Bagus Revisi Final Up 2
-
Upload
widadini-wedde -
Category
Documents
-
view
610 -
download
5
Transcript of Bagus Revisi Final Up 2
1
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puyuh adalah salah satu unggas yang potensial untuk diternakan.
Produksi telur burung puyuh ini menempati ranking pertama dibandingkan
burung-burung sebangsanya. Puyuh memiliki kemampuan memproduksi telur
hingga 200-300 butir per tahun (Schaible, 1970 dalam Nugroho, 1981).
Burung puyuh bersifat dwiguna atau dual purpose, yaitu dapat dipelihara
untuk diambil telur dan dagingnya.
Daging puyuh adalah salah satu bahan makanan yang mengandung
banyak protein hewani serta memiliki kandungan gizi tinggi. Menurut Anto
(2004) daging puyuh mengandung asam lemak omega yang lengkap, yaitu
omega 3, 6, dan 9 serta EPA dan DHA. Kandungan gizi yang cukup tinggi
dari daging puyuh ternyata di sertai dengan kadar lemak yang lebih tinggi
dibandingkan dengan daging dada ayam. Kandungan lemak daging dada
puyuh sebesar 3 gram sedangkan lemak daging dada ayam sebesar 1,3 gram
(http://nutritiondata.self.com/ facts/poultry-products/798/2).
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan,
mendorong masyarakat yang memiliki sejumlah gangguan penyakit metabolik
cenderung selektif dalam mengkonsumsi bahan makananan yang
mengandung lemak dan kolesterol tinggi. Hal ini dikaitkan dengan persepsi
bahwa kolesterol ada kaitannya sebagai penyebab atherosclerosis pada
pembuluh-pembuluh ateri yang mengakibatkan penyakit jantung koroner.
Kolesterol sebenarnya mempunyai peranan positif dalam tubuh karena
2
merupakan komponen pembentuk membran sel, jaringan, dan prekursor cairan
empedu, hormon golongan steroid.
Upaya menghasilkan produk peternakan yang aman dan sehat dan
sesuai dengan tren permintaan pasar yang menginginkan produk peternakan
yang bersifat rendah kolesterol, maka diperlukan alternatif penggunaan pakan
tambahan bersifat alami yang tidak mengandung residu berbahaya bagi
kesehatan tubuh. Melalui pemberian daun salam diharapkan dapat membantu
mengurangi kandungan lemak dan kolesterol dalam daging puyuh sehingga
dapat meningkatkan nilai jual yang tinggi.
Daun salam atau Syzygium polyanthum merupakan tumbuhan
rempahan yang memiliki khasiat yang baik untuk tubuh manusia yaitu
menurunkan kandungan kolesterol, dan beberapa penyakit yang disebabkan
gangguan metabolik. Kandungan zat kimia yang dapat menurunkan
kandungan kolesterol dan lemak dalam tumbuhan ini adalah saponin,
flavonoid, polifenol, tanin dan minyak atsiri (Sudarsono et al. dalam Saputra,
2008).
Mekanisme kerja saponin dalam daun salam untuk menurunkan
kolesterol dengan cara, saponin berikatan dengan asam empedu dan kolesterol
(dari makanan) membentuk ikatan kompleks (micelle) yang kurang dapat
diserap oleh usus (Muchtadi, 2005 dalam Kurnia et.al., 2010). Tanin yang
terkandung dalam daun salam berfungsi menurunan kadar lemak dan
kolesterol. Tanin di dalam tubuh akan berikatan dengan protein tubuh dan
akan melapisi dinding usus, sehingga penyerapan lemak dihambat (Fhia, 2008,
dalam Kurnia et.al., 2010). Flavonoid dalam daun salam dapat menurunkan
kadar kolesterol melalui penghambatan reaksi oksidasi kolesterol LDL dalam
darah (Nurwahyunani, 2006).
3
Penelitian tentang pemberian daun salam pada unggas untuk anti
kolesterol telah dilakukan oleh para ahli dan hasilnya berpengaruh terhadap
penurunan kolesterol dan aman untuk digunakan dalam ransum unggas.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti
“Pengaruh Pemberian Tepung Daun Salam (Syzygium Polyanthum) Terhadap
Kadar Kolesterol dan Kadar Lemak Daging Puyuh (Coturnix coturnix
japonica)”.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Seberapa besar pengaruhnya penggunaan daun salam (Syzygium
Polyanthum) dalam ransum terhadap kadar lemak dan kadar kolesterol
pada daging puyuh.
2. Sampai tingkat berapa persen penggunaan daun salam (Syzygium
Polyanthum) dalam ransum untuk dapat menurunkan kadar lemak dan
kadar kolesterol daging puyuh.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh daun salam (Syzygium
Polyanthum) dalam ransum terhadap kadar lemak dan kadar kolesterol
pada daging puyuh.
2. Untuk mendapatkan pada tingkat berapa persen penggunaan daun
salam (Syzygium Polyanthum) dalam ransum yang dapat menurunkan
kadar lemak dan kadar kolesterol daging puyuh.
4
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai tambahan informasi ilmiah bagi
para peneliti dan praktisi peternakan mengenai pemanfaatan daun salam
(Syzygium Polyanthum) sebagai bahan suplemen ransum yang diharapkan
dapat menurunkan kadar lemak dan kadar kolesterol pada daging puyuh.
1.5 Kerangka Pemikiran
Daging merupakan semua jaringan hewan dan produk hasil
pengolahan jaringan-jaringan yang sesuai untuk dimakan serta tidak
menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya (Hidayat,
2008). Secara umum, daging terdiri dari air dan bagian bahan padat. Bahan
padat pada daging terdiri dari bahan-bahan yang mengandung nitrogen,
mineral, garam dan abu. Kurang lebih 20% dari seluruh bahan padat daging
merupakan protein (Hartoko, 2008).
Bagian terbesar dan paling berdaging dari burung puyuh adalah bagian
dada. Persentase daging burung puyuh sekitar 77% dari berat karkas dengan
proporsi otot/daging bagian dada sebesar 48-50%, sedangkan bagian paha
sebesar 30% dari total daging yang dihasilkan (Anto, 2004).
Kandungan kolesterol daging dada puyuh sama seperti daging dada
ayam, tetapi kadar lemak daging dada puyuh lebih tinggi dari pada kadar
lemak daging dada ayam. Dalam 100 gram daging dada ayam, kandungan
lemaknya sebesar 1,2 gram dan kolesterol 58 mg (http://nutritiondata. self.
com/facts/poultry-products/701/2), sedangkan lemak daging dada puyuh
sebesar 3 gram dan kolesterol 58 mg (http://nutritiondata.self.com/
facts/poultry-products/798/2).
5
Lemak adalah suatu ester asam lemak dengan gliserol (Poedjiadi,
1994). Lemak sebagai bahan penyusun ransum mempunyai beberapa
keuntungan diantaranya sebagai sumber energi. Menurut Anggrodi (1979)
Lemak memberikan lebih kurang 2,25 kali lebih banyak energi daripada
karbohidrat bila mengalami metabolisme. Sejumlah besar lemak disimpan
dalam dua jaringan didalam tubuh utama, jaringan adiposa dan hati (Guyton,
1997).
Kolesterol adalah salah satu sterol yang penting dan terdapat banyak di
alam (Pudjiadi, 1994). Kolesterol terdapat di dalam jaringan dan lipoprotein
plasma, yang biasa dalam bentuk kolesterol bebas atau gabungan dengan asam
lemak rantai-panjang. Kolesterol disintesis di banyak jaringan dari asetil-KoA
dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh di dalam empedu sebagai garam empedu
(Murray, 2003). Dalam darah, kolesterol erat kaitannya dengan pengangkutan
lemak (Anggorodi, 1979), sehingga metabolisme lemak sangat berhubungan
dengan metabolisme kolesterol.
Upaya untuk menurunkan kadar kolesterol dan kadar lemak dalam
daging adalah dengan cara menurunkan kolesterol dalam darah yaitu dengan
menurunkan konsumsi, pencernaan dan penyerapan pada gastrointestinal,
menurunkan sintesis endogen, meningkatkan pengeluaran garam empedu dari
hati, dan feses. Pengeluaran sebagian garam empedu memacu
tubuh untuk mensintesis garam empedu yang berasal dari
kolesterol tubuh sehingga kolesterol dalam tubuh secara
keseluruhan dapat berkurang (Supadmo, 1997 dalam Suharti et
al, 2008 ).
Daun salam (Syzygium polyanthum) adalah salah satu tanaman herbal
yang dapat digunakan untuk menurangi kadar kolesterol. Berbagai penelitian
6
menunjukkan bahwa daun salam mengandung sejumlah komponen bioaktif,
antara lain triterpenoid, eugenol, saponin, tanin, flavonoid, alkaloid dan
minyak atsiri serta seskuiterpenoid (Robinson, 1995 dalam Suharti et al,
2008). Kandungan nutrien tepung daun salam hasil analisis Laboratorium
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian Bogor
(2006), Laboratorium PT. Sierad Produce Tbk divisi Feedmill Balaraja (2010)
dan http/Asiamaya.com/nutrients/daunsalam.htm (2010) terdapat pada tabel
1.1.
Tabel 1.1 Kandungan Nutrien Tepung Daun Salam
Nutrien Jumlah
BK (%) 89,92
Protein Kasar (%BK) 14
Lemak Kasar (%BK) 16,3
Serat Kasar (%BK) 24
Saponin (ppm)* 95,27
Tanin (%)* 7,62
Niasin (mg)** 2,005
Keterangan :
1. Laboratorium PT. Sierad Produce Tbk divisi Feedmill Balaraja (2010) * Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian
Bogor (2006)** Http/Asiamaya.com/nutrients/daunsalam.htm (2010)
Pemanfaatan sumber hypocholesterolemic seperti saponin dari alfafa
kering telah dilakukan oleh Ponte et al. (2004) yang menunjukkan bahwa
dengan penambahan saponin alfafa dalam ransum dapat menurunkan
kolesterol daging dada dan total lemak daging ayam. Son et al. (2007) juga
melaporkan bahwa diosgenin (saponin steroid) merupakan senyawa yang
sangat bermanfaat untuk mengontrol hiperkolesterolemia dengan menghambat
absorpsi kolesterol dan meningkatkan sekresi kolesterol. Matsui et al. (2006)
7
menyatakan bahwa saponin dari daun teh yang diekstrak mempunyai aktivitas
antihiperkolesterolemia dengan menekan peningkatan level kolesterol serum
pada tikus yang diinduksi hiperkolesterolemia dan meningkatkan ekresi
kolesterol melalui feses. Saponin dari ekstrak daun teh pada percobaan in
vitro, dapat menghambat inkorporasi kolesterol menjadi micelles dan
menghambat absorpsinya dalam usus halus.
Kandungan zat aktif tannin dalam daun salam dipercaya dapat
menurunkan kandungan kolesterol dan lemak dalam tubuh. Tannin dapat
menyebabkan pemadatan lapisan lendir saluran pencernaan sehingga
menghambat penyerapan zat-zat makanan (termasuk lemak dan kolesterol)
oleh saluran pencernaan. (Agustina, 2008). Peneliti lain, Nakamura et al.
(2001) juga melaporkan bahwa pemberian tanin dari teh hijau sebesar 0,5 g/kg
atau polifenol teh hijau sebesar 0,2-1,0 g/kg dapat menurunkan kolesterol
serum tikus. Selain itu, ekresi garam empedu pada feses juga meningkat ketika
tikus diberi 0,2 g/kg tanin tetapi ada kecenderungan menurun pada pemberian
tannin dosis tinggi.
Daun salam mengandung vitamin B3 atau yang biasa di sebut niasin
yang di percaya dapat eurunkan kolesterol. Vitamin tersebut berperan sebagai
enzim pada berbagai macam metabolisme di sitosol dimana lemak,
karbohidrat, dan protein dibentuk. Niasin dapat menurunkan produksi VLDL
(very low density lipoprotein) di hati, sehingga produksi kolesterol total, LDL
(low density lipoprotein), dan trigliserida menurun (Kurnia et. al, 2010). Hal
ini disebabkan oleh Apolipoprotein khususnya ApoB-100 yang sebagai ligan
pembawa lipid yang terkandung dalam VLDL dihasilkan di sitosol serta
Retikulum Endoplasma (RE) halus dan kasar (Murray, 2003). Jika kadar niasin
8
tinggi, maka tidak terjadi penumpukan VLDL karena semua bahannya
dimetabolisme dengan baik.
Zat aktif flavonoid dalam daun salam merupakan antioksidan yang
dapat menangkap radikal bebas yang dapat menurunkan kadar kolsterol darah.
Flavonoid menghentikan tahap awal reaksi dengan membebaskan satu atom
hidrogen dari gugus hidroksilnya yang kemudian berikatan dengan satu
radikal bebas. Dengan ikatan ini maka akan menstabilkan radikal peroksi yang
membuat energi aktivasi berkurang, dan selanjutnya akan menghambat atau
menghalangi reaksi oksidasi dari kolesterol LDL. Melalui penghambatan
reaksi oksidasi kolesterol LDL ini maka dapat menurunkan kadar kolesterol
(Nurwahyunani, 2006).
Daun salam mengandung beta sitosterol (kolesterol yang terdapat
didalam tumbuhan) yang berfungsi menurunkan kadar kolesterol. Menurut
Utariningsih (2007), beta sitosterol dalam tumbuhan memiliki struktur cincin
identik dengan struktur cincin kolesterol. Mekanisme kerja beta sitosterol
dalam menurunkan kolesterol dengan membatasi enzim HMG KoA reduktase
(Hidroksil metilglutaril KoA reduktase) dalam proses biosintesis kolesterol.
Mekanisme penurunan kerja enzim tersebut, di sebabkan karena beta sitosterol
yang terserap oleh sel mukosa usus meningkat maka biosintesis kolesterol dari
asetil KoA di dalam hati akan menurun.
Penelitian mengenai penggunaan tepung daun salam pernah dilakukan
sebelumnya pada ayam broiler. Hasil dari penelitian tersebut, bahwa
pemberian tepung daun salam secara bertingkat (1%, 2%, 3%) dapat
menurunkan kandungan kolesterol (Suharti et al, 2008). Menurut Hermana et.
al (2008) pemberian tepung daun salam hingga taraf 3% aman digunakan
dalam ransum ayam broiler. Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil hipotesa
9
bahwa pemberian ransum yang mengandung tepung daun salam pada
tingkatan 3% dapat memberikan pengaruh terbaik terhadap penurunan kadar
lemak dan kadar kolesterol daging puyuh.
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kandang puyuh, Majalaya, Kabupaten
Bandung. Penelitian dilaksanakan pada Bulan November 2010. Sedangkan
pengujian sampel daging puyuh dilaksanakan setelah perlakuan 15 hari, yaitu
bertempat di Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas
Peternakan, Universitas Padjadjaran-Sumedang.
10
II
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
2.1 Bahan dan Objek Penelitian
2.1.1 Bahan Pembuatan Tepung Daun Salam
Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan tepung daun salam yaitu daun
salam yang berasal dari dusun ciwindu Rt 02/04, Desa Sinarmulya, Sumedang
Utara. Proses pembuatan tepung daun salam dapat dilihat pada lamiran 3.
2.1.2 Ternak PercobaanTernak yang dipakai dalam penelitian ini ialah puyuh petelur Coturnix
coturnix japonica berumur 4 minggu, yang berasal dari peternakan puyuh milik
Bapak Engkos, Ciparay, kabupaten Bandung, Jawa Barat. Puyuh yang
dipergunakan sebanyak 100 ekor puyuh betina yang dipisahkan secara acak dan
dibagi kedalam 20 kandang, sehingga masing – masing berisi 5 ekor. Puyuh
dialokasikan kedalam 5 perlakuan ransum yang diulang 4 kali. Berat badan puyuh
diupayakan dalam keadaan yang relatif homogen.
2.1.3 Kandang
Kandang yang digunakan ialah kandang sistem cage yang berukuran
panjang 40 cm, tinggi 30 cm, lebar 30 cm dan terdiri dari 20 kandang.
2.1.4 Peralatan yang digunakan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tempat pakan dan minum terbuat dari Plastik
11
2. Timbangan Ohauss untuk menimbang burung puyuh dan ransum
3. Ember plastik untuk tempat penyimpan ransum.
4. Kertas label
5. Alat sentrifuse, vortexs, dan spektrofotometer.
6. Termometer untuk mengukur suhu kandang selama penelitian.
2.1.5 Susunan Ransum Penelitian
Ransum percobaan disusun dengan kandungan protein dan energi
metabolis untuk fase grower sebesar 20% dan 2800 Kkal/kg dan untuk fase layer
18% dan 2800 Kkal/gr. Bahan pakan yang akan digunakan terdiri atas; Dedak
halus, Jagung kuning, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung ikan, minyak,
pollard, Dicalsium phospate (DCP), premix, dan tepung daun salam. Sedangkan
bahan pakan lain diperoleh dibeli dari CV. Missouri poultry. Kandungan nutrien,
energi metabolis, pakan yang digunakan, susunan ransum dan kandungan
nutriennya dapat dilihat pada tabel 1, 2, 3, 4 dan 5.
Tabel 1. Kandungan nutrien, energi metabolis dalam bahan pakan
No Bahan Pakan EM
PK LK SK Ca P
Kkal/kg
(%)
1 Dedak Halus 1630 11 11,3 12 0,1 1,52 Jagung Kuning 3370 12 7,42 2,9 0 0,33 Tepung Ikan 3080 60 6,68 1,3 5,5 2,84 Minyak Kelapa 8600 0 99 0 0 05 Bungkil Kelapa 2212 18 11,7 15 0,2 0,6
6Bungkil Kedelai 2240 41 4,06 6,1 0,3 0,67
7 Pollard 1300 15 8,75 7,6 0,1 1,18 DCP 0 0 0 0 23 18
9 Tepung salam* 2647*14*
16,3* 24* 0,2*
13,9*
Sumber: Juju wahju (1997) * hasil analisis Lab PT. Sierad Produce Tbk divisi Feedmill balaraja
12
Tabel 2. Formulasi ransum percobaan (grower) (%)
Nama Bahan R0 R1 R2 R3 R4Dedak Halus 13,94 13,33 12,73 12,08 11,41Jagung Kuning 47,00 47,00 47,00 47,00 47,00Tepung Ikan 7,65 7,38 7,15 6,93 6,75Minyak Kelapa 2,66 2,53 2,39 2,25 2,10Bungkil Kelapa 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00Bungkil Kedelai 17,50 17,50 17,50 17,50 17,50Pollard 4,55 4,56 4,53 4,54 4,54DCP 2,20 2,20 2,20 2,20 2,20Tepung Tulang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00Premix 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50tepung salam 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Hasil perhitungan tabel 1
Tabel 3. Formulasi ransum percobaan (Layer) (%)
Nama Bahan R0 R1 R2 R3 R4Dedak Halus 15,03 14,39 13,72 13,05 12,37Jagung Kuning 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00Tepung Ikan 3,83 3,61 3,43 3,25 3,08Minyak Kelapa 2,74 2,60 2,45 2,30 2,15Bungkil Kelapa 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00Bungkil Kedelai 17,00 17,00 17,00 17,00 17,00Pollard 4,40 4,40 4,40 4,40 4,40DCP 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50Premix 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50Tepung salam 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00
JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Tabel 4. Kandungan Nutrien dan Energi Metabolis (grower)
Zat Makanan R0 R1 R2 R3 R4PK (%) 20,04 20,00 20,01 20,01 20,04LK Max (%) 9,73 9,62 9,49 9,36 9,22SK Max (%) 4,90 4,88 4,85 4,82 4,79EM (kkal/kg) 2800,05 2800,03 2800,01 2800,05 2800,00Ca (%) 1,04 1,02 1,02 1,01 1,01P (%) 1,15 1,14 1,14 1,13 1,13
13
Keterangan: Hasil perhitungan tabel 1 dan 2
Tabel 5. Kandungan nutrien dan Energi Metabolis (layer)
Zat Makanan R0 R1 R2 R3 R4PK (%) 18,01 18,00 18,01 18,01 18,02LK Max (%) 9,89 9,77 9,63 9,49 9,35SK Max (%) 5,04 5,01 4,98 4,95 4,92EM (kkal/kg) 2800,04 2800,10 2800,04 2800,0 2800,07Ca (%) 3,02 3,02 3,01 3,01 3,02P (%) 1,55 1,51 1,52 1,51 1,53
Keterangan: hasil perhitungan tabel 1 dan 3
Ransum Percobaan:
R0 : Ransum yang tidak mengandung tepung daun salam.
R1 : Ransum yang mengandung 1% tepung daun salam.
R2 : Ransum yang mengandung 2% tepung daun salam.
R3 : Ransum yang mengandung 3% tepung daun salam.
R4 : Ransum yang mengandung 4% tepung daun salam.
2.2 Metode Penelitian
2.2.1 Prosedur kerja
1. Tahap persiapan dimulai dengan tahap persiapan kandang yang meliputi
sanitasi kandang antara lain : pengapuran dinding dan lantai kemudian
disemprot desinfektan, dilanjutkan dengan pengadaan daun salam,
pembuatan tepung daun salam (lihat dalam lampiran 3) kemudian
dilanjutkan dengan penyusunan ransum, serta pengadaan ternak
percobaan.
2. Sebelum masuk kandang, puyuh ditimbang terlebih dahulu.
14
3. Adaptasi kandang, dengan diberikan air minum yang mengandung
multivitamin untuk mencegah stress dan dibiarkan selama 7 jam untuk
beradaptasi pada kandang.
4. Prelieum penelitian
Penelitian awal dilakukan untuk mengetahui banyaknya konsumsi ransum,
konsumsi air minum, dan tingkah laku puyuh terhadap perlakuan yang
diberikan, dilakukan selama 7 hari perlakuan. Waktu pemberian ransum
dilakukan 2 kali sehari, yaitu pukul 08.00 WIB dan 16.00 WIB. Air
minum diberikan secara ad libitum dan digantikan pada pagi hari.
5. Tahap Penelitian dan penentuan dosis
Selanjutnya ayam diberi ransum perlakuan selama 15 hari dan ransum
berbetuk mash. Dosis yang diberikan berdasarkan persentase dari
konsumsi makan (prelieum).
6. Tahap Pengambilan Sampel
Sampel daging puyuh diperoleh dari hasil ternak percobaan. Pengambilan
sampel pada akhir penelitian yaitu pada hari ke 15. Sampel diambil dari
setiap ekor unit perlakuan dan pengujian dilakukan pada daging puyuh
bagian dada.
7. Tahap Analisis Sampel
Analisis kandungan lemak dan kolesterol daging puyuh sesuai dengan
peubah yang diukur dilakukan di Laboratorium Fisiologi Ternak Dan
Biokimia Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran Sumedang.
2.2.2 Peubah Yang Diamati
2.2.2.1 Pengukuran Kadar Lemak (mg/gram)
15
Kandungan Lemak yang dianalisis dari daging bagian dada. Penentuan
kadar lemak daging dilakukan berdasarkan metode ekstraksi sochlet
(Association of Official Analytical Chemist, 1984), yaitu :
a. Menimbang sampel daging puyuh (X) dan simpan dalam wadah
beralaskan alumunium foil, kemudian masukan kedalam oven pada suhu
100°C selama 12 jam sampai beratnya tetap.
b. Sampel kering (Y) tersebut ditimbang dan dimasukan ke dalam alat
ekstrasi soxhlet kemudian diberi pelarut lemak dengan perbandingan
1 : 2. Ekstrasi dilakukan selama 8 jam sampai larutan pelarut lemak dalam
ekstrasi soxhlet berwarna jernih.
c. Sampel yang telah terekstrasi lemaknya dikeringkan lagi dalam oven
selama 12 jam pada suhu 105°C.
d. Sampel kemudian dikeluarkan dari oven dan ditimbang (Z).
e. Kadar lemak adalah selisih antara sampel sebelum dan sesudah diekstrasi
menunjukan banyaknya lemak yang terkandung kemudian dinyatakan
dalam persen.
Kadar lemak dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kadar lemak =
Keterangan :
Y = Bobot sampel kering sebelum diekstrasi
Z = Bobot sampel setelah diekstrasi dan dikeringkan
X = Bobot awal sampel
2.2.2.2 Pengukuran Kadar Kolesterol (mg/gram)
Kolesterol karkas diukur dari daging bagian dada. Penentuan kadar
kolesterol daging dilakukan berdasarkan metode Lieberman Burchard (Kleiner
16
dan Dotti, 1962), yaitu sampel (sekitar satu gram) diekstraksi dengan pelarut
organik (eter alkohol) lalu disentrifius dengan kecepatan 3.000 rpm selama 10
menit sehingga diperoleh supernatan. Supernatan dipanaskan dalam beaker glass
50 ml pada suhu 100 0C sampai kering dan larutan pengekstraksi habis. Residu
diekstraksi ke dalam tabung berskala dengan ditambahkan kloroform hingga tepat
mencapai 5 ml.
Sebanyak 5 ml standar kolesterol dan 5 ml kloroform (untuk blanko)
dimasukkan ke dalam 2 tabung gelas lain. Standar kolesterol yang digunakan
adalah 4 mg/5ml. Sebanyak masing-masing dua ml asam asetat anhidrat dan 0,2
ml asam sulfat pekat ditambahklan ke dalam tiga tabung tersebut lalu diaduk
menggunakan vortex, kemudian didiamkan selama 10 menit ditempat yang tidak
terkena cahaya. Maka hasilnya akan terbentuk warna hijau kebiru-biruan.
Selanjutnya dilakukan pembacaan dengan menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 420 nm, sebelumnya masukkan blanko dan absorban diatur
sehingga menunjukan angka 0.
Kadar kolesterol dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kadar kolesterol (mg/100gr) = Abs.sampel 100 x F.PAbs.standard B.s
Keterangan:
Abs = Absorban
K = Konsentrasi
B.s = Berat sampel
F.P = Faktor pengencer
2.2.3 Rancangan Percobaan
17
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental. Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan menggunakan 5
perlakuan dan setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali, sehingga
didapat 20 unit percobaan.
Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yij = + i + ij
Keterangan :
Yij = Kadar Lemak dan kadar kolesterol daging puyuh
Karena perlakuaan tingkat tepung daun salam pada ransum ke-i dan
ulangan tingkat tepung daun salam dalam ransum ke-j.
= Rataan populasi
i = Pengaruh tingkat tepung daun salam dalam ransum ke-i
ij = Pengaruh galat (error) dari perlakuan tingkat tepung daun salam dalam
Ransum ke-i dan ulangan tingkat tepung daun salam ke-j
i = 1,2,3,4,5 (Banyaknya perlakuan)
j = 1,2,3,4 (Banyaknya ulangan)
Asumsi :
a. Nilai ijk menyebar normal satu sama lain
b. Nilai harapan dari ijk = 0
c. Ragam dari ijk = σ2 Jadi, ijk
¿
NID (0, σ2)
Tabel 6. Daftar Sidik Ragam
Sumber Variasi DB JK KT Fhit F0,05
Perlakuan 4 JKP KTPKTPKTG
Galat 15 JKG KTGTotal 19 JKT
Sumber : (Gaspersz, 1995)
18
Keterangan:
DB : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : R0 = R1=R2=R3= 0
H1 : R0 ≠ R1 ≠ R2 ≠ R3 ≠ 0 minimal ada satu perlakuan yang tidak sama.
Kaidah Keputusan:
1. Jika Fhitung ≤ Ftabel 0,05 artinya tidak berbeda nyata (non significant), terima H0
dan tolak H1.
2. Jika Fhitung > Ftabel 0,05 artinya berbeda nyata (significant), tolak H0 dan terima
H1.
Jika Hasil berbeda nyata maka dilakukan ujji lanjutan dengan metode polinomial
orthogonal.
Ψ1 = β0 + β1X12 + β2X2
3 + β3X34+ β4X4
5 + εi
Taraf perlakuan berjarak sama, perhitungan untuk menentukan hubungan X dan Y
dapat dilakukan dengan prosedur yang sangat sederhana. Nilai- nilai X di
transformasikan menjadi Ui sehingga :
Ui = xi−X
d
Dimana :
x = nilai rata- rata
d = jarak
Tabel 7. Tabel Khusus Polinom Ortogonal
Bentuk
Hubungan
Derajat
Polinom
PerlakuanQi Σc2
1
T0 T1 T2 T3 T4
Linier 1 -2 -1 0 +1 +2 10
19
∑i=1
t
ci y i
Kuadratik 2 +2 -1 -2 -1 +2 14
Kubik 3 -1 +2 0 -2 +1 10
Kuartik 4 +1 -4 -4 -4 +1 70
Sumber : (Gaspersz, 1995)
JKQi=
Qi2
rΣ Ci2
Tabel 8. Daftar Sidik Ragam ( Untuk Polinom Orthogonal)
Sumber Variasi DB JK KT Fhit F0,05
Perlakuan 4 JKP KTPKTPKTG
Linier 1JKQ1
KT linier KT linierKTG
Kuadratik 1JKQ2
KT kdrt KT kdrtKTG
Kuartik 1JKQ3
KT krtk KT krtkKTG
Kubik 1JK4
KT kbk KT kbkKTG
Galat 15 JKG KTGTotal 19 JKT
Sumber : (Gaspersz, 1995)
Kaidah Keputusan:
1. Jika Fhitung ≤ Ftabel 0,05 artinya tidak berbeda nyata (non significant)
2. Jika Fhitung > Ftabel 0,05 artinya berbeda nyata (significant)
2.2.4. Tata Letak Percobaan
Pengacakan dilakukan dengan menggunakan tabel angka acak dan alat
bantu pensil dengan meletakan ujung pensil tersebut pada tabel angka acak secara
sembarang kemudian dibaca secara vertikal ke arah bawah. Angka-angka yang
20
tertera disusun berdasarkan urutan dari angka yang terkecil dan 20 untuk angka
yang terbesar, sehingga 4 rangking pertama merupakan nomor-nomor satuan
percobaan yang dikenakan perlakuan P01 dan seterusnya (Gaspersz, 1995).
Tabel 9. Tata Letak Percobaan
1
P4U3
2
P3U4
3
P3U2
4
P2U2
5
P0U3
6
P0U1
7
P4U2
8
P1U1
9
P3U3
10
P2U1
11
P2U2
12
P0U2
13
P2U3
14
P4U1
15
P3U1
16
P0U4
17
P1U4
18
P1U4
19
P1U3
20
P4U4
Keterangan:
P0 : perlakuan ke-1 ( sebagai kontrol)
P1 : perlakuan ke-2 ( dosis tepung daun salam 1%)
P2 : perlakuan ke-3 ( dosis tepung daun salam 2%)
P3 : perlakuan ke-4 ( dosis tepung daun salam 3%)
P4 : perlakuan ke-5 ( dosis tepung daun salam 4%)
21
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L. 2008. Penggunaan Ramuan Herbal sebagai Feed Additive untuk Meningkatkan Performans Broiler. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar
Anggorodi, H.R. 1994. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. (55-65).
Anonim. 2010. Chicken, broilers or fryers, breast, meat only, raw. Http://nutritiondata. self. com/facts/poultry-products/701/2. (21 September 2010).
Anonim. 2010. Quil, breast, meat only, raw. Http://nutritiondata. self. com/facts/poultry-products/798/2. (21 September 2010).
Anonim. 2010. Hasil Analisis Tepung Daun Salam. Analisis Lab PT. Sierad Produce Tbk divisi Feedmill Balaraja.
Anto. 2004. Potensi Burung Puyuh. http:// pangerankakanta. multiply. com/journal/item/140/Potensi_Burung_Puyuh. (1 Oktober 2010).
Association of Official Analytical Chemist. 1984. Official Methods of Analysis. 14th Ed. Association of Official Analytical Chemist, Washington D. C
Gaspersz, V. 1995. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan edisi ke-1. Tarsito. Bandung. 62-70; 136-139.
Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed.9. Alih bahasa Irawati Setiawan, Ken Ariata Tengadi, Alex Santoso. EGC, Jakarta.
Hartoko. 2008. Daging. http://hartoko.wordpress.com/gizi/pengetahuan-bahan-pangan-hewani/daging/ (1 0ktober 2010).
Hermana, W. D.I. Puspitasari, K.G. Wiryawan, dan S. Suharti. 2008. Pemberian Tepung Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Dalam
22
Ransum Sebagai Bahan Antibakteri Escherichia coli terhadap Organ Dalam Ayam Broiler. Jurnal. Media peternakan Vol. 31 No. 1 (63-70)
Hidayat, Cecep. 2008. Daging yang baik dan sehat. Suara Pembaca. Http://detik.com. (1 Oktober 2010).
Kleiner, I.S. and L.B. Dotti. 1958. Laboratory Instructions in Biochemistry. Fifth Edition. The C.V. Mosby Company., New York.
Kurnia, Yustina et.al. 2010. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Pare (Momordica charantia L.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Serum Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Dengan Induksi Hiperkolestemia. Program Kreativitas Mahasiswa. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Matsui, Yoko, Hitomi Kumagai dan Hideki Masuda. 2006. Antihypercholesterolemic Activity of Catechin-free Saponin-rich Extract from Green Tea Leaves. Food Science and Technology Research, Vol 12, No. 1 50-54.
Murray, Robert K, et. al. 2003. Biokimia Harper E/25. Alih bahasa Andry Hartono. EGC, Jakarta. (270-271).
Nakamura, Yumiko , Akiko Kaihara, Kimihiko Yoshii, Yukari Tsumura, Susumu Ishimitsu and Yasuhide Tonogai. 2001. Effects of the Oral Administration of Green Tea Polyphenol and Tannic Acid on Serum and Hepatic Lipid Contents and Fecal Steroid Excretion in Rats. Journal of Health Science, Vol 47, No. 2 107-117.
Nugroho dan I Gusti Ketut Mayun. 1981. Beternak Burung Puyuh. Eka Offset, Semarang.
Nurwahyunani, Atip. 2006. Efek Ekstrak Daun Sambung Nyawa Terhadap Kolesterol LDL dan Kolesterol HDL Darah Tikus Diabetik Akibat Induksi Streptozotocin. Skripsi. Universitas Negri Semarang, Semarang.
Ponte, PI, I Mendes, M Quaresma, MN Aguiar, JP Lemos, LM Ferreira, MA Soares, CM Alfaia, JA Prates, and CM Fontes. 2004. Cholesterol levels and sensory characteristics of meat from broilers consuming moderate to high levels of alfalfa. Poultry Science, Vol 83, Issue 5, 810-814.
Pudjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press, Jakarta. (51-75).
Ranskov, Uffe. 1997. The Cholesterol Myths. http://www.ravnskov. nu/cholesterol.htm. (20 September 2010).
Saputra, Rio. 2008. Efek Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Mencit Jantan Galur Balb-C Yang Diinduksi Kalium Oksonat. Skripsi. Universitas Muhamadiyah Surakarta, Surakarta.
23
Suharti, S, A. Banowati, W. Hermana dan K.G. Wiryawan. 2008. Komposisi dan Kandungan Kolesterol Karkas Ayam Broiler Diare yang Diberi Tepung Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight) dalam Ransum. Jurnal. Media peternakan Vol. 31 No. 2 (138-145).
Son, In Suk, Ji Hyun Kim, Ho Yong Sohn, Kun Ho Son, Jong-Sang Kim dan Chong-Suk Kwon. 2007. Antioxidative and Hypolipidemic Effects of Diosgenin, a Steroidal Saponin of Yam (Dioscorea spp.), on High-Cholesterol Fed Rats. Bioscience, Biotechnology, and Biochemistry, Vol. 71 , No. 12 (3063-3071).
Utariningsih, Dwi, Rita N.W, Rosi P.S, Eta M.W, A. Syamsul Arifin. 2007. Dekok Rambut Jagung (Zea mays) Efektif Dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Tikus Putih (Rattus Norvegicus). Program Kreativitas Mahasiswa. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Wahju, Juju. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.