Glutamin Sgot Unud

26
A. JUDUL PENELITIAN : PERAN GLUTAMIN MELINDUNGI FUNGSI HATI SETELAH MELAKUKAN OLAHRAGA BERAT DENGAN MELIHAT SGOT DAN SGPT DARAH SERTA GAMBARAN HISTOLOGIS HEPAR PADA MENCIT B. BIDANG ILMU :KESEHATAN/OLAHRAGA C. PENDAHULUAN Olahraga yang teratur dengan intensitas ringan sampai sedang dapat meningkatkan kebugaran dan menyehatkan tubuh. Sebaliknya aktivitas fisik yang berat ternyata akan menimbulkan perubahan metabolisme dalam tubuh yang akan menghasilkan radikal bebas ( oxidants) yang merusak sel-sel termasuk sel-sel hati. Pada penelitian yang dilakukan oleh banyak peneliti, ditemukan terjadi peningkatan produksi reactive oxygen species ( ROS ) yang akan menimbulkan oxidative damage setelah melakukan latihan fisik yang berat ( LiLiJi, 1999). Pada latihan fisik berat berupa lari 80 km terjadi ketidak seimbangan antara prooxidant dan antioxidant intraseluler yang dapat menimbulkan kerusakan sel hati sehingga terjadi peningkatan plasma aspartat transaminase ( AST/SGOT) 4 kali lipat dan peningkatan kadar bilirubin yang merupakan tanda dari gangguan fungsi hati ( Chevion, et al, 2003). Latihan yang dilakukan sesaat, juga dapat meningkatkan AST/ SGOT dan Alanin aminotransaminase (ALT/SGPT) dalam darah ( Koutedakis, 1993). Latihan fisik berat akut 1

description

lab

Transcript of Glutamin Sgot Unud

Page 1: Glutamin Sgot Unud

A. JUDUL PENELITIAN : PERAN GLUTAMIN MELINDUNGI FUNGSI

HATI SETELAH MELAKUKAN OLAHRAGA

BERAT DENGAN MELIHAT SGOT DAN SGPT

DARAH SERTA GAMBARAN HISTOLOGIS

HEPAR PADA MENCIT

B. BIDANG ILMU :KESEHATAN/OLAHRAGA

C. PENDAHULUAN

Olahraga yang teratur dengan intensitas ringan sampai sedang dapat

meningkatkan kebugaran dan menyehatkan tubuh. Sebaliknya aktivitas fisik yang berat

ternyata akan menimbulkan perubahan metabolisme dalam tubuh yang akan

menghasilkan radikal bebas ( oxidants) yang merusak sel-sel termasuk sel-sel hati.

Pada penelitian yang dilakukan oleh banyak peneliti, ditemukan terjadi

peningkatan produksi reactive oxygen species ( ROS ) yang akan menimbulkan

oxidative damage setelah melakukan latihan fisik yang berat ( LiLiJi, 1999). Pada latihan

fisik berat berupa lari 80 km terjadi ketidak seimbangan antara prooxidant dan

antioxidant intraseluler yang dapat menimbulkan kerusakan sel hati sehingga terjadi

peningkatan plasma aspartat transaminase ( AST/SGOT) 4 kali lipat dan peningkatan

kadar bilirubin yang merupakan tanda dari gangguan fungsi hati ( Chevion, et al, 2003).

Latihan yang dilakukan sesaat, juga dapat meningkatkan AST/ SGOT dan

Alanin aminotransaminase (ALT/SGPT) dalam darah ( Koutedakis, 1993). Latihan fisik

berat akut meningkatkan kadar malandialdehyde ( MDA ) sangat bermaknan pada hati,

yang merupakan pertanda dari meningkatnya oxidative stress akibat oxidant /radikal

bebas ( Liu, et al, 2000 ).

Penelitian pendahuluan pada 10 ekor mencit terjadi peningkatan SGOT yang

bermakna setelah pemberian beban aktivitas fisik maksimal ( Jawi, 2003 ).

Peningkatan SGPT dan SGOT setelah aktivitas fisik dan setelah pemberian

acetominophen adalah akibat menurunnya kadar glutathione yang merupakan

antioksidan ( Phelps, 1992 ) yang melindungi sel-sel hati ( Medved, et al, 2003 ).

Glutathione adalah suatu tripeptida yang terdiri dari glycine-glutamate-cysteine ( frick,

1999 ).

1

Page 2: Glutamin Sgot Unud

Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan kadar glutathione

sehingga efek hepatotoksik dari radikal bebas dapat diatasi. Pemberian n-acetylcystein

pada saat melakukan aktivitas fisik berat ternyata dapat meningkatkan kadar glutathione

tapi tidak dapat mengurangi kelelahan ( Medved, et al, 2003).

Penelitian lain yang meneliti pengaruh pemberian n-acetylcystein pada penderita

hepatitis oleh karena virus ternyata tidak mampu meningkatkan kadar gluthation dalam

sirkulasi ( Bernhard, 1998 ).

Meskipun peran glutathione dalam mengatasi keracunan hati oleh

parasetamol/acetaminophen telah jelas( Song, 2001; Chen, 2000 ) namun pemberian

ensim glutathione sintetase pada mencit yang diberikan parasetamol/acetaminophen

ternyata tidak mampu meningkatkan kadar glutathione ( Rzucidlo, 2000 ). Nampaknya

perlu dicari usaha lain untuk dapat meningkatkan kadar glutathione saat melakukan

aktivitas fisik berat dan setelah pemberian acetaminophen.

Glutamin adalah salah satu asam amino yang diperlukan dalam sintesa

glutathione dalam sel. Saat melakukan aktivitas fisik berat ternyata terjadi penurunan

konsentrasi glutamin dalam plasma. Untuk memulihkan glutamin dalam plasma menjadi

normal diperlukan waktu pemulihan yang optimal. Nampaknya mengatur waktu

pemulihan setelah melakukan aktivitas fisik berat dapat mengurangi efek buruk dari

aktivitas fisik berat. Waktu pemulihan dari berbagai aspek setelah aktivitas fisik berat

sangat bervariasi, sehingga perlu dicari waktu pemulihan dari SGOT dan SGPT setelah

aktivitas fisik maksimal.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut timbul masalah sebagai berikut:

1.Berapakah waktu pemulihan yang minimal diperlukan untuk mengembalikan kadar

SGOT dan SGPT darah menjadi normal pada mencit setelah pemberian beban

maksimal ?

2. Apakah waktu pemulihan 2 hari sudah cukup untuk mengembalikan kadar SGOT,

SGPT menjadi normal setelah pemberian beban aktivitas fisik maksimal pada mencit ?

2

Page 3: Glutamin Sgot Unud

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Mengetahui waktu pemulihan minimal dari kadar SGPT dan SGOT darah setelah

pemberian beban aktivitas fisik maksimal pada mencit

2. Mengetahui perbedaan kadar SGOT, SGPT darah setelah pemulihan 1,2,3 dan 4 hari

setelah pemberian beban aktivitas fisik.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian dapat dipertimbangkan pengaturan waktu pemulihan setelah

pemberian beban makimal.

Manfaat bagi mahasiswa adalah meningkatkan ketrampilan dalam melakukan

penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beban maksimal dan fungsi hati

Latihan fisik dapat meningkatkan metabolisme dalam tubuh yang akan

menyebabkan meningkatnya produksi radikal bebas ( oxidative stress ). Radikal bebas

atau oxidant yang terdiri dari ROS dan RNS pada kadar yang melebihi kemampuan

antioksidant endogen akan menyebabkan kerusakan sel ( Droge,2002). Peningkatan

oxidant / radikal bebas akibat aktivitas fisik berat dapat terjadi pada semua organ penting

dalam tubuh termasuk dalam hati. Penelitian pada tikus yang diberikan latihan fisik

berat akut menunjukkan terjadinya peningkatan radikal bebas pada hati dan jaringan

otot. Hal ini terbukti dari meningkatnya DMA pada hati. Akibat latihan fisik berat pada

tikus dapat menyebabkan meningkatnya radikal bebas 2-3 kali lipat pada jaringan

hati( Liu, et al,2000). ). Pada latihan fisik berat berupa lari 80 km terjadi ketidak

seimbangan antara prooxidant dan antioxidant itraseluler yang dapat menimbulkan

kerusakan sel hati sehingga terjadi peningkatan plasma aspartat transaminase ( AST) 4

kali lipat dan peningkatan kadar bilirubin yang merupakan tanda dari gangguan fungsi

hati ( Chevion, et al, 2003). Latihan yang dilakukan sesaat, juga dapat meningkatkan

3

Page 4: Glutamin Sgot Unud

AST/ SGOT dan ALT/SGPT ( Alanin aminotransaminase ) ( Koutedakis, 1993). Latihan

fisik berat akut meningkatkan kadar malandialdehyde ( MDA ) sangat bermakna pada

hati, yang merupakan pertanda dari meningkatnya oxidative stress /radikal bebas ( Liu, et

al, 2000 ).

2.2 Peran glutathione sebagai antioxidant

Radikal bebas yang terbentuk dalam sel dapat menimbulkan kerusakan organel sel

bila terjadi ketidak seimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan. Antioksidan

yang penting dalam sel/jaringan terdiri dari; vitamin E, vitamin C, beta carotine dan

glutathione. Vitamin E, dan C serta beta carotine didapat dari makanan/dari luar tubuh.

Sedangkan glutathione adalah antioksidan yang dapat disintesis dalam sel. Glutathione

merupakan antioksidan yang penting dalam sel oleh karena glutathione dapat

menurunkan kadar organic peroxide dengan membentuk reaksi yang diaktivasi oleh

ensim glutathione peroxidase yang dapat membersihkan sebagian besar jenis radikal

bebas.

Peran glutathione sebagai antioksidan saat melakukan aktivitas fisik berat telah

diteliti oleh banyak peneliti. Meningkatnya glutathione dalam hati dapat melindungi hati

terhadap efek hepatotoksik dari parasetamol ( Rzucidlo, 2000). Nampaknya peran

antioksidan glutathion lebih baik dari antioksidan lain pada latihan berat. Vitamin C

ternyata pada dosis tinggi dapat sebagai prooksidan bila diberikan pada saat melakukan

aktivitas fisik berat. Vitamin C juga dapat menimbulkan gangguan metabolisme pada otot

jantung pada dosis besar ( LiLiJi, 2003 ). Pemberian vitamin E dengan N-acetylcysteine

pada penederita hepatitis tidak memperbaiki / mempercepat kesembuhan ( Ideo, 1999 ).

2.3 Peran glutamin dalam meningkatkan glutathione dan waktu pemulihan

Sel-sel tubuh termasuk sel-sel hati memerlukan antioksdan untuk melindungi

organel sel dari pengaruh radikal bebas. Antioksidan penting di dalam sel adalah

gluthation. Gluthation adalah suatu tripeptida yang terdiri dari glycin, glutamate dan

cysteine ( Frick, 1999 ). Meskipun dari ketiga asam amino tersebut tidak nampak

adanya glutamin, namun glutamin merupakan asam amino penting yang diperlukan

dalam sintesa glutathone. Glutamate dan cysteine yang menyususn glutathione ternyata

4

Page 5: Glutamin Sgot Unud

ditentukan oleh adanya glutamin dalam darah. Glutamate tidak dapat menembus sel,

sebagai sumber glutamate dalam sel adalah glutamin.

Glutamin dalam mitokondria akan diubah menjadi glutamate dalam sel.. Glutamate

dalam sel yang dibuat dari glutamin juga dipakai sebagai penukar cysteine yang

diperlukan oleh sel.

Cysteine baru bisa masuk kedalam sel bila ada glutamate yang keluar sel. Jadi sel-sel

memerlukan glutamin untuk mensintesa gluthation didalam mitochondria dan sebagai

penukar cysteine yang diperlukan oleh sel ( Frick, 1999). Dengan demikian glutamin

merupakan asam amino yang diperlukan oleh sel untuk membentuk antioksidan

glutathion ( Gleeson, 1999 dan Miller,1999).

Pada saat melakukan aktivitas fisik berat ternyata terjadi penurunan konsentrasi glutamin

plasma yang menyebabkan terjadinya gangguan dalam tubuh termasuk gangguan

imunologis ( Krzywkowski, 2001 ).

Penelitian dengan memberikan glutamin dapat meningkatkan glutathione dalam hati dan

jaringan lain ( Frick, 1999 ).

5

Page 6: Glutamin Sgot Unud

III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konsep

Berdasarkan landasan tiori yang telah diuraikan dapat disusun kerangka konsep

dari penelitian sebagai berikut.

3.2 Hipotesis

6

FAKTOR YANG BERPENGARUH

UMURMAKANAN

LINGKUNGANJENIS KELAMIN

BEBAN AKTIVITAS

FISIK MAKSIMAL

OXIDANT DAN ANTIOXIDANT TIDAK SEIMBANG

KERUSAKAN SEL HATI

WAKTUPEMULIHAN

SGOTSGPT

Page 7: Glutamin Sgot Unud

Dari kerangka konsep dan landasan tiori yang ada dapat disusun suatu jawaban

sementara dari penelitian ini sebagai berikut.

Waktu pemulihan minimal terbaik dari SGOT dan SGPT serum setelah

pemberian beban maksimal lebih dari 2 hari..

IV. METODA PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian selama 7 bulan yang berlangsung mulai bulan juni 2004

sampai dengan Desember 2004. Tempat penelitian adalah di Lab.Farmakologi

FK Unud, Lab. Patologi Klinik RSUP/FK Unud, Lab Patologi Anatomi Fak.

Kedokteran Unud.

4.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik dengan rancangan randomized

control group post-test only design.

Tr 0

KLP 1 P1

Tr 1

KLP2 P2

Tr 2

N R KLP3 P3

Tr 3

KLP4 P4

Tr 4

KLP5 P5

Tr5

KLP6 P6

7

Page 8: Glutamin Sgot Unud

Keterangan

N = Sampel

R = Randomisasi

KLP1 = Kelompok Kontrol ( Tanpa Perlakuan )

KLP2 = Kelompok perlakuan 1 ( Tr 1 )

KLP3 = Kelompok perlakuan 2 ( Tr 2 )

KLP4 = Kelompok perlakuan 3 ( Tr 3)

KLP 5 = Kelompok perlakuan 4 ( Tr 4 )

Tr 1 = Perlakuan renang sampai hampir

Tr 2 = Perlakuan renang sampai hampir tenggelam dan pemulihan 24 jam

Tr 3 = Perlakuan renang sampai hampir tenggelam dan pemulihan 48 jam/2 hari

Tr 4 = Perlakuan renang sampai hampir tenggelam pemulihan 72 jam/3 hari

Tr 5 = Perlakuan renang sampai hampir tenggelam pemulihan 96 jam/4 hari

P1 = Post-test Kontrol

P2 = Post -test Perlakuan 1

P3 = Post-test Perlakuan 2

P4 = Pos t-test Perlakuan 3

P5 = Post-test Perlakuan 4

P6 = Post-test Perlakuan 5

4.3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mencit jantan jenis Balpsy yang berumur 4

bulan yang didapat dari Animal Unit Lab. Farmakologi FK Unud Denpasar.

4.3.2 Besar Sampel

Besar sampel ditentukan berdasarkan penelitian pendahuluan selama 1 bulan pada

bulan Juni 2002 yang diadakan di Lab. Farmakologi FK , Lab. Patologi Klinik FK

yang meneliti kadar SGPT, SGOT darah mencit setelah diberi beban maksimal.

Dari hasil penelitian pendahuluan ini didapatkan rata-rata SGPT darah pada

kelompok kontrol adalah 44,6 dengan SD 15,31 dan rata-rata SGOT darah adalah

170,2 dengan SD 26,03

8

Page 9: Glutamin Sgot Unud

Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan rata-rata SGPT darah setelah

beban aktivitas fisik maksimal adalah 67,8 dengan SD 16,63 Rata-rata SGOT

darah setelah beban aktivitas fisik maksimal adalah 267,2 dengan SD 23,73

( Jawi, 2002). Dari data tersebut dimasukan ke dalam rumus Pocock sebagai

berikut:

2 2

N = ----------------- X f (, )

( µ2- µ1 )2

Keterangan

N = Besar Sampel

( , ) = (0,05 dan 0,1)

µ 1 = Rata-rata SGOT kontrol

µ 2 = Rata-rata SGOT setelah beban maksimal

F ( , ) = 10,5 ( lihat dalam tabel )

= Standard Deviasi

Jumlah sampel dari rumus di atas dikalikan 6 sesuai dengan kelompok perlakuan yang

ada . Dari perhitungan didapat jumlah sampel adalah 10 ekor untuk setiap kelompok,

sehingga jumlah sampel seluruhnya adalah 60 ekor.

4.3.3 Teknik Penentuan Sampel.

Teknik penentuan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Dari populasi mencit Balpsy diadakan pemilihan sampel berdasarkan kriteria

inklusio ( jenis kelamin jantan, umur 4 bulan, berat 30-40 gram ,sehat ).

b. Dari jumlah sampel yang telah memenuhi syarat diambil secara acak sederhana

untuk mendapatkan jumlah sampel yang sesuai dengan yang didapat dengan

rumus Pocock sebesar 60 ekor.

c. Dari sampel yang telah terpilih tersebut dialokasikan menjadi 6 kelompok dengan

cara acak sederhana, sehingga masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor.

9

Page 10: Glutamin Sgot Unud

4.4 Variabel Penelitian

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah beban maksimal , beban maksimal ,

beban maksimal dengan masa pemulihan 24 jam , beban maksimal l dengan

masa pemulihan 48 jam , beban maksimal dengan masa pemulihan 72 jam, serta

beban maksimal dengan masa pemulihan 96 jam.

b. Variabel tergantung adalah SGPT dan SGOT darah mencit, sel-sel hati yang

tidak normal dalam 10 lapangan pandangan.

c. Variabel kendali adalah jenis kelamin, kesehatan, berat badan,makanan, umur

dan lingkungan.

4.5 Definisi Operasional Variabel

1. Beban maksimal adalah berenang sekuat-kuatnya, sampai terjadi tanda-tanda

kelelahan berupa hampir tenggelam ( O’Toole, 1998 Lamanya berenang

agar terpenuhi syarat tersebut adalah 50 menit (Budijanto, 1999; Rahayu, 2000;

Ramadi, 2001; Soekarman, 1999 ).

2. Beban maksimal dan pemulihan 24 jam/1 hari adalah berenang sekuat-kuatnya,

sampai terjadi tanda-tanda kelelahan berupa hampir tenggelam

( O’Toole, 1998 ), yang diikuti pemulihan 24 jam. Lamanya berenang agar

terpenuhi syarat tersebut adalah 50 menit (Budijanto, 1999; Rahayu, 2000;

Ramadi, 2001; Soekarman, 1999 ).

3. Beban maksimal dan pemulihan 2 hari/ 48 jam adalah keadaan setelah

melakukan renang bebas sekuat-kuatnya sampai hampir tenggelam dan dengan

waktu istirahat selama 24 jam.

4. Beban maksimal dengan glutamin dan pemulihan 72 jam adalah keadaan

setelah renang bebas sekuat-kuatnya sampai hampir tenggelam dan diberikan

parasetamol 700mg/KG BB, pada kelompok yang diberikan glutamin sepuasnya

selama seminggu sebelum pemberian beban kemudian diikuti istirahat selama

48 jam( 2 hari ) dan terus diberikan glutamin

5. Beban maksimal dengan glutamin dan pemulihan 72 jam adalah keadaan setelah

renang bebas sekuat-kuatnya sampai hampir tenggelam dan parasetamol

700mg/Kg BB, pada kelompok yang diberikan glutamin sepuasnya selama

10

Page 11: Glutamin Sgot Unud

seminggu sebelum pemberian beban kemudian diikuti istirahat selama 72

jam( 3 hari ) dan terus diberikan glutamin.

6. Beban maksimal dengan glutamin dan pemulihan 72 jam adalah keadaan setelah

renang bebas sekuat-kuatnya sampai hampir tenggelam dan parasetamol

700mg/Kg BB, pada kelompok yang diberikan glutamin sepuasnya selama

seminggu sebelum pemberian beban kemudian diikuti istirahat selama 96

jam( 4 hari ) dan terus diberikan glutamin.

7. Jumlah limfosit darah adalah banyaknya limfosit yang terdapat dalam 1 ml

darah. Darah diambil secara intrakardial sampai mencit mati. Menghitung

jumlah limfosit dilakukan dengan alat Cell-Dyn 1400 yang tersedia di Lab.

Patologi Klinik FK unud.

8. Jumlah limfosit dewasa pada hati adalah banyaknya limfosit dewasa pada

sepuluh lapangan pandangan dengan pembesaran 1000 kali ( Rosai,1995) pada

sediaan PA yang dibuat dari irisan hati mencit , dilihat dengan mikroskup

binokuler dengan bantuan lensa okuler khusus.

9. Sel-sel lain pada hati adalah jumlah sel-sel limfosit muda ( limfosit ukuran

besar ) dan sel-sel lain seperti granulosit, monosit dan makrofag pada sepuluh

lapangan pandangan dengan pembesaran 1000 kali pada sediaan PA hati

mencit .

10. Mencit sehat adalah mencit yang telah diperiksa dan dinyatakan sehat oleh

dokter hewan.

11. Berat badan adalah berat mencit yang ditimbang dengan timbangan khusus

merek Shunle yang tersedia di Lab. Farmakologi FK unud.

12. Umur mencit ditentukan dengan melihat tanggal kelahiran yang telah dicatat

oleh dokter hewan pada kandang binatang percobaan.

13. Lingkungan adalah kandang dan suasana sekitar kandang dibuat agar tidak

menimbulkan stress terhadap binatang percobaan. Tiap-tiap kelompok

diletakkan pada tempat atau kandang yang sama.

14. Makanan adalah campuran khusus yang telah disediakan/dianjurkan oleh

dokter hewan dan ditempatkan pada tempat yang sama dengan jumlah yang sama

11

Page 12: Glutamin Sgot Unud

pada setiap kelompok. Campuran makanan yang disiapkan terdiri dari protein

20-25 %, pati 45-55% , lemak 10-12% serta serat kasar 4 %.

15. Glutamin adalah asam amino L-Glutamin dengan rumus kimia C5H10 O3 N2

yang didapat dari pabrik dan diberikan pada mencit dengan konsentrasi 0,9

gram/ml dalam air minum dan diberikan sepuasnya ( adlibitum )

4.6 Instrumen dan zat-zat yang diperlukan Penelitian

1. Timbangan khusus untuk menimbang berat badan mencit yang telah tersedia di

Lab. Farmakologi FK unud.

2. Ember besar dengan diameter 70 cm sebagai tempat renang bebas dari mencit.

3. Spuit disposible 2,5 cc untuk mngambil darah intracardial.

4. Minor surgery set untuk mengambil hati.

5. Botol kecil untuk merendam hati

6. Mikroskup binokuler untuk membaca sediaan hati yang telah disiapkan.

7. Minyak enersia dan larutan xylol.

8. Formalin 10% untuk merendam hati mencit sebelum dikirim ke Lab. Patologi

Anatomi FK Unud.

9. Glutamin

10. Parastamol

4.7 Prosedur Penelitian

1. Persiapan sebelum penelitian

a. Menghubungi Lab-lab terkait seperti Lab. Patologi Klinik FK, Lab. Patologi

Anatomi FK Unud, dokter hewan yang membantu dalam menyiapkan binatang

percobaan.

b. Penyiapan binatang percobaan meliputi pemilihan umur yang sama, sehat,berat

badan yang sesuai serta penyiapan kandang dan makanan setelah binatang

percobaan diberi perlakuan beban maksimal.

12

Page 13: Glutamin Sgot Unud

c. Penentuan sampel berdasarkan kriteria yang di tentukan dilanjutkan dengan

pembagian kelompok dan adaptasi binatang percobaan.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Hari pertama melakukan penelitian pada kelompok kontrol.

Penelitian dilakukan di Lab Farmakologi Fk Unud bekerjasama dengan dua

orang dokter hewan untuk mengambil darah secara intrakardial yang dilanjutkan

dengan laparatomi untuk mengambil hati.

Darah di kirim ke Lab Patologi Klinik FK Unud untuk pemeriksaan SGOTdan

SGPT, hati direndam dengan formalin 10 % selanjutnya dikirim ke Lab. terkait

untuk pembuatan sediaan PA hati. Masing-masing bahan diberi label yang jelas

sebelum dikirim.

b. Hari kedua melakukan penelitian pada kelompok perlakuan 1( 10 ekor) dengan

prosedur sebagai berikut. Semua mencit diberikan parasetamol 700mg/Kb BB

secara intraperitonial.

Lima buah ember diisi air dengan kedalaman 25 cm. Pada masing-masing

ember yang telah disiapkan tersebut dilepas 2 ekor mencit dan dibiarkan

berenang sampai hampir tenggelam( ada tanda-tanda kelelahan /selama 45-50

menit ). Setelah mencit nampak kelelahan dan hampir tenggelam segera

dilakukan pengambilan darah sehingga mencit mati.

Selanjutnya dilakukan pengambilan hati dan dilakukan pemotongan hati dengan

mengambil satu lobus dari hati dan direndam dengan formalin 10%. Bahan

yang diperoleh yaitu darah dan hati selanjutnya dikirim ke Lab. terkait.

c. Hari ketiga melakukan penelitian pada kelompok perlakuan 2( 10 ekor) yang

diberi glutamin seminggu sebelum beban maksimal dan parasetamol dengan

dosis 700mg/Kg BB intra peritoneal sebelum diberi beban maksimal, dengan

prosedur sebagai berikut.

Lima buah ember diisi air dengan kedalaman 25 cm. Pada masing-masing

ember yang telah disiapkan tersebut dilepas 2 ekor mencit dan dibiarkan

berenang sampai hampir tenggelam( ada tanda-tanda kelelahan). Setelah mencit

13

Page 14: Glutamin Sgot Unud

nampak kelelahan dan hampir tenggelam segera dilakukan pengambilan darah

sehingga mencit mati.

Selanjutnya dilakukan pengambilan hati dan dilakukan pemotongan hati dengan

mengambil salah satu lobus hati direndam dengan formalin 10%. Bahan yang

diperoleh yaitu darah dan hati selanjutnya dikirim ke Lab. terkait.

d. Hari keempat dilakukan penelitian untuk kelompok perlakuan 3. (10 ekor)

e. Tahap pertama 10 ekor mencit yang telah diberikan parasetamol 700mg/Kg BB,

dilepas dan dibiarkan berenang sesuai dengan prosedur pada perlakuan 1

dilanjutkan dengan istirahat selama 24 jam pada kandang yang telah disediakan

dan diberi makan dan minum air dan glutamin sepuasnya. Setelah istirahat

selama 24 jam dilakukan pengambilan darah secara intrakardial dan pengambilan

hati dengan prosedur seperti pada kelompok 2.

f. Selanjutnya dilakukan perlakuan pada kelompok perlakuan 4 dengan prosedur

sesuai dengan pada kelompok 2 yaitu dilepas dan dibiarkan berenang bebas

dalam ember sampai hampir tenggelam. Mencit tersebut diistirahatkan 48 jam( 2

hari), serta diberi makan dan minum glutamin sepuasnya.Pada kelompok

perlakuan 5 dilakukan perlakuan seperti kelompok 3 dengan waktu istirahat

72 jam ( 3 hari ),serta diberi makan dan minum glutamin sepuasnya. Setelah

istirahat 48 jam dilakukan pengambilan darah intrakardial pada kelompok

perlakuan 4 dan dilanjutkan dengan pengambilan hati sesuai dengan prosedur

pada kelompok perlakuan 2. Selanjutnya dilakukan pengambilan darah dan hati

pada kelompok perlakuan 5 setelah istrahat 72 jam dengan prosedur seperti

kelompok perlakuan perlakuan 4 dan setelah istirahat 96 jam pada kelompok

perlakuan 6.

3. Pada hari-hari selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada sediaan PA dengan

prosedur sebagai berikut:

a. Pada kelompok kontrol

14

Page 15: Glutamin Sgot Unud

Setiap hari dilakukan penghitungan hanya dua sediaan yang dilakukan secara

bergantian oleh dua orang pemeriksa yaitu peneliti sendiri dan seorang akhli

Patologi.

Pemeriksaan dilakukan mulai dengan pembesaran 400 kali untuk melakukan

identifikasi dari hati.

Setelah teridentifikasi dengan baik baru dilakukan pemeriksaan dengan

pembesaran 1000 kali.

Dengan pembesaran tersebut dilakukan identifikasi sel-sel yang abnormal pada

10 lapangan pandangan. Hasil yang didapat dari dua orang pemeriksa dirata-

ratakan sehingga kesalahan yang terjadi dapat diperkecil.

b. Setelah pemeriksaan selesai pada kelompok kontrol dilanjutkan dengan

pemeriksaan pada kelompok perlakuan dengan prosedur kerja seperti kelompok

kontrol.

4.8 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

a. Uji normalitas dengan Kolmogorof Smirnov test

b. Uji Anova untuk mengetahui perbedaan antar kelompok

c. Uji LSD untuk mengetahui kelompok yang berbeda dan yang tidak berbeda

dengan kontrol ( Santoso,1999).

d. Uji-t untuk kelompok yang tidak bisa diuji dengan Anova.

Kepustakaan

1.Bernhard MC, Junker E, Hettinger A, Lauterburg BH. 1998. Time Course of total

cystein, glutathione and homocysteine in plasma of patients with chrinic

hepatitis C treated with interferon-alpha with and without supplementation

with N-acetylcysteine. J Hepatol May;28(5):751-5.

15

Page 16: Glutamin Sgot Unud

2.Chen TS, Richie JP, Nagasawa HT, Lang CA. 2000. Glutathione monoethyl ester

protects against glutathione deficiencies due to aging and acetaminophen in

mice. Mech Ageing Dev. Dec 1; 120(1-3):127-39.

3.Chevion S, et al. 2003. Plasma antioxidant status and cell injury after severe physical

exercise. Proc.Nati.Acad.Sci.USA, Vol 100,Issue 9,5119-5123.

4.Droge W. 2002. Free Radicals in the Physiological Control of cell Function.

Physiological Reviews, Vol 82 No.1 January. 47-95.

5 Frick R. 1999. Function of glutamine. Available at : http:// www.medfaq.com/glulong

3.htm.

6..Gleeson M. 1999. L-Glutamine. School of Sport and Exercise Sciences, University of

Birmingham. View report for Printing.

7. Ideo G, Bellobuono A, Tempini S, et al. 1999. Antioksidant drugs combined with

alpha-interferon in chronic hepatitis C not responsive to alpha-interferon alone:

a randomized multicentre study. Eur J Gastroenterol Hepatol.

Nov;11(11):1203-7.

8. King PD, Perry MC. 2001. Hepatotoxicity of Chemotherapy. The Oncologist, Vol 6,

No 2, 162-176.

9..Koutedakis Y, Raafat A, Sharp NC, Rosmarin MN, Beard MJ, Robbins SW. 1993.

Serum enzyme activities in individuals with different levels of physical fitness.

J Spotts Med phys Fitness . Sep; 33 (3) : 252 – 7.

10.Krzywkowski K, Petersen EW, Ostrowski K, et al. 2001. Effect of glutamine and protein supplementation on exercise-induced decreases in salivary Ig A. J Appl Physiol 91: 832-838.

16

Page 17: Glutamin Sgot Unud

11..LiLiJi. 1999. Antioxidants and Oxidative Stress in Exercise. Proceedings of the

Society for Experimental Biology and Medicine 222: 283-292.

12.Liu J, et al. 2000. Chronically and acutely exercised rats: biomarkers of oxidative

stress and endogenous antioxidants. J Appl. Physiol. Vol 89: july 21-28.

13.Miller AL. 1999. Therapeutic considerrations of L-glutamine: a review of the

literature. Altern Med Rev. Aug; 4(4): 239-48.

14...Medved, Brown M J, Bjorksten AR, Leppik JA, Sostaric S, MCKenna MJ. 2003 .

N-acetylcysteine infusion alters blood redox status but not time to fatigue

during intense exercise in humans. J appl Physiol 94:1572-1582.

15.Phels DT, Deneke SM, Daley DL, Fanburg BL 1992. Elevation of glutathione levels

in bovine pulmonary artery endothelial cells by N-acetylcysteine. . J Appl.

Physiol Sep; 7(3):293-9.

16..Song H, Chen TS. 2001. p-Aminophenol-induced liver toxicity: tentative evidence of

a role for acetaminophen. J Biochem Mol Toxicol ; 15(1):34-40

17..Rzucidlo SJ, Bounous DI, Jones DP, Brackett BG. 2000. Acute acetaminophen

toxicity in transgenic mice with elevated hepatic glutathione. Vet Hum Toxicol.

Jun; 42(3):146-50.

18.Yoon MY, Kim SN, Kim YC. 1997. Potentiation of acetaminophen hepatotoxicity

by acute physical exercise in rats. Res Commun Mol Pathol Pharmacol.

Apr;96(1):35-44.

17