viral meningittis

59
LAPORAN KASUS STROKE HEMORAGIK Pembimbing: dr. Dwi Retno Hastani Oleh: PETER 110100060 RUDI H. PASARIBU 110100311 ESTERIDA SIMANJUNTAK 110100141 KIKI JULIANI 110100278 LOSHINI RANGGANAZAN 110100384 DEPARTEMEN NEUROLOGI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

description

lapkas

Transcript of viral meningittis

Page 1: viral meningittis

LAPORAN KASUS

STROKE HEMORAGIK

Pembimbing:

dr. Dwi Retno Hastani

Oleh:

PETER 110100060

RUDI H. PASARIBU 110100311

ESTERIDA SIMANJUNTAK 110100141

KIKI JULIANI 110100278

LOSHINI RANGGANAZAN 110100384

DEPARTEMEN NEUROLOGI

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

Page 2: viral meningittis

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

karena atas rahmat dan kurnia-Nya, penulisan laporan kasus meningitis viral ini

dapat diselesaikan. Laporan kasus ini diajukan untuk melengkapi tugas pada

Kepaniteraan Klinik Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran, Universitas

Sumatera Utara.

Meskipun penulisan laporan kasus ini banyak mengalami hambatan,

kesulitan dan kendala, namun karena adanya bimbingan, petunjuk, nasihat dan

motivasi dari berbagai pihak, penulisan laporan kasus ini dapat diselesaikan. Di

sini penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing penulis, dr. Dwi

Retno Hastani yang telah memberikan bimbingan dan arahan.

Namun demikian, karena keterbatasan pengalaman, pengetahuan,

kepustakaan dan waktu, laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk

ini, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk

menyempurnakan laporan kasus ini.

Medan, Oktober 2015

Penulis

Page 3: viral meningittis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................4

BAB 2 LAPORAN KASUS

2.1. Anamnesis............................................................................................6

2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit................................................................6

2.3. Pemeriksaan Fisik................................................................................7

2.4. Pemeriksaan Neurologis.......................................................................8

2.5. Follow Up...........................................................................................18

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi..............................................................................................27

3.2. Etiologi......................................................................................28

3.3. Patofisiologi........................................................................................30

3.4. Manifestasi Klinis

3.5. Perbedaan meningitis viral dan meningitis bakterialis

3.6. Dignosis Meningitis Viral........……………………...………………28

3.7. Diagnosa Banding Meningitis Viral

3.8. Penatalaksanaan..................................................................................31

3.9. Komplikasi.........................................................................................36

BAB 4 DISKUSI KASUS.................................................................................38

BAB 5 KESIMPULAN.....................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................40

Page 4: viral meningittis

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan

Berbagai penyakit dapat menyerang susunan saraf pusat. Salah satunya

adalah peradangan pada selaput otak, yang sering disebut sebagai meningitis.

Meningitis merupakan penyakit susunan saraf pusat yang dapat menyerang semua

orang. Bayi, anak-anak, dan dewasa muda merupakan golongan usia yang

mempunyai resiko tinggi untuk terkena meningitis. Di Inggris, dilaporkan bahwa

3000 orang terkena meningitis setiap tahunnya, baik dewasa maupun anak-anak.

Dilaporkan juga bahwa satu dari sepuluh orang yang menderita meningitis akan

meninggal, dan sisanya akan sembuh dengan meninggalkan kecacatan.1

Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya meningitis, diantaranya

infeksi virus, bakteri, dan jamur. Penyebab lain adalah akibat trauma, kanker, dan

obat-obatan tertentu. Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai salah satu

meningitis yang disebabkan oleh virus, yakni meningitis viral. 2

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai

piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang

lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.

Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada

cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa

ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan

serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman

Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah

meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan

disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis Meningococcus

merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi. Penularan kuman

dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan droplet infection yaitu

terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok

penderita.Saluran nafas merupakan port d’entree utama pada penularan penyakit

Page 5: viral meningittis

ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari

pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen

(melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri di

dalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak dan otak.3

Meningitis sendiri dibagi menjadi dua menurut pemeriksaan

Cerebrospinal Fluid (CSF) atau disebut juga Liquor Cerebrospinalis (LCS),

yaitu: meningitis purulenta dengan penyebab bakteri selain bakteri

Mycobacterium tuberculosis, dan meningitis serosa dengan penyebab bakteri

tuberkulosis ataupun virus. Tanda dan gejala klinis meningitis hampir selalu sama

pada setiap tipenya, sehingga diperlukan pengetahuan dan tindakan lebih untuk

menentukan tipe meningitis. Hal ini berkaitan dengan penanganan selanjutnya

yang disesuaikan dengan etiologinya2

1.2. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk melaporkan kasus meningitis viral yang

dirawat di Rumah Sakit HAM Adam Malik dan membandingkannya dengan

landasan teori yang sesuai. Penyususnan makalah ini sekaligus dilakukan untuk

memenuhi persyaratan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di

Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan penulis

maupun pembaca khususnya peserta P3D untuk mengintegrasikan teori yang ada

dengan aplikasi kasus yang dijumpai di lapangan.

Page 6: viral meningittis

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 ANAMNESIS

2.1.1 IDENTITAS PRIBADI

Nama : Faridah Hanum / 00.65.62.26

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 38 Tahun

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Alamat : Jl. Jambi, Gg. Jambi III No. 12

Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal Masuk : 9 Oktober 2015

Tanggal Keluar :

2.1.2 ANAMNESA

Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran

Telaah : Hal ini dialami os sejak ± 1 hari sebelum masuk

rumah sakit, dialami secara perlahan-lahan. Riwayat sakit kepala dijumpai

± 1 minggu ini, yang hilang dengan obat penghilang rasa sakit. Riwayat

muntah menyembur (-). Riwayat kejang dijumpai ± 1 hari ini yang dialami

diseluruh tubuh os, menyentak, frekuensi 1 kali dengan lama kejang ± 1

menit dan os tidak sadarkan diri setelah kejang selama ± 15 menit.

Riwayat demam (+) ± 2 minggu ini. riwayat batuk (+) ± 2 minggu ini.

riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-).

Riwayat penyakit terdahulu : (-)

Riwayat penggunaan obat : (-)

Page 7: viral meningittis

2.1.3 ANAMNESA TRAKTUS

Traktus Sirkulatorius : Berdebar-debar (-)

Traktus Respiratorius : Sesak nafas (-),

Traktus Digestivus : Mual (-), Muntah (-), BAB (+) N.

Traktus Urogenitalis : BAK (+) N.

Penyakit terdahulu & kecelakaan : (-)

Intoksikasi & obat-obatan : (-)

2.1.4 ANAMNESA KELUARGA

Faktor herediter : (-)

Faktor familier : (-)

Lain-lain : (-)

2.1.5 ANAMNESA SOSIAL

Kelahiran & pertumbuhan : Lahir normal, tumbuh kembang baik

Imunisasi : Tidak dapat diingat oleh os

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Perkawinan & anak : Menikah

2.2 PEMERIKSAAN JASMANI

2.2.1 PEMERIKSAAN UMUM

Tekanan darah : 140/70 mmHg

Nadi : 90 x/i

Frekuensi nafas : 24 x/i

Temperatur : 38,4 0c

Kulit & selaput lender : Dbn

Kelenjar & getah bening : Pembesaran KGB (-)

Persendian : Nyeri (-)

Page 8: viral meningittis

2.3.2 KEPALA & LEHER

Bentuk & posisi : Bulat & Medial

Pergerakan : Terbatas

Kelainan panca indera : (-)

Rongga mulut & gigi : dbn

Kelenjar parotis : dbn

Auskultasi : Desah (-)

Lain-lain : (-)

2.2.3 RONGGA DADA & ABDOMEN

Rongga dada Rongga abdomen

Inspeksi : Simetris fusiform Simetris

Palpasi : Stem Fremitus Ka=Ki Soepel

Perkusi : Sonor Timpani

Auskultasi : Vesikuler Normoperistaltik

2.2.4 GENITALIA

Toucher : Tdp

2.3 PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

2.3.1 SENSORIUM : Somnolen

2.3.2 KRANIUM

Bentuk : Bulat

Fontanella : Tertutup

Palpasi : Pulsasi A. temporalis dan A. Karotis teraba

Perkusi : Tdp

Auskultasi : Tdp

Transluminasi : Tdp

2.3.3 PERANGSANGAN MENINGEAL

Kaku Kuduk : (+)

Page 9: viral meningittis

Tanda Kerniq : (+)

Tanda Brudzinski I : (+)

Tanda Brudzinski II : (+)

2.3.4 PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL

Muntah : (-)

Sakit kepala : (-)

Kejang : (+)

2.3.5 NERVUS KRANIALIS

NERVUS I Meatus Nasi Dextra Meatus Nasi Sinistra

Normosmia : Sdn Sdn

Anosmia : Sdn Sdn

Parosmia : Sdn Sdn

Hiposmia : Sdn Sdn

NERVUS II Okuli Dextra Okuli Sinistra

Visus : Tdp Tdp

Lapangan pandang

Normal : Tdp Tdp

Menyempit : Tdp Tdp

Hemianopsia : Tdp Tdp

Scotoma : Tdp Tdp

Refleks ancaman : Tdp Tdp

Fundus okuli

Warna : Tdp Tdp

Batas : Tdp Tdp

Ekskavasio : Tdp Tdp

Arteri : Tdp Tdp

Vena : Tdp Tdp

Page 10: viral meningittis

NERVUS III, IV, VI Oculi dextra Okuli sinistra

Gerakan bola mata : (-) (-)

Nistagmus : (-) (-)

Pupil

Lebar : ø 3mm, Isokor ø 3mm, Isokor

Bentuk : Bulat Bulat

RC Langsung : (+) (+)

RC Tidak langsung : (+) (+)

Rima palpebra : ±7mm ±7mm

Deviasi konjugasi : (-) (-)

Doll’s eye phenomena : (+) (+)

Strabismus : (-) (-)

NERVUS V Kanan Kiri

Motorik

Membuka & Menutup mulut : Sdn Sdn

Palpasi otot masseter & temporalis : Sdn Sdn

Kekuatan gigitan : Sdn Sdn

Sensorik

Kulit : Tdp Tdp

Selaput lendir : Tdp Tdp

Refleks kornea

Langsung : (+) (+)

Tidak langsung : (+) (+)

Refleks masseter : Tdp Tdp

Refleks bersin : Tdp Tdp

NERVUS VII Kanan Kiri

Motorik

Mimik : Mulut simetris

Page 11: viral meningittis

Kerut kening : Sdn Sdn

Menutup mata : (+) (+)

Meniup sekuatnya : Sdn Sdn

Memperlihatkan gigi : Sdn Sdn

Tertawa : Sdn Sdn

Sensorik

Pengecapan 2/3 depan lidah : Tdp

Produksi kelenjar Ludah : Tdp

Hiperakusis : Tdp Tdp

Refleks stapedial : Tdp Tdp

NERVUS VIII Kanan Kiri

Auditorius

Pendengaran : Sdn Sdn

Test rinne : Sdn Sdn

Test weber : Sdn Sdn

Test schwabach : Sdn Sdn

Vestibularis

Nistagmus : Sdn Sdn

Reaksi kalori : Sdn Sdn

Vertigo : Sdn Sdn

Tinnitus : Sdn Sdn

NERVUS IX, X

Pallatum mole : Sulit dinilai

Uvula : Sdn

Disfagia : Sdn

Disartria : Sdn

Disfonia : Sdn

Reflek muntah : (+)

Pengecapan 1/3 belakang lidah : Sdn

Page 12: viral meningittis

NERVUS XI Kanan Kiri

Mengangkat bahu : Sdn Sdn

Fungsi otot Sternocleidomastoideus : Sdn Sdn

NERVUS XII

Lidah

Tremor : (-)

Atrofi : (-)

Fasikulasi : (-)

Ujung lidah sewaktu Istirahat : Medial

Ujung lidah sewaktu Dijulurkan : Sdn

2.3.6 SISTEM MOTORIK

Tropi : Eutrofi

Tonus otot : Normotonus

Kekuatan otot :Sulit dinilai, kesan lateralisasi (-)

Sikap (Duduk – Berdiri - Berbaring) : Berbaring

Gerakan Spontan Abnormal

Tremor : (-)

Khorea : (-)

Ballismus : (-)

Mioklonus : (-)

Atetosis : (-)

Distonia : (-)

Spasme : (-)

Tic : (-)

Dain lain-lain : (-)

Page 13: viral meningittis

2.3.8 TEST SENSIBILITAS

Eksteroseptif : Sdn

Propioseptif : Sdn

Fungsi kortikal untuk sensibilitas

Stereognosis : Sdn

Pengenalan 2 titik : Sdn

Grafestesia : Sdn

2.3.9 REFLEKS

Refleks Fisiologis Kanan Kiri

Biceps : (++) (++)

Triceps : (++)

(++)

Radioperiost : (++) (++)

APR : (++) (++)

KPR : (++) (++)

Strumple : (+) (+)

Refleks Patologis

Babinski : (-) (-)

Oppenheim : (-) (-)

Chaddock : (-) (-)

Gordon : (-) (-)

Schaefer : (-) (-)

Hoffman-trommer : (-) (-)

Klonus lutut : (-) (-)

Klonus kaki : (-) (-)

Refleks Primitif : (-) (-)

2.3.10 KOORDINASI

Lenggang : Sdn

Page 14: viral meningittis

Bicara : Sdn

Menulis : Sdn

Percobaan apraksia : Sdn

Mimik : Sdn

Tes telunjuk-telunjuk : Sdn

Tes telunjuk-hidung : Sdn

Diadokhokinesia : Sdn

Tes tumit-lutut : Sdn

Tes Romberg : Sdn

2.3.11 VEGETATIF

Vasomotorik : Dbn

Sudomotorik : Dbn

Pilo-erektor : Tdp

Miksi : BAK (+) N

Defekasi : BAB (+) N

Potens & libido : Tdp

2.3.12 VERTEBRA

Bentuk

Normal : (+)

Scoliosis : (-)

Hiperlordosis : (-)

Pergerakan

Leher : Sdn

Pinggang : Sdn

2.3.13 TANDA PERANGSANGAN RADIKULER

Laseque : (-)

Cross laseque : (-)

Test Lhermitte : (-)

Page 15: viral meningittis

Test Naffziger : (-)

2.3.14 GEJALA-GEJALA SEREBRAL

Ataksia : (-)

Disartria : (-)

Tremor : (-)

Nistagmus : (-)

Fenomena rebound : (-)

Vertigo : (-)

Dan lain-lain : (-)

2.3.15 GEJALA-GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL

Tremor : (-)

Rigiditas : (-)

Bradikinesia : (-)

Dan lain-lain : (-)

2.3.16 FUNGSI LUHUR

Kesadaran kualitatif : Somnolen

Ingatan baru : Sdn

Ingatan lama : Sdn

Orientasi

Diri : Sdn

Tempat : Sdn

Waktu : Sdn

Situasi : Sdn

Intelegensia : Sdn

Daya pertimbangan : Sdn

Reaksi emosi : Sdn

Afasia

Page 16: viral meningittis

Ekspresif : (-)

Represif : (-)

Apraksia : (-)

Agnosia

Agnosia visual : (-)

Agnosia jari-jari : (-)

Akalkulia : (-)

Disorientasi kanan-kiri : (-)

2.4 KESIMPULAN PEMERIKSAAN

Ny. PH, 38 tahun datang dengan keluhan penurunan kesadaran. Hal ini

dialami os sejak ± 1 hari sebelum masuk rumah sakit, dialami secara

perlahan-lahan. Riwayat sakit kepala dijumpai ± 1 minggu ini, yang hilang

dengan obat penghilang rasa sakit. Riwayat muntah menyembur (-).

Riwayat kejang dijumpai ± 1 hari ini yang dialami diseluruh tubuh os,

menyentak, frekuensi 1 kali dengan lama kejang ± 1 menit dan os tidak

sadarkan diri setelah kejang selama ± 15 menit.. Riwayat demam (+) ± 2

minggu ini. riwayat batuk (+) ± 2 minggu ini. riwayat hipertensi (-),

riwayat DM (-).

STATUS PRESENS

Sensorium Somnolen

Tekanan Darah 140/70 mmHg

Heart Rate 90 x/i

Respiratory Rate 24 x/i

Temperatur 38,4 0C

STATUS NEUROLOGIS

Sensorium Somnolen

Peningkatan TIK Muntah (-)

Kejang (+)

Page 17: viral meningittis

Sakit kepala (-)

Perangsangan meningeal

Kaku kuduk (+)

Kernig sign (+)

Brudzinski I (+)

Brudzinski II (+)

NERVUS KRANIALIS

N I Sdn

N II, III RC +/+, pupil bulat isokor ø 3mm

N III, IV, VI Doll’s eye phenomena (+)

N V Refleks kornea (+)

N VII Sudut mulut mimetris

N VIII Sdn

N IX, X Gag’s refleks (+)

N XI Sdn

N XII Sdn

REFLEKS FISIOLOGIS

Biceps / TricepsKanan Kiri

++/++ ++/++

APR / KPRKanan Kiri

++/++ ++/++

REFLEKS PATOLOGIS

BabinskiKanan Kiri

- -

Hoffman / TromnerKanan Kiri

-/- -/-

KEKUATAN MOTORIK

Sulit dinilai, kesan lateralisasi (-)

Page 18: viral meningittis

2.5 DIAGNOSA

Diagnosa Fungsional : Somnolen e.c. dd 1. Meningitis viral 2. Meningitis

Tb

Diagnosa Etiologik : Infeksi

Diagnosa Anatomik : Meningen

Diagnosa Kerja : Meningitis viral

2.6 PENATALAKSANAAN

– Tirah baring elevasi 300

– Kateter terpasang, NGT terpasang

– IVFD R-Sol 20 gtt/i

– Inj. Dexamethason 1 Amp/ 12 jam

– Inj. Ranitidine 1 Amp/12 jam

– Inj. Diazepam 10mg (k/p)

– Paracetamol tab 3x500 mg

– B komp 2x1

2.7 RENCANA PROSEDUR DIAGNOSTIK

– Head CT Scan

– Darah rutin, KGD ad random, Elektrolit, Ureum, kreatin

– Foto thorax

– Lumbal punksi

2.8 HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM ( IGD)

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hematologi

Darah lengkap

Hemoglobin

Eritrosit

Leukosit

12.60 g/dL

4,13 x 106 /mm3

14,11 x 103 /mm3

11,7 – 15,5 g/dL

4,20 – 4,87

4,5 – 11,0

Page 19: viral meningittis

Hematokrit

Trombosit

MCV

MCH

MCHC

RDW

MPV

PCT

PDW

Hitung Jenis

Neutrofil

Limfosit

Monosit

Eosinofil

Basofili

Neutrofil absolut

Limfosit absolut

Monosit absolut

Eusinofil absolut

Basofil absolut

Morfologi

Eritrosit

Leukosit

Trombosit

Kimia Klinik

Analisa Gas Darah

pH

pCO2

pO2

Bikarbonat (HCO3)

Total CO2

36,10 %

200 x 103 /mm3

87,4

30,50

34,90

11,70

8,90

0,18

10,8

82,2

11,40

6,30

0,00

0,100

11,60

1,61

0,89

0,00

0,01

Normoktom normositer

Normal

Normal

7,460

30,0 mmHg

181,0 mmHg

21,3 mmol/L

22,2 mmol/L

38 – 44

150 – 450

85-95

28-32

33-35

11,6-14,8

7,0-10,2

37-80

20-40

2-8

1-6

0-1

2,7-6,5

1,5-3,7

0,2-0,4

0-0,10

0-0,1

7,35-7,45

38-42

85-100

22-26

19-25

Page 20: viral meningittis

Kelebihan Basa (BE)

Saturasi O2

Ginjal

Ureum

Kreatinin

Elektrolit

Natrium

Kalium

Klorida

Test Lain

Procalcitonin

-1,9 mmol/L

100,0 %

23,73 mg/dL

0,7 mg/dL

139 mEq/L

3,4 mEq/L

106 mEq/L

0.07 ng/mL

(-2) - (+2)

95-100

<50

0,50 – 0,90

135 – 155

3,6 – 5,5

96 – 106

<0.05

2.9 HASIL PEMERIKSAAN PENCITRAAN (IGD)

Foto Thorax

-Foto asimetris, kurang

inspirasi

-Kedua sinus

costophrenikus lancip,

kedua diagfragma licin

-Tampak infiltrat di

parahilar dan

parakardial kanan

-Jantung kesan tidak

membesar

-Trakea medial

-Tulang-tulang dan soft

tissue baik

Kesimpulan Radiologis

:

Page 21: viral meningittis

Bronkopneumonia

-Brain tampak normal,

tidak tampak lesi

-Cerebellum, pons,

cerebri, dan ventrikel

tampak normal

-Gambaran vaskular

normal

Kesimpulan

Radiologis:

Saat ini tidak terdeteksi

kelainan pada brain

dan intrakranial

vaskular. Meningitis

masih belum dapat

disingkirkan.

2.10 FOLLOW UP DI RUANGAN

10 - 11 Oktober 2015

S Penurunan kesadaran (+), Demam (+), Kejang (+)

O Sens : Somnolen

TD : 130/80 mmHg

HR : 80 x/i

RR : 18 x/i

T : 37,80C

Page 22: viral meningittis

Peningkatan TIK : kejang (+)

Ransang meningeal : Kaku kuduk (+),Kernig sign (+), Brudzinski I

(+)

Brudzinski II (+)

N. Kranialis : II, III : RC +/+, pupil bulat, isokor, ka=ki, ø

3mm

III, IV, VI : Doll’s eye phenomen (+)

VII : Sudut mulut simetris

VIII : Sdn

IX, X : Refleks muntah (+)

XII : Lidah istirahat medial

Refleks Fisiologis : B/T : ++/++ ++/++

APR/KPR : ++/++ ++/++

Refleks Patologis : H/T : -/-

Babinski : -/-

Kekuatan Motorik : Sdn, Kesan lateralisasi (-)

A Somnolen e.c. dd 1. 1. Meningitis viral 2. Meningitis Tb

P - Bedrest, Head up 300

- NGT & Kateter terpasang

- O2 6-8 L/i via RM

- IVFD Rsol 20 Gtt/i

- Inj. Ceftriaxone 2 gr/12 jam

- Inj. Ciprofloxacin 200mg/12 jam

- Inj. Ranitidine 50 mg 1 amp/12 jam

- Inj. Dexamethasone 1 amp/ 6 jam

- Inj. Diazepam 1 amp bolus (k/p)

- Fenitoin 3x100 mg

- Paracetamol 3x500 mg

12 Oktober 2015

Page 23: viral meningittis

S Penurunan kesadaran (+), Batuk (+), Riwayat Kejang (+)

O Sens : Somnolen

TD : 120/70 mmHg

HR : 89 x/i

RR : 30 x/i

T : 36.60C

Peningkatan TIK : kejang (+)

Ransang meningeal : Kaku kuduk (+)

N. Kranialis : II, III : RC +/+, pupil bulat, isokor, ka=ki, ø

3mm

III, IV, VI : Doll’s eye phenomen (-)

VII : Sudut mulut simetris

VIII : Sdn

IX, X : Refleks muntah (+)

XII : Lidah istirahat medial

Refleks Fisiologis : B/T : ++/++ ++/++

APR/KPR : ++/++ ++/++

Refleks Patologis : H/T : -/-

Babinski : -/-

Kekuatan Motorik : Sdn, Kesan lateralisasi (-)

A Somnolen e.c. dd 1. 1. Meningitis viral 2. Meningitis Tb

P - Bedrest, Head up 300

- NGT & Kateter terpasang

- O2 6-8 L/i via RM

- IVFD Rsol 20 Gtt/i

- Inj. Ceftriaxone 2 gr/12 jam

- Inj. Ciprofloxacin 200mg/12 jam

Page 24: viral meningittis

- Inj. Ranitidine 50 mg 1 amp/12 jam

- Inj. Dexamethasone 1 amp/ 6 jam

- Inj. Diazepam 1 amp bolus (k/p)

- Fenitoin 3x100 mg

- Paracetamol 3x500 mg

R Lumbal Punksi

Hasil lab :

Metabolisme Karbohidrat

- KGD Puasa : 97 mg/dL

- KGD 2 jam PP : 180 mg/dL

- Hb-A1c : 6.0 %

Lemak

- Kolestrol total : 228 mg/dL

- Trigliserida : 144 mg/dL

- Kolestrol HDL: 57 mg/dL

- Kolestrol LDL: 140 mg/dL

Ginjal

- Asam urat : 4.7 mg/dL

Lumbal Punksi

Pandy (-), Nonne (-)

13-16 Oktober 2015

S Penurunan kesadaran (+), Batuk (+)

O Sens : Apatis

TD : 130/90 mmHg

HR : 70 x/i

RR :24 x/i

T : 37,40C

Peningkatan TIK : Riwayat kejang (+)

Ransang meningeal : Kaku kuduk (+)

N. Kranialis : II, III : RC +/+, pupil bulat, isokor, ka=ki, ø

Page 25: viral meningittis

3mm

III, IV, VI : Doll’s eye phenomen (-)

VII : Sudut mulut simetris

VIII : Sdn

IX, X : Refleks muntah (+)

XII : Lidah istirahat medial

Refleks Fisiologis : B/T : ++/++ ++/++

APR/KPR : ++/++ ++/++

Refleks Patologis : H/T : -/-

Babinski : -/-

Kekuatan Motorik : Sdn, Kesan lateralisasi (-)

A Apatis e.c. dd 1. 1. Meningitis viral 2. Meningitis Tb

P

- Bedrest, Head up 300

- NGT tidak terpasang & Kateter terpasang

- O2 6-8 L/i via RM

- IVFD Rsol 20 Gtt/i

- Inj. Ceftriaxone 2 gr/12 jam

- Inj. Ciprofloxacin 200mg/12 jam

- Inj. Ranitidine 50 mg 1 amp/12 jam

- Inj. Dexamethasone 1 amp/ 6 jam

- Inj. Diazepam 1 amp bolus (k/p)

- Fenitoin 3x100 mg

- Paracetamol 500 mg (k/p)

Page 26: viral meningittis

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi

Meningitis adalah inflamasi pada selaput arachnoid, piameter, maupun

yang melibatkan cairan serebrospinal. Meningitis dapat disebabkan oleh infeksi

(bakteri, virus, jamur, atau parasit) maupun proses non-infeksi (penyakit sistemik,

keganasan, atau reaksi hipersensitivitas). Meningitis viral adalah peradangan selaput

otak atau meningen yang disebabkan oleh virus.2

3.2. Etiologi

Sekitar 90 % kasus meningitis viral disebabkan oleh virus pada saluran

pencernaan yang disebut enterovirus, tetapi virus-virus lain dapat juga

menyebabkan meningitis viral. Pada banyak kasus, virus spesifik yang

menyebabkan meningitis tidak teridentifikasi. Enterovirus sampai dari orang ke

orang melalui tinja dan saliva.1

Beberapa penyebab lain dari meningitis viral adalah HSV, Varicella zoster

virus, HIV, mumps dan ebstein barr virus.3

3.3. Patogenesis

Mekanisme transmisi dari meningitis viral bergantung pada virus

penyebabnya.Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa dari 90% kasus dengan

virus sebaga ietiologinya ditemukan bahwa Enterovirus merupakan penyebab

utama dari meningitis viral. Enterovirus ini sendiri ditansmisikan melalui fecal-

oral ataupun dari sekresi pernapasan. Selain Enterovirus penyebab lain yang

Page 27: viral meningittis

sering menyebabkan meningitis viral adalah HSV-2 (Herpes simpleks virus)

dimana virus ini menyebar melalui kontak dengan ulcer yang aktif ataupun kontak

dengan host shedding HSV dari permukaan mukosa. Selain Enterovirus dan HSV,

HIV merupakan penyebab lain yang ditemukan. Transmisidari HIV ini sendiri

dapat melalui kontak seksual ataupun kontak dengan cairan ataupun darah.4

Proteksi pada system saraf pusat terdiri atas tulang tengkorak,

leptomeningens, sawar darah otak serta blood-serebrospinal barrier. Sawar darah

otak terdiri atas mikrovaskular (pembuluhdarahkecil) sel endothelial, astrosit serta

perisit. Sistem ini mempertahankan kondisi persarafan dengan mengatur lewatnya

molekul kedalam dan keluar dari otak serta mempertahankan otak dari

mikororganisme apapun serta racun yang berasal dari darah.5

Infeksi pada meningen merupakan akibat dari barrier dari otak ataupun

system pertahanan otak diinfeksi dengan agen-agen infeksi. Penyebaran agen

infeksi meningitis dapat juga disebabkan dengan penyebran melalui darah

(hematogeneus route) contohnya tuberculous meningitis, HIV meningitis,

Arbovirus serta respiratori virus. Adapun factor predisposisi dari meningitis ini

sendiri adalah otitis media, pemakaian obat immunosupressan, pneumonia serta

diabetes.5

Selain dari beberapa factor diatas penyebaran kuman dapat juga dari

trauma kepala dengan fraktur terbuka ataupun komplikasi bedah otak. Invasi

kuman-kuman kedalam ruang subarachnoid menyebabkan reaksi radang pada pia

dan arakhnoid CSS (Cairanserebrospinal) serta sistem ventrikulus.5

3.4. Manifestasi Klinis

Gejala klasik dari meningitis termasuk demam, sakit kepala serta

kakuleher. Meningitis viral dapat timbul lebih akut dibandingkan bakteri dengan

timbul gejala malaise, lethargy, myalgia, anoreksia, muntah, mual, nyeri perut

ataupun diare. Sakit kepala pada meningitis viral sering terjadi di daerah frontal

atau retroorbital dan dapat disertai dengan adanya potopobia ataupun nyeri pada

pergeraka nmata. Sementara kaku pada leher umumnya muncul dengan frekuensi

yang sedang dan muncul ketika leher di antefleksikan.4

Page 28: viral meningittis

Iritasi berat pada meningen dapat mengakibatkan pasien pada posisi tripod

dengan lutut dan pangggul difleksikan leher di ekstensikan dan lengan serta bahu

diposisikan di belakang. Beberapa virus dapat mengakibatkan ruam yang khas.

Adanya papil edema ataupun tidak adanya pulsasi vena pada saat funduskopi

memberiindikasi adanya peningkatan tekanan intrakranial. Pada beberapa kasus

meningitis viral merupakan penyakit yang self limiting disease. Selain dari gejala

klasik meningitis di atas, gejala spesifik yang ditimbulkan oleh virus penyebabnya

dapat trelihat. Pada meningitis viral yang disebabkan oleh Enterovirus umumnya

akan dijumpai herpangina, nyeri perut serta konjunctivitis. Pada meningitis

dengan penyebab HIV akan dijumpai gejala berupa kejang.5

3.5. Perbedaan meningitis viral dan meningitis bakterialis

Secara umum menimgitis bacterial dan meningitis viral sangat susah untuk

dibedakan baik dari gejala klinis maupun dari pemeriksaan fisik. Pada viral

meningitis manifestasi yang timbul tidak separah bacterial meningitis. Karena

untuk mendiagnosa apakah penyebab infeksi adalah viral ataupun bacterial adalah

pemeriksaan cairan serebrospinal maka pemeriksaan cairan serebrospinal wajib

untuk dilakukan.6

.Pada pemeriksaaan cairan serebrospinal mengitis bakterialis menunjukkan

warna cairan yang keruh dengan reaksi pandy (+9++) , jumlah sel yang dijumpai

dapat sampai beribu terutama peningkatan netrofil. Dengan nilai laktat

(>3,5mmol/l) serta rasio albumin (>20X10-3)` . Serta ditemukanya bakteri pada

pemeriksaan kultur cairan serebrospinal. Pada viral meningitis menunjukkan

penampilan cairan serebrospinal dengan warna jenih sedangkan reaksi pandy

(+),padaktivas jumlah sel patologi dijumpai beberapa ratus sel mononuklear

termasuk sel limfosit b yang teraaktivasi. Dengn nilai nilai laktat (<3,5mmol/L)

serta rasio albumin hingga 20x10-3.6

3.6. Diagnosis Meningitis Viral

Diagnosis meningitis viral dapat ditegakkan dengan anamnesis yang tepat

serta , pemeriksaan fisik neurologis yang tepat serta pemeriksaan penunjang

lainnya.7

Page 29: viral meningittis

1. Anamnesis

a. Keluhan utama: nyeri kepala: durasi, kualitas nyeri, akut atau kronis,

riwayat menderita nyeri kepala sebelumnya

b. Gejala penyerta: fotofobia, kaku leher, mual, muntah, demam,

mengantuk berterusan, bingung.

c. Tanda-tanda aneurologis: diplopia, kelemahan fokal, atau gejala

sensoris

d. Riwayat penyakit terdahulu: meningitis, trauma kepala berat, infeksi

telinga atau sinusistis, status imunologi pasien dan riwayatvaksinasi.

e. Riwayat keluarga dan sosial: riwayat meningitis dalam keluarga atau

kontak dengan pasien yang diduga meningitis, riwayat berpergian

keluar negara

f. Obat-obatan: riwayat terapi antibiotic atau pasien alergipada antibiotic

2. Pemeriksaan Fisik

a. Trias meningitis: demam, kaku kuduk, nyeri kepala.

b. Test perangsangan meningeal positif : pada pasien dengan meningitis,

maka akan dijumpai tes perangsangan meningeal yang positif. Test

perangsangan meningeal ini merupakan kunci dari diagnose

meningitis. Pemeriksaan kaku kuduk yaitu pemeriksaan dengan

menekukkan kepala hingga dagu menyentuh dada dan dirsakan apakah

ada tahanan atau tidak.Tes Kernig yaitu kaki di fleksikan 90° pada

panggul lalu kaki diekstensikan hingga 135° lalu dirasakan apakah ada

tahanan sebelum mencapai 135° kemudian tes Brudzinski I yaitu

diaman pada saat melakukan pemeriksaan kaku kuduk diperhatikan

apakah ada fleksi bilateral ektremitas inferior. Kemudian tes

brudzinski II yaitu pada pemeriksaan kernig diperhatikan ekstremitas

inferior kontralateral apakah fleksi atau tidak.

c. Hampir 50% pasien dengan meningitis memiliki gejala berupa kejang.

d. Pharygitis, gastroenteritis dan ruam di kulit-infeksi enteroviral

e. Pharyngitis, lymphadenopathy dan splenomegaly- infeksi virus EBV

f. Parotitis dan orchiditis- mumps

Page 30: viral meningittis

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Spesimen darah: indikasi adanya kecurigaan ke arah penyakit sistemik

yang menyebabkan nyeri kepala

b. Pemeriksaan Spesimen cairan serebrospinal: Pemeriksaan cairaan

serebrospinala merukan gold standart dari meningitis hasi darai

pemeriksaan ini yang mengindikasi kecurigaan kearah infeksi system

saraf pusat: pleositisis, kadar protein, kadar glukosa, antigen.

c. Lumbal pungsi: untuk mengeklusikan hematoma intracranial, tumor,

dan hidrosefalus obstruktif

d. Memonitoring Bacterial/Viral Meningitis Score: risiko untuk terkena

meningitis rendah jika kriteria di bawah ini tidak ditemukan pada

pasien :

i. CSF Gram Stain positif

ii. CSF Neutrofil> 1000

iii. CSF protein >80mg/dL

iv. Peripheral ANC >10000 sel/mcL

v. Kejang sebelum atau pada masa menerima pasien

3.7. Diagnosa Banding Meningitis Viral

Berikut diagnosis banding meningitis viral :8

1. Meningitis bakteri yang tidak dirawat atau tidak dirawat sehingga sembuh

2. Tahap awal meningitis yang disebabkan jamur dan mycobacteria

3. Infeksi parameningeal

4. Meningitis neoplastik

Page 31: viral meningittis

Gambar 1. Diagnosa banding viral meningitis4

3.8. Tatalaksana

Dalam kebanyakan kasus, tidak ada pengobatan khusus untuk meningitis

viral. Kebanyakan orang yang menderita meningitis viral -benar sembuh sendiri

dalam waktu 7 sampai 10 hari . Namun, orang dengan meningitis yang disebabkan

oleh virus tertentu seperti virus herpes dan influenza , dapat mengambil manfaat

dari pengobatan dengan obat antiviral. Pemberian Antibiotik tidak membantu

mengobati infeksi virus , sehingga pengobatan dengan antibiotik tidak berguna

dalam pengobatan meningitis viral . Namun, antibiotik sangat penting sebagai

tatalaksana meningitis bakteri. Bayi dan orang dengan sistem kekebalan tubuh

yang lemah yang menderita meningitis virus perlu mendapatkan perawatan di

rumah sakit.8 Dengan pengecualian dari penggunaan acyclovir untuk HSV

ensefalitis, pengobatan meningoencephalitis viral adalah supportif. Pengobatan

penyakit ringan mungkin hanya memerlukan gejala simptomatis. Sakit kepala dan

Page 32: viral meningittis

hyperesthesia dianjurkan dengan bedrest, non-analgesik yang mengandung

aspirin, dan pengurangan cahaya ruangan , kebisingan,dan pengunjung Pasien

dengan meningitis viral yang berat mungkin memerlukan rawat inap dan

perawatan intensif . Hal ini penting untuk memantau pasien dengan ensefalitis

berat erat untuk kejang , edema serebral , pernapasan tidak memadai.9

Intervensi yang tepat termasuk cairan agresif, elektrolit, dan manajemen

nyeri, serta pengamatan dekat potensi neurologis dan gejala neurologis (kejang,

edema otak, sekresi SIADH). Terapi antivirus aktif terhadap banyak agen

penyebab yang mendasari meningitis viral baik tidak ada (ABRV, virus gondok,

LCMV). Dua terapi baru digunakan terhadap EVS adalah imunoglobulin serum

(ISG) dan pleconaril, yang baru dikembangkan agen anti-picornaviral terakhir.

Keduanya memiliki data yang relatif terbatas di balik penggunaannya; ISG telah

diberikan sebagai terapi pada neonatus dan profilaksis pada immunocompromised

host, sementara pleconaril telah dipelajari hanya dalam beberapa uji coba

terkontrol plasebo. Pada neonatus dengan infeksi EV sistemik, satu studi

menunjukkan bahwa pengobatan ISG diproduksi serum rendah titer virus, tapi itu

terlalu kecil untuk menunjukkan manfaat klinis untuk pendekatan ini . Pada orang

dewasa dengan agammaglobulinemic diberikan dosis reguler ISG, kejadian

meningoencephalitis EV kronis tampaknya telah menurun, dan tentu saja infeksi

seperti pada pasien ini dapat dilemahkan. Manfaat terapi pengobatan seperti dalam

kasus mapan meningoencephalitis EV kronis juga telah dilaporkan tidak

memberikan hasil signifikan.10

Pleconaril blok EV lampiran ke reseptor sel dan menghambat proses

Uncoating virus. Obat tersebut memiliki spektrum luas aktivitas anti-EV in vitro

dan bioavailabilitas oral tinggi in vivo. Sayangnya, bagaimanapun, meskipun hasil

awal yang menjanjikan, obat baru-baru ini ditemukan tidak memiliki manfaat

klinis atau virologi terdeteksi pada bayi dengan meningitis EV dibandingkan

dengan plasebo . Dalam dua penelitian randomized clinical trial dengan lebih 600

pasien dikombinasikan, pleconaril hanya sedikit memperpendek perjalanan

penyakit dalam subkelompok dewasa dengan EV meningitis yang mengalami

gejala yang lebih parah dan yang dirawat pada awal penyakit . Aplikasi untuk

Page 33: viral meningittis

pengunaan obat ini belum diterima berdasarkan data tersebut, dan masih belum

jelas apa masa depan obat sebagai terapi penyakit ini.10

Pengobatan meningitis bakteri membutuhkan administrasi yang cepat

dari antibiotik yang mencapai penetrasi tingkat tinggi dalam CSF . Ini umumnya

melibatkan pemberian parenteral. Antibiotik golongan sefalosporin generasi

ketiga (sefotaksim, 50 mg / kg setiap 6 jam atau ceftriaxone, 75 mg / kg setiap 24

jam) adalah terapi empiris cocok terhadap tiga patogen. Administrasi lebih dari

satu jenis antibiotik dalam keadaan ini adalah tidak memberikan manfaat

tambahan, tetapi jika meningitis dicurigai, kemungkinan maka ampisilin harus

ditambahkan. Kloramfenikol dengan atau tanpa vankomisin dapat diberikan

kepada Pasien dengan riwayat anafilaksis terhadap antibiotik beta –lactam.10

Deksametason, diberikan 10-15 menit sebelum atau tak lama setelah

antibiotik, telah terbukti mengurangi gejala sequlae neurologis dari meningitis

masa disebabkan oleh H. influenzae atau Streptococcus pneumoniae, tetapi belum

ada bukti yang menunjukkan manfaat terapi ini terhadap meningitis bakteri pada

orang dewasa. Meskipun demikian, banyak yang akan menganjurkan terapi

empiris pemberian deksametason (0,15 mg / kg setiap 6 jam selama 2 hari) dalam

semua kasus yang diduga bakteri meningitis pada anak di atas usia 6 minggu dan

untuk orang dewasa dengan bukti gangguan tingkat kesadaran atau bukti edema

serebral. Pertimbangan kondisi pasien mendukung langkah-langkah yang juga

penting dan beberapa pasien akan membutuhkan cairan pengganti, antiemetik,

antikonvulsan dan pengobatan tekanan intrakranial. Demam biasanya mengendap

dalam beberapa hari dan setiap kambuhnya demam selama terapi antibiotik adalah

disebabkan oleh obat demam, efusi subdural atau empiema, tromboflebitis

(cerebral atau vena kaki), atau infeksi.10

3.9. Komplikasi

Komplikasi yang paling menonjol dari meningitis adalah gejala sisa

neurologis (sekuele). Sekuele terbanyak adalah paresis spastik, kejang, paraplegia,

dan gangguan sensori ekstremitas. Sekuele minor dapat berupa kelainan saraf

otak, nistagmus, ataksia, gangguan ringan pada koordinasi, dan spastisitas.

Komplikasi pada mata dapat berupa atrofi optik dan kebutaan. Gangguan

Page 34: viral meningittis

pendengaran dan keseimbangan disebabkan oleh obat streptomisin atau oleh

penyakitnya sendiri. Gangguan intelektual terjadi pada kira-kira 2/3 pasien yang

hidup. Pada pasien ini biasanya mempunyai kelainan EEG yang berhubungan

dengan kelainan neurologis menetap seperti kejang dan mental subnormal.

Kalsifikasi intrakranial terjadi pada kira-kira 1/3 pasien yang sembuh. Seperlima

pasien yang sembuh mempunyai kelainan kelenjar pituitari dan hipotalamus, dan

akan terjadi prekoks seksual, hiperprolaktinemia, dan defisiensi ADH.11

Pada keseluruhan 8 jenis penelitian (1853 pasien) memenuhi kriteria

seleksi. Secara keseluruhan, lebih sedikit pasien yang menerima kortikosteroid

meninggal daripada mereka yang menerima plasebo . Hasil peneltian pada

kelompok anak tidak berbeda dalam angka kematian di 14 Studi dengan anak-

anak saja ( risiko relatif RR 0,95 , 95 % CI 0,65 untuk 1,37 ) . Lebih sedikit

pasien di kortikosteroid daripada di kelompok plasebo memiliki gangguan

pendengaran berat. Anak-anak dengan ABM dari patogen. ada anak-anak dan

orang dewasa dengan meningitis bakteri akut , adjuvant terapi kortikosteroid

mengurangi angka kematian , gangguan pendengaran , dan jangka panjang

terhadap gejala sisa neurologis.12

BAB 4

Page 35: viral meningittis

DISKUSI KASUS

Pada pasien dengan meningitis umumnya menunjukkan gejala klinis

berupa demam, kaku kuduk serta sakit kepala. Pasien dengan meningitis juga

menunjukkan gejala berupa penurunan kesadaran. Pada pasien dijumpai gejala

ataupun trias meningitis berupa demam, kaku kuduk serta sakit kepala.Selain itu

pada pasien juga dijumpai adanya kejang, pada 50% pasien dijumpai kejang.

Pasien dengan meningitis viral pengobatan dengan antibiotic tidak

memberikan efek yang berarti. Prinsip utama pengobatan meningitis viral adalah

terapi suportif baik terapi simptomatis. Pada pasien ini dengan pengobatan tanpa

pemberian antibiotik pasien sudah menunjukkan perbaikan.

Penegakan diagnosis meningitis dapat dilakukan dengan anamnesis yang

baik serta pemeriksaan yang baik maka meningitis dapat ditegakkan. Selain itu

pemeriksaan cairan serebrospinal merupakan gold standart dari penegakan

diagnosis meningitis. Dari pemeriksaan cairan serebrospinal akan dapat

ditentukan penyebab pasti meningitis. Pada pasien ini dari pemeriksaan none

pandy yaitu pemeriksaan cairan serebrospinal dijumpai hasil none pandy negative

atau cairan serebrospinal berupa serous ketika dilakukan pemriksaan yang

mengindakasikan penyebab meningitis kemungkinan besar adalah virus.

BAB 5

Page 36: viral meningittis

KESIMPULAN

Meningitis merupakan penyakit susunan saraf pusat yang dapat menyerang

semua orang. Bayi, anak-anak, dan dewasa muda merupakan golongan usia yang

mempunyai resiko tinggi untuk terkena meningitis. Di Inggris, dilaporkan bahwa

3000 orang terkena meningitis setiap tahunnya, baik dewasa maupun anak-anak.

Dilaporkan juga bahwa satu dari sepuluh orang yang menderita meningitis akan

meninggal, dan sisanya akan sembuh dengan meninggalkan kecacatan.

Gejala meningitis umumnya memenuhhi trias meningitis yaitu kaku

kuduk, demam, serta sakit kepala. Diagnosis meningitis dapat ditegakkan dari

anamnesa yang baik serta pemeriksaan klinis yang tepat. Pemeriksaan cairan

serebrospinal merukan gold standart dari meningitis. Penyebab utma meningitis

adalah mikroorganisme dapat berupa bakteri, virus ataupun jamur. Menemukan

mikroorganisme penyebab infeksi adalah diagnosis utama. Dari pemeriksaan

cairan serebrospinal maka akan didapati penyebab utamnya, apakah bakteri atau

mikrooganisme lain. Pada meningitis yang disebabkan oleh bakteri warna cairan

serebrospinal bersifat purulent sedanng pada meningitis yang disebabkan oleh

virus cairan serebrospinal bersifat serous.

Penatalaksaan meningitis ini sendiri tergantung pada penyebab infeksi

nya. Pada meningitis yang disebabkan oleh bakteri penatalaksaan utamanya

adalah pemberian antibiotik yang tepat dan tepat sasaran. Dari beberapa penelitian

didapati virus terbanyak yang menyebabkan meningitis adalah Enterovirus selaian

Enterovirus virus Herpes simpleks-2 merupakan salah satu virus yang sering

menyebabkan meningitis. Penatalaksaan dari viral meningitis adalah terapi

supportif yaitu menangani gejala simptomatis. Pemberian diazepam untuk kejang

diberikan apabila pasien kejang serta pemberian parasetamol apabila pasien

demam.

Prognosis pasien dengan meningitis juga tergantung dari mikroorganisme

penyebab meningitisnya. Umumnya pada pasien viral meningitis dapat sembuh

sendiri ataupun self limited dengan pemeberian nutrisi yang adekuat. Sedangkan

Page 37: viral meningittis

pada meningitis dengan penyebab nya adalah bakteri umumnya prognosis nya

buruk, dibutuhkan terapi antibiotic yang tepat sasaran dan durasi yang tepat.

5.2. Saran

Saran yang diberikan pada pasien dengan meningitis adalah edukasi yang

baik pada keluarga pasien. Pengobatan meningitis memerlukan jangka yang tidak

sebentar, kesabaran dan kepedulian keluarga pasien sangat diharapkan. Penjelasan

mengenai komplikasi maupun sequele yang diakibatkan harus dijelaskan dengan

tepat. Meningis ini sendiri dapat menimbulkan sequel berupa gangguang

neurologis.

Higiene yang baik harus ditingkatkan, meningngat meningitis dapat

menyebar dari kontak pada pasien maka pencegahan utama dengan menjaga

hygiene yang baik sangat diperlukan baik pada keluarga atupun para klinisi.

Penegakan diagnosis yang tepat sangat dibutuhkan dengan segera sehingga

dapat memberikan pengobatan yang tepat. Pemberian antibiotic yang tepat pada

meningitis bakterialis harus menjadi perhatian serius.

Page 38: viral meningittis

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarah A E Logan, Eithne MacMahon ,2012.Viral meningitis.London : BMJ

2. Cassady KA, Whitley RJ. Pathogenesis and pathophysiology of viral infections

of the central nervous system. In: Scheld WM, Whitley RJ, Marra CM, eds.

Infections of the central nervous system . 3rd ed. Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins, 2004:57-74.

3. Kupila L, Vuorinen T, Vainionp, Hukkanen V, Marttila RJ, Kotilainen P.

Etiology of aseptic meningitis and encephalitis in an adult population.

Neurology 2006;66:75-80.

4. Triant, VA. Viral Meningitis. In Health care of homeless person 175-180

available at

http://www.bhchp.org/BHCHP%20Manual/pdf_files/Part1_PDF/ViralMeningit

is.pdf

5. Kumar R. Asepetic meningitis : diagnosis and management.In Indian Journal

Pediatric 2005.(72) ; 57-63

6. Baehr, M, Michael Frotscher. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. 4th ed.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2012; 364-5

7. Karen L.R., Kenneth L.T., Viral Meningitis, Harrison’s Principles of Internal

Medicine 17thEdition. McGraw Hill Medical

8. Altia J, Hatala R, Cook D.J, Wong J.G., The Rational Clinical Examination:

Does this Adult Patient have Acute Meningitis? JAMA 1999;282: 175-81

9. National Cancer Institute. 2013. Epidemiology and etiology of gestational

trophoblastic diseases. Available from:

http://www.cdc.gov/meningitis/viral.html last access:16 juli 2015.

10. Irani, David.N. 2008. Aseptic Meningitis and Viral Myelitis. Associate

Professor of Neurology, University of Michigan Medical School Holtom-

Garrett Program in Neuroimmunology, University of Michigan Medical

School.

11. Fowler, J and Scadding, John W. 2009. Clinical Neurology 3 rd

edition.Blackwell, Maidstone and Tunbridge Wells NHS Trust Formerly of

King’s College Hospital, London pg 383.

Page 39: viral meningittis

12. van de D, de Gans J, McIntyre P, et al. adjuvant corticosteroid therapy

reduces death, hearing loss, and neurological sequelae in bacterial

meningitis.2003.pg 1