UROLITIASIS
-
Upload
chrisye-leena -
Category
Documents
-
view
332 -
download
0
Transcript of UROLITIASIS
5/15/2018 UROLITIASIS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/urolitiasis-55ab4e165faec 1/13
UROLITIASIS
A. Definisi1
Urolitiasis adalah pembentukan batu di dalam saluran kemih. Kristal-kristal urin
membentuk nidus, yang kemudian berkembang menjadi kalkulus (batu). Kalkulus (batu)
ini bisa asimtomatik atau obstruktif, atau bisa juga menjadi sumber infeksi sekunder.
B. Epidemiologi
Urolitiasis lebih sering pada laki-laki usia 40-50 tahun. Perbandingan insiden
urolitiasis antara laki-laki dan perempuan yaitu 2:1.
1
Penelitian akademik memberi kesan seakan-akan penyakit batu mempunyai
hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai dengan
perkembangan kehidupan suatu bangsa. Berdasarkan pembandingan data penyakit batu
saluran kemih di berbagai negara, dapat disimpulkan bahwa negara yang mulai
berkembang terdapat banyak batu saluran kemih bagian bawah, terutama terdapat di
kalangan anak. Di negara yang sedang berkembang, insidensi batu saluran kemih relatif
rendah, baik batu saluran kemih bagian bawah maupun dari batu saluran kemih bagian
atas. Di negara yang telah berkembang, terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas,
terutama di kalangan dewasa. Pada suku bangsa tertentu, penyakit batu saluran kemih
sangat jarang, misalnya suku Bantu di Afrika Selatan. Berbeda dengan Eropa, di negara
berkembang, penyakit batu kandung kemih seperti ini masih ditemukan hingga saat inni,
misalnya di Indonesia, Thailand, India, Kamboja, dan Mesir. Karena ditemukan secara
endemik, penyakit batu kandung kemih ini disebut batu endemik atau batu primer karena
terbentuk langsung di dalam kandung kemih tnapa sebab yang jelas. Batu kandung kemih
dapat juga terbentuk pada usia lanjut yang disebut batu sekunder karena terjadi sebagai
akibat adanya gangguan aliran air kemih, misalnya karena hipertrofi prostat.2
C. Etiologi1
Urolitiasis dapat disebabkan oleh:
1. Kalsium oksalat dan/atau batu fosfat (80%)
o Hiperkalsiuria idiopatik
o Hiperkalsemia:
5/15/2018 UROLITIASIS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/urolitiasis-55ab4e165faec 2/13
Hyperparathyroidism.
Sarkoidosis
Malignancy
Pagets diseaseMultiple myeloma
o Hiperoxaluria
o Hiperurisemia
o Hypocitraturia
2. Batu asam urat (10-15%)
3. Batu struvit (5-10%)
4. Batu sistin (<1%)
5. Batu kandung kemih, dapat disebabkan oleh:
o Pengosongan kandung kemih yang inadekuat pada orang dewasa.
o Pada anak-anak, biasanya karena malnutrisi.
D. Patofisiologi3
Zat pembentuk konkremen dapat mengendap di urin jika ambang kelarutannya
terlampaui. Pada rentang yang disebut rentang metastabil, pembentukan Kristal mungkin
tidak terjadi sama sekali atau hanya berjalan dengan sangat lambat, meskipun larutan
sangat jenuh. Namun, jika konsentrasinya meningkat melebihi rentang metastabil, terjad
kristalisasi. Pelarutan kristal yang telah terbentuk hanya dapat terjadi dengan penurunan
konsentrasi di bawah rentang metastabil ini.
Beberapa zat bisa terdapat di dalam satu batu karena kristal yang telah terbentuk
sebelumnya berperan sebagai inti kristalisasi dan memudahkan pengendapan bagi zat
metastabil telarut lainnya. Beberapa zat tertentu pembentuk kompoleks, seperti sitrat,
pirofosfat dan fosfat (asam) dapat mengikat Ca2+
dan dengan penurunan konsentrasi Ca2+
dapat mencegah pengendapan kalsium fosfat dan kalsium oksalat.
Penyebab Pembentukan Batu
Peningkatan konsentrasi zat pembentuk batu dapat merupakan akibat dari faktor-
faktor prerenal, renal, dan pascarenal. Penyebab prarenal mengakibatkan meningkatnya
filtrasi dan ekskresi zat penghasil batu dengan peningkatan konsentrasi di dalam plasma.
Jadi hiperkalsiuria dan fosfaturia prarenal terjadi akibat meningkatnya absorpsi di usus
dan mobilisasi dari tulang, contohnya jika terdapat kelebihan PTH atau kalsitriol.
Hiperkalsemia dapat disebabkan oleh kelainan metabolic pada pemecahan asam amino
5/15/2018 UROLITIASIS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/urolitiasis-55ab4e165faec 3/13
atau melalui peningkatan absorpsi di usus. Hiperurisemia terjadi akibat suplai yang
berlebih, sintesis baru yang meningkat, atau meningkatnya pemecahan purin. Batu xantin
dapat terjadi jika pembentukan purin sangat tinggi dan perubahan xantin menjadi asam
urat dihambat. Namun xantin lebih jarang ditemukan.
Gangguan reabsorpsi ginjal merupakan penyebab sering dari peningkatan ekskresi
ginjal pada hiperkalsiuria dan merupakan penyebab tetap pada sistinuria. Konsentrasi
kalsium dalam darah kemudian dipertahankan melalui absorpsi di usus dan mobilisasi
tulang, sementara konsentrasi sistin dipertahankan dengan mengurangi pemecahanya.
Pelepasan ADH (pada volume yang berkurang, stress, dll) menyebabkan
peningkatan konsentrasi zat pembentuk batu melalui peningkatan konsentrasi urin.
Kelarutan beberapa zat bergantung pada PH urin. Fosfat mudah larut dalam urin yang
asam, tapi sukar larut pada urin yang alkalis. Jadi, batu fosfat biasanya hanya ditemukan
pada urin yang alkalis. Sebaliknya, asam urat lebih mudah larut jika terdisosiasi dari pada
yang tidak terdisosiasi, dan batu asam urat lebih cepat terbentuk pada urin yang asam.
Jiika pembentukan NH3 berkurang urin harus lebih asamuntuk dapat mengeluarkan asam
dan hal ini meningkatkan pembentukan batu garam asam urat. Faktor lain yang juga
penting adalahberapa lama sebenarnya kristal yang telah terbentuk tetap berada dalam
urin yang sangat jenuh. Lama waktu bergantung pada diuresis dan kondisi aliran dari
saluran kemih bagian bawah, misalnya dapat menyebabkan kristal menjadi terperangkap
(penyebab pascarenal).
Akibat urolitiasis adalah penyumbatan pada saluran kemih bagian bawah. Selain
itu, peregangan pada otot ureter menyebabkan kontraksi yang sangat nyeri (kolik ginjal).
Aliran yang tersumbat menyebabkan dilatasi ureter dan hidronefrosis dengan penghentian
ekskresi. Bahkan setelah batu diangkat, kerusakan ginjal dapat bersifat menetap.
Sumbatan pada slauran kemih, juga menigkatkan pertumbuhan kuman (infeksi saluran
kemih; pielonefritis. Kuman pemecah urea menbentuk NH3 dari urea sehingga membuat
urin menjadi alkalis. Hal ini pada gilirannya membentuk lingkaran setan, yang
mendorong pembentukan batu fosfat. Bahkan tanpa kolonisasi bakteri, pengendapan asam
urat di dalam ginjal (gouty kidney) atau garam kalsium (nefrokalsinosis) dapat
menyebabkan peradangan dan kerusakan ginjal.
5/15/2018 UROLITIASIS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/urolitiasis-55ab4e165faec 4/13
Gambar 1. Patofisiologi Urolitiasis*1
1Dikutip dari kepustakaan no. 3
5/15/2018 UROLITIASIS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/urolitiasis-55ab4e165faec 5/13
E. GAMBARAN KLINIS
Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya
dan morfologinya. Walaupun demikian, penyakit ini mempunyai tanda umum, yaitu
hematuria baik hematuria nyata maupun mikroskopik. Selain itu, bila disertai infeksi
saluran kemih, dapat juga ditemukan kelainan endapan urin, bahkan mungkin demam
atau tanda sistemik lain.2
Secara umum terdapat nyeri (renal colic). Batu distal bisa menyebabkan nyeri alih
pada labia, meatus penis, atat testis. Hamaturia terjadi pada 95% pasien. Gejala-gejala
nonspesifik seperti nausea, muntah, takikardi, diaforesis. Demamderajat rendah tanpa
infeksi, namun bila terjadi infeksi bisa mengalami demam tinggi.1
1. Batu Pelvis Ginjal
Batu pielum didapatkan dalam bentuk yang sederhana sehingga hanya
menempati bagian pelvis, tetapi dapat juga tumbuh mengikuti bentuk susunan
pelviokaliks sehingga bercabang menyerupai tanduk rusa. Kadang batu hanya terdapat
di suatu kaliks. Batu pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan
gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat dari obstruksi
aliran kemih dan infeksi.
Nyeri di daerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri
yang terus menerus dan hebat karena adanya pionefrosis. Pada pemeriksaan fisik
mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin terabanya ginjal yang
membesar akibat adanya hidrnefrosis. Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada
daerah arkus kosta padasisi ginjal yang terkena. Sesuai dengan gangguan yang terjadi,
batu ginjal yang terleta di pelvis dapat menyebabkan terjadinya hidronefrosis,
sedangka batu kaliks pada umumnya tidak memberikan kelainan fisik.
2. Batu Ureter
Anatomi ureter mempunyai beberapa tempat penyempitan yang
memungkinkan batu ereter terhenti. Karena peristalsis, akan terjadi gejala kolik yakni
nyeri yang hilang timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntahdengan
nyeri alih khas. Selama batu bertahan di tempat yang menyumbat, selama itu kolik
akan berulang-ulang sampai batu bergeser dan memberi kesempatan pada air kemih
untuk lewat.
Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian
keluar bersama kemih. Batu ureter juga bias sampai ke kandung kemih dan kemudian
berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di
5/15/2018 UROLITIASIS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/urolitiasis-55ab4e165faec 6/13
ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang
mungkin asimptomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan
kolik. Bila keadaan obstruksi terus berlangsung, lanjutan dari kelainan yang terjadi
dapat berupa hidronefrosis dengan atau tanpa pielonefritis sehingga menimbulkan
gambaran infeksi umum.
3. Batu Kandung Kemih
Karena batu menghalangi aliran kemih akibat penutupan leher kandung kemih,
aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes disertai
dengan nyeri. Pada anak, nyeri menyebabkan anak yang bersangkutan menarik
penisnya sehingga tidak jarang dilihat penis yang agak panjang. Bila pada saat sakit
tersebut penderita berubah posisi, suatu saat air kemih akan dapat keluar karena letak
batu yang berpindah. Bila selanjutnya terjadi infeksi yang sekunder, selain nyeri
sewaktu miksi juga akan terdapat nyeri menetap suprapubik.
4. Batu Prostat
Pada umumnya batu prostat juga berasal dari kemih yang secara retrograde
terdorong ke dalam saluran prostat dan mengendap, yang akhirnya menjadi batu yang
kecil. Pada umumnya batu ini tidak memberikan gejala sama sekali Karena tiak
menyebabkan gangguan pasase kemih.
5. Batu Uretra
Batu uretra umunya merupakan batu yang berasal dari ureter atau kandung
kemih yang oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi menyangkul di
tempat yang agak lebar. Tempat uretra yang agak lebar ini adalah pars prostatika,
bagian permulaan pars bulbosa, dan di fosa navikular. Bukan tidak mungkin dapat
ditemukan di tempat lain. Gejala yang ditimbulkan umumnya miksi tiba-tiba terhenti,
menjadi menetes dan nyeri. Penyulitnya dapat berupa terjadinya divertikulum, abses,
fistel proksimal, dan uremia karena obstruksi urin.2
F. DIAGNOSIS
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk menegakkan diagnosis,
penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium, dan
penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi
dan gangguan faal ginjal.
1. Pemeriksaan Radiologi2
5/15/2018 UROLITIASIS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/urolitiasis-55ab4e165faec 7/13
Secara radiologik, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini
berbeda untuk berbagai jenis batu sehungga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang
dihadapi. Yang radiolusen umumnya adalah dari jenis asam urat murni. Pada yang
radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu
saluran kemih bila diambil foto dua arah. Pada keadaan yang istimewa tidak jarang
batu terlertak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari pengamatan. Oleh
karena itu, foto polos sering ditambah dengan foto pielografi interna.
Pada batu yang radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan
terdapatnya defek pengisian pada tempat batu sehingga memberi gambaran pada
daerah batu yang kosong. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang yang
mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal
seperti ini, perlu dilanjutkan dengan pielografi retrograd yang dilaksanakan
pemasangan kateter ureter melalui sistoskop pada ureter ginjal yang tidak dapat
berfungsi untuk memasukkan kontras.
Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal kedua ginjal secara
terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Cara ini
dipakai untuk memastikan ginjal yang masih mempunyai sisa faal yang cukup sebagai
dasar untuk melakukan tindak bedah pada ginjal yang sakit. Pemeriksaan
ultrasonografi dapat untuk melihat semua jenis batu, baik yang radiolusen maupun
radioopak. Selain itu, dapat ditentukan ruang dan saluran kemih. Pemeriksaan ini juga
dapat dipakai untuk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah
tertinggalnya batu.
2. Pemeriksaan Laboratorium1,2
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang
dapat menunjang adanya batu di saluran kemih. Menentukan fungsi ginjal, dan
menentukan sebab terjadinya batu. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan
yaitu:
a) Urinalisis untuk sel darah merah, leukosit, nitrat, pH (urin asam <5,5 dihubungkan
dengan batu asam urat, alkalin >7,0 dihubungkan dengan batu struvit).
b) Darah: FBC, urea, kreatinin, elektrolit, kalsium, dan urat.
c) Kultur darah jika dicurigai sepsis.
d) Hormon paratiroid jika kadar kalsium meningkat.
5/15/2018 UROLITIASIS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/urolitiasis-55ab4e165faec 8/13
G. DIAGNOSIS BANDING
Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut dengan
demam. Oleh karena itu, jika dicurigai terjadi kolik ureter maupun ginjal. Khususnya
yang kanan, perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik saluran cerna, kandung empedu,
atau apendisitis akut. Selain itu, pada perempuan perlu juga dipertimbangkan
kemungkinan adneksitis.
Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan apalagi
bila hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa batu saluran kemih
yang bertahu-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya karsinoma
epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi.
Khusus untuk batu ginjal dengan hidronefrosis, perlu dipertimbangkan
kemungkinan tumor ginjal mulai dari jenis ginjal polikistik hingga tumor Grawitz. Pada
batu ureter, terutama dari jenis yang radiolusen, apalagi bila disertai dengan hematura
yang tidak disertai dengan kolik, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ureter
walaupun tumor ini jarang ditemukan.
Dugaan batu kandung kemih juga perlu dipertimbang dengan kemungkinan tumor
kandung kemih, terutama bila batu yang terdapat dari jenis radiolusen. Batu pristan
biasanya tidak sukar didiagnosis karena gambaran radiologiknya yang khas, yang kecil
seperti kumpulan pasir di daerah prostat. Akan tetapi, pemeriksaan colok dubur dapat
member kesan adanya keganasan, terutama bila terdapat batu yang cukup banyak
sehingga teraba seperti karsinoma prostat. Dalam keadaan yang tidak pasti seperti itu
perlu dilakukan biopsi prostat.2
Diagnosis banding yang lain yaitu ruptured aortic aneurysm, pyelonefritis,
pyonefrosis, abses perinefrik, kehamilan ektopik, dan salpingitis.1
H. KOMPLIKASI 2
Komplikasi batu saluran kemih biasanya obstruksi, infeksi sekunder, dan iritasi
yang berkepanjangan pada urotelium yang dapat menyebabkan tumbuhnya keganasan
yang sering berupa karsinoma epidermoid. Sebagai akibat obstruksi, khususnya di ginjal
atau ureter dapat terjadi hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa
pionefrosis yang berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang terkena. Bila terjadi pada
kedua ginjal, akan timbul uremia karena gagal ginjal total. Hal yang sama dapat juga
terjadi akibat batu kandung kemih, lenih-lebih bila batu tersebut membesar sehinggga
juga mengganggu aliran kemih dari kedua orifisium ureter. Khusus pada batu uretra,
5/15/2018 UROLITIASIS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/urolitiasis-55ab4e165faec 9/13
dapat terjadi divertikulum uretra. Bila obstruksi berlangsung lama, dapat terjadi
ekstravasasi kemih dan terbentuklah fistula yang terletak proksimal dari batu ureter.
I. TATA LAKSANA
Penatalaksanaan batu saluran kemih harus tuntas sehingga bukan hanya
mengeluarkan batu saja, tetapi harus disertai dengan terapi penyembuhan penyakit batu
atau paling sedikit disertai dengan terapi pencegahan. Hal ini karena batu sendiri hanya
merupakan gejala penyakit batu sehingga pengeluaran batu dengan cara apapun bukanlah
merupakan terapi yang sempurna. Selanjutnya, perlu juga diketahui bahwa pengeluaran
batu baru diperlukan bila batu menyebabkan gangguan pada saluran kemih. Bila batu
ternyata tidak memberi gangguan fungsi ginjal, batu tersebut tidak perlu diangkat, apalagi
mislanya pada batu ureter diharapkan batu dapat keluar sendiri.
1. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis batu saluran kemih berusaha mengeluarkan batu atau melarutkan
batu. Pengobatan simtomatik mengusahakan agar nyeri, khususnya kolik, yang terjadi
menghilang dengan simpatolitik.2
Analgesik yang dapat diberikan adalah kombinasi NSAIDs (indomethacin
suppository 100 mg) dan acetaminophen-codeine oral. Jika analgesik di atas tidak
berhasil, diberikan narkotik parenteral untuk mengontrol nyeri (morphine 5-10 mg IV
or IM q4h). Antiemetik jika diperlukan atau profilaksis dengan narkotik parenteral.
Jika pasien mengalami sepsis diberikan antibiotik dan setelah kultur urin dan darah
diambil.1
Selain itu, terutama untuk batu ureter yang dapat diharapkan keluar dengan
sendirinya. Dapat diberikan minum berlebihan disertai diuretik. Dengan produksi air
kemih yang lebih banyak diharapkan dapat mendorong dan mengeluarkan batu. Batu
ureter ini ialah batu yang tidak mengganggu saluran kemih, termasuk ginjal dan
ukurannya kurang dari setengah sentimeter.
2. Pelarutan
Jenis batu yang memang dapat dilarutkan adalah dari jenis batu asam urat.
Batu ini hanya terjadi pada keadaan pH air kemih yang asam (pH 6,2) sehingga
dengan pemberian bikarbonas natrikus disertai dengan makanan alkalis, batu asam
urat dapat diharapkan larut. Lebih baik bila dibantu dengan usaha menurunkan kadar
asam urat air kemih dan darah dengan bantuan alopurinol.
5/15/2018 UROLITIASIS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/urolitiasis-55ab4e165faec 10/13
Batu struvit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah pembesarannya bila
diberikan pengobatan dengan pengasaman kemih dan pemberian antiurease. Bila
terdapat kuman harus dibasmi. Akan tetapi, infeksi pada urolitiasis sukar dibasmi
karena kuman berada di dalam abtu yang tidak pernah dapat dicapai oleh antibiotik.
Solutin G merupakan obat yang dapat diberikan langsung ke batu di kandung
kemih, tetapi biasanya pelaksanaannya sukar. Selain solutin G, juga dipakai obat
hemiasidrin untuk batu di ginjal dengan cara irigasi, tetapi hasilnya kurang
memuaskan, kecuali untuk batu-sisa pascabedah yang dapat diberikan melalui
nefrostomi yang terpasang. Kemungkinan penyulit dengan pengobatan seperti ini
adalah intoksikasi atau infeksi yang lebih berat.
3. Litotripsi2
Pemecahan batu atau litotripsi telah mulai dilakukan sejak lama dengan cara
buta, tetapi dengan kemajuan teknik endoskopi dapat dilakukan dengan cara lihat
langsung. Untuk batu kandung kemih, batu dipecahkan memakai litotriptor secara
mekanis melalui sitoskop atau dengan memakai gelombang elektrohidrolik atau
ultrasonik. Untuk batu ureter, digunakan ureteroskop dan batu dapat dihancurkan
memakai gelombang ultrasonik, ultrahidrolik, atau siar laser. Untuk batu ginjal,
litotripsi dilakukan dengan batuan nefroskopi perkutan untuk membawa transduser
melalui sonde ke batu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolototripsi perkutan.
Makin sering dipakai gelombang kejut luar-tubuh (ESWL = Extracorporeal
Shock Wave Lithotripsy) yang dapat memecahkan batu tanpa perlukaan di tubuh sama
sekali. Gelombang kejut dialirkan ke tubuh dan dipusatkan ke batu yang akan
dipecahkan. Batu akan hancur berkeping-keping dan keluar bersama kemih.
Litropsi gelombang kejut luar-tubuh dilakukan tanpa tindak bedah apapun.
Kadang diperlukan tindakan tambahan berupa pemasangan kateter atau dalam
keadaan yang sangat istimewa dibutuhkan bantuan nefrostomi perkutan.
Pada hakikatnya, litotripsi gelombang kejut dapat dilakukan pada setiap batu,
tetapi sebaiknya tindakan dilakukan dalam tahapan untuk mengeluarkan semua batu.
Akan tetapi, bila terdapat kelainan saluran kemih, misalnya stenosis yang akan
menghalangi keluarnya batu yang telah dipecahkan, tindakan dengan ESWL tidak
akan bermanfaat.
Batu dapat dipastikan letaknya dengan batuan sinar Rontgen atau
ultrasonografi yang terdapat pada setiap jenis alat ESWL. Betapapun disebutkan
bahwa dengan ESWL batu dapat dipecahkan menjadi bagian yang lebih kecil dari 2
5/15/2018 UROLITIASIS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/urolitiasis-55ab4e165faec 11/13
mm, belum tentu pascatindakan semua batu akan pecah hingga ukuran yang
dikehendaki. Selain itu, batu yang telah dipecahkan membutuhkan waktu untuk keluar
semua. Walaupun dinyatakan bahwa gelombang kejut yang dipergunakan tidak akan
merusak jaringan ginjal secara permanen, karusakan yang ada perlu diawasi baik dari
segi kemungkinan terjadinya infeksi atau kerusakan yang dapat mengakibatkan gejala
sisa.
4. Pembedahan2
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotripsor, alat gelombang
kejut, atau bila cara nonbedah tidak berhasil. Walaupun demikian sudah barang tentu
untuk menentukan tindakan bedah bila terdapat hidrokaliks. Batu sering harus
dikeluarkan melalui nefrolitotomi yang tidak gampang karena batu biasanya
tersembunyi di dalam kaliks.
Batu pelvis juga perlu dibedah bila menyebabkan hidronefrosis, infeksi, atau
menyebabkan nyeri yang hebat. Padad umunya, batu pelvis terlebih lagi yang
berbentuk tanduk rusa amat mungkin menyebabkan kerusakan ginjal. Operasi batu
pielum yang sederhana disebut pielolitotomi sedang untuk bentuk tanduk rusak
dengan pielototomi yang diperluas.
Bila batu ureter ukuran 0,4 cm terdapat pada bagian sepertiga proksimal
ureter, 80% batu akan keluar secara spontan, sedangkan bila terdapat pada bagian
sepertiga distal, kemungkinan keluar spontan 90%. Patokan ini hanya dipakai bila
batu tidak menyebabkan gangguan dan komplikasi. Tidak jarang batu dengan ukuran
0,4 cm dapat juga menyebabkan gangguan yang dapat mengnacam fungsi ginjal atau
sebaliknya, batu dengan ukuran lebih dari 1 cm tidak menyebabkan gangguan sama
sekali dan bahkan keluar secara spontan. Oleh karena itu, uterolitotomi selalu
didasarkan atas gangguan fungsi ginjal, nyeri yang sangat tidak tertahankan penderita,
dan penanganan medis tidak berhasil.
Batu kandung kemih selalu menyebabkan gangguan miksi yang hebat
sehingga perlu dilakukan tindakan pengeluarannya. Litotripor hanya dapat
memecahkan baatu dalam batas ukuran 3 cm ke bawah. Batu di atas ukuran ini dapat
ditangani dengan gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan Pfannenstiel.
Tidak jarang batu uretra yang ukurannya < 1 cm dapat keluar sendiri atau
dengan bantuan pemasangan kateter uretra selama 3 hari; batu akan terbawa keluar
dengan aliran air kemih yang pertama. Batu uretra harus dikeluarkan melalui tindakan
5/15/2018 UROLITIASIS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/urolitiasis-55ab4e165faec 12/13
uretratomi eksterna. Komplikasi yang dapat terjadi sebagai akibat operasi ini adalah
striktur uretra. Batu prostat pada umumnya tidak membutuhkan tindakan bedah.2
J. PENCEGAHAN2
Untuk mencegah pembentukan kristal fosfat amonium magnesium, semua
batu yang ada dalam saluran kemih harus dihilangkan karena kuman B. proteus bukan
saja berada dalam kemih, tetapi terdapat juga di dalam yang tidak pernah dapat
dicapai antibiotik. Oleh karena itu, untuk batu struvit mutlak harus dicegah adanya
batu residu agar infeksi dapat dibasmi sempurna. Selain itu, rekonstruksi anatomi
saluran kemih amat penting karena infeksi rekurens antara lain disebabkan aliran air
kemih yang tidak sempurna.
Kristalisasi asam urat dangat tergantung pada pH kemih. Bila pH kemih selalu
di atas 6,2, tidak akan terbentuk kristal asam urat. Pencegahan pengeluaran asam urat
ke saluran kemih dapat dilakukan diet dan pada penyakit dengan asam urat yang
tinggi dalam serum, dapat diberikan alopurinol.
K. PROGNOSIS1
Pasase batu secara spontan tergantung pada lokasi batu (proksimal vs. distal)
dan ukuran batu (<5 mm 90% lolos, >8 mm 10% lolos). 50% pasien pada usia 10
tahun dapat mengalami kekambuhan batu.
5/15/2018 UROLITIASIS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/urolitiasis-55ab4e165faec 13/13
REFERENSI
1. Urolithiasis. Blatt AH. In: Domino FJ, editor. The 5-Minute Clinical Consult 2008. 16th
Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008. Page. 1332.
2. Urolitiasis. Dalam: Sjamsuhidayat R, de Jong W, editors. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta: EGC; 2004. Hal. 756-63.
3. Urolithiasis. In: Silbernagl S, Lang F, editors. Color Atlas of Pathophysiology. New
York: Thieme; 2000. Page. 120-21.