unud-894-109855777-2. bab ii

download unud-894-109855777-2. bab  ii

of 10

Transcript of unud-894-109855777-2. bab ii

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    1/22

    8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

    DAN MODEL PENELITIAN

    Pada bab ini dibahas mengenai kajian pustaka yang merupakan penelitian

    sejenis berupa tesis ataupun jurnal penelitian terkait dengan penelitian yang

    dilakukan. Konsep penelitian dijabarkan agar persepsi antara peneliti dan

     pembaca menjadi sejalan. Selain itu dibahas juga mengenai landasan teori yang

    digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian serta model penelitian.

    2.1  Kajian Pustaka

    Dalam kajian pustaka dijelaskan beberapa hasil penelitian sejenis yang

    terdahulu. Kajian pustaka ini digunakan untuk menghindari terjadinya duplikasi

    suatu penelitian. Selain itu juga sebagai dasar atau pedoman untuk melakukan

     penelitian selanjutnya. Hasil-hasil penelitian yang digunakan adalah penelitian

    yang terkait dengan infrastruktur pada permukiman kumuh di Denpasar Barat

    secara umum.

    2.1.1 

    Pola penanganan infrastruktur pada kawasan permukiman kumuh(studi kasus kawasan bantaran sungai Winongo)

    Penelitian ini merupakan jurnal dari Amos Setiadi pada tahun 2011,

    Program Studi Arsitektur, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Tujuan dari

     penelitian ini adalah, (1) menemukenali pola penanganan yang efektif pada

    infrastruktur permukiman berdasarkan tipe kawasan, diharapkan dapat membantu

    dalam penyediaan pengembangan infrastruktur permukiman kota yang

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    2/22

     

    9

    komprehensif dan terintegrasi dengan sistem perkotaan, sehingga dapat menjamin

    keberlanjutan kegiatan pembangunan kawasan perkotaan; (2) memberikan

     pendampingan bagi perangkat perencana dan pelaksana pembangunan kota, dalam

    menyusun rencana pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, yang

    terintegrasi dengan sektor pembangunan lain, sesuai dengan peran, fungsi dan

    kontribusi yang diharapkan dalam mencapai tujuan pengembangan kawasan

     perkotaan.

    Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pemilihan lokasi (lokus) spesifik di

     bantaran sungai Winongo, Kelurahan Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan, Kota

    Yogyakarta. Kasus studi yaitu kawasan permukiman tidak terencana (informal)

    atau kampung Kuncen. Pengumpulan data menggunakan teknik survei data primer

    dan data sekunder. Data dianalisis dengan cara deskriptif yang mencakup seluruh

    hasil pengamatan, selanjutnya diidentifikasi semua variabel data yang mencakup

    komponen faktor input   (variable indicator ), komponen faktor proses berupa

    variabel penanganan, dan komponen faktor manfaat berupa variabel output

    sebagai sebab akibat/dampak penanganan.

    Berdasarkan hasil identifikasi, ditemukenali nilai rendah pada masalah

    ketersediaan pengolahan limbah rumah tangga (limbah domestik), air bersih,

     persampahan, drainase, dan ketersediaan ruang terbuka hijau. Tipe faktor penentu

    kawasan permukiman kumuh yaitu: skala spasial, lahan milik pribadi, ketiadaan

     jaminan kepemilikan lahan, penggunaan lahan tidak sesuai dengan peruntukkan

    lahan, kondisi ekonomi masyarakat relatif sama (homogen) yaitu golongan

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    3/22

     

    10

    ekonomi bawah, kepadatan penduduk 12263 jiwa/ha, daya dukung kawasan yang

     belum memadai.

    2.1.2  Partisipasi masyarakat kampung kota untuk meningkatkan kualitas

    lingkungan permukiman (kasus: permukiman kampung kota di

    Bandung) 

    Penelitian ini merupakan jurnal dari Sri Handayani pada Program

    Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor pada tahun 2008. Tujuan

     penelitian adalah untuk: (1) mengidentifikasi karakteristik fisik permukiman

    kampung kota dan menganalisis modal sosial masyarakatnya; (2) mengidentifikasi

     persepsi masyarakat tentang kualitas lingkungan dan menganalisis motivasi

    masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, (3)

    mengidentifikasi tingkat kebutuhan akan rumah dan permukiman pada masyarakat

     permukiman kampung kota; (4) mengidentifikasi bentuk-bentuk partisipasi

    masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman kampung kota

    dan menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhinya; dan (5) menyusun

    strategi pemberdayaan yang sesuai dengan masyarakat kampung kota sehinga

    dapat meningkatkan kualitas lingkungan permukimannya.

    Penelitian berbentuk explanatory research  yang bertujuan untuk

    menjelaskan hubungan dan pengaruh antar variabel penelitian melalui pengujian

    hipotesis dengan uji statistik. Pendekatan kualitatif dilakukan dalam upaya

    menjelaskan substansi hasil uji statistik yang didapat. Hasil studi menunjukkan

     bahwa karakteristik fisik permukiman kampung kota ditandai dengan: (a)

    minimnya ketersediaan sarana prasarana permukiman dan (b) rendahnya kualitas

    kondisi sarana prasarana permukiman yang tersedia. Hasil penelitian lainnya

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    4/22

     

    11

    adalah berupa ciri-ciri dari masyarakat kampung kota, persepsi tentang kualitas

    lingkungan yang buruk, kategori kebutuhan akan rumah pada masyarakat

    kampung kota berada, bentuk partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas

    lingkungan, faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap partisipasi, inovasi

    sosial berbasis masyarakat, strategi proses penyadaran masyarakat.

    2.1.3  Kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan

    permukiman kumuh di Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai

    Penelitian ini merupakan tesis dari Tety Juliany Siregar pada Program

    Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas

    Diponegoro Semarang tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji

     bagaimana kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan

     permukiman kumuh di Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai. Adapun

    sasarannya mengkaji keberhasilan perubahan perilaku masyarakat dalam

     perbaikan sanitasi lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepedulian

    masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh. Dalam

     penelitian ini digunakan metode penelitian ini kualitatif diawali pendekatan

     positivistik, yaitu dengan cara berpikir dari depan dengan melihat dan mengkaji

    variabel-variabel penelitian berdasarkan kajian literatur secara komprehensif

    kemudian variabel-variabel tersebut dianalisis pada fenomena yang terjadi di

    lapangan.

    Hasil temuan penelitian kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi

    lingkungan di Kelurahan Matahalasan ditandai dari perilaku masyarakat yang

    selalu bertanggungjawab dan memperhatikan kepentingan orang lain. Bentuk

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    5/22

     

    12

    kepedulian masyarakat terlihat dari peran dan tindakannya terlibat dalam 8 proses

     perbaikan sanitasi lingkungan dimulai dari porses inisiasi awal sampai pada

     pengawasan dalam penggunaan MCK.

    2.1.4  Analisis ketersediaan dan kapasitas pemenuhan infrastruktur di

    kawasan bisnis Beteng Surakarta

    Penelitian ini dilakukan oleh Retno Tri Nalarsih Program Magister Teknik

    Sipil Universitas Diponegoro Semarang pada tahun 2007 yang disusun dalam

    rangka memenuhi salah satu persyaratan program magister teknik sipil.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ketersediaan dan

    menganalisis kapasitas pemenuhan infrastruktur: jalan, air bersih, persampahan,

    drainase, listrik dan telekomunikasi di Kawasan Bisnis Beteng Surakarta,

     berdasarkan pendapat responden dan perhitungan kapasitas pemenuhan. Analisis

    dilakukan pada tiap infrastruktur, dimana menghasilkan sintesa masing-masing

    sesuai dengan karakteristik ketersediaan, kebutuhan dan pemenuhan.

    Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode gabungan

    antara kuantitatif dan kualitatif. Teknik kuantitatif dipergunakan untuk mengukur

    data berupa angka atau kualitatif diangkakan berkenaan dengan tingkat pelayanan

    dari infrastruktur. Sedangkan teknik kualitatif digunakan untuk menjelaskan dan

    mengetahui hal-hal yang tidak bisa dijelaskan secara kuantitatif.

    Hasil analisis jaringan jalan didapat rata-rata memiliki derajat kejenuhan

    0,80 menunjukkan bahwa melebihi standar jalan perkotaan yaitu 0,75. Fasilitas

    trotoar dan fasilitas penyeberangan responden menyatakan 53% membutuhan

     perbaikan. Hasil analisis air bersih didapat rata-rata 60% telah memenuhi

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    6/22

     

    13

    kebutuhan. Hasil analisis persampahan didapat bahwa pewadahan 65% terpenuhi.

    Hasil analisis drainase didapat bahwa responden 60% menyatakan kurang lancar.

    Hasil analisis jaringan listrik didapat bahwa responden menyatakan 60% sangat

     baik, dan 65% menyatakan pemenuhan listrik sangat baik, dan berdasarkan

     perhitungan kebutuhan daya listrik dan pemakaian memenuhi kebutuhan. Hasil

    analisis telekomunikasi didapatkan bahwa responden menyatakan 80%

    menyatakan kurang baik, karena belum terpasang, pada penggunaan alat

    komunikasi lain 65% Global System for Mobile  (GSM) dan 65% Code Division

     Multi Acess (CDMA). Berdasarkan hasil analisis masing-masing infrastruktur di

    atas dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam pengembangan selanjutnya.

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    7/22

     

    14

    Tabel 2.1 Kajian pustaka penelitian yang sejenis

    No.Nama

    PenelitiJudul Penelitian

    Metodologi

    PenelitianHasil Penelitian

    Persamaan dengan

    penelitian yang akan

    dilakukan

    1. Amos

    Setiadi,

    2011

    Pola Penanganan Infrastruktur

    Pada Kawasan Permukiman

    Kumuh (Studi Kasus Kawasan

    Bantaran Sungai Winongo)

    Kualitatif

    Deskriptif

    Identifikasi nilai rendah pada masalah ketersediaan

     pengolahan limbah, air bersih, persampahan, drainase, dan

    ketersediaan ruang terbuka hijau.

    Tipe faktor penentu kawasan permukiman 

    Studi mengenai

    infrastruktur pada

     permukiman kumuh

    2. Sri

    Handayani,

    2008 

    Partisipasi Masyarakat

    Kampung Kota Untuk

    Meningkatkan Kualitas

    Lingkungan Permukiman

    (Kasus: Permukiman

    Kampung Kota Di Bandung) 

    Metode kualitatif

    dan explanatory

    research.

    Karakteristik fisik permukiman kampung kota ditandai

    dengan: (a) minimnya ketersediaan sarana prasarana

     permukiman dan (b) rendahnya kualitas kondisi sarana

     prasarana permukiman yang tersedia.

    -  persepsi tentang kualitas lingkungan yang buruk, bentuk

     partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas

    lingkungan. 

    Studi mengenai

    kualitas lingkungan

     permukiman pada

    Kampung Kota 

    3. Tety

    Juliany

    Siregar,

    2010

    Kepedulian Masyarakat dalam

    Perbaikan Sanitasi

    Lingkungan Permukiman

    Kumuh di Kelurahan

    Matahalasan Kota

    Tanjungbalai

    Kualitatif dengan

     pendekatan

     positivistik  

    Hasil temuan berupa perilaku masyarakat yang selalu

     bertanggungjawab dan memperhatikan kepentingan orang

    lain.

    -  Bentuk kepedulian masyarakat terlihat dari peran dan

    tindakannya terlibat dalam 8 proses perbaikan sanitasi

    lingkungan

    Bahasan mengenai

    sanitasi (bagian dari

    infrastruktur) pada

     permukiman kumuh 

    4. Retno Tri

     Nalarsih,2007

    Analisis Ketersediaan dan

    Kapasitas Pemenuhan

    Infrastruktur di Kawasan

    Bisnis Beteng Surakarta

    Metode

    gabungan antara

    kuantitatif dan

    kualitatif

    -  Berupa presentase ketersediaan jaringan infrastruktur yang

    tersedia di Kawasan Bisnis Beteng Surakarta

    -  Studi mengenai

    ketersediaan

    infrastruktur pada

    suatu kawasan

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    8/22

     

    15

    2.2  Kerangka Berpikir dan Konsep

    Kerangka berpikir merupakan suatu alur pikir peneliti mulai dari awal

    dalam menemukan tema-tema penelitian hingga dilakukannya penelitian tersebut.

    Sedangkan konsep merupakan dasar pemikiran yang dijadikan acuan dalam

    melakukan suatu penelitian yang dilakukan.

    2.2.1  Kerangka berpikir

    Kerangka berpikir merupakan tahapan-tahapan suatu penelitian mulai dari

     grand tour atau observasi awal ke lapangan, kemudian proses menemukan

    fokus/masalah penelitian, merumuskan tujan dan sasaran penelitian, menentukan

    teori-teori yang digunakan sebagai dasar terkait dengan penelitian yang dilakukan,

    tahap mengumpulkan data, kemudian menganalisis data, hingga memperoleh

    suatu hasil penelitian, dan terakhir merumuskan kesimpulan, rekomendasi studi

    dan saran.

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    9/22

     

    16

    Gambar 2.1 Diagram kerangka berpikir

    Konteks Studi :- Infrastruktur sebagai bagian penting sebuah permukiman

    - Ketidak layakan pengadaan infrastruktur di permukiman kumuh

    - Bagaimana kondisi ini berkontribusi terhadap tingkat ke-kumuh-an permukiman kumuh

    - Apa yang mempengaruhi kondisi infrastruktur tersebut

    Infrastruktur Permukiman Kumuh

    di Kecamatan Denpasar Barat

    Rumusan masalah 1:

    Bagaimana kondisi

    infrastruktur pada permukiman kumuh di

    Kecamatan Denpasar Barat

    saat ini?

    Rumusan masalah 3:

    Apa saja faktor-faktor yang

    mempengaruhi kondisi

    infrastruktur tersebut pada

     permukiman kumuh di

    Kecamatan Denpasar Barat?

    Data :Studi Literatur

    Observasi Lapangan

    Wawancara

    Data dan Analisis :Studi literatur

    Observasi Lapangan

    Wawancara

    Analisis :Analisis data dari

    rumusan masalah 1

    dan rumusan masalah

    2

    Tabulasi data

    Analisis data

    Hasil, kesimpulan, dan saran

    Landasan

    teori

    Grand tour  (observasi awal)

    Metodologi penelitian

    Rumusan masalah 2:

    Bagaimana proses pengadaan

    infrastruktur pada permukiman

    kumuh di Kecamatan Denpasar

    Barat serta siapa saja pihak-pihakyang terlibat di dalamnya?

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    10/22

     

    17

    2.2.2  Konsep

    Konsep merupakan dasar pemikiran yang dijadikan sebagai acuan dalam

    melakukan suatu penelitian, sehingga nantinya tidak menyimpang dari lingkup

     penelitian yang dilakukan. Konsep juga digunakan untuk menyamakan persepsi

    dari peneliti kepada pembaca mengenai topik penelitian. Beberapa konsep yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1) 

    Infrastruktur permukiman kumuh

    Infrastruktur dapat dibedakan menjadi infrastruktur fisik dan infrastruktur

    sosial. Infrastruktur fisik meliputi, penyediaan air bersih, jaringan jalan,

     pengelolaan persampahan, sistem drainase, jaringan listrik dan telekomunikasi,

    sanitasi, serta sistem pembuangan air limbah. Sedangkan infrastruktur sosial

    meliputi, fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan dan niaga, pemerintahan,

     pelayanan umum, peribadatan, rekreasi, kebudayaan, olahraga, dan lapangan

    terbuka (Grigg, 2000).

    Infrastruktur merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam

    mengidentifikasi permukiman kumuh di perkotaan. Kondisi yang terjadi pada

    infrastruktur permukiman kumuh misalnya, kurangnya akses layak terhadap air

     bersih dan listrik, kondisi jalan lingkungan yang seadanya, sistem sanitasi yang

    tidak baik, sistem drainase, sistem persampahan, dan pembuangan air limbah (UN

    Habitat, 2008). Pemerintah seringkali mengabaikan pengadaan infrastruktur pada

     permukiman kumuh akibat dari perkembangan titik-titik kumuh yang begitu

     pesatnya dan muncul begitu saja di sela-sela permukiman yang sudah ada maupun

     pada lahan sewa yang memiliki nilai jual yang rendah. Pendapatan adalah

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    11/22

     

    18

     prioritas utama bagi kaum pendatang yang menghuni tempat kumuh ini, sehingga

    kualitas tempat tinggal dan infrastruktur bukan lagi menjadi prioritas utama.

    Kondisi seperti ini akan mengakibatkan menurunnya kualitas ruang permukiman

     pada titik-titik kumuh yang ada di Denpasar khususnya.

    Dalam penelitian ini nantinya akan dianalisis mengenai infrastruktur fisik

    yaitu, penyediaan air bersih, jaringan jalan, pengelolaan limbah (drainase, limbah

    rumah tangga, persampahan), serta sarana mandi cuci kakus (MCK). Hal-hal yang

    akan diteliti nantinya yaitu mengenai kondisi infrastruktur permukiman kumuh

    saat ini, proses pengadaan infrastruktur pada permukiman kumuh di Denpasar

    Barat serta pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, dan yang terakhir adalah

    faktor-faktor penentu kondisi infrastruktur pada permukiman kumuh di

    Kecamatan Denpasar Barat.

    2)  Permukiman kumuh di Kota Denpasar

    Menurut Khomarudin (1997), permukiman kumuh didefinisikan sebagai

    lingkungan permukiman yang berpenghuni padat (melebihi 500 orang /ha) dengan

     jumlah rumah yang juga sangat padat dan ukuran di bawah standar, kondisi sosial

    ekonomi rendah, prasarana lingkungan hampir tidak ada atau tidak memenuhi

     persyaratan teknis dan kesehatan.

    Berdasarkan Keputusan Walikota Denpasar tanggal 23 Juli 2012 No.

    188.45/509/HK/2012 tentang Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan

    Permukiman Kumuh di Kota Denpasar, terdapat 35 titik permukiman kumuh yang

    ada di Kota Denpasar. Warga pemukiman kumuh mayoritas dihuni oleh warga

     pendatang yang berasal dari luar Denpasar maupun Bali. Semakin banyaknya

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    12/22

     

    19

     permukiman kumuh di Kota Denpasar, sangat berdampak buruk bagi kota dan

    kualitas lingkungannya baik dari segi sosial budaya, ekonomi, serta masalah fisik

    yang banyak terjadi dewasa ini.

    Permasalahan yang banyak terjadi pada titik kumuh di Kecamatan

    Denpasar Barat yaitu masalah kondisi infrastruktur yang kurang memadai.

    Seringkali masyarakat penghuni titik kumuh ini memanfaatkan lingkungan

    sekitarnya sebagai sarana pembuangan. Seperti misalnya, sungai yang ada di

    sekitar permukiman dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan limbah rumah

    tangga dan limbah padat. Lahan kosong juga sering digunakan sebagai tempat

     pembuangan sampah secara tidak bertanggung jawab, bahkan mereka tidak segan-

    segan memanfaatkan areal rumahnya sendiri sebagai tempat pembuangan. Aspek-

    aspek inilah yang diteliti pada permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar Barat.

    2.3  Landasan Teori

    Landasan teori merupakan suatu teori-teori yang digunakan sebagai dasar

    ataupun batasan dalam melakukan suatu penelitian. Teori merupakan serangkaian

    asumsi, konsep, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial

    secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Menurut

    definisi ini teori mengandung tiga hal. Pertama, teori adalah serangkaian proposisi

    antar konsep-konsep yang saling berhubungan. Kedua, teori menerangkan secara

    sistematis suatu fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan antar konsep.

    Ketiga, teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep

    mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk

    hubungannya (Singarimbun, 2006).

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    13/22

     

    20

    Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengenai

    definisi dari permukiman kumuh, infrastruktur permukiman secara umum dan

    infrastruktur permukiman kumuh.

    2.3.1  Permukiman kumuh

    Permukiman kumuh adalah permukiman dengan rumah dan kondisi hunian

    masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan

     prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar

    kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air

     bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka,

    serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya (Kurniasih, 2007).

    Menurut Sinulingga (2005) ciri-ciri pemukiman kumuh yaitu, penduduk

    sangat padat antara 250-400 jiwa/ha. Kondisi jalan-jalan pada permukiman kumuh

    yang sempit (±1,5 meter), sehingga tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda empat,

    dan terkadang jalan ini tersembunyi dibalik atap-atap rumah yang sudah

     bersinggungan satu sama lain. Fasilitas drainase sangat tidak memadai, bahkan

    terdapat jalan-jalan tanpa drainase, sehingga apabila hujan kawasan ini dengan

    mudah akan tergenang oleh air. Fasilitas pembuangan air kotor sangat minim,

    terdapat diantaranya yang langsung membuang air kotor ke saluran yang dekat

    dengan rumah, ataupun ke sungai yang terdekat. Fasilitas penyediaan air bersih

    sangat minim, memanfaatkan air sumur dangkal, air hujan atau membeli secara

    kalengan. Tata bangunan sangat tidak teratur dan bangunan-bangunan pada

    umumnya tidak permanen dan banyak yang berupa bangunan darurat.

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    14/22

     

    21

    Kepemilikan hak atas lahan sering tidak legal, artinya status tanahnya masih

    merupakan tanah negara dan para pemilik tidak memiliki status apapun.

    2.3.2  Infrastruktur permukiman

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), infrastruktur dapat

    diartikan sebagai sarana dan prasarana umum. Sarana secara umum diketahui

    sebagai fasilitas publik seperti rumah sakit, jalan, jembatan, telepon, sanitasi dan

    lainnya. Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi,

     pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya yang

    dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan

    ekonomi (Grigg, 1988).

    Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem

    sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

    Sistem infrastruktur juga dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas

    atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang

    dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan

    sistem ekonomi masyarakat menunjuk pada suatu keberlangsungan dan

    keberlanjutan aktivitas masyarakat dimana infrastruktur fisik mewadahi

    interaksi antara aktivitas manusia dengan lingkungannya (Grigg, 2000). 

    Suripin (2007) menyatakan bahwa: 

    "...  Infrastructure  (perkotaan) adalah bangunan atau fasilitas-fasilitas

    dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan

    dibutuhkan untuk mendukung berfungsinya suatu sistem tatanankehidupan sosial ekonomi masyarakat. Infrastruktur merupakan aset fisik

    yang dirancang dalam sistem sehingga mampu memberikan pelayanan

     prima pada masyarakat. Sebagai suatu sistem, komponen infrastruktur

     pada dasarnya sangat luas dan sangat banyak, namun secara umum terdiri

    dari 12 komponen sesuai dengan sifat dan karakternya".

     Associated General Contractor of America (AGCA), mendefinisikan

    infrastruktur adalah semua aset berumur panjang yang dimiliki oleh Pemerintah

    setempat, Pemerintah Daerah maupun Pusat dan utilitas yang dimiliki oleh para

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    15/22

     

    22

     pengusaha. Menurut Chapin (1995), guna lahan harus memiliki akses terhadap

     jaringan umum dan struktur umum serta pelayanan umum . Struktur umum disini

    disebut dengan infrastruktur, fasilitas umum atau terkadang disebut sebagai

    fasilitas pelayanan umum. Secara umum istilah infrastruktur biasanya

     berhubungan dengan air bersih, fasilitas air limbah, jalan raya, dan transportasi

    umum, sementara fasilitas umum berhubungan dengan sekolah, taman, dan

    fasilitas lain yang sering dikunjungi masyarakat. Terkadang fasilitas umum dapat

    digunakan secara bergantian dengan infrastruktur untuk menunjukan segala

    sesuatu yang terkandung dalam bangunan umum baik secara fisik maupun sistem

     pelayanannya. Kita sering menggunakan istilah fasilitas umum (communal

     facility) guna mempersatukan keduanya, infrastruktur dan struktur dan tempat

    dimana pelayanan masyarakat dilakukan.

    Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Infrastruktur

    merupakan fasilitas-fasilitas publik yang diadakan oleh pemerintah maupun

    swasta merujuk pada sistem fisik seperti jaringan jalan, air bersih, drainase,

    telekomunikasi, listrik, limbah, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik

    yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam

    lingkup sosial dan ekonomi.

    Elemen dasar lingkungan perumahan menurut Dirjen Cipta Karya, secara

    garis besar dapat dikelompokkan dalam infrastruktur fisik, antara lain:

    1)  Jaringan jalan

    Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi bagian jalan

    termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    16/22

     

    23

    lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah

     permukaan tanah atau air serta di atas permukaan air (Adji Adisasmita, 2012:79).

    Dalam suatu kota, pola jaringan jalan biasanya terbentuk melalui proses yang

    sangat panjang dan merupakan bagian atau kelanjutan dari pola yang ada

    sebelumnya (Rinaldi Mirsa, 2011:54).

    Ketentuan-ketentuan berkaitan dengan sistem perencanaan jaringan jalan

    adalah sebagai berikut (Adji Adisasmita, 2012:91):

    a)  Secara umum sistem jaringan jalan dalam suatu kawasan harus

    menunjukkan adanya pola jaringan jalan yang jelas antara jalan-

     jalan utama dengan jalan kolektor/lokalnya, sehingga orientasi dari

    kawasan-kawasan fungsional yang ada dapat terstruktur.

     b)  Fungsi penghubung dalam peranan jaringan jalan pada suatu

    kawasan ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

    c) 

    Penataan ruang jalan dapat sekaligus mencakup ruang-ruang antar

     bangunan dan termasuk untuk penataan elemen lingkungan,

     penghijauan, dan lain-lain.

    d)  Pemilihan bahan pelapis jalan dapat mendukung pembentukan

    identitas lingkungan yang dikehendaki, dan kejelasan kontinuitas

     pedestrian.

    2)  Sistem drainase

    Sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang

     berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan

    atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Bangunan sistem

    drainase terdiri dari saluran penerima (interseptor drain),  saluran pengumpul

    (colector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain) 

    dan badan air penerima (receiving waters) (Grigg, 1988).

    Air hujan yang jatuh di suatu kawasan perlu dialirkan atau dibuang, dengan

    membuat saluran yang dapat menampung air hujan yang mengalir di permukaan

    tanah tersebut. Sistem saluran di atas selanjutnya dialirkan ke sistem yang lebih

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    17/22

     

    24

     besar. Sistem yang paling kecil juga dihubungkan dengan saluran rumah tangga

    dan dan sistem saluran bangunan infrastruktur lainnya, sehingga apabila cukup

     banyak limbah cair yang berada dalam saluran tersebut perlu diolah (treatment). 

    Seluruh proses tersebut di atas yang disebut dengan sistem drainase (Kodoatie,

    2003).

    3)  Jaringan air bersih

    Jaringan air bersih di permukiman merupakan suatu prasarana yang sangat

     penting untuk menunjang keberlangsungan suatu permukiman tersebut untuk

     berkembang. Pesatnya pembangunan serta tingginya laju pertumbuhan penduduk

    menyebabkan meningkatnya kebutuhan permukiman dengan prasarana yang

    mendukungnya. Sejalan dengan meningkatnya permukiman, maka kebutuhan

    untuk air bersih pun meningkat, baik dalam kualitas maupun kuantitas (Kodoatie,

    2002).

    Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka

    kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu (Lukmanul Hakim, 2010):

    a)  Syarat fisik: air harus bersih dan tidak keruh, tidak berwarna,

    tidak berbau dan tidak berasa, suhu antara 10°-25° C (sejuk).

     b)  Syarat kimiawi: tidak mengandung bahan kimiawi yang

    mengandung racun, tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan, cukup yodium, pH air antara 6,5-9,2 39. 

    c) 

    Syarat bakteriologi: tidak mengandung kuman-kuman penyakit

    seperti disentri, kolera dan bakteri patogen penyebab penyakit. 

    4)  Pengelolaan sampah

    Sampah adalah sesuatu yang sudah tidak dapat digunakan lagi, tidak

    terpakai, tidak disenangi dan sesuatu yang sudah dibuang yang berasal dari

    aktifitas manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya ( American Public Health

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    18/22

     

    25

     Association, 1976). Sampah adalah limbah yang bersifat padat yang berasal dari

    zat organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola

    agar tidak menganggu lingkungan (Tri Nalarsih, 2007).

    Pengelolaan sampah atau limbah padat pada dasarnya dibagi menjadi dua

    sistem, yaitu sistem on-site dan  off-site (Istiawan, 1996). Sistem on-site yaitu

     pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masing-masing sumber dan umumnya

     pada lokasi masing-masing sumber, baik dengan cara dibakar, ditimbun, dan

    didaur-ulang. Sistem off-site  yaitu pengelolaan sampah yang dilakukan oleh

    sumber pada lokasi tertentu dan mempunyai jarak yang cukup jauh.

    5)  Pengolahan air limbah

    Kriteria air limbah domestik yang berasal dari pusat permukiman dan non

     permukiman antara lain:

    a) Air mandi, air cucian, air dapur merupakan air limbah grey water  

     b) Air jamban/water closet  (WC) merupakan air limbah black water  

    Kriteria pengumpulan dan pengaliran air limbah dibedakan menjadi: (1)

    sistem sanitasi terpusat (off site system) dimana air limbah yang dikumpulkan dari

    sambungan rumah adalah dari air mandi, cuci, dapur dan jamban. Pengumpulan

    air limbah domestik dari sambungan rumah dialirkan ke pipa pengumpul dengan

    kecepatan aliran minimum 0,6 m/det dan maksimum 3 m/det. Air limbah dari pipa

     pengumpul dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL); (2) sistem

    sanitasi setempat (on site system) dimana pengumpulan air limbah ( Black Water )

    melalui kakus ke bangunan tangki septik dan cubluk. Pengaliran air limbah ( grey

    water ) langsung ke saluran drainase kota, atau diresapkan ke tanah.

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    19/22

     

    26

    Pengumpulan/penyedotan lumpur tinja dengan truk tinja untuk dibawa ke Instalasi

    Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).

    2.3.3  Infrastruktur permukiman kumuh

    UN Habitat (2008) mendefinisikan rumah tangga kumuh sebagai suatu

    tempat/rumah yang dihuni oleh sekelompok orang, dan tidak memiliki satu atau

    lebih dari lima kondisi yaitu, rumah dari bahan permanen di lokasi yang tidak

    rawan bencana, area huni yang layak, akses ke air bersih, akses ke sanitasi yang

    layak, serta kepemilikan lahan yang aman dan legal. Dari sekian indikator yang

    disebutkan diatas, infrastruktur merupakan salah satu dari indikator suatu hunian

    dapat dikatakan kumuh.

    Perbaikan prasarana permukiman kumuh yang ada merupakan prioritas

    utama pada kebijakan fisik dalam upaya memperbaiki rona sebuah permukiman.

    Di dalam kompleks permukiman kumuh pada umumnya prasarana permukiman

    kumuh dalam kondisi yang sangat jelek sehingga memerlukan perbaikan dengan

    tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Beberapa prasarana

     permukiman yang menjadi prioritas untuk perbaikan antara lain (Sabari Yunus,

    2008):

    1)  Jaringan sanitasi

    Jaringan sanitasi yang sangat memerlukan perbaikan adalah saluran

     pembuangan air limbah cair yang kondisinya sangat memprihatinkan. Kemiskinan

    yang mendera penduduk permukiman kumuh ini, mereka tidak mampu membuat

    tempat pembuangan air besar di dalam rumah sehingga dalam beberapa hal

    terlihat adanya pemanfaatan saluran pembuangan limbah cair digunakan untuk

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    20/22

     

    27

     buang air besar. Kondisi seperti ini akan akan sangat rentan terhadap pengendapan

    dan penyumbatan yang nantinya akan mengakibatkan banjir pada saat musim

    hujan.

    2)  Jaringan air minum

    Jaringan air minum dapat dikatakan tidak ada dan sebagian besar penduduk

    membeli air bersih dari pedagang air keliling. Pengadaan jejaring perpiaan air

    minum merupakan hal seharusnya menjadi prioritas untuk dibangun karena

    merupakan kebutuhan vital penduduk.

    3)  Mandi cuci kakus (MCK)

    Demikian pula halnya dengan pengadaan fasilitas MCK yang sangat

    menyedihkan keadaannya. Walaupun mereka merupakan penduduk miskin,

    namun sebagai warga kota dalam permukiman legal mempunyai hak yang sama

    untuk menikmati fasilitas yang dibangun oleh pemerintah. Pengadaan fasilitas

    MCK diharapkan berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat dan

     produktivitas kerja dan kemudian diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan

     penghuninya.

    4)  Jalur pendekat

    Jalur pendekat dalam hal ini dimaksudkan adalah jalan lingkungan yang

    kondisi pada umumnya sangat sempit (±1,5 meter) 

     berkelok-kelok yang

    diistilahkan sebagai jalan tikus dan sangat menghambat mobilitas penduduk dan

     barang.

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    21/22

     

    28

    5)  Jaringan pelistrikan

    Jaringan pelistrikan di dalam kompleks permukiman kumuh memang

    memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh karena sangat rentan memicu

    timbulnya hubungan arus pendek yang dapat menimbulkan kebakaran.pada

    umumnya jejaring pelistrikan internal dikembangkan oleh pemilik bangunan

    sendiri sehingga tidak memenuhi persyaratan teknik dan keselamatan (Sabari

    Yunus, 2008).

    2.4  Model Penelitian

    Model penelitian merupakan suatu tahapan yang harus dilakukan dalam

    suatu penelitian karena dapat dipergunakan sebagai kerangka kerja atau pola pikir

    dalam penelitian. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa permasalahan pada

    infrastruktur permukiman kumuh di Denpasar Barat yang kurang layak atau tidak

    memadai. Berdasarkan pada latar belakang tersebut kemudian dilakukan langkah

     berikutnya yaitu menentukan bagian-bagian dari infrastruktur yang akan diteliti

    yaitu, infrastruktur jaringan jalan, jaringan air bersih, pengelolaan limbah, serta

    sarana MCK. Setelah itu dirumuskan fokus-fokus permasalahan dari infrastruktur

    tersebut yang terdiri dari kondisi infrastruktur, proses pengadaan, pihak-pihak

    terkait, serta faktor-faktor pengaruh kondisi dan pengadaan infrastruktur tersebut.

  • 8/19/2019 unud-894-109855777-2. bab ii

    22/22

     

    29

    Gambar 2.2 Diagram model penelitian

    Fenomena Infrastruktur

     pada permukiman kumuh di Denpasar Barat

    INFRASTRUKTURPERMUKIMAN KUMUH

    DI KECAMATAN

    DENPASAR BARAT

    LANDASAN TEORI1. Permukiman kumuh

    2. Infrastruktur permukiman

    3. Infrastruktur permukiman

    kumuh

    KASUS 1

    KASUS 2

    KASUS 3

    Jaringan jalan

    Jaringan air bersih

    Pengelolaan limbah

    Sarana MCK

    Proses pengadaan

    Faktor-faktor yang

    mempengaruhi

    Pihak yang terlibat

    Kondisi eksisting

    infrastruktur