UP Kelompok

19
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Uji pendahuluan terhadap komponen kimia bahan alam bertujua untuk mempermudah dalam pengerjaan isolasi. Uji pendahuluan dilakukan terhadap bahan alam yang baru diambil dari alam den menggunakan pereaksikimia yang sesuai.Senyawa kimia yang berkhasiat sebagai obat yang terdapat dalam bahan alam. I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan I.2.1 Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami cara-cara uji pendahuluan ekstrak buah mali-mali ( Lee aequleata ) terhadap senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, terpenoid, dan tanin. I.2.2 Tujuan Percobaan Melakukan identifikasi kandungan kimia dalam ekstrak buah mali- mali ( Lee aequleata ). I.3 Prinsip Percobaan a. Alkaloid Identifikasi kandungan senyawa alkaloid pada buah mali-mali ( Lee aquleata ) dengan cara mereaksikan ekstrak metanol buah mal mali dengan reagen dragendorff, wagner, dan meyer yang terlebih dahulu ekstrak ditambahkan HCl 2N dan 10 ml air. Hasil

Transcript of UP Kelompok

BAB I PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Uji pendahuluan terhadap komponen kimia bahan alam bertujuan

untuk

mempermudah

dalam

pengerjaan

isolasi.

Uji

pendahuluan

dilakukan terhadap bahan alam yang baru diambil dari alam dengan menggunakan pereaksi kimia yang sesuai. Senyawa kimia yang berkhasiat sebagai obat yang terdapat dalam bahan alam.

I.2

Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami cara-cara uji pendahuluan ekstrak buah mali-mali (Lee aequleata) terhadap senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, terpenoid, dan tanin. I.2.2 Tujuan Percobaan Melakukan identifikasi kandungan kimia dalam ekstrak buah malimali (Lee aequleata).

I.3

Prinsip Percobaan a. Alkaloid Identifikasi kandungan senyawa alkaloid pada buah mali-mali (Lee aquleata) dengan cara mereaksikan ekstrak metanol buah malimali dengan reagen dragendorff, wagner, dan meyer yang terlebih dahulu ekstrak ditambahkan HCl 2N dan 10 ml air. Hasil positif

apabila warna jingga terbentuk jika estrak ditambahkan reagen dragendorff, putih jika ekstrak ditambahkan reagen meyer, dan coklat jika ekstrak ditambahkan reagen wagner. Hasil negatif apabila salah satu reagen tidak menunjukkan warna yang seharusnya terbentuk pada masing-masing reagen. b. Flavonoid Identifikasi kandungan senyawa flavonoid pada buah mali-mali (Lee aquleata) dengan cara mengelusi lempeng yang telah ditotol dengan esktrak metanol menggunakan fase gerak yang cukup baik memisahkan senyawa ekstrak metanol buah mali-mali. Kemudian disemprotkan dengan reagen sitoborat dan diamati pada UV 254 nm dan 366 nm. Hasil positif jika pada UV 254 nm terlihat warna jingga kemerahan dan pada UV 366 nm terlihat warna kuning kehijauan. c. Saponin Identifikasi kandungan senyawa saponin pada buah mali-mali (Lee aquleata) dilakukan dengan cara mengocok kuat-kuat tabung reaksi yang berisi ekstrak awal metanol dan air panas. Lalu jika telah terbentuk busa ditambahkan HCL 2N dua sampai tiga tetes. Hasil positif ditunjukkan dengan busa yang tetap. d. Steroid atau Terpenoid Identifikasi kandungan senyawa steroid atau terpen pada buah mali-mali (Lee aquleata) dengan cara mereaksikan ekstrak

metanol buah mali-mali dengan reagen Lieberman-Bouchard pada tabung reaksi. Hasil positif ditunjukkan dengan warna biru-hijau untuk senyawa steroid dan warna merah untuk senyawa triterpen. e. Fenolik Identifikasi kandungan senyawa fenolik pada buah mali-mali (Lee aquleata) dengan cara mereaksikan ekstrak metanol buah malimali dengan reagen FeCl3 10% sebanyak tiga sampai empat tetes. Hasil positif apabila terbentuk warna hijau kebiruan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Teori Umum Uji pendahuluan terhadap komponen kimia bahan alam bertujuan untuk mempermudah dalam pengerjaan isolasi. Uji pendahuluan

dilakukan terhadap bahan alam yang baru diambil dari alam dengan menggunakan pereaksi kimia yang sesuai. Senyawa kimia yang berkhasiat sebagai obat yang terdapat dalam bahan (1). Senyawa kimia yang bermanfaat obat dari tumbuhan adalah hasil dari metabolit sekunder yang berupa alkaloida, steroida/terpenoida, flavonoida atau fenolik. Senyawa ini di antaranya berfungsi sebagai pelindung terhadap serangan atau gangguan yang ada di sekitarnya dan sebagai antibiotika selain itu juga berpotensi sebagai antioksidan.

II.2 Alkaloid Dalam dunia medis, istilah alkaloid telah lama menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak yang ditemukan di alam. Hampir semua alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat

ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu. Berdasarkan literatur, diketahui bahwa hampir semua alkaloid di alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada makhluk hidup. Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari dulu sampai sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan. Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi.(2). Ciri-ciri dari alkaloid antara lain : a. Biasanya merupakan kristal tak berwarna, tidak mudah menguap, tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik. Beberapa alkaloid berwujud cair dan larut dalam air. Ada juga alkaloid yang berwarna, misalnya berberin (kuning). b. Bersifat basa (pahit, racun). c. Mempunyai efek fisiologis serta aktif optis. d. Dapat membentuk endapan dengan larutan asam fosfowolframat, asam fosfomolibdat, asam pikrat, dan kalium merkuriiodida (3). Alkaloid tidak mempunyai nama yang sistematik, sehingga nama dinyatakan dengan nama trivial misalnya kodein, morfin, heroin, kinin, kofein, nikotin. Hampir semua nama trivial diberi akhiran in yang mencirikan alkaloid. Pembagian alkaloid didasarkan pada :

1. Jenis gugus kromofor yang berbeda, misalnya alkaloid indol, isokuinolin atau kuinolin. 2. Tumbuhan asal pertama kali ditemukan, misalnya alkaloid tembakau 3. Jenis ikatan yang predominan dalam alkaloid tersebut. Pembagian alkoloid yang lain adalah: a. Alkoloid heterosiklis; b. Alkaloid dengan eksossiklis dan amina alifatis; c. Alkaoid putreskin, spermidin dan spermin; d. Alkaloid peptida; e. Alkaloid terpen dan steroidal (3).

II.3 Saponin Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan waste product dari metabolism tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain adalah sebagai pelindung terhadap serangga.(2) Sifat-sifat saponin adalah : 1. Mempunyai rasa pahit 2. Dalam larutan air membentuk busa yang stabil 3. Menghemolisa eritrosit 4. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi

5. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksi steroid lainnya 6. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi

II.4 Flavonoid Flavonoid ditemukan dalam tingkatan-tingkatan yang sangat tinggi di dalam buah apel, bawang-bawangan. Flavonoid disatukan melalui jalan kecil phenylpropanoid-asetat di dalam semua tumbuhan yang lebih tinggi. Itu bertanggung jawab atas banyak aktivitas biologi yang termasuk pigmen-pigmen, antioksidatif atau agen-agen alergi anti, dan unsur-unsur pemberian isyarat di dalam formasi bongkol yang kecil-kecil.(2). Ciri-ciri dari senyawa flavonoid yaitu pada umumnya, cincin A dari struktur flavonoid mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling, yaitu pada posisi 2, 4, dan 6 dari struktur terbuka calkon. Dalam banyak hal, cincin B dari struktur flavonoid mempunyai sebuah gugus fungsi oksigen pada posisi para, atau dua yang masing-masing berada pada posisi para dan meta, atau pula tiga dimana satu pada posisi para dan dua pada posisi meta. Pola oksigenasi dari cincin B dimana terdapat tiga gugus fungsi oksigen jarang dapat ditemukan. Selain itu, cincin B yang tidak teroksigenasi, atau teroksigenasi pada posisi orto sangat jarang ditemukan. Pola oksigenasi dari cincin A mengikuti pola florogusional dan cincin B mengikuti pola katekol atau fenol. Cincan A struktur flavonoid seringkali

teralkilasi, baik oleh gugus metil (berasal dari metionin), atau oleh isoprenil C5 yang berasal dari isopentil pirofosfat, maupun suatu C-glikosida (3). Flavonoid dapat dikelompokkan berdasarkan rantai C3 yaitu : a. Katekin dan proantosianidin Katekin dan proantosianidin adalah dua golongan senyawa yang mempunyai banyak kesamaan, terdapat pada tumbuhan kayu. Katekin ditemukan dalam paku-pakuan dan dua spesies

Equisetum. Tiga jenis katekin yaitu katekin (+) dan katekin (-) hidrogen-2 dan hidrogen-3 nya trans. Beberapa katekin terdapat sebagai ester asam galat. Proantosianidin adalah senyawa yang membentuk antosianidin jika dipanaskan dengan asam. b. Flavanon dan flavanonol Bewarna kuning sedikit karena kosentrasinya rendah. Flavanon sering terjadi sebagai aglikon tetapi beberapa glikosidanya dikenal sebagai hesperidin dan naragin dari kulit jeruk.

Flavononol merupakan flavonoid yang paling kurang dikenal, senyawa ini stabil dalam asam klorida panas tetapi terurai oleh basa hangat menjadi kalkon. c. Terpenoid Senyawa terpen pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris C5H8 ( unit isprena ), yang bergabung secara head to tail ( kepala ekor).

Banyak terpenoid terdapat secara alami dalam tumbuhan tidak dalam keadaan bebas tetapi sebagai ester atau glikosida. Berdasarkan jumlah atom karbon, terpenoid dikelompokkan menjadi monoterpen (C = 10), seskuiterpen (C = 15), diterpen (C = 20), triterpen (C = 30), tetraterpen (C = 40), dan politerpen (C > 40) (3).

II.5 Terpenoid Terpena adalah suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada geta dan vakuola selnya. Pada tumbuhan, senyawa-senyawa golongan terpena dan modifikasinya , terpenoid merupakan metabolit sekunder. Terpena dan terpenoid dihasilkan pula oleh sejumlah hewan, terutama serangga dan beberapa hewan laut. Sebagai contoh, senyawa-senyawa steroid adalah turunan skualena, suatu triterpena, juga karoten dan retinol.(2).

BAB III METODE KERJA

III.1

Alat dan Bahan

III.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan adalah botol coklat, gegep, pipet tetes, rak tabung, sendok tanduk besi, pinset, pipet skala, plat tetes, batang pengaduk, dan tabung reaksi. III.1.2 Bahan Bahan-bahan yang dugunakan adalah air suling, ekstrak buah malimali pereaksi FeCl3 10%, HCl 2N, pereaksi Dragendorff, pereaksi Liebermann-Burchard, pereaksi Mayer, pereaksi Sitoborat, dan pereaksi Wagner.

III.2

Cara Kerja

A. Alkaloid Disiapkan alat dan bahan. Dimasukkan ekstrak metanol dalam tabung reaksi secukupnya lalu ditambahkan 1 2 ml HCl 2N dan 10 ml air. Diaduk dengan batang pengaduk hingga larut lalu dibagi ke dalam tiga tabung reaksi. Tabung pertama ditambahkan reagen dragendorf, tabung kedua ditambahkan reagen wagner, tabung ketiga ditambahkan reagen meyer. Diamati perubahan yang terjadi.

B. Flavonoid Disiapkan alat dan bahan. Dilarutkan secukupnya ekstrak dengan metanol didalam vial. Lalu ditotolkan pada lempeng yang telah dipotong dengan ukuran 1 x 7 cm dan dielusi. Kemudian lempeng yang telah selesai dielusi disemprot dengan reagen sitoborat dan diamati lempeng pada UV 253 nm dan 366 nm. C. Steroid / Terpen Disiapkan alat dan bahan. Dimasukkan ekstrak metanol dalam tabung reaksi secukupnya. Lalu ditambahkan reagen Lieberman-

Bourchard. Kemudian diamati perubahan warna yang terjadi. D. Saponin Disiapkan alat dan bahan. Dimasukkan ekstrak metanol

secukupnya kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan air panas sebanyak 10 ml. Didiamkan beberapa saat lalu dikocok kuat-kuat. Jika terbentuk busa, ditambahkan HCl 2N sebanyak dua sampai tiga tetes. Diamati perubahan yang terjadi. E. Fenolik Isiapkan alat dan bahan. Diambil ekstrak metanol secukupnya dan diletakkan di atas plat tetes. Ditetesi denagn reagen FeCl3 10% sebanyak dua sampai 3 tetes. Diamati perubahan yang terjadi.

BAB IV HASIL PENGAMATAN

IV.1 Tabel Pengamatan SAMPEL UJI Steroid atau terpen Ekstrak metanol buah mali-mali (Lee aquleata) Alkaloid Fenolik Flavonoid Saponin HASIL Tidak dilakukan Tidak dilakukan Positif Negatif Tidak dilakukan

IV.2 Gambar

Uji Fenolik

Uji Flavonoid

IV.3 Reaksi a. Uji Alkaloid (Dragendorff) Bi(NO3)3 + 3KI BiI3 Coklat + 3KNO3

BiI3

+

KI

K [BiI4] Kalium tetraiodobismutat

+N

K [BiI4]

Kalium tetraiodobismutat

N

+

[BiI4]oranye

Kalium-Alkaloid endapan

b. Uji Flavonoid

c. Uji Steroid dan Terpenoid

BAB V PEMBAHASAN

Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat pada suatu tanaman. Hal ini berfungsi sebagai data awal untuk menentukan metode ekstraksi yang akan digunakan agar

komponen aktif yang terdapat pada sampel dapat diekstrasi secara optimal. Senyawa kimia yang bermanfaat obat dari tumbuhan adalah hasil dari metabolit sekunder yang berupa alkaloida, steroida/terpenoida, flavonoida saponin, dan fenolik. Senyawa ini di antaranya berfungsi sebagai pelindung terhadap serangan atau gangguan yang ada di sekitarnya dan sebagai antibiotika. Selain itu, juga berpotensi sebagai antioksidan. Komponen yang terdapat dalam ekstrak metanol buah mali-mali (Lee aquleata) dianalisis golongan senyawanya dengan tes uji warna dengan flavonoid, beberapa pereaksi untuk golongan senyawa alkaloid,

steroid/terpen, fenolik, dan saponin. Akan tetapi dalam

praktikum uji pendahuluan ini, untuk sampel buah mali-mali hany dilakukan pengujian untuk senyawa fenolik, flavonoid dan saponin. Hal ini disesuaikan dengan kandungan yang diperoleh dari literatur dan pereaksi yang tersedia. Pada uji fenolik diperoleh hasil yang positif dimana terlihat warna hijau pada saat ditetsi dengan FeCl3 . Hal ini diketahui dengan cara,

setelah ditetesi dengan pereaksi FeCl3 segera diamati. Karena apabila kita mengamati beberapa saat kemudia setelah ditetesi warna hijau dari daun akan larut dalam pereaksi, sehingga sulit dibedakan hasil postifnya. Pada uji saponin sampel buah penambahan air panas bertujuan untuk membentuk busa pada sampel dan ketika busa terbentuk, ditambahkan HCl. Jika busa tetap ada artinya positif saponin. Alasan penambahan HCl karena saponin bersifat asam dan netral dan jika ditambahkan HCl akan menimbulkan asam yang tetap sehingga busa tidak hilang (tetap). Pada uji flavonoid, sampel metanol dielusi terlebih dahulu dengan menggunakan eluen yang cocok. Disini digunakan eluen heksan : etil (3 : 1). Karena berdasarkan pada profil KLT dengan eluen nonpolar tersebut, terlihat pemisahan yang bagus. Hal inilah yang digunakan sebagai dasar dalam pemilihan eluen. Dalam pengujian ini yang ingin dilihat adalah noda yang merupakan senyawa flavonoid. Akan tetapi hasil yang ditunjukkan dari pengujian ini bernilai negatif. Karena pada saat dilihat pada UV 254 nm tidak terlihat warna jingga kemerahan dan pada UV 366 nm juga tidak terlihat warna kuning kehijauan.

BAB VI PENUTUP

VI.I Kesimpulan Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah malimali (Lee aquleata) mengandung senyawa fenol dan flavonoid.

VI.2 Saran Sarana dan prasarana laboratorium mohon dilengkapi agar proses praktikum dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alam, Gemini dan dkk. 2012. Penuntun Praktikum Fitokimia. Makassar :Fakultas Farmasi UNHAS 2. Harborne, J.B. 2006. Metode Fitokimia. Bandung : ITB 3. http://rudisyah.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 9 Mei 2012

LABORATORIUM FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN LENGKAP KELOMPOK UJI PENDAHULUAN

KELOMPOK VIII : ISMAWATI ERWINDA DESRIANI RAZAK

NURUL MUTMAINNAH IKA MERDEKAWATI

GOLONGAN : JUMAT ASISTEN : ARFIANA

MAKASSAR 2012