Viral disease pungky

13
Viral Disease pada Ikan Tawar dan Laut 1. Viral Nervous Necrosis (VNN) 1.1. Biologi Viral Nervous Necrosis VNN (Viral Nervous Necrosis) merupakan jenis virus dari keluarga Nodaviridae, dalam keluarga Noraviridae terdapat dua jenis atau strain yaitu jenis Alphanodavirus dan Betanodavirus, kedua jenis ini sangat ganas dalam menginfeksi ikan. Betanodaviruses (family Nodarideae) adalah agen penyebab serangan viral nerveus necrosis (VNN) pada budidaya ikan laut. Betanodaviruses adalah virus kecil, berbentuk bola, tidak punya kapsid dengan genome yang terdiri atas dua ikatan tunggal. Nodaviruses adalah virus icosahedral yang tidak dibungkus dengan suatu genome terdiri dari 2 RNAs13 ikatan tunggal. Piscine nodaviruses (betanodaviruses) telah menunjukkan infeksi pada lebih dari 30 jenis ikan laut terutama pada masa larva dan juvennil, dan infeksi yang umumnya mengakibatkan mortalitas yang tinggi. Viral Nerveus Necrosis (VNN) adalah penyakit yang terdaftar oleh The Office International des Epizooties (OIE), menjadi masalah utama didalam produksi perikanan laut didunia. Identifikasi virus penyebab VNN ini adalah anggota family Nodaviridae diperoleh dengan menyelidiki asam nukleat dan protein struktural dari larva virus Pseudocaranx dentex. 1.2. Serangan VNN Viral Nervous Necrosis (VNN) adalah jenis virus yang menyerang ikan kerapu pada stadia benih. Penyakit Virus VNN ini dapat menyababkan kematian masal ikan kerapu pada stadia larva dan benih dengan prefalensi 100%. Serangan VNN pertama kali dilaporkan terjadi di wilayah Korea, gejala serangan VNN pertama kali dilaporkan menyerang budidaya ikan grouper (kerapu) (Epinephelus septemfasciatus). Kematian massal pada ikan red drum

Transcript of Viral disease pungky

Page 1: Viral disease pungky

Viral Disease pada Ikan Tawar dan Laut

1. Viral Nervous Necrosis (VNN)

1.1. Biologi Viral Nervous Necrosis

VNN (Viral Nervous Necrosis) merupakan jenis virus dari keluarga Nodaviridae, dalam

keluarga Noraviridae terdapat dua jenis atau strain yaitu jenis Alphanodavirus dan

Betanodavirus, kedua jenis ini sangat ganas dalam menginfeksi ikan. Betanodaviruses

(family Nodarideae) adalah agen penyebab serangan viral nerveus necrosis (VNN) pada

budidaya ikan laut. Betanodaviruses adalah virus kecil, berbentuk bola, tidak punya kapsid

dengan genome yang terdiri atas dua ikatan tunggal. Nodaviruses adalah virus icosahedral

yang tidak dibungkus dengan suatu genome terdiri dari 2 RNAs13 ikatan tunggal. Piscine

nodaviruses (betanodaviruses) telah menunjukkan infeksi pada lebih dari 30 jenis ikan laut

terutama pada masa larva dan juvennil, dan infeksi yang umumnya mengakibatkan mortalitas

yang tinggi. Viral Nerveus Necrosis (VNN) adalah penyakit yang terdaftar oleh The Office

International des Epizooties (OIE), menjadi masalah utama didalam produksi perikanan laut

didunia. Identifikasi virus penyebab VNN ini adalah anggota family Nodaviridae diperoleh

dengan menyelidiki asam nukleat dan protein struktural dari larva virus Pseudocaranx

dentex.

1.2. Serangan VNN

Viral Nervous Necrosis (VNN) adalah jenis virus yang menyerang ikan kerapu pada stadia

benih. Penyakit Virus VNN ini dapat menyababkan kematian masal ikan kerapu pada stadia

larva dan benih dengan prefalensi 100%. Serangan VNN pertama kali dilaporkan terjadi di

wilayah Korea, gejala serangan VNN pertama kali dilaporkan menyerang budidaya ikan

grouper (kerapu) (Epinephelus septemfasciatus). Kematian massal pada ikan red drum

Page 2: Viral disease pungky

(Sciaenops ocellatus) yang dipelihara dip anti pembenihan berhubungan dengan

betanodavirus. Serangan VNN antar populasi pada budidaya ikan laut dapat terjadi dengan

transmisi secara vertikal atau secara horisontal.

1.3. Gejala Klinis serangan VNN

Gejala klinis umum VNN pada beberapa jenis ikan antara lain perilaku ikan terserang

berenang tak menentu, dan ikan mengapung dengan perut diatas disebabkan oleh

pembengkakan gelembung renang (swim bladder), warna tubuh terlihat lebih gelap dan selera

makan berkurang. Kematian (mortalitas) kumulatif mencapai 34% dan 56% selama 10

minggu. Ikan yang terkena infeksi VNN biasanya memperlihatkan keadaan gangguan saraf

yang berhubungan dengan vacuolisasi (kerusakan) kuat sistem nerves pusat dan retina. Tanda

klinis ikan yang terserang VNN yang lain adalah hilangnya selera makan, kelesuan, perilaku

renang abnormal (gerakan memutar dan menabrak kasar), pembesaran gelembung renang

pada beberapa jenis ikan, dan pewarnaan gelap. Secara histopatologi di laporkan serangan

VNN menyebabkan kerusakan sel berupa hipertrofi dan atrofi pada jaringan mata, sedangkan

pada jaringan otak ditemukan kerusakan sel berupa hipertrofi, kongesti, hemorrage, dan

vakuolasi.

Gambar 1. Serangan VNN

Page 3: Viral disease pungky

2. Koi herpes virus (KHV)

2.1. Biologi KHV

Koi herpesvirus merupakan virus DNA utas ganda yang memiliki 31 polipeptida dan

delapan protein glikosilat dimana 12 polipeptidanya memiliki berat molekul yang sama

dengan CHV (cyprinid herpesvirus) dan 10 polipeptidanya sama dengan CCV 10 (channel

catfish virus). KHV memiliki kapsid simetri ikosahedral dengan diameter 100 - 110 nm,

sedangkan virion matang memiliki amplop yang longgar sehingga ukuran diameternya

menjadi 170 - 230 nm. Selain itu juga terdapat benang - benang penyangga seperti struktur

tegument pada permukaan inti yang mirip dengan kelompok H erpesvirus (Pokorova et

al.2005).

Koi herpesvirus (KHV) adalah virus yang menginfeksi ikan mas dan koi dan

bersosiasi dengan kematian massal Virus ini pertama kali teridentifikasi pada tahun 1998

sebagai penyebab kematian massal ikan koi baik stadia juvenil maupun dewasa yang

dibudidayakan di Israel, Amerika Serikat dan Jerman. Penyebaran virus ini sudah mencapai

Eropa, Jepang, Indonesia, Afrika Selatan, Thailand, Taiwan, Cina dan Malaysia Virus KHV

masuk ke Indonesia pada tahun 2002 melalui perdagangan ikan lintas negara. Penyakit akibat

virus yang sangat menular ini telah menyebabkan kerugian finansial pada industri budidaya

ikan mas dan koi. Sejak terjangkit pertama kali di Blitar, Jawa Timur, penyakit ini telah

menyebar ke hampir semua daerah di Indonesia.

2.2. Gejala Klinis KHV

Gejala klinis yang ditimbulkan oleh serangan KHV yaitu (1) produksi lendir (mucus) berlebih

sebagai respon fisiologis terhadap kehadiran patogen, selanjutnya produksi lendir menurun

drastis sehingga tubuh ikan terasa kasat; (2) insang berwarna pucat dan terdapat bercak putih

atau coklat yang sebenarnya adalah kematian sel-sel insang atau “gill necrosis”, selanjutnya

menjadi rusak, geripis pada ujung tepi insang dan akhirnya membusuk. Kerusakan ini akan

Page 4: Viral disease pungky

menggangu fungsi sel dan menyebabkan pendarahan (haemorage) sebagai akibat rusak dan

terputusnya saluran darah. Kerusakan sel secara terus menerus akan menyebabkan rusaknya

jaringan insang yang ditandai dengan insang memutih mencapai 80%. Untuk mengimbangi

suplai oksigen maka ikan akan meningkatkan frekwensi pergerakan operkulum. Kerusakan

dan kekurangan suplai oksigen akan menyebabkan kematian pada ikan yang terinfeksi; (3)

pendarahan (hemorrhage) di sekitar pangkal dan ujung sirip serta permukaan tubuh lainnya;

(4) sering pula ditemukan adanya kulit yang melepuh atau bahkan luka yang diikuti dengan

infeksi sekunder oleh bakteri, jamur dan parasit; (5) hati berwarna pucat, selanjutnya menjadi

rusak; (6) ginjal (anterior dan posterior) berwarna pucat.

Gambar 2. Pembusukan Pada Insang

Dari kajian histopatologi pada insang, tampak jelas bahwa virus ini mengakibatkan inflamasi

pada renal tubul ginjal dan mengakibatkan sel - sel yang terinfeksi mengalami pembentukan

badan inklusi pada inti selnya. Kajian histopatologi insang ikan yang sakit menunjukkan

bahwa terdapat sel - sel inflamasi di insang dan epitel insang mengalami hiperplasia. Kajian

dengan menggunakan indirect immunofluorescen microscopy terhadap insang, ginjal, otak

dan hati menunjukkan bahwa virus KHV terakumulasi pada insang dan ginjal

3. Iridovirus

3.1. Biologi Iridovirus

Iridovirus adalah virus hewan yang menginfeksi invertebrata dan vertebrata

poikilotermik, seperti ikan, insekta, amfibi, dan reptil (Williams, 1996). Iridovirus merupakan

Page 5: Viral disease pungky

virus DNA untai ganda berbentuk simetri ikosahedral, tidak semuanya beramplop, dan

mempunyai diameter 120-300 (Tidona et al., 1998). Virion iridovirus terdiri dari tiga domain

konsentris yaitu protein capsid di bagian luar, membran lipid yang mengandung subunit

protein di bagian tengah, dan core yang tersusun dari kompleks DNA-protein. Virus ini

memiliki 25-75 protein struktural dengan kisaran berat molekul 12.000-150.000 kDa. Secara

umum protein capsid iridovirus berukuran sekitar 50 kDa dan merupakan komponen

struktural utama yang jumlahnya mencapai 45% dari protein virion total. Ukuran genom

iridovirus bervariasi antara 105-212 kbp). Iridovirus mempunyai strategi replikasi yang

melibatkan stadium nuklear dan sitoplasmik, menghasilkan genom komplit dengan duplikasi

beberapa gen di ujungnya (terminal redundancy) dan ujung tersebut berbeda diantara partikel

virus yang dihasilkan (cyclic permutation). Gen penyandi protein capsid dari beberapa

iridovirus vertebrata dan invertebrata telah disekuensing dan coding region nya mempunyai

banyak kemiripan.

3.2. Gejala Klinis Infeksi Iridovirus

Ikan yang terinfeksi iridovirus nampak lemah, nafsu makan menurun, mengalami anemia

yang berat, bercak merah (ptechiae) pada insang, pembengkakan limpa, dan ginjal. Kerapu

malabar yang terinfeksi iridovirus menunjukkan gejala warna insang dan tubuh pucat,

hilangnya keseimbangan sehingga ikan diam di dasar jaring apung dan biasanya akan mati

dalam waktu satu hari setelah gejala muncul.

4. Lymphocytis Disease (LD)

4.1. Biologi Virus Lymphocytis

Lymphocytis Disease adalah salah satu penyakit yang disesbabkan oleh virus dan

telah diketahui menyerang ikan pada budidaya laut yang biasa disebut penyakit

Symphocystis. Penyakit Lymphocystis disebabkan oleh serangan virus yang termasuk famili

Iridovirus. Virus Lymphocytis berbentuk partikel berbidang banyak dengan sekitar 0,13 -

Page 6: Viral disease pungky

0,26 mikron. Terdiri dari inti DNA yang dibungkus oleh lapisan protein.Infeksi pada ikan

yang terserang menyebabkan tumbuhnya sel jaringan. Sel yang dikenal menyebabkan

tumbuhnya sel jaringan. Sel yang dikenal dengan nama Lymphocystis menyerupai butiran

sagu. Kelompok dari sel tersebut membentuk tumor pada kulit dan sirip. Penularan penyakit

dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung misalnya melalui air yang tercemar virus,

melalui makanan dan melalui suntikan. Tetapi tempat penularan yang utama adalah

permukaan kulit luar, termasuk insang.

Ikan kakap putih merupakan ikan yang sangat rawan terhadap serangan virus ini.

Virus ini juga terbukti sangat mudah menular dengan menggunakan air sebagai media

penularannya. Oleh karena itu, ikan yang terserang harus segera dipindahkan dan dipisahkan

dari ikan yang sehat. Pada dasarnya, penyakit yang diakibatkan virus belum dapat

ditanggulangi secara pasti. Namun demikian pencegahan dapat dilakukan dengan jalan

vaksinasi dengan obat antibiotik. Masalahnya adalah hingga saat ini, obat/vaksinasi untuk

penyakit ini belum tersedia atau sulit didapatkan di pasaran.

Virus adalah patogen yang paling kecil. Ukurannya lebih kecil dari seperduapuluh

kali besarnya bakteri. Virus menyerang mahluk hidup, berkembangbiak di dalam organisme

inang dan pada saat itulah dia akan menyebabkan kerusakan ataupun penyakit pada

organisme inang. Virus sangat tahan terhadap segala jenis obat-obatan. Oleh karena itu,

pemberantasan penyakit yang disebabkan oleh virus lebih ditekankan kepada upaya

pencegahan dan membatasi penularannya.

4.2. Gejala Klinis

Tanda-tanda klinis/patologis serangan virus ini adalah terjadinya penebalan (hypertrophy)

dari sel-sel jaringan ikat yang menimbulkan tonjolan pada daerah kulit (nodul) pada daerah

sirip atau kulit;dapat terjadi secara satu-satu atau mengelompok. Secara histopatologis di

Page 7: Viral disease pungky

daerah fibrocytes/sel yang terinfeksi terlihat adanya hypertrophy yang jelas dengan capsul

hyaline dan basophilic intracytoplasmic inclusions.

Gambar 3. Serangan Lymphocytis Disease

5. Channel Catfish Virus Disease (CCVD)

Channel catfish virus diseases adalah infeksi yang akut dan haemorhagik oleh virus

Herpes. Penyakit ini dapat menimbulkan kematian yang tinggi, kadang-kadang mencapai

hampir 100 % pada Ictalurus punctatus yang muda. Inang alamiah yang diserang adalah

Channel catfish (Ictalurus punctatus) biasanya yang berumur kurang dari 4 bulan. Hasil

infeksi secara eksperimen menunjukkan virus ini dapat menyerang white catfish (I. catus),

blue catfish (I. furcatus), dan walking catfish (Clarias batrachus).

5.1. Gejala Klinis

Tanda-tanda klinis/patologis serangan penyakit ini yang dapat diamati antara lain

hilangnya keseimbangan tubuh, bergerak berputar-putar dan tergantung vertikal, mata

menonjol (exophthalmus), perut mengembung atau distensi. Secara patologis/histopatologis

terlihat pula adanya petekiae (perdarahan) pada sirip dan di sekitar abdomen; perdarahan

pada ginjal, kulit dan organ dalam kulit dan organ dalam; insang terlihat pucat dan

haemorhagi; adanya kenaikan sel limfoid di dalam ginjal dan nekrosis di sekitar tubular

ginjal; nekrosis terdapat pula pada hati, limpa dan alat pencernaan; haemorhagi, edema dan

nekrosis mukosal dan pelepasan sel di dalam usus.

Page 8: Viral disease pungky

Gambar 4. Haemoragi pada Kulit

6. Spring Viraemia of Carp (SVC)

Spring Viraemia of Carp (SVC) merupakan penyakit/infeksi oleh virus yang bersifat

akut haemorhagis dan menular, yang menyerang golongan ikan Cyprinids dan lebih spesifik

pada Common carp, Cyprinus carpio. Penyakit ini biasanya timbul pada musim semi (Spring)

dan menyebabkan kematian pada semua umur. Common carp merupakan inang yang utama

dan virus dapat menyerang ikan dewasa dan muda. Dilaporkan pula bahwa virus pernah pula

diisolasi dari golongan Cyprinids yang lain. Silver carp, Bighead carp (Aristichthys nobilis),

dan Crucian 22 carp (Carassius auratus). Secara eksperimental Pike Fry (Esox lucius) dan

larvanya,fry dari carp, Grass carp (Ctenocephalon idella) dan Guppies (Lebistes reticulata).

6.1. Gejala Klinis

Tanda-tanda klinis dan patologis serangan SVC antara lain meliputi ikan berkumpul di bagian

outflow, warna ikan menjadi gelap, perdarahan/ petekiae haemorhagi, mata menonjol

(exophthalmus), abdominal dropsy, biasanya dijumpai pula peritonitis fibrinosa dan ctarrhal

atau enteritis yang nekrotik. Sedangkan Swimbladder Inflammation (SBI) yang virusnya

identik dengan virus SVC, dapat memperlihatkan gejala klinis/patologis yaitu kehilangan

berat badan dan keseimbangan, warna kulit menjadi gelap/berubah, degenerasi/perdarahan

pada dinding gelembung udara (swimbladder).

Page 9: Viral disease pungky

\

Gambar 6. Serangan SVC

7. Infectious Pancreatic Necrosis (IPN)

Infectious Pancreatic Necrosis (IPN) merupakan penyakit viral yang akut dan sangat

menular, terutama menyerang golongan ikan Salmonis. Terhadap ikan muda yang sembuh

(survivors) dapat tahan terhadap penyakit tetapi dapat menjadi pembawa infeksi (carrier)

seumur hidup. IPN telah dilaporkan sebagai penyakit endemik di daerah/lokasi perikanan

trout sekurang-kurangnya di sepuluh negara Eropa termasuk Skandinavia dan Inggris Raya,

demikian juga di Amerika Utara dan Jepang. IPN dapat menyerang macam-macam inang

yang cukup banyak baik asal air tawar atau air laut dan kemungkinan Shellfish laut.

Virus IPN pertama kali dilaporkan di Perancis tahun 1965. Demikian juga di

Denmark, virus IPN telah diidentifikasi secara virologik pada tahun 1968. Penyakit oleh IPN

pada spesies non Salmonid telah pula diketahui dan virusnya telah pula diisolasi dari

bermacam-macam spesies non Salmonid dan isolasi virusnya pertama kali dilaporkan oleh

Sonstegarddkk. pada tahun 1972 yang berasal dari ikan ”Yearling White Suckers”

(Catastomus comersoni) di Canada. Di Jerman virus diisolasi dari grayling (Thymallus

thymallus), barbel ( Barbus barbus), Pike (Esox lucius) dan Carp (Cyprinus carpio). Di

Irlandia Utara, virus IPN diisolasi dari Goldfish (Carassius auratus), Discuss Fish

(Symphysodon discus) dan Bream (Abramis brama). Di Inggris (England) diisolasi dari Carp

(Cyprinus carpio) dan Crucian carp (Carassius auratus). Demikian pula di Jepang isolasi

Page 10: Viral disease pungky

virus IPN diperoleh dari European eels (Anguilla anguilla) dan Japanese eels (Anguilla

japonica) dan dinamakan Eels Virus European (EVE).

7.1. Mekanisme Serangan IPN

Penularan IPN dapat terjadi secara vertikal, dengan virus berada dalam telur, atau horizontal,

melalui air, urine, faeces, sekresi sexual atau melalui ikan mati/sakit yang 23 dikonsumsi oleh

ikan lain. Umumnya ikan yang sembuh (survivors/carriers) dapat menjadi non-clinical

carriers atau pembawa penyakit, mungkin selama hidupnya dan carrires tersebut juga

bertindak sebagai reservoir virus untuk ikan-ikan lain yang sebelumnya belum terinfeksi.

Selain itu masa inkubasi IPN relatif pendek, antara 3 – 5 hari sebelum tanda klinis dan

kematian terjadi. Faktor-faktor seperti umur inang, suhu rendah dan spesies ikan dapat

memperpanjang masa inkubasi.

7.2. Gejala Klinis

Pada kasus/wabah, tanda-tanda pertama adanya kematian mendadak dan biasanya yang

terserang pertama kali adalah ikan yang masih muda. Tanda klinis dapat bervariasi antara lain

: warna ikan menjadi gelap, bergerak berputar-putar, exophthalmus (mata menonjol), perut

membesar dan terdapat cairan visceral, perdarahan di daerah bawah perut/ventral termasuk di

daerah sirip, hati dan limpa pucat dan membesar, tak terdapat makanan dalam perut dan usus

biasanya mengandung eksudat mucoid yang kekuningan atau keputihan.

Page 11: Viral disease pungky

Gambar 7. Pembengkakan Pada Hati dan Limpa

8. Penyakit Infectious Haematopoietic Necrosis (IHN)

Penyakit Infectious Haematopoietic Necrosis (IHN) merupakan suatu penyakit yang

bersifat akut dan sistemik. Penyakit ini menyerang Rainbow trout (Salmo gairdneri),

Chinook slmon (Oncorrhynchus tshawytscha), Sockeye salmon (O.nerka). Infectious

Haematopoietic Necrosis (IHN) merupakan penyakit virus yang menginfeksi stadia larva dan

juvenil ikan laut dan merupakan penyakit yang berbahaya bagi usaha pembenihan ikan.

Di Indonesia kasus serangan IHN pertama kali diidentifikasi pada hatchery kakap di

Jawa Timur pada tahun 1997. Kemudian pada tahun 1998 kasus kematian yang disebabkan

oleh VNN ditemukan pada budidaya ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) dengan

tingkat kematian mencapai 100 %. Virus ini umumnya menginfeksi stadia larva sampai

juvenil dan menyerang sistem organ syaraf mata dan otak yang ditandai dengan adanya

vakuolasi, dengan gejala yang cukup spesifik karena ikan menampakkan tingkah laku

berenang yang tidak normal dan umumnya ikan berdiam di dasar (Yuasa et al., 2001 dalam

Suratmi, 2004).

Gejala Klinis

Gejala yang tampak pada ikan yang terinfeksi IHN berbeda-beda sesuai dengan stadia

atau umur ikan. Umur ikan di bawah 20 hari bila terinfeksi tidak menunjukkan gejala klinis

kecuali nafsu makan yang menurun. Ikan umur 20 – 40 hari menunjukkan tingkah laku

berenang yang abnormal yaitu ikan berenang di dekat permukaan air dan banyak yang mati di

dasar bak. Untuk ikan yang berumur 2 – 4 bulan, saat penempatan pada jaring apung ikan

yang terinfeksi tampak diam/tidur di dasar jaring. Sedangkan ikan umur 4 bulan ke atas

terlihat berenang mengambang di atas permukaan air disertai adanya pembesaran gelembung

renang (Koesharyani et al., 2001 dalam Suratmi, 2004).

Page 12: Viral disease pungky

Target sel penyakit IHN ini terutama organ penghasil darah yakni ginjal muka dan

limpa. Tanda-tanda klinis penyakit ini antara lain ikan yang terinfeksi terlihat lethargik,

berkumpul di tepi kolam, berwarna lebih gelap, anemia, exophthalmia, scoliosis, lordosis,

pembengkakan abdomen, perdarahan pangkal sirip pektoral dan sirip pelvic, perdarahan

bawah kulit; ginjal, limpa dan hati terlihat pucat, rongga perut berisi cairan dan usus kosong,

perdarahan bintik pada jaringan adipose usus.

Gambar 8. Gejala Klinis Serangan IHN

Page 13: Viral disease pungky

Prof. Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng., Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto, M.Sc., dan Dr. Ir. Hardjanto. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional Dalam Pengendalian Penyakit Ikan. Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS-702). Institut Pertanian Bogor.

Rizka, R. Putri, U. Yanuhar., dan A. M. Suryanto H. 2013. Perubahan Struktur Jaringan

Mata Dan Otak Pada Larva Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes Altivelis) Yang Terinfeksi Viral Nervous Necrosis (Vnn) Dengan Pemeriksaan Scanning Electron Microscope (Sem) Mspi Student Journal, Vol. I No. 1 pp 1-10.