Tulus Pranata - Perlindungan Hak Cipta Di Dunia Maya

6

Click here to load reader

Transcript of Tulus Pranata - Perlindungan Hak Cipta Di Dunia Maya

Page 1: Tulus Pranata - Perlindungan Hak Cipta Di Dunia Maya

0

PERLINDUNGAN HAK CIPTA DI DUNIA MAYA 1

2

3

4

5

6

MAKALAH 7 Karya tulis sebagai salah satu tugas 8

Pada mata kuliah Etika Profesi 9

10

11

12

13

14

Oleh 15

TULUS PRANATA 16

NIM : K11109025 17

(Program Studi Sistem Komputer) 18

19

20

21

22

23

24

25 26

27

28

29

30

31

32

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 33

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 34

2012 35

Page 2: Tulus Pranata - Perlindungan Hak Cipta Di Dunia Maya

1

PERLINDUNGAN HAK CIPTA DI DUNIA MAYA

Tulus Pranata

Program Studi Sistem Komputer

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura

Email : [email protected]

Abstrak

Perlindungan Hak cipta di dunia maya (Cyberspace), untuk setiap hasil karya tentunya memiliki hak 1

untuk dihargai, sebagai usaha dan pemikiran dari pencipta, khususnya di dunia cyber yang dapat 2

dilihat oleh seluruh pengguna internet di dunia semakin wajibnya diberikan hak cipta yang sesuai 3

dengan hasil karyanya. Sebuah karya dalam dunia maya agaknya sulit untuk dijaga, sekian banyak 4

manusia dengan beraneka pemikiran dan aneka ilmu yang dimiliki tentunya akan berupaya dengan 5

biaya yang murah untuk diambil. 6

Kata kunci : hak cipta

PENDAHULUAN

Setiap hasil karya tentunya memiliki hak untuk

dihargai, sebagai usaha dan pemikiran dari pencipta,

khususnya di dunia maya yang dapat dilihat oleh

seluruh pengguna internet di dunia semakin wajibnya

diberikan hak cipta yang sesuai dengan hasil

karyanya.

Sebuah karya dalam dunia maya agaknya sulit

untuk dijaga, sekian banyak manusia dengan

beraneka pemikiran dan aneka ilmu yang dimiliki

tentunya akan berupaya dengan biaya yang murah

untuk diambil. Khususnya di negeri kita tercinta,

Indonesia minimnya upaya pemerintah untuk

memberikan perlindungan hak cipta bagi sebuah

karya.

Sebuah website, tentunya dibuat dengan

pemikiran yang sangat sulit dan nilai seni yang

tinggi, tapi ketika masuk ke dunia maya, banyak

sekali yang meniru atau mengambil untuk diubah, ini

mungkin fenomena undang-undang perlindungan

hukum yang kurang dan penjagaan yang tidak ketat

dari setiap Negara, mungkin kita tidak sadari begitu

beratnya membuat sebuah hasil karya , kemudian kita

ambil dan dibuat menjadi sebuah tulisan karya kita.

Begitu juga pada sebuah aplikasi yang dibuat

seperti pada perusahaan salah satunya Microsoft,

sebagai perusahaan besar Amerika ini banyak sekali

dirugikan dari berbagai Negara yang melakukan

pembajakan atas karya tersebut.

Undang – undang perlindungan yang dimiliki

merupakan lokal setempat, berarti ketika masuk ke

wilayah dunia maka sulit untuk diberlakukan

undang-undang tersebut, itulah salah satu penyebab

sulitnya mendapatkan perlindungan hukum untuk

pencipta karya, karena mereka harus melakukan

pengesahan hak cipta di setiap lokal area atau setiap

Negara, mungkin bagi sebuah perusahaan seperti

Microsoft tidak begitu sulit, tapi bagaimana ketika

pembuat karya tersebut adalah sebuah perusahaan

kecil yang baru hidup .

Mungkin perlunya ada sebuah kesepahaman

dan pertemuan sekelas PBB (Perserikatan Bangsa

Bangsa) agar terjadinya kesepakatan Undang-undang

perlindungan hak cipta dan dapat di sahkan melalui

satu Negara dimana pencipta berdomisili dan

disahkan / legalkan untuk disahkan secara

internasional, agar para pembajak / penjiplak bisa

dikenakan sanksi yang tegas dan dilakukan di

pengadilan Internasional atau melalui Negara

masing-masing, mungkin juga bisa dilakukan di

Negara tempat pencipta karya tersebut dibuat,

sehingga setiap karya akan merasa aman untuk dibuat

dan dipublikasikan di sebuah dunia cyber.

KAJIAN

1. Ciptaan

Adalah hasil setiap karya pencipta

dalam bentuk yang khas dan menunjukkan

keasliannya dalam lapangan ilmu

pengetahuan, seni dan sastra.

2. Pencipta adalah :

Seseorang atau beberapa orang

secara bersama-sama yang atas

inspirasinya lahir suatu ciptaan

berdasarkan kemampuan pikiran,

imajinasi, kecekatan, keterampilan

atau keahlian yang dituangkan

dalam bentuk yang khas dan

bersifat pribadi;

Orang yang merancang suatu

ciptaan, tetapi diwujudkan oleh

Page 3: Tulus Pranata - Perlindungan Hak Cipta Di Dunia Maya

2

orang lain dibawah pimpinan atau

pengawasan orang yang merancang

ciptaan tersebut.

Orang yang membuat suatu karya

cipta dalam hubungan kerja atau

berdasarkan pesanan.

3. Hak Cipta

Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi

Pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkan atau memperbanyak

Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu

dengan tidak mengurangi pembatasan-

pembatasan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.(Pasal 1 ayat 1)

Hak cipta diberikan terhadap ciptaan

dalam ruang lingkup bidang ilmu

pengetahuan, kesenian, dan kesusasteraan.

Hak cipta hanya diberikan secara eksklusif

kepada pencipta, yaitu "seorang atau

beberapa orang secara bersama-sama yang

atas inspirasinya lahir suatu ciptaan

berdasarkan pikiran, imajinasi, kecekatan,

keterampilan atau keahlian yang dituangkan

dalam bentuk yang khas dan bersifat

pribadi".

4. Pemegang Hak Cipta

Adalah pencipta sebagai Pemilik Hak

Cipta, atau orang yang menerima hak

tersebut dari pencipta, atau orang lain yang

menerima hak tersebut dari pencipta, atau

orang lain yang menerima lebih lanjut hak

dari orang tersebut.

5. Yang dimaksud dengan hak-hak yang

berkaitan dengan Hak Cipta adalah Pelaku,

Produsen Rekaman Suara dan Lembaga

Penyiaran yaitu :

Pelaku; adalah aktor, penyanyi,

pemusik, penari atau mereka yang

menampilkan, memerankan,

mempertunjukan, menyanyikan,

menyampaikan, mendeklarasikan atau

mempermainkan suatu karya musik, drama,

tari, sastra dan karya seni lainnya.

Produser Rekaman Suara; adalah orang

atau badan hukum yang pertama kali

merekam atau memiliki prakarsa untuk

membiayai kegiatan perekaman suara atau

bunyi baik dari suatu pertunjukkan maupun

suara atau bunyi lainnya.

Lembaga penyiaran; adalah organisasi

penyelenggara siaran, baik lembaga

penyiaran pemerintah maupun lembaga

penyiaran swasta yang berbentuk badan

hukum untuk melakukan penyiaran atas

suatu karya siaran yang menggunakan

transmisi dengan atau tanpa kabel atau

melalui sistim elektromagnetik lainnya.

6. Undang-undang yang mengatur Hak Cipta :

UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang

Hak Cipta

UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang

Hak Cipta (Lembaran Negara RI

Tahun 1982 Nomor 15).

UU Nomor 7 Tahun 1987 tentang

Perubahan atas UU Nomor 6

Tahun 1982 tentang Hak Cipta

(Lembaran Negara RI Tahun 1987

Nomor 42).

UU Nomor 12 Tahun 1997 tentang

Perubahan atas UU Nomor 6

Tahun 1982 sebagaimana telah

diubah dengan UU Nomor 7 Tahun

1987 (Lembaran Negara RI Tahun

1997 Nomor 29).

7. Hak Paten

Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2001:

Paten adalah hak eksklusif yang

diberikan oleh Negara kepada

Inventor atas hasil invensinya di

bidang teknologi, yang untuk

selama waktu tertentu

melaksanakan sendiri invensinya

tersebut atau memberikan

persetujuannya kepada pihak lain

untuk melaksanakannya (Pasal 1

Ayat 1).

Hak khusus yang diberikan negara

kepada penemu atas hasil

penemuannya di bidang teknologi,

untuk selama waktu tertentu

melaksanakan sendiri

penemuannya tersebut atau

memberikan persetujuan kepada

orang lain untuk melaksanakannya

(Pasal 1 Undang-undang Paten).

Paten diberikan dalam ruang

lingkup bidang teknologi, yaitu

ilmu pengetahuan yang diterapkan

dalam proses industri. Di samping

paten, dikenal pula paten sederhana

(utility models) yang hampir sama

dengan paten, tetapi memiliki

syarat-syarat perlindungan yang

lebih sederhana. Paten dan paten

sederhana di Indonesia diatur

dalam Undang-Undang Paten

(UUP).

Paten hanya diberikan negara

kepada penemu yang telah

menemukan suatu penemuan (baru)

di bidang teknologi. Yang

dimaksud dengan penemuan adalah

kegiatan pemecahan masalah

tertentu di bidang teknologi yang

berupa :

Page 4: Tulus Pranata - Perlindungan Hak Cipta Di Dunia Maya

3

a) proses;

b) hasil produksi;

c) penyempurnaan dan pengembangan proses;

d) penyempurnaan dan pengembangan hasil

produksi.

HASIL ANALISA

Terdapat tiga pendekatan untuk

mempertahankan keamanan di dunia maya

(cyberspace), pertama adalah pendekatan teknologi,

kedua pendekatan sosial budaya-etika, dan ketiga

pendekatan hukum. Untuk mengatasi gangguan

keamanan pendekatan teknologi sifatnya mutlak

dilakukan, sebab tanpa suatu pengamanan jaringan

akan sangat mudah disusupi, dintersepsi, atau diakses

secara ilegal dan tanpa hak. (Think Big, 2010)

Dalam ruang cyber pelaku pelanggaran

seringkali menjadi sulit dijerat karena hukum dan

pengadilan Indonesia tidak memiliki yurisdiksi

terhadap pelaku dan perbuatan hukum yang terjadi,

mengingat pelanggaran hukum bersifat transnasional

tetapi akibatnya justru memiliki implikasi hukum di

Indonesia. Dalam hukum internasional, dikenal tiga

jenis jurisdiksi :

1. Jurisdiksi untuk menetapkan undang-undang

(the jurisdiction to prescribe)

2. Jurisdiksi untuk penegakan hukum (the

jurisdiction to enforce)

3. Jurisdiksi untuk menuntut (the jurisdiction

to adjudicate).

Dalam kaitannya dengan penentuan hukum

yang berlaku dikenal beberapa asas yang biasa

digunakan, yaitu :

1. Subjective territoriality

Menekankan bahwa keberlakuan hukum

ditentukan berdasarkan tempat perbuatan

dilakukan dan penyelesaian tindak

pidananya dilakukan di negara lain.

2. Objective territoriality

Menyatakan bahwa hukum yang berlaku

adalah hukum dimana akibat utama

perbuatan itu terjadi dan memberikan

dampak yang sangat merugikan bagi negara

yang bersangkutan.

3. Nationality

Menentukan bahwa Negara mempunyai

jurisdiksi untuk menentukan hukum

berdasarkan kewarganegaraan pelaku.

4. Passive nationality

Menekankan jurisdiksi berdasarkan

kewarganegaraan korban.

5. Protective principle

Menyatakan berlakunya hukum didasarkan

atas keinginan negara untuk melindungi

kepentingan negara dari kejahatan yang

dilakukan di luar wilayahnya, yang

umumnya digunakan apabila korban adalah

negara atau pemerintah,

6. Asas Universality.

Asas Universality selayaknya memperoleh

perhatian khusus terkait dengan penanganan hukum

kasus-kasus cyber. Asas ini disebut juga sebagai

“universal interest jurisdiction”. Pada mulanya asas

ini menentukan bahwa setiap negara berhak untuk

menangkap dan menghukum para pelaku

pembajakan. Asas ini kemudian diperluas sehingga

mencakup pula kejahatan terhadap kemanusiaan

(crimes against humanity), misalnya penyiksaan,

genosida, pembajakan udara dan lain-lain. Meskipun

di masa mendatang asas jurisdiksi universal ini

mungkin dikembangkan untuk internet piracy,

seperti computer, cracking, carding, hacking dan

viruses, namun perlu dipertimbangkan bahwa

penggunaan asas ini hanya diberlakukan untuk

kejahatan sangat yang serius berdasarkan

perkembangan dalam hukum internasional.

Oleh karena itu, untuk ruang cyber dibutuhkan

suatu hukum baru yang menggunakan pendekatan

yang berbeda dengan hukum yang dibuat

berdasarkan batas-batas wilayah. Ruang cyber dapat

diibaratkan sebagai suatu tempat yang hanya dibatasi

oleh screens dan passwords. Secara radikal, ruang

cyber telah mengubah hubungan antara legally

significant (online) fenomena dan physical location.

Berdasarkan karakteristik khusus yang terdapat

dalam ruang cyber dimana pengaturan dan

penegakan hukumnya tidak dapat menggunakan cara-

cara tradisional, beberapa ahli berpandangan bahwa

sebaiknya kegiatan-kegiatan dalam dunia maya

(cyberspace) diatur oleh hukum tersendiri, dengan

mengambil contoh tentang tumbuhnya the law of

merchant (lex mercatoria) pada abad pertengahan.

Asas, kebiasaan dan norma yang mengatur ruang

cyber ini yang tumbuh dalam praktek dan diakui

secara umum disebut sebagai Lex Informatica.

Sengketa-sengeketa di ruang cyber juga terkait

dengan Hukum Perdata Internasional, antara lain

menyangkut masalah Kompetensi forum yang

berperan dalam menentukan kewenangan forum

(pengadilan dan arbitrase) penyelesaian kasus-kasus

perdata internasional (HPI). Terdapat dua prinsip

kompetensi dalam HPI :

1. The principle of basis of presence, yang

menyatakan bahwa kewenangan pengadilan

untuk mengadili ditentukan oleh tempat

tinggal tergugat.

2. Principle of effectiveness, yang menyatakan

bahwa kewenangan pengadilan ditentukan

oleh di mana harta-benda tergugat berada.

Prinsip kedua ini penting untuk diperhatikan

berkenaan dengan pelaksanaan putusan

Page 5: Tulus Pranata - Perlindungan Hak Cipta Di Dunia Maya

4

pengadilan asing (foreign judgement

enforcement). Asas kompetensi ini harus

dijadikan dasar pilihan forum oleh para

pihak dalam transaksi e-commerce.

Kekecualian terhadap asas ini dapat

dilakukan jika ada jaminan pelaksanaan

putusan asing, misalnya melalui konvensi

internasional. (Think Big, 2010)

PERLINDUNGAN HAK CIPTA

Perlindungan Hak cipta di dunia maya

(Cyberspace), Setiap hasil karya tentunya memiliki

hak untuk dihargai, sebagai usaha dan pemikiran dari

pencipta, khususnya di dunia cyber yang dapat dilihat

oleh seluruh pengguna internet di dunia semakin

wajibnya diberikan hak cipta yang sesuai dengan

hasil karyanya. Sebuah karya dalam dunia maya

agaknya sulit untuk dijaga, sekian banyak manusia

dengan beraneka pemikiran dan aneka ilmu yang

dimiliki tentunya akan berupaya dengan biaya yang

murah untuk diambil.

Perkembangan dunia maya tersebut ternyata

membuat dan menciptakan berbagai kemudahan

dalam hal menjalankan transaksi, dunia pendidikan,

perdagangan, perbankan serta menciptakan jutaan

kesempatan untuk menggali keuntungan ekonomis.

Peperangan antara Microsoft dengan departemen

Antitrust, dimana perusahaan milik Bill Gates

dianggap melanggar ketentuan tentang hukum

antimonopoli, sehubungan dengan program terbaru

Microsoft tahun 1998, dituduh dapat merugikan

pihak lain karena program "browser" yang dapat

digunakan untuk menjelajah dunia maya itu melekat

didalamnya.

Perkembangan teknologi informasi (TI) yang

demikian cepat tidak hanya menciptakan berbagai

kemudahan bagi pengguna, tapi juga membuka

sarana baru berbagai modus kejahatan. Ironisnya,

dari hari ke hari, cybercrime kian meningkat, baik

kuantitas maupun kualitasnya. Karena itu, untuk

mewujudkan pembenahan aspek hukum alam maya

internet, kita perlu segera membentuk semacam

badan pengawas penggunaan internet di Indonesia.

Tugas utama badan ini adalah menyiapkan

infrastruktur hukum terkait dengan tindakan

kejahatan internet di Indonesia. Di samping itu, kita

memerlukan reinterpretasi Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (KUHP) untuk tindak kejahatan yang

tidak secara nyata berkait dengan obyek fisik.

Selain itu perlu dipertimbangkan juga bahwa

teknologi informasi dapat mengubah budaya dan

kebiasaan manusia. Perlunya pendekatan etika dan

moral selain pendekatan hukum dalam menetapkan

kebijakan di bidang teknologi informasi di Indonesia.

CONTOH KASUS

SEMARANG-Peter Nocolaas Zaal, seorang

warga negara Belanda yang tinggal di Jalan Bawu

Batealit Km 5,6, Kabupten Jepara, dinyatakan resmi

sebagai terdakwa kasus pelanggaran hak cipta.

Berkas dan barang bukti terdakwa yang sudah

dinyatakan lengkap (P21), telah dilimpahkan

penyidik Polwiltabes Semarang Aipda Susetyo Budi

ke Kejari Semarang, kemarin. Penyidik diterima

Kepala Kejari (Kajari) Semarang Soedibyo SH dan

jaksa penuntut umum Eko Suwarni SH.

Peter dikenai tuduhan telah melanggar Pasal 72

Ayat 2 UU No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,

karena dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,

mengedarkan, atau menjual kepada umum, suatu

ciptaan atau barang hasil hak cipta.

Kajari mengatakan, pihaknya akan profesional

dan mempertimbangkan banyak aspek dalam

menghadapi persoalan perkara itu. Pasalnya, kasus

tersebut memiliki dampak ekonomi dan politik.

"Peter ini sudah merekrut banyak karyawan di

perusahaannya. Bagaimana nasib mereka ketika

bosnya dikenai perkara seperti ini, harus juga kita

pikirkan. Kami perlu memperhatikan juga

perundang-undangan yang menyangkut warga negara

asing," tutur Kajari, sembari menambahkan, masalah

itu juga dapat menimbulkan dampak pada penanam

modal asing. Jadi, kasus itu tidak hanya lokal, tetapi

sudah nasional, bahkan internasional. (Jonsinarwan,

2008)

KESIMPULAN

Setiap hasil karya tentunya memiliki hak untuk

dihargai, sebagai usaha dan pemikiran dari pencipta,

khususnya di dunia cyber yang dapat dilihat oleh

seluruh pengguna internet di dunia semakin wajibnya

diberikan hak cipta yang sesuai dengan hasil

karyanya. Ada baiknya untuk tetap menghargai karya

orang lain, misalkan dengan menyertakan credit atau

source sumber pada karya yang disadur.

Disinilah diperlukannya kesadaran kita dalam

menghargai hasil karya orang lain. Dan juga perlunya

perlindungan untuk hak cipta untu karya tersebut.

Page 6: Tulus Pranata - Perlindungan Hak Cipta Di Dunia Maya

5

DAFTAR PUSTAKA

http://yogibaskara.wordpress.com/2010/04/15/%E2%

80%9Cperlindungan-hak-cipta-di-dunia-

cyber%E2%80%9D/.diakses 13 Juli 2012, pukul

19.20

http://bisnisukm.com/forum/pengertian-hak-cipta-

78.html.diakses 15 Juli 2012, pukul 23.35

http://www.hakpaten.net/hak-paten-pengertian-hak-

paten/.diakses 13 Juli 2012, pukul 20.15

http://abetnego.blogspot.com/.diakses 10 Juli 2012,

pukul 10.22

http://bayouuzen.blogspot.com/2010/04/perlindungan

-hak-cipta-di-dunia-cyber.html.diakses 12 Juli

2012, pukul 09.12

http://ariestwin.wordpress.com/2010/04/14/perlindun

gan-hak-cipta-di-dunia-cyber/.diakses 15 Juli

2012, pukul 20.38