Tumor Tulang (2)

17
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR TULANG A. DEFINISI Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-sel tersebut tidak pernah menjadi dewasa. Dengan istilah lain yang sering digunakan “Tumor Tulang”, yaitu pertumbuhan abnormal pada tulang yang bisa jinak atau ganas. Tumor tulang atau Neoplasma tulang adalah neoplasma yang jarang ditemukan karena Insidensi neoplasma ini kurang dari 0,2 % dari keseluruhan neoplasma dan Insidensi dari beberapa neoplasma tulang bekaitan dengan usia, misalnya Osteosarkoma yang terjadi kebanyakan pada anak dan dewasa. Lokasi anatomik juga mempunyai kekhususan, yaitu tersering terjadi pada daerah metafisis panjang, yaitu femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal. B. ETIOLOGI a) Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi b) Keturunan, contoh faktor genetika yang dapat meningkatkan resiko kanker tulang adalah: 1. Multiple exostoses 2. Rothmund-Thomson sindrom 3. Retinoblastoma genetic 4. Li-Fraumeni sindrom

description

swdfgh

Transcript of Tumor Tulang (2)

Page 1: Tumor Tulang (2)

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR TULANG

A. DEFINISI

Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-sel

tersebut tidak pernah menjadi dewasa. Dengan istilah lain yang sering digunakan “Tumor

Tulang”, yaitu pertumbuhan abnormal pada tulang yang bisa jinak atau ganas. Tumor

tulang atau Neoplasma tulang adalah neoplasma yang jarang ditemukan karena Insidensi

neoplasma ini kurang dari 0,2 % dari keseluruhan neoplasma dan Insidensi dari beberapa

neoplasma tulang bekaitan dengan usia, misalnya Osteosarkoma yang terjadi kebanyakan

pada anak dan dewasa. Lokasi anatomik juga mempunyai kekhususan, yaitu tersering

terjadi pada daerah metafisis panjang, yaitu femur distal, tibia proksimal dan humerus

proksimal.

B. ETIOLOGI

a)   Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi

b)   Keturunan, contoh faktor genetika yang dapat meningkatkan resiko kanker tulang

adalah:

1. Multiple exostoses

2. Rothmund-Thomson sindrom

3. Retinoblastoma genetic

4. Li-Fraumeni sindrom

c)   Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya, seperti : penyakit paget (akibat

pajanan radiasi ).

Letak tulang relatif dekat dengan permukaan tubuh. Pada keganasan tulang umumnya

bisa teraba benjolan pada bagian lengan atau tungkai yang bersangkutan. Benjolan

tersebut disertai rasa pegal linu yang hilang timbul. Dengan perjalanan waktu, rasa nyeri

bertambah, terutama dirasakan pada malam hari. Rasa nyeri tidak tergantung aktifitas,

lama-lama rasa nyeri dirasakan terus menerus. Keganasan tulang yang rasanya dalam,

Page 2: Tumor Tulang (2)

seperti di panggul, sulit diraba benjolannya kecuali perasaan nyeri yang sering disangka

reumatik.

C. PATOFISIOLOGI

Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.

Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau

penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi

destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi

penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi

pertumbuhan tulang yang abortif.

D. MANIFESTASI KLINIS

Beberapa manifestasi klinis yang muncul pada tumor tulang bisa bervariasi tergantung

pada jenis tumor  tulangnya, namun yang paling umum adalah nyeri. Tumor tulang lebih

umum terjadi pada tulang yang bentuknya panjang (lengan dan kaki), sehingga tempat-

tempat tersebut merupakan tempat yang paling sering merasakan nyeri.

Tidak semua tumor tulang bersifat ganas, melainkan ada juga yang jinak. Nyeri tulang

umumnya menunjukkan bahwa tumor tersebut adalah jinak. Beberapa manifestasi klinis

tumor tulang, antara lain:

a) Persendian yang bengkak dan inflamasi.

b) Patah tulang yang disebabkan karena tulang yang rapuh

c) Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang

terbatas

d) Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya

pelebaran vena

e) Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi

semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas

penyakit)

Manifestasi klinis yang tidak spesifik seperti demam, menurunnya berat badan,

kelelahan yang hebat, dan anemia juga bisa menjadi gejala tumor tulang, tapi bisa juga

merupakan indikator penyakit lain.

Page 3: Tumor Tulang (2)

E. KLASIFIKASI

Klasifikasi neoplasma tulang berdasarkan asal sel :

a.) Primer

1. Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)

Jinak : Osteoid Osteoma

Ganas: Osteosarkoma, Osteoblastoma, Parosteal Osteosarkoma, Osteoma

2. Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)

Jinak : Kondroblastoma

Ganas : Kondrosarkoma, Kondromiksoid Fibroma, Enkondroma, Osteokondroma

3. Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)

Jinak : Non Ossifying Fibroma

Ganas : Fibrosarkoma

4. Tumor sumsum tulang (Myelogenik)

Ganas : Multiple Myeloma , Sarkoma Ewing , Sarkoma Sel Retikulum

5. Tumor lain-lain

Jinak : Giant cell tumor

Ganas : Adamantinoma, Kordoma

b.) Sekunder/Metastatik

Tumor Tulang Metastatik merupakan tumor tulang yang berasal dari tumor di bagian

tubuh lain yang telah menyebar ke tulang.

Lesi tulang metastatik dibagi menjadi 3 kelompok:

• Lesi osteolitik

• Lesi osteoblastik

• Lesi campuran.

Lesi osteolitik paling sering ditemukan pada proses destruktif (penghancuran tulang).

Lesi osteoblastik terjadi akibat pertumbuhan tulang baru yang dirangsang oleh tumor.

Secara mikroskopis, sebagian besar tumor tulang metastatik merupakan lesi campuran.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan petanda tumor

Kecurigaan terhadap osteosarkoma dilakukan pemeriksaan enzim alkali fosfatase

(SAP) dan enzim LDH. Kecurigaan terhadap myeloma (kanker pada sel-sel

Page 4: Tumor Tulang (2)

pembentuk darah di sumsung tulang) dilakukan pemeriksaan sumsum tulang dan

protein Bence Jones.

2. Pemeriksaan radiologi

Dilakukan foto polos pada semua keganasan tumor tulang.

3. Bone Scan

Ini dilakukan bila ada keraguan pada foto polos. Pemeriksaan bone scan lebih sensitif

dari foto polos. Artinya, bone scan bisa tampak kelainan walaupun pada foto polos

tidak tampak.

4. Pemeriksaan pencitraan (imaging)

Pemeriksaan pencitraan seperti CT-Scan, MRI, atau angiografi (pemotretan pembuluh

darah) diperlukan bila sudah ada kecurigaan keganasan pada tulang untuk

menentukan stadiumnya.

5. Pemeriksaan histopatologi

Dilakukan untuk menentukan jenis keganasan.

G. PENGOBATAN

a) Pembedahan.

Kanker tulang umumnya diterapi dengan pembedahan. Pembedahan dilakukan pada

kanker yang belum menyebar dan mengangkat jaringan kanker dan jaringan yang ada

disekitarnya. Beberapa tumor mungkin masih memerlukan kemoterapi atau radiasi

selain pembedahan.

b) Terapi radiasi

Terapi radiasi menggunakan energi radiasi tertentu untuk mengecilkan tumor atau

menghilangkan sel kanker. Terapi radiasi bekerja dengan merusak DNA sel, sehingga

sel tidak mampu berkembang. Meskipun terapi radiasi dapat merusak sel sehat yang

ada disekitarnya, sel kanker lebih sensitif terhadap radiasi dan akan mati saat

diradiasi. sel sehat disekitarnya akan rusak karena radiasi, namun mereka akan segera

pulih

c) Kemoterapi.

Kemoterapi sering diberikan untuk pengobatan kanker tulang. Obat kemoterapi

bekerja dengan menghilangkan sel-sel yang memiliki kecepatan dalam membelah diri,

seperti sel kanker. Namun, ada beberapa jenis sel normal yang juga memiliki sifat

Page 5: Tumor Tulang (2)

cepat membelah diri seperti sel rambut. Sehingga kadangkala kemoterapi

menyebabkan kerontokan rambut.

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Wawancara

Dapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan pasien

mengatasi masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dideritanya.

Berikan perhatian khusus pada keluhan misalnya : keletihan, nyeri pada

ekstremitas, berkeringat pada malam hari, kurang nafsu makan, sakit kepala, dan

malaise.

b. Pemeriksaan fisik

Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya

pelebaran vena.

Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang

terbatas

Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit :

1) mungkin hebat atau dangkal

2) sering hilang dengan posisi flexi

3) anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak

mampu menahan objek berat

Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe

regional

c. Pemeriksaan Diagnostik

Radiografi, tomografi, pemindaian tulang, radisotop, atau biopsi tulang bedah,

tomografi paru, tes lain untuk diagnosis banding, aspirasi sumsum tulang

(sarkoma ewing). (Wong, 2003)

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Page 6: Tumor Tulang (2)

1. Nyeri (akut/kronik)berhubungan dengan invasi tumor secara langsung pada jaringan

lunak

Intervensi: Sasaran utama pasien meliputi pemahaman mengenai proses penyakit

dan program terapi, pengontrolan nyeri, tiadanya fraktur patologik, pola penyelesaian

masalah yang efektif, peningktan harga-diri dan peniadan komplikasi.

Tanda vital dipantau, kehilangan darah dikaji, dilakukan observasi untuk mengkaji

timbulnya

trombosis vena profunda, emboli paru, infeksi, kontraktur, dan atropi disuse. Bagian

yang dioperasi harus ditinggikan untuk mengontrol pembengkakan, status

neurovaskuler harus dikaji. Biasanya derah tersbut diimobilisasi dengan bidai, gips

atau pembelut elastis sampai sembuh.

2. Resiko terhadap cidera, fraktur patologis yang berhubungan dengan tumor.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, maka diperoleh hasil

Cidera hilang / berkurang

Kriteria Hasil : Pasien dapat melakukan aktivitas.

Intervensi :

a.) Sangga tulang yang sakit dan tangani dengan lembut selama pemberian asuhan

keperawatan.

Rasional : Membantu proses penyembuhan dan mengurangi cidera pada pasien.

b.) Berikan sanggahan seksternal untuk perlindungan tambahan.

Rasional: Mengurangi cidera dan melindungi cidera pada pasien.

c.) Anjurkan kepada pasien untuk melakukan pembatasan penahanan berat badan.

Rasional: Untuk menjaga keseimbangan tubuh pasien.

d.) Ajarkan bagaimana cara untuk menggunakan alat ambulatori dengan aman dan

bagaimana untuk menguatkan ekstremitas yang tidak sakit.

Rasional: Mempercepat proses penyembuhan dan pasien dapat melakukan

aktivitas.

3. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh atau

perubahan dalam peran.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24jam maka diperoleh hasil

meningkatkan harga diri pasien.

Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan sikap dan perilaku yang percaya diri.

Page 7: Tumor Tulang (2)

Intervensi :

a.) Kaji / pertimbangkan persiapan pasien dan pandangan terhadap amputasi.

Rasional: Pasien yang memandang amputasi sebagai pemotongan hidup akan

menerima diri yang baru lebih cepat, karena amputasi menjadi akibat kegagalan

tindakan berada pada resiko tinggi gangguan konsep diri.

b.) Dorong ekspresi ketakutan, perasaan negatif dan kehialngan bagian tubuh.

Rasional: Ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan dan realita

hidup.

c.) Kaji / beri dukungan yang ada untuk pasien.

Rasional: Dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat membantu

proses rehabilitasi.

d.) Diskusikan persepsi penting tentang diri dan hubungan dengan perubahan dan

bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola / peran fungsi yang biasanya.

Rasional: Membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup

sebelumnya dan membantu memecahkan masalah.

e.) Dorong partisipasi dalam aktivitas sehari-hari.

Rasional: Meningkatkan kemandirian dan meningkatkan perasaan harga diri.

4.   Risiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan efek

radiasi, kemoterapi, perubahan imunologis, perubahan status nutrisi atau anemia.

Intervensi:

a.) Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker. Perhatikan

kerusakan/lambatnya penyembuhan luka. Tekankan pentingnya melaporkan area

terbuka pada pemberi perawatan.

Rasional : Efek kemerahan dapat terjadi pada area radiasi (kekeringan dan pruritus),

deskuamasi lembab (lepuh), ulserasi, kehilangan rambut, kehilangan

dermis, dan kelenjar keringat juga dapat terlihat. Reaksi ruam alergi,

hiperpigmentasi, pruritus, dan alopesia dapat terjadi akibat agen

kemoterapi

b.)     Mandikan klien dengan air hangat dan sabun ringan.

Rasional : Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.

c.)    Dorong klien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering.

Rasional :  Membantu mencegah friksi/trauma kulit.

Page 8: Tumor Tulang (2)

d.)     Ubah posisi dengan sering.

Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/jaringan yang

tidak perlu.

e.)    Anjurkan klien untuk menghindari krim kulit apapun, salep, dan bedak, kecuali

atas izin dokter.

Rasional : Dapat meningkatkan iritasi/reaksi secara nyata.

f.) Tinjau protokol perawatn kulit untuk klien yang mendapat terapi radiasi.

Rasional : Dilakukan untuk meminimalkan trauma pada area terapi radiasi.

g.)   Anjurkan menggunakan pakaian yang lembut dan longgar.

Rasional : Kulit sangat sensitive sesaat atau setelah pengobatan, dan semua iritasi

harus dihindari untuk mencegah cedera termal.

h.) Tinjau ulang protokol perawatan kulit untuk klien yang mendapat kemoterapi.

Rasional : Menurunkan risiko iritasi/ekstravasasi jaringan dari agen ke dalam

jaringan.

i.) 12.  Cuci kulit segera dengan sabun dan air agen antineoplastik yang tercecer pada

kulit yang tidak terlindungi.

Rasional : Mengencerkan obat untuk menurunkan risiko iritasi kulit/luka bakar

kimia.

Kolaborasi

j.)  Berikan antidote yang tepat bila terjadi eksaserbasi, misalnya :

a.       DMSO topical

b.      Hialuronidasi (wydase)

c.       NaHCO3

d.      Tiosulfat

Rasional : Mengurangi kerusakan jaringan lokal

k.) Berikan salep topikal, misalnya : sulfadiazine perak (silvaene) dengan tepat.

Rasional : Digunakan untuk mencegah infeksi/memudahkan penyembuhan bila

terjadi luka bakar kimia (ekstravasasi).

l.) Berikan kompres es/hangat per protokal.

Rasional : Intervensi kontroversional tergantung pada tipe agen yang digunakan.

5. Kurang pengetahuan( kebutuhan belajar tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan

perawatan) berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi,

mitos, tidak mengenal sumber informasi atau keterbatasan kognitif.

Page 9: Tumor Tulang (2)

Intervensi :

a.)  Tinjau ulang dengan klien/orang terdekat tentang pemahaman diagnosis, alternative

pengobatan, dan sifat harapan.

Rasional : Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifikasi kebutuhan

belajar, dan memberikan dasar pengetahuan di mana klien membuat

keputusan berdasarkan informasi.

b.) Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatan kanker, tanyakan pengalaman

sebelum/sesudah menderita kanker atau pengalaman orang lain tentang kanker.

Rasional : Membantu identifikasi ide, sikap, rasa takut, kesalahan konsepsi, dan

kesenjangan pengetahuan tentang kanker.

c.) Berikan informasi yang jelas dan akurat. Jawab pertanyaan secara khusus, tetapi tidak

memaksakan detail-detail yang tidak penting.

Rasional : Membantu penilaian diagnosis kanker, memberikan informasi yang

diperlukan. Kecepatan dan metode pemberian informasi perlu diubah

agar mengurangi ansietas klien dan meningkatkan kemampuan untuk

mengasimilasi informasi.

d.) Berikan pedoman antisipasi pada klien/orang terdekat mengenai pengobatan,

kemungkinan efek samping, bersikap jujur kepada klien.

Rasional : Klien mempunyai hak untuk tahu dan berpartisipasi dalam pengambilan

keputusan. Informasi yang akurat dan detail membantu menghilangkan

rasa takut dan ansietas, mengklarifikasi rutinitas yang diharapkan, dan

memungkinkan klien mempertahankan beberapa derajat kontrol.

e.) Minta umpan balik verbal klien, dan perbaiki kesalahan konsep tentang tipe kanker

individu dan pengobatan.

Rasional : Kesalahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada kenyataan

dan mempengaruhi penguatan/penurunan penyembuhan.

f.) Nyatakan secara normal keterbatasan yang akan dialami (bila ada), misalnya :

membatasi pemajana sinar matahari, masukan alkohol, kehilangan waktu kerja karena

pengobatan di rumah sakit.

Rasional : Bila pembatasan diperlukan, memungkinkan klien/orang terdekat mulai

menempatkan diri mereka pada perspektif dan rencana/adaptasi sesuai

indikasi.

g.) Berikan materi tertulis tentang kanker, pengobatan, dan ketersediaan system

pendukung.

Page 10: Tumor Tulang (2)

Rasional : Ansietas dan berpikir terus-menerus dengan pikiran tentang kehidupan dan

kematian sering mempengaruhi kemampuan klien untuk mengasimilasi

informasi adekuat.

h.) Tinjau ulang aturan pengobatan khusus dan penggunaan obat yang di jula bebas.

Rasional : Meningkatkan kemampuan untuk mengatur perawatan diri dan

menghindari risiko komplikasi, reaksi/interaksi obat.

i.) Beri tahu kebutuhan perawatan khusus di rumah, misalnya: kemampuan untuk hidup

sendiri, melakukan prosedur/pengobatan yang diperlukan.

Rasional : Memberikan informasi mengenai perubahan yang doperlukan dalam

rencana memenuhi kebutuhan terapeutik.

j.) Lakukan evaluasi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi.

Rasional : Membantu dalam transisi ke lingkungan rumah dengan memberikan

informasi tentang kebutuhan perubahan pada situasi fisik, dan membantu

dalam penyediaan bahan yang diperlukan.

k.) Rujuk pada sumber-sumber di komunitas sesuai indikasi, misalnya : pelayanan social

(bila ada).

Rasional : Meningkatkan kemampuan prawatan mandiri dan kemandirian optimal.

l.) Tinjau ulang bersama klien/orang terdekat pentingnya mempertahankan status nutrisi

optimal.

Rasional : Meningkatkan kesejahteraan, memudahkan pemulihan, dan memungkinkan

klien menoleransi pengobatan.

m.) Dorong variasi diet serta pengalaman dalam perencanaan makan.

Rasional : Kreativitas dapat meningkatkan keinginan dan masukan makanan,

khususnya bila makanan protein terasa lebih pahit.

n.) Berikan buku masak yang didesain untuk klien kanker.

Rasional : Membantu dalam memberikan menu/ide bumbu khusus.

o.) Anjurkan meningkatkan masukan cairan dan serat dalam diet serta latihan teratur.

Rasional : Memperbaiki konsistensi feses dan merangsang peristaltik.    

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: Tumor Tulang (2)

1. Lukman dan Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Palembang : Salemba Medika.

2. Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk

perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.

3. Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.