tutor ke 3

3
NI sorry kalo ini ak ngrangkumnya banyak yang salah cz aku ngerjakannya malem Masalah Keagamaan (kerohanian) Terdapat suatu masalah lain yang dialami oleh penyandang HIV/AIDS yakni masalah keagamaan (kerohanian). Menurut Susanto (2004:2) “berupa perasaan bersalah dan berdosa secara berlebihan”. Berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Diane Richardson (2002:164) “Mereka juga merasa sangat bersalah dan akhirnya menyalahkan diri mereka sendiri atas semua yang terjadi termasuk kondisi mereka. Dengan keadaan tersebut penyandang HIV/AIDS sering kali terlihat gelisah dan tidak pernah merasa tenang. Ketika mereka melakukan aktivitas pun terkadang dianggap tidak boleh atau tidak sesuai oleh masyarakat, karena apa pun yang dilakukan oleh penyandang HIV/AIDS tersebut terkesan penyebar virus HIV/AIDS. Ketika mereka (penyandang HIV/AIDS) selalu memiliki perasaan bersalah dan berdosa yang berlebihan atau berlarut-larut akan menyebabkan terjadinya suatu tindakan yang mengganggu kejiwaan mereka, terlebih menggoyahkan keimanan mereka. Sehingga kadar ketaqwaan mereka akan perlahan luntur dikarenakan perasaan kecewa yang tidak bisa terobati. Lembaga Pelayanan Penyandang HIV/AIDS a. Badan Penanggulangan Napza dan AIDS Semakin meningkatnya dalam penyalahgunaan narkoba, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lain (napza) dikalangan masyarakat telah merambah pada semua lapisan masyarakat dan semua tingkat usia. Hal tersebut juga berdampak sangat buruk terhadap kondisi sosial ekonomi kesehatan. Sekaligus secara tidak langsung membahayakan perkembangan sumber daya manusia, dan secara tidak langsung mempermudah penyebaran HIV/AIDS. Pemerintah provinsi Jawa Timur mempelopori upaya secara serius untuk menangani masalah tersebut, dan salah

description

tentang hiv aids

Transcript of tutor ke 3

NI sorry kalo ini ak ngrangkumnya banyak yang salah cz aku ngerjakannya malem Masalah Keagamaan (kerohanian)

Terdapat suatu masalah lain yang dialami oleh penyandang HIV/AIDS yakni masalah keagamaan (kerohanian). Menurut Susanto (2004:2) berupa perasaan bersalah dan berdosa secara berlebihan. Berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Diane Richardson (2002:164) Mereka juga merasa sangat bersalah dan akhirnya menyalahkan diri mereka sendiri atas semua yang terjadi termasuk kondisi mereka. Dengan keadaan tersebut penyandang HIV/AIDS sering kali terlihat gelisah dan tidak pernah merasa tenang. Ketika mereka melakukan aktivitas pun terkadang dianggap tidak boleh atau tidak sesuai oleh masyarakat, karena apa pun yang dilakukan oleh penyandang HIV/AIDS tersebut terkesan penyebar virus HIV/AIDS.

Ketika mereka (penyandang HIV/AIDS) selalu memiliki perasaan bersalah dan berdosa yang berlebihan atau berlarut-larut akan menyebabkan terjadinya suatu tindakan yang mengganggu kejiwaan mereka, terlebih menggoyahkan keimanan mereka. Sehingga kadar ketaqwaan mereka akan perlahan luntur dikarenakan perasaan kecewa yang tidak bisa terobati.

Lembaga Pelayanan Penyandang HIV/AIDSa. Badan Penanggulangan Napza dan AIDSSemakin meningkatnya dalam penyalahgunaan narkoba, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lain (napza) dikalangan masyarakat telah merambah pada semua lapisan masyarakat dan semua tingkat usia. Hal tersebut juga berdampak sangat buruk terhadap kondisi sosial ekonomi kesehatan. Sekaligus secara tidak langsung membahayakan perkembangan sumber daya manusia, dan secara tidak langsung mempermudah penyebaran HIV/AIDS. Pemerintah provinsi Jawa Timur mempelopori upaya secara serius untuk menangani masalah tersebut, dan salah satu upaya yang dilakukan adalah membentuk Badan Penanggulangan Napza dan AIDS (BPNA).

BPNA ini merupakan suatu badan/lembaga non birokrasi dan non structural, meskipun para personal BPNA itu sebagian adalah pegawai pemerintah daerah setempat. BPNA juga menjalin kerjasama dengan pihak Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Rumah sakit umum Dr. Sutomo Surabaya, Dinas Pemuda dan Keolahragaan, Kepolisian Daerah, Kantor Wilayah Kehakiman dan Hak Asasi Manusia serta LSM. Dari lembaga-lembaga tersebut salah satunya melakukan upaya penanggulangan dan pencegahan terhadap bahaya penyalahgunaan napza dan pencegahan terhadap penyebaran HIV/AIDS. Sehingga secara tidak langsung BPNA merupakan fasilitator sekaligus coordinator dalm penanggulangan penyalahgunaan napza dan pencegahan penularan HIV/AIDS.

b. Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

Dinas sosial provinsi Jawa Timur sebagai lembaga pemerintah daerah yang menangani masalah sosial dan didalamnya juga menangani masalah penyalahgunaan napza dan penyandang HIV/AIDS. Melalui Sub Dinas Rehabilitasi dan Sosial, telah dilakukan berbagai upaya pencegahan dan penanganan terhadap penyalahgunaan napza dan penularan HIV/AIDS. Upaya yang dilakukan yaitu memberikan Penyuluhan dan Bimbingan Sosial (PBS), lalu bekerjasama dengan LSM, orsos, dan sekolah. Secara otomatis Sub Dinas Rehabilitas dan Sosial pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Timurjuga bagian dari BPNA.

c. Yayasan Abdi Asih

Yayasan ini berdiri pada tahun 1995 yang berlokasi dijalan Dukuh Kupang Timur XII/22 Surabaya. Yayasan ini sekarang fokus terhadap cara memberdayakan masyarakat dan pengembangan kesehatan serta memberikan pengetahuan secara holistik tentang penyakit menular seksual HIV/AIDS. Yayasan Abdi Asih juga memberdayakan ODHA dan perempuan khususnya pekerja seks yaitu dengan memberikan bekal keterampilan menjahit, tataboga, dan salon kecantikan. Untuk mendukung progam tersebut yayasan ini bekerjasama dengan instruktur yang berpengalaman dan lembaga pemerintah yang ada di Surabaya. Tujuan dari progam tersebut yakni agar penyandang HIV/AIDS dapat mengisi kehidupannya yang lebih bermakna dengan menciptakan hasil karya mereka kerjakan masing-masing.