Tumor Retroperitoneum

2
TUMOR RETROPERITONEUM ICD K66.9 Standar pelayanan Terjadinya neoplasma di daerah Retroperitoneum Tumor retropertoneum dapat terjadi sebagai tumor sekunder dari tumor primer di intraperitoneum. Karena gejala klinisnya yang sama, tumor ini sekilas tidak dapat dibedakan dari karsinomatosis dan chronic inflammatory peritonitis. Biasanya merupakan Metastase dari keganasan intraperitoneal primer Manifestasi Klinis o Distensi abdomen o Nyeri perut difus nonspesifik sebagai gejala sekunder dari ascites. o Adanya gambaran displasia glandula berat pada pemeriksaan Pap Smear o Nyeri perut berat, ascites, penurunan berat badan dan massa intraabdomen pada mesothelioma peritoneum yang ganas. o Trombositosis, biasanya berhubungan dengan prognosis yang buruk. o Adanya gejala pembekuan darah yang abnormal (flebitis, emboli, anemia hemolitik dan DIC). o Dilaporkan ada beberapa kasus dengan akhalasia esofagus, amyloidosis sekunder dan dermatomyositis. Pemeriksaan Penunjang o Pemeriksaan sitologi dari cairan ascites o USG, merupakan pemeriksaan yang tidak sensitif o CT scan, pemeriksaan yang tidak sentif, namun dapat melihat massa yang ukurannya kurang dari 1 cm o MRI o Positron Emission Tomography (PET) merupakan pemeriksaan yang sensitif, termasuk untuk lesi kurang dari 1 cm. o Angiografi, merupakan pemeriksaan yang sangat akurat, terutama apabila pemeriksaan dengan CT scan atau USG menunjukkan hasil yang negatif.

description

Tumor Retroperitoneum

Transcript of Tumor Retroperitoneum

TUMOR RETROPERITONEUM ICD K66.9

Biasanya merupakan Metastase dari keganasan intraperitoneal primer

Tumor retropertoneum dapat terjadi sebagai tumor sekunder dari tumor primer di intraperitoneum. Karena gejala klinisnya yang sama, tumor ini sekilas tidak dapat dibedakan dari karsinomatosis dan chronic inflammatory peritonitis.

Terjadinya neoplasma di daerah Retroperitoneum

Kista ovarium

Metastasis tumor ke peritoneum (peritoneal carcinomatosis) dari saluran pencernaan, ovarium atau payudara.

Lesi granulomatosa

Lesi histiosit nongranulomatosa

Lesi fibrosis

Lesi mesotelial

Manifestasi Klinis

Distensi abdomen

Nyeri perut difus nonspesifik sebagai gejala sekunder dari ascites.

Adanya gambaran displasia glandula berat pada pemeriksaan Pap Smear

Nyeri perut berat, ascites, penurunan berat badan dan massa intraabdomen pada mesothelioma peritoneum yang ganas.

Trombositosis, biasanya berhubungan dengan prognosis yang buruk.

Adanya gejala pembekuan darah yang abnormal (flebitis, emboli, anemia hemolitik dan DIC).

Dilaporkan ada beberapa kasus dengan akhalasia esofagus, amyloidosis sekunder dan dermatomyositis.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan sitologi dari cairan ascites

USG, merupakan pemeriksaan yang tidak sensitif

CT scan, pemeriksaan yang tidak sentif, namun dapat melihat massa yang ukurannya kurang dari 1 cm

MRI

Positron Emission Tomography (PET) merupakan pemeriksaan yang sensitif, termasuk untuk lesi kurang dari 1 cm.

Angiografi, merupakan pemeriksaan yang sangat akurat, terutama apabila pemeriksaan dengan CT scan atau USG menunjukkan hasil yang negatif.

Peritoneal lavage cytology dapat dilakukan saat laparoskopi atau laparotomi.

Sitoreduksi

Terapi ajuvan dengan regimen platinum-based chemotherapeutic.

Penatalaksanaan termasuk histerektoma dan salpingoooforektomi bilateral bila diperlukan.

Debulking tumor dan kemoterapi.

Terapi dengan carboplatin atau cisplatin dalam kombinasi dengan paclitaxel untuk meningkatkan angka harapan hidup.

Kemoterapi dan terapi radiasi.

Radioaktif intraperitoneal dengan colloidal gold Au 198

Adanya penyebaran kanker ke organ lain atau komplikasi terapi.

Pasien dengan mesotelioma peritoneal sebagian besar memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan mesotelioma pada pleura. Terapi dengan pengobatan multipel memberikan angka harapan hidup yang lebih lama. Sebagai tindakan follow up harus dilakukan evaluasi apakah ada komplikasi kanker, penyebaran kanker dan kemungkinan komplikasi terapi. Survival rate untuk pasien dengan tumor ganas peritoneum primer adalah buruk (angka mortalitas 100%). Median survival adalah 12 sampai 25 bulan, meskipun telah dilakukan tindakan operasi dan kemoterapi.

Standar pelayanan

Bedah Digestif Indonesia