Up Disribusi Revisi

90
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Industri dewasa ini mengalami perubahan yang sangat cepat, semua perusahaan berlomba- lomba untuk terus memperbaiki kualitas perusahaannya maupun usahanya agar tetap eksis dan mampu bersaing baik dengan perusahaan lain yang ada di dalam negeri maupun luar negeri. Untuk masa yang akan datang, siap atau tidak siap dunia industri Indonesia harus memasuki perdagangan bebas untuk merebut pasar global. Untuk dapat bersaing dan ikut dalam perdagangan bebas, tidak ada alternatif lain bagi dunia usaha selain meningkatkan daya saing melalui efisiensi dan kualitas hasil industri pada semua sektor, dampak dari hasil industri yang berdaya saing tersebut tentu akan meningkatkan penjualan yang akhirnya akan memperoleh 1

description

BAHAN

Transcript of Up Disribusi Revisi

Page 1: Up Disribusi Revisi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Industri dewasa ini mengalami perubahan yang sangat

cepat, semua perusahaan berlomba-lomba untuk terus memperbaiki kualitas

perusahaannya maupun usahanya agar tetap eksis dan mampu bersaing baik

dengan perusahaan lain yang ada di dalam negeri maupun luar negeri. Untuk

masa yang akan datang, siap atau tidak siap dunia industri Indonesia harus

memasuki perdagangan bebas untuk merebut pasar global.

Untuk dapat bersaing dan ikut dalam perdagangan bebas, tidak ada

alternatif lain bagi dunia usaha selain meningkatkan daya saing melalui efisiensi

dan kualitas hasil industri pada semua sektor, dampak dari hasil industri yang

berdaya saing tersebut tentu akan meningkatkan penjualan yang akhirnya akan

memperoleh pendapatan yang optimal yang merupakan salah satu tujuan

perusahaan.

Untuk dapat mencapai tujuan perusahaan, diperlukan pengelolaan

perusahaan yang baik. Pengelolaan suatu perusahaan dilaksanakan melalui

penerapan fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

pengkoordinasian (actuating) dan pengendalian (controlling), sehingga

perusahaan dapat memperoleh laba yang maksimum dan dapat bersaing dengan

perusahaan lain.

1

Page 2: Up Disribusi Revisi

Daya saing suatu usaha merupakan faktor yang sangat penting yang akan

berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Kerasnya tingkat

persaingan, adanya inovasi dan pengembangan produk baru serta adanya

pengembangan wilayah pemasaran yang baru akan berpengaruh terhadap biaya-

biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Salah satu biaya yang akan terpengaruh

oleh kegiatan pemasaran adalah biaya distribusi.

Dalam bidang perencanaan, dengan ditetapkannya biaya distribusi maka

perusahaan dihadapkan pada keharusan untuk merencanakan secara terperinci

biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Perencanaan biaya distribusi bermanfaat

sebagai alat pengawasan. Penyimpangan biaya distribusi dari rencana (misal

menjadi terlalu besar) kadang-kadang mengakibatkan kenaikan harga jual. Dilain

pihak perencanaan biaya distribusi dapat dipakai sebagai alat koordinasi bagian

penjualan dalam kegiatan Pemasaran.

Kegiatan distribusi barang tidak terlepas dari kegiatan pemasaran yang

dilakukan. Salah satu cara yang ditempuh untuk berhasil dalam persaingan adalah

meningkatkan strategi pemasaran. Dalam usaha untuk memenangkan persaingan,

perusahaan harus memperhatikan kebutuhan serta kepuasan pelanggan dalam

mengkonsumsi/menggunakan produk-produk tersebut.

Salah satu perusahaan yang bergerak xxxxxxxxx(dibikin cerita satu

faragraf sebelum ke objek)

Koperasi peternak garut selatan (KPGS) merupakan perusahaan yang

bergerak dalam bidang usaha peternakan sapi penghasil susu yang dibutuhkan

2

Page 3: Up Disribusi Revisi

dalam kehidupan masyarakat. Kegiatan koperasi peternak garut selatan juga tidak

terlepas dari kegiatan pendistribusian barang dalam menyalurkan barang-barang

hasil produksinya. Kegiatan distribusi inilah yang merupakan salah satu unsur

kegiatan pemasaran yang akan berpengaruh terhadap peningkatan volume

penjualan yang tentu saja diharapkan akan meningkatkan laba perusahaan.

Tabel 1.1

Laba koperasi unit susu

Periode Laba perusahaan Selisih Keterangan

Thn 2008 Rp.93.875.768,45 Rp. - -

Thn 2009 Rp.162.676.135,54 Rp. 68.800.367,09 Melebihi target

Thn 2010 Rp.108.832.888,26 Rp. 53.843.247,28 Tidak sesuai target

Thn 2011 Rp.69.617.981,90 Rp. 39.214.906,36 Tidak sesuai target

Thn 2012 Rp.70.679.476,80 Rp. 1.061.484,90 Melebihi target

Sumber : KPGS KAB.GARUT 2012 Catatan laporan laba Koperasi 2013 belum diterbitkan

Berdasarkan hasil observasi awal (diperjelas informasi) permasalahan

yaitu terjadi fluktuasi realisasi pencapaian laba(apa penyebabnya). Dalam

kaitannya dengan peningkatan laba perusahaan, perlu mengendalikan unsur-unsur

yang mempengaruhi laba tersebut. Salah satu unsur laba tersebut adalah volume

penjualan. Seperti halnya pada Koperasi peternak garut selatan telah menetapkan

biaya distribusi untuk meningkatkan penjualannya dan menekan biaya-biaya yang

mempengaruhi penjualan tersebut, maka direncanakan biaya distribusi dalam

suatu anggaran perusahaan dalam menjalankan perusahaannya.

3

Page 4: Up Disribusi Revisi

Berdasarkan fenomena yang terjadi peneliti terdorong untuk mengetahui

sejauhmana Pengaruh Biaya Distribusi Terhadap Laba Perusahaan Pada Koperasi

peternak garut selatan (KPGS).

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat disimpulkan identifikasi masalah

penelitian ini, antara lain :

1. Bagaimana perkembangan Biaya Distribusi di Koperasi peternak Garut

selatan (KPGS).

2. Bagaimana perkembangan Laba Perusahaan di Koperasi peternak Garut

selatan (KPGS).

3. Bagaimana pengaruh Biaya Distribusi terhadap Laba Perusahaan di

Koperasi peternak Garut selatan (KPGS).

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud diadakan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh biaya distribusi

terhadap Laba perusahaan di Koperasi peternak Garut selatan (KPGS).

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Perkembangan Biaya Distribusi di Koperasi peternak Garut selatan (KPGS).

4

Page 5: Up Disribusi Revisi

2. Perkembangan Laba Perusahaan di Koperasi peternak Garut selatan

(KPGS).

3. Pengaruh Biaya Distribusi terhadap Laba Perusahaan di Koperasi peternak

Garut selatan (KPGS).

1.4 Kegunaan Penelitiaan

1.4.1 Kegunaan ilmiah

Bagi Penulis sendiri

Sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya masalah yang sedang diteliti.

Bagi Akademisi

Untuk menambah referensi serta memperkuat teori yang sudah ada khusunya

mengenai pengaruh Biaya Distribusi terhadap Laba Perusahaan

Bagi Pihak lain

Khususnya bagi para peneliti lain diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat

sebagai bahan masukan dan referensi tambahan dalam membahas masalah

yang sama.

1.4.2 Kegunaan praktis

Penelitian ini semoga dapat menghasilkan mamfaat dan kegunaan secara

praktis bagi perusahaan, untuk dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan

manajemen dalam menentukan kebijakan dimasa yang akan datang

5

Page 6: Up Disribusi Revisi

1.5 KERANGKA PEMIKIRAN

Biaya Distribusi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk

memasarkan barang atau menyampaikan barang ke pasar.

Menurut Ardiyos (2000:333) mengatakan bahwa biaya Distribusi adalah :

”Biaya yang terjadi guna memasarkan atau mengirimkan suatu produk”

Biaya distribusi menurut Warren J Keegan yang diterjemahkan oleh Alexander

Sindoro (2005:213) meliputi:

1. Biaya langsung penjualan (Direct Selling Exspanse) yaitu : Semua biaya penjualan langsung yang berhubungan dengan salesman, kantor cabang, supervisi penjualan. Dengan kata lain semua biaya langsung yang berhubungan dengan timbulnya order penjualan.

2. Biaya promosi penjualan dan Advertensi (Advertising and Sales Promotion Exspense) yaitu : Semua pengeluaran media periklanan, biaya-biaya yng berhubungan dengan promosi penjualan.

3. Biaya Distribusi (Transportation Expense) yaitu : Semua biaya pengangkutan barang sampai ketangan konsumen termasuk juga biaya untuk mengelola dan memelihara fasilitas-fasilitas transfortasi.

4. Biaya pergudangan dan penyimpanan (Werehousing and Storage Exspense) yaitu : Semua biaya yang dikeluarkan untuk pergudangan, penyimpanan, penanganan persediaan, pemenuhan order, pembukuan serta penyiapan gudang.

5. Biaya Distribusi umum (General Distribution Expense) yaitu : Semua biaya lain yang berhubungan dengan fungsi-fungsi distribusi dibawah manajemen penjualan yang tidak termasuk dalam klasifikasi biaya umum, pelatihan, riset pasar dan fungsi-fungsi staf seperti akutansi”.

Menurut Henry Simamora (2010:321) biaya distribusi digolongkan menjadi dua :

1. Order Getting Cost yaitu : Pengeluaran yang terjadi untuk mencari atau menimbulkan pesanan dari pembeli kepada perusahaan. Berdasarkan fungsinya biaya ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu biaya promosi dan advertensi serta biaya penjualan.

6

Page 7: Up Disribusi Revisi

2. Order Filling Cost yaitu : Biaya yang terjadi dalam rangka memenuhi atau melayani pesanan yang diterima dari pembeli. Berdasarkan fungsinya order filling cost dapat digolongkan menjadi empat yaitu biaya pergudangan dan penyimpanan, biaya pengepakan dan pengiriman, Biaya pemberian kredit dan pengumpulan piutang.”

Ada tiga sasaran yang harus dicapai dari biaya distribusi, yaitu:

Penetapan Biaya

Pengendalian Biaya

Perencanaan dan pengarahan upaya distribusi

Perusahaan dapat dipandang sebagai sutu sistem yang memproses masukan

untuk menghasilkan keluaran. Perusahaan berusaha menghasilkan keluaran

yang nilainnya lebih tinggi daripada nilai masukannya agar menghasilkan

laba. Dengan laba yang diperoleh perusahaan dapat mempertahankan

kelangsungan hidupnya dan mengembangkan dirinya.

Menurut Soemarso (2005:230) mengemukakan bahwa: ”Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu”.

Berdasarkan definisi diatas bahwa laba merupakan selisih antara

pendapatan setelah dikurangi beban. Apabila pendapatan melebihi beban maka

hasilnya laba bersih. Informasi laba diperlukan untuk mengetahui kontribusi

produk dalam menutupi biaya non produksi.

Laba dapat diklasifikasikan berdasarkan dua dimensi utama yaitu:

1. Komponen operasi dan non operasi

Klasifikasi operasi dan non operasi terutama bergantung pada sumber

pendapatan atau beban, yaitu apakah pos tersebut berasal dari operasi-operasi

perusahaan yang masih berlangsung atau dari aktivitas investasi (pendanaan)

7

Page 8: Up Disribusi Revisi

laba operasi (operating income), merupakan suatu pengukuran laba

perusahaan yang berasal dari aktivitas operasi yang masih berlangsung

laba non operasi (non operating income), mencakup seluruh komponen

laba yang tidak termasuk dalam laba operasi.

2. Komponen berulang dan tidak berulang

Klasifikasi berulang dan tidak berulang terutama bergantung pada apakah

pos tersebut akan terus terjadi atau hanya satu kali.

Adapun Hubungan antara Biaya Distribusi dengan Laba Perusahaan

Seperti yang dikemukakan oleh Wels, Hilton, Gordon (2000:270) mengemukakan

bahwa:

“Biaya distribusi mencakup semua biaya yang berkaitan dengan penjualan, distribusi, dan pengantaran barang kepada pelanggan. Perencanaan biaya distribusi secara cermat akan mempengaruhi laba perusahaan”.(Sebelum ke paradigma dijelaskan bagaimana biaya distribusi mempengaruhi laba berdasarkan pemikiran sendiri)

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini adalah sebagai berikut :

GAMBAR 1.2

Paradigma Penelitian

Variabel X Variabel Y

8

Biaya Distribusi Laba Perusahaan

Page 9: Up Disribusi Revisi

1.6 HIPOTESIS

Menurut Sugiyono (2012:51) menyatakan bahwa : Hipotesis merupakan

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu

rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat

pertanyaan.

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah :

“Terdapat pengaruh signifikan biaya distribusi terhadap Laba Perusahaan.”

9

Page 10: Up Disribusi Revisi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biaya

2.1.1 Pengertian Biaya

Pengertian Biaya menurut Mulyadi dalam buku Akuntansi Biaya (2002:8)

mendefinisikan biaya dalam arti luas sebagai berikut:

“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang,

yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”.

Selain itu Mulyadi dalam buku Akuntansi Biaya(2002:10) mendefinisikan biaya

dalam arti sempit sebagai berikut:

“Biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh

aktiva.” Sedangkan pengertian biaya menurut Sunarto dalam buku Akuntansi

Biaya (2003:4) mengemukakan bahwa:

“Biaya adalah harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau

dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan”.

Dari definisi di atas 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut, yaitu:

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi

2. Diukur dalam satuan uang

3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi

4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu

2.1.2 Penggolongan Biaya

10

Page 11: Up Disribusi Revisi

Agar informasi biaya dapat digunakan oleh manajemen dengan baik maka

biaya harus dicatat dan digolongkan. Umumnya penggolongan biaya ini

ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut,

Biaya menurut Mulyadi dalam buku Akuntansi Biaya (2002:14-17) dapat

digolongkan sebagai berikut:

“ 1. Objek pengeluaran 2. Fungsi pokok dalam perusahaan

3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan5. Jangka waktu manfaatnya”.

Masing-masing penggolongan biaya diatas diuraikan sebagai berikut:

1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluarannya

Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar

penggolongan biaya. Misalkan nama objek pengeluaran bahan bakar, maka

semua biaya pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya

bahan bakar.

2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur, biaya dikelompokkan menjadi 3 kelompok:

a. Biaya Produksi

b. Biaya Pemasaran

c.Biaya Administrasi dan Umum

Kelompok biaya diatas diuraikan sebagai berikut:

Biaya produksi Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah

bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek

11

Page 12: Up Disribusi Revisi

pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi:

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead

pabrik

Biaya pemasaran Merupakan biaya biaya yang terjadi untuk

melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contoh:biaya disrtibusi,

biaya iklan, biaya promosi, biaya contoh (sample).

Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk

mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh:

biaya gaji bagian keuangan, akuntansi, personalia, biaya fotocopy, dan

lain-lain. Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi sering pula

disebut dengan istilah biaya komersial (commercial expenses).

3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.

Sesuatu yang dibiaya dapat berupa produk atau departemen. Dalam

hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan

menjadi 2 golongan:

*) Biaya langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi, karena

adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya

bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

*) Biaya tidak langsung (indirect cost), merupakan biaya yang terjadi tidak

hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam

hubungannya dengan produk disebut istilah biaya produksi tidak langsung

atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs).

12

Page 13: Up Disribusi Revisi

4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan

perubahan volume kegiatan.

Dalam hubungannya dengan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan

menjadi:

1. Biaya variabel

2. Biaya semivariabel

3. Biaya semifixed

4. Biaya tetap

Biaya di atas diuraikan sebagai berikut:

Biaya variabel : adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan

perubahan volume kegiatan

Biaya semi variabel : adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan

perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya

tetap dan unsur biaya variabel.

Biaya semifixed : adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan

tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi

tertentu.

Biaya tetap : adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam volume kegiatan

tertentu.

5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi

dua, yaitu:

13

Page 14: Up Disribusi Revisi

1. Pengeluaran modal (capital expenditure), merupakan biaya yang

mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dimana pengeluaran

untuk keperluan tersebut biasanya melibatkan jumlah yang besar dan

memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun. Contoh: biaya depresiasi,

biaya amortisasi

2. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure), merupakan biaya yang

hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadi pengeluaran

tersebut. Contoh: Biaya iklan.

2.1.3 Pengukuran Biaya

Perhitungan biaya sebenarnya

Mengharuskan perusahaan untuk menggunakan biaya sebenarnya dari semua

sumber daya yang digunakan dalam produksi untuk menentukan biaya unit.

Perhitungan biaya normal

Mengharuskan perusahaan menggunakan biaya sebenarnya dari bahan baku

langsung dan tenaga kerja langsung pada unit yang diproduksi.

2.2 Distribusi

2.2.1 Pengertian Distribusi

14

Page 15: Up Disribusi Revisi

Menurut Philip Kotler dan Amstrong dalam buku Principle Of Marketing

(2000:205) mengemukakan bahwa:

”Aktivitas perusahaan agar produk atau jasa mudah didapatkan oleh

konsumen sasarannya”.

Menurut Sumorangkir dalam buku Masalah Pokok Pemasaran (2000:43)

mengemukakan bahwa:

”Distribusi merupakan kegiatan untuk mentransfer barang dari pabrik ke

pelanggan”.

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya distribusi

adalah kegiatan menyalurkan barang (produk) dari produsen ke konsumen.

2.2.2 Fungsi Saluran Distribusi

Menurut Philip Kotler yang diterjemahkan oleh Ronny A, Rusli dan

Hendra dalam buku Manajemen Pemasaran (2000:431) fungsi saluran distribusi

adalah sebagai berikut:

”1. InformasiPengumpulan dan penyebaran informasi riset pemasaran mengenai pelanggan, pesaing serta pelaku dan kekuatan lain yang ada saat ini maupun yang potensial dalam lingkungan pemasaran.

2. PromosiPengembangan dan penyebaran komunikasi yang dirancang untuk menarik pelanggan pada penawaran tersebut.

3. NegosiasiUsaha untuk mencapai persetujuan ahir mengenai harga dan syarat lain sehingga transfer kepemilikan dapat dilakukan.

4. PemesananKomunikasi dari para anggota saluran pemasaran ke produsen mengenai minat untuk membeli.

15

Page 16: Up Disribusi Revisi

5. PembiayaanPerolehan dan pengalokasian dana yang dibutuhkan untuk membiayai persediaan pada berbagai tingkat saluran.

6. Pengambilan ResikoPenggunaan resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi saluran pemasaran tersebut.

7. Pemilikan FisikKesinambungan penyimpanan dan penggerakan produk fisik dari bahan mentah sampai ke pelanggan akhir.

8. PembayaranPembeli membayar tagihannya ke penjual lewat bank dan institusi keuangan lainnya.

9. Hak MilikTrasfer kepemilikan sebenarnya dari suatu organisasi atau orang ke orang atau orang lain”.

2.3 Biaya Distribusi

2.3.1 Pengertian Biaya Distribusi

Biaya Distribusi menurut Ardiyoso dalam Kamus Besar Akuntansi

(2009:333) adalah:

”Biaya yang terjadi guna memasarkan atau mengirimkan suatu produk. Biaya yang dapat digolongkan ke dalam distribution cost adalah biaya untuk fasilitas pergudangan, pengangkutan, pengepakan, pengemasan untuk memasukkan ke petikemas”.

Biaya distribusi menurut Warren J Keegan yang diterjemahkan oleh

Alexander Sindoro dalam buku Manajemen Pemasaran Global (2005:213)

meliputi:

”1. Biaya Langsung Penjualan (Direct Selling Exspanse)Yaitu semua biaya penjualan langsung yang berhubungan dengan salesman, kantor cabang, supervisi penjualan. Dengan kata lain semua biaya langsung yang berhubungan dengan timbulnya order penjualan.

2. Biaya Promosi penjualan dan Advertensi (Advertising and Sales Promotion Exspense)Yaitu semua pengeluaran media periklanan, biaya-biaya yang berhubungan dengan promosi penjualan.

16

Page 17: Up Disribusi Revisi

3. Biaya Transportasi (Trasportation Expense)Yaitu semua biaya pengangkutan barang sampai ketangan konsumen termasuk juga biaya untuk mengelola dan memelihara fasilitas-fasilitas transportasi.

4. Biaya Pergudangan dan Penyimpanan (Werehousing and Storage Exspense)Yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk pergudangan, penyimpanan, penanganan persediaan, pemenuhan order, pembukuan serta penyiapan gudang.

5. Biaya Distribusi Umum (General Distribution Expense)Yaitu semua biaya lain yang berhubungan dengan fungsi-fungsi distribusi di bawah manajemen penjualan yang tidak termasuk dalam klasifikasi biaya umum, pelatihan, riset pasar dan fungsi-fungsi staf seperti akuntansi”.

Berdasarkan beberapa pengertian seperti yang telah disebutkan diatas,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa biaya distribusi adalah semua biaya yang

dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan-kegiatan untuk menggerakan hati calon

konsumen agar melakukan transaksi pembelian, dimana barang dalam keadan siap

jual, menyerahkan barang ketangan konsumen, dan berahir dengan penerimaan

tunai penjualan barang tersebut.

2.3.2 Penggolongan Biaya Distribusi

Menurut Henry Simamora dalam buku Manajemen Pemasaran

Internasional (2000:321) biaya distribusi digolongkan menjadi dua, yaitu:

”1. Order Getting CostPengeluaran yang terjadi untuk mencari atau menimbulkan pesanan dari pembeli kepada perusahaan. Berdasarkan fungsinya biaya ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu biaya promosi dan advertensi serta biaya penjualan.

2. Order Filling Cost

17

Page 18: Up Disribusi Revisi

Biaya yang terjadi balam rangka memenuhi atau melayani pesanan yang diterima dari pembeli. Berdasarkan fungsinya order filling cost dapat digolongkan menjadi empat yaitu biaya pergudangan dan penyimpanan, biaya pengepakan dan pengiriman, biaya pemberian kredit dan pengumpulan piutang”.

Perbedaan antara Order Getting Cost dan Order Filling Cost diantaranya:

1. Dalam Order Getting Cost tidak terdapat hubungan antara kegiatan distribusi

dengan biaya, sedangkan Order Filling Cost memiliki hubungan antara

kegiatan dengan biaya

2 Order Filling Cost memiliki sifat seperti biaya produksi dimana terjadi

berulang-ulang, semivariabel dan tetap

2.3.3 Karakteristik Biaya Distribusi

Karakteristik yang dikemukakan oleh Warren J Keegan yang

diterjemehkan oleh Alexander Sindoro dalam buku Manajemen Pemasaran Global

(2005:523) adalah sebagai berikut:

”1. faktor-faktor Psikologis 2. Adanya berbagai macam metode distribusi serta sifat fleksibel dalam

penerapannya. Misal karena adanya perubahan kondisi pasar, maka bila perlu metode distribusi dapat dirubah dan disesuaikan.

3. Perubahan-perubahan yang berkesinambungan dalam metode penjualan. Sifat kegiatannya memerlukan jenis biaya yang berbeda dengan biaya produksi. Pada biaya distribusi sulit untuk mengetahui hubungan sebab akibat sehingga akan mempengaruhi ketepatan antara membandingkan pendapatan dengan beban. Umumnya biaya langsung dibandingkan dengan penjualan pada periode terjadinya biaya meskipun mungkin sebagai biaya mempunyai manfaat untuk periode berikutnya, namun akan sulit diukur hubungan sebab akibatnya.”

Ada tiga sasaran yang harus dicapai dari biaya distribusi, yaitu:

18

Page 19: Up Disribusi Revisi

Penetapan Biaya

Pengendalian Biaya

Perencanaan dan pengarahan upaya distribusi

Butir ke dua dan tiga merupakan hal yang terpenting karena analisis

tersebut dimaksudkan untuk memberikan informasi bagi manajemen untuk tujuan

perencanaan pengarahan dan pengendalian upaya-upaya distribusi.

2.3.4 Pengukuran dan Pengakuan Biaya Distribusi

Pengukuran biaya distribusi menggunakan harga perolehan historis karena

dapat menggambarkan pengeluaran tunai biaya distribusi perusahaan sekaligus

dapat menunjang nilai tukar perolehan barang dan jasa. Pengakuan biaya

distribusi menggunakan pendekatan akrual, dimana biaya distribusi harus

dilaporkan pada saat biaya dikeluarkan dan diakui secara periodik. Sedangkan

dasar perbandingan biaya distribusi adalah alokasi sistematis.

2.4 Laba

2.4.1 Pengertian Laba

Perusahaan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang memproses

masukan untuk menghasilkan keluaran. Perusahaan berusaha menghasilkan

keluaran yang nilainya lebih tinggi daripada nilai masukannya agar menghasilkan

laba. Dengan laba yang diperoleh perusahaan dapat mempertahankan

kelangsungan hidupnya dan mengembangkan dirinya.

19

Page 20: Up Disribusi Revisi

Menurut Soemarso dalam buku Akuntansi Suatu Pengantar (2005:230)

mengemukakan bahwa: ”Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban

sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode

tertentu”.

Menurut Henry Simamora dalam buku Akuntansi Basis Pengambilan

Keputusan Bisnis (2010:25) mengemukakan bahwa: “Laba adalah perbedaan

antara pendapatan dengan beban jika pendapatan melebihi beban maka hasilnya

adalah laba bersih”.

Sedangkan menurut J Wild yang diterjemahkan oleh KR Subramanyan

dalam buku Analisis Laporan Keuangan (2010:407) mengemukakan bahwa:

“Laba merupakan selisih pendapatan dan keuntungan setelah dikurangi beban dan kerugian. Laba merupakan salah satu pengukur aktivitas operasi dan dihitung berdasarkan atas dasar akuntansi akrual”.

Berdasarkan definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laba

merupakan selisih antara pendapatan setelah dikurangi beban. Apabila pendapatan

melebihi beban maka hasilnya laba bersih. Informasi laba diperlukan untuk

mengetahui kontribusi produk dalam menutupi biaya nonproduksi.

2.4.2 Jenis-Jenis Laba

Laba terdiri dari beberapa jenis yaitu:

20

Page 21: Up Disribusi Revisi

1.Laba kotor, adalah perbedaan antara pendapatan bersih dan pengorbanan

dengan harga pokok penjualan

2. Laba dari operasi, adalah selisih antara laba kotor dengan total beban operasi

3. Laba bersih, adalah angka terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana untuk

mencarinya laba operasi ditambah pendapatan lain-lain dikurangi dengan

beban lain-lain.

2.4.3 Pengklasifikasian Laba

Laba dapat diklasifikasikan berdasarkan dua dimensi utama yaitu:

1. Komponen operasi dan nonoperasi

Klasifikasi operasi dan nonoperasi terutama bergantung pada sumber

pendapatan atau beban, yaitu apakah pos tersebut berasal dari operasi-operasi

perusahaan yang masih berlangsung atau dari aktivitas investasi (pendanaan)

laba operasi (operating income), merupakan suatu pengukuran laba

perusahaan yang berasal dari aktivitas operasi yang masih berlangsung

laba nonoprasi (nonoperating income), mencakup seluruh komponen laba

yang tercakup dalam laba operasi.

2. Komponen berulang dan tidak berulang

Klasifikasi berulang dan tidak berulang terutama bergantung pada apakah pos

tersebut akan terus terjadi atau hanya satu kali.

2.4.4 Pengukuran Laba Akuntansi

Laporan laba rugi biasanya menyajikan 3 alternatif pengukuran laba, yaitu:

21

Page 22: Up Disribusi Revisi

1 Laba bersih (net income), dianggap sebagai pengukuran laba baris

terbawah, meskipun pada kenyataannya bukan.

2 Pendapatan komperhensif (comperhensive income), mencerminkan hampir

seluruh perubahan pada ekuitas yang tidak berasal dari aktivitas pemilik

(seperti deviden atau pengeluaran saham).

3 Laba dari operasi yang berlanjut (continuing income), merupakan suatu

pengukuran yang tidak mencakup pos luar biasa, dampak kumulatif perubahan

akuntansi.

2.4.5 Konsep Laba

1. Konsep laba ekonomi

Pengukuran laba yang penting yaitu laba ekonomi dan laba permanen.

Laba ekonomi, biasanya merupakan arus kas ditambah dengan perubahan

nilai wajar aktiva.

Laba permanen, disebut laba berkelanjutan (sustainable) atau laba yang

dinormalkan (normalized) merupakan rata-rata laba stabil yang ditaksir

dapat diperoleh perusahaan sepanjang umurnya.

2. Konsep laba akuntansi

Laba akuntansi diukur berdasarkan konsep akuntansi akrual. Meskipun laba

operasi mencakup baik aspek laba ekonomi maupun laba permanen, namun

laba ini bukan merupakan pengukuran laba secara langsung seperti kedua laba

lainnya.

22

Page 23: Up Disribusi Revisi

2.4.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi laba

Faktor faktor yang mempengaruhi laba adalah sebagai berikut:

1. Biaya

Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk atau jasa akan

mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.

2. Harga jual

Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan

produk atau jasa yang bersangkutan.

3. Volume penjualan dan produksi

Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi produk

atau jasa tersebut, selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar

kecilnya biaya produksi.

2.5 Hubungan antara Biaya distribusi dengan Laba perusahaan

Adapun hubungan antara Biaya distribusi dengan laba perusahaan seperti

yang dikemukakan oleh Wels, Hilton, Gordon dalam buku Anggaran

perencanaan dan pengendalian Laba yang diterjemahkan oleh Purwatiningsih

dan Maudi Warau (2000:270) bahwa :

Biaya distribusi mencakup semua biaya yang berkaitan dengan

penjualan,distribusi, dan pengantaran barang kepada pelanggan. Di banyak

perusahaan, biaya ini merupakan sebuah persentase yang besar dari biaya total.

23

Page 24: Up Disribusi Revisi

Perencanaan yang cermat atas biaya-biaya tersebut akan menghasilkan

keuntungan yang potensial bagi perusahaan.

Pada dasarnya puncak pimpinan atau eksekutif pemasaran mempunyai

tanggung jawab langsung untuk merencanakan keseimbangan ekonomi

optimum (laba potensial) antara anggara penjualan, anggaran periklanan dan

anggaran biaya distribusi. Untuk itu perencanaan laba dan pengendalian

penjualan, periklanan dan biaya distribusi lebih dipandang sebagai satu

masalah mendasar dan bukan tiga masalah terpisah.

24

Page 25: Up Disribusi Revisi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif dengan menggambarkan pembahasan yang lebih banyak berhubungan

dengan rumus yang bersumber dari laporan keuangan. Tujuannya yaitu membuat

suatu uraian secara sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek yang

diteliti kemudian menggabungkan hubungan antar variabel yang terlibat di

dalamnya. Selain itu penelitian ini juga memperoleh pemecahan masalah tentang

cara pengalokasian dana agar diperoleh rentabilitas ekonomi yang baik. Adapun

langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data analisisnya adalah

sebagai berikut

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh biaya saluran distribusi terhadap

laba perusahaan , digunakan data dengan metode statistik regresi korelasi.

Metode penelitian yang digunakan dalam rangka penyusunan skripsi ini adalah

metode penelitian deskriptif dengan menggunakan jenis metode studi kasus yaitu

metode untuk memahami masalah berdasarkan fenomena atau gejala pada saat

penelitian berlangsung dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara

intensif dan mendetail.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai metode deskriptif

studi kasus, berikut dikemukakan beberapa pendapat yang antara lain Husein

Umar,(2007:47), mengemukakan pendapat dari Travers dan Gay sebagai berikut:

25

Page 26: Up Disribusi Revisi

“Menurut Travers (1978), metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Sedangkan menurut Gay (1976) metode ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada waktu berlangsungnya proses penelitian. Adapun cirri-ciri metode deskriptif :

“Pertama, memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan masalah-masalah yang actual. Kedua data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa”. (Winarno Surakhmad, 1994:140)

3.2. Operasionalisasi Variabel

Dalam penulisan penelitian ini, penulis mengambil dua variable:

1. Variabel Independen, yaitu biaya saluran distribusi (variabel X)

2. Variabel dependen, yaitu Laba perusahaan (variabel Y)

Tabel 3.1Operasioanalisasi variabel

Variabel Konsep Variabel Sub Variabel IndikatorVariabel

skala

Biaya distribusi

(X)

Biaya distribusi menurut Adiyos (2009:333) adalah :“Biaya yang terjadi guna memasarkan atau mengirimkan suatu produk

1.Order getting cost2.Order filling cost

-Biaya transport pengiriman susu-Biaya perawatan kendaraan-Biaya promosi(indicator di cek bagaimana dgn biaya pegawai pengantar barang biaya promosi tdk termasuk karena bukan operasional tetapi ke pemasaran

Rasio

Laba perusahaan (Y)

Laba perusahaan menurut Soemarso (2005:230) adalah : “Laba adalah : selisih lebih pendapatan

1. laba operasi -Laba bersih Rasio

26

Page 27: Up Disribusi Revisi

atas beban sehubungan dengan usaha unuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu”.

3.3. Jenis Data

3.3.1 Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari subjek yang

berhubungan dengan penelitian, data diperoleh dari dokumentasi dari perusahaan.

3.3.2 Data Sekunder

Sumber data yang telah tersedia sebelumnya, dimana subjeknya tidak

berhubungan secara langsung dengan objek penelitian, data diperoleh dari artikel,

tulisan- tulisan ilmiah, serta situs- situs di internet.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan adalah data sekunder dengan menggunakan teknik

pengumpulan data Field Research (penelitian lapangan), yaitu penelitian untuk

memperoleh data yang diperlukan dengan mendatangi objek penelitian secara

langsung.

Dalam studi lapangan ini penyusun langsung mendatangi lokasi yang

bersangkutan untuk memperoleh data. Adapun teknik pengumpulan data menurut

Sugiyono (2012:137) adalah :

a. Wawancara.Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan

27

Page 28: Up Disribusi Revisi

yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

b. Observasi.Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain.

c. Dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

3.5 Teknik Analisis

Untuk menganalisis pengaruh Biaya distribusi terhadap laba perusahaan di

Koperasi peternak Garut selatan dipergunakan analisis sebagai berikut :

Analisis Biaya distribusi

Pengelolaan biaya distribusi sangat penting. Maksud utama dilakukan

analisis ini adalah untuk mengetahui bagaimana mengendalikan biaya

distibusi.

Analisis laba perusahaan

Peningkatan penjualan untuk memperoleh pendapatan yang optimal adalah

salah satu tujuan perusahaan. Dengan dilakukan analisis ini untuk

mengetahui peningkatan laba perusahaan.

Untuk mengetahui pengaruh biaya saluran distribusi terhadap laba perusahaan

digunakan analisis data dengan metode statistik. Data yang digunakan dalam

analisis statistik ini adalah biaya saluran distribusi sebagai variabel bebas dan laba

perusahaan sebagai variabel terikat. Metode statistik yang digunakan antara lain :

1. Analisis Regresi

28

Page 29: Up Disribusi Revisi

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh besarnya

biaya distribusi terhadap laba perusahaan.

Persamaan regresi linier sederhana adalah :

Y = a + bX

Dimana :

X = Biaya distribusi.

Y = Laba perusahaan

a = nilai laba perusahaan bila biaya distribusi = 0 (konstan)

b = Kecenderungan perubahan tingkat laba perusahaan akibat biaya distribusi.

Untuk menghitung a dan b digunakan rumus sebagai berikut :

a =

b =

2. Analisis Koefisien Korelasi Linier sederhana (produk moment)

Analisis Koefisien Korelasi Linier sederhana (produk moment) digunakan

untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan (derajat korelasi) antara kedua

variabel tersebut. Rumus koefisien korelasi dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana :

29

Page 30: Up Disribusi Revisi

n = Jumlah data

X = Biaya distribusi

Y = Laba perusahaan

Nilai korelasi mempunyai nilai antara –1≤ r ≤+1 dimana :

a. Apabila r = 1 atau mendekati 1, maka hubungan antara kedua variable

dikatakan sangat kuat atau searah, apabila X naik maka Y juga naik atau

sebaliknya.

b. Apabila r = 0 atau mendekati 0 maka hubungan antara kedua variable

dikatakan sangat lebar atau tidak terdapat hubungan sama sekali.

c. Apabila r = -1 atau mendekati -1 maka hubungan antara kedua variable

dikatakan sangat lemah atau berlawanan arah, ap[abila X naik maka Y

akan turun atau sebaliknya.

Hasil dari koefisien korelasi tersebut lalu dihubungkan dengan

interprestasi nilai koefisien korelasi dari Sugiyono, yang dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut :

TABEL 3.2PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

0,20 – 0,399

0,40 – 0,599

0,60 – 0,799

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Kuat

30

Page 31: Up Disribusi Revisi

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Sumber : Sugiyono (2012:184)

3. Uji Determinasi

Dihitung koefisien determinasinya, hal ini digunakan untuk mengukur

besarnya prosentase kontribusi penentu variable X yang mempengaruhi variable

Y. Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi (r) dengan

rumus :

Kd = x 100%

Dimana:

Kd = koefisien determinasi

= koefisien korelasi

3.6 Lokasi dan Jadwal Penelitian

3.6.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Koperasi peternak Garut selatan (KPGS)

di jalan Cibodas cikajang Garut.

3.6.2 Jadwal Penelitian

Adapun jadwal peneltian yang telah dilakukan oleh penulis sebagai berikut :

Tabel 3.3

31

Page 32: Up Disribusi Revisi

NO KEGIATAN

BULAN

NOV DES JAN FEB MAR

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

1 Penelitian

pendahuluan

2 Studi literature

3 Penulisan proposal

4 Perbaikan proposal

5 Pengumpulan dan

pengolahan data

6 Penulisan laporan

7 Penyelesaian

administrasi

8 Ujian sidang

9 Perbaikan

32

Page 33: Up Disribusi Revisi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Koperasi Peternak Garut Selatan Cikajang (KPGS-Cikajang) pada

awalnya dibentuk dan didirikan sebagai koperasi Pertanian (Koperta) Desa

Cikajang, Desa Cikandang dan Desa Cigedug pada tanggal 29 Juli 1974 dengan

nama KUD Cikajang I dan memperoleh badan hukum Nomor :

6093/BH/DK.10/22 tanggal 21 Desember 1974.

KUD Cikajang I tersebut diawali dengan jumlah anggota 60 orang dan

mempunyai modal berupa simpanan anggota sebesar Rp. 25.000,00.

Bidang usaha yang dikelola oleh KUD Cikajang I tersebut berupa sektor

pertanian antara lain menyalurkan saprotan kepada anggota, pembibitan,

pengumpulan, pengolahan dan pemasaran hasil produksi pertanian kepada

anggota dan masyarakat, simpan pinjam serta usaha – usaha lain tetapi belum

menangani bidang usaha sapi perah.

Adapun daerah kerja terbatas pada Desa Cikajang dan Desa Cikandang di

Wilayah Kecamatan Cikajang serta Desa Cigedug di wilayah Kecamatan

Bayongbong.

33

Page 34: Up Disribusi Revisi

Perkembangan selanjutnya sejalan dengan kebijakkan Pemerintah melalui

kredit program sapi perah pada tahun 1979, KUD Cikajang I merupakan KUD

Pertama di Kabupaten Garut yang menangani usaha susu sapi perah.

Sejalan dengan perkembangan usaha sapi perah, jumlah anggota dan

pelayanan kepada anggota maka KUD Cikajang I melalui rapat anggotanya

memandang perlu untuk mengadakan perubahan anggaran dasar. Hal tersebut

dilaksanakan melalui rapat anggota khusus perubahan anggaran dasar yang

pertama kali pada tanggal 31 Maret 1988 serta mendapat pengesahan dengan

badan hukum Nomor : 6093 A/BH/KWK.10/14 tanggal 17 Oktober 1988.

Selanjutnya melalui rapat anggota khusus perubahan anggaran dasar yang

kedua kalinya yang dilaksanakan pada tanggal 27 Pebruari 1992 serta mendapat

pengesahan dengan badan hukum Nomor : 6093 B/BH/KWK.10/14 tanggal 23

maret 1992 nama KUD Cikajang I dirubah menjadi KUD mandiri Cikajang.

Kemudian dengan diberlakukannya Undang – undang Perkoperasian

Nomor 25 Tahun 1992 maka untuk ketiga kalinya dilaksanakan rapat anggota

khusus perubahan anggaran dasar pada tanggal 30 April 1996 serta mendapat

pengesahan dengan badan hukum Nomor : 6093/BH/PAD/KWK.10/VII/1996

tanggal 17 Juli 1996 memutuskan penggantian nama KUD Mandiri Cikajang

menjadi KUD “Karya Utama Sejahtera”.

Selanjutnya rapat anggota khusus perubahan Anggaran Dasar yang

dilaksanakan pada tanggal 28 April 2005 dengan badan hukum yang sama yaitu

bernomor : 6093/BH/PAD/KWK.10/VII/1996 tanggal 17 Juli 1996, maka KUD

34

Page 35: Up Disribusi Revisi

“Karya Utama Sejahtera” mengalami perubahan Anggaran Dasar dan nama

koperasi menjadi “Koperasi Peternak Garut Selatan” dengan nama singkatan

KPGS Cikajang.

4.2 Organisasi KPGS Cikajang

4.2.1 Struktur Organisasi

Susunan pengurus KPGS Cikajang periode tahun 2013 s/d 2017 adalah

sebagai berikut:

1. Ketua : H. E. Suherman

2. Sekretaris : Tjutju Tjukanda

3. Bendahara : H. Enceng Supriyatna

Susunan pengawas

Susunan pengawas KPGS Cikajang Garut tahun 2012 s/d 2014 adalah

sebagai berikut :

1.Pjs Ketua : H. Suherman,S.Pd. MMPd

2.Anggota : Teteng Haelani

Manajer

1.Manajer Utama : Anang Suryana, W.

2.Mandiv. Peternakan dan kendaraan : drh. H. A. Hikmat Buana

3.Mandiv. Perdagangan-Usaha dan Umum : Winarni

4.Mandiv. Akuntansi-Perbankan dan UUO : Dikeu B. Taufan,SE

35

Page 36: Up Disribusi Revisi

Bidang Usaha

1. Usaha Sapi Perah / Susu Segar

2. Usaha Makanan Ternak

3. Usaha Simpan Pinjam

4. Warung Serba Ada

5. Pasteurisasi Susu dan Yoghurt.

4.2.2 Uraian Jabatan

Berdasarkan keputusan rapat anggota yang disampaikan pada RAT tahun

buku 2003 tanggal 8 mei 2004, bahwa perangkat organisasi koperasi telah

dilengkapi dengan terpilihnya pengawas, kemudian melalui keputusan rapat

pengurus, pengawas dan manajemen tanggal 18 mei 2004 salah satu keputusannya

berupa pembuatan struktur organisasi dan uraian tugas / jabatan ( job description).

Atas dasar hal tersebut diatas dengan ini disusun uraian tugas / jabatan

bagi segenap jajaran koperasi berdasarkan struktur organisasi, sebagai berikut:

1. Rapat Anggota

Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian

pada pasal 22 ayat (1), rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi

dalam koperasi

2. Pengurus

Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang

perkoperasian, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, maka pengurus

36

Page 37: Up Disribusi Revisi

bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan koperasi dan usahanya

kepada rapat anggota atau rapat anggota luar biasa. Sedangkan tugas pokok

masing-masing anggota pengurus ditetapkan dalam peraturan khusus yang

disyahkan dalam rapat pengurus, sebagaimana tertuang dalam angaran dasar pasal

22 ayat (1).

3 .Pengawas

Pengawas sebagai salah satu perangkat organisasi koperasi mempunyai

kedudukan yang sejajar dengan pengurus sebab selain keberadaannya dipilih dari

dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota juga bertanggung jawab kepada

rapat anggota.

4 .Pengurus kelompok Anggota

Pengurus kelompok anggota sebagai perwakilan anggota pada kelompok

yang bersangkutan dipilih dari dan oleh anggota kelompoknya, serta merupakan

kepanjangan tangan baik antara pengurus terhadap anggota maupun sebaliknya

antara anggota terhadap pengurus.

Adapun pengurus kelompok anggota yang terdiri dari ketua, sekretaris dan

pembantu umum, mengenai tugas dan kewenangannya akan diatur dalam

peraturan khusus.

5 .Manajer Utama

Lembaga manajer utama, manajer divisi dan karyawan merupakan

pelaksana kebijakan pengurus dalam operasional tugas sehari-hari berdasarkan

rencana kerja pengurus yang telah disyahkan oleh rapat anggota, sesuai dengan

37

Page 38: Up Disribusi Revisi

anggaran dasar pasal 32 keberadaan lembaga ini didasarkan pada pengangkatan

dan pemberhentian oleh pengurus serta untuk mengatur hubungan kerjanya

dituangkan dalam kontrak kerja.

Secara garis besar tugas dan kewenangan manajer utama adalah sebagai

berikut:

1. Mengkoordinir, memimpin dan mengawasi segenap karyawan dalam

pelaksanaan tugasnya masing-masing melalui manajer divisi yang

bersangkutan.

2. Memelihara dan mengamankan serta mempertanggungjawabkan kekayaan

koperasi.

3. Menerima pendelegasian wewenang dari pengurus secara tertulis baik yang

menyangkut bidang usaha, keuangan, organisasi maupun dalam berhubungan

dengan pihak ketiga.

4. Sebagai pelaksana harian atas kebijakan pengurus, manajer utama ikut

bertanggung jawab untuk memajukan koperasi sehingga memperoleh

keuntungan yang layak dan pelayanan yang maksimal bagi anggota.

5. Menyelenggarakan rapat kerja baik dengan para manajer divisi maupun

karyawan pada umumnya.

6 .Manajer Divisi Peternakan dan kendaraan

Manajer divisi peternakan dan kendaraan selaku pembantu operasional

manajer utama dalam bidang peternakan sapi dan persusuan, makanan ternak serta

kendaraan membawahi bagian-bagian sebagai berikut:

38

Page 39: Up Disribusi Revisi

1. Bagian Persusuan ( MC ), yang terdiri dari:

- Produksi/pembelian dan pemasaran susu.

- Laboratorium Susu.

- Staf tester Susu.

- Staf penerimaan susu.

- Staf teknisi peralatan susu.

- Staf pengepakan susu.

- Sub bagian administrasi susu.

- Staf simpanan anggota.

- Staf pengemudi jemputan susu dari lapangan dan pengemudi

pengantar susu ke IPS (Industri Pengolahan Susu)

- Sub bagian sanitasi.

2. Bagian Populasi Sapi, yang terdiri dari:

- Sub bagian keswan (Kesehatan Hewan)

- Sub bagian IB (Inseminasi Buatan).

- Staf recording dan pendataan sapi.

- Sub bagian pengembangan usaha sapi perah.

- Tim pengamanan sapi perah bantuan menegkop dan UKM RI (Usaha

Kecil Menengah Republik Indonesia)

3. Bagian makanan ternak, yang terdiri dari:

- Staf produksi / pemasaran.

- Staf administrasi.

39

Page 40: Up Disribusi Revisi

Adapun tugas dan wewenang manajer divisi peternakan dan kendaraan

adalah sebagai berikut:

1. Bertanggung jawab kepada manajer utama.

2. Mengadakan koordinasi dengan manajer lainnya dalam hal pelaksanaan

operasional bidang garapannya.

3. Menyelenggarakan rapat kerja dengan bagian-bagian yang ada dibawah

kewenangannya.

4. Bersama Kabag. MC mengatur penjadwalan tugas staf lapangan baik

personilnya maupun kendaraannya, baik dalam jemputan susu maupun

pengantaran susu ke IPS (Industri Pengolahan Susu).

5. Bersama Kabag. MC mempertanggung-jawabkan kualitas dan kuantitas susu

yang diterima dari anggota / non anggota serta yang dijual baik lokal maupun

ke IPS (Industri Pengolahan Susu).

6. Bersama-sama dengan manajer utama mengusahakan untuk memajukan

bagian/unit yang ada dibawah kewenangannya agar memperoleh keuntungan

yang layak bagi koperasi dan senantiasa meningkatkan efisiensi.

7. Mempersiapkan bahan laporan pengurus pada akhir tahun buku.

4.3 Visi KPGS Cikajang

Mulai tahun 2004 Koperasi Peternak Garut Selatan Cikajang (KPGS

Cikajang), mempunyai visi :

40

Page 41: Up Disribusi Revisi

“Iman dan Taqwa melandasi segala aspek dan kegiatan “Koperasi Peternak Garut

Selatan Cikajang (KPGS – Cikajang)”.

4.3.1 Penghargaan Yang Pernah Diperoleh

1.Tahun 1986 : KUD terbaik I Tingkat Kab. DT.II Garut

2.Tahun 1987 : Juara Terbaik Kelompok Tani se-Jawa Barat

3.Tahun 1988 : KUD Teladan “Prestasi Kencana” Kab. DT. II Garut

4.Tahun 1989 : KUD Teladan Terbaik III Tingkat Jawa Barat

5.Tahun 1989 : Juara Terbaik Kelompok Peternak Sapi Pedet Kab. DT. II

Garut

6.Tahun 1989 : KUD Pertama di Jawa Barat yang memberikan

pelayanan DUKM bagi anggotanya

7.Tahun 1990 : Mendapat piagam penghargaan KUD Mandiri

8.Tahun 1991 : KUD Terbaik I Tingkat Jawa Barat

9.Tahun 1991 : KUD Mandiri Tingkat Nasional

10.Tahun 1996: KUD Mandiri Teladan Nasional

11.Tahun 1997: KUD Teladan Utama Tingkat Nasional Sektor Peternakan

12.Tahun 2003: KUD Produsen berprestasi tingkat Kab. Garut

13.Tahun 2003:Koperasi Aneka Usaha Berprestasi tingkat Provinsi Jawa

Barat

14.Tahun 2003: Koperasi Berprestasi tingkat Nasional

41

Page 42: Up Disribusi Revisi

15.Tahun 2005: Koperasi Unit Desa Terbaik I Tingkat Kabupaten Garut

Tahun 2005

16.Tahun 2005:Koperasi Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2005

17.Tahun 2007: Koperasi Produsen Berprestasi Tingkat Nasional

18.Tahun 2011: Koperasi Penerima Award Tahun 2011

4.4 Pembahasan

4.4.1 Perkembangan Biaya Distribusi Pada KPGS Cikajang

Biaya Distribusi pada KPGS Cikajang dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain :

1. Keteraturan dan volume angkutan

Untuk angkutan susu biasanya dilakukan setiap hari dan tergantung kepada

jumlah produksi susu bila produksi susus melimpah maka jumlah angkutan setiap

hari mencapai tiga kali angkutan. Kalau ada tiga kali angkutan, dua kali angkutan

atau dua tangki dilakukan pagi hari dan satu angkutan atau satu tangki sore hari.

Jadi biaya Distribusi setiap hari tidak tetap tetapi berubah-ubah tergantung

jumlah produksi susu dan akan berpengaruh pada laba.

2. Jarak Angkutan

Jarak angkutan juga mempengaruhi biaya distribusi karena kalau dulu tidak

terlalu besar karena BBM harganya masih murah namun setelah BBM naik

mengakibatkan biaya operasional meningkat dan mengurangi pendapatan KPGS.

42

Page 43: Up Disribusi Revisi

3. Biaya yang berhubungan dengan Distribusi

Biaya yang berhubungan dengan Distribusi juga berpengaruh pada Biaya

Distribusi. Adapun biaya itu antara lain :

a.Biaya transport Pengiriman Susu

b.Biaya Perawatan Kendaraan

c.Biaya Promosi

4. Perbandingan antara bobot dan volume barang

Perbandingan antara bobot dan volume barang juga berpengaruh terhadap

biaya distribusi, karena berhubungan dengan jumlah yang diangkut oleh tangki di

mana setiap tangki maksimal memuat 8 ton jadi bila ada produksi sebesar 24 ton

maka yang berangkat tiga tangki.

Biaya Distribusi yang di teliti pada KPGS Cikajang ini terdiri dari biaya

distribusi yang menjadi biaya operasional yaitu biaya transport pengiriman susu,

pemeliharaan kendaraan dan biaya promosi.

Tabel 4.1Perkembangan Biaya Transportasi Pengiriman Susu Pada KPGS Cikajang

Periode Total Biaya Angkutan (Rupiah) selisih31 Des 2008 1.217.131.110 -31 Des 2009 1.282.343.410 65.212.30031 Des 2010 1.310.850.350 28.506.94031 Des 2011 1.368.171.900 57.321.55031 Des 2012 1.146.709.000 221.462.900

Sumber : Laporan Petanggungjawaban Pengurus dan Pengawas KPGS Cikajang

43

Page 44: Up Disribusi Revisi

Berdasarkan tabel 4.1 dapat kita lihat perkembangan biaya angkutan

dimana pada akhir tahun 2008 biaya angkutan sebesar Rp.1.217.131.110,- dan

pada akhir tahun 2009 naik sebesar Rp. 65.212.300 menjadi Rp.1.282.343.410,-.

Kemudian pada akhir tahun 2010 naik sebesar Rp. 28.506.940 menjadi Rp.

1.310.850.350,-. Pada akhir tahun 2011 naik lagi sebesar 57.321.550,-. Menjadi

Rp. 1.368.171.900 sedangkan Pada akhir tahun 2012 mengalami penurunan biaya

angkutan sebesar Rp.221.462.900 menjadi Rp. 1.146.709.000,- .(dijelaskan

alasanya)

Tabel 4.2Perkembangan Biaya Pemeliharaan Kendaraan Pada KPGS Cikajang

(Rupiah)

Sumber : Laporan Petanggungjawaban Pengurus dan Pengawas KPGS Cikajang

Berdasarkan tabel 4.2 dapat kita lihat perkembangan biaya pemeliharaan

kendaraan dimana pada akhir tahun 2008 biaya angkutan sebesar

Rp.547.209.100,- dan pada akhir tahun 2009 naik sebesar Rp.185.697.400,-

menjadi Rp. 732.906.500,-. Kemudian pada akhir tahun 2010 naik Rp.17.314.500

menjadi Rp. 750.221.000,-. Pada akhir tahun 2011 naik Rp.116.250.755 menjadi

866.471.755,-. Pada akhir tahun 2012 biaya pemeliharaan kendaraan turun

Rp.95.550.334 menjadi Rp. 670.881.421,- (dijelaskan penyebanya).

44

Periode Biaya Pemeliharaan Kendaraan selisih31 Des 2008 547.209.100 -31 Des 2009 732.906.500 185.697.40031 Des 2010 750.221.000 17.314.50031 Des 2011 866.471.755 116.250.75531 Des 2012 670.881.421 95.550.334

Page 45: Up Disribusi Revisi

Tabel 4.3(diganti indikatornya pa biaya promosi tdk termasuk)Perkembangan Biaya Promosi Pada KPGS Cikajang (Rupiah)

Periode Biaya promosi Selisih31 Des 2008 22.928.700 -31 Des 2009 9.432.000 13.496.70031 Des 2010 22.124.580 12.692.58031 Des 2011 90.100.650 67.976.07031 Des 2012 41.759.875 48.340.775

Sumber : Laporan Petanggungjawaban Pengurus dan Pengawas KPGS Cikajang

Berdasarkan tabel 4.3 dapat kita lihat perkembangan biaya promosi

dimana pada akhir tahun 2008 biaya promosi sebesar Rp. 22.928.700,- dan pada

akhir tahun 2009 turun sebesar Rp.13.496.700.- menjadi Rp. 9.432.000,-.

Kemudian pada akhir tahun 2010 naik Rp. 12.692.580,-. Menjadi

Rp.22.124.580,- Pada akhir tahun 2011 naik lagi Rp.67.976.070 menjadi

Rp.90.100.650,-. Pada akhir tahun 2012 biaya promosi turun Rp.48.340.775

menjadi Rp. 41.759.875,-

Tabel 4.4Perkembangan Biaya Distribusi Pada KPGS Cikajang (Rupiah)

Periode Total Biaya Distribusi selisih Perkembangan %31 Des 2008 1.787.268.910 - -31 Des 2009 2.024.681.910 237.413.000 13,28 %31 Des 2010 2.083.195.930 58.514.020 2,89 %31 Des 2011 2.324.744.305 241.548.375 11,60 %31 Des 2012 1.859.350.296 465.394.009 -20,02 %Sumber : Laporan Petanggungjawaban Pengurus dan Pengawas KPGS Cikajang

Berdasarkan tabel 4.5 dapat kita lihat perkembangan biaya Distribusi

dimana pada akhir tahun 2008 biaya Distribusi sebesar Rp.1.787.268.910,- dan

pada akhir tahun 2009 naik sebesar Rp. 237.431.000,- menjadi Rp.

45

Page 46: Up Disribusi Revisi

2.024.681.910,-. Kemudian pada akhir tahun 2010 naik Rp.58.514.020menjadi

Rp. 2.083.195.930,-. Pada akhir tahun 2011 naik Rp.241.548.375 menjadi Rp.

2.324.744.305,-. Pada akhir tahun 2012 mengalami penurunan sebesar

Rp.465.394.009 menjadi Rp.1.859.350.296.

4.4.2 Perkembangan Laba Perusahaan KPGS Cikajang

4.4.2.1 Laba Perusaahaan Pada KPGS Cikajang

Ada beberapa hal-hal yang diperhatikan dalam Laba Perusahaan di KPGS

Cikajang antara lain :

1. Adanya jumlah penjualan/ Pendapatan penjualan susu dalam periode

tertentu

2. Adanya jumlah harga pokok produksi atau pembelian barang

3. Adanya jumlah beban operasional

Dengan ketiga komponen tersebut maka akan didapatkan apakah perusahaan

tersebut mendapat laba atau rugi dalam menjalankan usahanya.

4.4.2.2 Perkembangan Laba Perusahaan Pada KPGS Cikajang

Perkembangan laba perusahaan di KPGS Cikajang mengalami fluktuasi

dari tahun ke tahun disebabkan menurunya populasi sapi perah penghasil susu

dikarenakan semakin tingginya harga pakan ternak sedangkan hasil yang didapat

dari tahun ke tahun harga yang ditawarkan tidak mengalami kenaikan .

46

Page 47: Up Disribusi Revisi

Terlepas dari itu dari biaya operasional dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan yang disebabkan naiknya harga BBM setiap tahun sehingga ikut

menaikan harga spart part kendaraan sebagai alat transportasi kendaraan dalam

pendistribusin barang dari mulai pengangkutan susu dari peternak hingga sampai

ke konsumen dan Industri pengolahan susu.

Tabel 4.5Perkembangan Laba Perusahaan Pada KPGS Cikajang

Periode Laba Perusahaan (Rupiah) Selisih Perkembangan %31 Des 2008 93.875.768,45 - -31 Des 2009 162.676.135,54 68.800.367,09 73,29 %31 Des 2010 108.832.888,26 53.843.247,28 -33,09 %31 Des 2011 69.617.981,90 39.214.906,36 -36,03 %31 Des 2012 70.679.476,80 1.061.484,90 1,52 %Sumber : Laporan Petanggungjawaban Pengurus dan Pengawas KPGS Cikajang

(dijelaskan penyebab dari tahun ke tahun fluktuatif laba)Berdasarkan tabel

4.6 dapat kita lihat perkembangan laba perusahaan dimana pada akhir tahun 2008

laba perusahaan sebesar Rp. 93.875.768,45 pada akhir tahun 2009 naik sebesar

Rp.68.800.367,09 menjadi Rp. 162.676.135,54. Kemudian pada akhir tahun 2010

turun sebesar Rp.53.843.247,28 menjadi Rp. 108.832.888,26 ini disebabkan

karena mutu susu atau Total Solid (TS) dibawah standar yang telah ditetapkan

yaitu minimal 11,3%, maka laba yang dihasilkan mengalami penurunan

dibandingkan tahun 2009. Pada akhir tahun 2011 turun sebesar Rp.39.214.906,36

menjadi Rp. 69.617.981,90. Pada akhir tahun 2012 naik lagi sebesar

Rp.1.061.484,90 menjadi Rp. 70.679.476,80.

4.4.3 Pengaruh Biaya Distribusi Terhadap Laba Perusahaan

47

Page 48: Up Disribusi Revisi

Dalam bagian ini penulis mencoba untuk meneliti sampai sejauhmana

tingkat persentase peranan biaya Distribusi (variabel X) dalam menetapkan laba

perusahaan (variabel Y). Untuk hal tersebut, maka dilakukan uji statistik.

Adapun data-data yang dimiliki KPGS Cikajang yang akan di hitung

berdasarkan ketentuan yang telah di tetapkan, berikut datanya:

Tabel 4.6Data Biaya Distribusi Dan Laba Perusahaan

Tahun 2008-2012Tahun Total Biaya Distribusi Laba Perusahaan

2008 1.787.268.910 93.875.768,45

2009 2.024.681.910 162.676.135,54

2010 2.083.195.930 108.832.888,26

2011 2.324.744.305 69.617.981,90

2012 1.859.350.296 70.679.476,80

Dari data-data yang diperoleh dari tabel 4.6 , maka perhitungan variabel X

dan variabel Y adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7Perhitungan Variabel X dan Variabel Y

Tahun 2008 – 2012 (Dalam jutaan rupiah)Tahun Total Biaya

Distribusi Laba

( X2 ) ( Y2 ) XY

2008 1.787 93 3.193.369 8.649 166.191

2009 2.024 162 4.096.576 26.244 327.888

2010 2.083 108 4.338.889 11.664 224.964

2011 2.324 69 5.400.976 4.761 160.356

2012 1.859 70 3.455.881 4.900 130.130

Jumlah ∑ X = 10.077 ∑Y = 502 ∑X2=20.485.691 ∑Y2= 56.218 ∑XY= 1.009.529

48

Page 49: Up Disribusi Revisi

Berdasarkan tabel di atas maka pada tahun 2008 biaya Distribusi sebesar Rp.

896.861.250,- dan tingkat rata-rata harga sebesar Rp. 1.622,041. Dan dapat di

lihat pada tahun 2005 dengan biaya Distribusi yang naik menjadi Rp.

1.500.714.560,- dan tingkat rata-rata harga juga naik menjadi Rp. 1.952,89.

Hal ini dapat dibuktikan dengan biaya Distribusi naik akan mengakibatkan

rata-rata harga juga akan naik. Ini memerlukan perhatian karena kalau harga terus

naik bisa mengakibatkan pasar menurun kalau ada pesaing yang mempunyai

harga yang lebih rendah sedangkan mutu produk sama.

Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat diketahui jumlah antar variabel,

berikut jumlahnya:

∑ X = 10.077, ∑Y = 502, ∑X2= 20.485.691, ∑Y2= 56.218,

∑XY= 1.009.529.

Untuk mengetahui seberapa besar peranan biaya Distribusi dalam

menetapkan harga, maka penulis menggunakan analisa metode statistik

diantaranya sebagai berikut:

1. Menghitung analisa kolerasi Product moment yang dinyatakan dalam rumus :

r=

Data – data yang dimiliki KPGS Cikajang didapat dari hasil pembahasan

terdahulu dapat penulis sajikan dalam tabel sebagai berikut :

49

Page 50: Up Disribusi Revisi

Tabel 4.8Data perkembangan Biaya distribusi dan Laba perusahaan

Tahun Biaya Distribusi Laba perusahaan

2008 0 % 0 %

2009 13,28 % 73,29 %

2010 2,89 % -33,09 %

2011 11,60 % -36,03 %

2012 -20,02 % 1,52 %

Dari data yang diperoleh dri tabel 4.9 diatas, maka perhitungan Koefisien Korelasi

product moment adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9Hasil perhitungan nilai kuadrat dan perkalian antar variable

(Tabulasi Data X dan Y)Tahun X Y X² Y² XY

2008 0 0 0 0 0

2009 13,28 73,29 176,36 5.371,42 973,29

2010 2,89 -33,09 8,35 1.094,95 -95,63

2011 11,60 -36,03 134,56 1.298,16 -417,95

2012 -20,02 1,52 400,80 2,31 -30,43

∑ 7,75 5,69 720,07 7.766,84 429,28

Dari tabel 4.10 diatas dapat diketahui sebagai berikut :

50

Page 51: Up Disribusi Revisi

∑X = 7,75

∑Y = 5,69

∑X² = 720,07

∑Y² = 7.766,84

∑XY = 429,28

Sehingga akan menghasilkan perhitungan sebagai berikut :

r =

r =

r =

r =

r =

r =

r = 0.179

Dengan demikian derajat hubungan antara biaya distribusi terhadap laba

perusahaan mencapai 0,179 dimana angka tersebut jika dilihat pada tabel

51

Page 52: Up Disribusi Revisi

interprestasi koefisien korelasi yang dikemukakan oleh Sugiyono bahwa

hubungan kedua variable X dan Y adalah rendah.

2. Menghitung Koefisien Regresi

Regresi ini dimaksudkan untuk melihat besarnya pengaruh Biaya Distribusi

terhadap Laba perusahaan, dapat dicari dengan rumus :

Y = a + bX

Sebelum diketahui persamaan tersebut terlebih dahulu harus di cari a dan b.

perhitungannya sebagai berikut:

a =

a =

a =

a =

a = 0,27

maka didapat nilai a = 0,27

sedangkan untuk mencari nilai b dapat dicari berikut ini :

b =

52

Page 53: Up Disribusi Revisi

b =

b =

b =

b = 0,59

maka didapat nilai b = 0,59

Sehingga didapat persamaan koefisien regresinya adalah :

Y = 0,27 + 0,59 X

Artinya bahwa jika biaya distribusi nilai X = 0 maka akan berakibat Laba

perusahaan naik sebesar 0,27 % atau setiap ada kenaikan biaya distribusi sebesar

1 % maka Laba perusahaan akan mengalami kenaikan 0,86 %

3. Menghitung Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi memberikan penafsiran besar kecilnya pengaruh kedua

variable yang merupakan kuadrat dari koefisien korelasi dengan mengetahui

koefisien korelasi ( r ) sebesar 0,179 dapat dihitung koefisien determinasinya

sebagai berikut :

Kd = r² x 100 %

Kd = (0,179)² x 100 %

Kd = 0,032 x 100 %

Kd = 3,24 %

53

Page 54: Up Disribusi Revisi

Hasil perhitungan koefisien determinasi sebesar 3,24 % berarti bahwa tingkat laba

perusahaan sebesar 3,24 % dipengaruhi oleh biaya distribusi sedangkan 96,76 %

sisanya dipengaruhi oleh faktor –faktor lain yang tidak diteliti lebih lanjut oleh

penulis.

54

Page 55: Up Disribusi Revisi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penulis melakukan pembahasan pokok permasalahan berdasarkan data dari

KPGS CIKAJANG Garut dari tahun 2008 sampai dengan 2012. Dari hasil

penelitian dan pembahasan tentang pengaruh Biaya Distribusi terhadap Laba

perusahaan dapat ditarik kesimpulan.

1. Perkembangan biaya distribusi dari tahun 2008 sampai tahun 2011

mengalami peningkatan akan tetapi pada tahun 2012 mengalami penurunan

biaya distribusi.

2. Seperti halnya biaya distribusi, maka laba perusahaan mengalami fluktuasi

antara tahun 2008 sampai 2012 dimana pada

3. Secara statistik terdapat hubungan antara biaya distribusi terhadap laba

perusahaan yaitu sebesar 30,25 % sementara sisanya 69,75 % dipengaruhi

oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis dengan tingkat keeratan

hubungan antara kedua variable sebesar 0,55 % dimana tingkat hubungan

tersebut adalah sedang.

55

Page 56: Up Disribusi Revisi

5.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka saran yang dikemukakan

adalah :

1. Untuk biaya Distribusi maka perusahaan dituntut untuk dapat

mengendalikan biaya distribusi secara cermat karena bila biaya

tersebut terlalu besar maka akan mempengaruhi harga penjualan dan

laba yang diharapkan.

2. Dalam upaya peningkatan laba perusahaan dimasa yang akan datang

maka perusahaan diharapkan pada efisiensi pengeluaran yang dapat

dikendalikan sehingga tujuan perusahaan dalam pencapaian

keuntungan dapat berjalan dengan optimal.

56

Page 57: Up Disribusi Revisi

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyos , S.E., Kamus besar Akutansi ; Citra harta prima 2009

Henry simamora, Akutansi I : Basis pengambilan keputusan bisnis ; Salemba, 2010

Kr Subramanyan, Analisis laporan keuangan 2010

Moh. Nasir , Metode penelitian ; Ghalia Indonesia 2005

Mulyadi, Akutansi biaya 2002

Philip Kotler, manajemen pemasaran ; Erlangga 2012

Prof.Dr.Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D ; Alfabeta edisi 2012

Soemarso, Akutansi suatu pengantar ; PT. Rineka cipta 2005

Sunarto, Akutansi biaya 2003

Warren J keegan / Alexander Sindoro, Manajemen pemasaran Global ; PT. Indeks puri media kembangan 2005

Wels, Hilton, Gordon diterjemahkan Purwatiningsih dan Maudi Warau, Anggaran perencanaan dan pengendalian laba ; Salemba 2000

57

Page 58: Up Disribusi Revisi

PENGARUH BIAYA DISTRIBUSI TERHADAP LABA

PERUSAHAAN STUDI PADA KOPERASI PETERNAK

GARUT SELATAN (KPGS) UNIT SUSU

SKRIPSI

Konsentrasi Manajemen Keuangan

Diajukan untuk mengikuti ujian siding Skripsi

Disusun oleh :

HENDRA IRAWAN

NPM : 101100036

PROGRAM STUDI MANAJEMEN S I

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIR)

“YASA ANGGANA”

GARUT

2014

58

Page 59: Up Disribusi Revisi

LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN

Judul skripsi : Pengaruh Biaya Distribusi terhadap Laba Perusahaan

Nama : Hendra Irawan

NPM : 10.110.0036

Program Studi : Manajemen

Jenjang : Strata 1

Garut, 25 Febuari 2014

Mengetahui

Pembimbing Utama Pembimbing pendamping

(H.Nia Gania Karyana,Drs.,M.Ec.Dev) (Deni Rustandi,SE.,MM)

Mengetahui

Ketua

STIE”Yasa Anggana Garut” Pembantu ketua 1

(Siti Aminah.Dra.,Mpd) (Jajang Sugiat.SE.,Mpd)

59

Page 60: Up Disribusi Revisi

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Hendra Irawan

NPM : 10.110.0036

Tahun Angkatan : 2010/2011

Indeks Prestasi Komulatif :

Program Studi / Jenjang : MANAJEMEN / STRATA – I ( SATU )

Judul Usulan Penelitian : Pengaruh Biaya Distribusi Terhadap Laba

Perusahaan Pada KOPERASI PETERNAK

GARUT SELATAN (KPGS) unit Susu

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Usulan Penelitian ini adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil rekayasa maupun karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dengan tanpa ada paksaaan dari pihak manapun dan apabila ternyata dikemudian hari ternyata saya membuat pernyataan palsu, maka saya siap diproses sesuai peraturan yang berlaku.

Garut, 25 Febuari 2014

Yang membuat pernyataan

Mahasiswa

Mat Rp. 6.000

( Hendra Irawan)

60