Bagus Revisi Final Up 2

30
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh adalah salah satu unggas yang potensial untuk diternakan. Produksi telur burung puyuh ini menempati ranking pertama dibandingkan burung-burung sebangsanya. Puyuh memiliki kemampuan memproduksi telur hingga 200-300 butir per tahun (Schaible, 1970 dalam Nugroho, 1981). Burung puyuh bersifat dwiguna atau dual purpose, yaitu dapat dipelihara untuk diambil telur dan dagingnya. Daging puyuh adalah salah satu bahan makanan yang mengandung banyak protein hewani serta memiliki kandungan gizi tinggi. Menurut Anto (2004) daging puyuh mengandung asam lemak omega yang lengkap, yaitu omega 3, 6, dan 9 serta EPA dan DHA. Kandungan gizi yang cukup tinggi dari daging puyuh ternyata di sertai dengan kadar lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging dada ayam. Kandungan lemak daging dada puyuh sebesar 3 gram sedangkan lemak daging dada ayam sebesar 1,3 gram (http://nutritiondata.self.com/ facts/poultry- products/798/2).

Transcript of Bagus Revisi Final Up 2

1

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puyuh adalah salah satu unggas yang potensial untuk diternakan.

Produksi telur burung puyuh ini menempati ranking pertama dibandingkan

burung-burung sebangsanya. Puyuh memiliki kemampuan memproduksi telur

hingga 200-300 butir per tahun (Schaible, 1970 dalam Nugroho, 1981).

Burung puyuh bersifat dwiguna atau dual purpose, yaitu dapat dipelihara

untuk diambil telur dan dagingnya.

Daging puyuh adalah salah satu bahan makanan yang mengandung

banyak protein hewani serta memiliki kandungan gizi tinggi. Menurut Anto

(2004) daging puyuh mengandung asam lemak omega yang lengkap, yaitu

omega 3, 6, dan 9 serta EPA dan DHA. Kandungan gizi yang cukup tinggi

dari daging puyuh ternyata di sertai dengan kadar lemak yang lebih tinggi

dibandingkan dengan daging dada ayam. Kandungan lemak daging dada

puyuh sebesar 3 gram sedangkan lemak daging dada ayam sebesar 1,3 gram

(http://nutritiondata.self.com/ facts/poultry-products/798/2).

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan,

mendorong masyarakat yang memiliki sejumlah gangguan penyakit metabolik

cenderung selektif dalam mengkonsumsi bahan makananan yang

mengandung lemak dan kolesterol tinggi. Hal ini dikaitkan dengan persepsi

bahwa kolesterol ada kaitannya sebagai penyebab atherosclerosis pada

pembuluh-pembuluh ateri yang mengakibatkan penyakit jantung koroner.

Kolesterol sebenarnya mempunyai peranan positif dalam tubuh karena

2

merupakan komponen pembentuk membran sel, jaringan, dan prekursor cairan

empedu, hormon golongan steroid.

Upaya menghasilkan produk peternakan yang aman dan sehat dan

sesuai dengan tren permintaan pasar yang menginginkan produk peternakan

yang bersifat rendah kolesterol, maka diperlukan alternatif penggunaan pakan

tambahan bersifat alami yang tidak mengandung residu berbahaya bagi

kesehatan tubuh. Melalui pemberian daun salam diharapkan dapat membantu

mengurangi kandungan lemak dan kolesterol dalam daging puyuh sehingga

dapat meningkatkan nilai jual yang tinggi.

Daun salam atau Syzygium polyanthum merupakan tumbuhan

rempahan yang memiliki khasiat yang baik untuk tubuh manusia yaitu

menurunkan kandungan kolesterol, dan beberapa penyakit yang disebabkan

gangguan metabolik. Kandungan zat kimia yang dapat menurunkan

kandungan kolesterol dan lemak dalam tumbuhan ini adalah saponin,

flavonoid, polifenol, tanin dan minyak atsiri (Sudarsono et al. dalam Saputra,

2008).

Mekanisme kerja saponin dalam daun salam untuk menurunkan

kolesterol dengan cara, saponin berikatan dengan asam empedu dan kolesterol

(dari makanan) membentuk ikatan kompleks (micelle) yang kurang dapat

diserap oleh usus (Muchtadi, 2005 dalam Kurnia et.al., 2010). Tanin yang

terkandung dalam daun salam berfungsi menurunan kadar lemak dan

kolesterol. Tanin di dalam tubuh akan berikatan dengan protein tubuh dan

akan melapisi dinding usus, sehingga penyerapan lemak dihambat (Fhia, 2008,

dalam Kurnia et.al., 2010). Flavonoid dalam daun salam dapat menurunkan

kadar kolesterol melalui penghambatan reaksi oksidasi kolesterol LDL dalam

darah (Nurwahyunani, 2006).

3

Penelitian tentang pemberian daun salam pada unggas untuk anti

kolesterol telah dilakukan oleh para ahli dan hasilnya berpengaruh terhadap

penurunan kolesterol dan aman untuk digunakan dalam ransum unggas.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti

“Pengaruh Pemberian Tepung Daun Salam (Syzygium Polyanthum) Terhadap

Kadar Kolesterol dan Kadar Lemak Daging Puyuh (Coturnix coturnix

japonica)”.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Seberapa besar pengaruhnya penggunaan daun salam (Syzygium

Polyanthum) dalam ransum terhadap kadar lemak dan kadar kolesterol

pada daging puyuh.

2. Sampai tingkat berapa persen penggunaan daun salam (Syzygium

Polyanthum) dalam ransum untuk dapat menurunkan kadar lemak dan

kadar kolesterol daging puyuh.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh daun salam (Syzygium

Polyanthum) dalam ransum terhadap kadar lemak dan kadar kolesterol

pada daging puyuh.

2. Untuk mendapatkan pada tingkat berapa persen penggunaan daun

salam (Syzygium Polyanthum) dalam ransum yang dapat menurunkan

kadar lemak dan kadar kolesterol daging puyuh.

4

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai tambahan informasi ilmiah bagi

para peneliti dan praktisi peternakan mengenai pemanfaatan daun salam

(Syzygium Polyanthum) sebagai bahan suplemen ransum yang diharapkan

dapat menurunkan kadar lemak dan kadar kolesterol pada daging puyuh.

1.5 Kerangka Pemikiran

Daging merupakan semua jaringan hewan dan produk hasil

pengolahan jaringan-jaringan yang sesuai untuk dimakan serta tidak

menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya (Hidayat,

2008). Secara umum, daging terdiri dari air dan bagian bahan padat. Bahan

padat pada daging terdiri dari bahan-bahan yang mengandung nitrogen,

mineral, garam dan abu. Kurang lebih 20% dari seluruh bahan padat daging

merupakan protein (Hartoko, 2008).

Bagian terbesar dan paling berdaging dari burung puyuh adalah bagian

dada. Persentase daging burung puyuh sekitar 77% dari berat karkas dengan

proporsi otot/daging bagian dada sebesar 48-50%, sedangkan bagian paha

sebesar 30% dari total daging yang dihasilkan (Anto, 2004).

Kandungan kolesterol daging dada puyuh sama seperti daging dada

ayam, tetapi kadar lemak daging dada puyuh lebih tinggi dari pada kadar

lemak daging dada ayam. Dalam 100 gram daging dada ayam, kandungan

lemaknya sebesar 1,2 gram dan kolesterol 58 mg (http://nutritiondata. self.

com/facts/poultry-products/701/2), sedangkan lemak daging dada puyuh

sebesar 3 gram dan kolesterol 58 mg (http://nutritiondata.self.com/

facts/poultry-products/798/2).

5

Lemak adalah suatu ester asam lemak dengan gliserol (Poedjiadi,

1994). Lemak sebagai bahan penyusun ransum mempunyai beberapa

keuntungan diantaranya sebagai sumber energi. Menurut Anggrodi (1979)

Lemak memberikan lebih kurang 2,25 kali lebih banyak energi daripada

karbohidrat bila mengalami metabolisme. Sejumlah besar lemak disimpan

dalam dua jaringan didalam tubuh utama, jaringan adiposa dan hati (Guyton,

1997).

Kolesterol adalah salah satu sterol yang penting dan terdapat banyak di

alam (Pudjiadi, 1994). Kolesterol terdapat di dalam jaringan dan lipoprotein

plasma, yang biasa dalam bentuk kolesterol bebas atau gabungan dengan asam

lemak rantai-panjang. Kolesterol disintesis di banyak jaringan dari asetil-KoA

dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh di dalam empedu sebagai garam empedu

(Murray, 2003). Dalam darah, kolesterol erat kaitannya dengan pengangkutan

lemak (Anggorodi, 1979), sehingga metabolisme lemak sangat berhubungan

dengan metabolisme kolesterol.

Upaya untuk menurunkan kadar kolesterol dan kadar lemak dalam

daging adalah dengan cara menurunkan kolesterol dalam darah yaitu dengan

menurunkan konsumsi, pencernaan dan penyerapan pada gastrointestinal,

menurunkan sintesis endogen, meningkatkan pengeluaran garam empedu dari

hati, dan feses. Pengeluaran sebagian garam empedu memacu

tubuh untuk mensintesis garam empedu yang berasal dari

kolesterol tubuh sehingga kolesterol dalam tubuh secara

keseluruhan dapat berkurang (Supadmo, 1997 dalam Suharti et

al, 2008 ).

Daun salam (Syzygium polyanthum) adalah salah satu tanaman herbal

yang dapat digunakan untuk menurangi kadar kolesterol. Berbagai penelitian

6

menunjukkan bahwa daun salam mengandung sejumlah komponen bioaktif,

antara lain triterpenoid, eugenol, saponin, tanin, flavonoid, alkaloid dan

minyak atsiri serta seskuiterpenoid (Robinson, 1995 dalam Suharti et al,

2008). Kandungan nutrien tepung daun salam hasil analisis Laboratorium

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian Bogor

(2006), Laboratorium PT. Sierad Produce Tbk divisi Feedmill Balaraja (2010)

dan http/Asiamaya.com/nutrients/daunsalam.htm (2010) terdapat pada tabel

1.1.

Tabel 1.1 Kandungan Nutrien Tepung Daun Salam

Nutrien Jumlah

BK (%) 89,92

Protein Kasar (%BK) 14

Lemak Kasar (%BK) 16,3

Serat Kasar (%BK) 24

Saponin (ppm)* 95,27

Tanin (%)* 7,62

Niasin (mg)** 2,005

Keterangan :

1. Laboratorium PT. Sierad Produce Tbk divisi Feedmill Balaraja (2010) * Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian

Bogor (2006)** Http/Asiamaya.com/nutrients/daunsalam.htm (2010)

Pemanfaatan sumber hypocholesterolemic seperti saponin dari alfafa

kering telah dilakukan oleh Ponte et al. (2004) yang menunjukkan bahwa

dengan penambahan saponin alfafa dalam ransum dapat menurunkan

kolesterol daging dada dan total lemak daging ayam. Son et al. (2007) juga

melaporkan bahwa diosgenin (saponin steroid) merupakan senyawa yang

sangat bermanfaat untuk mengontrol hiperkolesterolemia dengan menghambat

absorpsi kolesterol dan meningkatkan sekresi kolesterol. Matsui et al. (2006)

7

menyatakan bahwa saponin dari daun teh yang diekstrak mempunyai aktivitas

antihiperkolesterolemia dengan menekan peningkatan level kolesterol serum

pada tikus yang diinduksi hiperkolesterolemia dan meningkatkan ekresi

kolesterol melalui feses. Saponin dari ekstrak daun teh pada percobaan in

vitro, dapat menghambat inkorporasi kolesterol menjadi micelles dan

menghambat absorpsinya dalam usus halus.

Kandungan zat aktif tannin dalam daun salam dipercaya dapat

menurunkan kandungan kolesterol dan lemak dalam tubuh. Tannin dapat

menyebabkan pemadatan lapisan lendir saluran pencernaan sehingga

menghambat penyerapan zat-zat makanan (termasuk lemak dan kolesterol)

oleh saluran pencernaan. (Agustina, 2008). Peneliti lain, Nakamura et al.

(2001) juga melaporkan bahwa pemberian tanin dari teh hijau sebesar 0,5 g/kg

atau polifenol teh hijau sebesar 0,2-1,0 g/kg dapat menurunkan kolesterol

serum tikus. Selain itu, ekresi garam empedu pada feses juga meningkat ketika

tikus diberi 0,2 g/kg tanin tetapi ada kecenderungan menurun pada pemberian

tannin dosis tinggi.

Daun salam mengandung vitamin B3 atau yang biasa di sebut niasin

yang di percaya dapat eurunkan kolesterol. Vitamin tersebut berperan sebagai

enzim pada berbagai macam metabolisme di sitosol dimana lemak,

karbohidrat, dan protein dibentuk. Niasin dapat menurunkan produksi VLDL

(very low density lipoprotein) di hati, sehingga produksi kolesterol total, LDL

(low density lipoprotein), dan trigliserida menurun (Kurnia et. al, 2010). Hal

ini disebabkan oleh Apolipoprotein khususnya ApoB-100 yang sebagai ligan

pembawa lipid yang terkandung dalam VLDL dihasilkan di sitosol serta

Retikulum Endoplasma (RE) halus dan kasar (Murray, 2003). Jika kadar niasin

8

tinggi, maka tidak terjadi penumpukan VLDL karena semua bahannya

dimetabolisme dengan baik.

Zat aktif flavonoid dalam daun salam merupakan antioksidan yang

dapat menangkap radikal bebas yang dapat menurunkan kadar kolsterol darah.

Flavonoid menghentikan tahap awal reaksi dengan membebaskan satu atom

hidrogen dari gugus hidroksilnya yang kemudian berikatan dengan satu

radikal bebas. Dengan ikatan ini maka akan menstabilkan radikal peroksi yang

membuat energi aktivasi berkurang, dan selanjutnya akan menghambat atau

menghalangi reaksi oksidasi dari kolesterol LDL. Melalui penghambatan

reaksi oksidasi kolesterol LDL ini maka dapat menurunkan kadar kolesterol

(Nurwahyunani, 2006).

Daun salam mengandung beta sitosterol (kolesterol yang terdapat

didalam tumbuhan) yang berfungsi menurunkan kadar kolesterol. Menurut

Utariningsih (2007), beta sitosterol dalam tumbuhan memiliki struktur cincin

identik dengan struktur cincin kolesterol. Mekanisme kerja beta sitosterol

dalam menurunkan kolesterol dengan membatasi enzim HMG KoA reduktase

(Hidroksil metilglutaril KoA reduktase) dalam proses biosintesis kolesterol.

Mekanisme penurunan kerja enzim tersebut, di sebabkan karena beta sitosterol

yang terserap oleh sel mukosa usus meningkat maka biosintesis kolesterol dari

asetil KoA di dalam hati akan menurun.

Penelitian mengenai penggunaan tepung daun salam pernah dilakukan

sebelumnya pada ayam broiler. Hasil dari penelitian tersebut, bahwa

pemberian tepung daun salam secara bertingkat (1%, 2%, 3%) dapat

menurunkan kandungan kolesterol (Suharti et al, 2008). Menurut Hermana et.

al (2008) pemberian tepung daun salam hingga taraf 3% aman digunakan

dalam ransum ayam broiler. Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil hipotesa

9

bahwa pemberian ransum yang mengandung tepung daun salam pada

tingkatan 3% dapat memberikan pengaruh terbaik terhadap penurunan kadar

lemak dan kadar kolesterol daging puyuh.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kandang puyuh, Majalaya, Kabupaten

Bandung. Penelitian dilaksanakan pada Bulan November 2010. Sedangkan

pengujian sampel daging puyuh dilaksanakan setelah perlakuan 15 hari, yaitu

bertempat di Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas

Peternakan, Universitas Padjadjaran-Sumedang.

10

II

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

2.1 Bahan dan Objek Penelitian

2.1.1 Bahan Pembuatan Tepung Daun Salam

Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan tepung daun salam yaitu daun

salam yang berasal dari dusun ciwindu Rt 02/04, Desa Sinarmulya, Sumedang

Utara. Proses pembuatan tepung daun salam dapat dilihat pada lamiran 3.

2.1.2 Ternak PercobaanTernak yang dipakai dalam penelitian ini ialah puyuh petelur Coturnix

coturnix japonica berumur 4 minggu, yang berasal dari peternakan puyuh milik

Bapak Engkos, Ciparay, kabupaten Bandung, Jawa Barat. Puyuh yang

dipergunakan sebanyak 100 ekor puyuh betina yang dipisahkan secara acak dan

dibagi kedalam 20 kandang, sehingga masing – masing berisi 5 ekor. Puyuh

dialokasikan kedalam 5 perlakuan ransum yang diulang 4 kali. Berat badan puyuh

diupayakan dalam keadaan yang relatif homogen.

2.1.3 Kandang

Kandang yang digunakan ialah kandang sistem cage yang berukuran

panjang 40 cm, tinggi 30 cm, lebar 30 cm dan terdiri dari 20 kandang.

2.1.4 Peralatan yang digunakan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tempat pakan dan minum terbuat dari Plastik

11

2. Timbangan Ohauss untuk menimbang burung puyuh dan ransum

3. Ember plastik untuk tempat penyimpan ransum.

4. Kertas label

5. Alat sentrifuse, vortexs, dan spektrofotometer.

6. Termometer untuk mengukur suhu kandang selama penelitian.

2.1.5 Susunan Ransum Penelitian

Ransum percobaan disusun dengan kandungan protein dan energi

metabolis untuk fase grower sebesar 20% dan 2800 Kkal/kg dan untuk fase layer

18% dan 2800 Kkal/gr. Bahan pakan yang akan digunakan terdiri atas; Dedak

halus, Jagung kuning, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung ikan, minyak,

pollard, Dicalsium phospate (DCP), premix, dan tepung daun salam. Sedangkan

bahan pakan lain diperoleh dibeli dari CV. Missouri poultry. Kandungan nutrien,

energi metabolis, pakan yang digunakan, susunan ransum dan kandungan

nutriennya dapat dilihat pada tabel 1, 2, 3, 4 dan 5.

Tabel 1. Kandungan nutrien, energi metabolis dalam bahan pakan

No Bahan Pakan EM

PK LK SK Ca P

Kkal/kg

(%)

1 Dedak Halus 1630 11 11,3 12 0,1 1,52 Jagung Kuning 3370 12 7,42 2,9 0 0,33 Tepung Ikan 3080 60 6,68 1,3 5,5 2,84 Minyak Kelapa 8600 0 99 0 0 05 Bungkil Kelapa 2212 18 11,7 15 0,2 0,6

6Bungkil Kedelai 2240 41 4,06 6,1 0,3 0,67

7 Pollard 1300 15 8,75 7,6 0,1 1,18 DCP 0 0 0 0 23 18

9 Tepung salam* 2647*14*

16,3* 24* 0,2*

13,9*

Sumber: Juju wahju (1997) * hasil analisis Lab PT. Sierad Produce Tbk divisi Feedmill balaraja

12

Tabel 2. Formulasi ransum percobaan (grower) (%)

Nama Bahan R0 R1 R2 R3 R4Dedak Halus 13,94 13,33 12,73 12,08 11,41Jagung Kuning 47,00 47,00 47,00 47,00 47,00Tepung Ikan 7,65 7,38 7,15 6,93 6,75Minyak Kelapa 2,66 2,53 2,39 2,25 2,10Bungkil Kelapa 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00Bungkil Kedelai 17,50 17,50 17,50 17,50 17,50Pollard 4,55 4,56 4,53 4,54 4,54DCP 2,20 2,20 2,20 2,20 2,20Tepung Tulang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00Premix 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50tepung salam 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Hasil perhitungan tabel 1

Tabel 3. Formulasi ransum percobaan (Layer) (%)

Nama Bahan R0 R1 R2 R3 R4Dedak Halus 15,03 14,39 13,72 13,05 12,37Jagung Kuning 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00Tepung Ikan 3,83 3,61 3,43 3,25 3,08Minyak Kelapa 2,74 2,60 2,45 2,30 2,15Bungkil Kelapa 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00Bungkil Kedelai 17,00 17,00 17,00 17,00 17,00Pollard 4,40 4,40 4,40 4,40 4,40DCP 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50Premix 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50Tepung salam 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00

JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Tabel 4. Kandungan Nutrien dan Energi Metabolis (grower)

Zat Makanan R0 R1 R2 R3 R4PK (%) 20,04 20,00 20,01 20,01 20,04LK Max (%) 9,73 9,62 9,49 9,36 9,22SK Max (%) 4,90 4,88 4,85 4,82 4,79EM (kkal/kg) 2800,05 2800,03 2800,01 2800,05 2800,00Ca (%) 1,04 1,02 1,02 1,01 1,01P (%) 1,15 1,14 1,14 1,13 1,13

13

Keterangan: Hasil perhitungan tabel 1 dan 2

Tabel 5. Kandungan nutrien dan Energi Metabolis (layer)

Zat Makanan R0 R1 R2 R3 R4PK (%) 18,01 18,00 18,01 18,01 18,02LK Max (%) 9,89 9,77 9,63 9,49 9,35SK Max (%) 5,04 5,01 4,98 4,95 4,92EM (kkal/kg) 2800,04 2800,10 2800,04 2800,0 2800,07Ca (%) 3,02 3,02 3,01 3,01 3,02P (%) 1,55 1,51 1,52 1,51 1,53

Keterangan: hasil perhitungan tabel 1 dan 3

Ransum Percobaan:

R0 : Ransum yang tidak mengandung tepung daun salam.

R1 : Ransum yang mengandung 1% tepung daun salam.

R2 : Ransum yang mengandung 2% tepung daun salam.

R3 : Ransum yang mengandung 3% tepung daun salam.

R4 : Ransum yang mengandung 4% tepung daun salam.

2.2 Metode Penelitian

2.2.1 Prosedur kerja

1. Tahap persiapan dimulai dengan tahap persiapan kandang yang meliputi

sanitasi kandang antara lain : pengapuran dinding dan lantai kemudian

disemprot desinfektan, dilanjutkan dengan pengadaan daun salam,

pembuatan tepung daun salam (lihat dalam lampiran 3) kemudian

dilanjutkan dengan penyusunan ransum, serta pengadaan ternak

percobaan.

2. Sebelum masuk kandang, puyuh ditimbang terlebih dahulu.

14

3. Adaptasi kandang, dengan diberikan air minum yang mengandung

multivitamin untuk mencegah stress dan dibiarkan selama 7 jam untuk

beradaptasi pada kandang.

4. Prelieum penelitian

Penelitian awal dilakukan untuk mengetahui banyaknya konsumsi ransum,

konsumsi air minum, dan tingkah laku puyuh terhadap perlakuan yang

diberikan, dilakukan selama 7 hari perlakuan. Waktu pemberian ransum

dilakukan 2 kali sehari, yaitu pukul 08.00 WIB dan 16.00 WIB. Air

minum diberikan secara ad libitum dan digantikan pada pagi hari.

5. Tahap Penelitian dan penentuan dosis

Selanjutnya ayam diberi ransum perlakuan selama 15 hari dan ransum

berbetuk mash. Dosis yang diberikan berdasarkan persentase dari

konsumsi makan (prelieum).

6. Tahap Pengambilan Sampel

Sampel daging puyuh diperoleh dari hasil ternak percobaan. Pengambilan

sampel pada akhir penelitian yaitu pada hari ke 15. Sampel diambil dari

setiap ekor unit perlakuan dan pengujian dilakukan pada daging puyuh

bagian dada.

7. Tahap Analisis Sampel

Analisis kandungan lemak dan kolesterol daging puyuh sesuai dengan

peubah yang diukur dilakukan di Laboratorium Fisiologi Ternak Dan

Biokimia Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran Sumedang.

2.2.2 Peubah Yang Diamati

2.2.2.1 Pengukuran Kadar Lemak (mg/gram)

15

Kandungan Lemak yang dianalisis dari daging bagian dada. Penentuan

kadar lemak daging dilakukan berdasarkan metode ekstraksi sochlet

(Association of Official Analytical Chemist, 1984), yaitu :

a. Menimbang sampel daging puyuh (X) dan simpan dalam wadah

beralaskan alumunium foil, kemudian masukan kedalam oven pada suhu

100°C selama 12 jam sampai beratnya tetap.

b. Sampel kering (Y) tersebut ditimbang dan dimasukan ke dalam alat

ekstrasi soxhlet kemudian diberi pelarut lemak dengan perbandingan

1 : 2. Ekstrasi dilakukan selama 8 jam sampai larutan pelarut lemak dalam

ekstrasi soxhlet berwarna jernih.

c. Sampel yang telah terekstrasi lemaknya dikeringkan lagi dalam oven

selama 12 jam pada suhu 105°C.

d. Sampel kemudian dikeluarkan dari oven dan ditimbang (Z).

e. Kadar lemak adalah selisih antara sampel sebelum dan sesudah diekstrasi

menunjukan banyaknya lemak yang terkandung kemudian dinyatakan

dalam persen.

Kadar lemak dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Kadar lemak =

Keterangan :

Y = Bobot sampel kering sebelum diekstrasi

Z = Bobot sampel setelah diekstrasi dan dikeringkan

X = Bobot awal sampel

2.2.2.2 Pengukuran Kadar Kolesterol (mg/gram)

Kolesterol karkas diukur dari daging bagian dada. Penentuan kadar

kolesterol daging dilakukan berdasarkan metode Lieberman Burchard (Kleiner

16

dan Dotti, 1962), yaitu sampel (sekitar satu gram) diekstraksi dengan pelarut

organik (eter alkohol) lalu disentrifius dengan kecepatan 3.000 rpm selama 10

menit sehingga diperoleh supernatan. Supernatan dipanaskan dalam beaker glass

50 ml pada suhu 100 0C sampai kering dan larutan pengekstraksi habis. Residu

diekstraksi ke dalam tabung berskala dengan ditambahkan kloroform hingga tepat

mencapai 5 ml.

Sebanyak 5 ml standar kolesterol dan 5 ml kloroform (untuk blanko)

dimasukkan ke dalam 2 tabung gelas lain. Standar kolesterol yang digunakan

adalah 4 mg/5ml. Sebanyak masing-masing dua ml asam asetat anhidrat dan 0,2

ml asam sulfat pekat ditambahklan ke dalam tiga tabung tersebut lalu diaduk

menggunakan vortex, kemudian didiamkan selama 10 menit ditempat yang tidak

terkena cahaya. Maka hasilnya akan terbentuk warna hijau kebiru-biruan.

Selanjutnya dilakukan pembacaan dengan menggunakan spektrofotometer pada

panjang gelombang 420 nm, sebelumnya masukkan blanko dan absorban diatur

sehingga menunjukan angka 0.

Kadar kolesterol dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Kadar kolesterol (mg/100gr) = Abs.sampel 100 x F.PAbs.standard B.s

Keterangan:

Abs = Absorban

K = Konsentrasi

B.s = Berat sampel

F.P = Faktor pengencer

2.2.3 Rancangan Percobaan

17

Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental. Rancangan yang

digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan menggunakan 5

perlakuan dan setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali, sehingga

didapat 20 unit percobaan.

Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = + i + ij

Keterangan :

Yij = Kadar Lemak dan kadar kolesterol daging puyuh

Karena perlakuaan tingkat tepung daun salam pada ransum ke-i dan

ulangan tingkat tepung daun salam dalam ransum ke-j.

= Rataan populasi

i = Pengaruh tingkat tepung daun salam dalam ransum ke-i

ij = Pengaruh galat (error) dari perlakuan tingkat tepung daun salam dalam

Ransum ke-i dan ulangan tingkat tepung daun salam ke-j

i = 1,2,3,4,5 (Banyaknya perlakuan)

j = 1,2,3,4 (Banyaknya ulangan)

Asumsi :

a. Nilai ijk menyebar normal satu sama lain

b. Nilai harapan dari ijk = 0

c. Ragam dari ijk = σ2 Jadi, ijk

¿

NID (0, σ2)

Tabel 6. Daftar Sidik Ragam

Sumber Variasi DB JK KT Fhit F0,05

Perlakuan 4 JKP KTPKTPKTG

Galat 15 JKG KTGTotal 19 JKT

Sumber : (Gaspersz, 1995)

18

Keterangan:

DB : Derajat Bebas

JK : Jumlah Kuadrat

KT : Kuadrat Tengah

Hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : R0 = R1=R2=R3= 0

H1 : R0 ≠ R1 ≠ R2 ≠ R3 ≠ 0 minimal ada satu perlakuan yang tidak sama.

Kaidah Keputusan:

1. Jika Fhitung ≤ Ftabel 0,05 artinya tidak berbeda nyata (non significant), terima H0

dan tolak H1.

2. Jika Fhitung > Ftabel 0,05 artinya berbeda nyata (significant), tolak H0 dan terima

H1.

Jika Hasil berbeda nyata maka dilakukan ujji lanjutan dengan metode polinomial

orthogonal.

Ψ1 = β0 + β1X12 + β2X2

3 + β3X34+ β4X4

5 + εi

Taraf perlakuan berjarak sama, perhitungan untuk menentukan hubungan X dan Y

dapat dilakukan dengan prosedur yang sangat sederhana. Nilai- nilai X di

transformasikan menjadi Ui sehingga :

Ui = xi−X

d

Dimana :

x = nilai rata- rata

d = jarak

Tabel 7. Tabel Khusus Polinom Ortogonal

Bentuk

Hubungan

Derajat

Polinom

PerlakuanQi Σc2

1

T0 T1 T2 T3 T4

Linier 1 -2 -1 0 +1 +2 10

19

∑i=1

t

ci y i

Kuadratik 2 +2 -1 -2 -1 +2 14

Kubik 3 -1 +2 0 -2 +1 10

Kuartik 4 +1 -4 -4 -4 +1 70

Sumber : (Gaspersz, 1995)

JKQi=

Qi2

rΣ Ci2

Tabel 8. Daftar Sidik Ragam ( Untuk Polinom Orthogonal)

Sumber Variasi DB JK KT Fhit F0,05

Perlakuan 4 JKP KTPKTPKTG

Linier 1JKQ1

KT linier KT linierKTG

Kuadratik 1JKQ2

KT kdrt KT kdrtKTG

Kuartik 1JKQ3

KT krtk KT krtkKTG

Kubik 1JK4

KT kbk KT kbkKTG

Galat 15 JKG KTGTotal 19 JKT

Sumber : (Gaspersz, 1995)

Kaidah Keputusan:

1. Jika Fhitung ≤ Ftabel 0,05 artinya tidak berbeda nyata (non significant)

2. Jika Fhitung > Ftabel 0,05 artinya berbeda nyata (significant)

2.2.4. Tata Letak Percobaan

Pengacakan dilakukan dengan menggunakan tabel angka acak dan alat

bantu pensil dengan meletakan ujung pensil tersebut pada tabel angka acak secara

sembarang kemudian dibaca secara vertikal ke arah bawah. Angka-angka yang

20

tertera disusun berdasarkan urutan dari angka yang terkecil dan 20 untuk angka

yang terbesar, sehingga 4 rangking pertama merupakan nomor-nomor satuan

percobaan yang dikenakan perlakuan P01 dan seterusnya (Gaspersz, 1995).

Tabel 9. Tata Letak Percobaan

1

P4U3

2

P3U4

3

P3U2

4

P2U2

5

P0U3

6

P0U1

7

P4U2

8

P1U1

9

P3U3

10

P2U1

11

P2U2

12

P0U2

13

P2U3

14

P4U1

15

P3U1

16

P0U4

17

P1U4

18

P1U4

19

P1U3

20

P4U4

Keterangan:

P0 : perlakuan ke-1 ( sebagai kontrol)

P1 : perlakuan ke-2 ( dosis tepung daun salam 1%)

P2 : perlakuan ke-3 ( dosis tepung daun salam 2%)

P3 : perlakuan ke-4 ( dosis tepung daun salam 3%)

P4 : perlakuan ke-5 ( dosis tepung daun salam 4%)

21

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L. 2008. Penggunaan Ramuan Herbal sebagai Feed Additive untuk Meningkatkan Performans Broiler. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar

Anggorodi, H.R. 1994. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. (55-65).

Anonim. 2010. Chicken, broilers or fryers, breast, meat only, raw. Http://nutritiondata. self. com/facts/poultry-products/701/2. (21 September 2010).

Anonim. 2010. Quil, breast, meat only, raw. Http://nutritiondata. self. com/facts/poultry-products/798/2. (21 September 2010).

Anonim. 2010. Hasil Analisis Tepung Daun Salam. Analisis Lab PT. Sierad Produce Tbk divisi Feedmill Balaraja.

Anto. 2004. Potensi Burung Puyuh. http:// pangerankakanta. multiply. com/journal/item/140/Potensi_Burung_Puyuh. (1 Oktober 2010).

Association of Official Analytical Chemist. 1984. Official Methods of Analysis. 14th Ed. Association of Official Analytical Chemist, Washington D. C

Gaspersz, V. 1995. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan edisi ke-1. Tarsito. Bandung. 62-70; 136-139.

Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed.9. Alih bahasa Irawati Setiawan, Ken Ariata Tengadi, Alex Santoso. EGC, Jakarta.

Hartoko. 2008. Daging. http://hartoko.wordpress.com/gizi/pengetahuan-bahan-pangan-hewani/daging/ (1 0ktober 2010).

Hermana, W. D.I. Puspitasari, K.G. Wiryawan, dan S. Suharti. 2008. Pemberian Tepung Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Dalam

22

Ransum Sebagai Bahan Antibakteri Escherichia coli terhadap Organ Dalam Ayam Broiler. Jurnal. Media peternakan Vol. 31 No. 1 (63-70)

Hidayat, Cecep. 2008. Daging yang baik dan sehat. Suara Pembaca. Http://detik.com. (1 Oktober 2010).

Kleiner, I.S. and L.B. Dotti. 1958. Laboratory Instructions in Biochemistry. Fifth Edition. The C.V. Mosby Company., New York.

Kurnia, Yustina et.al. 2010. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Pare (Momordica charantia L.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Serum Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Dengan Induksi Hiperkolestemia. Program Kreativitas Mahasiswa. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Matsui, Yoko, Hitomi Kumagai dan Hideki Masuda. 2006. Antihypercholesterolemic Activity of Catechin-free Saponin-rich Extract from Green Tea Leaves. Food Science and Technology Research, Vol 12, No. 1 50-54.

Murray, Robert K, et. al. 2003. Biokimia Harper E/25. Alih bahasa Andry Hartono. EGC, Jakarta. (270-271).

Nakamura, Yumiko , Akiko Kaihara, Kimihiko Yoshii, Yukari Tsumura, Susumu Ishimitsu and Yasuhide Tonogai. 2001. Effects of the Oral Administration of Green Tea Polyphenol and Tannic Acid on Serum and Hepatic Lipid Contents and Fecal Steroid Excretion in Rats. Journal of Health Science, Vol 47, No. 2 107-117.

Nugroho dan I Gusti Ketut Mayun. 1981. Beternak Burung Puyuh. Eka Offset, Semarang.

Nurwahyunani, Atip. 2006. Efek Ekstrak Daun Sambung Nyawa Terhadap Kolesterol LDL dan Kolesterol HDL Darah Tikus Diabetik Akibat Induksi Streptozotocin. Skripsi. Universitas Negri Semarang, Semarang.

Ponte, PI, I Mendes, M Quaresma, MN Aguiar, JP Lemos, LM Ferreira, MA Soares, CM Alfaia, JA Prates, and CM Fontes. 2004. Cholesterol levels and sensory characteristics of meat from broilers consuming moderate to high levels of alfalfa. Poultry Science, Vol 83, Issue 5, 810-814.

Pudjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press, Jakarta. (51-75).

Ranskov, Uffe. 1997. The Cholesterol Myths. http://www.ravnskov. nu/cholesterol.htm. (20 September 2010).

Saputra, Rio. 2008. Efek Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Mencit Jantan Galur Balb-C Yang Diinduksi Kalium Oksonat. Skripsi. Universitas Muhamadiyah Surakarta, Surakarta.

23

Suharti, S, A. Banowati, W. Hermana dan K.G. Wiryawan. 2008. Komposisi dan Kandungan Kolesterol Karkas Ayam Broiler Diare yang Diberi Tepung Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight) dalam Ransum. Jurnal. Media peternakan Vol. 31 No. 2 (138-145).

Son, In Suk, Ji Hyun Kim, Ho Yong Sohn, Kun Ho Son, Jong-Sang Kim dan Chong-Suk Kwon. 2007. Antioxidative and Hypolipidemic Effects of Diosgenin, a Steroidal Saponin of Yam (Dioscorea spp.), on High-Cholesterol Fed Rats. Bioscience, Biotechnology, and Biochemistry, Vol. 71 , No. 12 (3063-3071).

Utariningsih, Dwi, Rita N.W, Rosi P.S, Eta M.W, A. Syamsul Arifin. 2007. Dekok Rambut Jagung (Zea mays) Efektif Dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Tikus Putih (Rattus Norvegicus). Program Kreativitas Mahasiswa. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Wahju, Juju. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.