Glutamin Sgot Unud
-
Upload
kadek-wirawan -
Category
Documents
-
view
118 -
download
2
Embed Size (px)
description
Transcript of Glutamin Sgot Unud

A. JUDUL PENELITIAN : PERAN GLUTAMIN MELINDUNGI FUNGSI
HATI SETELAH MELAKUKAN OLAHRAGA
BERAT DENGAN MELIHAT SGOT DAN SGPT
DARAH SERTA GAMBARAN HISTOLOGIS
HEPAR PADA MENCIT
B. BIDANG ILMU :KESEHATAN/OLAHRAGA
C. PENDAHULUAN
Olahraga yang teratur dengan intensitas ringan sampai sedang dapat
meningkatkan kebugaran dan menyehatkan tubuh. Sebaliknya aktivitas fisik yang berat
ternyata akan menimbulkan perubahan metabolisme dalam tubuh yang akan
menghasilkan radikal bebas ( oxidants) yang merusak sel-sel termasuk sel-sel hati.
Pada penelitian yang dilakukan oleh banyak peneliti, ditemukan terjadi
peningkatan produksi reactive oxygen species ( ROS ) yang akan menimbulkan
oxidative damage setelah melakukan latihan fisik yang berat ( LiLiJi, 1999). Pada latihan
fisik berat berupa lari 80 km terjadi ketidak seimbangan antara prooxidant dan
antioxidant intraseluler yang dapat menimbulkan kerusakan sel hati sehingga terjadi
peningkatan plasma aspartat transaminase ( AST/SGOT) 4 kali lipat dan peningkatan
kadar bilirubin yang merupakan tanda dari gangguan fungsi hati ( Chevion, et al, 2003).
Latihan yang dilakukan sesaat, juga dapat meningkatkan AST/ SGOT dan
Alanin aminotransaminase (ALT/SGPT) dalam darah ( Koutedakis, 1993). Latihan fisik
berat akut meningkatkan kadar malandialdehyde ( MDA ) sangat bermaknan pada hati,
yang merupakan pertanda dari meningkatnya oxidative stress akibat oxidant /radikal
bebas ( Liu, et al, 2000 ).
Penelitian pendahuluan pada 10 ekor mencit terjadi peningkatan SGOT yang
bermakna setelah pemberian beban aktivitas fisik maksimal ( Jawi, 2003 ).
Peningkatan SGPT dan SGOT setelah aktivitas fisik dan setelah pemberian
acetominophen adalah akibat menurunnya kadar glutathione yang merupakan
antioksidan ( Phelps, 1992 ) yang melindungi sel-sel hati ( Medved, et al, 2003 ).
Glutathione adalah suatu tripeptida yang terdiri dari glycine-glutamate-cysteine ( frick,
1999 ).
1

Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan kadar glutathione
sehingga efek hepatotoksik dari radikal bebas dapat diatasi. Pemberian n-acetylcystein
pada saat melakukan aktivitas fisik berat ternyata dapat meningkatkan kadar glutathione
tapi tidak dapat mengurangi kelelahan ( Medved, et al, 2003).
Penelitian lain yang meneliti pengaruh pemberian n-acetylcystein pada penderita
hepatitis oleh karena virus ternyata tidak mampu meningkatkan kadar gluthation dalam
sirkulasi ( Bernhard, 1998 ).
Meskipun peran glutathione dalam mengatasi keracunan hati oleh
parasetamol/acetaminophen telah jelas( Song, 2001; Chen, 2000 ) namun pemberian
ensim glutathione sintetase pada mencit yang diberikan parasetamol/acetaminophen
ternyata tidak mampu meningkatkan kadar glutathione ( Rzucidlo, 2000 ). Nampaknya
perlu dicari usaha lain untuk dapat meningkatkan kadar glutathione saat melakukan
aktivitas fisik berat dan setelah pemberian acetaminophen.
Glutamin adalah salah satu asam amino yang diperlukan dalam sintesa
glutathione dalam sel. Saat melakukan aktivitas fisik berat ternyata terjadi penurunan
konsentrasi glutamin dalam plasma. Untuk memulihkan glutamin dalam plasma menjadi
normal diperlukan waktu pemulihan yang optimal. Nampaknya mengatur waktu
pemulihan setelah melakukan aktivitas fisik berat dapat mengurangi efek buruk dari
aktivitas fisik berat. Waktu pemulihan dari berbagai aspek setelah aktivitas fisik berat
sangat bervariasi, sehingga perlu dicari waktu pemulihan dari SGOT dan SGPT setelah
aktivitas fisik maksimal.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut timbul masalah sebagai berikut:
1.Berapakah waktu pemulihan yang minimal diperlukan untuk mengembalikan kadar
SGOT dan SGPT darah menjadi normal pada mencit setelah pemberian beban
maksimal ?
2. Apakah waktu pemulihan 2 hari sudah cukup untuk mengembalikan kadar SGOT,
SGPT menjadi normal setelah pemberian beban aktivitas fisik maksimal pada mencit ?
2

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1. Mengetahui waktu pemulihan minimal dari kadar SGPT dan SGOT darah setelah
pemberian beban aktivitas fisik maksimal pada mencit
2. Mengetahui perbedaan kadar SGOT, SGPT darah setelah pemulihan 1,2,3 dan 4 hari
setelah pemberian beban aktivitas fisik.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian dapat dipertimbangkan pengaturan waktu pemulihan setelah
pemberian beban makimal.
Manfaat bagi mahasiswa adalah meningkatkan ketrampilan dalam melakukan
penelitian.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beban maksimal dan fungsi hati
Latihan fisik dapat meningkatkan metabolisme dalam tubuh yang akan
menyebabkan meningkatnya produksi radikal bebas ( oxidative stress ). Radikal bebas
atau oxidant yang terdiri dari ROS dan RNS pada kadar yang melebihi kemampuan
antioksidant endogen akan menyebabkan kerusakan sel ( Droge,2002). Peningkatan
oxidant / radikal bebas akibat aktivitas fisik berat dapat terjadi pada semua organ penting
dalam tubuh termasuk dalam hati. Penelitian pada tikus yang diberikan latihan fisik
berat akut menunjukkan terjadinya peningkatan radikal bebas pada hati dan jaringan
otot. Hal ini terbukti dari meningkatnya DMA pada hati. Akibat latihan fisik berat pada
tikus dapat menyebabkan meningkatnya radikal bebas 2-3 kali lipat pada jaringan
hati( Liu, et al,2000). ). Pada latihan fisik berat berupa lari 80 km terjadi ketidak
seimbangan antara prooxidant dan antioxidant itraseluler yang dapat menimbulkan
kerusakan sel hati sehingga terjadi peningkatan plasma aspartat transaminase ( AST) 4
kali lipat dan peningkatan kadar bilirubin yang merupakan tanda dari gangguan fungsi
hati ( Chevion, et al, 2003). Latihan yang dilakukan sesaat, juga dapat meningkatkan
3

AST/ SGOT dan ALT/SGPT ( Alanin aminotransaminase ) ( Koutedakis, 1993). Latihan
fisik berat akut meningkatkan kadar malandialdehyde ( MDA ) sangat bermakna pada
hati, yang merupakan pertanda dari meningkatnya oxidative stress /radikal bebas ( Liu, et
al, 2000 ).
2.2 Peran glutathione sebagai antioxidant
Radikal bebas yang terbentuk dalam sel dapat menimbulkan kerusakan organel sel
bila terjadi ketidak seimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan. Antioksidan
yang penting dalam sel/jaringan terdiri dari; vitamin E, vitamin C, beta carotine dan
glutathione. Vitamin E, dan C serta beta carotine didapat dari makanan/dari luar tubuh.
Sedangkan glutathione adalah antioksidan yang dapat disintesis dalam sel. Glutathione
merupakan antioksidan yang penting dalam sel oleh karena glutathione dapat
menurunkan kadar organic peroxide dengan membentuk reaksi yang diaktivasi oleh
ensim glutathione peroxidase yang dapat membersihkan sebagian besar jenis radikal
bebas.
Peran glutathione sebagai antioksidan saat melakukan aktivitas fisik berat telah
diteliti oleh banyak peneliti. Meningkatnya glutathione dalam hati dapat melindungi hati
terhadap efek hepatotoksik dari parasetamol ( Rzucidlo, 2000). Nampaknya peran
antioksidan glutathion lebih baik dari antioksidan lain pada latihan berat. Vitamin C
ternyata pada dosis tinggi dapat sebagai prooksidan bila diberikan pada saat melakukan
aktivitas fisik berat. Vitamin C juga dapat menimbulkan gangguan metabolisme pada otot
jantung pada dosis besar ( LiLiJi, 2003 ). Pemberian vitamin E dengan N-acetylcysteine
pada penederita hepatitis tidak memperbaiki / mempercepat kesembuhan ( Ideo, 1999 ).
2.3 Peran glutamin dalam meningkatkan glutathione dan waktu pemulihan
Sel-sel tubuh termasuk sel-sel hati memerlukan antioksdan untuk melindungi
organel sel dari pengaruh radikal bebas. Antioksidan penting di dalam sel adalah
gluthation. Gluthation adalah suatu tripeptida yang terdiri dari glycin, glutamate dan
cysteine ( Frick, 1999 ). Meskipun dari ketiga asam amino tersebut tidak nampak
adanya glutamin, namun glutamin merupakan asam amino penting yang diperlukan
dalam sintesa glutathone. Glutamate dan cysteine yang menyususn glutathione ternyata
4

ditentukan oleh adanya glutamin dalam darah. Glutamate tidak dapat menembus sel,
sebagai sumber glutamate dalam sel adalah glutamin.
Glutamin dalam mitokondria akan diubah menjadi glutamate dalam sel.. Glutamate
dalam sel yang dibuat dari glutamin juga dipakai sebagai penukar cysteine yang
diperlukan oleh sel.
Cysteine baru bisa masuk kedalam sel bila ada glutamate yang keluar sel. Jadi sel-sel
memerlukan glutamin untuk mensintesa gluthation didalam mitochondria dan sebagai
penukar cysteine yang diperlukan oleh sel ( Frick, 1999). Dengan demikian glutamin
merupakan asam amino yang diperlukan oleh sel untuk membentuk antioksidan
glutathion ( Gleeson, 1999 dan Miller,1999).
Pada saat melakukan aktivitas fisik berat ternyata terjadi penurunan konsentrasi glutamin
plasma yang menyebabkan terjadinya gangguan dalam tubuh termasuk gangguan
imunologis ( Krzywkowski, 2001 ).
Penelitian dengan memberikan glutamin dapat meningkatkan glutathione dalam hati dan
jaringan lain ( Frick, 1999 ).
5

III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka konsep
Berdasarkan landasan tiori yang telah diuraikan dapat disusun kerangka konsep
dari penelitian sebagai berikut.
3.2 Hipotesis
6
FAKTOR YANG BERPENGARUH
UMURMAKANAN
LINGKUNGANJENIS KELAMIN
BEBAN AKTIVITAS
FISIK MAKSIMAL
OXIDANT DAN ANTIOXIDANT TIDAK SEIMBANG
KERUSAKAN SEL HATI
WAKTUPEMULIHAN
SGOTSGPT

Dari kerangka konsep dan landasan tiori yang ada dapat disusun suatu jawaban
sementara dari penelitian ini sebagai berikut.
Waktu pemulihan minimal terbaik dari SGOT dan SGPT serum setelah
pemberian beban maksimal lebih dari 2 hari..
IV. METODA PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian selama 7 bulan yang berlangsung mulai bulan juni 2004
sampai dengan Desember 2004. Tempat penelitian adalah di Lab.Farmakologi
FK Unud, Lab. Patologi Klinik RSUP/FK Unud, Lab Patologi Anatomi Fak.
Kedokteran Unud.
4.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik dengan rancangan randomized
control group post-test only design.
Tr 0
KLP 1 P1
Tr 1
KLP2 P2
Tr 2
N R KLP3 P3
Tr 3
KLP4 P4
Tr 4
KLP5 P5
Tr5
KLP6 P6
7

Keterangan
N = Sampel
R = Randomisasi
KLP1 = Kelompok Kontrol ( Tanpa Perlakuan )
KLP2 = Kelompok perlakuan 1 ( Tr 1 )
KLP3 = Kelompok perlakuan 2 ( Tr 2 )
KLP4 = Kelompok perlakuan 3 ( Tr 3)
KLP 5 = Kelompok perlakuan 4 ( Tr 4 )
Tr 1 = Perlakuan renang sampai hampir
Tr 2 = Perlakuan renang sampai hampir tenggelam dan pemulihan 24 jam
Tr 3 = Perlakuan renang sampai hampir tenggelam dan pemulihan 48 jam/2 hari
Tr 4 = Perlakuan renang sampai hampir tenggelam pemulihan 72 jam/3 hari
Tr 5 = Perlakuan renang sampai hampir tenggelam pemulihan 96 jam/4 hari
P1 = Post-test Kontrol
P2 = Post -test Perlakuan 1
P3 = Post-test Perlakuan 2
P4 = Pos t-test Perlakuan 3
P5 = Post-test Perlakuan 4
P6 = Post-test Perlakuan 5
4.3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mencit jantan jenis Balpsy yang berumur 4
bulan yang didapat dari Animal Unit Lab. Farmakologi FK Unud Denpasar.
4.3.2 Besar Sampel
Besar sampel ditentukan berdasarkan penelitian pendahuluan selama 1 bulan pada
bulan Juni 2002 yang diadakan di Lab. Farmakologi FK , Lab. Patologi Klinik FK
yang meneliti kadar SGPT, SGOT darah mencit setelah diberi beban maksimal.
Dari hasil penelitian pendahuluan ini didapatkan rata-rata SGPT darah pada
kelompok kontrol adalah 44,6 dengan SD 15,31 dan rata-rata SGOT darah adalah
170,2 dengan SD 26,03
8

Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan rata-rata SGPT darah setelah
beban aktivitas fisik maksimal adalah 67,8 dengan SD 16,63 Rata-rata SGOT
darah setelah beban aktivitas fisik maksimal adalah 267,2 dengan SD 23,73
( Jawi, 2002). Dari data tersebut dimasukan ke dalam rumus Pocock sebagai
berikut:
2 2
N = ----------------- X f (, )
( µ2- µ1 )2
Keterangan
N = Besar Sampel
( , ) = (0,05 dan 0,1)
µ 1 = Rata-rata SGOT kontrol
µ 2 = Rata-rata SGOT setelah beban maksimal
F ( , ) = 10,5 ( lihat dalam tabel )
= Standard Deviasi
Jumlah sampel dari rumus di atas dikalikan 6 sesuai dengan kelompok perlakuan yang
ada . Dari perhitungan didapat jumlah sampel adalah 10 ekor untuk setiap kelompok,
sehingga jumlah sampel seluruhnya adalah 60 ekor.
4.3.3 Teknik Penentuan Sampel.
Teknik penentuan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Dari populasi mencit Balpsy diadakan pemilihan sampel berdasarkan kriteria
inklusio ( jenis kelamin jantan, umur 4 bulan, berat 30-40 gram ,sehat ).
b. Dari jumlah sampel yang telah memenuhi syarat diambil secara acak sederhana
untuk mendapatkan jumlah sampel yang sesuai dengan yang didapat dengan
rumus Pocock sebesar 60 ekor.
c. Dari sampel yang telah terpilih tersebut dialokasikan menjadi 6 kelompok dengan
cara acak sederhana, sehingga masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor.
9

4.4 Variabel Penelitian
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah beban maksimal , beban maksimal ,
beban maksimal dengan masa pemulihan 24 jam , beban maksimal l dengan
masa pemulihan 48 jam , beban maksimal dengan masa pemulihan 72 jam, serta
beban maksimal dengan masa pemulihan 96 jam.
b. Variabel tergantung adalah SGPT dan SGOT darah mencit, sel-sel hati yang
tidak normal dalam 10 lapangan pandangan.
c. Variabel kendali adalah jenis kelamin, kesehatan, berat badan,makanan, umur
dan lingkungan.
4.5 Definisi Operasional Variabel
1. Beban maksimal adalah berenang sekuat-kuatnya, sampai terjadi tanda-tanda
kelelahan berupa hampir tenggelam ( O’Toole, 1998 Lamanya berenang
agar terpenuhi syarat tersebut adalah 50 menit (Budijanto, 1999; Rahayu, 2000;
Ramadi, 2001; Soekarman, 1999 ).
2. Beban maksimal dan pemulihan 24 jam/1 hari adalah berenang sekuat-kuatnya,
sampai terjadi tanda-tanda kelelahan berupa hampir tenggelam
( O’Toole, 1998 ), yang diikuti pemulihan 24 jam. Lamanya berenang agar
terpenuhi syarat tersebut adalah 50 menit (Budijanto, 1999; Rahayu, 2000;
Ramadi, 2001; Soekarman, 1999 ).
3. Beban maksimal dan pemulihan 2 hari/ 48 jam adalah keadaan setelah
melakukan renang bebas sekuat-kuatnya sampai hampir tenggelam dan dengan
waktu istirahat selama 24 jam.
4. Beban maksimal dengan glutamin dan pemulihan 72 jam adalah keadaan
setelah renang bebas sekuat-kuatnya sampai hampir tenggelam dan diberikan
parasetamol 700mg/KG BB, pada kelompok yang diberikan glutamin sepuasnya
selama seminggu sebelum pemberian beban kemudian diikuti istirahat selama
48 jam( 2 hari ) dan terus diberikan glutamin
5. Beban maksimal dengan glutamin dan pemulihan 72 jam adalah keadaan setelah
renang bebas sekuat-kuatnya sampai hampir tenggelam dan parasetamol
700mg/Kg BB, pada kelompok yang diberikan glutamin sepuasnya selama
10

seminggu sebelum pemberian beban kemudian diikuti istirahat selama 72
jam( 3 hari ) dan terus diberikan glutamin.
6. Beban maksimal dengan glutamin dan pemulihan 72 jam adalah keadaan setelah
renang bebas sekuat-kuatnya sampai hampir tenggelam dan parasetamol
700mg/Kg BB, pada kelompok yang diberikan glutamin sepuasnya selama
seminggu sebelum pemberian beban kemudian diikuti istirahat selama 96
jam( 4 hari ) dan terus diberikan glutamin.
7. Jumlah limfosit darah adalah banyaknya limfosit yang terdapat dalam 1 ml
darah. Darah diambil secara intrakardial sampai mencit mati. Menghitung
jumlah limfosit dilakukan dengan alat Cell-Dyn 1400 yang tersedia di Lab.
Patologi Klinik FK unud.
8. Jumlah limfosit dewasa pada hati adalah banyaknya limfosit dewasa pada
sepuluh lapangan pandangan dengan pembesaran 1000 kali ( Rosai,1995) pada
sediaan PA yang dibuat dari irisan hati mencit , dilihat dengan mikroskup
binokuler dengan bantuan lensa okuler khusus.
9. Sel-sel lain pada hati adalah jumlah sel-sel limfosit muda ( limfosit ukuran
besar ) dan sel-sel lain seperti granulosit, monosit dan makrofag pada sepuluh
lapangan pandangan dengan pembesaran 1000 kali pada sediaan PA hati
mencit .
10. Mencit sehat adalah mencit yang telah diperiksa dan dinyatakan sehat oleh
dokter hewan.
11. Berat badan adalah berat mencit yang ditimbang dengan timbangan khusus
merek Shunle yang tersedia di Lab. Farmakologi FK unud.
12. Umur mencit ditentukan dengan melihat tanggal kelahiran yang telah dicatat
oleh dokter hewan pada kandang binatang percobaan.
13. Lingkungan adalah kandang dan suasana sekitar kandang dibuat agar tidak
menimbulkan stress terhadap binatang percobaan. Tiap-tiap kelompok
diletakkan pada tempat atau kandang yang sama.
14. Makanan adalah campuran khusus yang telah disediakan/dianjurkan oleh
dokter hewan dan ditempatkan pada tempat yang sama dengan jumlah yang sama
11

pada setiap kelompok. Campuran makanan yang disiapkan terdiri dari protein
20-25 %, pati 45-55% , lemak 10-12% serta serat kasar 4 %.
15. Glutamin adalah asam amino L-Glutamin dengan rumus kimia C5H10 O3 N2
yang didapat dari pabrik dan diberikan pada mencit dengan konsentrasi 0,9
gram/ml dalam air minum dan diberikan sepuasnya ( adlibitum )
4.6 Instrumen dan zat-zat yang diperlukan Penelitian
1. Timbangan khusus untuk menimbang berat badan mencit yang telah tersedia di
Lab. Farmakologi FK unud.
2. Ember besar dengan diameter 70 cm sebagai tempat renang bebas dari mencit.
3. Spuit disposible 2,5 cc untuk mngambil darah intracardial.
4. Minor surgery set untuk mengambil hati.
5. Botol kecil untuk merendam hati
6. Mikroskup binokuler untuk membaca sediaan hati yang telah disiapkan.
7. Minyak enersia dan larutan xylol.
8. Formalin 10% untuk merendam hati mencit sebelum dikirim ke Lab. Patologi
Anatomi FK Unud.
9. Glutamin
10. Parastamol
4.7 Prosedur Penelitian
1. Persiapan sebelum penelitian
a. Menghubungi Lab-lab terkait seperti Lab. Patologi Klinik FK, Lab. Patologi
Anatomi FK Unud, dokter hewan yang membantu dalam menyiapkan binatang
percobaan.
b. Penyiapan binatang percobaan meliputi pemilihan umur yang sama, sehat,berat
badan yang sesuai serta penyiapan kandang dan makanan setelah binatang
percobaan diberi perlakuan beban maksimal.
12

c. Penentuan sampel berdasarkan kriteria yang di tentukan dilanjutkan dengan
pembagian kelompok dan adaptasi binatang percobaan.
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Hari pertama melakukan penelitian pada kelompok kontrol.
Penelitian dilakukan di Lab Farmakologi Fk Unud bekerjasama dengan dua
orang dokter hewan untuk mengambil darah secara intrakardial yang dilanjutkan
dengan laparatomi untuk mengambil hati.
Darah di kirim ke Lab Patologi Klinik FK Unud untuk pemeriksaan SGOTdan
SGPT, hati direndam dengan formalin 10 % selanjutnya dikirim ke Lab. terkait
untuk pembuatan sediaan PA hati. Masing-masing bahan diberi label yang jelas
sebelum dikirim.
b. Hari kedua melakukan penelitian pada kelompok perlakuan 1( 10 ekor) dengan
prosedur sebagai berikut. Semua mencit diberikan parasetamol 700mg/Kb BB
secara intraperitonial.
Lima buah ember diisi air dengan kedalaman 25 cm. Pada masing-masing
ember yang telah disiapkan tersebut dilepas 2 ekor mencit dan dibiarkan
berenang sampai hampir tenggelam( ada tanda-tanda kelelahan /selama 45-50
menit ). Setelah mencit nampak kelelahan dan hampir tenggelam segera
dilakukan pengambilan darah sehingga mencit mati.
Selanjutnya dilakukan pengambilan hati dan dilakukan pemotongan hati dengan
mengambil satu lobus dari hati dan direndam dengan formalin 10%. Bahan
yang diperoleh yaitu darah dan hati selanjutnya dikirim ke Lab. terkait.
c. Hari ketiga melakukan penelitian pada kelompok perlakuan 2( 10 ekor) yang
diberi glutamin seminggu sebelum beban maksimal dan parasetamol dengan
dosis 700mg/Kg BB intra peritoneal sebelum diberi beban maksimal, dengan
prosedur sebagai berikut.
Lima buah ember diisi air dengan kedalaman 25 cm. Pada masing-masing
ember yang telah disiapkan tersebut dilepas 2 ekor mencit dan dibiarkan
berenang sampai hampir tenggelam( ada tanda-tanda kelelahan). Setelah mencit
13

nampak kelelahan dan hampir tenggelam segera dilakukan pengambilan darah
sehingga mencit mati.
Selanjutnya dilakukan pengambilan hati dan dilakukan pemotongan hati dengan
mengambil salah satu lobus hati direndam dengan formalin 10%. Bahan yang
diperoleh yaitu darah dan hati selanjutnya dikirim ke Lab. terkait.
d. Hari keempat dilakukan penelitian untuk kelompok perlakuan 3. (10 ekor)
e. Tahap pertama 10 ekor mencit yang telah diberikan parasetamol 700mg/Kg BB,
dilepas dan dibiarkan berenang sesuai dengan prosedur pada perlakuan 1
dilanjutkan dengan istirahat selama 24 jam pada kandang yang telah disediakan
dan diberi makan dan minum air dan glutamin sepuasnya. Setelah istirahat
selama 24 jam dilakukan pengambilan darah secara intrakardial dan pengambilan
hati dengan prosedur seperti pada kelompok 2.
f. Selanjutnya dilakukan perlakuan pada kelompok perlakuan 4 dengan prosedur
sesuai dengan pada kelompok 2 yaitu dilepas dan dibiarkan berenang bebas
dalam ember sampai hampir tenggelam. Mencit tersebut diistirahatkan 48 jam( 2
hari), serta diberi makan dan minum glutamin sepuasnya.Pada kelompok
perlakuan 5 dilakukan perlakuan seperti kelompok 3 dengan waktu istirahat
72 jam ( 3 hari ),serta diberi makan dan minum glutamin sepuasnya. Setelah
istirahat 48 jam dilakukan pengambilan darah intrakardial pada kelompok
perlakuan 4 dan dilanjutkan dengan pengambilan hati sesuai dengan prosedur
pada kelompok perlakuan 2. Selanjutnya dilakukan pengambilan darah dan hati
pada kelompok perlakuan 5 setelah istrahat 72 jam dengan prosedur seperti
kelompok perlakuan perlakuan 4 dan setelah istirahat 96 jam pada kelompok
perlakuan 6.
3. Pada hari-hari selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada sediaan PA dengan
prosedur sebagai berikut:
a. Pada kelompok kontrol
14

Setiap hari dilakukan penghitungan hanya dua sediaan yang dilakukan secara
bergantian oleh dua orang pemeriksa yaitu peneliti sendiri dan seorang akhli
Patologi.
Pemeriksaan dilakukan mulai dengan pembesaran 400 kali untuk melakukan
identifikasi dari hati.
Setelah teridentifikasi dengan baik baru dilakukan pemeriksaan dengan
pembesaran 1000 kali.
Dengan pembesaran tersebut dilakukan identifikasi sel-sel yang abnormal pada
10 lapangan pandangan. Hasil yang didapat dari dua orang pemeriksa dirata-
ratakan sehingga kesalahan yang terjadi dapat diperkecil.
b. Setelah pemeriksaan selesai pada kelompok kontrol dilanjutkan dengan
pemeriksaan pada kelompok perlakuan dengan prosedur kerja seperti kelompok
kontrol.
4.8 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
a. Uji normalitas dengan Kolmogorof Smirnov test
b. Uji Anova untuk mengetahui perbedaan antar kelompok
c. Uji LSD untuk mengetahui kelompok yang berbeda dan yang tidak berbeda
dengan kontrol ( Santoso,1999).
d. Uji-t untuk kelompok yang tidak bisa diuji dengan Anova.
Kepustakaan
1.Bernhard MC, Junker E, Hettinger A, Lauterburg BH. 1998. Time Course of total
cystein, glutathione and homocysteine in plasma of patients with chrinic
hepatitis C treated with interferon-alpha with and without supplementation
with N-acetylcysteine. J Hepatol May;28(5):751-5.
15

2.Chen TS, Richie JP, Nagasawa HT, Lang CA. 2000. Glutathione monoethyl ester
protects against glutathione deficiencies due to aging and acetaminophen in
mice. Mech Ageing Dev. Dec 1; 120(1-3):127-39.
3.Chevion S, et al. 2003. Plasma antioxidant status and cell injury after severe physical
exercise. Proc.Nati.Acad.Sci.USA, Vol 100,Issue 9,5119-5123.
4.Droge W. 2002. Free Radicals in the Physiological Control of cell Function.
Physiological Reviews, Vol 82 No.1 January. 47-95.
5 Frick R. 1999. Function of glutamine. Available at : http:// www.medfaq.com/glulong
3.htm.
6..Gleeson M. 1999. L-Glutamine. School of Sport and Exercise Sciences, University of
Birmingham. View report for Printing.
7. Ideo G, Bellobuono A, Tempini S, et al. 1999. Antioksidant drugs combined with
alpha-interferon in chronic hepatitis C not responsive to alpha-interferon alone:
a randomized multicentre study. Eur J Gastroenterol Hepatol.
Nov;11(11):1203-7.
8. King PD, Perry MC. 2001. Hepatotoxicity of Chemotherapy. The Oncologist, Vol 6,
No 2, 162-176.
9..Koutedakis Y, Raafat A, Sharp NC, Rosmarin MN, Beard MJ, Robbins SW. 1993.
Serum enzyme activities in individuals with different levels of physical fitness.
J Spotts Med phys Fitness . Sep; 33 (3) : 252 – 7.
10.Krzywkowski K, Petersen EW, Ostrowski K, et al. 2001. Effect of glutamine and protein supplementation on exercise-induced decreases in salivary Ig A. J Appl Physiol 91: 832-838.
16

11..LiLiJi. 1999. Antioxidants and Oxidative Stress in Exercise. Proceedings of the
Society for Experimental Biology and Medicine 222: 283-292.
12.Liu J, et al. 2000. Chronically and acutely exercised rats: biomarkers of oxidative
stress and endogenous antioxidants. J Appl. Physiol. Vol 89: july 21-28.
13.Miller AL. 1999. Therapeutic considerrations of L-glutamine: a review of the
literature. Altern Med Rev. Aug; 4(4): 239-48.
14...Medved, Brown M J, Bjorksten AR, Leppik JA, Sostaric S, MCKenna MJ. 2003 .
N-acetylcysteine infusion alters blood redox status but not time to fatigue
during intense exercise in humans. J appl Physiol 94:1572-1582.
15.Phels DT, Deneke SM, Daley DL, Fanburg BL 1992. Elevation of glutathione levels
in bovine pulmonary artery endothelial cells by N-acetylcysteine. . J Appl.
Physiol Sep; 7(3):293-9.
16..Song H, Chen TS. 2001. p-Aminophenol-induced liver toxicity: tentative evidence of
a role for acetaminophen. J Biochem Mol Toxicol ; 15(1):34-40
17..Rzucidlo SJ, Bounous DI, Jones DP, Brackett BG. 2000. Acute acetaminophen
toxicity in transgenic mice with elevated hepatic glutathione. Vet Hum Toxicol.
Jun; 42(3):146-50.
18.Yoon MY, Kim SN, Kim YC. 1997. Potentiation of acetaminophen hepatotoxicity
by acute physical exercise in rats. Res Commun Mol Pathol Pharmacol.
Apr;96(1):35-44.
17