ROADMAP - UNUD

47

Transcript of ROADMAP - UNUD

Page 1: ROADMAP - UNUD
Page 2: ROADMAP - UNUD

ROADMAP USAHA MIKRO KECIL MENENGAH DAN KOPERASI

(UMKM-K) PROVINSI BALI 2016-2020

Nomor SPK : 074/2311/PLP.EKBANG______ 914/UN.14.1.12/KS.00.00/2015 Tanggal : 07 April 2015

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

Jln. Jenderal Sudirman Denpasar, 80232, Telp. 224133, 241930, Fax. 241930 Kampus Bukit Jimbaran

Telp. (0361) 701810, Fax. (0361) 701810, e-mail: [email protected]

PEMERINTAH PROVINSI BALI

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Basuki Rahmat, Telp. (0361) 224671, Fax. (0361) 236037

DENPASAR – BALI (Kode Pos: 80235) Website : www.baliprov.go.id

Page 3: ROADMAP - UNUD

i

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................. 8

BAB II KERANGKA MAKROEKONOMI, LANDASAN HUKUM

UMKM DAN KOPERASI DAN KEBIJAKAN .......................... 9

2.1 Kondisi Perekonomian Nasional ....................................... 9

2.2 Kondisi Perekonomian Daerah ............................................... 12

2.3 Dasar Hukum Umkm Dan Koperasi ....................................... 16

2.4 Kebijakan Yang Terkait Dengan UMKM dan Koperasi ........ 17

2.4.1 Penjabaran Nawa Cita dan Program Aksi Presiden

untuk Periode 2015-2019............................................ 17

2.4.2 Sasaran dan Penjabaran Peningkatan Daya Saing

Koperasi dan UMKM dalam RPJMN 20013-2018 .... 19

2.4.3 Visi dan Misi UMKM dan Koperasi Provinsi Bali..... 20

BAB III KONDISI UMKM DAN KOPERASI DAERAH ......................... 21

3.1 Pertumbuhan Kelembagaan dan Usaha Koperasi ................... 21

3.2 Pertumbuhan Kelembagaan UMKM ...................................... 23

BAB IV ANALISIS SWOT ......................................................................... 25

4.1 Kekuatan (Strength) ................................................................ 25

4.2 Kelemahan (Weakness) .......................................................... 26

4.3 Peluang (Opportunity) ........................................................... 28

4.4 Tantangan dan Ancaman (Threat) ......................................... 30

BAB V ROADMAP UMKM DAN KOPERASI ....................................... 33

BAB VI DUKUNGAN DAN SINERGI LINTAS SEKTORAL ................. 35

6.1 Dukungan dan Sinergisitas ..................................................... 35

6.2 Dukungan Kelembagaan......................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 37

Page 4: ROADMAP - UNUD

ii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Kriteria Asset dan Omset UMKM ......................................................... 4

1.2 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (Umkm) Dan

Usaha Besar (UB) Tahun 2010-2011 ...................................................... 6

2.1 Kontribusi Masing-masing Sektor PDB Indonesia Berdasarkan ADHB

Tahun 2012-2014 .................................................................................... 9

2.2 PDB Berdasarkan ADHB dan AHDK Tahun 2000, Laju Pertumbuhan

Ekonomi dan Kontribusi Tahun 2012 -2014 ........................................... 10

2.3 Konstribusi lapangan Usaha Terhadap Pembentukan PDRB di Bali

Menurut Harga Belaku Tahun 2010-2013 ............................................. 14

2.4 Perubahan Jumlah Orang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

Tahun 2010-2014 ................................................................................... 16

2.5 Penjabaran Nawa Cita dan Program Aksi Kabinet Kerja 2014-2019 ..... 25

3.1 Pertumbuhan Kelembagaan UMKM Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

Tahun 2010-2014 .................................................................................... 24

Page 5: ROADMAP - UNUD

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Empat Pilar Cetak Biru MEA ................................................................. 5

2.1 Laju Pertumbuhan Perekonomian Bali dan Nasional ............................. 13

3.1 Pertumbuhan Kelembagaan Koperasi Tahun 2010-2013 ....................... 21

3.2 Pertumbuhan Usaha Koperasi Tahun 2010-2013 ................................... 22

3.3 Pertumbuhan kelembagaan UMKM di Provinsi Bali Tahun 2010-

2014 ......................................................................................................... 23

6.1 Dukungan dan Sinergisitas ...................................................................... 35

6.2 Dukungan Kelembagaan UMKM dan Koperasi ..................................... 36

Page 6: ROADMAP - UNUD

1

ROADMAP USAHA MIKRO KECIL MENENGAH DAN KOPERASI

(UMKM-K) PROVINSI BALI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Usaha Mikro kecil dan menengah merupakan sektor usaha yang telah terbukti

berperan strategis atau penting dalam mengatasi akibat dan dampak dari krisis ekonomi

yang pernah melanda bangsa Indonesia seperti krisis ekonomi tahun 1997. Di sisi lain, juga

telah mampu memberikan kontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Kedudukan yang strategis ini, kalau dilihat dari sektor usaha tersebut juga karena sektor ini

mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan usaha besar/menengah. Keunggulan-

keunggulan sektor ini antara lain kemampuan menyerap tenaga kerja dan menggunakan

sumberdaya lokal, serta usahanya relatif bersifat fleksibel, sehingga krisis ekonomi

menjadi momentum penting berbaliknya ayunan pendulum dari dominasi sektor usaha

besar menuju meningkatnya peran UMKM. Sektor UMKM ternyata lebih tangguh

menghadapi krisis dan mampu menyelamatkan ekonomi Indonesia serta menjadi

dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. UMKM juga merupakan sumber

kehidupan sosial dan ekonomi dari sebagian besar rakyat Indonesia yang mampu menyerap

tenaga kerja dalam jumlah yang besar

Secara legal formal sistem perekonomian Indonesia disusun berdasarkan pada

UUD 1945 pada Pasal 33 ayat (1) yang berbunyi: ”Perekonomian disusun sebagai usaha

bersama berdasar atas azas kekeluargaan” dan ayat (4) amandemen yang menyebutkan:

”Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip

kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian

serta dengan menjaga keseimbangan, kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”. Selaras

dengan itu, kebijakan yang berpihak (affirmative policy) terhadap Koperasi dan UMKM,

telah menjadi harapan yang berkembang luas di tengah tumbuhnya kesadaran dan

perhatian masyarakat terhadap nasib ekonomi rakyat. Oleh karena itu, selain pertumbuhan

dan stabilitas ekonomi, aspek penting yang menjadi agenda besar dalam proses

pembangunan ekonomi hari ini dan ke depan adalah kemandirian ekonomi nasional dan

pemerataan pembangunan yang berkeadilan.

Page 7: ROADMAP - UNUD

2

Namun dalam implementasinya dari Pasal 33 UUD 1945 sepanjang perjalanan

bangsa telah mengalami pasang surut sesuai dengan persepsi, interpretasi dan kondisi

sosial politik dan pengaruh globalisasi. Pada era orde baru menggunakan pendekatan

akselerasi pertumbuhan ekonomi yang diintegrasikan dengan keamanan dan pemerataan,

yang sering dikenal dengan trilogi pembangunan. Kebijakan ini melahirkan perusahaan-

perusahaan besar dan konglomerasi yang bergerak dalam berbagai sektor usaha dan tidak

sedikit di antara mereka menguasai aktivitas usaha dari hulu hingga hilir.

Di sisi lain usaha mikro kecil menegah (UMKM) yang merupakan representasi dari

pelaku ekonomi rakyat, berdasarkan data Kementrian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah

(2012) jumlah usaha mikro 55.856.176 (98,79%) dan usaha kecil 629.418 (1,11%)

sehingga total UMKM mencapai 56.485.594 unit usaha atau 99,89 % dari seluruh pelaku

usaha nasional, sedangkan usaha menengah jumlahnya 48.997 (0,09%) dan usaha besar

4.968 (0,01%). Realita menunjukkan bahwa perlakuan dan perhatian pemerintah tidak

sebanding dengan fasilitas dan kemudahan yang diberikan kepada para pelaku usaha besar.

Oleh karena itu kesan yang muncul adalah marjinalisasi terhadap Koperasi dan UMKM

dan berdasarkan perbandingan jumlah UMKM dan jumlah usaha besar maka kontribusi

UMKM terhadap pembentukan Product Domestic Brutto (PDB) menjadi rendah, dimana

55.856.176 UMKM miliki kontribusi sebesar Rp 1.451.460,2 Milyar (57,48 %) dan 48.997

usaha besar miliki kontribusi sebesar Rp 1.073.660,1 milyar (42,52%), atas dasar harga

berlaku.

Salah satu peran penting dari sektor UMKM dalam perekonomian nasional adalah

kemampuannya menciptakan lapangan kerja yang sangat besar mencapai 107.657.509

orang (97,16%) dari total pelaku usaha dan berdasarkan jumlah unit usaha dan tenaga kerja

UMKM maka pelaku usaha merupakan pelaku usaha yang mandiri yang dilaksanakan oleh

1-2 orang tenaga kerja per unit (tenaga kerja/unit usaha UMK = 1,7 orang/unit usaha).

Peran ini bisa dipastikan akan memiliki nilai strategis manakala masalahnya dikaitkan

dengan persoalan cukup pelik yang sejak lama dihadapi bangsa Indonesia dan tidak pernah

kunjung terselesaikan oleh pemerintah, yakni pengangguran dan kemiskinan. Oleh

karenanya, apabila seluruh komponen bangsa utamanya pemerintah tidak melakukan upaya

yang sungguh-sungguh dalam mengembangkan sektor koperasi dan UMKM, maka dapat

dipastikan akan menjadi permasalahan sosial yang serius menjadi beban pemerintah dan

masyarakat Indonesia.

Page 8: ROADMAP - UNUD

3

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop dan UKM) Anak Agung

Gede Puspayoga menargetkan dalam lima tahun ke depan jumlah entrepreneurship atau

wirausahawan di Indonesia mencapai 2% dari jumlah total penduduk Indonesia.

Menurutnya jumlah pengusaha di Indonesia saat ini baru sekitar 1,65% atau jauh di bawah

negara tetangga seperti Singapura yang mencapai 7%, Malaysia 5% dan Thailand 3%.

“Jumlah penduduk Indonesia mencapai lebih dari 200 juta jiwa, di mana idealnya dari

jumlah itu jumlah entrepreneur kita minimal 2%,” kata Anak Agung Gede Agung dalam

Gerakan Kewirausahaan Nasional di Universitas Brawijaya (UB) Malang, Sabtu

(7/3/2015) (http://www.depkop.go.id, diakses 25-4-2015). Data BPS, Januari 2014,

menyebutkan UMKM menyerap tidak kurang 107 juta orang yang terlibat secara produktif

di sektor ini (Firmanzah, Antisipasi Efek Perlambatan Ekonomi Global,

http://nasional.sindonews.com)

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (UMKM), dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Pengertian UMKM

a) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha

perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini.

b) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan

atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang

memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

c) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan

jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini.

Page 9: ROADMAP - UNUD

4

2. Kriteria

Tabel 1.1

Kiteria Asset dan Omset UMKM

No Uraian Kitreria

Asset Omset

1 Usaha Mikro Max 50 Jt Max 300 jt

2 Usaha Kecil > 50 jt-500 jt > 300 jt-2,5 M

3 Usaha Menengah > 500 jt-10 M > 2,5 M-50 M

Pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi namun demikian, Koperasi,

Usaha Mikro, Kecil terbukti dapat menyelamatkan perekonomian nasional dari krisis yang

cukup hebat, dan sekaligus motor penggerak utama ekonomi rakyat Indonesia. Animo

masyarakat untuk berusaha melalui bentuk usaha Koperasi nampaknya juga semakin besar,

hal tersebut dapat ditunjukkan secara kuantitatif berdasarkan Data Kementerian Koperasi

dan UMKM hingga saat ini jumlah koperasi telah mencapai angka 209.488 Unit dalam

aneka usaha (pertanian, perikanan, peternakan, industri kecil, perdagangan, jasa dan

keuangan) dengan jumlah modal sendiri Rp 105,8 triliun, volume usaha Rp 189,85 triliun

dan jumlah SHU 14,98 triliun. Pada tahun 2013, UMKM mampu memberikan kontribusi

signifikan terhadap pembentukan Product Domestic Bruto (PDB) Nasional, yaitu sebesar

57,56%. Demikian pula kontribusi UMKM terhadap total nilai ekspor nasional mencapai

15,68% (http://www.sindotrijaya.com/news/detail/9160/kemenkop-ukm-targetkan-capai-

sasaran-nawa-cita#.VXrI0UYavCA diakses 12-6 -2015), UMKM juga telah teruji sebagai

kelompok usaha yang memiliki daya responsif, fleksibilitas, dan adaptasi yang luar biasa

terhadap berbagai perubahan pasar.

UMKM merupakan usaha milik masyarakat kebanyakan, para pelaku usaha

Koperasi dan UMKM tidak terlepas dari perubahan lingkungan bisnis, terutama dalam

waktu dekat, berlakunya kerjasama ASEAN yaitu Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

pada tanggal 31 Desember 2015 mendatang, maka akan terjadi pasar bebas, yaitu aliran

barang dan jasa, modal, tenaga kerja dan investasi di antara sesama negara ASEAN. Dalam

era informasi seperti saat ini, proses perubahan dunia secara global dan kerjasama ekonomi

kawasan dirasakan sangat dasyat dan tidak dapat dielakkan. Indonesia sendiri telah

Page 10: ROADMAP - UNUD

5

menandatangani kesepakatan dalam beberapa kali KTT Asean oleh karena itu siap tidak

siap Indonesia harus mengikuti arus Asean Economic Community (AEC). Adanya MEA

dan globalisasi baik CAFTA dan AFTA tentu ada tantangan, namun demikian akan

terbuka berbagai peluang dan Indonesia harus siap menghadapinya. Hal ini juga didukung

kondisi makro melalui beberapa indikator, antara lain (1) keberhasilan pembangunan

ekonomi Indonesia terbukti telah membawa Indonesia ke dalam kelompok G20; (2) pada

tahun 2012, Indonesia menjadi negara terbesar ke-16 dibandingkan sebelumnya pada tahun

2005 masih berada diperingkat ke-26 dunia; (3) berdasarkan data World Economic Forum

(WEF), Indonesia berada diperingkat ke-38 dari 144 negara untuk Global Competiveness

Index (GCI) 2013-2014. Selain itu, berdasarkan World Investment Report dari UNCTAD

Tahun 2013 Indonesia masuk peringkat ke-4 negara yang mempunyai prospektus ekonomi

tahun 2013-2015 (http://www.sindotrijaya.com/news/ detail/9160/kemenkop-ukm-

targetkan-capai-sasaran-nawa-cita#.VXrI0UYavCA diakses 12-6-2015). Ada 4 (empat)

pilar cetak biru MEA.

Gambar 1.1

Empat Pilar Cetak Biru MEA

Page 11: ROADMAP - UNUD

6

Dengan empat pilar tersebut, maka UMKM dan Koperasi di Indonesia harus

menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa dalam menghadapi MEA. Dengan semangat

nasionalisme dengan tetap mengedepankan profesionalisme para pelaku Koperasi dan

UMKM harus tetap berkembang sesuai dengan perkembangan, adapun perkembangan

UMKM di Indonesia seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 1.2

Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB)

Tahun 2010-2011

JUMLAH PANGSA (%) JUMLAH PANGSA (%) JUMLAH (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 UNIT USAHA (A+B) (Unit) 53.828.569 55.211.396 1.382.827 2,57

A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Unit) 54.114.821 100,53 55.206.444 99,99 1.091.623 2,02

- Usaha Mikro (UMi) (Unit) 53.504.416 99,40 54.559.969 98,82 1.055.553 1,97

- Usaha Kecil (UK) (Unit) 568.397 1,06 602.195 1,09 33.798 5,95

- Usaha Menengah(UM) (Unit) 42.008 0,08 44.280 0,08 2.272 5,41

B. Usaha Besar (UB) (Unit) 5.150 0,01 4.952 0,01 (198) (3,84)

2 TENAGA KERJA (A+B) (Orang) 100.991.962 104.613.681 3.621.719 3,59

A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Orang) 98.238.913 97,27 101.722.458 97,24 3.483.545 3,55

- Usaha Mikro (UMi) (Orang) 91.729.384 90,83 94.957.797 90,77 3.228.413 3,52

- Usaha Kecil (UK) (Orang) 3.768.885 3,73 3.919.992 3,75 151.107 4,01

- Usaha Menengah(UM) (orang) 2.740.644 2,71 2.844.669 2,72 104.025 3,80

B. Usaha Besar (UB) (Orang) 2.753.049 2,73 2.891.224 2,76 138.175 5,02

3 PDB ATAS DASAR HARGA BERLAKU (A+B) (Rp. Milyar) 6.068.762,8 7.445.344,6 1.376.581,8 22,68

A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Rp. Milyar) 3.411.574,7 56,22 4.321.830,0 58,05 910.255,3 26,68

- Usaha Mikro (UMi) (Rp. Milyar) 2.011.544,2 33,15 2.579.388,4 34,64 567.844,2 28,23

- Usaha Kecil (UK) (Rp. Milyar) 596.884,4 9,84 740.271,3 9,94 143.386,9 24,02

- Usaha Menengah(UM) (Rp. Milyar) 803.146,0 13,23 1.002.170,3 13,46 199.024,2 24,78

B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar) 2.657.188,1 43,78 3.123.514,6 41,95 466.326,5 17,55

4 PDB ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (A+B) (Rp. Milyar) 2.217.947,0 2.377.110,0 159.163,0 7,18

A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Rp. Milyar) 1.282.571,8 57,83 1.369.326,0 57,60 86.754,2 6,76

- Usaha Mikro (UMi) (Rp. Milyar) 719.070,2 32,42 7.612.288,0 32,02 42.158,6 5,86

- Usaha Kecil (UK) (Rp. Milyar) 239.111,4 10,78 261.315,8 10,99 22.204,4 9,29

- Usaha Menengah(UM) (Rp. Milyar) 324.390,2 14,63 346.781,4 14,59 22.391,2 6,90

B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar) 935.375,2 42,17 1.007.784,0 42,40 72.408,8 7,74

5 TOTAL EKSPOR NON MIGAS (A+B) (Rp. Milyar) 1.112.719,9 1.140.451,1 27.731,2 2,49

A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Rp. Milyar) 175.894,9 15,81 187.441,8 16,44 11.546,9 6,56

- Usaha Mikro (UMi) (Rp. Milyar) 16.687,5 1,50 17.249,3 1,51 561,8 3,37

- Usaha Kecil (UK) (Rp. Milyar) 38.001,0 3,42 39.311,7 3,45 1.310,7 3,45

- Usaha Menengah(UM) (Rp. Milyar) 121.206,4 10,89 130.880,8 11,48 9.674,4 7,98

B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar) 936.825,0 84,19 953.009,3 83,56 16.184,3 1,73

6 INVESTASI ATAS DASAR HARGA BERLAKU (A+B) (Rp. Milyar) 1.923.437,2 1.982.721,2 592.840,0 3,08

A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Rp. Milyar) 927.117,5 48,20 992.205,2 50,04 65.087,7 7,02

- Usaha Mikro (UMi) (Rp. Milyar) 150.784,4 7,84 155.182,6 7,83 4.398,2 2,92

- Usaha Kecil (UK) (Rp. Milyar) 343.048,9 17,84 355.305,9 17,92 12.257,0 3,57

- Usaha Menengah(UM) (Rp. Milyar) 433.284,2 22,53 481.716,7 24,30 484.326,0 11,18

B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar) 996.319,7 51,80 990.516,0 49,96 (5.803,7) (0,58)

7 INVESTASI ATAS OASAR HARGA KONSTAN 2000 (A+B) (Rp. Milyar) 511.248,0 531.342,6 20.094,7 3,93

A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Rp. Milyar) 247.139,5 45,34 260.934,8 49,11 13.795,3 5,58

- Usaha Mikro (UMi) (Rp. Milyar) 42.240,1 8,26 42.351,3 7,97 111,2 0,26

- Usaha Kecil (UK) (Rp. Milyar) 93.856,6 18,36 94.779,4 17,84 922,8 0,98

- Usaha Menengah(UM) (Rp. Milyar) 111.042,8 21,72 123.804,1 23,30 12.761,3 11,49

B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar) 264.108,5 51,66 270.407,9 50,89 6.299,4 2,39Keterangan: Sumber Data:

*) Angka Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2010

Kementerian Koperasi dan UKM (diolah) Tahun 2011

TAHUN 2011 *)PERKEMBANGAN TAHUN

2010-2011NO INDIKATOR SATUANTAHUN 2010

Page 12: ROADMAP - UNUD

7

Kendati Bali sama sekali tidak memiliki sumber minyak dan gas bumi (migas),

namun perekonomian Bali banyak didukung oleh sektor pertanian, pariwisata dan sektor

jasa-jasa sebagai pendukung pariwisata, serta ekonomi kreatif dan UMKM yang

merupakan multiplier effect dari pesatnya pertumbuhan pariwisata. Ekonomi Bali yang

dominan dipengaruhi oleh kinerja pariwisata, tentu tidak terlepas dari peranan sektor

industri pengolahan, terutama industri kerajinan sebagai pendukung kemajuan

kepariwisataan di Bali. Kinerja ekonomi Bali banyak disokong oleh keberadaan

usaha/perusahaan UMKM. Produk hasil kerajinan maupun olahan yang dipasarkan para

pelaku usaha/perusahaan UMKM di Bali sangat mengandalkan kedatangan wisatawan baik

wisatan asing maupun wisatawan domestik. Saat ini, sudah cukup banyak produk kerajinan

Bali yang dapat diproduksi oleh perusahaan/usaha UMKM. Lihat saja, tren Pasar Oleh-

Oleh Bali yang tidak pernah sepi dari pengunjung domestik. Hal ini mengindikasikan

bahwa kerajinan Bali sangat diminati kalangan konsumen domestik, terlebih dengan cukup

prospektifnya pasar dalam negeri. Di samping pasar domestik, produk yang dihasilkan

usaha/perusahaan UMKM Bali juga sangat diminati kalangan wisatawan mancanegara

(wisman) yang berkunjung ke Bali. Sekedar gambaran, berdasarkan hasil Sensus Ekonomi

tahun 2006, Bali hingga kini memiliki usaha/perusahaan yang bergelut di UMKM

sebanyak 83.052 unit atau 21,92 persen dari total jenis usaha sebanyak 378.798 unit yang

tersebar di delapan kabupaten dan satu kota di provinsi ini. Jika diklasifikasikan

berdasarkan jumlah tenaga kerja yang ada, maka jumlah industri mikro (jumlah tenaga

kerja 1-4 orang) sebanyak 76.553 unit usaha dan jumlah industri kecil (jumlah tenaga kerja

5-19 orang) sebanyak 6.493 unit usaha. Seluruh kegiatan IMK ini mampu menyerap tenaga

kerja sebanyak 174,9 ribu orang atau sebesar 17,89 persen dari tenaga kerja yang ada di

Provinsi Bali (Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 44/08/51/Th. IV, 1 Agustus 2013).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Koperasi dan UMKM, jumlah UMKM tahun

2014 sebanyak 265,558 unit yang terdiri dari industri formal dan informal, yang tersebar di

delapan Kabupaten dan satu Kota di Provinsi Bali, dari jumlah tersebut 61,648 unit adalah

industri formal, sedangkan industri informal sebanyak 203,910 unit. Dari jumlah tersebut

34,56% berada di Kabupaten Gianyar yang merupakan jumlah terbesar bila dibandingkan

dengan Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Bali, sedangkan jumlah Koperasi yang ada di

Provinsi Bali sampai dengan tahun 2014 sebanyak 4.836 unit yang terdiri dari 4,803 unit

Koperasi Primer dan 33 Koperasi Sekunder. Dilihat dari perkembangannya koperasi

primer mengalami pertumbuhan 3.53% pertahunnya, sedangkan koperasi sekunder

Page 13: ROADMAP - UNUD

8

pertumbuhannya stagnan. Dari jumlah tersebut jumlah anggota juga mengalami

pertumbuhan pertahunnya rata-rata 3,85%, ditahun 2014 pertumbuhannya sebesar 4,90%.

Hal ini sangat mengembirakan karena sebagian besar masyarakat sudah mulai menyadari

pentingnya koperasi sebagai penggerak ekonomi masyarakat yang terbawah, di mana

kondisi ini terlihat dari jumlah modal sendiri di tahun 2014 mengalami peningkatan

sebesar 10,57% dari tahun 2013. Sehingga dengan demikian akan menyebabkan asset yang

dimiliki juga mengalami meningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 27,64% dari

tahun 2013. Sedangkan perkembangan tenaga kerja yang diserap di tahun 2014 sebesar

4,61%, yang mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2013 mampu

menyerap tenaga kerja sebesar 7,74%. Dengan melihat perkembangan Koperasi di Bali

tahun 2014 cukup mengembirakan dari tahun-tahun sebelumnya, hal ini sesuai dengan apa

yang diamanatkan pada pasal 33 UUD 45, sebagai soko guru perekonomian bangsa.

1.2 Maksud dan Tujuan

Roadmap UMKM dan Koperasi tahun 2015-2020 ini merupakan acuan bagi

pemangku kepentingan dalam upaya meningkatkan peranan UMKM dan Koperasi secara

lebih terintegrasi, sinergis, efektif, dan efisien untuk meningkatkan perekonomian

masyarakat Bali menuju persaingan global.

Page 14: ROADMAP - UNUD

9

BAB II

KERANGKA MAKROEKONOMI, LANDASAN HUKUM

UMKM DAN KOPERASI SERTA KEBIJAKAN

2.1 Kondisi Perekonomian Nasional

Struktur ekonomi dapat diartikan sebagai komposisi peranan masing-masing sektor

dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam

sektor primer, sekunder dan tersier. Gambaran kondisi struktur ekonomi Indonesia dapat

dilihat melalui kontribusi setiap sektor ekonomi terhadap pembentukan PDB. Struktur

ekonomi dikatakan berubah apabila kontribusi/pangsa PDB dari sektor ekonomi yang

mulanya dominan digantikan oleh sektor ekonomi lain, seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1

Kontribusi Masing-masing Sektor PDB Indonesia Berdasarkan ADHB

Tahun 2012-2014

LAPANGAN USAHA 2012 2013* 2014**

1. PERTANIAN, PETERNAKAN, 14.50 14.42 14.33

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 11.81 11.29 10.49

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 23.96 23.69 23.71

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 0.76 0.77 0.80

5. B A N G U N A N 10.26 9.98 10.05

6. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 6.67 6.99 7.39

7. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 7.27 7.52 7.65

8. JASA-JASA 10.81 11.01 10.98

PRODUK DOMESTIK BRUTO 100.0 100.0 100.0

PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 92.21 92.65 93.03

* Angka sementara

** Angka sangat sementara

Sumber: http://www.bps.go.id

Selama tahun 2012-2014, sektor yang terlihat cenderung meningkat pangsanya

terhadap PDB adalah sektor tersier, sedangkan sektor primer terus mengalami penurunan

dan sekunder mengalami fluktuasi. Tahun 2012 sektor primer berkontribusi terhadap PDB

sebesar 26.31 persen turun menjadi 24.82 persen di tahun 2014 dan sektor sekunder tahun

2012 berkontribusi sebesar 34,98 persen dan mengalami penurunan di tahun 2013 menjadi

34,45 persen, namun di tahun 2014 sektor sekunder meningkat menjadi 34,57 persen.

Sektor yang tidak pernah mengalami penuruan salami tiga haun terakhir ini adalah sektor

Page 15: ROADMAP - UNUD

10

tersier, yaitu di tahun 2012 kontribusi terhadap PDB sebesar 38,71 persen meningkat

menjadi menjadi 40,61 persen tahun 2014.

Jika kita lihat dari hasil analisis deskriptif di atas, maka dapat ditarik sebuah

kesimpulan bahwa telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Indonesia selama tahun

2012-2014. Peran sektor primer telah digeser oleh sektor tersier dan sekunder. Sampai

tahun 2014 peran sektor primer masih berada di bawah sektor tersier dan sekunder. Hal ini

menunjukan bahwa proses transformasi struktur ekonomi Indonesia telah menuju ke arah

industrialisasi, dimana peran sektor primer mulai digantikan oleh peran sektor lainnya,

terutama sektor tersier yang mengalami peningkatan kontribusi cukup besar dan signifikan

hampir di tiap tahun dibanding sektor lainnya.

Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga konstan 2000 pada

tahun 2014 mencapai Rp 2.909.181,5 milyar, naik Rp 290.249,50 milyar dibandingkan

tahun 2012 (Rp 2.618.932,0 milyar). Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun

2014 mencapai Rp 8.230.925,9 milyar, naik Rp 1.864.003 milyar dibandingkan tahun 2012

(Rp 8.230.925,9 milyar).

Tabel 2.2

PDB Berdasarkan ADHB dan AHDK Tahun 2000,

Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi

Tahun 2012 -2014

Laju

PertumbuhanKontribusi

2012 2013* 2014** 2012 2013* 2014**

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. PERTANIAN, PETERNAKAN, 1,193,452.9 1,310,427.3 1,446,722.3 328,279.7 339,560.8 350,722.2 3.29 14.33

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 972,458.4 1,026,297.0 1,058,750.2 193,139.2 195,853.2 195,425.0 -0.22 10.49

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,972,523.6 2,152,802.8 2,394,004.9 670,190.6 707,481.7 741,835.7 4.86 23.71

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 62,271.6 70,339.6 81,131.0 670,190.6 707,481.7 741,835.7 5.50 0.80

5. B A N G U N A N 844,090.9 907,267.0 1,014,540.8 170,884.8 182,117.9 194,093.4 6.58 10.05

6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 1,148,791.0 1,301,175.0 1,473,559.7 473,152.6 501,040.6 524,309.5 4.64 14.60

7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 549,105.4 635,302.9 745,648.2 265,383.7 291,404.0 318,527.9 9.31 7.39

8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 598,433.3 682,973.2 771,961.5 253,000.4 272,141.6 288,351.0 5.96 7.65

9. JASA - JASA 889,798.8 1,000,691.7 1,108,610.3 244,807.0 258,198.4 273,493.3 5.92 10.98

PRODUK DOMESTIK BRUTO 8,230,925.9 9,087,276.5 10,094,928.9 2,618,932.0 2,769,053.0 2,909,181.5 5.06 100.00

PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 7,589,809.0 8,419,133.9 9,391,537.3 2,481,790.3 2,635,612.6 2,779,064.0 5.44 93.03

Catatan:

* Angka Sementara

** Angka Sangat Sementara

ADHB (Milyar Rupiah) ADHK (Milyar Rupiah)LAPANGAN USAHA

2014**

Catatan:

* Angka Sementara

** Angka Sangat Sementara

Sumber: http://www.bps.go.id

Page 16: ROADMAP - UNUD

11

Ekonomi Indonesia tumbuh 5,06% pada 2014 dan merupakan pertumbuhan

ekonomi paling lambat dalam lima tahun, Angka itu turun jika dibandingkan dengan

5,78% pada 2013 dan merupakan tingkat terlemah sejak 2009 yang merupakan puncak dari

krisis finansial global. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan

Komunikasi yang mencapai 9,31 persen, diikuti oleh Sektor bangunan tumbuh sebesar

6,58 persen dan sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 5,96 persen, jasa

tumbuh 5,92 persen, sedangkan sektor pertanian hanya tumbuh sebesar 3,29 persen.

Sektor yang mengalami pertumbuhan minus adalah sektor pertambangan dan penggalian

sebesar 0,22 persen

Lambatnya pertumbuhan perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun terakhir

seiring dengan menurunnya harga-harga ekspor komoditi utama. Ekspor tidak banyak

berubah pada 2014, sedangkan ketidakpastian politik juga membuat investasi asing

menahan diri. Penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) memberi dampak kepada

inflasi, sehingga harga barang dan jasa di dalam negeri menjadi tidak stabil walaupun

dampak tersebut diperkirakan bersifat sementara. Dilain pihak dengan penyesuaian subsidi

BBM dapat menghemat fiskal berjumlah lebih dari Rp 100 Triliun kini memberikan ruang

kepada Pemerintah untuk menambah belanja publik bagi sektor-sektor yang prioritas. Di

tengah laju pertumbuhan ekonomi yang makin melambat, masyarakat Indonesia bisa

sedikit tersenyum. Pendapatan per kapita masyarakat Indonesia mengalami kenaikan

menjadi Rp 41,81 juta sepanjang 2014.

Walaupun laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang makin melambat, masyarakat

Indonesia bisa sedikit tersenyum. Pendapatan per kapita masyarakat Indonesia mengalami

kenaikan menjadi Rp 41,81 juta sepanjang 2014, dimana pendapatan per kapita tahun lalu

(tahun 2013) mengalami kenaikan sekitar Rp 3,53 juta atau sebesar Rp 38,28 juta per

tahun, namun jika dikonversikan kepada dolar AS, pendapatan per kapita masyarakat

Indonesia justru terlihat menurun, ini disebabkan oleh kurs dollar terhadap rupiah

mengalami kenaikan. Setiap warga Indonesia tercatat hanya mengantongi perdapatan US$

3.531,45 pada tahun 2014. Angka ini lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar US$

3.669,75. Bahkan dibandingkan dua tahun sebelumnya, angka pendapatan per kapita ini

terus menurun. Pada 2012, PDB per kapita tercatat sebesar US$ 3.751,38 per tahun

(http://www.dream.co.id/dinar/pendapatan-penduduk-indonesia-rp-41-jutatahun-

150205t.html). Walaupun terjadi penurunan pendapatan perkapita bila dihitung dengan

nilai dollar, diharapkan masyarakat Indonesia mengkonsumsi produk-produk buatan dalam

Page 17: ROADMAP - UNUD

12

negeri, sehingga multiplier effeknya tidak terjadi di luar negeri. Namun dalam era

globalisasi, sulit membedakan mana produk-produk murni buatan dalam negeri dan luar

negeri, karena dalam ekonomi global produknya yang dihasilkan oleh suatu negara tidak

seratus persen komponennya negara tersebut yang memproduksinya. Dalam globalisasi

siapa yang memproduksi barang dan jasa secara effisien maka negara tersebut akan

memenangkan persaingan. Karena persaingan yang sangat ketat antar negara atau biasa

disebut dengan persaingan global.

Persaingan global sendiri merupakan suatu bentuk kompetisi tingkat dunia dimana

setiap negara berhak untuk ikut bersaing tanpa dibatasi oleh wilayah. Pada tahun 2015 ini

dimulailah persaingan bebas antara negara-negara anggota ASEAN yang disebut dengan

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dengan adanya MEA ini memungkinkan negara-

negara anggota ASEAN akan dapat dengan mudah menjual barang dan jasa di wilayah

Asia Tenggara, sehingga persaingan tentunya akan lebih ketat. Tidak hanya membuka arus

barang atau jasa, tetapi MEA juga membuka pasar tenaga-tenaga yang professional di

bidangnya. Secara normatif Indonesia mempunyai beberapa unggulan dalam menghadapi

globalisasi, antara lain;

1) Penduduk yang sangat besar merupakan potensi sebagai sumber daya manusia yang

bisa mengasilkan berbagai macam produk untuk bersaing apabila digunakan secara

maksimal;

2) Sumber daya alam yang berlimpah apabila ini dimanfaatkan secara maksimal,

maka akan menjadi sumber devisa.

2.2 Kondisi Perekonomian Daerah

Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata dunia yang memiliki potensi

keindahan alam serta keunikan budaya dan kehidupan sosial masyarakatnya. Sektor

pariwisata menjadi sektor andalan perekonomian Bali, sekaligus menjadi barometer bagi

kemajuan pariwisata Indonesia. Kinerja perekonomian Bali selama periode 2006-2013

cukup baik, terlihat dari besarnya PDRB yang tumbuh dengan laju rata-rata 5,94 persen

sama dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Besarnya PDRB Provinsi Bali turut

berkontribusi sebesar 2,12 persen terhadap pembentukan PDRB Jawa Bali, dan

menyumbang sebesar 1,25 persen terhadap pembentukan PDB nasional.

Page 18: ROADMAP - UNUD

13

Gambar. 2.1

Laju Pertumbuhan Perekonomian Bali dan Nasional

(Sumber : Bappenas)

Struktur perekonomian Provinsi Bali didominasi sektor perdagangan, hotel,

restauran yang menyumbang 29,89 persen dalam PDRB, diikuti oleh sektor pertanian dan

jasa-jasa (Tabel 2.3). Sektor perdagangan, hotel, dan restauran juga menjadi pendorong

utama pertumbuhan wilayah Di Bali. Perkembangan pariwisata di Bali terlihat pada

meningkatnya pendapatan yang dihasilkan pada sekor perdagangan, hotel, dan restauran,

yaitu dalam bentuk pengeluaran untuk akomodasi, konsumsi makananm angkutan wisata,

dan jasa-jasa lainnya. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan di Bali menciptakan

dampak langsung terhadap sektor perdagangan, hotel, dan restauran sehingga

meningkatkan PDRB wilayah. Secara struktural pertumbuhan sektor tersier di Bali lebih

tinggi daripada sektor primer dan sekunder, untuk industri pengolahan baru mampu

berkontribusi rata-rata sebesar 9,91%, seperti terlihat pada tabel berikut.

Page 19: ROADMAP - UNUD

14

Tabel 2.3

Konstribusi Lapangan Usaha Terhadap Pembentukan PDRB di Bali

Menurut Harga Berlaku Tahun 2010-2013

LAPANGAN USAHA 2010 2011 2012 2013

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan

Perikanan 18,01 17,21 16,84 16,82

2 Pertambangan dan Penggalian 0,7 0,74 0,79 0,8

3 Industri Pengolahan 9,16 8,92 8,9 8,72

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,88 1,93 2,03 2,08

5 Bangunan 4,52 4,65 5,18 5,14

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 30,06 30,67 30,23 29,89

7 Pengangkutan dan Komunikasi 14,41 14,44 14,65 14,25

8 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 6,87 6,79 6,75 6,74

9 Jasa-jasa 14,4 14,67 14,63 15,56

Produk Domestik Regional Bruto 100 100 100 100

Sumber :http://bali.bps.go.id (diolah)

Tingginya konstribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran selama periode 2010-

2013 memang merupakan hal yang mengembirakan namun juga memiliki kelemahan.

Kelemahan dari sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah rawan atas ancaman

keamanan dan politik. Seperti hal nya yang pernah terjadi pasca Bom Bali satu dan Bom

Bali dua serta pasca dan penyerabaran flu burung, sehingga menyebabkan pertumbuhan

ekonomi Bali mengalami penurunan. Sedangkan di tahun 2014 Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 156,45 triliun, dengan tingkat

pertumbuhannya sebesar 6,72 persen lebih tinggi dibanding tahun 2013 sebesar 6,69

persen (Berita statistik Provinsi Bali, No. 13/02/51/Th. IX, 5 Februari 2015). Dan PDRB

perkapita berdasarkan harga berlaku tahun 2014 mencapai Rp 38,11 juta.

Di antara sektor-sektor tradable (dapat diperdagangkan antardaerah), sektor

pertanian memiliki peranan penting. Berdasarkan analisis location quotion (LQ), sektor

perekonomian di Bali yang merupakan sektor basis daerah antara lain pertanian (LQ =

1,48), perdagangan, hotel, dan restaurant (LQ = 1,78), pengangkutan dan komunikasi

(LQ = 1,09), serta jasa (LQ = 1,54) (Perkembangan Pembangunan Provinsi Bali 2014,

simreg.bappenas.go.id/view/publikasi/). Hal ini menunjukkan Provinsi Bali memiliki

proportional share lebih besar dari rata-rata daerah lain untuk sektor-sektor tersebut.

Hal lain yang perlu dikembangkan adalah sektor industri pengolahan di Provinsi

Bali, terutama industri pengolahan makanan. Berdasarkan Berita Resmi Statistik Provinsi

Page 20: ROADMAP - UNUD

15

Bali No. 13/02/51/Th. IX, 5 Februari 2015 menyatakan bahwa penyediaan akomodasi dan

makan minuman memberikan kontribusi yang paling besar bila dibandingkan sektor

lainnya yaitu sebesar 21,53 persen di tahun 2013, sedangkan di tahun 2014 mencapai 23,08

persen, ini berarti sektor industri pengolahan berpeluang besar untuk dikembangkan di Bali

sebagai pendukung pariwisata.

Ada dua alasan yang mendukung hal tersebut. Pertama, sektor pertanian primer

memiliki elastisitas permintaan yang rendah terhadap pendapatan. Hal ini ditunjukkan

dengan relatif bertahannya kinerja pertumbuhan sektor pertanian di masa krisis, namun

ketika situasi ekonomi membaik dan pendapatan masyarakat meningkat permintaan

terhadap komoditas pertanian tidak meningkat dengan proporsi yang sama. Berbeda halnya

dengan permintaan terhadap produk pengolahan, yang sangat elastis terhadap peningkatan

pendapatan. Kedua, sektor industri pengolahan sangat potensial dalam menciptakan nilai

tambah, mendorong perkembangan sektor-sektor lain (multiplier effect), dan menciptakan

lapangan kerja.

Selama periode 2010-2014 sektor perekonomian yang menyerap tenaga kerja

signifikan adalah sektor industri pengolahan, bangunan, serta perdagangan hotel dan

restauran Peningkatan terbesar pada perubahan jumlah orang yang bekerja di Provinsi Bali

adalah pada perdagangan hotel dan restauran Ke depan, sektor industri pengolahan dapat

dikembangkan lagi sehingga mampu menyerap angkatan kerja baru dan menyerap tenaga

kerja yang menumpuk di sektor bangunan yang kurang produktif (Perkembangan

Pembangunan Provinsi Bali 2014, simreg.bappenas.go.id/view/publikasi/), pengembangan

industri pengolahan ini berbasis ekonomi pedesaan atau UMKM dan Koperasi, sebgai

perekonomian masyarakat yang tingkat di daerah pedesaan

Page 21: ROADMAP - UNUD

16

Tabel 2.4

Perubahan Jumlah Orang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

Tahun 2010-2014

2.3 Dasar Hukum UMKM dan Koperasi

1) Undang-Undang Nornor 25 Tahun 1992 tentang Pekoperasian.

2) PP Nomor 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akta

Pendirian dan Perubanan Anggaran Dasar Koperasi.

3) PP Nomor 17 Tahun 1994 tentang Perubahan Koperasi oleh Pemerintah.

4) PP Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh

Koperasi

5) Inpres No. 4 Tahun 1995 Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan

Kewirausahaan.

6) PP Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan

7) PP Nomor 33 Tahun 1998 tentang Modal Penyertaan pada Koperasi

8) Inpres RI Nomor 18 tahun 1998, tentang Peningkatan Pembinaan dan

Pengembangan Perkoperasian.

9) Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor

98/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Notaris sebagai Pembuat Akte Koperasi.

10) Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor

123/Kep/M.KUKM/X/2004 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan dalam

rangka Pengesahan Akte Pendirian Koperasi, PAD, dan Pembubaran Koperasi pada

Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Page 22: ROADMAP - UNUD

17

11) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah Pasal 19.

12) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

13) PP No. 41 Tahun 2011 Tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan

Pemuda, serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan.

14) PP No. 17 Tahun 2013 Pelaksanaan UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah Pasal 8.

15) UU No. 4 Tahun 2009 Kepemudaan.

16) PP No. 60 Tahun 2013 Susunan, Organisasi Personalia dan Mekanisme Kerja

Lembaga Permodalan Kewirausahaan Pemuda (LPKP).

17) Perpres No. 27 Tahun 2013 Pengembangan Inkubator Wirausaha Peraturan

Pemerintah No. 17 Tahun 2013 tentang pelaksanaan UU No. 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

2.4 Kebijakan Yang Terkait Dengan UMKM dan Koperasi

2.4.1 Penjabaran Nawa Cita dan Program Aksi Presiden untuk Periode 2015-2019

Program Kerja Kabinet Kerja melanjutkan program pembangunan untuk

mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, dengan meningkatkan pemerataan dan

pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan Visi Tri Sakti dan Misi Nawa Cita dapat menjadikan

landasan dalam merumuskan kebijakan. Rencana dan program serta kegiatan pemberdayan

Koperasi dan UMKM, Kementerian Koperasi dan UMKM mendapat mandat dalam

menjabarkan misi ke-6 dan ke-7 Nawa Cita dalam Kabinet Kerja 2014-2019 adapun

penjabaran Nawa Cita dan Program Aksi dijabarkan sebagai berikut.

Page 23: ROADMAP - UNUD

18

Tabel 2.5

Penjabaran Nawa Cita dan Program Aksi

Kabinet Kerja 2014-2019

Strategi Rencana Tindak NAWA CITA

Peningkatan Kwalitas

SDM

Pengembangan kewirausahaan

yang didukung penguatan

kebijakan kewirausahaan dan pol

pengembangan kewirausahaan

Peningkatan akses ke pelatihan

dan layanan usaha terpadu (quick

wins)

Pemgembangan kewirausahaan

soisial

(6) Meningkatkan Produktivitas

rakyat dan daya saing di

pasar

Penimngkatan akses

pembiayaan dan

perluasan skema

pembiayaan

Pengembangan lembaga

pembiayaan/Bank pertanian,

UMKM dan Koperasi

Perluasan skema pembiayaan

(terutama non bank) dan fasilitas

akses pembiayaan, kredit ratin,

penjamin, sertifikasi tanah, dll

Advokasi pembiayaan

Penguatan Koperasi sebagai

pengelola SRG (quik wins)

(7) Mewujudkan kemandirian

ekonomi dengan

menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik

Peningkatan nilai

tambah produk dan

jangkauan pemasaran

Peningkatan kualitas dan

divertifikasi produk berbasis rantai

nilai dan keunggulan lokal

Peningkatan penerapan standarisasi

produk dan sertifikasi

Revitalisasi pasar tradisional (quick

wins)

Pengembangan traiding house

(quick wins)

(6) Meningkatkan produktivitas

rakyat daya saing di pasar

internasional

Penguatan kelembagaan

Pengembangan kemitraan investasi

Peningkatan peran Koperasi dalam

pemnguatan system bisnis

pertanian, sentra dan klaster

(7) Mewujudkan kemandirian

ekonomi dengan

menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik

Peningkatan

kemudahan, kepastian

dan perlindungan

hukum

Harmonisasi dan penyederhanaan

jenis dan prosedur perizinan

sektoral dan daerah

System registrasi UMKM secara

online (quick wins)

RUU tentang perkoperasian

Penengakan regulasi persaingan

usaha yang sehat

Peningkatan sinergis dan kerja

sama pemangku kepentingan

(6) Meningkatkan

produktivitas ekonomi dan

daya saing di pasar

internasional

(Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2015)

Page 24: ROADMAP - UNUD

19

2.4.2 Sasaran dan Penjabaran Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM

dalam RPJMN 20013-2018

Kebijakan umum dan program pembangunan UMKM dan Koperasi dalam RPJMD

20013-2018 Provinsi Bali

1. Mewujudkan ekonomi kerakyatan yang tangguh sehingga mampu mengembangkan

ekonomi kerakyatan yang mantap dan stabil, serta terwujudnya distribusi,

komposisi yang berimbang, dan terwujudnya iklim investasi yang sehat

2. Mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi dengan menimalisir resiko kredit modal

kerja dan kredit investasi

3. Memantapkan pengembangan koperasi dan lembaga ekonomi kerakyatan lainnya,

agar mampu mandiri dan memiliki kemampuan bersaing lebih tinggi

4. Peningkatan daya saing Koperasi dan UMKM

5. Peningkatan jaminan kredit daerah (Jamkrida) bagi UMKM.

Dari Kebijakan umum tersebut maka program yang dituangkan dalam RPJMN

20013-2018 Provinsi Bali untuk UMKM dan Koperasi sebagai berikut:

1. Program penciptaan iklim usaha mikro kecil menengah yang kondusif.

2. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha mikro

kecil menengah.

3. Program pengembangan system pendukung usaha bagai udsaha kecil mikro

menengah.

4. Program peningkatan kulaitas kelembagaan Koperasi.

5. Program peningkatan kualitas dan penyebarluasan informasi.

6. Program pengembangan aksesbilitas kepariwisataan industri perdagangan,

perhubungan dan telekomikasi serta MP3EI.

7. Program gerakan interpreneurship (Kewirausahaan) dan daya saing pengusaha

kecil, menengah dan koperasi.

8. Program jaminan kredit daerah (Jamkrida).

9. Program melayani administrasi perkantoran.

10. Program peningkatan saran dan prasarana aparatur.

Page 25: ROADMAP - UNUD

20

2.4.3 Visi dan Misi UMKM dan Koperasi Provinsi Bali

Pemerintah Provinsi Bali memiliki Visi yang hendak dicapai adalah

“Terwujudnya Bali yang maju, aman, damai dan sejahtera”.

Untuk mencapai Visi tersebut pemerintah Provinsi Bali menetapkan 3 (tiga) Misi

antara lain :

1) Mewujudkan Bali yang berbudaya, metaksu dan dinamis, maju dan modern.

2) Mewujudkan Bali yang aman, damai, tertib, harmonis serta bebas dan berbagai

ancaman.

3) Mewujudkan Bali yang sejahtera dan sukerta lahir bathin.

Mengacu ke Visi Pemerintah Provinsi Bali maka untuk pemberdayaan Koperasi

Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Provinsi Bali tahun 2013-2018 Dinas Koperasi,

Usaha Mikro, Kecil dari Menengah Provinsi Bali memiliki Visi:

“Terwujudnya Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah berperan Sebagai Pelaku

Utama dalam Perekonomian Daerah menuju Bali Mandara”.

Untuk mencapai Visi tersebut, Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

menetapkan Misi sebagai berikut:

1) Menumbuhkan dan Mengembangkan Kewirausahaan Koperasi dan UMKM.

2) Meningkatkan Daya Saing Koperasi dan UMKM.

3) Memfasilitasi Pembiayaan dan Penjaminan bagi Koperasi dan UMKM.

4) Mewujudkan Koperasi yang Berkualitas dan Sehat.

5) Mengembangkan Produk Unggulan Daerah yang Berdaya Saing Melalui Koperasi

dan UMKM.

6) Mewujudkan SDM Pengelola Koperasi dan UMKM yang Kompeten.

Page 26: ROADMAP - UNUD

21

BAB III

KONDISI UMKM DAN KOPERASI DAERAH

3.1 Pertumbuhan Kelembagaan dan Usaha Koperasi

Pertumbuhan kelembagaan koperasi ditunjukan melalui pertumbuhan positif dari

unit usaha dan anggota koperasi selama kurun waktu ta-hun 2010-2013 . Rata-rata

pertumbuhan koperasi selama periode ter-sebut adalah 6,05 persen sedangkan rata-rata

pertumbuhan anggota koperasi sebesar 2,76 persen. Kualitas kelembagaan koperasi juga

tergolong baik, terbukti dengan rata-rata pertumbuhan koperasi aktif dan rata-rata

pertumbuhan koperasi aktif sebesar 20,69 persen, walaupun pada tahun 2012 terjadi

perlambatan pertumbuhan, namun di tahun 2013 kembali tumbuh positif. Berdasarkan data

tahun 2013, jumlah koperasi di Bali saat ini adalah sebanyak 4,654 unit dan jumlah

anggota koperasi sebanyak 866,858 orang, seperti terlihat pada Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1

Pertumbuhan Kelembagaan Koperasi

Tahun 2010-2013

(Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Bali diolah)

Page 27: ROADMAP - UNUD

22

Usaha koperasi juga menunjukkan pertumbuhan yang baik yang ditunjukkan dari

pertumbuhan modal, volume usaha dan sisa hasil usaha koperasi secara umum adalah

positif. Rata-rata pertumbuhan modal sendiri dari koperasi pada periode tahun 2010-2014

adalah sebesar 8,34 persen atau lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan modal luar yang

sebesar 17,88 persen. Pertumbuhan modal sendiri yang lebih rendah ini menunjukkan

perkembangan masih perlu mendapatkan perhatian khusus terhadap kemandirian koperasi.

Rasio modal sendiri dibandingkan dengan modal luar koperasi, masih lebih tinggi modal

luar. Sementara itu, rata-rata pertumbuhan volume usaha dan sisa hasil usaha masing-

masing sebesar 13,30 persen dan 0,01 persen. Kalau kita perhatikan secara keseluruhan

pertumbuhan usaha Koperasi selama empat tahun dari 2010-2013, tahun 2011 dan 2012

memgalami perlambatan, tapi pada tahun 2013 sudah mulai mengalami percepatan

pertumbuhan, sehingga dalam menghadapi persaingan dengan usaha-usaha yang sejenis

perlu mendapat perhatian khusus oleh pemerintah sebagai regulator. Adapun

perkembangan pertumbuhan usaha koperasi seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 3.2

Pertumbuhan Usaha Koperasi

Tahun 2010-2013

(Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Bali diolah)

Page 28: ROADMAP - UNUD

23

Meskipun pertumbuhan kelembagaan dan usaha koperasi sudah relatif cukup baik,

namun kualitas koperasi masih perlu diperbaiki; dimulai dari penataan koperasi yang sudah

tidak aktif, serta pendampingan bagi koperasi agar akuntabel dalam melaporkan kinerja

usahanya dan disiplin dalam melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Penguatan

kualitas manajemen koperasi, kualitas tenaga kerja dan partisipasi anggota koperasi juga

masih perlu ditingkatkan.

3.2 Pertumbuhan Kelembagaan UMKM

Pertumbuhan kelembagaan UMKM di Provinsi Bali tumbuh positif, dimana rata-

rata pertumbuhannya sebesar 6 persen pertahun. Tahun 2010 merupakan pertumbuhan

yang paling besar yaitu mencapai 13,60 persen dan pertumbuhan yang paling kecil adalah

tahun 2013 yaitu sebesar 0,10 persen, seperti terlihat pada Gambar 3.3 berikut.

Gambar 3.3

Pertumbuhan kelembagaan UMKM di Provinsi Bali

Tahun 2010-2014

(Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Bali diolah)

Kabupaten Badung merupakan Kabupaten yang pertumbuhan kelembagaan

UMKM paling besar yaitu mencapai 29,71 persen per tahunnya dan disusul oleh

Kabupaten Karangasem dan Tabanan yang masing-masing pertumbuhannya sebesar 17,18

persen dan 11,70 persen, sedngkan Kabupaten Buleleng dan Klungkung mengalami

perlambatan pertumbuhan (minus) yaitu sebesar 2,58 persen dan 9,44 persen, seperti

terlihat pada Tabel 3.1 berikut.

Page 29: ROADMAP - UNUD

24

Tabel 3.1

Pertumbuhan Kelembagaan UMKM Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

Tahun 2010-2014

No. Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata

1 Buleleng - 6.16 -19.07 0.04 - -2.58

2 Jembrana 3.98 6.03 0.03 0.05 - 2.02

3 Tabanan 28.56 20.63 3.6 0.07 5.65 11.7

4 Badung 74.63 6.75 66.9 0.29 - 29.71

5 Denpasar -0.31 7.25 2.8 0.54 - 2.06

6 Gianyar 13.08 4.91 12.46 0.02 0.45 6.18

7 Bangli 0.4 15.61 9.72 0.02 4 5.95

8 Klungkung -49.74 2.32 0.12 0.01 0.07 -9.44

9 Karangasem 80.89 2.47 0.61 0.19 1.76 17.18

Bali 13.6 7.15 9.36 0.1 1.34 6.31

Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Bali diolah

Page 30: ROADMAP - UNUD

25

BAB IV

ANALISIS SWOT

4.1 Kekuatan (Strength)

1) Koperasi dan UMKM sesuai dengan UUD khususnya pasal 33 ayat 4 merupakan

amanah dalam melakukan pemberdayaan Koperasi dan UMKM. Dalam rangka

mempercepat kesejahteraan rakyat yakni mengurangi kemiskinan dan menekan

pengangguran.

2) Koperasi dan UMKM telah memberikan berbagai sumbangsih dalam proses

pembangunan. Ini dapat dilihat dari tingginya animo masyarakat untuk menjadi

anggota koperasi dan berusaha di bidang UMKM.

3) Kontribusi UMKM terhadap pembentukan PDRB Bali yang relatif stabil.

4) Potensi besar dan kondisi obyektif keberadaan Koperasi dan UMKM tersebut,

diperkirakan dalam lima tahun ke depan akan mengalami perkembangan ke arah

pertumbuhan yang signifikan. Oleh sebab itu, berbagai upaya pemberdayaan yang

dilakukan Pemerintah, diharapkan akan dapat mempercepat proses kemajuan dan

menghantarkan pada kondisi yang lebih baik bagi Koperasi dan UMKM di Bali.

5) UMKM dan Koperasi merupakan wahana dan tumpuan utama yang paling

menjanjikan bagi penciptaan wirausaha baru. UMKM merupakan tataran terdekat

yang dapat dijangkau oleh masyarakat yang ingin memulai berwirausaha.

6) UMKM dan Koperasi mempunyai karakteristik keluasan daya tampung yang besar

bagi perwujudan aspirasi ekonomis masyarakat luas untuk memperoleh

penghidupan.

7) UMKM dan Koperasi mempunyai fleksibelitas dan ketahanan yang tinggi dalam

mengantisipasi dan menyesuaikan diri terhadap dinamika perubahan

(perkembangan) pasar. Ini disebabkan karena dominannya tumpuan pasar

domestik, serta kuatnya akar pada penggunaan input sumber daya dalam negeri.

8) UMKM dan Koperasi tidak terpengaruh oleh fluktuasi mata uang asing, karena

(terutama) masih menggunakan bahan baku dalam negeri

9) Legalitas atas Koperasi dan UMKM sebagai kekuatan ekonomi kreatif merupakan

kekuatan ekonomi yang diharapkan dapat menggerakkan ekonomi kreatif.

Sehingga dengan kelebihan yang dimiliki oleh Koperasi dan UMKM akan mampu

Page 31: ROADMAP - UNUD

26

membawa ekonomi kreatif Bali yang dapat memproduksi barang dan jasa kreatif

dengan biaya relatif rendah dan kualitas yang baik.

10) Kekuatan ekonomi kreatif berbasis UMKM terletak pada aspek fleksibilitas akibat

kecilnya skala usaha, besarnya kontribusi terhadap PDRB serta kreatifitas sebagai

input utama.

11) Tingginya kekayaan budaya, dan adanya bakat seni yang didapat secara turun

temurun yang diakomodasi dengan pendidikan dan mampu dikomersilkan untuk

masuk dalam ekonomi kreatif, maka akan menghasilkan barang dan jasa yang tidak

dapat ditemukan di tempat lain.

12) Adanya seni dan budaya Bali yang beragam pada tiap kabupaten dan kota

mempunyai cirri khas tersendiri. Sehingga dapat membantu utnuk menciptakan

produk kreatif berbasis budaya dan seni Bali yang lebih moderen sesuai dengan

pangsa pasar internasional maupun domestik tanpa menghilangkan seni dan budaya

serta nilai lokal.

13) Banyaknya pendidik formal maupun non formal di bidang seni merupakan tempat

menciptakan insan kreatif di bidang seni dan budaya. Sehingga ini akan menunjang

tersedianya SDM handal, terampil dan tentunya memiliki ide kreatif dalam

penciptaan maupun inovasi barang dan jasa yang berhubungan dengan seni budaya

sebagai salah satu bidang ekonomi kreatif.

14) Pesta Kesenian Bali, pekan olah raga dan seni, dan berbagai festival seni dan

budaya lainnya yang dilakukan secara rutin oleh pemerintah Kabuapten/Kota di

Bali dapat befungsi sebagai wahana untuk meningkatkan kreaktivitas karya seni di

samping mendorog usaha untuk pelestarian budaya asli daerah Bali.

15) Bali sebagai tujuan wisata dunia akan menjadi pasar bagi semua jenis produk

kreatif yang mempunyai prospek yang sangat menjanjikan.

4.2 Kelemahan (Weakness)

1) Pengelolaan Kelembagaan usaha Koperasi dan UMKM masih menerapkan

manajemen keluarga yang kurang memeperhatikan profesionalisme dan

obyektivitas.

2) Rendahnya kualitas sumberdaya manusia usaha Koperasi dan UMKM, di mana

Kebanyakan SDM Koperasi dan UMKM berpendidikan rendah dengan keahlian

teknis, kompetensi, kewirausahaan dan manajemen yang seadanya.

Page 32: ROADMAP - UNUD

27

3) Terbatasnya akses Koperasi dan UMKM kepada sumberdaya produktif terutama

akses terhadap bahan baku, permodalan, teknologi, sarana pemasaran serta

informasi pasar.

4) Modal sendiri yang dimiliki usaha Koperasi dan UMKM yang terbatas, tingkat

pendapatan rendah, aset jaminan dan administrasi tidak memenuhi persyaratan

perbankan. Bahkan bagi Usaha Mikro dan Kecil sering kali terjerat rentenir/pihak

ketiga dan kurang tersentuh tembaga pembiayaan.

5) Kebanyakan Koperasi dan UMKM masih mengunakan teknologi sederhana, kurang

memanfaatkan teknologi yang lebih memberikan nilai tambah produk. Sehingga

sulit melakukan pengembangan produk dan usahanya serta sulit membangun

jaringan pasar dan pemasaran yang luas. Kondisi tersebut berakibat serius terhadap

rendahnya produktivitas, efisiensi usaha, dan daya saing produk Koperasi dan

UMKM.

6) Upaya mempercepat pembangunan UMKM dan Koperasi memiliki berbagai

keterbatasan, yakni mekanisme pasar yang berkeadilan belum efektif berfungsi,

keterbatasan keuangan negara untuk pembinaan UMKM dan Koperasi, belum

optimalnya fungsi intermediasi Bank, dan belum optimalnya pelaksanaan otonomi

daerah untuk mendukung pembangunan UMKM dan Koperasi.

7) Belum terwujudnya sinergi atau keterpaduan berbagai pihak (pembuat kebijakan)

dalam pengembangan UMKM dan Koperasi. Ini menyebabkan pemborosan dan

tidak efektifnya pembinaan UMKM dan Koperasi

8) Memproduksi barang yang berbasis ekonomi kreatif dianggap belum menjanjikan

karena penghargaan terhadap penciptanya belum mendapat apresiasi yang baik dari

konsumen dan pemerintah, mengingat sebuah ide kreatif merupakan sebuah hal

yang sangat mahal.

9) Kurangnya jiwa wirausaha yang kurang berani menanggung resiko, dan ada

kecendrungan lebih baik hanya berusaha usaha primer

10) Barang kreatif belum menjadi barang trend bagi masyarakat menengah kebawah

yang berependapatan rendah. Di samping produk-produk ekonomi kreatif harganya

relatif mahal, mengingat mahalnya sebuah penciptaan dari ide kreatif.

11) Barang seni hanya dijual terbatas dan tidak diproduksi secara masal, karena masih

kentalnya idealisme para seniman.

Page 33: ROADMAP - UNUD

28

12) Sulitnya UMKM dan pelaku ekonomi secara umum untuk mendapatkan kredit atau

pendanaan karena ketatnya kriteria pemberian dana atau kurangnya informasi atas

cara mendapatkan kredit atau permodalan.

13) Iklim usaha yang belum sepenuhnya kondusif, terbatasnya sarana dan prasarana

usaha, dan akses pasar, Produk UMKM lifetime-nya pendek, dan adanya implikasi

globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas.

14) Produk kurang berdaya saing

15) Nilai tambah produk rendah

16) Usahan cendrung marginal

17) Sulit mengakses bahan baku

18) Rendah kualitas kelembagaan UMKM dan Koperasi

4.3 Peluang (Opportunity)

1) Upaya pemberdayaan Koperasi dan UMKM hari ini telah menemukan momentum

yang tepat, yakni ditandai dengan tingginya komitmen dan dukungan politik dari

masyarakat, Pemerintah Daerah dan Lembaga Legistatif terhadap pembangunan

ekonomi rakyat sebagai pelaku utama dalam perekonomian.

2) Kondisi stabilitas potitik dan keamanan Bali yang relatif aman dan terjaga.

Sehingga akan dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke Bali yang

sangat besar, berarti pasar dalam negeri akan berkembang lebih besar yang

memberi peluang untuk menumbuhkan usaha. Dengan demikian diharapkan akan

makin meningkatkan daya beli dan keanekaragaman pola permintaan masyarakat.

3) Koperasi dan UMKM dapat didorong menjadi motor penggerak perekonomian

Bali, mengingat kandungan impornya rendah, dan keterkaitan antar sektor relatif

tinggi. Koperasi dan UMKM umumnya bergerak di sektor padat karya, yang

memerlukan investasi relatif rendah dan jumlah penduduk sebagai tenaga kerja

yang potensial dan tenaga manusianya yang kreatif.

4) Perubahan orientasi kebijakan investasi, perdagangan dan industri ke arah industri

pedesaan dan industri yang berbasis sumber daya alam terutama pertanian,

kehutanan, ketautan dan pariwisata serta kerajinan rakyat memberikan peluang bagi

tumbuh dan berkembangnya Koperasi dan UMKM.

5) Di bidang permodalan, pengembangan potensi masih terbuka luas, untuk

menjadikan LKM sebagai kekuatan pembiayaan bagi usaha mikro. Selain telah

Page 34: ROADMAP - UNUD

29

disalurkannya skema kredit oleh Pemerintah, juga tersedia plafon kredit yang besar

di lembaga keuangan bank dan non bank.

6) Berlakunya globalisasi ekonomi, serta makin pesatnya kerjasama ekonomi antar

negara terutama dalam konteks MEA dan APEC, akan menciptakan peluang baru

bagi Koperasi dan UMKM, sehingga dapat meningkatkan peranannya sebagai

penggerak utama pertumbuhan industri manufaktur dan kerajinan, agroindustri,

ekspor non migas, dan penciptaan lapangan kerja baru.

7) Meningkatnya kesadaran, komitmen dan keberpihakan pemerintah, dunia usaha,

dan masyarakat akan arti pentingnya UMKM dan Koperasi dalam perekonomian.

8) Adanya kemauan politik yang kuat dari pemerintah, dan berkembangnya tuntutan

masyarakat untuk menciptakan pembangunan yang berkeadilan dan transparan,

serta komitmen membangun sistem ekonomi kerakyatan.

9) Perubahan struktur perekonomian nasional dari sektor pertanian ke sektor industri

dan jasa. Hal ini menciptakan peluang bagi UMKM (terutama di bidang agribisnis,

agroindustri, pariwisata, industri kerajinan, dan industri lainnya) untuk berfungsi

sebagai sub kontraktor yang kuat dan efisien bagi usaha besar.

10) Semakin pesatnya kerjasama ekonomi antar negara, terutama dalam konteks

ASEAN.

11) Tersedianya SDM angkatan kerja dalam jumlah besar yang masih belum

terdayagunakan secara produktif.

12) Potensi pasar dalam negeri yang terus berkembang, seiring dengan perkembangan

jumlah penduduk.

13) Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, yang sangat menunjang

dinamisasi kegiatan bisnis, dan juga menunjang kemampuan akses pasar secara

cepat.

14) Tersedia fasilitas dan dukungan dari Pemerintah dalam mengembangkan Koperasi

dan UMKM sebagai penggerak ekonomi kreatif kedepan.

15) Terdapat potensi ekonomi yang dapat dikonsolidasikan dan dikembangkan menjadi

kekuatan baru.

16) Pendapatan nasional dari negara-negara di ASEAN semakin meningkat, ini

merupakan pangsa pasar yang menjanjikan di masa-masa mendatang

Page 35: ROADMAP - UNUD

30

17) Pertumbuhan penduduk dunia terus mengalami peningkatan, sehingga permintaan

akan barang dan jasa juga akan ikut meningkat.

18) Globalisasi ekonomi terutama implementasi MEA dapat menciptakan peluang

pasar bagi produk UMKM.

4.4 Tantangan dan Ancaman (Threat)

1) Belum semua UMKM melihat MEA 2015 sebagai peluang, kurang memahami

fasilitas perdagangan dan prosedur kepabeanan, dan kurangnya kreativitas dan

inovasi guna peningkatan daya saing.

2) UMKM belum memanfaatkan fasilitas pembiayaan dan masih bergantung pada

lembaga keuangan informal.

3) Standar produk yang sesuai dengan ketentuan ASEAN atau internasional. Desain

dan kualitas produk yang sesuai dengan selera pasar dan kesinambungan kegiatan

produksi.

4) Adanya hambatan non-tarif Infrastruktur/ Sarana Prasarana.

5) Keterbatasan informasi pasar dan teknologi, kendala dalam akses permodalan.

6) Kapasitas SDM yang relatif rendah disebabkan faktor budaya yang membatasi

ruang geraknya dalam berorganisasi dan rendahnya tingkat pendidikan formal

masyarakat.

7) Belum dikenalnya keberadaan koperasi dikalangan masyarakat. Ada sebagian

kelompok lain yang takut ikut berorganisasi karena mereka menduga bahwa

keikutsertaanya harus membayar sejumlah uang.

8) Pasar bebas yang ditandai dengan berlakunya Asean Free Trade Area (AFTA),

MEA dan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) dapat menjadi

ancaman, karena asimetris dalam penguasaan pasar dan rendahnya daya saing

produk Koperasi dan UMKM di pasar internasional.

9) Produk Koperasi dan UMKM juga semakin terhimpit dengan masuk dan

beredarnya produk impor ilegal, karena proses penegakan hukum tidak sepenuhnya

berjalan efektif. Ditambah dengan berkembangnya bisnis retail oleh usaha besar di

masyarakat yang merupakan tekanan persaingan yang dialami oleh produk

Koperasi dan UMKM.

Page 36: ROADMAP - UNUD

31

10) Kurang kondusifnya iklim usaha yang dilihat dari belum tuntasnya penanganan

aspek Legalitas badan usaha dan kelancaran prosedur perizinan, penataan lokasi

usaha, biaya transaksi/usaha tinggi, infrastruktur, kebijakan datam aspek pendanaan

untuk Usaha Mikro dan Kecil, kebijakan aspek informasi, kemitraan, pemberian

kesempatan berusaha, promosi dagang dan dukungan ketembagaan yang kurang

mendukung, serta perlunya peningkatan koordinasi antar instansi terkait.

11) Pelaksanaan otonomi daerah dirasakan belum sepenuhnya optimal, karena kurang

berpihaknya Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pemberdayaan Koperasi dan

UMKM. Eksistensi Koperasi dan UMKM juga masih selalu di pandang sebelah

mata, bahkan berkembang pandangan minor terhadap pemberdayaan Koperasi dan

UMKM, seolah pemberdayaan adalah bagian dan program charity dan belas

kasihan.

12) Pemberdayaan Koperasi dan UMKM juga berkaitan erat dengan upaya untuk

mencapai Millenium Development Goals (MDG’s) atau tujuan pembangunan

millennium yang ditujukan pada pencapaian hak-hak dasar kebutuhan hidup bagi

segenap bangsa, khususnya menyangkut menanggulangi pengentasan kemiskinan

dan mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, dan membangun

kemitraan global dalam pembangunan terutama dengan mengembangkan usaha

produktif yang layak dijalankan untuk kaum muda.

13) Keberadaan Usaha Besar merupakan mitra penting dalam pengembangan ekonomi

rakyat. Oleh karena itu pertu pengembangan berbagai bentuk kerjasama dengan

usaha besar, di antaranya pengembangan kemitraan dan jaringan pasar bersama

Koperasi dan UMKM, tempat magang, alih teknologi, pendampingan dan advokasi

serta CSR (Corporate Social Responsibility) dengan menekankan pada bentuk

kerjasama yang saling membutuhkan, menguntungkan dan membesarkan.

14) Kompetisi dengan pebisnis asing yang sangat inovatif, didukung teknologi, modal,

dan jaringan usaha yang luas akan membuat UMKM dan Koperasi sulit

berkompetisi dan berkembang.

15) Kelemahan pengaturan dan penegakan hukum dapat mengancam semakin

terdesaknya UMKM dan Koperasi oleh usaha besar yang secara agresif memasuki

wilayah usaha yang sepantasnya diperuntukkan bagi UMKM dan Koperasi.

Page 37: ROADMAP - UNUD

32

16) Masih rendahnya komitmen mutu dari pelaku UMKM, menyebabkan rendahnya

kepercayaan konsumen terhadap kualitas dan keandalan produk UMKM.

17) Belum meratanya infrastruktur perekonomian seperti jalan, listrik, dan berbagai

macam hal karena kemampuan dan potensi daerah yang berbeda-beda. Di samping

sumber daya alam (bahan baku) semakin berkurang.

18) Pelanggaran Hak Cipta sehingga menimbulkan penjiplakan yang merugikan

pencipta yang memiliki ide kreatif, sehingga ini menimbulkan disinsentif dan

hilangnya penghargaan pemiliki ide kreatif.

Page 38: ROADMAP - UNUD

33

BAB V

ROADMAP UMKM DAN KOPERASI

Bertolak dari paparan di atas, berikut adalah peta jalan (roadmap) UMKM dan

Koperasi dibagi dalam tahapan usulan program pengentasan masalah sebagai berikut.

TAHUN 2016 FASE IDENTIFIKASI

1) Pendataan/pembuatan database UMKM

dan Koperasi. 2) Pembuatan database penyedia asistensi

teknis untuk usaha mikro. 3) Survey model kelembagaan yang khusus

menangani UMKM dan Koperasi. 4) Menetapkan peraturan pemerintah dan

peraturan menteri sebagai pedoman rinci untuk memberdayakan koperasi dan UMKM.

TAHUN 2017 FASE PERTUMBUHAN/ PENGEMBANGAN

1) Pemberdayaan usaha mikro. 2) Pengembangan asuransi mikro. 3) Peningkatan Daya Saing UMKM dan Koperasi. 4) Memperkuat keunggulan kompetitif ekonomi. 5) Meningkatkan akses sumberdaya produktif dengan

memberikan fasilitas produksi modern. 6) Mengembangkan kemitraan investasi. 7) Menyediakan skema dana bergulir dengan

membentuk lembaga keuangan untuk mendukung koperasi dan UMKM.

8) Menyediakan skema kredit usaha rakyat dan meningkat alokasi pemberian kredit, mikro, menengah dan (KUR), serta Jamkrida yang merupakan kredit khusus bagi UMKM dan pengusaha kecil menengah baru dengan kerangka jaminan dari pemerintah.

9) Program Penciptaan Iklim Usaha Usaha Kecil Menengah yang Kondusif.

10) Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UMKM.

11) Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

12) Meningkatkan RAT (Rapat Akhir Tahun) untuk masing-masing Koperasi di Kabupaten/Kota di Bali.

13) Lembaga keuangan, pemerintah Akademisi, dan swasta memberikan pelatihan/lokakarya/kursus untuk UMKM dan Koperasi bisa menyusun kelayakan bisnis/usaha dan penyusunan laporan keuangan yang dapat diterima oleh Lembaga Keuangan (Bankable).

Page 39: ROADMAP - UNUD

34

TAHUN 2018 FASE PERCEPATAN

1) Penyelenggaraan dan peningkatan

komitmen kredit melalui roadshow dan kolaborasi.

2) Penyaluran kredit mikro, diikuti dengan analisis dan monitoring.

3) Peningkatan permintaan dari kredit mikro 4) Strategi yang berfokus pada peningkatan

kualitas SDM. 5) Meningkatkan pengembangan produk dan

akses pemasaran dengan membangun sarana dan prasarana yang memberikan kesempatan UMKM dan Koperasi.

6) Peningkatan kualitas daya saing sumber daya manusia untuk mengatasi dengan usaha bisnis.

7) Mempromosikan produk koperasi dan UMKM melalui fasilitas trading house (SMESCO) dalam pameran luar negeri.

8) Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.

9) Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah.

TAHUN 2019 FASE PENGUATAN KELEMBAGAAN BERBASIS TI

1) Penguatan Kelembagaan UMKM dan Koperasi. 2) Meningkatkan kapasitas pengetahuan dan teknologi

penyerapan. 3) Penguatan pengembangan kelembagaan koperasi

dan UMKM dengan memberikan advokasi dan bantuan teknis, seperti keterampilan manajerial, kematangan financial, akses pemasaran, dan teknologi instansi yang terkait.

4) Menetapkan Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri sebagai pedoman rinci untuk memberdayakan koperasi dan UMKM.

5) Penguatan Kelembagaan dari BI, BPD, LPPD dan lembaga keuangan lainnya di Bali.

Page 40: ROADMAP - UNUD

35

BAB VI

DUKUNGAN DAN SINERGI LINTAS SEKTORAL

6.1 Dukungan dan Sinergisitas

Dalam mewujudkan tujuan yang diharapkan dan sasaran yang ingin dicapai perlu

adanya dukungan dari bebagai pihak terutama adanya keberpihakan pemerintah, baik pusat

maupun pemerintah daerah dengan berbagai kebijakan dan peraturan yang memberikan

sebuah kepastian dan kemudahan untuk berusaha terutama bagi usaha UMKM dan

Koperasi. Di samping perlu adanya bantuan pembinaan dan pelatihan terutama pelatihan

kewirausahaan dan pelatihan teknologi, sehingga dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan

dan dapat menciptakan proses bisnis yang lebih efesien serta dapat memperluas pasar

produk yang dihasilkan yaitu dapat menembus pasar global.

Namun yang lebih penting dalam operasional usaha UMKM dan Koperasi perlu

adanya sinergisitas dari semua pelaku usaha UMKM dan Koperasi dalam menciptakan

efesiensi dan mampu menciptakan peluang serta mampu merebut peluang yang tersedia

dalam era persaingan yang semakin ketat, seperti terlihat gambar berikut.

Gambar 6.1

Dukungan dan Sinergisitas Lintas Sektoral

Page 41: ROADMAP - UNUD

36

6.2 Dukungan Kelembagaan

Dalam melakukan usaha, umumnya para pelaku bisnis sering dihadapkan dengan

masalah dana. Untuk itulah perlu adanya perhatian pemerintah dengan kebijakannya dapat

menyediakan fasilitas keuangan yang berupa penyediaan kredit dengan bunga yang rendah

dan jangka waktu yang panjang lewat dukungan lembaga Bank dan lembaga keuangan

lainnya. Di samping perlu adanya pola kemitraan yang berupa sistem Bapak asuh yang

membantu pendanaan, dan memantu untuk memasarkan produk yang dihasilkan oleh para

pelaku UMKM dan Koperasi. Adapun skemanya sebagai berikut.

Gambar 6.2

Dukungan Kelembagaan UMKM dan Koperasi

Sering terjadi gap komunikasi antara UMKM dengan pihak penyandang dana

dalam hal ini lembaga keuangan (Bank), karena pihak UMKM memiliki sumber daya

manusia yang sangat terbatas, sehingga merasa sulit untuk menggunakan fasilitas bank,

karena ada beberapa persyaratan yang harus dipenuni, seperti jaminan dan persyaratan

lainnya agar menjadi bankable. Sedangkan pihak perbankan sebagai lembaga formal

memerlukan persyaratan yang ditentukan untuk bisa layak mendapatkan fasilitas

pendanaan Bank, disilah peran pemerintah sebagai regulator dan sekaligus mediator antara

pihak UMKM dengan perbankan, agar gap komunikasi antara bank dan UMKM bisa

dijembatani.

Page 42: ROADMAP - UNUD

37

DAFTAR PUSTAKA

Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 44/08/51/Th. IV, 1 Agustus 2013

Berita Statistik Provinsi Bali, No. 13/02/51/Th. IX, 5 Februari 2015

Buku Informasi Data KUKM Provinsi Bali Tahun 2013, Pemerintah Provinsi Bali Dinas

Koperasi dan UMKM Provinsi Bali

http://depkop.go.id/

http://www.bappenas.go.id/files/3414/2682/6299/Warta_KUMKM__2014_Vol2._No1.pdf

http://www.bappenas.go.id/files/4514/2682/6278/Warta_KUMKM_2013_Vol1._No2.pdf

http://www.bappenas.go.id/files/6214/2682/6260/Warta_KUMKM_2013_Vol1.No1.pdf

http://www.bps.go.id

http://www.depkop.go.id, diakses 25-4-2015).

http://www.dream.co.id/dinar/pendapatan-penduduk-indonesia-rp-41-jutatahun-

150205t.html diakses 26 - 4 – 2015)

http://www.sindotrijaya.com/news/ detail/9160/kemenkop-ukm-targetkan-capai-sasaran-

nawa-cita#.VXrI0UYavCA diakses 12-6-2015

http://www.sindotrijaya.com/news/detail/9160/kemenkop-ukm-targetkan-capai-sasaran-

nawa-cita#.VXrI0UYavCA diakses 12-6 -2015

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2015

Perkembangan Pembangunan Provinsi Bali 2014, simreg.bappenas.go.id/view/publikasi/

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Bali 2013-2018

Rentra Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Tahun

2012 – 2014, Kementerian Koperasi Dan UKM Tahun 2012

Warta KUMKM_2013. Vol.1. No. 1

Warta KUMKM_2013. Vol.1. No. 2

Warta KUMKM_2014. Vol.2. No. 1

Page 43: ROADMAP - UNUD

38

LAMPIRAN

Page 44: ROADMAP - UNUD

39

Page 45: ROADMAP - UNUD

40

Page 46: ROADMAP - UNUD

41

Page 47: ROADMAP - UNUD

42