Up Yogik Fix

download Up Yogik Fix

of 50

Transcript of Up Yogik Fix

ANALISIS SKALA EKONOMIS PADA INDUSTRI PAKAIAN JADI TEKSTIL DI KOTA DENPASAR

Oleh: I MADE YOGI PRADNYA SUGIARTANA NIM : 0806105090

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan daerah Bali merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yang meliputi berbagai aspek kehidupan baik fisik maupun mental yang bertujuan untuk meningkatkan harkat,martabat serta memperkuat kepribadian dan jati diri masyarkat Bali lokal,regional maupun nasional. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat, oleh karena itu pelaksanaan pembangunan harus menjamin pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia yang sekaligus untuk mencegah adanya jurang antara si kaya dan si miskin. Pembangunan sebagaimana dikonsepkan oleh para ahli ekonomi telah

menciptakan perubahan penting dalam kehidupan suatu bangsa. Pembangunan telah mengantarkan negara-negara sedang berkembang memasuki tahapan modernisasi sebagai titik lompatan menuju kehidupan yang maju dan sejahtera. Hakekatnya pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Salah satu indikator kemajuan pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi (Wijono, 2005:1), maka untuk mencapai hal tersebut pemerintah dalam melaksanakan pembangunan akan semakin mengandalkan pada aktifitas dan peran aktif masyarakat itu sendiri agar terwujud masyarakat yang sejahtera.

2

Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat, sehingga pendapatan dapat mencerminkan kemajuan ekonomi suatu masyarakat (Lincolin Arsyad, 1999:25). Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Indonesia sudah berkembang pesat, salah satunya pertumbuhan yang terjadi di sektor industri. Pertumbuhan sektor industri di Indonesia akan sangat dipngaruhi oleh skala usaha atau skala produksi dari suatu perusahaan yang masuk dalam industri tersebut, dan biasanya semakin besar skala usaha atau skala produksinya cenderung akan menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi atau input yang tinggi sehingga perusahaan akan berkembang lebih pesat. Perkembangan ekonomi khususnya sektor industri adalah salah satu kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu, sehinga diusahakan jika semakin besar kegiatan ekonomi khususnya sektor industri maka semakin luas lapangan kerja produktif bagi masyarakat (Lincolin Arsyad, 1999:353). Perkembangan yang terjadi di sektor industri sekarang ini mulai menjadikan sektor industri sebagai sektor yang sangat diminati dan bisa berkembang dengan pesat apalagi dengan didukung oleh teknologi tepat guna yang juga terus mengalami perkembangan. Perkembangan sektor industri di Indonesia merupakan harapan

pemerintah, akan tetapi tidak dengan mengurangi kontribusi dari sektor-sektor ekonomi lainnya. Pemerintah berharap semua sektor bisa berkembang secara seimbang dan terus mengalami perkembangan. Peran pemerintah pusat dan

3

pemerintah daerah sangat di perlukan untuk meningkatkan sektor industri, peran pemerintah diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memilki sektor industri yang berkembang pesat, akan tetapi perkembangan sektor industri di bidang migas tidak terlalu baik ini disebabkan karena Provinsi Bali tidak memiliki sumber daya mineral yang banyak, sehingga pembangunan sektor industri di Bali diarahkan di bidang non migas. Pembangunan sektor industri di bidang non migas di Bali diarahkan pada pembangunan-pembangunan industri rumah tangga kecil dan menengah dimana salah satunya adalah industri pakaian jadi tekstil, Perkembangan industri pakaian jadi tekstil di Bali sangat pesat dikarenakan sektor industri tekstil juga pesat perkembangannya dimana sektor industri pakaian jadi tekstil melengkapi industri tekstil dalam menambah nilai produk yang dihasilkan sektor industri tekstil ini. Perkembangan sektor industri pakaian jadi tekstil dan industri lainnya di Provinsi Bali tidak terlepas dari peran masing-masing kabupaten/kota dan salah satunya Kota Denpasar yang merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian di Bali. Kota Denpasar yang merupakan pusat pemerintahan dan pusat

perekonomian memiliki laju pertumbuhan rata-rata PDRB tahun 2005-2009 dari sektor industri masih lebih rendah dibandingkan dua sektor lainnya dimana hal tersebut terlihat dari data PDRB Kota Denpasar atas dasar harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha pada tahun 2005-2009 pada Tabel 1.1

4

Tabel 1.1 menunjukkan, bahwa laju pertumbuhan dari sektor industri pada tahun 2006 sempat mengalami penurunan menjadi 4,61 persen dari tahun 2005 sebesar 0,09 persen, kemudian tahun 2007 mengalami peningkatan yang tinggi yaitu 5,06 persen menjadi 9,67 persen, ini dikarenakan dampak dari sektor tersier yaitu perdagangan, hotel dan restoran dalam perdagangan besar dan eceran yang meningkat pertumbuhannya pada tahun 2007, dan pada tahun 2008 sektor industri mengalami penurunan lagi sebesar 1,96 persen menjadi 7,71 persen, laju pertumbuhan dari sektor industri kembali meningkat pada tahun 2009 menjadi 7,74 persen. Pada Tabel 1.1 juga menunjukan meskipun PDRB rata-rata sektor industri menempati urutan ketiga dari kesembilan sektor yang ada, tetapi PDRB rata-rata sektor industri masih lebih tinggi dari rata-rata seluruh sektor yang ada pada tahun 2005 sampai 2009. Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Denpasar Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2005 2009 (Persen)No. Lapangan Usaha [1] Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB 2005 [2] 3,87 0,32 4,70 7,21 6,97 6,73 5,53 4,84 8,47 6,05 2006 [3] 5,47 0,28 4,61 8,05 6,73 5,23 5,92 5,15 9,53 5,88 2007 [4] 2,80 0,29 9,67 3,84 4,28 9,92 4,87 3,67 2,85 6,60 2008 [5] 2,06 0,25 7,71 8,19 5,61 9,99 4,83 4,01 4,29 6,83 2009 [6] 6,81 5,38 7,74 8,78 3,88 7,35 6,87 4,10 4,71 6,53 Ratarata [7] 4,20 1,30 6,89 7,21 5,50 7,84 5,60 4,36 5,97 6,38

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Sumber : BPS Provinsi Bali, 2009

5

Tabel berikutnya adalah rekapitulasi industri rumah tangga, kecil dan menengah yang ada di Provinsi Bali berdasarkan di Kabupaten pada tahun 2009, terlihat dalam Tabel 1.2. Tabel 1.2 Rekapitulasi Industri Rumah Tangga, Kecil dan Menengah di Provinsi Bali Berdasarkan Kabupaten Tahun 2009

Jumlah Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi (Unit) (orang) (Rp.000) 1. Badung 873 12.232 393.558.508 2. Buleleng 557 3.685 7.168.275 3. Bangli 275 2.675 2.275.017 4. Denpasar 3.561 27.855 275.203.628 5. Gianyar 508 8.477 357.578.183 6. Jembrana 1.335 8.655 4.4934.935 7. Karangasem 426 3.726 1.539.284.358 8. Klungkung 398 4.156 7.886.713 9. Tabanan 473 6.368 59.206.528 Total 8.406 77.829 2.687.105.140 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, 2009 No. Kabupaten

Tabel 1.2 menunjukan bahwa pada tahun 2009 Kota Denpasar memiliki jumlah unit usaha di sektor industri rumah tangga, kecil dan menengah yang terbanyak di Provinsi Bali yaitu sebanyak 3.561 unit usaha, dengan jumlah tenaga kerja terbesar yaitu 27.855 orang. Perkembangan industri rumah tangga, kecil dan menengah di Kota Denpasar menjadikan Kota Denpasar sebagai kabupaten/kota yang paling banyak memiliki unit usaha di sektor industri rumah tangga, kecil dan menengah salah satunya adalah industri pakian jadi tekstil. Perkembangan industri di Kota Denpasar menjadikan Kota Denpasar sebagai kabupaten/kota yang paling banyak memiliki unit usaha pakian jad dari tekstil. Jumlah unit usaha, tenaga

6

kerja, dan investasi industri pakaian jadi tekstil menurut kabupaten/kota di Provinsi Bali pada tahun 2009 terlihat dalam Tabel B.3. Tabel 1.3. Rekapitulasi Industri pakaian jadi tekstil per Kabupaten di Provinsi Bali Berdasarkan Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Investasi Tahun 2009 Jumlah Unit usaha 26 17 27 145 29 16 25 4 509 Tenaga Kerja (Orang) 58 85 641 4.180 596 239 246 37 8.521 Nilai Investasi (Rp.000) 80.605 144.514 3.820.867 321.933.320 2.744.318 305.664 126.150 62.117 6.048.272

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Kabupaten Jembrana Buleleng Tabanan Badung Gianyar Klungkung Karangasem Bangli Denpasar

Total 798 14.603 331.444.960 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, 2009

Tabel 1.3.menunjukan bahwa jumlah unit usaha pakian jadi dari tekstil di Kota Denpasar merupakan jumlah terbanyak di Provinsi Bali sebanyak 509 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja 8.521 orang serta nilai investasi sebesar Rp.331.444.960,- dan selanjutnya pada tahun 2010 untuk Kota Denpasar industri pakain jadi tekstil mengalami perkembangan. Jumlah unit usaha, tenaga kerja, investasi industri pakaian jadi tekstil berdasarkan kecamatan di Kota Denpasar tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel B.4.

7

Tabel 1.4. Jumlah Industri Pakian Jadi Tekstil di Kota Denpasar tahun 2007-2010

No 1 2 3 4

Tahun 2007 2008 2009 2010

Jumlah Indsutri Pakaian Jadi Tekstil (Unit) 430 459 509 525

Persentase(%)

0% 6,3% 9,8% 3,0%

Sumber : Disperindag Kota Denpasar, 2011 Tabel 1.4 menunjukan bahwa jumlah unit usaha pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar terus mengalami kenaikan setiap tahunya.kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2008 dimana jumlah industri pakaian jadi dari tekstil di kota denpasar mengalami pertambahan sebanyak 29 industri.dari tabel 1.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 jumlah industri pakaian jadi dari tekstil mengalami peningkatan menjadi 525 industri dari jumlah industri pakaian jadi dari tekstil pada tahun 2009 yang berjumlah 509 industri.Jumlah industri pakaian jadi dari tekstil seKecamatan di Kota Denpasar tahun 2010 dapat dilihat di tabel B.5,

Tabel 1.5 Jumlah Industri Pakian Jadi Tekstil Se-Kota Denpasar Tahun 2010 No 1 2 3 4 Kecamatan Jumlah (Unit) Persentase (%) 16,4 9,9 34,67 39,05 100

Denpasar Utara 86 Denpasar Timur 52 Denpasar Selatan 182 Denpasar Barat 205 525 Jumlah Sumber : Disperindag Kota Denpasar, 2011

8

Pada tabel 1.5 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 industri pakain jadi tekstil telah menyebar di empat kecamatan di Kota Denpasar.Data pada tabel 1.5 Menunjukkan bahwa Kecamatan Denpasar Barat memiliki jumlah industri pakaian jadi dari tekstil yang lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lainya.Jumlah industri pakaian jadi dari tekstil di kecamatan Denpasar Barat pada tahun 2010 sebanyak 205 industri dari 525 industri pakian jadi dari tekstil yang berada di Kota Denpasar.Denpasar Selatan berada diperingkat ke dua dengan jumlah industri sebanyak 182 industri dari 525 industri pakaian jadi dari tekstil di Kota Denpasar.Denpasar Timur memiliki jumlah industri paling sedikit yakni sebanyak 52 industri dari 525 industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar. Meningkatnya jumlah penduduk di Kota Denpasar harus diikuti dengan pertambahan jumlah tenaga kerja, maka salah satu kegiatan yang banyak menyerap tenaga kerja,maka salah satu kegiatan yang banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor industri pakaian jadi tekstil,diamana sampai sekarang masih dapat bertahan bahkan cenderung semakin mengalami peningkatan.seperti yang kita ketahui bahwa produk yang dihasilkan oleh industri ini adalah dimana pakaian merupakan kebutuhan pokok masyarakat,jadi dengan bertambahnya penduduk diharapkan juga produksi dari industri pakian jadi ini ikut meningkat. Perkembangan nilai produksi pakian jadi tergantung dari pada faktorfaktor yang digunakan dalam proses produksi.Dimana nilai produksi sangat dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja yang diserap dan modal yang digunakan oleh perusahaan itu sendiri.pada tabel 1.6 disajikan jumlah nilai produksi industri pakian jadi dari tekstil Kota Denpasar tahun 2007-2010.

9

Tabel 1.6 Jumlah Nilai Produksi Industri Pakian Jadi Tekstil di Kota Denpasar Tahun 2007-2010

No

Tahun 2007

Jumlah Nilai Produksi (Rp.000) 357.879.208 387.904.507 450.374.257

Persentase (%) 0% 7,7% 13,8% 9,8%

2 3

2008 2009

4 2010 499.837.157 Sumber : Disperindag Kota Denpasar, 2010

Pada tabel 1.6 Jumlah nilai produksi industri pakaian jadi dari tekstil di Kota Denpasar terus mengalami peningkatan tiap tahunya.peningkatan jumlah nilai produksi paian jadi tertinggi terjadi pada tahun 2009 dimana jumlah nilai produksi mengingkat sejumlah Rp. 62.496.750.000.pada tahun 2010 jumlah nilai produksi mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp.499.837.157.000. Faktor tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam kegiatan produksi.peranan tenaga kerja akan semakin besar di dalam industri kecil yang bersifat umum,dimana ketelitian keterampilan dari pada karyawan yang menangani proses produksi mempunyai akibat langsung terhadap produksi yang dihasilkan(Ashyari 1985:55).kenaikan produksi yang dilakukan di industri akan menambah penggunaan teanaga kerja.jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 1.7.

10

Tabel 1.7 Jumlah Tenaga Kerja Industri Pakian Jadi Tekstil di Kota Denpasar tahun 2007-2010

No

Tahun

Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

Persentase (%) 0% 4,6% 7,2% 3,1%

1 2007 7.534 2 2008 7.902 3 2009 8.521 4 2010 8.798 Sumber : Disperindag Kota Denpasar,2011

Pada Tabel 1.7 dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja yang diserap oleh industri paian jadi tekstil di kota denpasar terus mengalami kenaikan tiap tahunnya.peningkatan tenaga kerja tertinggi terjadi pada tahun 2009 dimana pada tahun ini jumlah tenaga kerja mengalami peningkatan sebanyal 611 pekerja.pada tahun 2010 jumlah tenaga kerja mengalami peningkatan menjadi 8.798 pekerja. Faktor Investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi,dimana modal dapat meningkatkan produksi dengan jalan meningkatkan kapasitas produksi (Sukirno,2000:368). Investasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses produksi.karena investasi mempunyai peranan yang penting karena dapat meningkatkan produksi yang dihasilkan.jumlah modal industri pakian jadi di Kota Denpasar pada tahun 2007-2010 dapat dilihat pada Tabel B.8

Tabel 1.8 Jumlah Investasi Industri Pakian Jadi dari tekstil di Kota Denpasar Tahun 2007-2010

No Tahun Nilai Investasi (Rp.000) 1 2007 48.943.876 2 2008 51.347.466 3 2009 67.285.397 4 2010 70.728.684 Sumber : Disperindag Kota Denpasar, 2011

Persentase(%) 0% 4,6% 23% 4,8%

11

Pada Tabel 1.8 dapat dilihat bahwa jumlah investasi industri pakian jadi dari tekstil di kota denpasar selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,peningkatan tertinggi terjasdi pada tahun 2009 dimana jumlah investasi mengalami peningkatan sebesar Rp 15.937.931.000, Perkembangan industri pakaian jadi di Kota Denpasar menghadapi banyak kendala yang hampir sama dengan yang dialami industri rumah tangga, kecil dan menengah lainnya dimana masalah utamanya adalah dalam kurangnya dari segi permodalan bagi beberapa usaha industri pakaian jadi yang masih berbasis usaha mikro dan kecil di Kota Denpasar yang membuat adanya ketimpangan permodalan dengan usaha industri pakaian jadi yang mempunyai modal kuat, selain itu persaingan usaha yang sangat ketat mengingat Kota Denpasar sebagai sentra industri usaha, serta penggunaan tenaga kerja dan jam kerja yang terbatas dan belum optimal sangat berpengaruh terhadap kapasitas produksi. Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja usaha pakian jadi tekstil ini untuk mengetahui skala ekonomis serta bagaimana sifat produksi pada industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut. 1) Bagaimana skala ekonomis industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar? 2) Apakah sifat produksi industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar bersifat padat modal atau padat karya? maka dapat

1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang ada, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis skala ekonomis pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar.

12

2. Untuk menganaAsifat produksi industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar bersifat padat modal atau padat karya. 1.2.2 Kegunaan Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan

pemahaman mahasiswa mengenai pengaplikasian teori yang telah didapatkan selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi terutama mengenai skala ekonomis dan pendapatan pengusaha industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar akibat adanya tenaga kerja dan modal usaha yang berbeda antar pengusaha pakaian jadi tekstil. 2) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pengusaha industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar mengenai beberapa faktor yang mendasari besar kecilnya jumlah pendapatan yang diterima pengusaha industri pakaian jadi tekstil sehingga diharapkan pemerintah maupun pihak yang terkait dapat mengambil kebijakan yang mampu menciptakan kesejahteraan masyarakat.

13

1.3 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu: BAB I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan laporan, metode penulisan, serta sistematika penyajian.

BAB II Kajian Pustaka Bab ini menguraikan teori yang mendukung pokok permasalahan yang dibahas dalam laporan ini yaitu mengenai skala ekonomis dan sifat produksi industri bordir di Kota Denpasar .

BAB III Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai objek penelitian, jenis data, responden penelitian, metode penentuan sampel, metode penelitian serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV Pembahasan Bab ini menguraikan gambaran umum Daerah Penelitian dan pembahasan mengenai permasalahan dalam penelitian, yaitu Skala Ekonomis dan Sifat Produksi Industri Bordir di Kota Denpasar.

BAB V Penutup Bab ini membahas mengenai kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan laporan dan saran yang dapat diberikan sehubungan dengan kesimpulan yang diperoleh.

14

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 2.1.1

Landasan Teori Konsep Produksi

2.1.1.1 Pengertian Produksi Produksi adalah salah satu dari kegiatan ekonomi suatu perusahaan, sebab tanpa adanya proses produksi maka tidak akan ada barang atau jasa yang dihasilkan. Menurut Ahman (2004:116), pengertian produksi mengalami perkembangan yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Menurut aliran Fisiokrat, produksi adalah kegiatan untuk menghasilkan barang baru (product nett). 2) Menurut aliran Klasik, produksi adalah kegiatan menghasilkan barang. Barang yang dihasilkan tidak harus barang baru, tetapi bisa juga barang yang hanya diubah bentuknya. 3) Pengertian produksi terus berkembang yang pada akhirnya para ekonom memberikan pengertian produksi sebagai kegiatan menghasilkan barang maupun jasa, atau kegiatan menambah manfaat suatu barang. Produksi juga dapat diartikan sebagai tempat kegiatan yang menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan falsafah baru (Ahyari, 1985:6). Menurut Adiningsih (1999:3), produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input terdiri dari bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi dan output adalah barang dan jasa yang

15

dihasilkan dari suatu proses produksi. Input dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu input tetap dan input variabel. Input tetap berupa sumber daya alam seperti tanah, gedung dan lainnya sedangkan input variabel adalah input yang dapat diubah jumlahnya dalam jangka pendek (Suryawati, 1996:57).

2.1.1.2 Faktor-faktor Produksi Menurut Wiwit (2006:18), faktor produksi atau input merupakan hal yang mutlak harus ada untuk menghasilkan suatu produksi. Dalam proses produksi, seorang pengusaha dituntut mampu menganalisa teknologi tertentu yang dapat digunakan dan bagaimana mengkombinasikan beberapa faktor produksi

sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh hasil produksi yang optimal dan efisien. Menurut Ahman (2004:118), faktor produksi merupakan unsur-unsur yang dapat digunakan atau dikorbankan dalam proses produksi. Faktor-faktor produksi menurut Soekarwati (2003:167) adalah: 1). Tenaga Kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan hanya dilihat dari tersedianya jumlah tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu diperhitungkan. 2). Modal, dalam hal ini proses produksi modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu modal tetap dan modal tidak tetap, dimana perbedaan tersebut disebabkan karena ciri-ciri yang dimiliki oleh modal tersebut. Faktor produksi seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin dimasukkan ke dalam modal tetap dan sering disebut investasi. Modal tetap adalah biaya yang dilakukan dalam proses produksi dan tidak habis dalam sekali proses produksi. Modal tidak tetap adalah biaya yang

16

dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam waktu satu kali produksi, misalnya modal yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku penolong dan yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja. 3). Manajemen, dalam suatu usaha peranan manajemen menjadi sangat penting dan strategis. Manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta evaluasi dalam suatu proses produksi dimana dalam prakteknya faktor manajemen banyak dipengaruhi oleh berbagai aspek antara lain tingkat pendidikan, tingkat ketrampilan, skala usaha, besar kecilnya kredit, macam komoditas serta teknologi yang digunakan. Untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi atau input dengan output.

2.1.1.3 Fungsi Produksi Proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara output dengan input. Fungsi produksi juga dapat diartikan sebagai fungsi matematis yang menyatakan berapa jumlah suatu masukan dalam jumlah unit tertentu, sedangkan menurut Sukirno (2000:194), fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara input sumber daya perusahaan (faktor-faktor produksi) dan keluarannya (output) yang berupa barang dan jasa per unit waktu yang dirumuskan sebagai berikut. A = f(K,L,R,T) ............................................................... (2.1) Keterangan :

17

A = Barang yang diproduksi K = Kapital / Modal L = Labour / Tenaga kerja R = Resources / Alam T = Teknologi Input modal seringkali sulit dihitung menurut periode karena modal perusahaan sendiri terdiri dari barang modal dengan berbagai variasi usia, baik masa pakai atau produktivitasnya, begitu pula dengan input tenaga kerja dimana perusahaan memperkerjakan orang-orang dengan kualitas yang bervariasi. Akibatnya para peneliti terfokus menggandaikan fungsi produksi, dengan konsep yang lazim disebut produksi Coob Douglas. Secara umum Formulasinya adalah:

Q = A. La. Kb................................................................... Keterangan: Q = Output A = Konstanta L = Kualitas jasa tenaga kerja K = Kualitas jasa modal a = Koefisien tenaga kerja b = Koefisien modal

(2.2)

Persamaan 2.3 dan 2.4 merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang bergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda

18

pula. Disamping itu, untuk satu tingkat produksi tertentu dapat pula digunakan gabungan faktor produksi yang berbeda-beda.

2.1.1.4 Siklus Kehidupan Produk (Product Life Cycle) Konsep ini menyatakan bahwa hampir semua produk baru yang ditawarkan kepada masyarakat akan menjalani suatu siklus kehidupan yang terdiri dari 4 tahap dalam periode waktu yang terbatas (Purnawati, 2004:13) yaitu : Gambar 2.1 Tahapan Siklus Kehidupan Produk Volume PenjualanKedewasaan Pertumbuhan Perkenalan

Penurunan

waktu Sumber: Purnawati (2004:13) 1) Tahap Perkenalan (Introduction), tahapan ini volume penjualan masih rendah, terdapat masalah-masalah teknis, sehingga biaya produksi tinggi. Pembeli produk mungkin hanya konsumen yang mencoba-coba sehingga kegiatan pemasaran yang gencar sangat diperlukan untuk menimbulkan keinginan, perhatian, percobaan, dan pembelian. Kegiatan produksi yang diperlukan adalah perhatian pada mutu dan desain. 2) Tahap Pertumbuhan (Growth), tahapan ini volume penjualan meningkat pesat, biaya produksi lebih rendah. Bagian R&D penting untuk meningkatkan

19

keandalan produk, perbaikan produk yang kompetitif dan di standarisasi serta mengembangkan model-model baru serta feature pada produk, kapasitas dan distribusi ditingkatkan untuk meningkatkan penjualan. 3) Tahap Kedewasaan (Maturity), tahapan ini ditandai dengan peningkatan volume penjualan yang semakin kecil bahkan tidak bertambah, karena setiap orang atau pembeli potensial sekarang telah memiliki produk, sehingga penjualan sangat tergantung pada pergantian (replacement) dan pertambahan penduduk. Tugas manajemen produksi pada tahap ini adalah memodifikasi produk dan mengusahakan inovasi produk. 4) Tahap Penurunan (Decline), hampir semua produk akan sampai pada tahapan ini, terjadi penurunan permintaan, diferensiasi produk sangat kecil, karena semakin banyaknya bermunculan produk-produk baru di pasaran. Manajemen dapat melakukan pemangkasan terhadap margin yang baik dan produk-produk yang tidak kapasitas untuk

memberikan

pengurangan

meminimalkan biaya. Tidak semua produk yang dikembangkan mampu melewati keempat tahapan tersebut, ada produk yang bisa berpindah dari tahap perkenalan ke tahap penurunan atau dari tahap kejenuhan ke tahap pertumbuhan kedua. Begitu juga dengan lama waktu siklus akan berbeda-beda sesuai dengan strategi operasi perusahaan. Perubahan pasar, kemajuan teknologi dan faktor-faktor lingkungan akan menciptakan kecenderungan bagi perusahaan untuk mendisain produkproduk baru.

20

2.1.1.5 Perluasan Produksi Biasanya pengusaha selalu berusaha meningkatkan hasil produksinya dengan berbagai cara diantaranya dengan usaha perluasan produksi dalam berproduksi. Menurut Ahman (2004:121), perluasan produksi mengandung arti memperluas dan meningkatkan produksi dengan maksud meningkatkan produk, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perluasan produksi dapat dilakukan dengan cara : 1) Intensifikasi, merupakan usaha untuk meningkatkan hasil produksi dengan cara memperbaiki atau mengganti alat produksi yang digunakan baik dengan meningkatkan produktivitas faktor-faktor produksi maupun memperbaiki metode kerja. 2) Ekstensifikasi, merupakan usaha untuk meningkatkan hasil produksi dengan cara memperluas atau menambah faktor produksi. 3) Diversifikasi, merupakan cara untuk meningkatkan produksi memperluas usaha dengan menambah jenis produksi atau hasil. Misalnya mula-mula memproduksi benang, kain, kemudian pakaian jadi. 4) Rasionalisasi, merupakan usaha untuk meningkatkan produksi dengan meningkatkan manajemen keilmuwan melalui jalur pendidikan dan teknologi, serta mempertinggi efisiensi kerja dan modal.

21

2.1.2

Skala Ekonomi dan Sifat Produksi

Skala ekonomis menunjukan hubungan antara output dengan biaya sebagai akibat

adanya proses produksi. Perusahaan mendapatkan skala ekonomi bila peningkatan

biaya operasi dengan tingkat yang lebih rendah dari outputnya (Hadri, 2005:82).

Skala ekonomis yang ditentukan oleh hubungan antara biaya rata-rata dengan

output disebut skala ekonomis yang bersumber dari dalam (intern economis),

yaitu faktor ekonomi yang timbul dari peningkatan ukuran perusahaan. Eksternal

ekonomi seperti perubahan teknologi dan perubahan harga-harga input adalah

faktor ekonomis yang timbul akibat perubahan faktor-faktor luar, selanjutnya

menurut Adiningsih dan Kadarusman (2008:37), skala ekonomis dibedakan

menjadi 3 jenis yaitu :

1) Increasing Return To Scale yaitu skala yang semakin meningkat ditunjukan oleh laju pertambahan produksi lebih besar daripada laju pertambahan biaya rata-rata. 2) Constan Return To Scale yaitu penerimaan skala tetap, yang ditunjukan oleh laju pertambahan produksi yang besarnya sama dengan laju pertambahan biaya rata-rata.

22

3) Decreasing Return To Scale yaitu penerimaan skala yang semakin menurun yang ditunjukan oleh laju pertambahan produksi yang lebih kecil dari laju pertambahan biaya rata-rata Menurut Sudarsono (1995:143), ada 3 jenis hukum produksi terhadap skala yang berlaku yaitu : 1. Kenaikan produksi lebih dari sebanding terhadap skala (law of increasing returns to scale). 2. Kenaikan produksi sebanding terhadap skala (law of constant returns to scale). 3. Kenaikan produksi kurang sebanding terhadap skala (law of decreasing returns to scale). Ketiga jenis hukum tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 2.2 Hukum Kenaikan Produksi Lebih dari Sebanding terhadap Skala

M (Modal)

B B Q > 2Q0 A 2Q0 Q0 0 Sumber : Sudarsono (1995:144) TK (Tenaga kerja)

23

Gambar 2.3 M (Modal)

Hukum Kenaikan Produksi Sebanding terhadap Skala

B Q = 2Q0 A Q0 0 Sumber : Sudarsono (1995:144) TK (Tenaga Kerja)

Gambar 2.4 Hukum Kenaikan Produksi Kurang dari Sebanding terhadap Skala M (Modal)

B B 2Q0 A Q0 0 Sumber : Sudarsono (1995:144) TK (Tenaga Kerja) Q < 2Q0

24

Gambar 2.2 menunjukkan hukum kenaikan produksi lebih dari sebanding dengan kenaikan skala. Untuk mendapatkan hasil produksi 2Q0 atau dua kali lipat dari semula hanya dibutuhkan kuantitas faktor produksi kurang dari dua kali lipat, hasil produksi naik dengan lebih dari dua kali lipat. Gambar 2.3 menunjukkan bahwa bila seluruh faktor produksi dinaikkan dua kali lipat secara seragam, produksi juga naik dua kali lipat. Jadi kenaikan produksi sebanding dengan kenaikan skala. Gambar 2.4 mencerminkan hukum kenaikan produksi kurang sebanding dengan kenaikan skala. Untuk menaikkan produksi dua kali lipat dibutuhkan kenaikan faktor produksi lebih dari dua kali lipat. Atau sebaliknya bila faktor hanya dinaikkan dua kali lipat, kenaikkan produksi kurang dari dua kali lipat. Skala ekonomis mengacu pada apa yang terjadi terhadap output bila semua masukan berubah secara proporsional atau bagaimana laju peningkatan produksi bila semua masukan digandakan secara proposional (Gujarati, 1997:99). Secara matematis konsep skala ekonomis dinyatakan pada persamaan berikut.

Y=E.LF1.KF2.................................................................. (2.3) LnY=lnE+F1lnL+F2lnK+u.......................................... Keterangan : Y= Output L= Labour / Tenaga Kerja K= Kapital / Modal E= Konstanta (2.4)

25

F= Koefisien Regresi Dari Persamaan 2.1 yang kemudian dinyatakan dalam bentuk logaritma menjadi Persamaan 2.2 dapat ditentukan skala ekonomis dalam proses produksi industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar. 1) Jika F1+F2 > 1, maka industri pakaian jadi tekstil di kota Denpasar, berada dalam kondisi increasing return to scale. 2) Jika F1+F2 = 1, maka industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar, berada dalam kondisi constant return to scale. 3) Jika F1+F2 < 1, maka industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar, berada dalam kondisi decreasing return to scale. Parameter F1 dan F2 juga menggambarkan hubungan antara faktor produksi L dan K . Bila nilai F1 > F2 fungsi produksinya bersifat padat karya, dan apabila sebaliknya, maka fungsi produksinya bersifat padat modal.

2.1.3 Konsep Tenaga Kerja Soeroto (1983:6) mengatakan, bahwa istilah tenaga kerja sama dengan istilah employment dalam bahasa inggris yang berasal dari kata kerja to employ yang berarti menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan. Employment berarti keadaan orang yang sedang sehari-hari biasa

mempunyai pekerjaan. Penggunaan istilah employment

dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dapat dimaksudkan adalah sejumlah orang yang dipekerjakan atau yang melakukan pekerjaan tersebut. Jadi pengertian

26

employment dalam bahasa inggris sudah jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto, 1983:6). Tenaga kerja adalah orang yang melaksanakan dan menggerakkan segala kegiatan, menggunakan peralatan dengan teknologi dalam menghasilkan barang dan jasa yang bernilai ekonomi untuk memenuhi kebutuhan manusia (Herawati, 2008:13). Ritonga (2001:165) mendefinisikan tenaga kerja adalah bagian dari penduduk yang memiliki potensi untuk bekerja, potensi ini berada pada batasan umur dari penduduk. Menurut Simanjuntak (1990:20), mendefinisikan tenaga kerja adalah penduduk yang sudah dan sedang bekerja, yang sedang mencari dan yang sedang melakukan kegiatan lain, seperti sekolah atau mengurus rumah tangga, walaupun tidak bekerja namun mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dapat dibedakan oleh batasan umur. Tenaga kerja di Indonesia adalah penduduk yang berumur 10 tahun keatas, sementara Sumitro Djojohadikusumo (1994:197), berpendapat bahwa tenaga kerja adalah bagian dari penduduk yang berusia 10-64 tahun. Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Menurut Simanjuntak (1990:16), angkatan kerja adalah bagian penduduk yang berada pada usia kerja yang potensial untuk bekerja, secara operasional batasan umurnya adalah 10 tahun keatas yang terdiri dari: (1) pengangguran adalah orang yang sama sekali tidak bekerja dan berusaha mencari kerja, (2) setengah menganggur yaitu jam kerja mereka kurang dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatannya rendah, (3) bekerja penuh adalah orang yang sedang

27

bekerja dengan jam kerja yang optimal, sedangkan bukan angkatan kerja adalah bagian dari penduduk usia kerja yang tidak aktif secara ekonomi, seperti yang masih bersekolah, mengurus rumah tangga, penerima pensuinan, mereka yang hidupnya tergantung dengan orang lain karena lanjut usia, cacat, berada dalam penjara dan sakit kronis.

2.1.4 Konsep Investasi/Penanaman Modal Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatanperalatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan (Sukirno, 2000:76). Menurut Sukirno (2000:117), secara garis besar investasi dapat dibedakan menjadi dua antara lain: 1) Autonomus Investment, yaitu jenis investasi yang tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, misalnya investasi pada rehabilitas prasarana jalan, irigasi dan sebagainya, walaupun investasi ini tidak mempunyai kaitan dengan tingkat pendapatan tetapi secara tidak langsung (dengan sendirinya) dilaksanakan untuk memperlancar roda perekonomian itu sendiri. Investasi jenis ini biasanya banyak dilakukan oleh sektor pemerintah, karena investasi ini akan menyangkut banyak aspek sosial budaya yang ada di masyarakat. 2) Induced Investment, yaitu jenis investasi yang mempunyai kaitan dengan tingkat pendapatan, misalnya adanya kenaikan pendapatan yang ada pada

28

masyarakat di suatu tempat atau negara menyebabkan kenaikan kebutuhan barang tertentu. Kenaikan atau pertambahan permintaan terhadap barang sudah tentu akan mendorong untuk melakukan investasi. Faktor- faktor yang menentukan jumlah investasi menurut Deliarnov (1999:84), antara lain: 1) Inovasi dan teknologi Adanya temuan-temuan baru yang menyebabkan cara-cara produksi lama yang menjadi tidak efisien. Untuk itu perusahaan-perusahaan perlu menanamkan investasi untuk membeli peralatan mesin-mesin yang canggih. 2) Tingkat perekonomian Masih banyak aktivitas perekonomian makin besar pendapatan nasional dan makin banyak bagian pendapatan yang dapat ditabung yang pada gilirannya akan diinvestasikan pada usaha yang menguntungkan. 3) Ramalan atau harapan orang tentang perekonomian dimasa mendatang Jika ramalan atau harapan tentang kondisi perekonomian dimasa mendatang bagus, investasinya. 4) Tingkat keuntungan perusahaan Makin besar tingkat keuntungan perusahaan, maka makin banyak bagian laba yang dapat ditahan dan dapat digunakan untuk tujuan investasi. 5) Situasi politik maka investor akan tertarik untuk mlakukan

29

Jika situasi politik aman dan pemerintah banyak memberikan kemudahankemudahan bagi perusahaan, tingkat investasi akan tinggi.

2.1.5 Konsep Industri Industri dalam konsep industri adalah kumpulan dari perusahaanperusahaan yang menghasilkan produk sejenis. Menurut Badan Pusat Statistik Semarang (2002:96), industri di Indonesia dapat digolongkan kedalam beberapa macam kelompok. Industri didasarkan pada banyaknya tenaga kerja dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu: 1) Industri besar, memiliki jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih. 2) Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20 99 orang. 3) Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5 19 orang. 4) Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1 4 orang. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

tentang usaha mikro, kecil, dan menengah kriteria-kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah yaitu sebagai berikut. (1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut : a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

30

(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut : a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). (3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut : a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.1.6

Industri Pakaian Jadi Tekstil Industri Pakaian jadi dari tekstil merupakan industri yang cukup

berkembang di Provinsi Bali khususnya di Kota Denpasar yang merupakan sentra industri pakaian jadi dari tekstil,Bahan baku utamanya adalah kain atau tekstil dimana hasil produksinya diolah menjadi pakaian jadi seperti

baju,celana,jaket,dan jenis pakaian jadi lainya yang berbahan dari kain.

31

2.2 Hasil Pembahasan Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan oleh Nia Arisantini (2008) mengenai analisis economic of scale dan efisiensi produksi industri genteng tanah liat di Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan dengan teknik analisis regresi berganda dengan menggunakan variabel dummy yang estimasinya dengan model Cobb Douglas. Hasil penelitian economic of scale industri tanah liat di Desa Nyitan dan Desa Pejaten, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan secara simultan adalah decreasing return to scale, secara parsial untuk input modal dan tenaga kerja adalah decreasing return to scale dimana efisiensi produksinya dilihat dari komponen input modal dan tenaga kerja di Desa Nyitan dan Pejaten, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan yang berada dalam tingkat belum efisien dan sifat produksinya padat modal. Penelitian yang dilakuakan oleh Agus Indra Mahayana (2009) mengenai skala ekonomis dan efisiensi penggunaan faktor faktor produksi dalam usahatani padi sawah di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng dengan teknik analisis yang digunakan adalah model hubungan antara produksi dengan penggunaan luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja dengan hasil penelitian skala ekonomis (economic of scale) dari usahatani padi sawah di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng adalah increasing return to scale, jika dilihat dari segi input yang digunakan, secara parsial input lahan yang digunakan dalam usahatani padi sawah di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng berada dalam kondisi increasing return to scale, sedangkan

32

input lainnya seperti benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja berada dalam kondisi decreasing return to scale. Penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Ngurah Arioka (2010) mengenai skala ekonomis industri kerajinan tenun ikat di Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung dengan teknik analisis regresi linier dengan model hubungan antara produksi, tenaga kerja dan modal bdengan hasil penelitian skala ekonomi industri kerajinan tenun ikat Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung secara simultan adalah increasing return to scale, dan secara parsial untuk tenaga kerja dan modal adalah decreasing retun to scale, dengan sifat produksi industri kerajinan tenun ikat di Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung adalah bersifat padat karya. Penelitian Penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni sama sama menjadikan skala ekonomis dan efisiensi suatu usaha sebagai objek penelitian. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penelitian sebelumnya adalah pada lokasi penelitian, dan jenis objek penelitian yang dipilih . Penelitian ini meneliti industri Pakian jadi di tekstil Di Kota Denpasar.

33

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar, hal ini disebabkan karena Kota

Denpasar sebagai ibu kota provinsi Bali dan sebagai pusat perekonomian di Bali memiliki unit usaha terbanyak industri pakaian jadi tekstil di Bali yaitu sebanyak 509 unit usaha yang tersebar di daerah Denpasar Utara, Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan Denpasar Barat.

3.2 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah skala ekonomis dan sifat produksi industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar.

3.3 Identifikasi Variabel Penelitian ini memerlukan identifikasi variabel-variabel yang akan dipergunakan dalam model penelitian ini, secara garis besar variabel yang dianalisis ada dua yaitu variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X). Variabel terikat atau dependend variable (Y), merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya veriabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah produksi pakaian jadi tekstil dan variabel bebas atau independend variable (X), merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu tenaga kerja (X1) dan modal (X2).

34

3.4

Definisi Operasional Variabel Definisi operasional diperlukan untuk memperjelas arti dan pemahaman

tentang variabel-variabel yang dijelaskan dalam identifikasi variabel, maka diperlukan suatu definisi yang lengkap sebagai berikut: 1) Produksi Industri Pakaian jadi tekstil, dalam penelitian adalah jumlah output yang dihasilkan oleh industri Pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar dalam satu tahun yang dinilai dalam satuan pieces (pcs). 2) Tenaga Kerja, dalam penelitian ini adalah jumlah jam kerja efektif dari orang yang memilliki usia 15 tahun sampai 40 tahun serta bekerja pada industri Pakaian jadi tekstil dalam satu tahun yang dinilai dalam satuan jam. 3) Jumlah Modal adalah seluruh asset yang digunakan dalam proses produksi oleh industri Pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar diluar nilai tanah dan bangunan yang ditempati, seperti mesin dan peralatan produksi dalam satu tahun dinilai dalam satuan rupiah.

3.5

Jenis dan Sumber Data

3.5.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. 1) Data kualitatif Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar (Sugiyono, 2008: 14), dimana dalam penelitian ini yang

35

merupakan data kualitatif adalah keterangan tentang lokasi penelitian, asal modal, bahan baku yang digunakan, pendidikan pekerja dan pengusaha industri Pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar. 2) Data kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2008: 14), dimana dalam penelitian ini yang merupakan data kuantatif adalah jumlah unit usaha, nilai investasi atau modal jumlah tenaga kerja, jam kerja, nilai produksi,dan PDRB. 3.5.2 Sumber Data Data berdasarkan cara memperolehnya terdiri dari data primer dan data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan antara data primer dengan data sekunder. 1) Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik berupa lisan maupun tulisan. Data primer yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan pengusaha industri pakaian jadi tekstil di kota denpasar 2) Data Sekunder adalah data yang telah dikumpulkan dan

dipublikasikan oleh pihak lain. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, serta literatur-literatur yang mendukung penelitian ini seperti data PDRB.

36

3.6

Responden Penelitian Karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui skala Pakaian jadi tekstil

di Kota Denpasar, maka yang menjadi responden adalah seluruh pengusaha Pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar yang terdata di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali. 3.7 Metode Penentuan Sampel

3.7.1 Populasi Wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualifikasi dan karakteristik yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha Pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar.

Tabel 3.1 Jumlah Industri Pakaian Jadi Tekstil Se-Kota Denpasar Tahun 2010

No 1 2 3 4

Kecamatan Denpasar Utara Denpasar Timur Denpasar Selatan Denpasar Barat Jumlah

Jumlah (Unit) 86 52 182 205 525

37

Tabel 3.2

Jumlah Unit Usaha Pakaian Jadi Tekstil Berdasarkan Jenis Industri dan Kecamatan di Kota Denpasar Tahun 2010 (Unit) Jenis Industri

No. 1. 2. 3. 4.

Kecamatan Denpasar Utara Denpasar Timur Denpasar Selatan Denpasar Barat Total

Rumah Tangga / Mikro 32 23 125 95 275

Kecil 37 15 33 72 157

Sedang / Menengah 16 5 18 42 81

Besar 1 2 4 5 12

Total

86 45 180 214 525

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar, 2010 (data diolah)

3.7.2 Penentuan Sampel Sampel adalah bagian dari populasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini dari jumlah populasi sebanyak 525 orang tersebut akan ditentukan dengan rumus yang dikembangkan oleh Slovin, yaitu : n= N 525 525 525 ! ! ! ! 84 2 2 1 ( N .E ) 1 5250,10 1 5,25 6,25

Keterangan : n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi E = Tingkat kesalahan yang ditoleransi yaitu 10 %

38

Berdasarkan

perhitungan tersebut maka jumlah sampel yang diambil

adalah sebanyak 84 pengusaha, maka untuk memperoleh responden yang diinginkan dilakukan dengan teknik stratified random sampling, yaitu bagian dari penarikan sampel acak sederhana yang memperhatikan kriteria-kriteria untuk membuat strata. Agar populasi dapat terwakili secara utuh, maka penarikan sampel pada masing-masing jenis industri pada industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar ditentukan sebagai berikut : 1) Denpasar Utara 1. Industri Rumah Tangga/Mikro = 32 v 84 ! 5,1 ! 5 525 37 v 84 ! 5,9 ! 6 525 16 v 84 ! 2,5 ! 2 5251 v 84 ! 0,1 ! 0 525

2. Industri Kecil

=

3. Industri Sedang/Menengah

=

4.Industri Besar

=

2) Denpasar Timur 1. Industri Rumah Tangga/Mikro = 23 v 84 ! 3,6 ! 4 52515 v 84 ! 2,4 ! 2 525

2. Industri Kecil

=

3. Industri Sedang/Menengah

=

5 v 84 ! 0,8 ! 1 525 2 v 84 ! 0,3 ! 0 525

4.Industri Besar

=

39

3) Denpasar Selatan 1. Industri Rumah Tangga/Mikro = 125 v 84 ! 20 ! 20 525 35 v 84 ! 5,6 ! 6 525 18 v 84 ! 2,8 ! 3 525 4 v 84 ! 0,64 ! 1 525

2. Industri Kecil

=

3. Industri Sedang/Menengah

=

4.Industri Besar

=

4) Denpasar Barat 1. Industri Rumah Tangga/Mikro = 95 v 84 ! 15,2 ! 15 525

2. Industri Kecil

3. Industri Sedang/Menengah

72 v 84 ! 11,5 ! 11 525 42 = 525 v 84 ! 6,72 ! 7 = =5 v 84 ! 0,8 ! 1 525

4.Industri Besar

Tabel 3.3

Sampel Pengusaha Pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar Tahun 2010 Berdasarkan Jenis Industri (Unit) Jenis Industri

No. 1. 2. 3. 4.

Kecamatan Denpasar Utara Denpasar Timur Denpasar Selatan Denpasar Barat

Rumah Tangga / Mikro 5 4 20 15

Kecil 6 2 6 11

Sedang / Menengah 2 1 3 7

Besar 1 1

Total

13 7 30 34

40

Total Sumber : Data Diolah, 2011

44

25

13

2

84

F.8

Metode Pegumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan metode kuisioner yang didukung dengan metode wawancara kepada responden.

F.9

Teknik Analisis Data

F.9.1 Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan perhitungan terhadap skala ekonomis dan sifat produksi terhadap model regresi estimasi terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik dengan tujuan agar estimasi regresi yang dilakukan memang layak untuk digunakan menganalisis suatu hal.

F.9.1.1 Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam residual dari model regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi residual yang normal atau mendekati normal. Umumnya regresi dengan residual yang berdistribusi normal diperoleh dari variabel terikat dan variabel bebas keduanya menpunyai distribusi normal ataukah tidak. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan statistik KolgomorovSmirnov. Alat uji ini biasa disebut dengan K-S yang tersedia dalam program SPSS 13.00 For Windows. Kriteria yang digunakan dalam tes ini adalah dengan membandingkan antara tingkat signifikansi yang didapat dengan tingkat alpha

41

yang digunakan, dimana data tersebut dikatakan berdistribusi normal bila sig > alpha (Ghozali, 2006:115).

F.9.1.2 Multikolinieritas Uji Multikolenieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (Ghozali, 2002:57). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Model regresi yang baik adalah model yang bebas dari gejala multikolinier. Jika suatu digunakan model regresi yang mengandung gejala multikolinier dipaksakan untuk digunakan, maka akan menghasilkan hasil prediksi yang menyimpang. Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar sesama variabel bebas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih dari 10 persen atau VIF kurang dari 10, maka dikatakan tidak multikolinieritas.

F.9.1.3 Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2002:69). Model regresi yang baik adalah yang tidak mengandung gejala heteroskedastisitas atau mempunyai varians yang homogen. Untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas, dapat dilakukan dengan Metode Glejser sebagai berikut. Metode ini adalah meregresi variabel bebas terhadap absolut residual dengan formula :

ei ! E F1 X 1 ..............F k X k ui ....................

(3.1)

42

Jika variabel bebas yang diteliti tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap residual absolut ` e1 `, berarti model regresi yang dilibatkan tidak mengandung gejala heteroskedastisitas.

F.9.2 Uji Signifikansi Koefisien Regresi F.9.2.1 Uji Simultan (F-Test) Bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas {tenaga kerja (X1) dan modal (X2)} terhadap produksi pakaian jadi tekstil (Y) secara simultan. Langkah-langkah : 1) Rumusan Hipotesis Ho diterima :1

=

2

= 0 artinya tidak ada pengaruh nyata dan

signifikan antara variabel bebas (X1) dan (X2) terhadap variabel terikat (Y) secara simultan. Ho ditolak : paling tidak satu dari i 0 ; artinya ada pengaruh nyata dan signifikan antara variabel bebas (X1) dan (X2) terhadap variabel terikat (Y) secara simultan. 2) Tingkat Kepercayaan Menggunakan tingkat keyakinan 95 % ( = 5 %), serta derajat kebebasan (df) = (k-1) ; (n k), maka diperoleh F tabel. 3) Kriteria Pengujian Ho diterima jika : Ho ditolak jika : F hitung F tabel F hitung > F tabel

43

4) Menghitung F hitung Secara matematis F hitung dapat diperoleh rumus: F hitung = Dimana:

R2 / k 1 (1 R 2 )(n k )R2 k n

.....

(3.2)

= Koefisien korelasi berganda = Jumlah variabel independent. = Jumlah anggota sampel.

5) Kesimpulan Jika F hitung F tabel , maka Ho diterima dan H1 ditolak. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Gambar 3.1 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan Ho Secara Simultan dengan F-test F Terima Ho Tolak Ho 0 Sumber: Wirawan (2002: 215) Ftabel

F.9.2.2 Uji Parsial (t-test)

44

Digunakan untuk mengetahui signifikasi pengaruh variabel bebas tenaga kerja (X1) dan modal (X2) terhadap variabel terikat produksi industri pakian jadi tekstil (Y). Langkah-langkah dalam mengujian secara parsial (t-test) adalah: 1) Merumuskan hipotesis: Uji sisi kanan (hubungan Xi dan Y adalah Positif) H0 : i = 0 ; artinya tidak ada pengaruh nyata antara variabel (Xi), terhadap variabel Y secara parsial. H1 : i > 0 ; artinya ada pengaruh nyata dan positif antara variabel (Xi) terhadap variabel Y secara parsial. 2) Menggunakan tingkat keyakinan 95 % ( = 5 %), serta derajat kebebasan (df) = (nk), maka diperoleh t tabel ( ; df ) 3) Menentukan t-hitungbi ........... Si b Dimana : ti = t hitung

ti =

(3.3)

bi = koefisien regresi Sib = koefisisen standar error dari koefisien regresi 4) Kriteria Pengujian Kriteria pengujian t hitung untuk uji sisi kanan : Ho diterima jika : t hitung t tabel Ho ditolak jika : t hitung > t tabel

45

5) Kesimpulan Untuk uji sisi kanan: Jika t hitung t tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Gambar 3.2 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan Ho Secara Parsial (t-test) melalui Uji Sisi Kanan

Daerah Penolakan H0 Daerah Penerimaan H0 t 0 G.9.3 Menentukan Skala Ekonomi Untuk mengetahui skala ekonomi industri pakaian jadi tekstil, teknik analisis yang digunakan dengan model hubungan antara produksi dengan tenaga kerja, modal. Dengan formulasinya: Y= .L 1 .K 2.eu ........................................................... LnY=ln + Keterangan: Y= Produksi Pakian jadi (pieces/pcs) L= Tenaga Kerja (Jam) K= Modal (Rp) Dari Persamaan 3.4 yang kemudian dinyatakan kedalam bentuk logaritma menjadi Persamaan 3.5 dapat ditentukan skala ekonomis dalam proses produksi industri pakaian jadi tekstil.1. lnL+ 2. lnK+

( ; n-k)

(3.4)

.................................... (3.5)

46

a. Jika

1

+

2

> 1, maka industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar,

berada dalam kondisi increasing return of scale. b. Jika1

+

2

= 1, maka industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar,

berada dalam kondisi constant return to scale. c. Jika1

+

2

< 1, maka industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar,

berada dalam kondisi decreasing return to scale. F.9.4 Menentukan Sifat Produksi Untuk mengetahui sifat produksi industri pakaian jadi tekstil, teknik analisis data yang digunakan model hubungan antara produksi dan tenaga kerja serta modal dengan analisis model Cobb-Doglas yaitu: Y= .L 1 .K 2.eu ............................................................. (3.4) LnY=ln + Keterangan: Y= Produksi pakaian jadi tekstil (pieces/pcs) L= Tenaga Kerja (Jam) K= Modal (Rp) Dari persamaan 3.4 yang kemudian dinyatakan dalam bentuk logaritma menjadi persamaa 3.5 dapat ditentukan sifat produksi industri pakaian jadi tekstil adalah sebagai berikut. a. Jika b. Jika1> 1< 2, 1. lnL+ 2. lnK+u...........................

(3.5)

maka produksi bersifat padat karya. maka produksi bersifat padat modal.

2,

47

DAFTAR RUJUKANAdiningsih, Sri. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Adiningsih, Sri, dan Kadarusman. 2008. Teori Ekonomi Mikro. Edisi Kedua.Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. Ahman, Eeng. 2004. Ekonomi. Bandung : Grafindo Media Pratama. Ahyari, Agus. 1985. Manajemen Produksi. Yogyakarta: BPFE. UGM. Arioka, I.G.N. 2010. Skala Ekonomis Industri Kerajinan Tenun Ikat di Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Skripsi Program S1 reguler, Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar. Lincolin, Arsyad. 1999. Ekonomi Pembangunan. STIE YKPN. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2005. Bali Membangun. BPS : Denpasar. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2009. Produk Domestik Regional Bruto Kota Denpasar Tahun 2009. BPS : Denpasar.

48

Deliarnov. 1999. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: UI-Press. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali. 2009. Direktori Perusahaan Industri Kecil Dan Menengah. Denpasar. Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: PT Pustaka LP3ES. Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : BP UNDIP. Gujarati, Damodar.1997.Ekonomika Dasar. Erlangga : Jakarta. Hadri Kusuma. 2005. Size Perusahaan dan Profitibilitas : Kajian Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Volume X No. 1. Jakarta.

Mahayana, Agus Indra. 2009. Skala Ekonomis dan Efisiensi Penggunaan Faktor faktor Produksi dalam Usahatani Padi Sawah di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Skripsi Program S1 reguler, Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar. Nata Wirawan. 2002. Statistik. Edisi ke 2. Denpasar : Keraras Emas. Nia Arisantini Sudibia, Luh Putu. 2008. Analisis Economic Of scale Dan Efisiensi Produksi Industri Genteng Tanah Liat Di Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Tesis Program Pasca sarjana, Program Magister ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, Denpasar. Purnawati, Ni Ketut, dkk. 2004. Buku Ajar Manajemen Operasi. Denpasar : Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Ritonga, Abdurrahman dkk. 2001. Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta: Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Simanjuntak, Payaman. 1990. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Soekarwati. 2003. Teori Ekonomi Produksi, Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-douglas. Jakarta: Raja Garfindo Persada.

49

Soeroto. 1983. Strategi pembanguanan dan Perencanaan Tenaga Kerja. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sudarsono. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta : LP3S. Sugiyono. 2008. Metode Penulisan Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Sukirno, Sadono. 2000. Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo. Suryawati. 1996. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada. Wijono, Wiloejo Wiryo. 2005. Mengungkap Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dalam Lima Tahun Terakhir. Jurnal Manajemen dan Fiskal. Volume V No. 2. Jakarta.

50