UP bener.doc

67
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan didukungnya ketersediaan informasi yang sangat cepat membuat perkembangan dunia usaha menjadi sangat pesat. Perkembangan dunia usaha yang sangat cepat dewasa ini dapat mempengaruhi aktifitas suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaannya. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah mendapatkan laba yang maksimal untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut setiap perusahaan harus dapat bersaing dengan perusahaan sejenis baik perusahaan dalam negeri maupun perusahaan luar negeri. Persaingan tersebut terjadi seiring berkembangnya perekonomian dunia. Perkembangan perekonomian dunia yang mulai membaik tersebut juga dialami oleh Indonesia. Menurut data BPS

Transcript of UP bener.doc

42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PenelitianSemakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan didukungnya ketersediaan informasi yang sangat cepat membuat perkembangan dunia usaha menjadi sangat pesat. Perkembangan dunia usaha yang sangat cepat dewasa ini dapat mempengaruhi aktifitas suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaannya. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah mendapatkan laba yang maksimal untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut setiap perusahaan harus dapat bersaing dengan perusahaan sejenis baik perusahaan dalam negeri maupun perusahaan luar negeri. Persaingan tersebut terjadi seiring berkembangnya perekonomian dunia.Perkembangan perekonomian dunia yang mulai membaik tersebut juga dialami oleh Indonesia. Menurut data BPS perkembangan perekonomian Indonesia pada tahun 2009 cukup bagus ditandai dengan pertumbuhan perekonomian Indonesia yang tercermin dari pertumbuhan PDB yang mengalami peningkatan sebesar 4,2% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan perekonomian tersebut merupakan kontribusi dari berkembangnya perindustrian di Indonesia, salah satu industri yang memberikan kontribusi tersebut adalah industri perkapalan dan pelayaran dengan pertumbuhan sebesar 15%.

PT. Berlian Laju Tanker Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri kapal dan pelayaran, khususnya yang bergerak di bidang industri pelayaran yaitu PT. Berlian Laju Tanker Tbk berdiri pada tahun 1981 dengan nama PT. Bhaita Laju Tanker dan mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Jakarta pada bulan Oktober 1994. Sebagai perusahaan yang telah go public, kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba menjadi amat penting karena laba mencerminkan nilai dari suatu perusahaan.

Di saat pertumbuhan sektor industri perkapalan dan pelayaran nasional yang selalu meningkat serta selalu meningkatnya Earning Per Share (EPS) perusahaan sejenis dalam beberapa tahun terakhir ini, justru PT. Berlian Laju Tanker Tbk mengalami penurunan Earning Per Share (EPS) yang dicatatkan. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel 1.1 dibawah ini

Tabel 1.1

Earning Per Share (EPS)

PT Berlian Laju Tanker Tbk

(Dalam Juta Rupiah)TahunEPS

Earning Per Share Persentase perubahan

{( - 1) x 100%}

2005159-

200630390,57%

2007199-34,32%

200845,7-77,04%

2009-55,9-222,32%

Sumber : PT. Berlian Laju Tanker Tbk (Data diolah kembali )

Keterangan : Tanda - menunjukan penurunan

Pada tabel 1.1 dapat terlihat bahwa Return Earning Per Share (EPS) PT. Berlian Laju Tanker Tbk dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 mengalami fluktuatif dengan tren yang cenderung menurun tiap tahunnya. Kenaikan dan penurunan EPS tersebut dapat dilihat dengan jelas. EPS pada tahun 2005 yaitu sebesar Rp.159.000.000. Pada tahun 2006 EPS PT. Berlian Laju Tanker Tbk mengalami peningkatan dari Rp.159.000.000 ke Rp.303.000.000 atau meningkat sebesar 90,57%. Namun peningkatan tersebut tidak dapat dipertahankan oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk karena pada tahun 2007 EPS yang mereka dapatkan mengalami penurunan sebesar -34,32% yaitu dari Rp.303.000.000 ke Rp.199.000.000.Penurunan EPS terus dialami oleh PT. Berlian Laju Tanker di mana EPS pada tahun 2008 yang mereka bukukan menurun sebesar 77,04% dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp.199.000.000 ke Rp.45.700.000. Begitupun EPS pada tahun 2009 mengalami penurunan kembali dimana EPS yang didapatkan atau rugi yang didapatkan sebesar Rp. 55.900.000 atau turun sebesar 222,32% dari tahun sebelumnya.

Penurunan EPS ini jelas sangat merugikan PT. Berlian Laju Tanker Tbk selaku salah satu perusahaan yang go public karena menurut Ketua Umum INSA (Indonesian Nasional Shipowners Association) pertumbuhan industri pelayaran naik sebesar 30 - 40 persen dengan angka pengangkutan domestik mencapai 240 juta ton setara dengan USD 6,3 miliar per tahun. Bahkan, perbankan mulai melirik para pengusaha pelayaran untuk memberikan kreditnya. Lebih lanjut Menteri Perindustrian MS Hidayat menambahkan bahwa pertumbuhan industri perkapalan sendiri akan terus berkembang hingga 5 tahun kedepan. Untuk akhir tahun ini kemungkinan akan ada puluhan sekitar 5-15 persen.Hal ini tentu saja harus dimanfaatkan oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk guna mendapatkan tambahan dana demi mengembangkan usahanya dengan cara meningkatkan EPS perusahaan karena EPS merupakan salah satu indikator nilai suatu perusahaan guna menarik minat investor. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Sundjaja dan Barlian (2002:123), Earning per share (EPS) adalah jumlah uang yang dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa yang dimiliki oleh pemegang saham.Jadi jika EPS suatu perusahaan mengalami tren yang menurun maka akan membuat calon investor enggan atau tidak mau menanamkan modalnya di perusahaan tersebut, karena EPS yang dihasilkan selalu menurun yang berarti bahwa pengembalian yang akan investor dapatkan menjadi sedikit atau bahkan uang yang telah mereka investasikan tidak menghasilkan sama sekali. Karena rasio ini menunjukkan pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham biasa setiap lembar saham biasa yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan. Dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dibandingkan dengan jumlah dana yang ditanam dalam perusahaan. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham, maka hal ini menunjukkan semakin besar keberhasilan usaha yang dijalankan oleh perusahaan tersebut.Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi EPS suatu perusahaan. Salah satu faktor yang memperngaruhi Earning Per Share (EPS) adalah Financial Leverage. menurut Bambang Riyanto (2001:375), financial leverage adalah penggunaan dana dengan beban tetap dengan harapan untuk memperbesar pendapatan per lembar saham biasa atau earning per share.Dengan demikian peningkatan Earning Per Share (EPS) perusahaan dapat dilihat dari penggunaan Financial Leverage. Jadi Financial Leverage merupakan salah satu indikator Earning Per Share (EPS) perusahaan.Financial Leverage merupakan sumber pendanaan perusahaan yang berasal dari kreditur atau pemegang saham biasa dan preferen. Dana tersebut dapat berupa hutang yang harus dibayar sebesar pokok pinjaman dan bunganya. Penggunaan financial leverage dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan bagi pemegang saham, karena kondisi utang perusahaan yang mengandung risiko dapat terlihat dari financial leverage dimana tingkat risiko ini merupakan informasi bagi investor dalam pengambilan keputusan untuk membeli saham yang ditawarkan atau tidak.Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai financial leverage yang dituangkan dalam penelitian ini yang berjudul : Pengaruh Financial Leverage Terhadap Earning Per Share (EPS) Pada PT. Berlian Laju Tanker Tbk .

1.2

Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi MasalahPengelolaan pendanaan perusahaan mempunyai peran yang sangat penting untuk menghasilkan laba dan menjamin kontinuitas perusahaan. Pendanaan yang digunakan perusahaan untuk menjalankan aktivitasnya dapat berasal dari modal sendiri dan modal asing untuk kelancaran operasional perusahaan.

Untuk mencapai hal tersebut membutuhkan menejemen yang baik. Terutama dalam hal penentuan penggunaan dana. Dalam hal ini modal yang digunakan apakah berasal dari modal sendiri atau ditambah dengan pengunaan utang (financial leverage). Semakin besar sebuah perusahaan maka dana yang dibutuhkanpun akan semakin besar karena semakin besar pula kegiatan operasi perusahaan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan yang besar tersebut perusahaan akan memerlukan tambahan dana dari luar perusahaan, maka perusahaan akan menerbitkan sahamnya di bursa efek. Dari penjualan per lembar saham perusahaan akan mendapatkan pendanaan dari pemegang saham preferen dan laba atas penjualan per lembar saham tersebut.Oleh karena itu setiap perusahaan yang telah go public dituntut untuk dapat mengatur komposisi sumber pendanaan yaitu modal sendiri dan pengunaan utang (financial leverage) yang digunakan dengan baik agar dapat memaksimalkan keuntungan sehingga dapat meningkatkan harga saham yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan per lembar saham (earning per share). Hal tersebut dilakukan dengan tujuan menghindari resiko kerugian yang akan ditanggung oleh perusahaan. Karena ketidaktepatan dalam menentukan sumber pendanaan akan mengakibatkan kegiatan perusahaan terganggu dan menurunnya kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang akan mempengaruhi keuntungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, peneliti membatasi ruang lingkup penelitian dengan berfokus pada pengaruh financial leverage tehadap earning per share PT. Berlian Laju Tanker Tbk.

1.2.2 Rumusan Masalah

Untuk menunjang proses pembahasan masalah maka peneliti membuat perumusan masalah sebagai berikut :1. Bagaimana tingkat financial leverage PT. Berlian Laju Tanker Tbk. Pada tahun 2005-2009?

2. Bagaimana perkembangan Earning Per Share (EPS) PT. Berlian Laju Tanker Tbk. Pada tahun 2005-2009?

3. Bagaimana pengaruh financial leverage terhadap Earning Per Share (EPS) PT. Berlian Laju Tanker Tbk. Pada tahun 2005-2009?1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan PenelitianAdapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui:1. Tingkat financial leverage PT. Berlian Laju Tanker Tbk. pada tahun 2000-2009.2. Earning Per Share (EPS) PT. Berlian Laju Tanker Tbk. pada tahun 2000-2009.3. Pengaruh financial leverage terhadap Earning Per Share (EPS) PT. Berlian Laju Tanker Tbk. pada tahun 2000-2009. 1.3.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian dikelompokkan menjadi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu ekonomi, terutama yang berkaitan dengan manajemen keuangan.2. Kegunaan Praktis

Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat berguna untuk dijadikan acuan untuk merumuskan pemikiran atau pertimbangan bagi PT. Berlian Laju Tanker Tbk. dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan financial leverage dan Earning Per Share (EPS) perusahaan. BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Modal

2.1.1.1 Pengertian Modal

Setiap perusahaan harus mampu membangun manajemennya secara konsepsional dan sistematis dengan berorientasi kepada pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang dinamis melalui pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki perusahaan sehingga perusahaan memilki motivasi untuk menciptakan kemampuan bersaing. Adapun potensi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan untuk mencapai tujuan di atas salah satunya adalah sumber daya keuangan yaitu modal. Modal sangat dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan operasional suatu perusahaan. Karena sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan usaha suatu perusahaan. Namun besarnya modal yang diperlukan akan berbeda sesuai dengan besar kecilnya skala perusahaan. Dengan demikian modal sangat berperan sebagai sumber pendanaan perusahaan yang menggambarakan perusahaan tersebut didanai oleh modal sendiri secara keseluruhan atau didanai dengan modal sendiri dan ditambah dengan modal berasal dari pinjaman.

Definisi modal menurut Atmaja (2001:115) Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan

Warren, Reeve dan Philip (2005:5) Modal atau ekuitas pemegang saham adalah jumlah total dari dua sumber utama ekuitas saham, yaitu modal disetor dan laba ditahan.

Sedangkan definisi ekuitas menurut Mayo (2004:188) A variety of debt instrument to tap the funds of investor who purchase debt securities, there are only two types of stock: preferred stock and common stock.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan memperoleh dana untuk membiayai pengadaan aktiva dan menjalankan kegiatan usahanya yaitu bersumber dari modal disetor yang berupa saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan yang berasal dari operasi perusahaan.

2.1.1.2 Sumber Modal

Untuk memenuhi kebutuhan modal suatu perusahaan dalam membiayai kegiatan operasionalnya dapat diperoleh dengan mencari sumber pembiayaan atau sumber pendanaan. Menurut Riyanto (2001:209) modal dapat dilihat dari asalnya, sumber modal terdiri:

1. Sumber Intern (Internal Sources), Adalah modal yang dihasilkan dari dalam perusahaan. Sumber intern dapat berasal dari laba ditahan dan akumulasi penyusutan. Besarnya laba yang dimasukkan ke dalam cadangan atau ditahan, tergantung besarnya laba yang diperoleh selama periode tertentu dan tergantung kepada kebijakan dividen perusahaan tersebut. Sedangkan akumulasi penyusutan dapat dibentuk dari penyusutan, tiap tahunnya, tergantung metode penyusutan yang dipakai oleh perusahaan tersebut.

2. Sumber Ekstern (External Sources), Adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan atau dana yang diperoleh dari para kreditur atau pemegang saham yang merupakan bagian dalam perusahaan.

2.1.1.3 Jenis-jenis Modal

Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana untuk membiayai kegiatan operasionalnya sehari-hari. Pemenuhan kebutuhan perusahaan tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman. Kebijakan mengenai jenis modal mana yang diambil oleh perusahaan diharapkan akan mendapatkan keuntungan yang optimal yang berarti pula akan meningkatkan nilai perusahaan. Jenis-jenis modal tersebut terbagi atas:1. Modal Asing

Menurut Riyanto (2001:227) Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara di dalam perusahaan tersebut. Modal tersebut merupakan hutang yang pada saatnya harus dibayar kembali. Modal asing atau hutang terbagi atas tiga golongan, yaitu:

a. Hutang Jangka Pendek (Short-term Debt)

Menurut Harnanto (2003:5) Hutang jangka pendek atau lancar adalah suatu kewajiban atau hutang yang terjadi dalam kaitannya dengan operasi normal perusahaan. Hutang jangka pendek terdiri dari:

Hutang Dagang

Hutang dagang adalah salah satu kategori hutang jangka pendek terbesar, yang mencerminkan kurang lebih 40 persen dari kewajiban lancar di rata-rata perusahaan nonkeuangan. Hutang dagang adalah sumber pendanaan spontan, dalam artian bahwa ia terjadi dari transaksi bisnis biasa.

Hutang Wesel

Hutang wesel merupakan pengakuan hutang atau pernyataan tertulis untuk

membayar sejumlah uang pada tanggal tertentu di kemudian hari. Hutang wesel dicatat dan disajikan di dalam neraca perusahaan. Hanya hutang wesel yang jatuh tempo dalam satu tahun atau kurang yang di golongkan sebagai kewajiban jangka pendek.

Hutang Jangka Panjang Jatuh Tempo dalam Periode Kini

Hutang jangka panjang jatuh tempo dalam periode kini merupakan bagian dari

hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam tahun sekarang, sedangkan sisanya tetap dilaporkan sebagai hutang jangka panjang.b. Hutang Jangka Menengah (Intermediate-term Debt)

Menurut Riyanto (2001:227) Hutang jangka menengah adalah hutang yang jangka waktunya antara satu sampai sepuluh tahun. Kebutuhan sumber dana atau hutang jangka menengah ini dirasakan perusahaan karena adanya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek di satu pihak dan juga sulit dipenuhi dengan sumber dana jangka panjang di lain pihak. Hutang jangka menengah terdiri dari:

Term Loan

Term loan merupakan kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Pada umumnya, term loan dibayar kembali dengan angsuran tetap selama suatu periode tertentu, misalnya setiap bulan, kuartal atau setiap tahun. Term loan biasanya disediakan oleh commercial bank, insurance, pension funds, lembaga pembiayaan pemerintah, dan supplier perlengkapan. Di pandang dari biaya, term loan ini memiliki biaya yang lebih rendah dari pada modal saham atau obligasi, karena tidak adanya biaya yang berkaitan dengan penerbitan saham atau obligasi. Menurut Sartono (2001:301), keuntungan dari term loan adalah tidak segera jatuh tempo dan peminjam memberikan jaminan pembayaran secara periodik yang mencakup bunga dan pokok pinjaman. Leasing

Menurut Sartono (2001:304) Leasing adalah suatu kontrak antara pemilik aktiva yang disebut lessor dengan pihak lain yang memanfaatkan aktiva tersebut untuk jangka waktu tertentu.

Maka leasing merupakan persetujuan atas dasar kontrak dimana pemilik dari aktiva atau pihak yang menyewakan aktiva (lessor) menginginkan pihak lain atau penyewa (lessee) untuk menggunakan jasa dari aktiva tersebut tanpa harus memiliki aktiva tersebut. Hak milik atas aktiva tersebut pada lessor, namun kadang-kadang lessee juga diberi kesempatan untuk membeli aktiva tersebut. Sebagai kompensasi manfaat yang dinikmati, maka lessee mempunyai kewajiban membayar secara periodik sebagai sewa aktiva yang digunakan. Sedangkan manfaat lainnya adalah bahwa lessee tidak perlu menanggung biaya perawatan, pajak, dan asuransi.c. Hutang Jangka Panjang (Long-term Debt)

Menurut Riyanto (2001:238) Hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya lebih dari sepuluh tahun. Hal senada dikemukakan oleh Skousen dan Stice (2004:658) Hutang jangka panjang adalah obligasi yang tidak diharapkan untuk dibayar tunai dalam jangka satu tahun.

Hutang jangka panjang pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan (ekspansi) perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut diperlukan jumlah yang besar. Menurut Martono dan Hardjito (2002:226) sumber dana jangka panjang terdiri dari:1. Pinjaman ObligasiPinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang dimana debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nilai nominal tertentu. Pembayaran kembali pinjaman obligasi dapat dijalankan sekaligus pada hari jatuh tempo atau dengan cara penbayaran berangsur-angsur setiap tahunnya. Jenis obligasi diantaranya adalah obligasi biasa (bonds), obligasi pendapatan (income bonds), obligasi yang dapat ditukarkan (convertible-bonds).

2. Pinjaman Hipotik

Merupakan pinjaman jangka panjang, diman pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak, supaya bila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya. Barang tersebut dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya.Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang jangka panjang, seperti yang dikemukakan oleh Sartono (2001:328), adalah:

a. Bunga yang dibayarkan merupakan pengurang pajak penghasilan.

b. Melalui financial leverge dimungkinkan laba per lembar saham akan meningkat.

Sebagai sumber dana perusahaan, hutang jangka panjangpun memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah:a. Financial risk perusahaan meningkat sebagai akibat meningkatnya leverage.

b. Batasan yang disyaratkan kreditur seringkali menyulitkan manajer.

2. Modal Sendiri

Menurut Riyanto (2001:240), Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan juga tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak terbatas. Dengan kata lain, modal sendiri merupakan modal-yang dihasilkan atau dibentuk di dalam perusahaan atau keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Modal sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas terdiri dari:

a. Modal Saham

Saham adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Pemilik saham akan mendapatkan hak untuk menerima sebagian pendapatan tetap atau dividen dari perusahaan serta kewajiban menanggung risiko kerugian yang diderita perusahaan. Orang yang memiliki saham suatu perusahaan memiliki hak untuk ambil bagian dalam mengelola perusahaan sesuai dengan hak suara yang dimilikinya. Semakin banyak persentase saham yang dimiliki, maka semakin besar hak suara yang dimiliki untuk mengontrol operasional perusahaan. Saham dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu:1) Saham Biasa (Common Stock)

Menurut Skousen, dan Stice (2004:734) Saham biasa adalah jenis saham yang merupakan dasar perusahaan, memungkinkan pemegang saham untuk memiliki suara dan jumlah kepemilikan tertentu dalam perusahaan.

Pemegang saham biasa perusahaan merupakan pemilik akhir perusahaan. Secara kelompok mereka memiliki perusahaan dan menangung risiko terakhir kepemilikan. Kewajiban mereka dibatasi sesuai jumlah investasi. Jika dilikuidasi, pemegang saham biasa memiliki hak atas sisa tuntutan terhadap aktiva perusahaan setelah tuntutan kreditur dan pemegang saham preferen dipenuhi seluruhnya. Saham biasa tidak memiliki jatuh tempo, namun pemengang saham dapat melikuidasi investasinya dengan menjual saham yang dimiliki pada pasar sekunder. Saham biasa mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:

Mempunyai hak suara.

Selalu mendapat pembagian laba setiap tahunnya.

Dapat diperjual belikan.

Bila ingin menambah modal relatif lebih mudah menjualnya.Disamping itu, saham biasa juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: Kurang mendapat prioritas dalam pembagian laba.

Laba yang diterima tidak dapat diakumulasikan.

Dalam saham biasa terdapat beberapa hak-hak dari para pemegang saham, antara lain:

Hak memberikan suara

Pemegang saham biasa adalah pemilik perusahaan, sehingga mereka berhak untuk memilih dewan direksi. Kemudian dewan direksi memilih manajemen yang akan menjalankan operasi perusahaan. Para pemegang saham biasa berhak satu suara untuk setiap lembar saham yang mereka miliki. Ada juga perusahaan yang memberikan satu hak suara bagi pihak atau orang yang memiliki saham dalam jumlah tertentu (hak suara kumulatif).

Hak untuk membeli saham baru

Misalnya anggaran perusahaan mengharuskan menerbitkan saham yang baru, maka hak prioritas dimiliki oleh pemegang saham lama untuk memiliki saham baru tersebut. Dengan kata lain, jika perusahaan menerbitakan saham biasa yang baru, maka pemegang saham biasa harus diberikan hak untuk memesan saham baru tersebut.

Hak memperoleh penbayaran deviden

Deviden merupakan bagian laba perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham. Laba yang dibagi adalah laba setelah pajak. Apabila perusahaan tidak memperoleh laba, maka pemilik saham biasa tidak memperoleh deviden. Deviden yang diberikan kepada pemegang sahan didasarkan atas dasar per lembar saham yang dimiliki dan besarnya deviden payout ratio (rasio antara deviden yang dibayarkan dengan laba bersih setelah pajak)

Hak atas aktiva setelah penbayaran yang lebih senior dalam likuidasi

Apabila perusahaan dilikuidasi, maka kewajiban perusahaan yang pertama adalah melunasi hutang kepada kreditur. Apabila kewajiban kepada kreditur telah dipenuhi, maka para pemegang saham memperoleh hak atas aktiva perusahaan. Mereka yang memiliki saham lebih dahulu (lebih senior) akan memperoleh hak didahulukan dalam pembagian aktiva tersebut. Sebenarnya hak ini tidak mutlak, tergantung pada kesepakatan dalam rapat pemegang saham.2) Saham Preferen (Preferred Stock)

Menurut Sundjaja (2002:317) Saham preferensi adalah jenis saham lain sebagai alternatif saham biasa. Saham preferen memberikan para pemegangnya beberapa hak istimewa yang dijadikan lebih diprioritaskan daripada pemegang saham biasaDari pengertian tersebut maka dapat diketahui bahwa saham preferen merupakan saham yang memiliki prioritas lebih tinggi dibanding saham biasa dalam pembagian dividen dan asset. Dengan kata lain saham yang para pemegang sahamnya mempunyai prioritas terlebih dahulu dalam pembagian atas asset atau kekayaan perusahaan, bila perusahaan (emiten) dilikuidasi. Pemegang saham ini juga mempunyai pioritas pembagian dividen dalam jumlah tertentu sebelum dibagikan pada pemegang saham biasa sesuai dengan kesepakatan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan perusahaan penerbit.

Dalam kepemilikan saham preferen menurut Skousen, dan Stice (2004:876), ada beberapa hak-hak kepemilikan yang dilepaskan oleh pemegang saham guna mendapatkan beberapa perlindungan yang biasanya dinikmati oleh kreditor, yaitu:

Hak suara Hak pembagian keuntungan

Disamping hak-hak yang dilepas tersebut, menurut Dahlan Siamat (2004:268) pemegang saham preferen mempunyai beberapa hak istimewa, antara lain:

Memiliki hak paling dahulu memperoleh dividen (hak privileges).

Hak untuk mempengaruhi manajemen terutama dalam pencalonan pengurus.

Hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah

kreditur apabila perusahaan dilikuidasi, dan

Hak klaim terhadap kekayaan perusahaan.b. Laba Ditahan (Retained Earning)Menurut Riyanto (2001:243), Laba ditahan adalah keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan, dapat berupa sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan.

Laba ditahan merupakan penahanan keuntungan yang mempunyai tujuan, maka disebut dengan cadangan. Cadangan disini dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa tahun berjalan. Sedangkan penahanan keuntungan tersebut belum mempunyai tujuan tertentu, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan.

Dengan adanya keuntungan akan memperbesar laba ditahan yang berarti akan memperbesar modal sendiri. Sebaliknya, apabila rugi maka akan memperkecil modal sendiri. Besarnya laba yang dimasukkan ke dalam laba ditahan ini tergantung pada besarnya laba yang diperoleh selama periode tertentu. Meskipun keuntungan yang diperoleh selama periode tertentu besar karena perusahaan mengambil kebijakan bahwa sebagian besar keuntungan akan jadi dividen, maka laba ditahan akan kecil.2.1.2 Risiko Keuangan (Financial Risk)

Risiko keuangan menurut Brigham dan Houston (2006:17) adalah Tambahan risiko yang dibebankan kepada para pemegang saham biasa sebagai hasil dari keputusan untuk mendapatkan pendanaan melalui utang. Risiko keuangan yang dimaksudkan disini adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak mampu menutup biaya-biaya finansialnya. Dan risiko keuangan tersebut diakibatkan oleh transaksi-transaksi keuangan. Apabila perusahaan tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban finansial tersebut maka kemungkinan perusahaan tidak akan dapat melanjutkan usahanya karena para kreditur yang merasa tidak terjamin akan dapat memaksa perusahaan untuk membayar bunga serta pinjaman pokoknya dengan segera. Jadi secara konseptual, pemegang saham akan menghadapi sejumlah risiko yang inheren pada operasi perusahaan. Jika sebuah perusahaan menggunakan utang, maka hal ini akan mengkonsentrasikan risiko bisnis pada pemegang saham biasa.2.1.3 Leverage

Leverage merupakan penggunaan asset dan sumber dana (sources of funds) oleh perusahaan dimana dalam penggunaan asset atau dana tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap atau beban tetap. Penggunaan asset (aktiva) atau dana tersebut pada akhirnya dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan potensial bagi pemegang saham.

2.1.4 Financial Leverage

Menurut Brigham dan Houston (2006:17) Financial leverage adalah tingkat sampai sejauh mana sekuritas dengan laba tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal sebuah perusahaan.Garrison dan Noreen (2001:790) Financial leverage merupakan pemerolehan aktiva dengan dana yang diperoleh dari kreditur atau pemegang saham preferen dengan tingkat pengembalian tertentu.

Sartono (2001:263) financial leverage adalah penggunaan sumber yang dimiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa financial leverage merupakan penggunaan dana dengan beban tetap dengan harapan atas penggunaan dana tersebut akan memperbesar pendapatan per lembar saham (earning per share, EPS). Masalah financial leverage baru timbul setelah perusahaan menggunakan dana dengan beban tetap yang harus dibayar tanpa memperdulikan tingkat laba perusahaan. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage) atau efek yang positif apabila pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap atas penggunaan dana yang bersangkutan. Dan leverage keuangan itu merugikan (unfavorable leverage) apabila perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap yang harus dibayar. Nilai financial leverage positif atau negatif dinilai berdasarkan pengaruh leverage yang dimiliki terhadap pendapatan per lembar saham (EPS). Artinya bagaimana pengaruh alternatif pendanaan yang akan dipilih terhadap pendapatan per lembar saham. Dalam peningkatan financial leverage, penghasilan atau return yang diharapkan oleh pemilik perusahaan akan lebih besar, akan tetapi pada saat yang sama, risiko yang disebabkan oleh kenaikan return tersebut juga semakin besar karena sekarang earning before interest and taxes (EBIT) harus ditingkatkan untuk memungkinkan perusahaan tetap berjalan terus. Oleh karena itu seorang manajer keuangan perusahaan harus mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya antara tingginya risiko dengan tingginya financial leverage.Financial leverage berasal dari keberadaan biaya financial tetap dalam arus pendapatan perusahaan. Ada dua biaya financial yaitu :

1. Bunga pinjaman

2. Deviden saham preferensi

Biaya-biaya ini harus ditutupi, berapapun nilai EBIT (earning before interest and tax) yang tersedia untuk membiayai biaya-biaya tersebut. Financial leverage merupakan penggunaan dana permanen atau jangka panjang yang disertai dengan beban tetap, dengan harapan agar penghasilan serta nilai saham perusahaan dapat ditingkatkan. Dengan kata lain bahwa Financial leverage akan timbul pada saat perusahaan menggunakan sumber dana yang menimbulkan biaya atau beban tetap.Penggunaan financial leverage ini dengan harapan agar terjadi perubahan laba per lembar saham (EPS) yang lebih besar daripada perubahan EBIT. Multiplier Effect yang dihasilkan karena penggunaan dan dengan biaya tetap ini disebut dengan degree of financial leverage.

Menurut Hanafi (2004:333) Degree of financial (DFL) adalah efek perubahan EBIT terhadap pendapatan (profit).

Dengan demikian financial leverage dapat dihitung menggunakan Degree of financial leverage yang dapat dirunuskan sebagai berikut:Degree of Financial Leverage = 2.1.5 Earning per Share2.1.5.1 Pengertian Earning Per ShareMenurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M (2001) Pengertian laba per lembar saham atau EPS yaitu merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya. Sedangkan menurut Garrison dan Noreen (2001:787) Earning per share (EPS) adalah membagi earning after tax (EAT) yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah saham biasa yang beredar selama satu tahun.

Dari definisi diatas, maka earning per share (EPS) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan bagi para pemegang saham yang telah berpartisipasi dalam perusahaan, maka EPS menunjukkan laba per saham yang diperhatikan oleh para investor. EPS merupakan pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham biasa setiap lembar saham biasa yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham, maka hal ini menunjukkan semakin besar keberhasilan usaha yang dijalankan oleh perusahaan tersebut. Karena para pemodal seringkali memusatkan perhatian pada besarnya earning per share (EPS) ketika melakukan analisis saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Earning per share (EPS) dapat dirumuskan sebagai berikut:EPS = 2.1.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earning Per Share

Dalam menentukan sumber dana untuk menjalankan perusahaan, manajemen dituntut untuk mempertimbangkan kemungkinan perubahan dalam struktur modal yang mampu memaksimumkan harga saham perusahaannya. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Earning Per Share adalah:1. Penggunaan utang

Dalam menentukan sumber dana untuk menjalankan perusahaan, manajemen dituntuk untuk mempertimbangkan kemungkinan perubahan dalam struktur modal yang mampu memaksimumkan harga saham sehingga akan mengakibatkan perubahan laba per lembar saham perusahaanya. Menurut Brigham dan Houston (2001:19) Perubahan dalam penggunaan utang akan mengakibatkan perubahan laba per lembar saham (EPS) dan karena itu, juga mengakibatkan perubahan harga saham2. Tingkat laba bersih sebelum bunga dan pajak

Dalam memenuhi sumber dananya, manajemen pun dihadapkan pada beberapa alternatif sumber pendanaan apakah dengan modal sendiri atau dengan pinjaman (modal asing). Menurut Sutrisno (2001:255) Dalam memilih alternative sumber dananya tersebut, perlu diketahui pada tingkat profit sebelum bunga dan pajak (EBIT) berapa apabila dibelanjai dengan modal sendiri atau hutang menghasilkan EPS yang sama.2.1.6 Pengaruh Financial Leverage Terhadap Earning Per Share (EPS)

Financial leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam menggunakan kewajiban financial yang sifatnya tetap untuk memperbesar pengaruh perubahan earning before interest and taxes (EBIT) terhadap pendapatan per lembar saham biasa (EPS). Pengaruh financial leverage dikatakan menguntungkan apabila pendapatan yang dihasilkan dari penggunaan dana yang disertai dengan beban tetap tersebut lebih besar daripada beban tetapnya, dan sebaliknya financial leverage dikatakan merugikan apabila perusahaan tersebut tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut, sebanyak beban tetap yang harus dibayar, namun pada umumnya utang akan meningkatkan tingkat risiko bagi pemilik modal sendiri.Penggunaan financial leverage bagi suatu perusahaan diharapkan mampu meningkatkan earning per share (EPS). Bagi perusahaan yang mampu menanggung beban bunga dari penggunaan hutang, maka penggunaan financial leverage dinilai dapat meningkatkan EPS. Sedangkan bagi yang tidak mampu menanggung beban tetapnya, maka dinilai tidak perlu menggunakan financial leverage.

Menurut Riyanto (2001:375), Penggunaan dana dengan beban tetap itu adalah dengan harapan untuk memperbesar pendapatan per lembar saham biasa (EPS).

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa penggunaan financial leverage dapat meningkatkan dan juga menurunkan besarnya EPS suatu perusahaan. Semua tergantung bagaimana perusahaan mampu mengelola hutangnya dan mampu mengatasi risiko yang muncul dari penggunaan hutang tersebut.

2.2 Kerangka Pemikiran

Setiap perusahaan memerlukan modal dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Modal bagi perusahaan bisa didapatkan melalui dua sumber, yaitu sumber intern (Internal Sources) merupakan modal yang berasal dari dalam perusahaan dan sumber ekstern (External Sources) merupakan modal yang berasal dari luar perusahaan. Modal terdiri dari modal asing dan modal sendiri. Yang termasuk modal asing adalah hutang jangka pendek, hutang jangka menengah, dan hutang jangka panjang. Modal sendiri terdiri dari modal saham dan laba ditahan.

Salah satu cara untuk meningkatkan modal perusahaan adalah dengan penggunaan financial leverage. Financial leverage merupakan penggunaan hutang atau tambahan pembiyaan yang mempunyai beban tetap berupa beban bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar oleh perusahaan. Dengan penggunaan financial leverage diharapkan perusahaan dapat meningkatkan pendapatannya.

Dengan peningkatan pendapatan yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan financial leverage, maka earning per share (EPS) perusahaan akan dapat meningkat. Dengan meningkatnya EPS perusahaan akan dapat menarik perhatian para investor untuk membeli saham dari perusahaan tersebut dan hal ini akan sangat menguntungkan bagi perusahaan. Untuk mengetahui pengaruh antara financial leverage dengan earning per share (EPS) maka diperlukan suatu paradigma penelitian. Paradigma penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti. Dengan paradigma penelitian itu, maka akan dapat digunakan sebagai panduan dalam merumuskan masalah penelitian, merumuskan hipotesis dan menentukan teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Berdasarkan uraian di atas, maka paradigma dalam penelitian ini adalah:

GAMBAR 2.1PARADIGMA PENELITIAN

2.3 Hipotesis

Hipotesis adalah perumusan sementara mengenai sesuatu hal yang masih harus dibuktikan kebenarannya. Berkaitan dengan hipotesis, Sugiyono (2004:51) menyatakan sebagai berikut:

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap perumusan masalah penelitian, belum jawaban empirik.

Berdasarkan uraian-uraian diatas yang telah dibuat, peneliti mengemukakan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

Financial Leverage Berpengaruh Positif Terhadap Earning Per Share (EPS). BAB IIIOBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Arikunto (2001:29) mengemukakan pengertian objek penelitian sebagai berikut :

Objek penelitian adalah variabel penelitian yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian.

Dari penelitian ini penulis ingin mengetahui apakah Financial Leverage berpengaruh terhadap Earning Per Share (EPS) . Oleh karena itu variabel-variabel yang akan diteliti adalah Financial Leverage dan Earning Per Share (EPS). Dimana Financial Leverage sebagai variabel independen yang diteliti dalam penelitian ini (variabel X) dan Earning Per Share (EPS) PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebagai variabel dependen yang diteliti dalam penelitian ini (variabel Y). objek yang akan diteliti adalah laporan keuangan PT. Berlian Laju Tanker Tbk.

Berdasarkan objek penelitian tersebut, maka penulis akan menganalisis pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS) PT. Berlian Laju Tanker Tbk.3.2 Metode dan Desain Penelitian

3.2.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif.

Menurut Sugiyono (2006;11) Metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Sedangkan menurut Marzuki (2002;7) Metode verifikatif adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kebenaran suatu pengetahuan.

Metode ini diambil karena sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan, yaitu ingin mengetahui pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS) PT. Berlian Laju Tanker Tbk. karena dengan penelitian deskriptif dapat diperoleh deskripsi mengenai Financial Leverage. Sedangkan jenis penelitian verifikatif menguji kebenaran suatu hipotesis yang dilakukan melalui pengumpulan data dari lapangan. Sifat verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data dilapangan, dimana dalam penelitian ini penelitian verifikatif bertujuan untuk mengetahui pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS) PT Berlian Laju Tanker Tbk.3.2.2 Desain Penelitian

Iqbal Hasan (2002:31) menjelaskan bahwa desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian. Lebih lanjut Istijanto (2005:29) menuturkan bahwa desain penelitian terdiri dari:

1. Desain eksploratori. Desain ini berusaha mencari ide-ide atau hubungan-hubungan yang baru, sehingga dapat dikatakan bahwa desain ini bertitik tolak dari variabel, bukan dari fakta.

2. Desain deskriptif. Desain ini bertujuan untuk menguraikan sifat atau karakteristik dari suatu fenomena tertentu.

3. Desain kausal. Desain ini berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan financial leverage terhadap earning per share, sehingga desain yang digunakan adalah desain kausal. Dengan demikian, dapat diketahui apakah financial leverage berpengaruh atau tidak terhadap earning per share.

3.3 Operasionalisasi Variabel

Pokok permasalahan yang diteliti berdasarkan pada dua hal, yaitu: Financial Leverage (X) sebagai variabel bebas atau Independent Variable, dan Earning Per Share (EPS) (Y) sebagai variabel terikat atau Dependent Variable. Dengan skala pengukuran variabelnya adalah skala rasio. Mengenai operasionalisasi variabel tersebut akan dijelaskan dalam tabel 3.1 sebagai berikut.

TABEL 3.1

OPERASIONALISASI VARIABEL PENELITIAN

VariabelKonsep VariabelIndikatorSkala

Financial Leverage

(X) financial leverage adalah tingkat sampai sejauh mana sekuritas dengan laba tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal sebuah perusahaan.Financial leverage dapat dihitung dengan DFL, Degree of financial (DFL) adalah efek perubahan EBIT terhadap pendapatan (profit).

(Hanafi 2004:333)Degree of Financial leverage =

Rasio

Earning Per Share (EPS)

(Y)Earning per share (EPS) adalah membagi earning after tax (EAT) yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah saham biasa yang beredar selama satu tahun. (Garrison dan Noreen 2001:787)EPS

=

Rasio

3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Adapun pengertian dari data sekunder menurut Nur Indriantoro dkk (2002:147) adalah:

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Dalam penelitian ini, data sekunder yang digunakan adalah:a. Data PT. Berlian Laju Tanker Tbk. berupa sejarah perusahaan dan laporan keuangan mengenai Financial Leverage dan Earning Per Share (EPS).

b. Data-data statistik yang dikumpulkan oleh lembaga-lembaga lain mengenai PT. Berlian Laju Tanker Tbk.

c. Data-data dan peristiwa yang berkaitan dengan penelitian dari surat kabar, majalah, internet maupun hasil-hasil penelitian lainnya.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data untuk menunjang pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yang dilakukan oleh penulis untuk memperoleh teori-teori yang mendukung penelitian ini dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji, serta menelaah literatur-literatur berupa buku-buku dan laporan penelitian yang berhubungan dengan penelitian.

2. Studi Literatur

Studi Literatur adalah pengumpulan data dengan cara mempelajari buku, dan bacaan lainnya guna memperoleh informasi yang berhubungan dengan teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dan berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

3.5 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:55). Secara singkat, Suharsimi Arikunto (2006:130) mengungkapkan bahwa Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah laporan keuangan mengenai Financial Leverage dan Earning Per Share (EPS) PT. Berlian Laju Tanker Tbk.

3.5.2 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Penelitian dengan menggunakan sampel baru boleh dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi benar-benar homogen. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling, dengan pendekatan sampling purposive. Berkenaan dengan pendekatan sampling purposive, Suharsimi Arikunto (2006:140) menyatakan bahwa Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan cara mengambil subjek yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini dipilih karena adanya beberapa pertimbangan, yaitu faktor waktu, tenaga, dan biaya yang terbatas.

Adapun pertimbangan yang diambil peneliti untuk menentukan sampel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Dalam laporan keuangan perusahaan mulai dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2009, tersaji data dan informasi yang dapat memenuhi kebutuhan penulis untuk mengukur Financial Leverage dan Earning Per Share (EPS) PT. Berlian Laju Tanker Tbk.

2. Jumlah sampel mulai dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 dianggap ideal dalam pengambilan sampel dengan cara sampling purposive.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka peneliti menggunakan laporan keuangan PT. Berlian Laju Tanker Tbk. periode tahun 2000 sampai tahun 2009, mengenai Financial Leverage dan Earning Per Share (EPS) sebagai sampel dalam penelitian ini.3.6 Rancangan Analisis Data dan Uji Hipotesis

3.6.1Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data yang dibutuhkan terkumpul maka langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data tersebut. Pengolahan data dan analisis data yang dilakukan adalah untuk memperoleh data-data yang akurat dan mempermudah dalam proses selanjutnya. Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Menyusun kembali data yang diperoleh ke dalam bentuk tabel maupun grafik.

2. Analisis deskriptif terhadap Financial Leverage dengan menghitung perbandingan nilai total kewajiban dengan total aktiva.3. Analisis deskriptif terhadap Earning Per Share (EPS) dengan menghitung perbandingan antara nilai laba bersih dengan jumlah saham yang beredar.4. Melakukan analisis statistik untuk mengetahui pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS).3.6.1.1 Analisis Keuangan

Adapun analisis keuangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Financial Leverage yang dihitung dengan DFL dan Earning Per Share (EPS) rumusnya:

Degree of Financial Leverage = Earning Per Share (EPS) = 3.6.1.2 Analisis Statistik

Untuk mengetahui besarnya pengaruh yang terjadi akibat Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS) PT. Berlian Laju Tanker Tbk., digunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear sederhana, koefisien korelasi product moment, dan koefisien determinasi serta dilakukan pengujian secara statistik distribusi t dengan signifikansi 5%.3.6.1.2.1 Analisis Regresi Linear SederhanaRiduwan (2005:244) mengemukakan sebagai berikut::

Kegunaan uji regresi sederhana adalah untuk meramalkan (memprediksi) variabel terikat (Y) bila variabel bebas (X) diketahui. Regresi sederhana dapat dianalisis karena didasari oleh hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).Regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Persamaan regresi linier saderhana adalah sebagai berikut:

Persamaan regresi sederhana X atas Y adalah sebagai berikut:

Y = a + bX

(Riduwan, 2004;145)

Keterangan :

a= Bilangan konstanta

b= Angka arah atau koefisien regresi

X= Variabel Dependen

Y= Variabel Independen

n= Lamanya periode

Harga a dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

a = (Riduwan, 2004;145)

Harga b dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

b =

(Riduwan, 2004;145)

3.6.1.2.2 Analisis Korelasi Product MomentKoefisien korelasi adalah ukuran yang dipakai untuk menentukan derajat atau kekuatan antara kedua variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini, koefisien korelasi yang dipakai adalah koefisien korelasi product moment. Hubungan dua variabel terdiri dari dua macam yaitu hubungan yang positif dan hubungan yang negatif. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara X dan Y disebut koefisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi harus terdapat dalam batas -1 r 1. Tanda positif menunjukkan adanya korelasi (pengaruh) positif atau korelasi langsung rumus koefisien korelasi tersebut adalah sebagai berikut:

ryx = (Riduwan, 2004:145)

Keterangan :

ryx = Koefisien Korelasi antara variabel x dan y

n = Jumlah periode

X = Nilai variabel X

Y = Nilai variabel Y

Besarnya hubungan dari kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI

Koefisien KorelasiTingkat Hubungan

0,80 1,00

0,60 0,79

0,40 0,59

0,20 0,39

0,00 0,19Sangat Kuat

Kuat

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Sumber : Riduwan (2004:136)

3.6.1.2.3 Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui kuadrat dari koefisien korelasi dengan cara menghitung koefisien determinasi. Koefisien ini disebut penentu, karena varian yang terjadi pada veriabel dependen dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada variabel independen.

Maka dalam penelitian ini, koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dari Financial Leverage (X) terhadap Earning Per Share (EPS) (Y), dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan koefisien determinasi (KD).

Kd = ryx2 x 100%(Riduwan, 2004:136)

Keterangan:

Kd= Nilai koefisien determinasi

ryx= Nilai koefisien korelasi

3.6.2 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara t tabel dengan t hitung. Rumus t hitung dapat dilihat dalam persamaan berikut:

t hitung = Keterangan :

t hitung= Statistik uji korelasi

ryx= Koefisien korelasi Product Momentn= Banyaknya data

ryx2= Koefisien determinasi

Secara statistik, hipotesis yang akan diuji dalam pengambilan keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis dapat ditulis sebagai berikut:

Ho : r = 0,Variabel X (Financial Leverage) tidak berpengaruh terhadap variabel Y (Earnig Per Share).

Hi : r 0,Variabel X (Financial Leverage) berpengaruh terhadap variabel Y (Earnig Per Share).

Keputusan pengujian t hitung adalah sebagai berikut:

1. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima

2. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak

Kriteria pengambilan keputusan untuk hipotesis dilakukan pada taraf kesalahan 0,05 dengan derajat kebebasan dk = n-2.

Earning Per Share

(Y)

Financial Leverage

(X)