PRANATA SOSIAL

22
Pengertian Pranata Sosial Ciri-ciri Umum Pranata Sosial Pertumbuhan Pranata Sosial Tipe Pranata Sosial Conformity dan Deviation Cara Mempelajari Pranata Sosial

description

PRANATA SOSIAL. Pengertian Pranata Sosial Ciri-ciri Umum Pranata Sosial Pertumbuhan Pranata Sosial Tipe Pranata Sosial Conformity dan Deviation Cara Mempelajari Pranata Sosial. Pengertian Pranata Sosial. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of PRANATA SOSIAL

Page 1: PRANATA SOSIAL

Pengertian Pranata Sosial Ciri-ciri Umum Pranata Sosial Pertumbuhan Pranata Sosial Tipe Pranata Sosial Conformity dan Deviation Cara Mempelajari Pranata Sosial

Page 2: PRANATA SOSIAL

Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat (Koetjaraninggrat, 1987)

Pranata sosial adalah aturan perilaku yang dikukuhkan dengan sangsi oleh anggota masyarakat (Hayami dan Khikuchi, 1987)

Page 3: PRANATA SOSIAL

1. Berorientasi pada kebutuhan2. Peran yang dimainkan3. Adanya upacara4. Pengawasan sosial5. Pengakuan karena membudaya

Page 4: PRANATA SOSIAL

6. Keterlibatan pendukung7. Merupakan tradisi turun

temurun8. Empiri9. Berpegang pada norma10.Prioritas pada usia dan gengsi

Page 5: PRANATA SOSIAL

1. Analisis secara historis, bertujuan meneliti sejarah timbul dan perkembangan lembaga

2. Analisis komperatif, bertujuan menelaah suatu lembaga dalam berbagai masyarakat atau pelbagai lapisan masyarakat

3. Analisis fungsional, bertujuan menganalisis hubungan antara lembaga-lembaga di dadalam masyarakat tertentu. Mis: membahas lembaga perkawinan maka menyangkut lembaga muda-mudi, lembaga harta kawin

Page 6: PRANATA SOSIAL

1. Kinship atau domestic institutions adalah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan. Contoh: pelamaran, perkawinan, perceraian

2. Economics institutions adalah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mata pencarian hidup. Contoh: pertanian, peternakan, industri, koperasi

3. Educational institutions adalah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna. Contoh: pendidikan tinggi

Page 7: PRANATA SOSIAL

4. Scientific institutions adalah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah manusia, menyelami alam semesta. Contoh: penelitian

5. Aesthetic and recreational institutions adalah pranata yang memenuhi kebutuhan manusia menyatakan rasa keindahan dan untuk rekreasi. Contoh : seni rupa, seni suara, seni drama, olah raga

6. Religious institutions adalah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau dengan alam gaib. Contoh : masjid, gereja, do’a, kenduri, ilmu gaib

Page 8: PRANATA SOSIAL

7. Political institutions adalah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatur kehidupan berkelompok secara besar-besaran atau kehidupan bernegara. Contoh: pemerintahan, kepartaian, demokrasi

8. Somatic institutions adalah pranata yang bertujuan mengurus kebutuhan jasmaniah dari manusia. Contoh: kedokteran, pemeliharaan kesehatan

Page 9: PRANATA SOSIAL

1. Cara (usage) menunjuk pada suatu bentuk perbuatan, mempunyai kekuatan mengikat yang sangat lemah. Suatu penyimpangan terhadap cara tidak akan menimbulkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya suatu celaan terhadap individu saja.

2. Kebiasaan (folkways) yakni menunjuk pada perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama, merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar daripada cara. Contoh: kebiasaan memberi hormat pada orang lain yang lebih tua.

Page 10: PRANATA SOSIAL

3. Tata kelakuan (mores) adalah kebiasaan yang diterima sebagai norma pengatur. Tata kelakuan di satu pihak memaksakan suatu perbuatan dan dilain pihak melarangnya sehingga secara langsung merupakan alat agar anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan-perbuatanya dengan tata kelakuan

4. Adat-istiadat (custom) adalah tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat. Anggota masyarakat yang melanggar mendapat sanksi keras yang kadang-kadang secara tidak langsung diperlakukan oleh masyarakat. Contoh: larangan perceraian (Lampung)

Page 11: PRANATA SOSIAL

Diketahui, norma-norma tertentu sudah mulai melembaga apabila sudah diketahui anggota masyarakat, namun taraf pelembagaan masih rendah

Dimengerti dan dipahami, taraf pelembagaan akan meningkat apabila suatu norma dimengerti dan dipahami oleh anggota masyarakat yang perilakunya diatur oleh norma tersebut. Artinya di dalam berperilaku anggota masyarakat terikat oleh batas-batas tertentu yang tidak boleh dilanggar.

Page 12: PRANATA SOSIAL

Ditaati, apabila anggota masyarakat memahami norma-norma yang mengatur kehidupan bersama, maka akan timbul kecenderungan untuk mentaati norma-norma tersebut.

Dihargai, apabila norma diketahui, dimengerti dan dipahami, ditaati, maka tidak mustahil bahwa norma tersebut akan dihargai. Penghargaan ini merupakan proses pelembagaan pada taraf yang lebih tinggi lagi.

Page 13: PRANATA SOSIAL

Pertumbuhan penduduk Perkembangan teknologi Perkembangan kebutuhan Preferensi Penetrasi pemerintah atas desa Komersialisasi

Page 14: PRANATA SOSIAL

Pengendlian sosial atau social control seringkali diartikan sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan.

Arti pengendalian jauh lebih luas, karena dalam pengertian tersebut tercakup segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial yang berlaku.

Page 15: PRANATA SOSIAL

Untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat

Untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan/kesebandingan

Page 16: PRANATA SOSIAL

Preventif, yakni merupakan suatu usaha pencegahan terhadap terjadinya gangguan-ganguan pada keserasian antara kepastian dengan keadilan

Represif, yakni usaha-usaha untuk mengembalikan keserasian yang pernah mengalami gangguan

Usaha-usaha preventif, misalnya: sosialisasi, pendidikan formal dan non-formal; usaha-usaha represif: pemberian sanksi

Page 17: PRANATA SOSIAL

Comulsion, yakni merupakan usaha pengendalian sosial dengan cara menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga seseorang terpaksa taat atau mengubah sikapnya, yang menghasilkan kepatuhan secara tidak langsung.

Pervasion, norma atau nilai yang ada diulang-ulang penyampaiannya sedemikian rupa, dengan harapan bahwa hal tersebut masuk dalam aspek bawah sadar seseorang.

Page 18: PRANATA SOSIAL

Pemidanaan, suatu larangan apabila dilanggar akan penderitaan bagi pelanggarnya. Dalam hal ini kepentingan-kepentingan seluruh masyarakat dilanggar, sehingga inisiatif sanksi datang dari warga

Kompensasi, standard patakonnya adalah kewajiban, dimana inisiatif untuk memproses ada pada fihak yang dirugikan.

Terapi dan konsiliasi, sifatnya remidial, yakni bertujuan mengembalikan situasi pada keadaan semula. Prisipnya bukan siapa yang menang atau kalah, yang penting adalah menghilangkan yang tidak menyenangkan bagi dua belah pihak.

Page 19: PRANATA SOSIAL

Conformity adalah proses penyesuaian diri dengan masyarakat, dengan cara mengindahkan kaidah dan nilai-nilai masyarakat.

Deviation adalah penyimpangan terhadap kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat

Page 20: PRANATA SOSIAL

Sejarah: istilah gotong royong muncul pertama kali dalam bentuk tulisan dalam karangan tentang hukum adat dan dalam karangan tentang aspek sosial budaya dari pertanian

Gotong royong adalah suatu sistem pengerahan tenaga tambahan dari luar kalangan keluarga, untuk mengisi kekurangan tenaga pada masa-masa sibuk dalam lingkaran aktivitas produksi bercocok tanam di sawah

Page 21: PRANATA SOSIAL

Kompensasi gotong royong adalah menyediakan makan siang tiap hari kepada teman yang membantu dan harus mengembalikan jasa kepada semua petani yang diundang

Komersialisasi mendorong perubahan pada sistem gotong royong dipandang menjadi kurang praktis

Page 22: PRANATA SOSIAL

Koentjaraningrat, 1987. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Gramedia. Jakarta

Koentjaraningrat, 1987. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jambatan.

Michael Dove. 1985. Peranan Kebudayaan Tradisionil Inonesia dalam Modernisasi. Yayasan Obor Indonesia.

Soerjono Soekanto, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press.

David Korten, 1987. Pembangunan Berdemensi Kerakyatan. Yayasan Obor Indoneia.

Darsana Wisadirana, 2004. Sosiologi Pedesaan. UMM Press. Koentjaraningrat. 1987. Bunga Rampai Antropologi

Pembangunan. Hayami dan Kikhuci, 1987. Dilema Ekonomi Desa.