UP Liestya.docx
-
Upload
aguspradipta -
Category
Documents
-
view
50 -
download
0
Transcript of UP Liestya.docx
A. Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidaktepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012
B. Latar Belakang
Perkembangan pasar modal saat ini telah meningkat dengan sangat pesat
dan tentunya di masa mendatang bisnis investasi ini akan menjadi sedemikian
kompleks, dengan tingkat persaingan yang sangat ketat, terutama dalam upaya
penyediaan dan perolehan informasi dalam setiap pembuatan keputusan. Pasar
modal memberikan kesempatan kepada pihak yang mempunyai surplus dana
untuk melakukan investasi pada perusahaan-perusahaan yang tercatat di pasar
modal (Indah, 2008). Salah satu sumber informasi penting dalam bisnis investasi
di pasar modal adalah laporan keuangan yang disediakan setiap perusahaan yang
Go Public.
Laporan keuangan memiliki peran yang sangat penting untuk mengukur
kinerja suatu perusahaan karena didalam laporan keuangan terdapat informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan, serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012:1) laporan
keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang
dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, dan
laporan arus dana). Laporan keuangan sebagai sebuah informasi yang bermanfaat
apabila informasi yang dikandungnya disediakan tepat waktu bagi pembuat
keputusan sebelum informasi yang dikandungnya kehilangan kemampuannya
1
dalam mempengaruhi pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang tidak
semestinya dalam pelaporan ke publik, maka informasi yang dihasilkan akan
kehilangan relevansinya. Ketepatan waktu inilah yang menjadi salah satu kendala
perusahaan go public dalam mempublikasikan laporan keuangan tahunannya
secara relevan, hal tersebut dampak dari adanya keharusan perusahaan go public
mempublikasikan laporan keuangan tahunan setelah diaudit oleh Akuntan Publik.
Dengan adanya keharusan untuk mempublikasikan laporan keuangan tahunan ke
publik, maka timbulah ketidaktepatwaktuan. Begitu pentingnya peran laporan
keuangan, maka laporan keuangan yang disusun harus memenuhi karakteristik
yang di tetapkan Standar Akuntansi Keuangan yaitu Relevance (Relevan),
Reliable (dapat diandalkan), Comparability (dapat dibandingkan), dan
Consistency (konsisten). Perusahaan diharapkan tidak menunda pelaporan
keuangannya yang dapat menyebabkan informasi yang disajikan berkurang.
Peraturan Bapepam No. X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam
Nomor: Kep-346/BL/2011 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan
Berkala Laporan keuangan tahunan wajib diumumkan kepada publik paling
lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan, dengan
ketentuan pengumuman tersebut wajib memuat opini dari Akuntan. Apabila
perusahaan tersebut terlambat menyampaikan laporan keuangan maka dikenakan
sangsi administratif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sanksi dan
denda yang dikenakan pada perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan
keuangan cukup berat, akan tetapi masih banyak perusahaan publik yang
menyampaiakan laporan keuangan dengan tidak tepat waktu. Perusahaan yang go
2
public setiap tahun diwajibkan untuk menyampaikan laporan tahunan (annual
report) kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan para pemodal (stockholder).
Menurut penelitian Subekti dan Widiyanti (2004) menyatakan bahwa pada tahun
2001 rata-rata waktu tunggu pelaporan ke Bapepam-LK dari waktu antara tanggal
laporan sampai tanggal opini auditor membutuhkan waktu 98 hari. Jika hal ini
dilihat dari batas waktu 90 hari yang ditetapkan Bapepam-LK, terlihat masih
banyak perusahaan publik yang belum patuh terhadap peraturan informasi di
Indonesia.
Laporan keuangan yang disampaikan harus disampaikan dengan segera
dan tepat waktu sehingga dapat mengurangi adanya asimetri informasi (Kim dan
Verrechia dalam Sulistyo, 2010). Hal ini berhubungan dengan teori keagenan.
Kondisi asimetri informasi terjadi karena adanya ketimpangan informasi dimana
agen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan prinsipal. Teori
keagenan menjelaskan untuk mengatasi masalah ketidaksamaan kepentingan
antara agen dan prinsipal kita perlu memberi perhatian pada lemahnya
implementasi sistem tata kelola perusahaan atau yang biasa dikenal dengan istilah
good corporate governance. Dalam upaya mengatasi kelemahan tersebut, maka
para pelaku bisnis di Indonesia menyepakati penerapan good corporate
governance (GCG) suatu sistem pengelolaan perusahaan yang baik.
Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatwaktuan
penyampaian pelaporan keuangan. Beberapa peneliti seperti Owusu dan Ansah
(2000), Saleh (2004), Respati (2004), Hilmi dan Ali (2008), Rachmawati (2008),
Trisnawati dan Alvin (2010), Sulistyo (2010), Fitriani (2012), telah meneliti
3
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatwaktuan pelaporan keuangan.
Adapun faktor yang mempengaruhi ketepatwaktuan penyampaian pelaporan
keuangan ke publik yaitu; Reputasi KAP, profitabilitas, ukuran perusahaan, good
corporate governance, dan klasifikasi industri.
Pada umumnya perusahaan memilih menggunakan jasa auditor
independen dari Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk meningkatkan kredibilitas
dari laporan keuangan tersebut. KAP dengan reputasi baik biasanya memiliki
tenaga spesialis yang khusus menangani kewajiban perusahaan publik
menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan regulasi Badan Pengawas Pasar
Modal sehingga KAP the big four biasanya lebih tepat waktu dalam pelaporan
keuangan dibandingkan dengan KAP non the big four. Hal ini sesuai dengan
penelitian Astuti (2007) yang menyatakan bahwa Kantor Akuntan Publik
berpengaruh terhadap ketepatan waktu. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
penelitian Septy (2008) dan Subekti (2004) membuktikan bahwa reputasi auditor
tidak berpengaruh terhadap rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan
tahunan.
Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan
untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka
semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi
perusahaannya. Penelitian Dyer dan Mc Hugh (1975) menunjukkan bahwa
perusahaan yang memperoleh laba cenderung tepat waktu menyampaikan laporan
keuangannya dan sebaliknya jika perusahaan mengalami kerugian. Menurut
Carslaw dan Kaplan (1991) dalam penelitian mereka menemukan adanya
4
perusahaan yang mengalami kerugian meminta auditornya untuk menjadwalkan
pengauditannya lebih lambat dari yang seharusnya, akibatnya penyerahan laporan
keuangan menjadi terlambat. Kedua penelitian tersebut menyatakan bahwa
perusahaan akan cenderung menunda penyampaian laporan keuangan apabila
perusahaan yakin terdapat berita buruk dalam laporan keuangan tersebut, karena
adanya pengaruh pada kualitas laba.
Ukuran perusahaan diukur berdasarkan besar atau kecilnya perusahaan
dengan melihat total asset atau total penjualan yang dimiliki oleh perusahaan.
Penelitian Widaty dan Septy (2008) menghasilkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan, ukuran perusahaan yang lebih besar akan mempercepat
pengumuman laporan keuangan tahunan ke publik. Penelitian lainnya, dilakukan
oleh Sulistyo (2010) yang meneliti pada perusahaan yang listing di BEI,
membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan.
Pemerintah mengupayakan agar terciptanya lingkungan yang sehat dalam
perusahaan (Good Corporate Governance), terutama bagi perusahaan go public
dengan dikeluarkannya Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta (BEJ) No.Kep-
315/BEJ/06/2000 perihal: Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A, tentang
ketentuan umum pencatatan efek bersifat ekuitas di Bursa. Dalam peraturan
tersebut dinyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan
perusahaan yang baik (good corporate governance), perusahaan yang tercatat di
Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) wajib memiliki komisaris
independen, komite audit, sekretaris perusahaan, keterbukaan dan standar laporan
5
keuangan per sektor. Peraturan ini secara efektif diberlakukan mulai tanggal 1 Juli
2000. Peraturan ini bertujuan untuk menciptakan transparansi dalam lingkungan
perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan variabel good corporate
governance yang diproksikan dengan komite audit. Menurut Purwati (2006) salah
satu komponen penting dalam pelaksanaan good corporate governance adalah
komite audit. Komite audit yang melaksanakan fungsi pengawasan pelaporan
keuangan perusahaan. Tugas dan tanggung jawab dari komite audit adalah
memastikan prinsip-prinsip good corporate governance yang berkaitan dengan
transparasi dan pengungkapan diterapkan secara konsisten dan memadai.
Pengungkapan dan transparansi adalah salah satu prinsip GCG yang diikuti
banyak negara termasuk Indonesia (dalam Gunarsih & Bambang, 2008).
Penerapan prinsip ini berkaitan dengan integritas laporan keuangan yang antara
lain terlihat dari ketiadaan permasalahan dalam isi dan penyajian laporan
keuangan. Jama’an (2007) meneliti pengaruh mekanisme good corporate
governance salah satunya komite audit terhadap integritas pelaporan keuangan
dan hasilnya menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap integritas
informasi laporan keuangan.
Klasifikasi Industri yang berbeda-beda dapat menyebabkan perbedaan
jangka waktu publikasi laporan keuangan. Penggolongan klasifikasi industri yang
biasanya dilakukan dalam berbagai penelitian adalah perusahaan finansial dan non
finansial. Penelitian yang dilakukan oleh Iskandar dan Trisnawati (2010)
membuktikan bahwa klasifikasi industri berpengaruh terhadap audit report lag
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian lainnya
6
dilakukan oleh Courtis (1976), Ashton dan Elliot (1987) dalam Subekti dan
Widiyanti (2004) membuktikan bahwa perusahaan finansial mengalami audit
report lag lebih pendek dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan dalam jenis
industri lain. Hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan finansial tidak memiliki
saldo perusahaan yang cukup signifikan sehingga audit yang dilakukan cenderung
tidak membutuhkan waktu yang lama. Selain itu kebanyakan asset yang dimiliki
adalah berbentuk nilai moneter dehingga lebih mudah diukur bila dibandingkan
dengan aset yang berbentuk fisik.
Beberapa penelitian tentang ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan ke
publik telah dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhinya, namun hasil yang diperoleh berbeda-beda sehingga fenomena
ini menarik untuk diuji kembali. Penelitian-penelitian sebelumnya telah
menemukan bukti empiris bahwa ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik berasal dari internal perusahaan maupun
eksternal.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1) Apakah reputasi KAP berpengaruh pada ketidaktepatwaktuan pelaporan
keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012?
7
2) Apakah profitabilitas berpengaruh pada ketidaktepatwaktuan pelaporan
keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012?
3) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh pada ketidaktepatwaktuan
pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2012?
4) Apakah Good Corporate Governance berpengaruh pada
ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2012?
5) Apakah klasifikasi industri berpengaruh pada ketidaktepatwaktuan
pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2012?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan dari
penelitian ini antara lain :
1) Untuk mengetahui pengaruh reputasi KAP pada ketidaktepatwaktuan
pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2012.
2) Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas pada ketidaktepatwaktuan
pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2012.
3) Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan pada ketidaktepatwaktuan
pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2012.
8
4) Untuk mengetahui pengaruh good corporate governance pada
ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2012.
5) Untuk mengetahui pengaruh klasifikasi industri pada ketidaktepatwaktuan
pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2012.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, yaitu :
1) Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi tambahan ilmu
pengetahuan dan wawasan tentang ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan
kepada publik, serta membantu memperoleh bukti empiris bagi akademis dan
peneliti lain terkait dengan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap
ketidaktepatwaktuan di perusahaan – perusahaan yang terdaftar di BEI.
2) Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi manajemen perusahaan
terutama dalam melakukan pelaporan keuangan tahunan agar tidak terjadi
ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan kepada publik. Disamping itu
penelitian ini dapat memberikan informasi yang membantu pihak – pihak
manajemen perusahaan terkait dengan ketidaktepatwaktuan penyampaian
laporan keuangan tahunan kepada publik.
9
F. Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
F. 1 Landasan Teori
F.1.1 Teori Keagenan
Teori keagenan (agency theory) merupakan dasar yang digunakan
perusahaan untuk memahami corporate governance. Agency Theory menjelaskan
mengenai hubungan kontrak antara dua pihak yaitu prinsipal dan agen (Jensen dan
Meckling, 1976). Prinsipal adalah pemilik perusahaan yang memberikan evaluasi
terhadap kinerja manajer atau agen, untuk dapat bertindak atas nama agen
tersebut. Sedangkan agen adalah manajemen atau manajer yang diberikan
wewenang atas pengelolaan perusahaan oleh prinsipal atau pemilik perusahaan
tersebut.
Menurut Eisenhardt dalam Djakman (2003), yang disebut sebagai prinsipal
dalam agency theory adalah pemegang saham (stakeholder) dan yang disebut agen
adalah manajemen perusahaan. Masalah agensi timbul karena adanya konflik
kepentingan antara stakeholder dan manajer, karena tidak bertemunya utilitas
yang maksimal antara mereka. Konflik kepentingan antara prinsipal dan agen ini
disebut agency problems. Salah satu penyebab adanya agency problems ini
adalah asimetri informasi. Asimetri informasi adalah ketidakseimbangan
informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal tidak memiliki
informasi yang cukup tentang kinerja agen, sebaliknya agen memiliki lebih
banyak informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemilik perusahaan (principal). Sehingga ada kemungkinan besar
10
agen tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik prinsipal (Jensen dan
Meckling, 1976).
Asimetri informasi muncul sebagai akibat adanya distribusi informasi yang
tidak sama antara prinsipal dan agen. Idealnya, prinsipal memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam mengukur tingkat hasil yang diperoleh dari usaha agen.
Namun dalam kenyataannya, ukuran-ukuran keberhasilan yang dikonsumsi
prinsipal justru tidak dapat menjelaskan hubungan antara keberhasilan yang telah
dicapai, dengan usaha yang telah dilakukan agen. Dalam keadaan yang seperti
itulah laporan keuangan yang disampaikan harus disampaikan dengan segera dan
tepat waktu sehingga dapat mengurangi adanya asimetri informasi (Kim dan
Verrechia dalam Sulistyo, 2010).
F.1.2 Teori Kepatuhan
Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan
aturan. Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatwaktuan dalam penyampaian
laporan keuangan tahunan perusahaan go public di Indonesia telah diatur dalam
Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dan selanjutnya diatur
dalam Peraturan Bapepam tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan
Berkala. Peraturan-peraturan tersebut secara hukum memberikan isyarat adanya
kepatuhan setiap perilaku individu maupun perusahaan publik yang terlibat di
pasar modal Indonesia untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan
perusahaan secara tepat waktu kepada Bapepam. Hal ini sesuai dengan teori
kepatuhan (compliance theory)
11
Regulasi adalah salah satu norma atau hukum yang patut dipatuhi.
Regulasi diasumsikan harus diperoleh oleh suatu industri tertentu dan dirancang
serta dioperasikan terutama untuk kepentingan pribadi (Belkaoui, 2006:175).
Terdapat 2 kategori utama dalam regulasi yaitu.
1) Teori-teori kepentingan publik
Teori ini berpendapat bahwa regulasi diberikan sebagai jawaban atas
permintaan publik. Teori ini dibuat untuk memberikan perlindungan dan
kebaikan bagi masyarakat umum.
2) Kelompok yang berkepentingan atau teori-teori tangkapan.
Teori ini berpendapat bahwa regulasi diberikan sebagai jawaban atas
permintaan dari kelompok dengan kepentingan khusus, dengan tujuan untuk
memaksimalkan laba.
Teori kepatuhan akan mendorong seseorang untuk lebih mematuhi
peraturan yang berlaku. Pemerintah atau badan Bapepam-LK menetapkan regulasi
batas waktu penyampaian pelaporan keuangan. Peraturan Bapepam Nomor X.K.2
akan mendorong pula seluruh perusahaan go public untuk mempublikasikan
laporan keuangannya tepat waktu sebagai implementasi dari teori kepatuhan yang
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan go public.
F.1.3 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan utama kepada pihak-pihak diluar perusahaan (Kieso, 2007:2). Menurut
Astika (2010:91) Laporan Keuangan merupakan proses akumulasi, analisis,
12
penyusunan, dan publikasi sejumlah informasi mengenai aspek ekonomis suatu
entitas. Informasi dalam laporan keuangan sangat penting karena digunakan
sebagai pengambilan keputusan oleh prinsipal dan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya. Laporan keuangan harus disajikan secara wajar dan
sesuai dengan standar yang berlaku di tiap – tiap negara.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012:1) laporan keuangan
merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya
meliputi neraca, laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, dan laporan arus
dana). Sedangkan menurut Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1
laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan umum laporan keuangan adalah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,
laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: (1) aset;
(2) kewajiban; (3) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; (5)
kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;
dan (6) arus kas dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Informasi tersebut
beserta informasi lainnya terdapat dalam catatan atas laporan keuangan,
membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan
13
khususnya dalam hal waktu dan diperolehnya kas dan setara kas. Sedangkan
tujuan utamanya yakni memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan ekonomis. Para pemakai laporan keuangan akan menggunakannya
untuk meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan yang timbul
dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Sehingga diharapkan laporan
keuangan yang disajikan pada waktu yang tepat (timeliness), yaitu secepat
mungkin dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan
keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan
keputusan tersebut.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012:3) tujuan laporan keuangan
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Pengguna informasi keuangan harus mendapatkan informasi yang mereka
perlukan secara cepat pada saat mereka dalam posisi sebagai pembuat keputusan
(Dogan, Caskun dan Celik, 2007). Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
menyebutkan empat karakteristik kualitatif pokok dalam laporan keuangan :
1) Dapat dipahami
Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya
untuk segera dipahami oleh pemakai. Guna mencapai maksud ini,
diasumsikan pemakai memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi
dengan ketekunan yang wajar.
14
2) Relevan
Informasi disebut relevan ketika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pemakai. Agar relevan, informasi harus dapat digunakan untuk mengevaluasi
masa lalu, masa sekarang, dan masa mendatang (predictive value),
menegaskan atau memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya (feedback
value), juga harus tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan sebelum
mereka kehilangan kesempatan atau untuk mempengaruhi keputusan yang
diambil (timeliness).
3) Keandalan
Informasi disebut andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang
tulus dan jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau
yang dapat disajikan secara wajar.
4) Dapat dibandingkan
Identifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan laporan
keuangan perusahaan antar periode hendaknya dapat diperbandingkan oleh
pemakai. Dengan demikian pemakai dapat memperoleh informasi tentang
kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan
perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut.
Dari pemaparan di atas, yang terpenting adalah laporan keuangan harus
disajikan tepat pada waktunya. Walaupun laporan keuangan yang disajikan
lengkap dan telah memenuhi PABU, apabila laporan tersebut tidak disajikan tepat
15
waktu maka akan tetap kehilangan nilai dari informasi yang disajikan dalam
laporan tersebut.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan tahun 2012, terdapat beberapa
kendala informasi yang relevan, yaitu :
1) Tepat Waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka
informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.
2) Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat
Manfaat yang dihasilkan dari informasi laporan keuangan seharusnya melebihi
biaya penyusunanny. Biaya tersebut harus dipikul oleh pengguna informasi
yang menikmati manfaat (yang menjadi tujuan informasi). Namun seringkali
manfaat dari laporan keuangan juga dinikmati oleh pengguna lai yang tidak
memikul biaya penysunannya.
3) Keseimbangan di antara Karakteristik Kualitatif
Dalam praktik, seringkali laporan keuangan yang dihasilkan belum memenuhi
karakteristik dari standar yang ditetapkan.
4) Penyajian Wajar
Laporan keuangan yang wajar adalah laporan keuangan yang disajikan sesuai
dengan kejadian dan prinsip akuntansi. Namun dalam praktik, karena terdapat
motif diluar tujuan laporan keuangan yang semestinya, maka penyajian
laporan keuangan menjadi tidak wajar.
16
Sehingga diharapkan laporan keuangan yang disajikan pada waktu yang
tepat (timeliness), yaitu sedini mungkin dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya
pengambilan keputusan tersebut (Widati dan Septy, 2008).
F.1.3 Peraturan Pelaporan Keuangan di Indonesia
Setiap perusahaan yang go public memiliki kewajiban untuk
menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi
keuangan dan telah diaudit secara tepat waktu. Peraturan Bapepam Nomor X.K.2
Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-36/PM/2003 sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-346/BL/2011
tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan tahunan wajib disertai dengan
laporan akuntan dalam rangka audit atas laporan keuangan dan disampaikan
kepada Bapepam-LK selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari)
setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
Adapun ketentuan umum atas penyampaian laporan keuangan berkala
emitmen atau perusahaan publik sesuai peraturan Bapepam-LK Nomor X.K.2,
yaitu :
1) Laporan keuangan berkala yang dimaksud dalam peraturan ini adalah
laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan tengah tahunan Emitmen
atau perusahaan publik.
2) Setiap Emiten dan Perusahaan Publik yang pernyataan pendaftarannya telah
menjadi efektif wajib menyampaikan laporan keuangan berkala kepada
17
Bapepam dan LK sebanyak 2 (dua) eksemplar, paling sedikit satu eksemplar
dalam bentuk asli, dan disertai dengan laporan dalam format elektronik (soft
copy).
3) Laporan keuangan lengkap yang wajib disampaikan ke Bapepam dan LK
terdiri dari:
a. laporan posisi keuangan (neraca);
b. laporan laba rugi komprehensif;
c. laporan perubahan ekuitas;
d. laporan arus kas;
e. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang
disajikan ketika Emiten dan Perusahaan Publik menerapkan
suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat
penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika
Emiten dan Perusahaan Publik mereklasifikasi pos-pos dalam
laporan keuangannya; dan
f. catatan atas laporan keuangan.
4) Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang efeknya tercatat di Bursa Efek di
Indonesia dan di Bursa Efek di negara lain, maka laporan keuangan berkala
yang disampaikan kepada Bapepam dan LK wajib memuat informasi yang
sama dengan Laporan Keuangan berkala yang disampaikan kepada otoritas
pasar modal di negara lain tersebut dan paling sedikit memenuhi ketentuan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam dan LK yang terkait dengan
penyajian dan pengungkapan laporan keuangan.
18
Sedangkan ketentuan khusus, penyampaian laporan keuangan tahunan,
yaitu:
1) Laporan keuangan tahunan wajib disajikan secara perbandingan dengan
periode sebelumnya.
2) Laporan keuangan tahunan wajib disertai dengan laporan Akuntan dalam
rangka audit atas laporan keuangan.
3) Laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam dan LK dan
diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah
tanggal laporan keuangan tahunan.
4) Dalam hal Emitmen atau Perusahaan Publik telah menyampaikan laporan
tahunan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor X.K.6 sebelum batas
waktu penyampaian laporan keuangan tahunan, maka Emitmen atau
Perusahaan Publik tersebut tidak diwajibkan menyampaikan laporan keuangan
tahunan secara tersendiri.
5) Pengumuman laporan keuangan tahunan sebagaimana dimaksud dalam butir 3
wajib dilakukan dalam paling sedikit satu surat kabar harian berbahasa
Indonesia yang berperedaran nasional.
F.1.4 Pengertian Auditing
Pengertian Auditing menurut Arens et al (2006) adalah akumulasi dan
evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat
kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus
dilakukan orang yang kompeten dan independen. Sedangkan menurut Mulyadi
19
(2002:9) auditing adalah sebagai suatu proses yang sistematis dalam memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan pernyataan
tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menentukan
tingkat hubungan antara pernyatan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang
ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya dengan pihak-pihak yang
berkepentingan.
Audit laporan keuangan (Financial Statement Audit) dilakukan oleh
auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh klien, untuk
menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Auditor
independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan
prinsip akuntansi berlaku umum (Arens et al, 2006).
Salah satu kriteria profesionalisme seorang auditor adalah ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan auditan. Kondisi seperti ini menimbulkan
dilemma bagi auditor, karena seorang auditor harus menyajikan laporan keuangan
auditan tepat waktu tanpa mengurangi kualitas hasil laporan keuangan auditan.
Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada
masyarakat umum dan kepada Bapepam tergantung dari lamanya auditor dalam
menyelesaikan pekerjaan auditnya. Semakin cepat pekerjaan audit selesai maka
semakin cepat pula informasi di publikasikan (Wijaya, 2012 dalam Wardhani,
2013).
20
F.1.5 Ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan
Menurut Scott (2003) dalam Rachmawati (2008) mendefinisikan informasi
sebagai bukti yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi keputusan
individual. Ketepatan waktu diartikan bahwa informasi harus disampaikan sedini
mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.
Owusu & Ansah (2000) berpendapat secara konseptual yang dimaksud
dengan ketepatan waktu adalah kualitas ketersediaan informasi pada saat yang
diperlukan atau kualitas informasi yang baik dilihat dari segi waktu. Menurut
Givoly & Palmon (1982) dalam Hidayah (2008) menyatakan bahwa ketepatan
waktu pelaporan keuangan merupakan alat yang signifikan dalam memprediksi
kesuksesan suatu perusahaan disamping beberapa faktor finansial lainnya maupun
pertimbangan mengenai karakteristik pasar.
Pada tanggal 5 Juli 2011 Bapepam mengeluarkan peraturan Nomor X.K.2,
Lampiran keputusan ketua Bapepam Nomor: Kep/346/BL/2011 Mengenai
Kewajiban Penyampaian Keuangan Berkala, laporan keuangan harus disertai
dengan laporan akuntan dengan pendapat lazim dan disampaikan kepada
Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal
laporan keuangan tahunan. Maka pengungkapan yang melewati batas waktu
tersebut sudah tidak mempunyai atau kehilangan manfaatnya dalam pengambilan
keputusan.
21
Salah satu kewajiban perusahaan yang sudah go public adalah
mempublikasikan laporan keuangannya agar pihak-pihak yang berkepentingan
bisa mengetahui posisi keuangan perusahaan tersebut. Tetapi, tidak semua
perusahaan dapat mempublikasikannya tepat waktu. Keterlambatan pelaporan
keuangan mengindikasikan adanya masalah dalam pelaporan keuangan emiten
sehingga memerlukan waktu penyelesaian lebih lama. Keterlambatan pelaporan
keuangan dapat disebabkan karena perusahaan berusaha untuk mengumpulkan
informasi yang banyak untuk menjamin keandalan dari laporan keuangan (Savitri,
2010). Informasi yang tidak tepat waktu memang tidak menjamin bahwa
informasi tersebut pasti merupakan informasi yang relevan. Apabila informasi
disampaikan dengan tidak tepat waktu maka menyebabkan nilai dari informasi
tersebut berkurang dalam pengambilan keputusan untuk dasar penentuan tindakan
pada masa yang akan datang. Maka poin penting dari konsep tersebut adalah
apabila tidak tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan kepada publik.
F.1.6 Reputasi KAP
Perusahaan dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi akan
kinerja perusahaan kepada publik agar akurat dan terpercaya diminta untuk
menggunakan jasa KAP dan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan
tersebut, Hal ini biasanya ditunjukkan dengan kantor akuntan publik yang
berafiliasi dengan kantor akuntan publik besar yang berlaku universal yang
dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4). Perusahaan
22
menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik. Adapun
kategori the big four di Indonesia yaitu:
1) KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi
Sutanto & Rekan, Haryanto Sahari & Rekan, Tajudierdja Wibisana & rekan.
2) KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP
Sidharta, Widjaja & Rekan.
3) KAP Ernest & Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Purwantono,
Suherman dan Surya.
4) KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Osman
Bing Satrio & Rekan
KAP the big four memiliki pendapatan yang jauh lebih besar daripada
KAP non the big four. Pendapatan yang besar mampu mempekerjakan lebih
banyak staf auditor di level junior, senior maupun manajer lebih banyak daripada
KAP non the big four. KAP the big four juga memiliki sumber daya yang lebih
besar pula memungkinkan KAP the big four untuk melakukan tinjauan proses
audit untuk kedua kalinya apabila diperlukan. Penelitian sebelumnya sudah
banyak membuktikan bahwa investor memandang bahwa KAP the big four lebih
kredibel dan berkualitas dibandingkan dengan KAP non the big four. Seperti
penelitian DeAngelo (1981) dalam Oktorina dan Suharli (2005) menyimpulkan
bahwa KAP yang lebih besar dapat diartikan kualitas audit yang dihasilkan pun
lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa perusahaan yang memakai jasa kantor akuntan publik (KAP) besar
cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya.
23
Kualitas audit tergantung dari auditor yang mengaudit tergolong dalam
Kantor Akuntan Publik (KAP) the big four atau KAP non the big four. Utari dan
Syaiful (2008) menyimpulkan bahwa KAP yang lebih besar dapat diartikan
kualitas audit yang dihasilkan pun lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil.
Perusahaan yang laporan keuangannya diaudit oleh auditor yang tergolong dalam
KAP the big four cenderung lebih cepat dalam menyampaikan laporan
keuangannya ke publik. Hasil penelitian Utari & Syaiful (2008) menunjukkan
bahwa kualitas KAP berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan ke publik. Maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memakai
jasa KAP besar cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan
keuangannya kepada publik.
F.1.7 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan
untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka
semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi
perusahaannya (Hilmi dan Ali, 2008). Menurut Sumadji dan Pratama (2006)
profitabilitas adalah kemungkinan yang diprediksi untuk mendatangkan
keuntungan atau laba. Tingkat profitabilitas perusahaan dapat diukur melalui rasio
profitabilitas.
Semakin tinggi rasio profitabilitas maka laba yang dihasilkan semakin
besar. Dyer dan Mc Hugh (1975) menyatakan bahwa perusahaan yang
24
memperoleh laba cenderung tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya
dibandingkan perusahaan yang mengalami kerugian. Perusahaan yang mengalami
rugi operasional telah meminta auditornya untuk menjadwalkan pengauditan lebih
lambat dari biasanya, sementara bagi perusahaan yang memiliki profitabilitas
tinggi cenderung mengharapkan penyelesaian audit secepat mungkin sehingga
mampu mengumumkan laporan keuangan tahunan yang telah di audit ke publik
secara tepat waktu (Widaty dan Septy, 2008).
F.1.8 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan sebagai salah satu karakteristik perusahaan telah
banyak diujikan dalam berbagai pebelitian. Terkait dengan ketepatan waktu
laporan keuangan tahunan ukuran perusahaan juga merupakan fungsi dari
kecepatan pelaporan keuangan, karena semakin besar perusahaan maka akan
melaporkan dengan lebih cepat akibat perusahaan besar lebih banyak memiliki
sumber informasi. Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total
nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan
sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut makan semakin besar pula
ukuran perusahaan itu (Hilmi dan Ali, 2008).
Manajemen perusahaan berskala besar cenderung diberikan insentif untuk
mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor
secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Oleh karena
itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung mengalami tekanan
25
eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit lebih awal. Ukuran
perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di
dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mangenai
pentingnya informasi, baik bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan
(Almilia dan Setiady, 2006:4). Perusahaan yang lebih besar memiliki
pengendalian internal yang lebih kuat dan akan mengurangi kecenderungan
kesalahan pelaporan keuangan yang mungkin terjadi dan memampukan auditor
untuk mengendalikan pengendalian yang lebih luas serta melakukan pekerjaan
intern.
Nuryaman (2009) menyatakan bahwa perusahaan berukuran besar
memiliki basis pemegang kepentingan lebih luas sehingga berbagai kebijakan
perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Semakin besar perusahaan, maka
perusahaan akan menghadapi tuntutan lebih besar dari para stakeholder untuk
menyajikan laporan keuangan yang lebih transparan dan lebih tepat waktu.
F.1.9 Good Corporate Governance
Good Corporate Governance merupakan suatu proses dan struktur yang
digunakan oleh organisasi perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan usaha
dan akuntabilitas perusahaan. Secara prinsip Good Corporate Governance
menyangkut kepentingan para pemegang saham. Perlakuan yang sama terhadap
para pemegang saham, peranan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)
26
dalam Good Corporate Governance, transparansi dan penjelasan serta peranan
Dewan Komisaris dan Komite Audit. Good Corporate Governance dapat pula
diartikan sebagai mekanisme pengelolaan perusahaan untuk memastikan bahwa
tindakan manajemen akan selalu diarahkan pada peningkatan nilai perusahaan
(Baridwan, 2003).
Pengungkapan dan transparansi adalah salah satu prinsip GCG yang
diikuti banyak negara termasuk Indonesia (Gunarsih dan Bambang, 2008). Prinsip
ini menyebutkan bahwa kerangka corporate governance harus memastikan bahwa
pengungkapan yang tepat waktu dan akurat dibuat untuk semua urusan yang
berkaitan dengan situasi keuangan, kinerja, kepemilikan dan corporate
governance. Ezat & El-Masry (2008) menguji faktor yang mempengaruhi
ketepatan waktu dari pelaporan internet perusahaan Mesir. Variabel yang
digunakan salah satunya yaitu corporate governance. Hasil menunjukkan
hubungan signifikan antara ketepatan pelaporan internet dengan struktur
kepemilikan, komposisi dewan dan ukuran dewan serta perusahaan dalam sektor
jasa yang mempunyai proporsi komisaris independen, jumlah besar direktur akan
mengungkapkan informasi lebih tepat waktu pada website.
Dalam penelitian ini, good corporate governance diproksikan dengan
komite audit. Keberadaan komite audit dapat dijadikan tolak ukur bagi suatu
perusahaan, apakah sudah melaksanakan good corporate governance atau belum.
1) Komite Audit
Komite audit adalah salah satu pilar penting dalam penerapan good
corporate governance, karena dalam menelaah laporan keuangan komite audit
27
diikutsertakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa komite audit memiliki peranan
penting dalam mengawasi berbagai ospek organisasi. Jama’an (2008:15)
mengemukakan bahwa komite audit merupakan badan yang dibentuk oleh dewan
direksi untuk mengaudit operasi dan keandalan. Badan ini bertugas memilih dan
menilai kinerja perusahaan kantor akuntan publik. Tjager dkk (2003) menyatakan
bahwa pengertian komite audit adalah salah satu komite yang dibentuk oleh
dewan komisaris dan bertanggungjawab kepada dewan komisaris dengan tugas
dan tanggungjawab utama untuk memastikan prinsip-prinsip good corpotare
governance terutama transparansi dan disclousure diterapkan secara konsisten
dan memadai oleh para eksekutif. Dalam Purwati (2006) menyatakan bahwa
dalam ruang lingkup corporate governance, tanggung jawab komite audit adalah
untuk menyediakan keyakinan (assurance) bahwa perusahaan secara wajar patuh
terhadap hukum dan peraturan yang berhubungan, mengarahkan dan mengelola
usahanya secara etis, dan mempertahankan pengendalian yang efektif terhadap
konflik kepentingan antar pekerja dan kecurangan (fraud).
Menurut peraturan Nomor IX.I.5 dalam lampiran keputusan ketua
Bapepam dan LK Nomor : Kep-643/BL/2012 tentang Pedoman dan Pelaksanaan
Kerja Komite Audit yang dimaksud dengan komite audit adalah komite yang
dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu
melaksanakan tugas dan fungsi Dewan KomisarisKeberadaan komite audit pada
perusahaan publik di Indonesia secara resmi dimulai sejak bulan Juli 2000 yang
ditandai dengan keluarnya Keputusan Direksi BEJ No: Ke-315/BEJ/06/2000
perihal: Peraturan Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa. Pada peraturan
28
tersebut dinyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) wajib memiliki komisaris
independen, komite audit, sekretaris perusahaan, keterbukaan dan standar laporan
keuangan per sektor.
Berdasarkan peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.I.5 terdapat
struktur dan Keanggotaan dari Komite Audit, yaitu :
1) Komite Audit paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal
dari Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan
Publik.
2) Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen.
3) Komisaris Independen wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan
tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau
mengawasi kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik tersebut dalam
waktu 6 (enam) bulan terakhir;
2. tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada
Emiten atau Perusahaan Publik tersebut; tidak mempunyai hubungan
Afiliasi dengan Emiten atau Perusahaan Publik, anggota Dewan
Komisaris, anggota Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten atau
Perusahaan Publik tersebut; dan
29
3. tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau
Perusahaan Publik tersebut.
F.1.10 Klasifikasi Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan ekonomi manusia mengolah
bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang
memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Pengklasifikasian industri
didasarkan pada kriteria yaitu bahan baku, modal, tenaga kerja, barang yang
dihasilkan, daerah pemasaran, jenis teknologi yang digunakan, serta departemen
perindustrian.
Klasifikasi Industri yang berbeda-beda dapat menyebabkan perbedaan
jangka waktu publikasi laporan keuangan. Dalam penelitian ini, klasifikasi
industri didasarkan pada industri maufaktur dan industri non manufaktur.
Penglompokan industri ke dalam jenis industri manufaktur dan non manufaktur
dipilih karena industri manufaktur merupakan industri manufaktur memiliki
kompleksitas yang tinggi dalam menjalankan operasional usahanya. Menurut
Trisnawati dan Alvin (2010) perusahaan non manufaktur biasanya mengumumkan
laporan keuangannya lebih cepat karena perusahaan non manufaktur tidak
memiliki aktiva persediaan fisik dalam jumlah signifikan yang harus diaudit.
Sementara perusahaan industri manufaktur dalam mengumumkan laporan
keuangannya akan lebih lambat karena adanya persediaan fisik yang harus diaudit.
30
Pada umumnya persediaan fisik yang dimaksud dalam industri manufaktur seperti
mesin dan peralatan untuk proses kegiatan bisnis perusahaan.
F.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Terdapat banyak penelitian yang terkait dengan penelitian ini.
Penelitian tersebut diantaranya:
1) Penelitian yang dilakukan oleh Owusu dan Ansah (2000) yang meneliti
ketepatan waktu pelaporan keuangan dari 47 perusahaan di Zimbabwe, yang
menguji variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, gearing (kecepatan), item
luar biasa, bulan dari akhir tahun keuangan, kompleksitas operasi perusahaan
dan umur perusahaan. Hasil penelitiannya menemukan bukti empiris bahwa
ukuran perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan, umur perusahaan dan
bulan dari akhir tahun keuangan berpengaruh terhadap audit reporting lead
time. Kemudian ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan dan audit
reporting lead time mempengaruhi kecepatan perusahaan dalam
mengumumkan pendapatan awalnya, tetapi hanya ukuran perusahaan yang
mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan akhir tahun
yang telah diaudit.
2) Wirakusuma (2010) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan di PT Bursa Efek Indonesia.
Variabel independen yang digunakan adalah profitabilitas, solvabilitas,
reputasi auditor, ukuran perusahaan dan kandungan laba. Sedangkan variabel
31
kontrolnya adalah jenis industri. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan
hanya variabel reputasi auditor dan ukuran perusahaan yang berpengaruh
secara signifikan terhadap ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan.
3) Fauzia (2012) melakukan penelitian dengan pengujian regresi logistik
membuktikan hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan di perusahaan-perusahaan sektor infrastruktur,
utilitas, dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-
2011 adalah ukuran perusahaan, debt to equity ratio (DER), kompleksitas
operasi dan reputasi KAP.
4) Penelitian yang dilakukan Rachmawati (2008) untuk mengetahui pengaruh
faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap audit delay dan ketepatan
waktu laporan keuangan. Faktor internal dalam penelitian ini adalah
profitabilitas, solvabilitas, internal auditor dan ukuran perusahaan. Sedangkan
faktor eksternalnya adalah ukuran KAP. Hasil penelitian tersebut
membuktikan bahwa variabel profitabilitas, solvabilitas, internal auditor,
ukuran perusahaan, dan ukuran KAP berpengaruh terhadap audit delay dan
ketepatan waktu laporan keuangan.
5) Hilmi dan Ali (2008) menguji dengan regresi logistik memperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta periode tahun 2004 sampai dengan 2006 adalah profitabilitas,
likuiditas, kepemilikan publik, dan reputasi KAP. Sedangkan variabel
leverage keuangan, ukuran perusahaan, dan opini auditor tidak mempunyai
32
pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan.
6) Almilia & Setiady (2006) meneliti bukti empiris tentang faktor yang
mempengaruhi penyelesaian laporan keuangan serta menguji faktor dalam
penelitian seperti: ukuran perusahaan, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas,
rasio likuiditas, ukuran perusahaan dan item extraordinary. Metode yang
digunakan untuk menguji hipotesis yaitu regresi berganda. Hasil menunjukkan
faktor yang mempengaruhi penyelesaian laporan keuangan yaitu ukuran
perusahaan dan umur perusahaan, sedangkan rasio profitabilitas, rasio
solvabilitas, rasio likuiditas dan item extraordinary tidak mempengaruhi
penyelesaian laporan keuangan.
F.3 Hipotesis Penelitian
F.3.1 Hubungan Reputasi KAP dengan Ketidaktepatwaktuan Pelaporan
Keuangan
Suatu laporan keuangan atau informasi akan kinerja perusahaan harus
dapat disajikan dengan akurat dan terpercaya. Oleh karena itu, perusahaan
kemudian menggunakan jasa kantor akuntan publik (KAP) untuk melaksanakan
pekerjaan audit terhadap laporan keuangan perusahaan. Untuk meningkatkan
kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan jasa kantor akuntan publik
yang mempunyai reputasi atau nama baik. Reputasi KAP dapat menunjukkan
kualitas auditor. Kualitas auditor dapat diketahui dari besarnya perusahaan audit
yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan, apakah berstandar
33
pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berafiliasi dengan kantor akuntan publik
besar yang dikenal dengan the big four atau non the big four. Hal ini
menimbulkan pendapat bahwa perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan
publik the big four cenderung lebih cepat menyelesaikan auditnya bila
dibandingkan perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik non the big
four. Loeb (1971) dalam Hilmi dan Ali (2008) menyebutkan bahwa kantor
akuntan publik besar memiliki akuntan yang berperilaku lebih etikal daripada
akuntan di kantor akuntan publik kecil. Dengan demikian, kantor akuntan yang
besar lebih memiliki reputasi yang baik dalam melakukan pekerjaan audit dan
memberikan opini publik.
Fauzia (2012) telah membuktikan bahwa reputasi KAP memiliki pengaruh
signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan-
perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2007-2011. Saputri (2012) dalam penelitiannya tentang
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di BEI menyatakan bahwa reputasi KAP berpengaruh
terhadap audit delay. Namun dalam penelitian yang dilakukan Sianipar (2010)
menyatakan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap audit
delay. Dengan demikian maka hipotesis peneletian ini adalah sebagai berikut.
H1 : Reputasi KAP berpengaruh pada ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan.
34
F.3.2 Hubungan Profitabilitas dengan Ketidaktepatwaktuan Pelaporan
Keuangan
Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu
perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat
penjualan, asset dan modal saham tertentu. Penelitian Indriyani dan Supriyati
(2012) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh dalam publikasi
laporan keuangan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas rendah atau dengan
kata lain mengalami kerugian cenderung akan menunda publikasi atas laporan
keuangan karena kerugian merupakan kabar buruk yang akan berdampak negatif
pada perusahaan seperti penurunan permintaan akan saham yang diterbitkan.
Seperti yang dikemukakan Owusu dan Ansah (2000) dalam Oktarina dan
Suharli (2005) bahwa profitabilitas dapat mempengaruhi perilaku ketepatan waktu
pelaporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan yang mampu menghasilkan laba
cenderung lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya dibandingkan
perusahaan yang mengalami kerugian. Demikian pula hasil penelitian Lianto dan
Kusuma (2010) bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap audit report lag pada
perusahaan consumer goods dan perusahaan multifinance yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2004 sampai 2008. Dengan demikian hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut.
H2 : Profitabilitas berpengaruh pada ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan.
35
F.3.3 Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Ketidaktepatwaktuan
Pelaporan Keuangan
Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran
perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aset, total penjualan, kapitalisasi
pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut
maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu.
Hasil penelitian Sulistyo (2010) membuktikan bahwa variabel ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan. Hasil penelitian ini juga mendukung landasan teori yang ada yang
menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan tersebut
akan lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan, karena semakin
besar perusahaan, semakin banyak memiliki sumber daya, lebih banyak staf
akuntansi dan sistem informasi yang canggih serta memiliki sistem pengendalian
intern yang kuat sehingga akan semakin cepat dalam penyelesaian laporan
keuangan. Selain itu, perusahaan besar juga akan lebih tepat waktu dalam
penyampaian laporan keuangan untuk menjaga image atau citra perusahaan di
mata publik. Penelitian Kartika (2009) menunjukkan bahwa total aset mempunyai
pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Semakin
besar total aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka semakin kecil audit
delaynya. Manajemen dengan skala besar cenderung diberikan insentif untuk
mempercepat penerbitan laporan keuangan auditan disebabkan perusahaan
berskala besar dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan
pemerintah sehingga cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi
36
untuk mengumumkan laporan keuangan auditan lebih awal. Berdasarkan
penjelasan tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.
H3 : Ukuran Perusahaan berpengaruh pada ketidaktepatwaktuan pelaporan
keuangan
F.3.4 Hubungan Good Corporate Governance dengan Ketidaktepatwaktuan
Pelaporan Keuangan
Good Corporate Governance adalah prinsip yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta
kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para
shareholder khususnya dan stakeholder pada umumnya. Salah satu komponen
GCG yang berperan penting dalam sistem pelaporan keuangan adalah komite
audit. Komite audit bertugas mengawasi partisipasi manajemen dan auditor
independen dalam proses pelaporan keuangan perusahaan.
Pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan bagi perusahaan publik
untuk mencapai good corporate governance antara lain Keputusan Bapepam dan
LK Nomor : Kep-643/BL/2012 dengan mensyaratkan bahwa setiap perusahaan go
public di Indonesia wajib membentuk komite audit dengan anggota paling kurang
3 (tiga) orang yang berasal dari komisaris independen dan pihak dari luar emitmen
atau perusahaan publik. Namun jumlah keanggotaan tiga sampai lima merupakan
jumlah yang cukup ideal (Wijaya, 2012).
37
Menurut Wardhani (2013) bahwa keberagaman jumlah komite audit pada
perusahaan publik di Indonesia bermacam-macam, hal ini yang menimbulkan
persepsi bahwa semakin banyak anggota komite audit dapat lebih cepat dalam
menemukan serta menyelesaikan potensi masalah yang terjadi dalam proses
pelaporan keuangan sehingga dapat mengurangi keterlambatan publikasi laporan
keuangan. Didukung dengan penelitian oleh Wijaya (2012) menunjukan bahwa
jumlah anggota komite audit dan kompetensi anggota komite audit mempunyai
pengaruh signifikan dalam mengurangi audit report lag. Berdasarkan penjelasan
tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.
H4 : Good Corporate Governance berpengaruh pada ketidaktepatwaktuan
pelaporan keuangan.
F.2.5 Pengaruh Klasifikasi Industri Pada Ketidaktepatwaktuan Pelaporan
Keuangan
Pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu
berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi
yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara
tersebut. Karakteristik industri yang berbeda-beda dapat menyebabkan perbedaan
rentang waktu dalam proses pelaksanaan audit maupun dalam publikasi laporan
keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Iskandar dan Trisnawati (2010)
membuktikan bahwa klasifikasi industri berpengaruh terhadap audit report lag di
38
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan penjelasan
tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.
H5 : Klasifikasi Industri berpengaruh pada ketidaktepatwaktuan pelaporan
keuangan.
G. Metode Penelitian
G.1 Desain Penelitian
G.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengakses
situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id. Penelitian dilakukan pada perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012 dan karena BEI adalah satu-satunya
pasar modal yang ada di Indonesia saat ini.
39
Ketidaktepatwaktuan
Reputasi KAP
Ukuran Perusahaan
Profitabilitas
Good corporate governance
Klasifikasi Industri
G.3 Objek Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah publikasi pelaporan
keuangan pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012
khususnya publikasi laporan keuangan auditan perusahaan yang tidak tepat waktu.
Ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan dapat diamati pada tanggal publikasi
laporan keuangan tahunan perusahaan.
G.4 Identifikasi Variabel
Variabel-variabel yang diidentifikasi dalam penelitian ini dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
1) Variabel bebas atau independent variabel merupakan variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat) (Sugiyono, 2009:33). Variabel bebas dalam penelitian ini
antara lain: reputasi KAP, profitabilitas, ukuran perusahaan, good corporate
governance dan klasifikasi industri.
2) Variabel terikat atau dependent variabel merupakan variabel yang dipengaruhi
atau menjadi akibat karena adanya variabel-variabel bebas (Sugiyono,
2009:33). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ketidaktepatwaktuan.
40
G.5 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah definisi yang diberikan untuk tiap-tiap variabel
baik variabel dependen maupun independen. Berikut ini disajikan definisi
operasional dari masing-masing variabel.
1) Ketidaktepatwaktuan
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ketidaktepatwaktuan.
Ketepatwaktuan adalah rentang waktu pengumuman laporan keuangan
tahunan yang telah diaudit kepada publik yaitu lamanya hari yang dibutuhkan
untuk mengumumkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit ke publik,
sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan (31 Desember) sampai tanggal
penyerahan ke Bapepam (paling lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya)
yang diukur berdasarkan lamanya hari dari tanggal tutup tahun buku
perusahaan sampai dengan tanggal penyerahan laporan auditan ke Bapepam,
yang dianggap sebagai tanggal pengumuman ke publik.
2) Reputasi KAP
Reputasi KAP yang digunakan perusahaan dalam mengaudit laporan
keuangan dapat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangannya. Untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangannya,
perusahaan menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik.
Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. KAP
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu KAP the big four atau non the big four.
Untuk perusahaan yang berafiliasi dengan KAP the big four diberi kode 1,
sedangkan untuk KAP non the big four diberi kode 0.
41
3) Profitabilitas
Profitabilitas diukur dengan Return On Asset (ROA) yakni ratio antara laba
bersih setelah pajak dengan total aktiva. ROA digunakan karena berhubungan
dengan laba rugi yang relevan dengan ketidaktepatwaktuan seperti yang telah
dijelaskan dibandingkan dengan rasio lainnya.
ROA = Laba Bersih Setelah Pajak x 100% Total Aset
4) Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana dapat
diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain
dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada penelitian
ini, ukuran perusahaan diproksikan dengan menggunakan Ln total asset.
Penggunaan natural log (Ln) dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mengurangi fluktuasi data yang berlebih. Jika nilai total asset langsung
dipakai begitu saja maka nilai variabel akan sangat besar, miliar bahkan
triliun. Dengan menggunakan natural log, nilai miliar bahkan triliun tersebut
disederhanakan, tanpa mengubah proporsi dari nilai asal yang sebenarnya.
5) Good Corporate Governance
Good Corporate Governance sebagai proses dan struktur yang digunakan
untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan aktivitas perusahaan ke arah
peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Dalam
penelitian ini GCG dengan proksi komite audit. Komite audit merupakan
komite yang dibentuk oleh dewan direksi yang bertugas melaksanakan
42
pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan audit ekstern
(Emirzon, 2007). Komite audit diukur dengan variabel dummy, nilai 1 jika ada
komite audit dan 0 sebaliknya.
6) Klasifikasi Industri
Klasifikasi Industri yang berbeda-beda dapat menyebabkan perbedaan jangka
waktu publikasi laporan keuangan. Dalam penelitian ini, klasifikasi industri
didasarkan pada industri manufaktur dan industri non manufaktur. Klasifikasi
industri diukur dengan variabel dummy. Jika perusahaan merupakan jenis
manufaktur diberi angka 1 dan perusahaan non manufaktur diberi angka 0.
G.6 Jenis dan Sumber Data
G.6.1 Jenis data berdasarkan sifatnya
Data berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi data kuantitatif dan data
kualitatif (Sugiyono, 2009). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa laporan keuangan auditan
perusahaan-perushaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012.
Sedangkan data kualitatif dalam penelitian ini berupa daftar nama perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta data mengenai klasifikasi
industri, komite audit dan reputasi KAP.
G.6.2 Jenis data berdasarkan sumbernya
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara, seperti orang lain
43
atau dokumen. Data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012.
G.7 Metode Penentuan Sampel
Populasi penelitian ini adalah Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012. Peneliti menggunakan seluruh Perusahaan sebagai populasi
agar dapat mencakup semua jenis bidang perusahaan yang terdaftar di BEI. Proses
penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu metode
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, dimana anggota-anggota sampel
akan dipilih sedemikian rupa sehingga sampel yang dibentuk tersebut dapat
mewakili sifat-sifat populasi (Sugiyono, 2009:78). Jenis puposive sampling yang
digunakan adalah judgment sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan penilaian
peneliti bahwa yang dipilih adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel
penelitiannya. Sampel yang dipilih memiliki infomasi yang lengkap tentang objek
yang akan diteliti. Kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
adalah:
1) Perusahaan tersebut telah mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang
telah diaudit kepada Bapepam pada tahun 2012.
2) Tahun buku laporan keuangan berakhir pada tanggal 31 Desember.
3) Perusahaan yang tidak melakukan pergantian akuntan publik selama periode
penelitian untuk menghindari bias ketidaktepatwaktuan akibat pergantian
auditor.
4) Perusahaan menggunakan rupiah sebagai mata uang pelaporan.
44
G.8 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode observasi nonpartisipan. Dalam Observasi nonpartisipan peneliti tidak
terlibat dan hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono, 2009). Dalam
penelitian ini metode observasi nonpartisipan adalah dalam bentuk analisis catatan
perusahaan, yaitu annual report dan laporan keuangan audit yang didapat dengan
mengakses situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), situs bapepam
(www.bapepam.go.id) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
G.9 Teknis Analisis Data
Pada penelitian ini, pengujian dilakukan dengan analisis statistik
deskriptif, untuk mengetahui nilai rata-rata, minimun, maksimum dan standar
deviasi dari variabel-variabel yang diteliti. Selain itu, dilakukan uji asumsi klasik
(normality, multicollinearity, heterokedastisitas dan autokorelasi). Pengujian
hipotesis ketidaktepatwaktuan menggunakan analisis regresi berganda, yaitu :
Y = α + β1.X1 + β2.X2 + β3.X3 + β4.X4+ β5.X5 + ε
Keterangan:
Y = ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan
α = nilai konstanta
β1 = koefisien regresi reputasi KAP
β2 = koefisien regresi profitabilitas
β3 = koefisien regresi ukuran perusahaan
β4 = koefisien regresi good corporate governance
β5 = koefisien regresi klasifikasi industri
45
X1 = reputasi KAP
X2 = profitabilitas
X3 = ukuran perusahaan
X4 = good corporate governance
X5 = klasifikasi industri
ε = standar eror
G.9.1 Uji Asumsi Klasik
Untuk memperoleh model regresi yang memberikan hasil Best Linear
Unbiased Estimator (BLUE), model tersebut perlu diuji asumsi klasik dengan
metode Ordinary Least Square (OLS) atau pangkat kuadrat terkecil biasa. Model
regresi dikatakan BLUE apabila memenuhi semua asumsi klasik (Ghozali,
2012:173).
G.9.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menghindari terjadinya bias,
data yang digunakan sebaiknya berdistribusi normal. Uji normalitas juga
melihat apakah model regresi yang digunakan sudah baik. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov
(Ghozali, 2012:116). Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka
probabilitas, dengan ketentuan:
Probabilitas > 0,05: hipotesis diterima karena data berdistribusi normal.
Probabilitas < 0,05: hipotesis ditolak karena data tidak berdistribusi
normal.
46
G.9.1.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2012 :139).
G.9.1.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan menguji apakah dalam regresi
ditemukan adanya korelasi antarvariabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak mengandung korelasi di antara variabel
independen (Ghozali, 2012:105). Pendeteksian keberadaan
multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance
Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan variabel
independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Apabila nilai tolerance di atas 10 persen atau VIF di bawah 10, maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi bebas dari multikolinearitas.
G.9.1.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dimaksudkan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Apabila terjadi
47
korelasi, disinyalir ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul
disebabkan adanya observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi yang lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena ”gangguan”
pada seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi ”gangguan”
pada individu/ kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, maka dilakukan pengujian Durbin-
Watson (DW). Model dikatakan bebas dari autokorelasi jika nilai dw lebih
besar dari nilai du pada tabel (Ghozali, 2012:110).
G.9.2 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan melalui model regeresi linier berganda.
Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah α = 5%.
G.9.2.1 Ketepatan Perkiraan Model
Ketepatan Perkiraan Model (Goodness of Fit) atau Koefisien
Determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
48
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Bila terdapat
nilai adjusted R2 bernilai negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai
nol (Ghozali, 2012:97).
G.9.2.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F bertujuan untuk menunjukan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukan dalam model memiliki pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Cara pengujian dalam
penelitian ini yaitu dengan membandingkan nilai F hasil perhitungan
dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai
F tabel, maka Ho ditolak dan menerima Ha (Ghozali, 2012:98).
G.9.2.3 Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial (Uji t) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel independen. Pengujian secara parsial ini dilakukan dengan
cara membandingkan antara tingkat signifikansi t dari hasil pengujian
dengan nilai signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini (Ghozali,
2012:98). Cara pengujian parsial terhadap variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi t dari masing-masing variabel yang diperoleh
dari pengujian lebih kecil dari nilai signifikansi yang dipergunakan
49
yaitu sebesar 5% maka secara parsial variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen.
2) Jika nilai signifikansi t dari masing-masing variabel yang diperoleh
dari pengujian lebih besar dari nilai signifikansi yang dipergunakan
yaitu sebesar 5% maka secara parsial variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
50
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad Riahi Belkaoui. 2006. Accounting Theory (Teori Akuntansi). Edisi Kelima Jilid Pertama. Jakarta:Salemba Empat.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. 2006. Auditing and Assurance Service. USA: Pearson Education Internasional.
Astika, I.B. Putra. 2010. Teori Akuntansi : Konsep – Konsep Dasar Akuntansi Keuangan, Copyright 2010 Financial Accounting Standards Board.
Astuti, Christina Dwi. 2007. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Laporan Keuangan. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi & Keuangan Publik. 2 Januari. Vol. 1. h: 27-42.
Baridwan, Zaki. 2000. Komite Audit Tidak Melakukan Audit. Auditor Edisi 11/2003. hal 16-17.
Carslaw, C.A.P.N., and Kaplan, S.E. 1991. “An Examination of Audit Delay: Further Evidence from New Zealand”. Accounting and Business Research. Vol.22 (82), (Winter): pp:21-32.
Djakman, dan Chaerul, D., 2003. Manajemen Laba dan Pengaruh Kebijakan Multi Papan Bursa Efek Jakarta. Dalam Makalah Simposium Nasional Akuntansi VI.
Dogan, Caskun dan Celik. 2007. Is Timing of Financial Reporting Related to Firm Performance? – An Examination on Ise Listed Companie International Research Journal of Finance and Economics. ISSN 1450-2887 Isue 12
Dyer, J.D. dan Athur Mc. Hugh. 1975. The Timeliness of The Australian Annual Report. Dalam Journal of Accounting Research, (Autumn): p:204-219.
Emirzon, J. 2007. Good Corporate Governance. Yogyakarta: Lengge Printika.
Ezat, A., & El-Masry, A. 2008. The Impact of Corporate Governance on Timeliness of Corporate Internet Reporting by Egyptian Listed Companies. Managerial Finance , 848-867.
Fauzia, Fitriani. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi.
51
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Gunarsih dan Bambang. 2008. Struktur Corporate Governance dan Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan : Studi Pada Perusahaan Jasa di BEI. Jurnal Keuangan dan Perbankan , 204-216.
Halim, V., 2000, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris Perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.2, No.1, Hal: 63-75.
Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Hidayah, E. 2008. Pengaruh Kualitas Pengungkapan Informasi Terhadap Hubungan Antara Penerapan Corporate Governance dengan Kinerja Perusahaan di Bursa Efek Indonesia. JAAI , 53-64.
Hilmi, Utari dan Syaiful Ali. 2008. ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ)”. Simposium Nasional Akuntansi XI Ikatan Akuntan Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Indah Setyorini, 2008, ‘Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lamanya Penyelesaian Audit (Audit Delay) pada Perusahaan Publik di Indonesia’, Skripsi Sarjana diterbitkan, Universitas Brawijaya Malang.
Indriyani, Rosmawati Endang dan Supriyati. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag Perusahaan Manufaktur di Indonesia dan Malaysia. The Indonesian Accounting Review. Vol. 2, No. 2, Juli 2012. Pp: 185-202.
Iskandar, Meylisa Januar dan Estralita Trisnawati. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag di Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12. No. 3, Desember 2010, hal. 175-186
Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
52
Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Manaferial Behaviour, Agency Costs & Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3(4): p: 305-360.
Kartika, Andi. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Maret 2009. Hal. 1-17
Kieso, Donald E.,et al. 2007. Akuntansi Intermediate. Edisi kesepuluh Jilid 1. Diterjemahkan oleh Emil Salim. Jakarta: Penerbit Erlangga
Mulyadi. 2002. Auditing (Pengauditan), Buku I Edisi ke-enam, PT. Salemba Empat : Surabaya
Nahdiah, Nadah, 2009, “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Barang Konsumsi yangTerdaftar di BEI”, Karya Ilmiah tidak dipublikasikan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Jakarta.
Nata Wirawan. 2001. Statistik 2 (Statistik Inferensia). Keraras Emas : Denpasar.
Nuryaman. 2009. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan Sukarela. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 6. No.1 : 89 - 113.
Oktorina, Megawati dan Michell Suharli. 2005. ”Studi Empiris Terhadap Faktor Penentu Kepatuhan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 5. No.2. h. 119-132.
Owusu, Stephen & Ansah. 2000. “Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Market : Empirical Evidence From The Zimbabwe Stock Exchange”. Journal Accounting and Business. Vol 30. Pp. 241
Purwati, Atiek Sri. 2006. Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Yang Tercatat Di BEJ. Tesis Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, Semarang
Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan terhadap Audit delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.10 No.1 Mei 2008:1-10.
Respati, Novita, Weningtyas. 2004. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan : Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Maksi, Vol.4, pp.67-81.
53
Saputri, Oyiek Dewi. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay. Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.
Savitri, Roswita. 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan: Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Ponegoro. Semarang.
Sianipar, Charles V. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Otomotif Go Publik di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, Vol. 10 No. 1, Janurai 2010: 1-26.
Subekti, Imam dan Novi Wulandari W. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar-Bali. 2-3 Desember. Hal. 991-1001.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.
Sulistyo, Adhy Noor. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Sumadji, Pratama, Y., Rosita. 2006. Kamus Ekonomi : Edisi Lengkap. Jakarta : Wacana Intelektual
Tjager, I.N., F.A. Alijoyo, H.R. Djemat, dan B. Sembodo, 2003. Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia. Pearson Education-Prentice Hall.
Trisnawati, Estralita dan Aloysius Alvin. 2010. Pengaruh Total Assets, Jenis Industri, Ukuran KAP, dan Jenis Pendapat Akuntan Terhadap Rentang Waktu Penyelesaian Proses Audit (Audit Delay) pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2007. Jurnal Akuntansi, Vol. 10 No. 2. Mei 2010 : 113-134
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang peraturan Pasar Modal.
Utami, W., 2006, Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa Efek Jakarta, Bulletin Penelitian, No.9, Kepala Pusat Penelitian dan Dosen FE, Universitas Mercu Buana.
54
Wardhani, Armania Putri. 2013. Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Audit Report Lag. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro. Semarang.
Widati, Listyorini Wahyu dan Fina Septy. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rentang Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke Publik: Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di BEI. Fokus Ekonomi (FE) Vol.7, No.3 Desember 2008, pp.173-187
Wijaya, Aditya Taruna. 2012. Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Report Lag. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.
Wirakusuma, Made Gede. 2010. Pengaruh Profitabiltas, Solvabilitas, Reputasi Auditor, Ukuran Perusahaan, Kandungan Laba, dan Jenis Industri pada Ketidaktepatwaktuan Publikasi Laporan Keuangan di PT. Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 6 (2), h:232-247.
www.bapepam.go.id
www.idx.co.id
.
55