    Comparing Religious and Secular High-SchoolStudents, Human Relation, Vol. 52, No. 3,Maret, pp. 327-348.

    Schifman , Leon G. and Leslie Lazar Kanuk 2004. Con-sumer Behavior, 8th ed. Prentice Hall, Inc.

    Schlegelmilch, Bodo B. Greg M. Bohlen and AdamantiosDiamantopoulos. 1996. The Link BetweenGreen Purchasing Decisions and Measures ofEnvironmental Consciousness, EuropeanJournal of Marketing, Vol. 30 no. 5, pp.35-55.

    Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business:A Skill Building Approach, 4th ed. New York:John Willey & Sons, Inc.

    Vlosky, Richard P., Lucie K. Ozanne and Renee J.Fontenot. 1999. A conceptual model of USconsumer willingness-to-pay for environmen-tally certified wood products, Journal of Con-sumer Marketing, Vol. 16, No. 2, pp. 122- 136.

  • 21

    MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE LAJU INFLASI DAN TINGAKAT...................... (Algifari)Vol. 4, No. 1 Maret 2010Hal. 21-29

    ABSTRACT

    With regard to the importance of the rate of interestand inflation in economy, this research aim at develop-ing Vector Autoregressive model by using high-fre-quency data of interest rate and inflation in Indonesia.Granger Causality Test is used to test causality rela-tionship between interest rate and inflation. The stud-ied period is January, 2005 August, 2009. The resultsshow that in Indonesias economy, the rate of interestis the cause of inflation and vice versa. The best VARmodel based on this research is four lag length.

    Keywords: VAR Model, Interest Rate, Inflation

    PENDAHULUAN

    Laju inflasi dan tingkat bunga merupakan dua indikatorekonomi makro yang penting dalam perekonomian.Tingkat bunga merupakan indikator ekonomi di pasarbarang-barang konsumsi, sedangkan laju inflasimerupakan indikator ekomomi di pasar modal. Lajuinflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga-hargasecara umum dan terus-menerus (Boediono, 1982). Lajuinflasi merupakan variabel penting karena laju inflasiyang tinggi dapat berdampak negatif terhadapkesejahteraan sebagian masyarakat karena merugikankonsumen yang memiliki penghasilan tetap. Denganinflasi (kenaikan harga), penghasilan riilnya akan turun

    MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE LAJU INFLASIDAN TINGKAT BUNGA DI INDONESIA

    AlgifariSekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta

    Jalan Seturan Yogyakarta 55281Telepon +62 274 486160, 486321, Fax. +62 274 486155

    E-mail: [email protected]

    sehingga kemampuannya memenuhi kebutuhan hidup(daya beli) juga akan berkurang. Bank sentral selaluberusaha agar laju inflasi pada level yang rendah danstabil. Dengan laju inflasi yang rendah dan stabil akandapat meminimalisir dampak buruk kenaikan harga bagikesejahteraan masyarakat dan sekaligus dapatmemudahkan perusahaan untuk membuat perencanaanbisnis.

    Kenaikan harga-harga (inflasi) dapat terjadimelalui dua sebab, yaitu kenaikan biaya (cost push)dan kenaikan permintaan (demand pull) (Setyowati dkk,2002). Kenaikan harga bahan bakar minyak dan kenaikantarif listrik merupakan contoh peristiwa yang dapatmenaikkan biaya produksi. Untuk mempertahankantingkat keuntungan yang diharapkan, pengusaha akanmenaikkan harga. Kenaikan permintaan terhadapbarang dan jasa dalam perekonomian dapat terjadi,misalnya adanya kenaikan gaji pegawai negeri.Kenaikan gaji dapat meningkatkan daya belimasyarakat. Jika penawaran barang tidak dapat seketikamengimbangi kenaikan permintaan masyarakatterhadap barang dan jasa, maka harga-harga akan naik.

    Setiap negara memiliki kebijakan (cara) untukmengendalikan laju inflasi. Keberhasilan kebijakan yangdipilih oleh suatu negara dalam rangka mengendalikanlaju inflasi tidak otomatis akan berhasil jika diterapkandi negara lain. Demikian juga halnya dengan perbedaanwaktu dan kondisi perekonomian. Kebijakanpengendalian laju inflasi tidak selalu berhasil padawaktu dan atau kondisi ekonomi yang berbeda.Pengendalian laju inflasi di Indonesia saat ini dilakukan

    Tahun 2007

    ISSN: 1978-3116

    J U R N A LEKONOMI & BISNIS

  • 22

    JEB, Vol. 4, No. 1, Maret 2010: 21-29

    dengan menggunakan inflation targeting framework(ITF). Laju inflasi pada tahun tertentu ditentukan olehpemerintah bersama dengan Bank Indonesia sebagaitarget laju inflasi pada tahun tersebut. Hal inidimaksudkan agar ada kepastian bagi pengusahamaupun masyarakat sebagai konsumen untukmenghindari risiko akibat dari kenaikan harga-harga(inflasi).

    Tugas utama Bank Indonesia adalah menjaminstabilitas harga (inflasi yang terkendali). Untukmengendalikan harga-harga, Bank Indonesia dapatmelaksanakan kebijakan moneter melalui berbagaiinstrumen, di antaranya melalui tingkat bunga. Ketikalaju inflasi bergerak cenderung melebihi target inflasi,Bank Indonesia menaikan tingkat bunga Sertifikan BankIndonesia (SBI). Bank Indonesia tidak mungkin secaramandiri mampu menciptakan stabilitas harga.Pemerintah juga perlu memiliki komitmen yang kuatuntuk mengendalikan harga. Pemerintah memilikikemampuan dalam mengendalikan harga-harga melaluikebijakan fiskal. Instrumen kebijakan fiskal yang dapatdigunakan oleh pemerintah adalah pajak dan belanjapemerintah. Ketika harga-harga cenderung meningkat,pemerintah dapat mengendalikan kenaikan hargatersebut dengan menaikan pajak atau dapat juga dengancara mengurangi belanja pemerintah.

    Tingkat bunga adalah variabel ekonomi makroyang paling penting di antara variabel-variabel ekonomimakro. Tingkat bunga merupakan harga yangmenghubungkan antara masa kini dan masa depan(Mankew, 2007). Tingkat bunga juga merupakanvariabel penghubung antara pasar barang (sektor riil)dan pasar uang (sektor moneter). Pada pasar barang,tingkat bunga berpengaruh terhadap investasiperusahaan. Tingkat bunga merupakan biaya meminjamuang. Tingkat bunga yang tinggi berarti biaya meminjamuang tinggi. Jika biaya meminjam uang tinggi berakibatmenurunnya minat perusahaan meminjam uang untukkegiatan investasi. Dengan kata lain, jika tingkat bungatinggi, maka investasi yang terjadi dalam perekonomianrendah. Sedangkan pada pasar uang, tingkat bungaberpengaruh terhadap permintaan uang kas olehmasyarakat. Tingkat bunga yang tinggi menyebabkanpermintaan uang kas rendah, sebaliknya tingkat bungayang rendah menyebabkan permintaan uang kas olehmasyarakat tinggi.

    Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwalaju inflasi dan tingkat bunga merupakan variabel yangpenting dalam perekonomian. Apakah laju inflasi dantingkat bunga memiliki hubungan kausalitas? Jikakedua variabel tersebut memiliki hubungan kausalitas,apakah laju inflasi menyebabkan tingkat bunga? Atautingkat bunga menyebabkan laju inflasi? Penelitian inibertujuan menemukan model Vector Autoregressive(VAR) laju inflasi dan tingkat bunga di Indonesia. ModelVAR laju inflasi dan tingkat bunga yang diperoleh daripenelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salahsatu alat untuk membuat ramalan tentang tingkat bungadan laju inflasi di Indonesia.

    MATERI DAN METODE PENELITIAN

    Sampai saat ini masih sering muncul pertanyaan tentanghubungan pengaruh antara laju inflasi dan tingkatbunga. Pertanyaan yang sering muncul adalah apakahlaju inflasi menentukan tingkat bunga? Atau tingkatbunga yang menentukan laju inflasi? Dalam logikaekonomi dapat dijelaskan bahwa tingkat bunga akanmenentukan laju inflasi. Tingkat bunga yang relatifrendah dapat mendorong investasi, Kenaikan investasiakan meningkatkan permintaan dalam perekonomiandan pada akhirnya akan meningkatkan harga-harga(inflasi). Pengaruh tingkat bunga terhadap inflasi jugadapat terjadi melalui proses kenaikan biaya produksi.Bagi perusahaan, tingkat bunga merupakan biaya modal(meminjam uang). Modal adalah salah satu dari faktorproduksi dalam suatu proses produksi. Jika harga faktorproduksi naik, berarti biaya produksi akan naik. Untukmempertahankan tingkat keuntungan tertentuperusahaan akan menaikkan harga.

    Hubungan antara laju inflasi dan tingkat dapatjuga dijelaskan dari sisi lain, yakni laju inflasi akanberpengaruh terhadap suku bunga. Laju inflasi yangrelatif tinggi mendorong bank sentral mengambilkebijakan moneter untuk mengantisipasi inflasi tinggitersebut. Salah satu instumen kebijakan moneter dalammengendalikan laju inflasi adalah tingkat bunga (re-discount policy). Jadi dalam konteks ini laju inflasimenentukan tingkat bunga.

    Persamaan Fisher dapat pula digunakan untukmenggambarkan hubungan antara tingkat bungadengan laju inflasi. Tingkat bunga yang diperoleh darimendepositokan uang di bank merupakan pendapatan

  • 23

    MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE LAJU INFLASI DAN TINGAKAT...................... (Algifari)

    yang diperoleh pemilik uang. Namun demikian, tingkatbunga yang dihasilkan dari deposito tersebut tidaklahmenggambarkan kenaikan nilai uang yangsesungguhnya, karena dalam masa periode depositoterjadi perubahan harga. Misalnya dalam masa periodedeposito terjadi kenaikan harga (inflasi), makasebenarnya kenaikan nilai uang yang didepositokanadalah sebesar tingkat bunga dikurangi laju inflasi. Jadimisalnya tingkat bunga deposito sebesar 8% per tahundan laju inflasi sebesar 5% per tahun, maka kenaikannilai uang yang didepositokan hanya sebesar 3% pertahun. Tingkat bunga nominal yang sudah dikurangilaju inflasi adalah tingkat bunga riil. Jika tingkat bunganominal diberi simbol i, tingkat bunga riil diberi simbolr, dan laju inflasi diberi simbol p, maka persamaan Fisheradalah i = r + p. Berdasarkan persamaan Fisher ini dapatdilihat hubungan antara tingkat bunga dengan lajuinflasi, yaitu kenaikan harga (inflasi) dapat menaikkantingkat bunga. Pengaruh inflasi terhadap tingkat bungadapat pula dijelaskan dengan efek Fisher yangmenyatakan bahwa kenaikan 1% laju inflasimenyebabkan kenaikan 1% tingkat bunga nominal(Mankew, 2009).

    Hubungan antara laju inflasi dengan tingkatbunga juga diperoleh dari berbagai hasil penelitianempiris. Data perekonomian Amerika dalam rentangwaktu tahun 1954 hingga tahun 2005 menunjukkanhubungan yang searah antara laju inflasi dengantingkat bunga. Artinya laju inflasi (diukur dari indeksharga konsumen) yang tinggi mengarah pada tingkatbunga (menggunakan tingkat bunga deposito tigabulanan) yang tinggi. Penelitian lain menggunakan datatingkat bunga dan laju inflasi rata-rata di 77 negaraselama periode 1996-2004. Berdasarkan hasil penelitiantersebut diperoleh simpulan adanya korelasi positifantara laju inflasi dengan tingkat bunga (Mankew,2009).

    Penelitian tentang hubungan kausalitas antaralaju infasi dan tingkat bunga dilakukan oleh Almeliadan Utomo (2006). Dalam penelitian tersebut dilakukananalisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhitingkat suku bunga deposito berjangka bank umum diIndonesia. Salah satu faktor yang diduga berpengaruhterhadap tingkat bunga deposito berjangka bank umumadalah laju inflasi. Data yang digunakan dalampenelitian tersebut adalah data laju inflasi dan tingkatsuku bunga triwulanan tahun 1999 sampai dengan tahun

    2003. Hasil penelitian membuktikan bahwa tingkatinflasi berpengaruh secara signifikan terhadap tingkatbunga deposito berjangka bank umum di Indonesia.

    Ernawati dan Llewlyn (2002) melakukanpenelitian tentang hubungan kausalitas antara tingkatbunga dengan laju inflasi di Indonesia. Data yangdigunakan adalah tingkat bunga nominal dan laju inflasitahun 1995 sampai dengan tahun 2001. Hasil penelitianmenunjukkan adanya hubungan yang searah dansignifikan antara laju inflasi dengan tingkat bunga.Purnomo (2004) melakukan penelitian tentanghubungan kausalitas antara tingkat bunga dengan lajuinflasi di Indonesia. Penelitian tersebut berhasilmembuktikan bahwa tingkat bunga berpengaruhterhadap laju inflasi, namun gagal membuktikan lajuinflasi berpengaruh terhadap tingkat bunga.

    Gul dan Ekinci (2006) melakukan penelitianbertujuan menguji hubungan kausalitas antara lajuinflasi dengan tingkat bunga pada perekonomian Turki.Penelitian tersebut menggunakan tingkat bunga nomi-nal bulanan dari Bank Sentral Turki dan laju inflasibulanan dalam periode Januari 1984 sampai denganDesember 2003. Hasil penelitian membuktikan adanyahubungan searah antara laju inflasi dengan tingkatbunga. Berdasar hasil penelitian tersebut tingkat bungamenyebabkan laju inflasi, namun laju inflasi tidakmengebabkan tingkat bunga. Hasil penelitian ini samadengan hasil penelitian oleh Nezhad dan Zarea (2007)pada perekonomian Iran yang menggunakan data lajuinflasi dan tingkat bunga pada periode 1959-2002.Pengujian terhadap hubungan kausalitas antara lajuinflasi dan tingkat bunga menggunakan Uji KausalitasGranger Toda-Yamamoto dan pendekatanAutoregressive Distributed Lag (ARDL approach).Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanyapengaruh tingkat bunga terhadap laju inflasi, namuntidak sebaliknya.

    Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini adalahuntuk membuat model hubungan antara laju inflasidengan tingkat bunga, tanpa diawali denganargumentasi variabel mana yang merupakan variabeldependen (dipengaruhi) dan variabel mana yangmerupakan variabel independen (mempengaruhi).Model yang digunakan untuk menggambarkanhubungan antara laju inflasi dengan tingkat bunganadalah model vector autoregressive (VAR). Jika lajuinflasi diberi simbol P dan tingkat bunga diberi simbol

  • 24

    JEB, Vol. 4, No. 1, Maret 2010: 21-29

    R, maka model VAR antara kedua variabel tersebutadalah sebagai berikut:

    Pt adalah laju inflasi pada periode t dan Pt-j merupakanlaju inflasi pada periode sebelumnya. Rt adalah tingkatbunga pada periode t dan Rt-j merupakan tingkat bungapada periode sebelumnya. merupakan stochastic er-ror terms atau di dalam istilah model VAR disebutimpuls, inovasi, atau shok (Gujarati, 2003).

    Sebelum melakukan pencarian model VAR antaralaju inflasi dan tingkat bunga terlebih dahulu dilakukanpengujian stasioneritas data. Karena salah satupersyaratan yang harus dipenuhi dalam model VARadalah bahwa data yang diamati harus stasioner. Untukmenguji stasioneritas data digunakan Uji AugmentedDickey-Fuller (Uji ADF). Formulasi umum Uji ADFadalah sebagai berikut:

    Yt adalah bariabel yang diamati pada periode t, Yt-1adalah nilai variabel Y pada satu periode sebelumnya.b1 adalah konstanta, b2 adalah koefisien tren, ai adalahkoefisien variabel lag Y, m adalah panjangnya lag, danet adalah white noise error terms. Hipotesis nolmenyatakan bahwa d = 0, artinya Yt memiliki unit root.Jika data suatu variabel memiliki unit root, maka dapatdisimpulkan bahwa data variabel tersebut tidakstasioner.

    Persyaratan berikutnya untuk membangunmodal VAR adalah variabel yang diamati memilikihubungan kausalitas. Untuk menguji hubungankausalitas antara Y dan X dimulai dari hipotesis nolyang menyatakan bahwa X tidak menyebabkan Y. Nilaiuji F dapat ditentukan menggunakan rumus sebagaiberikut:

    SSE penuh diperoleh dari hasil regresi Yt = SaiYt-1 +SbiXt-i + et. SSE terbatas diperoleh dari hasil regresi Yt = SaiYt-1 + et. N adalah banyaknya observasi, k banyaknyaparameter pada regresi penuh, dan q banyaknya pa-rameter pada regresi terbatas. Jika hasil pengujianmenolak hipotesis nol, maka dapat disimpulkan bahwaX menyebabkan Y.

    Penelitian ini menggunakan data tingkat bungaSertifikat Bank Indonesia 3 bulanan dan laju inflasibulanan dari Januari 2005 sampai dengan Agustus 2009.Laju inflasi dihitung dari persentase perubahan IndeksHarga Konsumen Indonesia. Data penelitian inidiperoleh dari Laporan Bank Indonesia, Statistik Indo-nesia, dan berbagai sumber lain untuk melengkapi datayang dibutuhkan.

    HASIL PENELITIAN

    Penggunaan model VAR untuk memperoleh modelperamalan membutuhkan beberapa persyaratan yangharus dipenuhi dari variabel yang diamati, yaitu 1) setiapvariabel yang diamati harus stasioner dan 2)antarvariabel yang diamati harus memiliki hubungankausal. Dengan demikian, sebelum membentuk modelVAR antara tingkat bunga dengan laju inflasi, makaterlebih dahulu dilakukan pengujian terhadapstasioneritas data laju inflasi dan tingkat bunga dalamperiode waktu pengamatan dan juga dilakukanpengujian terhadap hubungan kausalitas antara lajuinflasi dan tingkat bunga.

    Pengujian terhadap stasioneritas data laju inflasidan tingkat bunga selama periode pengamatanmenggunakan Uji Augmented Dickey-Fuller (Uji ADF).Pada Uji ADF, rumusan hipotesis nol menyatakanbahwa variabel yang diamati memiliki unit root yangberarti variabel tersebut tidak stasioner. Hipotesis nolakan ditolak jika nilai statistik Uji ADF lebih besardaripada nilai kritisnya. Keputusan menolak hipotesisnol dalam Uji ADF menunjukkan bahwa variabel yangdiamati tidak memiliki unit root yang berarti tersebutstasioner.

    Hasil pengolahan data untuk variabel laju inflasidan tingkat bunga menggunakan program aplikasistatistik EViews seperti yang terdapat pada Tabel 1berikut ini:

  • 25

    MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE LAJU INFLASI DAN TINGAKAT...................... (Algifari)

    Hasil pengujian stasioneritas laju inflasi menunjukkanbahwa hipotesis nol yang menyatakan laju inflasimemiliki unit root ditolak. Hal ini ditunjukkan oleh nilaites statistik ADF = -2,521031 yang lebih besar dari padanilai kritis pada tingkat signifikansi 5%, yaitu -1,947119.Demikian juga dengan nilai Prob. = 0,0126 lebih kecildaripada tingkat signifikansi yang digunakan, yaitu 5%.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa laju inflasidalam periode pengamatan berfifat stasioner. Hasilpengujian stasioneritas tingkat bunga menunjukkanbahwa hipotesis nol yang menyatakan tingkat bungamemiliki unit root ditolak. Hal ini ditunjukkan oleh nilaites statistik ADF = -2,236961 yang lebih besar daripadanilai kritis pada tingkat signifikansi 5%, yaitu -1,946996.Demikian juga dengan nilai Prob. = 0,0188 yang lebihkecil daripada tingkat signifikansi yang digunakan,yaitu 5%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwatingkat bunga dalam periode pengamatan bersifatstasioner.

    Pengujian berikutnya yang harus dilakukansebelum membentuk model VAR antara laju inflasi dantingkat bunga adalah menguji hubungan kausalitasantara laju inflasi dengan tingkat bunga. Pengujiandilakukan menggunakan Uji Kausalitas Granger, dimana rumusan hipotesis nol menyatakan bahwavariabel satu tidak berpengaruh terhadap variabellainnya. Hasil pengujian akan menolak hipotesis noljika nilai probability lebih kecil daripada tingkatsignifikansi yang digunakan.

    Pengolahan data dilakukan menggunakan pro-gram aplikasi statististik EViews. Penggunaankelambanan (lag) di mulai dari lag = 2. Hasil perhitungan

    menggunakan EViews ditunjukkan pada Tabel 2 berikutini:

    Tabel 2Uji Kausalitas Granger Lag 2

    Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dengantingkat signifikansi 5%, hipotesis nol yang menyatakanbahwa tingkat bunga (R) tidak berpengaruh terhadaplaju inflasi (P) diterima, karena nilai probability lebihbesar daripada tingkat signifikansi 5%. Ini berarti padatingat signifikansi 5% tingkat bunga tidak berpengaruhterhadap laju inflasi. Sedangkan hipotesis nol yangmenyatakan bahwa laju inflasi berpengaruh terhadaptingkat bunga ditolak pada tingkat signifikansi 1%,karena nilai probability = 0,00134 lebih kecil daripadatingkat sihnifikasi yang digunakan, yaitu 1%. Ini berartilaju inflasi berpengaruh terhadap tingkat bunga.

    Pada model VAR mensyaratkan bahwaantarvariabel yang diamati memiliki hubungankausalitas. Untuk tujuan itu penggunakan kelambanandinaikan menjadi 3, hasil perhitungan menggunakanEViews seperti pada Tabel 3 berikut ini:

    Variabel Laju Inflasi: t-Statistic Prob.* Augmented Dickey_Fuller test statistic -2.521031 0.0126 Test critical value: 1% level -2.609324

    5% level -1.947119 10% level -1.612867

    Variabel Tingkat Bunga Augmented Dickey_Fuller test statistic -2.363961 0.0188 Test critical value: 1% level -2.608490

    5% level -1.946996 10% level -1.612934

    Tabel 1Uji Unit Root

    Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability

    R does not Granger Cause P 54 2.22563 0.11880 P does not Granger Cause R 7.59246 0.00134

  • 26

    JEB, Vol. 4, No. 1, Maret 2010: 21-29

    Tabel 3Uji Kausalitas Granger Lag 3

    Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability

    R does not Granger Cause P 53 5.43993 0.00275P does not Granger Cause R 7.95725 0.00022

    Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tingkatsignifikansi 5%, hipotesis nol yang menyatakan bahwatingkat bunga tidak berpengaruh terhadap laju inflasiditolak. Dengan demikian, tingkat bunga berpengaruhterhadap laju inflasi. Hipotesis nol yang menyatakanbahwa laju inflasi tidak berpengaruh terhadap tingkatbunga ditolak. Ini berarti pada tingkat signifikansi 5%dapat disimpulkan laju inflasi berpengaruh terhadaptingkat bunga.

    Pengujian hubungan kausalitas Granger dengankelambanan (lag) = 3 menunjukkan adanya hubungankausalitas antara laju inflasi dengan tingkat bunga. Padabagian awal telah dinyatakan bahwa tujuan dalampenelitian ini adalah untuk membuat model VAR antaralaju inflasi deng