Tumor Tulang (2)
-
Upload
nophienyagigghz-luphmoepolephel-anyunnyuntama -
Category
Documents
-
view
44 -
download
5
description
Transcript of Tumor Tulang (2)
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR TULANG
A. DEFINISI
Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-sel
tersebut tidak pernah menjadi dewasa. Dengan istilah lain yang sering digunakan “Tumor
Tulang”, yaitu pertumbuhan abnormal pada tulang yang bisa jinak atau ganas. Tumor
tulang atau Neoplasma tulang adalah neoplasma yang jarang ditemukan karena Insidensi
neoplasma ini kurang dari 0,2 % dari keseluruhan neoplasma dan Insidensi dari beberapa
neoplasma tulang bekaitan dengan usia, misalnya Osteosarkoma yang terjadi kebanyakan
pada anak dan dewasa. Lokasi anatomik juga mempunyai kekhususan, yaitu tersering
terjadi pada daerah metafisis panjang, yaitu femur distal, tibia proksimal dan humerus
proksimal.
B. ETIOLOGI
a) Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
b) Keturunan, contoh faktor genetika yang dapat meningkatkan resiko kanker tulang
adalah:
1. Multiple exostoses
2. Rothmund-Thomson sindrom
3. Retinoblastoma genetic
4. Li-Fraumeni sindrom
c) Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya, seperti : penyakit paget (akibat
pajanan radiasi ).
Letak tulang relatif dekat dengan permukaan tubuh. Pada keganasan tulang umumnya
bisa teraba benjolan pada bagian lengan atau tungkai yang bersangkutan. Benjolan
tersebut disertai rasa pegal linu yang hilang timbul. Dengan perjalanan waktu, rasa nyeri
bertambah, terutama dirasakan pada malam hari. Rasa nyeri tidak tergantung aktifitas,
lama-lama rasa nyeri dirasakan terus menerus. Keganasan tulang yang rasanya dalam,
seperti di panggul, sulit diraba benjolannya kecuali perasaan nyeri yang sering disangka
reumatik.
C. PATOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
D. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa manifestasi klinis yang muncul pada tumor tulang bisa bervariasi tergantung
pada jenis tumor tulangnya, namun yang paling umum adalah nyeri. Tumor tulang lebih
umum terjadi pada tulang yang bentuknya panjang (lengan dan kaki), sehingga tempat-
tempat tersebut merupakan tempat yang paling sering merasakan nyeri.
Tidak semua tumor tulang bersifat ganas, melainkan ada juga yang jinak. Nyeri tulang
umumnya menunjukkan bahwa tumor tersebut adalah jinak. Beberapa manifestasi klinis
tumor tulang, antara lain:
a) Persendian yang bengkak dan inflamasi.
b) Patah tulang yang disebabkan karena tulang yang rapuh
c) Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas
d) Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena
e) Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi
semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas
penyakit)
Manifestasi klinis yang tidak spesifik seperti demam, menurunnya berat badan,
kelelahan yang hebat, dan anemia juga bisa menjadi gejala tumor tulang, tapi bisa juga
merupakan indikator penyakit lain.
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi neoplasma tulang berdasarkan asal sel :
a.) Primer
1. Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)
Jinak : Osteoid Osteoma
Ganas: Osteosarkoma, Osteoblastoma, Parosteal Osteosarkoma, Osteoma
2. Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)
Jinak : Kondroblastoma
Ganas : Kondrosarkoma, Kondromiksoid Fibroma, Enkondroma, Osteokondroma
3. Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)
Jinak : Non Ossifying Fibroma
Ganas : Fibrosarkoma
4. Tumor sumsum tulang (Myelogenik)
Ganas : Multiple Myeloma , Sarkoma Ewing , Sarkoma Sel Retikulum
5. Tumor lain-lain
Jinak : Giant cell tumor
Ganas : Adamantinoma, Kordoma
b.) Sekunder/Metastatik
Tumor Tulang Metastatik merupakan tumor tulang yang berasal dari tumor di bagian
tubuh lain yang telah menyebar ke tulang.
Lesi tulang metastatik dibagi menjadi 3 kelompok:
• Lesi osteolitik
• Lesi osteoblastik
• Lesi campuran.
Lesi osteolitik paling sering ditemukan pada proses destruktif (penghancuran tulang).
Lesi osteoblastik terjadi akibat pertumbuhan tulang baru yang dirangsang oleh tumor.
Secara mikroskopis, sebagian besar tumor tulang metastatik merupakan lesi campuran.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan petanda tumor
Kecurigaan terhadap osteosarkoma dilakukan pemeriksaan enzim alkali fosfatase
(SAP) dan enzim LDH. Kecurigaan terhadap myeloma (kanker pada sel-sel
pembentuk darah di sumsung tulang) dilakukan pemeriksaan sumsum tulang dan
protein Bence Jones.
2. Pemeriksaan radiologi
Dilakukan foto polos pada semua keganasan tumor tulang.
3. Bone Scan
Ini dilakukan bila ada keraguan pada foto polos. Pemeriksaan bone scan lebih sensitif
dari foto polos. Artinya, bone scan bisa tampak kelainan walaupun pada foto polos
tidak tampak.
4. Pemeriksaan pencitraan (imaging)
Pemeriksaan pencitraan seperti CT-Scan, MRI, atau angiografi (pemotretan pembuluh
darah) diperlukan bila sudah ada kecurigaan keganasan pada tulang untuk
menentukan stadiumnya.
5. Pemeriksaan histopatologi
Dilakukan untuk menentukan jenis keganasan.
G. PENGOBATAN
a) Pembedahan.
Kanker tulang umumnya diterapi dengan pembedahan. Pembedahan dilakukan pada
kanker yang belum menyebar dan mengangkat jaringan kanker dan jaringan yang ada
disekitarnya. Beberapa tumor mungkin masih memerlukan kemoterapi atau radiasi
selain pembedahan.
b) Terapi radiasi
Terapi radiasi menggunakan energi radiasi tertentu untuk mengecilkan tumor atau
menghilangkan sel kanker. Terapi radiasi bekerja dengan merusak DNA sel, sehingga
sel tidak mampu berkembang. Meskipun terapi radiasi dapat merusak sel sehat yang
ada disekitarnya, sel kanker lebih sensitif terhadap radiasi dan akan mati saat
diradiasi. sel sehat disekitarnya akan rusak karena radiasi, namun mereka akan segera
pulih
c) Kemoterapi.
Kemoterapi sering diberikan untuk pengobatan kanker tulang. Obat kemoterapi
bekerja dengan menghilangkan sel-sel yang memiliki kecepatan dalam membelah diri,
seperti sel kanker. Namun, ada beberapa jenis sel normal yang juga memiliki sifat
cepat membelah diri seperti sel rambut. Sehingga kadangkala kemoterapi
menyebabkan kerontokan rambut.
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Wawancara
Dapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan pasien
mengatasi masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dideritanya.
Berikan perhatian khusus pada keluhan misalnya : keletihan, nyeri pada
ekstremitas, berkeringat pada malam hari, kurang nafsu makan, sakit kepala, dan
malaise.
b. Pemeriksaan fisik
Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena.
Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas
Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit :
1) mungkin hebat atau dangkal
2) sering hilang dengan posisi flexi
3) anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak
mampu menahan objek berat
Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe
regional
c. Pemeriksaan Diagnostik
Radiografi, tomografi, pemindaian tulang, radisotop, atau biopsi tulang bedah,
tomografi paru, tes lain untuk diagnosis banding, aspirasi sumsum tulang
(sarkoma ewing). (Wong, 2003)
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut/kronik)berhubungan dengan invasi tumor secara langsung pada jaringan
lunak
Intervensi: Sasaran utama pasien meliputi pemahaman mengenai proses penyakit
dan program terapi, pengontrolan nyeri, tiadanya fraktur patologik, pola penyelesaian
masalah yang efektif, peningktan harga-diri dan peniadan komplikasi.
Tanda vital dipantau, kehilangan darah dikaji, dilakukan observasi untuk mengkaji
timbulnya
trombosis vena profunda, emboli paru, infeksi, kontraktur, dan atropi disuse. Bagian
yang dioperasi harus ditinggikan untuk mengontrol pembengkakan, status
neurovaskuler harus dikaji. Biasanya derah tersbut diimobilisasi dengan bidai, gips
atau pembelut elastis sampai sembuh.
2. Resiko terhadap cidera, fraktur patologis yang berhubungan dengan tumor.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, maka diperoleh hasil
Cidera hilang / berkurang
Kriteria Hasil : Pasien dapat melakukan aktivitas.
Intervensi :
a.) Sangga tulang yang sakit dan tangani dengan lembut selama pemberian asuhan
keperawatan.
Rasional : Membantu proses penyembuhan dan mengurangi cidera pada pasien.
b.) Berikan sanggahan seksternal untuk perlindungan tambahan.
Rasional: Mengurangi cidera dan melindungi cidera pada pasien.
c.) Anjurkan kepada pasien untuk melakukan pembatasan penahanan berat badan.
Rasional: Untuk menjaga keseimbangan tubuh pasien.
d.) Ajarkan bagaimana cara untuk menggunakan alat ambulatori dengan aman dan
bagaimana untuk menguatkan ekstremitas yang tidak sakit.
Rasional: Mempercepat proses penyembuhan dan pasien dapat melakukan
aktivitas.
3. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh atau
perubahan dalam peran.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24jam maka diperoleh hasil
meningkatkan harga diri pasien.
Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan sikap dan perilaku yang percaya diri.
Intervensi :
a.) Kaji / pertimbangkan persiapan pasien dan pandangan terhadap amputasi.
Rasional: Pasien yang memandang amputasi sebagai pemotongan hidup akan
menerima diri yang baru lebih cepat, karena amputasi menjadi akibat kegagalan
tindakan berada pada resiko tinggi gangguan konsep diri.
b.) Dorong ekspresi ketakutan, perasaan negatif dan kehialngan bagian tubuh.
Rasional: Ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan dan realita
hidup.
c.) Kaji / beri dukungan yang ada untuk pasien.
Rasional: Dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat membantu
proses rehabilitasi.
d.) Diskusikan persepsi penting tentang diri dan hubungan dengan perubahan dan
bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola / peran fungsi yang biasanya.
Rasional: Membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup
sebelumnya dan membantu memecahkan masalah.
e.) Dorong partisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
Rasional: Meningkatkan kemandirian dan meningkatkan perasaan harga diri.
4. Risiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan efek
radiasi, kemoterapi, perubahan imunologis, perubahan status nutrisi atau anemia.
Intervensi:
a.) Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker. Perhatikan
kerusakan/lambatnya penyembuhan luka. Tekankan pentingnya melaporkan area
terbuka pada pemberi perawatan.
Rasional : Efek kemerahan dapat terjadi pada area radiasi (kekeringan dan pruritus),
deskuamasi lembab (lepuh), ulserasi, kehilangan rambut, kehilangan
dermis, dan kelenjar keringat juga dapat terlihat. Reaksi ruam alergi,
hiperpigmentasi, pruritus, dan alopesia dapat terjadi akibat agen
kemoterapi
b.) Mandikan klien dengan air hangat dan sabun ringan.
Rasional : Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
c.) Dorong klien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering.
Rasional : Membantu mencegah friksi/trauma kulit.
d.) Ubah posisi dengan sering.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/jaringan yang
tidak perlu.
e.) Anjurkan klien untuk menghindari krim kulit apapun, salep, dan bedak, kecuali
atas izin dokter.
Rasional : Dapat meningkatkan iritasi/reaksi secara nyata.
f.) Tinjau protokol perawatn kulit untuk klien yang mendapat terapi radiasi.
Rasional : Dilakukan untuk meminimalkan trauma pada area terapi radiasi.
g.) Anjurkan menggunakan pakaian yang lembut dan longgar.
Rasional : Kulit sangat sensitive sesaat atau setelah pengobatan, dan semua iritasi
harus dihindari untuk mencegah cedera termal.
h.) Tinjau ulang protokol perawatan kulit untuk klien yang mendapat kemoterapi.
Rasional : Menurunkan risiko iritasi/ekstravasasi jaringan dari agen ke dalam
jaringan.
i.) 12. Cuci kulit segera dengan sabun dan air agen antineoplastik yang tercecer pada
kulit yang tidak terlindungi.
Rasional : Mengencerkan obat untuk menurunkan risiko iritasi kulit/luka bakar
kimia.
Kolaborasi
j.) Berikan antidote yang tepat bila terjadi eksaserbasi, misalnya :
a. DMSO topical
b. Hialuronidasi (wydase)
c. NaHCO3
d. Tiosulfat
Rasional : Mengurangi kerusakan jaringan lokal
k.) Berikan salep topikal, misalnya : sulfadiazine perak (silvaene) dengan tepat.
Rasional : Digunakan untuk mencegah infeksi/memudahkan penyembuhan bila
terjadi luka bakar kimia (ekstravasasi).
l.) Berikan kompres es/hangat per protokal.
Rasional : Intervensi kontroversional tergantung pada tipe agen yang digunakan.
5. Kurang pengetahuan( kebutuhan belajar tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan
perawatan) berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi,
mitos, tidak mengenal sumber informasi atau keterbatasan kognitif.
Intervensi :
a.) Tinjau ulang dengan klien/orang terdekat tentang pemahaman diagnosis, alternative
pengobatan, dan sifat harapan.
Rasional : Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifikasi kebutuhan
belajar, dan memberikan dasar pengetahuan di mana klien membuat
keputusan berdasarkan informasi.
b.) Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatan kanker, tanyakan pengalaman
sebelum/sesudah menderita kanker atau pengalaman orang lain tentang kanker.
Rasional : Membantu identifikasi ide, sikap, rasa takut, kesalahan konsepsi, dan
kesenjangan pengetahuan tentang kanker.
c.) Berikan informasi yang jelas dan akurat. Jawab pertanyaan secara khusus, tetapi tidak
memaksakan detail-detail yang tidak penting.
Rasional : Membantu penilaian diagnosis kanker, memberikan informasi yang
diperlukan. Kecepatan dan metode pemberian informasi perlu diubah
agar mengurangi ansietas klien dan meningkatkan kemampuan untuk
mengasimilasi informasi.
d.) Berikan pedoman antisipasi pada klien/orang terdekat mengenai pengobatan,
kemungkinan efek samping, bersikap jujur kepada klien.
Rasional : Klien mempunyai hak untuk tahu dan berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan. Informasi yang akurat dan detail membantu menghilangkan
rasa takut dan ansietas, mengklarifikasi rutinitas yang diharapkan, dan
memungkinkan klien mempertahankan beberapa derajat kontrol.
e.) Minta umpan balik verbal klien, dan perbaiki kesalahan konsep tentang tipe kanker
individu dan pengobatan.
Rasional : Kesalahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada kenyataan
dan mempengaruhi penguatan/penurunan penyembuhan.
f.) Nyatakan secara normal keterbatasan yang akan dialami (bila ada), misalnya :
membatasi pemajana sinar matahari, masukan alkohol, kehilangan waktu kerja karena
pengobatan di rumah sakit.
Rasional : Bila pembatasan diperlukan, memungkinkan klien/orang terdekat mulai
menempatkan diri mereka pada perspektif dan rencana/adaptasi sesuai
indikasi.
g.) Berikan materi tertulis tentang kanker, pengobatan, dan ketersediaan system
pendukung.
Rasional : Ansietas dan berpikir terus-menerus dengan pikiran tentang kehidupan dan
kematian sering mempengaruhi kemampuan klien untuk mengasimilasi
informasi adekuat.
h.) Tinjau ulang aturan pengobatan khusus dan penggunaan obat yang di jula bebas.
Rasional : Meningkatkan kemampuan untuk mengatur perawatan diri dan
menghindari risiko komplikasi, reaksi/interaksi obat.
i.) Beri tahu kebutuhan perawatan khusus di rumah, misalnya: kemampuan untuk hidup
sendiri, melakukan prosedur/pengobatan yang diperlukan.
Rasional : Memberikan informasi mengenai perubahan yang doperlukan dalam
rencana memenuhi kebutuhan terapeutik.
j.) Lakukan evaluasi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi.
Rasional : Membantu dalam transisi ke lingkungan rumah dengan memberikan
informasi tentang kebutuhan perubahan pada situasi fisik, dan membantu
dalam penyediaan bahan yang diperlukan.
k.) Rujuk pada sumber-sumber di komunitas sesuai indikasi, misalnya : pelayanan social
(bila ada).
Rasional : Meningkatkan kemampuan prawatan mandiri dan kemandirian optimal.
l.) Tinjau ulang bersama klien/orang terdekat pentingnya mempertahankan status nutrisi
optimal.
Rasional : Meningkatkan kesejahteraan, memudahkan pemulihan, dan memungkinkan
klien menoleransi pengobatan.
m.) Dorong variasi diet serta pengalaman dalam perencanaan makan.
Rasional : Kreativitas dapat meningkatkan keinginan dan masukan makanan,
khususnya bila makanan protein terasa lebih pahit.
n.) Berikan buku masak yang didesain untuk klien kanker.
Rasional : Membantu dalam memberikan menu/ide bumbu khusus.
o.) Anjurkan meningkatkan masukan cairan dan serat dalam diet serta latihan teratur.
Rasional : Memperbaiki konsistensi feses dan merangsang peristaltik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lukman dan Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Palembang : Salemba Medika.
2. Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.
3. Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.