II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

19
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Menurut Ristono (2009) persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi, dan persediaan barang jadi. Menurut Alexandri (2009) persediaan adalah suatu aktiva yang melipiti barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Persediaan merupakan suatu model yang umum digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha pengendalian bahan baku maupun barang jadi dalam suatu aktifitas perusahaan. Ciri khas dari model persediaan adalah solusi optimalnya difokuskan untuk menjamin persediaan dengan biaya yang serendah rendahnya, Ristono (2009). Menurut Assauri (1999) pengertian persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang barang milik perusahaan dengan maksud untuk di jual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Pada dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan

Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persediaan

Menurut Ristono (2009) persediaan adalah barang-barang yang disimpan

untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan

terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi, dan persediaan

barang jadi.

Menurut Alexandri (2009) persediaan adalah suatu aktiva yang melipiti

barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau

proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya

dalam suatu proses produksi.

Persediaan merupakan suatu model yang umum digunakan untuk

menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha pengendalian bahan baku maupun

barang jadi dalam suatu aktifitas perusahaan. Ciri khas dari model persediaan adalah

solusi optimalnya difokuskan untuk menjamin persediaan dengan biaya yang

serendah rendahnya, Ristono (2009).

Menurut Assauri (1999) pengertian persediaan adalah suatu aktiva yang

meliputi barang barang milik perusahaan dengan maksud untuk di jual dalam suatu

periode usaha yang normal, atau persediaan barang barang yang masih dalam

pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu

penggunaannya dalam suatu proses produksi. Pada dasarnya persediaan

mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

7

secara berturut turut untuk memproduksi barang serta selanjutnya menyampaikan

pada konsumen. Adapun alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan

sebagai berikut.

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan yang dibutuhkan

perusahaan,

2. Untuk menumpuk bahan bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat

digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran,

3. Memberikan pelayanan kepada pelanggan sebaik baiknya dimana keinginan

pelanggan pada suatu waktu dapa dipenuhi atau memberikan jaminan tetap ter

4. sediannya barang tersebut.

2.1.1 Fungsi-fungsi persediaan

Menurut Rangkuti (2007) fungsi-fungsi persediaan sebagai berikut.

1. Fungsi Decouping

Fungsi decouping adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat

memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada pemasok. Persediaan ini

diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat

diperkirakan atau diramalkan disebut (Fluktuation stock).

2. Fungsi Economic Lot Sizing

Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan

atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dengan

frekuensi pemesanan yang lebih sedikit, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena

perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

8

dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang,

investasi, resiko dan sebagainya).

3. Fungsi Antisipasi

Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat

diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu

permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan

musiman (sensasional inventories).

Di samping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka

waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode tertentu.

Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan

pengaman (safety stock/ inventories).

2.1.2 Alasan timbulnya persediaan

Menurut Schroeder (1995) empat alasan untuk mengadakan persediaan.

1. Untuk berlindung dari ketidakpastian. Dalam sistem sediaan, terdapat

ketidakpastian dalam pemasokan, permintaan dan tenggang waktu pesanan. Stok

pengaman dipertahankan dalam sediaan untuk berlindung dari ketidakpastian

tersebut.

2. Untuk memungkinkan produksi dan pembelian ekonomis. Sering lebih ekonomis

untuk memproduksi bahan dalam jumlah besar. Dalam kasus ini, sejumlah besar

barang dapat diproduksi dalam periode waktu yang pendek, dan kemudian tidak

ada produksi selanjutnya yang dilakukan sampai jumlah tersebut hampir habis.

3. Untuk mengatasi perubahan yang diantisipasi dalam permintaan dan penawaran.

Ada beberapa tipe situasi dimana perubahan dalam permintaan atau penawaran

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

9

dapat diantisipasi. salah satu kasus adalah dimana harga atau ketersediaan bahan

baku diperkirakan untuk berubah. Sumber lain antisipasi adalah promosi pasar

yang direncanakan dimana sejumlah besar barang jadi dapat disediakan sebelum

dijual. Akhirnya perusahaan-perusahaan dalam usaha musiman sering

mengantisipasi permintaan untuk memperlancar pekerjaan.

4. Menyediakan untuk transit. Sediaan dalam perjalanan (transit inventories) terdiri

dari bahan yang berada dalam perjalanan dari satu titik ke titik yang lainnya.

Sediaan-sediaan ini dipengaruhi oleh keputusan lokasi pabrik dan pilihan alat

angkut. Secara teknis, sediaan yang bergerak antara tahap-tahap produksi,

walaupun didalam satu pabrik, juga dapat digolongkan sebagai sediaan dalam

perjalanan. Kadang-kadang, sediaan dalam perjalanan disebut sediaan pipa

saluran karena ini berada dalam pipa saluran distribusi.

2.1.3 Peran persediaan

Menurut Rangkuti (2007) persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku

sampai barang jadi, memiliki peran sebagai berikut.

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang.

2. Menghilangkan resiko barang yang rusak.

3. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan

4. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

5. Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya bagi konsumen.

2.1.4 Biaya-biaya persediaan

Menurut Syamsuddin (2002) yang termasuk dalam biaya persediaan pada

adalah sebagai berikut.

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

10

1. Biaya pemesanan (ordering cost)

Biaya-biaya pemesanan ini akan semakin kecil dengan semakin besarnya

kuantitas barang yang dipesan dalam setiap kali pemesanan karena hal ini berarti

semakin sedikitnya frekuensi pemesanan.

Adapun yang termasuk dalam biaya pemesanan ini adalah.

a. Biaya-biaya administrasi dan pembuatan surat pemesanan,

b. Biaya-biaya pembuatan laporan penerimaan barang,

c. Biaya-biaya pengiriman dan pembuatan check untuk pembayaran

d. Biaya-biaya auditing dari pembayaran dilakukan.

2. Biaya penyimpanan (carrying cost)

Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang berubah sesuai dengan

perubahan nilai persediaan dimana perhitungannya dinyatakan dalam persentase dari

nilai rata-rata persediaan. Biaya ini akan semakin besar dengan bertambah besarnya

nilai persediaan. Adapun biaya-biaya yang termasuk dalam kategori biaya

penyimpanan adalah sebagai berikut.

a. Biaya sewa gudang

b. Biaya asuransi

c. Biaya perawatan gudang

Menurut Rangkuti (2007) biaya-biaya persediaan yang harus dipertimbangkan

adalah sebagai berikut.

1. Biaya Penyimpanan (Holding Cost/Carring cost)

Holding cost terdiri dari biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan

kuantitas persediaan, biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

11

kuantitas bahan yang dipesan semangkin banyak atau rata-rata persediaan

semangkin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan antara

lain.

a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,pendingin ruangan,

dan sebagainya).

b. Biaya modal (Opportunity cost of capital), yaitu alternatif pendapatan atas dana

yang di investasikan dalam persediaan.

c. Biaya keusangan.

d. Biaya perhitungan fisik

e. Biaya asuransi persediaan

f. Biaya pajak persediaan

g. Biaya pencuriaan, pengerusakan atau perampokan

h. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya.

2. Biaya pemesanan atau pembeliaan (ordering cost atau procrunement cost).

Biaya –biaya ini meliputi.

a. Pemroresan pesanan dan biaya ekspedisi

b. Upah

c. Biaya telpon

d. Pengeluaran surat-menyurat

e. Biaya pengepakan dan penimbangan

f. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan

g. Biaya pengiriman ke gudang

h. Biaya utang lancar dan sebagainya.

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

12

Pada umumnya, biaya per pesanan (di luar biaya bahan dan potongan

kuantitas) tidak naik bila kuantitas pesanan bertambah besar, tetapi apabila semakin

banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun,

maka biaya pemesanan total akan turun. Biaya pemesanan total per periode (tahunan)

sama dengan jumlah pesananan yang dilakukan tiap periode dikalikan biaya yang

harus dikeluarkan setiap kali pesan.

3. Biaya penyiapan (manufacturing) atau set-up cost. Hal ini terjadi apabila bahan-

bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri “dalam pabrik” perusahaan, perusahaan

menghadapi biaya penyiapan (set-up cost) untuk memproduksi komponen tertentu.

Biaya- biaya ini terdiri dari.

a. Biaya mesin menganggur

b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung

c. Biaya penjadwalan

d. Biaya ekspedisi

4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs), adalah biaya yang timbul

apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya- biaya yang

termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut.

a. Kehilangan penjualan

b. Kehilangan pelanggan

c. Biaya pemesanan khusus

d. Biaya ekspedisi

e. Selisih harga

f. Terganggunya operasi

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

13

g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial

Biaya kekurangan bahan sulit diukur, terutama karena kenyataannya biaya ini

merupakan oppurtunity cost yang sulit diperkirakan secara objektif.

2.1.5 Faktor faktor yang mempengaruhi persediaan

Menurut Ahyari (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan

baku ada beberapa macam. Dalam hal ini faktor-faktor tersebut akan saling

berkaitan, sehingga secara bersama-sama akan mempengaruhi persediaan bahan

baku. Adapun faktor-faktor yang dimaksud sebagai berikut.

1. Perkiraan Pemakaian

Perkiraan kebutuhan bahan baku ini merupakan perkiraan tentang berapa

besar/jumlahnya bahan baku yang akan dipergunakan oleh perusahaan untuk

keperluan proses produksi pada periode yang akan datang.

2. Harga bahan baku

Harga bahan baku ini merupakan penyusunan perhitungan barapa besar

danaperusahaan yang harus disediakan untuk investasi dalam persediaan bahan

baku ini.

3. Biaya-biaya persediaan

Di dalam perhitungan biaya persediaan ini dikenal ada dua tipe biaya, yaitu

biaya- biaya yang semakin besar dengan semakin besarnya rata-rata persediaan,

serta biaya yang justru semakin kecil dengan semakin besarnya rata-rata

persediaan.

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

14

4. Kebijakan pembelian

Seberapa besar persediaan bahan baku akan mendapatkan dana dari perusahaan

akan tergantung kepada kebijaksanaan pembelanjaan dari dalam perusahaan

tersebut, dan juga apakah dana yang disediakan tersebut cukup untuk pembayaran

semua bahan yang diperlukan perusahaan, ataukah hanya sebagian saja.

5. Pemakaian senyatanya

Seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta

bagaimana hubungannya dengan perkiraan pemakaiannya yang telah disusun

harus senantiasa dianalisa. Dengan demikian maka akan dapat disusun perkiraan

kebutuhan bahan baku mendekati kepada kenyataan.

6. Waktu tunggu

Waktu tunggu (lead time) adalah merupakan tenggang waktu yang diperlukan

(yang terjadi) antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku

itu sendiri. Waktu tunggu ini sangat perlu untuk diperhatikan oleh karena hal ini

sangat erat hubungannya dengan penentuan saat pemesanan kembali (re order).

2.2 Pengawasan

Pengawasan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengendalian atas kegiatan

yang telah dan sedang dilakukan, agar kegiatan kegiatan tersebut dapat sesuai dengan

apa yang diharapkan atau yang telah di rencanakan. Pengawasan juga dimaksudkan

untuk memastikan apakah pekerjaan produksi akan mencapai hasil yang memuaskan

dengan tujuan perusahaan yang telah ditentukan semula, Assauri (1999).

Adapun penerapan pengawasan dengan cara pengawasan fisik terhadap

persediaan barang menurut Ahyari (1999) adalah sebagai berikut.

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

15

a. setelah bahan baku diterima, pada umumnya segera dimasukkan kedalam gudang

fasilitas penyimpanan bahan baku

b. penulisan identitas yang jelas bagi masing-masing gudang dan isinya untuk

mencegah terjadinya kekeliruan atau pencampuran bahan baku

c. pembungkusan/pengepakan yang cukup baik agar tidak terjadi kerusakan selama

masa tunggu

d. pengadaan bahan untuk mencegah terjadinya penungguan yang tidak merata

e. mengadakan pemeriksaan gudang atau perhitungan fisik (stock opname) secara

berkala, misalnya sebulan sekali atau akhir periode.

2.3 Pentingnya pengawasan persediaan

Pengertian Pengawasan persediaan menurut assauri (1999) adalah suatu

kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan parts, bahan baku,

dan barang hasil atau produk, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran

produksi dan penjulan serta kebutuhan kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan

efektif dan efisien.

Menurut Assauri (1999) untuk dapat mengatur suatu tingkat persediaan yang

optimum yang dapat memenuhi kebutuhan dalam jumlah, mutu, dan pada waktu yang

tepat serta jumlah biaya yang rendah seperti yang diharapkan, maka diperlukan suatu

sistem pengawasan persediaan yang harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai

berikut.

1. Terdapatnya gudang yang cukup luas dan teratur

2. Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang yang dapat dipercaya,

terutama penjaga gudang

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

16

3. Suatu sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan/barang.

4. Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan/barang.

5. Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukan jumlah yang dipesan, yang

dibagikan/dikeluarkan dan yang tersedia dalam gudang.

6. Pemeriksaan fisik barang/jasa secara langsung

7. Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah dikeluarkan.

8. Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin.

2.4 Pengertian Bahan Baku

Menurut Mulyadi (2005) bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian

menyeluruh dari produk jadi. Dalam sebuah perusahaan bahan baku dan bahan

penolong memiliki arti yang sangat penting, karena menjadi modal terjadinya proses

produksi sampai hasil produksi.

Pengelompokan bahan baku dan bahan penolong bertujuan untuk

pengendalian bahan dan pembebanan biaya ke harga pokok produksi. Pengendalian

bahan diprioritaskan pada bahan yang nilainya relatif tinggi yaitu bahan baku.

2.5 Tanaman Koro Pedang

Tanaman koro pedang (Canavalia ensiformis) mempunyai bentuk daun

trifoliat dengan panjang tangkai daun tujuh sampai dengan sepuluh cm, dengan lebar

daun sekitar sepuluh cm, tinggi tanaman dapat mencapai satu meter. Bunga berwarna

kuning, tumbuh pada ketiak/buku cabang. Bunga termasuk bunga majemuk dan

berbunga mulai umur dua hingga tiga bulan. Polong dalam satu tangkai berkisar satu

sampai tiga polong. Panjang polong 30 cm dan lebarnya 3,5 cm, polong muda

berwarna hijau dan polong tua berwarna kuning jerami. Biji berwarna putih dan

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

17

tanaman koro dapat dipanen pada sembilan sampai duabelas bulan, namun terdapat

varietas berumur genjah umur empat sampai enam bulan (Anonim, 2008).

Tanaman koro pedang dapat tumbuh hingga ketinggian 2000 mdpl, tumbuh

baik pada suhu rata – rata antara 14 – 27 derajat celcius di lahan tadah hujan atau

12 – 32 derajat celcius di daerah tropic dataran rendah. Koro pedang dapat tumbuh

dan berbiji dengan baik pada lahan kering di musim kemarau karena tanaman ini

memiliki sistem perakaran yang kuat. Pertumbuhan koro pedang akan optimal jika

mendapatkan sinar matahari penuh, namun pada kondisi ternaungi masih mampu

menghasilkan biji dengan baik (Anonim, 2008). Kacang koro pedang

(Canavalia ensiformis) memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan produk

pangan atau sebagai sumber protein nabati karena mengandung karbohidrat sebesar

55% dan protein sebesar 24% (Augustine, 2010).

2.6 Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Menurut Prawirosentono (2001) arti dari perencanaan dan pengendalian bahan

baku adalah suatu kegiatan memperkirakan kebutuhan persediaan bahan baku, baik

secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara keseluruhan diartikan sebagai upaya

menentukan besarnya tingkat persediaan dan mengendalikannya dengan efisien dan

efektif.

Untuk menentukan pengendalian persediaan bahan baku yang efektif maka

diperlukan tujuan perencanaan yang efektif pula dan merupakan kegiatan

pengendalian (Controlling). Adapun tujuan perencanaan bahan baku adalah.

1. Agar jumlah persediaan bahan yang tersedia tidak terlalu banyak, artinya dalam

jumlah yang cukup efesiensi dan efektif.

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

18

2. Operasi perusahaan khususnya proses produksi dapat berjalan secara efesiensi dan

efektif.

3. Implikasi penyediaan bahan yang efesiensi demi untuk kelancaran proses

produksi, berarti harus disediakan investasi sejumlah modal dalam jumlah yang

memadai.

Untuk mengatur tingkat persediaan dalam jumlah, mutu dan waktu yang tepat.

Maka diperlukan pengendalian persediaan bahan yang efektif dan efesien.

2.6.1 Metode economic order quantitiy (EOQ)

Menurut Riyanto (2001) economic order quantitiy (EOQ) adalah jumlah

kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau sering

dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Dari pengertian diatas dapat

ditegaskan bahwa EOQ bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah yang paling

ekonomis dalam setiap kali pemesanan sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh bahan tersebut adalah yang paling rendah. Dalam model ini

mempertimbangkan biaya-biaya operasi maupun biaya-biaya finansial serta

menentukan kuantitas pemesanan yang akan meminimumkan biaya-biaya persediaan

secara keseluruhan (Syamsuddin, 2002).

Menurut Riyanto (2001) besarnya EOQ dapat ditentukan dengan rumus

sebagai berikut.

Dimana :

EOQ = Jumlah pemesanan bahan baku yang ekonomis(kg)

R = Jumlah kebutuhan bahan baku (kg) per periode

S = Biaya pemesanan tiap kali pesan (Rp)

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

19

P = Harga bahan baku per kg (Rp)

I = Biaya penyimpanan yang dinyatakan

sebagai suatu persentase dari persediaan rata – rata

Metode EOQ dapat digunakan apabila asumsi di bawah ini dipenuhi. Adapun

asumsi tersebut sebagai berikut (Rangkuti, 2007).

1. Tingkat permintaan adalah konstan, berulang ulang dan diketahui

2. Tenggang waktu pemesanan konstan dan diketahui

3. Tidak diperbolehkan adanya kehabisan persediaan

4. Biaya pemesanan setiap unit adalah konstan

5. Biaya satuan unit adalah konstan

Apabila asumsi asumsi diatas terpenuhi maka metode EOQ akan dapat membantu

perusahaan dalam menentukan jumlah pemesanan yang paling ekonomis.

2.6.2 Menentukan persediaan penyelamat (safety stock)

Menurut Assauri (1999) yang dimaksud dengan persediaan penyelamat

(safety stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau

menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out). Persediaan

pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau

menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (Rangkuti, 2007).

Oleh karena itu persediaan penyelamat dimaksudkan untuk menghindari

kemungkinan kekurangan bahan maka persediaan penyelamat merupakan perkiraan

cadangan untuk menjamin kelancaran produksi perusahaan.

2.6.3 Menentukan titik pemesanan kembali (reorder point)

Menurut Assauri (1999) ROP adalah suatu titik dimana perusahaan harus

melakukan pemesanan kembali apabila persediaan bahan yang terdapat didalam

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

20

perusahaan telah mencapai titik tertentu. ROP dapat terjadi apabila jumlah persediaan

yang terdapat dalam stok berkurang terus. Dengan demikian perusahaan harus

menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus

dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan.

Sedangkan menurut Riyanto (2001) Dalam ROP jarak waktu pemesanan

antara satu pesanan dengan pesanan lain tidaklah sama, tergantung pada fluktuasi

penggunaan persediaan dan fluktuasi waktu antara kapan perusahaan melakukan

pemesanan sampai bahan-bahan yang dipesan diterima digudang perusahaan(yang

disebut lead time). Titik pemesanan kembali sering juga disebut dengan reorder point

dengan demikian Reorder Point ialah saat atau titik dimana harus diadakan pesanan

lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan itu

tepat pada waktu dimana persediaan diatas safety stock sama dengan nol.

2.6.4 Menentukan jumlah persediaan maksimum (maximum inventory)

Persediaan maksimum merupakan jumlah persediaan yang paling besar yang

harus dimiliki oleh perusahaan. Batas maksimum ini terkadang tidak didasarkan atas

pertimbangan efisiensi dan efektifitas kegiatan perusahaan.

Menurut Assauri (1999) dalam menentukan jumlah persediaan dari persediaan

maksimum (maximum inventory) yaitu dengan cara menjumlahkan antara EOQ

dengan persediaan penyelamat.

2.6.5 Total biaya persediaan (total inventory cost)

Dalam mengadakan persediaan bahan baku, perusahaan harus mengeluarkan

biaya untuk keperluan persediaan bahan baku tersebut. Adapun biaya persediaan

bahan baku tersebut terdiri atas.

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

21

Biaya persediaan untuk pembelian bahan baku yang terdiri atas total biaya pemesanan

dan total biaya penyimpanan.

Untuk menentukan biaya ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Ahyari,

1999)

TIC = 𝑐 ×𝑇 ×𝑞

2+

𝑅 ×𝑜

𝑞

Di mana:

TIC = Total Inventory Cost

R = Jumlah kebutuhan bahan baku selama satu Periode (Kg)

o = Biaya pesan untuk setiap pemesanan (Rp)

c = Tarif biaya penyimpanan per unit tiap periode (Rp)

T = Periode penyimpanan (1 tahun)

q = Jumlah pemesanan setiap kali pesan (Kg)

2.7 Kerangka Pemikiran Teoritis

Bagi perusahaan, khususnya perusahaan industri mengadakan persediaan

bahan baku secara terencana merupakan hal yang sangat penting guna menghadapi

persaingan yang ketat. Bermasalahnya persediaan bahan baku akan berdampak pada

kelancaran proses produksi dan tujuan perusahaan untuk mencapai kentungan yang

salah satunya ditentukan oleh persediaan bahan baku, oleh karena itu perusahaan

memerlukan pengendaliaan persediaan bahan baku yang diharapkan dapat

meminimalkan permasalahan mengenai bahan baku yang berlebih ataupun

kekurangan sehingga pada tahap produksi perusahaan dapat melakukan proses

produksi dengan efektif.

Bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan

keberhasilan jalannya proses produksi suatu perusahaan. Jika jumlah bahan baku

tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan maka akan menyebabkan ketidaklancaran

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

22

proses produksi, sehingga output yang diperoleh tidak maksimal. Jumlah bahan baku

yang terlalu banyak akan menyebabkan biaya persediaan yang terlalu besar, begitu

pula dengan jumlah bahan baku yang terlalu sedikit tidak dapat mencukupi kebutuhan

untuk proses produksi. Setiap perusahaan selalu dihadapkan pada persoalan tentang

bagaimana mengefisiensikan biaya produksinya agar dapat tercapai jumlah produksi

yang maksimal. Biaya pengelolaan bahan baku atau biaya persediaan merupakan

salah satu dari jenis biaya produksi yang jumlahnya cukup besar, sehingga diperlukan

adanya pengendalian persediaan bahan baku (Veronica, 2013).

Analisis persediaan bahan baku pada penelitian ini dilakukan pada UD Arjuna

Bali, selanjutnya akan diketahui identifikasi sistem persediaan bahan baku yang

terdiri dari tiga variabel diantaranya pemakaian bahan baku (perkiraan dan

senyatanya), biaya persediaan (biaya simpan dan biaya pesan) dan Lead time, setelah

tiga variabel tersebut diketahui maka total biaya aktual dan total biaya normatif dapat

dihitung. Total biaya aktual adalah total biaya yang dikeluarkan perusahaan sebelum

melakukan analisis, sedangkan total biaya normatif adalah total biaya yang

dikeluarkan perusahaan setelah dilakukan sebuah analisis persediaan bahan baku.

Adapun penghitungan total biaya normatif terhadap persediaan bahan baku

meliputi, penghitungan jumlah pemesanan ekonomis, menentukan persediaan

penyelamat, menentukan titik pemesanan kembali, menentukan jumlah persediaan

maksimal dan menentukan besarnya biaya dalam persediaan. Kemudian setelah total

biaya aktual dan normatif diketahui maka akan dihitung selisih antara total biaya

aktual dan total biaya normatif yang hasilnya merupakan efisiensi biaya yang dapat

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

23

direkomendasikan untuk UD Arjuna Bali apabila menerapkan analisis EOQ dalam

penyediaan bahan baku.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis persediaan bahan baku kacang

koro pada UD Arjuna Bali dan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan

pertimbangan bagi perusahaan dalam efisiensi pengeluaran biaya persediaan, untuk

lebih memperjelas gambaran mengenai penelitian yang akan dilakukan, dapat dilihat

bagan alur pemikiran penelitian yang akan dilakukan pada Gambar 2.1.

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan - UNUD

24

.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis Analisis Persediaan Bahan Baku Kacang Koro Pedang

Pada UD Arjuna Bali

Biaya Persediaan

Biaya Simpan

Biaya Pesan

Pemakaian bahan

baku (perkiraan

dan senyatanya)

Lead Time

Total Biaya

Aktual

Analisis Persediaan Bahan Baku

Perhitungan terhadap persediaan bahan

baku:

1. Economic Order quantity (EOQ)

2. Safety Stock (SS)

3. Reorder Point (ROP)

4. Maximum Inventory (MI)

5. Total Inventory Cost (TIC)

Biaya Normatif

Efisiensi Biaya

Rekomendasi

UD Arjuna Bali

Identifikasi Sistem Persediaan Bahan Baku