Karlis maya

46
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat meliputi bio, psiko, social spiritual yang komperhensif ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia (Nursalam, 2002). Bidang layanan dalam keperawatan sangat luas, salah satunya adalah bidang keperawatan maternitas. Keperawatan maternitas merupakan layanan profesional yang ditujukan kepada wanita usia subur yang meliputi masa sebelum hamil, masa hamil, masa melahirkan, masa nifas, masa diantara kehamilan, neonatus dan keluarga yang berfokus kepada kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan proses keperawatan (Mansjoer, 2002). Peningkatan kesehatan bagi dan oleh kalangan perempuan menjadi sangat penting dalam mencapai target MDGs (Millenium Development Goals). Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang menjadi indikator bidang kesehatan dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sangat di tentukan oleh kesehatan di kalangan perempuan, dan hingga kini kondisi kesehatan masyarakat kita (terutama kaum perempuan) masih sangat memprihatinkan. Hingga saat ini Angka

description

KABUPATEN MUNA

Transcript of Karlis maya

Page 1: Karlis maya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan profesional

yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan

ilmu dan kiat meliputi bio, psiko, social spiritual yang komperhensif

ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sehat maupun

sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia (Nursalam, 2002).

Bidang layanan dalam keperawatan sangat luas, salah satunya

adalah bidang keperawatan maternitas. Keperawatan maternitas

merupakan layanan profesional yang ditujukan kepada wanita usia subur

yang meliputi masa sebelum hamil, masa hamil, masa melahirkan, masa

nifas, masa diantara kehamilan, neonatus dan keluarga yang berfokus

kepada kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial

dengan menggunakan proses keperawatan (Mansjoer, 2002).

Peningkatan kesehatan bagi dan oleh kalangan perempuan menjadi

sangat penting dalam mencapai target MDGs (Millenium Development

Goals). Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

yang menjadi indikator bidang kesehatan dalam Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) sangat di tentukan oleh kesehatan di kalangan perempuan,

dan hingga kini kondisi kesehatan masyarakat kita (terutama kaum

perempuan) masih sangat memprihatinkan. Hingga saat ini Angka

Page 2: Karlis maya

2

Kematian Ibu di Indonesia merupakan yang tertinggi di kawasan ASEAN.

Tahun 2007 lalu Angka Kematian Ibu di Indonesia tercatat sebesar 248 per

100 ribu kelahiran hidup. Hal yang tak jauh berbeda juga dengan Angka

Kematian Bayi di tahun yang sama yang mencapai 26,9 per seribu

kelahiran hidup. Padahal dalam Millenium Development Goals ditargetkan

pada tahun 2015 nanti Angka Kematian Ibu tidak lebih dari 104 per 100

ribu (Carpenito, 2002).

Dewasa ini sectio caesarea jauh lebih aman berkat kemajuan

dalam ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi seperti adanya antibiotik,

transfusi darah, anastesi, dan tehnik operasi yang lebih sempurna. Karena

itu saat ini ada kecenderungan untuk melakukan operasi tanpa dasar

indikasi yang cukup kuat. Operasi caesar hanya boleh dilakukan bila

plasenta menutup jalan lahir, bayi yang besar, letak bayi abnormal dan

chepalo pelvic disproporsi sehingga di khawatirkan persalinan akan macet

(Wikjosastro, 2002).

Operasi caesar atau sectio caesarea adalah proses persalinan yang

dilakukan dengan cara mengiris perut sehingga rahim seorang ibu untuk

mengeluarkan bayi akan tetapi, persalinan melalui sectio caesarea

bukanlah alternatif yang lebih aman karena diperlukan pengawasan khusus

terhadap indikasi dilakukannya maupun perawatan ibu setelah tindakan

sectio caesarea, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan

berdampak pada kematian ibu (Wikjosastro, 2002).

Page 3: Karlis maya

3

Menurut WHO (2007), menyatakan bahwa persalinan dengan

bedah caesar adalah sekitar 10-15% dari semua proses persalinan dinegara

berkembang. Di Indonesia sendiri, presentasi operasi caesar sekitar 5%

semua proses persalinan yang ada di Indonesia. Sedangkan menurut

Bensons dan pernolls, angka kematian pada operasi caesar adalah 40-80

tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukan resiko 25 kali lebih

besar dibanding persalinan pervaginal. Untuk kasus karena infeksi

mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan

pervaginal. Komplikasi tindakan anastesi sekitar 10% dari seluruh angka

kematian ibu. Disamping itu sumber lain mengatakan bahwa sectio

caesaria berhubungan dengan peningkatan dua kali lipat resiko mortalitas

ibu dibandingkan pada persalinan pervaginal. Kematian ibu akibat operasi

sectio itu sendiri menunjukan angka 1 per 1.000 persalinan (Depkes,

2008).

Menurut catatan Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna, periode Januari sampai dengan April 2014 kejadian

Sectio Caesarea atas indikasi Letak Lintang dapat dilihat pada tabel 1

berikut ini :

Page 4: Karlis maya

4

Tabel 1. Distribusi Persalinan Dengan Tindakan Sectio Caesarea di Ruang Delima

Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Pada Periode

Januari Sampai Dengan April 2014

NO JENIS PENYAKIT JUMLAH PERSEN

1 Abortus Inkomplit 15 23,07

2 Myoma Uteri 8 12,30

3 Eklamsi 7 10,76

4 Gawat Janin 7 10,76

5 Plasenta Previa 6 9,23

6 Letak Bokong 5 7,69

7 Panggul Sempit 5 7,69

8 Serotinus 4 6,15

9 Ketuban Pecah Dini 4 6,15

10 Letak Lintang 4 6,15

Jumlah 65 100

Sumber : Catatan Medik Diruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna Periode Bulan

Januari s/d April 2014

Melihat keadaan tersebut diatas dan mengingat dampak yang

ditimbulkan pada klien, penulis tertarik untuk menyusun suatu karya tulis

yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. R Dengan Post

Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang di Ruang Delima Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna”.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi ruang

lingkup masalah yang dibahas yaitu “Asuhan Keperawatan Pada Klien

Ny. R dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang di

Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna”.

Page 5: Karlis maya

5

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman secara nyata serta

mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Post

Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang secara langsung dan

komperhensif yang meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan

spiritual berdasarkan Ilmu dan Kiat Keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian secara komperhensif pada klien

dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas

masalah pada klien dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i

Letak Lintang.

c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan

Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan

Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang.

e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan pada klien

dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang.

f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada klien

dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang.

Page 6: Karlis maya

6

D. Manfaat Penulisan

1. Pihak Rumah Sakit

a. Sebagai bahan bagi rekan-rekan sejawat dalam melakukan studi

kasus lebih lanjut dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i

Letak Lintang.

b. Sebagai bahan perbandingan bagi perawat dalam bertugas

melaksanakan pelayanan Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan ilmiah ataupun kerangka perbandingan dalam

mengembangkan ilmu keperawatan dan usaha penyempurnaan asuhan

keperawatan yang telah ada saat ini.

3. Profesi

Sebagai pedoman bagi perawat dalam memberikan Asuhan

Keperawatan Pada Klien Dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i

Letak Lintang.

4. Penulis

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.

E. Metode Telaahan

Metode yang digunakan penulis dalam menyusun karya tulis

ilmiah ini yaitu metode analisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan

Page 7: Karlis maya

7

pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

menyusun karya tulis ini adalah:

1. Wawancara yaitu dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan

klien dan keluarga klien untuk memperoleh informasi yang akurat.

2. Observasi yaitu dengan mengamati keadaan klien secara langsung

meliputi bio, psiko, sosial, kultural dan spiritual.

3. Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan melakukan

pemeriksaan fisik pada klien dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi.

4. Studi dokumentasi yaitu dengan melakukan pengumpulan data atau

informasi melalui catatan atau arsip dari medical record yang

berhubungan dengan perkembangan kesehatan klien.

5. Studi kepustakaan yaitu mencari sumber melalui bahan bacaan atau

buku-buku literatur yang dapat dipercaya untuk mendapatkan

kejelasan teori yang berhubungan dengan masalah klien (Nursalam,

2002).

F. Waktu Pelaksanaan

Studi kasus ini dilaksanakan mulai tanggal 7 - 10 Mei 2014.

Page 8: Karlis maya

8

G. Tempat Pelaksanaan

Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Delima Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Muna.

H. Sistematika Telaahan

Karya tulis ini disusun secara sistematis yang dijabarkan dalam 4

BAB yaitu sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, pada bab ini berisikan Latar Belakang, Ruang

Lingkup Pembahasan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan,

Metode Telaahan, Waktu Pelaksanaan, Tempat Pelaksanaan

dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis, Asuhan Keperawatan Klien Dengan

Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang, pada

bab ini berisikan tentang Pengertian, Anatomi Fisiologi

Sistem Reproduksi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala,

Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan Medis,

Komplikasi, Dampak Masalah Terhadap Perubahan Struktur/

Pola Fungsi Sistem Tubuh Tertentu serta Tinjauan Teoritis

Asuhan Keperawatan yang meliputi Pengkajian, Diagnosa

Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.

BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, Tediri dari laporan

kasus yang membahas tentang Laporan Asuhan Keperawatan

Pada Klien Ny. R dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i

Letak Lintang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah

Page 9: Karlis maya

9

Kabupaten Muna yang disusun berdasarkan pada proses

keperawatan yang mencakup pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi serta

catatan perkembangan. Serta pembahasan berisikan

perbandingan antara teori dan fakta yang ada pada tinjauan

studi kasus, dibahas secara sistematis mulai dari pengkajian

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

BAB IV : Kesimpulan dan rekomendasi, Bab ini berisikan

kesimpulan dan rekomendasi dari hasil pelaksanaan studi

kasus.

Page 10: Karlis maya

10

BAB II

TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN POST OP

SECTIO CAESAREA POD I A/I LETAK LINTANG

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Letak lintang adalah suatu keadaan dalam kehamilan atau

dalam persalinan dimana sumbu panjang janin melintang terhadap

sumbu panjang ibu (termasuk di dalamnya bila janin dalam posisi

oblique). Letak lintang kasep adalah letak lintang kepala janin tidak

dapat didorong keatas tanpa merobekkan uterus (PPNI, 2009).

Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang

didalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong

berada pada sisi yang lain bokong berada sedikit lebih tinggi dari

kepala janin sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul

(Prawirohardjo, 2003).

Letak lintang adalah letak janin dengan posisi sumbu

panjang tubuh janin memotong atau tegak lurus dengan sumbu

panjang ibu (Nursalam, 2008).

Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa letak

lintang adalah suatu keadaan dalam kehamilan atau dalam persalinan

dimana posisi janin atau posisi sumbu panjang tubuh janin di dalam

uterus memotong atau melintang terhadap sumbu panjang tubuh ibu

Page 11: Karlis maya

11

dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi

yang lain.

2. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

a. Anatomi sistem reproduksi wanita

Alat reproduksi wanita terbagi menjadi dua bagian yaitu :

1) Alat genetalia (reproduksi) bagian luar :

a) Mons veneris

b) Bibir besar (Labia Mayora)

c) Bibir kecil (Labia Minora)

d) Klitoris

e) Vestibulum

f) Hymen (Selaput Darah)

g) Kelenjar : bartholini, skene

2) Alat genetalia (reproduksi) bagian dalam :

a) Liang senggama (Vagina)

b) Rahim (Uterus)

c) Kedua tuba fallopi

d) Kedua indung telur

e) Parametrium jaringan ikat penyangga (Wilson, 2002).

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang alat

genetalia bagian dalam dan luar telah dijabarkan secara singkat

adalah sebagai berikut:

Page 12: Karlis maya

12

1) Alat genetalia bagian luar

Gambar 1

Organ Reproduksi eksterna Wanita (Wilson, 2002)

a) Mons Veneris

Di sebut juga gunung fenus merupakan bagian yang

menonjol di bagian depan simfisis terdiri dari jaringan

lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh

rambut yang bentuknya segitiga.

b) Bibir Besar (Labia Mayora)

Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong

kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk

perineum, permukaan terdiri dari:

(1) Bagian luar :

Tertutup rambut yang merupakan kelanjutan dari

rambut pada mons veneris.

(2) Bagian dalam

Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung

kelenjar sebasea (lemak).

Page 13: Karlis maya

13

c) Bibir Kecil (Labia Minora)

Merupakan lipatan bagian dalam bibir besar tanpa rambut

di bagian atas klitoris bibir kecil bertemu membentuk

prepusium klitoridis dan di bagian bawahnya bertemu

membentuk prenulum klitoridis bibir ini mengeliling

orivisium vagina.

d) Klitoris

(1) Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang

bersifat erektil.

(2) Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf

sensoris sehingga sangat sensitif.

(3) Analok dengan penis pada laki-laki.

e) Vestibulum

Merupakan alat reproduksi yang di batasi oleh kedua bibir

kecil, bagian atas klitoris serta bagian belakang (bawah)

pertemuan kedua bibir kecil.

f) Kelenjar bartholini

(1) Kelenjar yang penting di daerah vulva dan vagina

karena dapat mengeluarkan lender.

(2) Pengeluaran lender meningkat saat hubungan seks.

g) Hymen (Selaput Darah)

(1) Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina

bersifat rapuh dan mudah robek.

Page 14: Karlis maya

14

(2) Hymen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari

lendir yang di keluarkan uterus dan darah saat

menstruasi.

(3) Bila hymen tertutup menimbulkan gejala klinis setelah

mendapat menstruasi.

(4) Setelah persalinan sisanya disebut karukule hymenalis.

2) Alat genetalia bagian dalam

Gambar 2

Organ Reproduksi Interna Wanita (Wilson, 2002)

a) Vagina

(1) Merupakan saluran muskulo membraneus yang

menghubungkan rahim dengan vulva.

(2) Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari

muskulus sfingter ani dan muskulus lefator ani oleh

karena itu dapat di kendalikan.

(3) Vagina terletak antara kandung kemih dan rectum.

Page 15: Karlis maya

15

(4) Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding

belakangnya sekitar 11 cm.

(5) Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang

disebut rugae dan terutama di bagian bawah.

(6) Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks bagian

dari uterus.

(7) Bagian serviks yang menonjol kedalam vagina disebut

portio.

(8) Portio uteri membagi puncak vagina menjadi forniks

anterior, forniks posterior, forniks dekstra, dan forniks

sinistra.

(9) Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang

menghasilkan asam susu dengan ph 4,5. Keasaman

vagina memberikan proteksi terhadap infeksi, Fungsi

utama vagina:

b) Uterus

(1) Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis

minor di antara kandung kemih dan rectum.

(2) Dinding belakang dan dinding depan dan bagian atas

tertutup petitonium sedangkan bagian bawahnya

berhubungan dengan kandung kemih.

(3) Bentuk uterus seperti bola lampu (buah pir) dan gepeng.

Page 16: Karlis maya

16

(4) Untuk mempertahankan posisinya uterus disangan

beberapa ligamentum, jaringan ikat, dan para metrium.

(5) Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas

ukuran anak-anak 2-3 cm, nulipara 6-8 cm, dan

multipara 9 cm.

(6) Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu

peritoneum, lapisan otot dan endometrium

(Wiknjosastro, 2002).

c) Tuba Fallopi

Tuba fallopi terdiri atas :

(1) Pars intertisialis bagian yang terdapat pada dinding

uterus.

(2) Pars ismika merupakan bagian medial tuba yang sempit

seluruhnya.

(3) Pars ampularis bagian yang berbentuk sebagai saluran

agak lebar tempat konsepsi terjadi.

(4) Infundibulum bagian ujung tuba yang terbuka ke arah

abdomen dan mempunyai fimbria (Wiknjosastro, 2002).

d) Ovarium (Indung Telur)

Ovarium terdapat dua buah yaitu kanan dan kiri ovarium ke

arah uterus tergantung pada ligamentum

infundibulifeltikum dan melekat pada ligamentum latum

melalui mesofarium.

Page 17: Karlis maya

17

e) Para metrium

Jaringan ikat yang terdapat di antara kedua lembar

ligamentum latum disebut parametrium yang dibatasi oleh :

(1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalfing.

(2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri.

(3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.

(4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovari proprium.

b. Fisiologi alat reproduksi wanita

Fisiologi alat reproduksi wanita merupakan sistem yang

kompleks. Pada saat puberitas sekitar umur 13-16 tahun di mulai

pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

hormon estrogen. Pengeluaran hormon ini menunjukan tanda seks

sekunder pada wanita misalnya pengeluaran darah menstruasi

pertama (menarche). Selanjutnya menarche di ikuti menstruasi

yang tidak teratur karena folikel graf belum melepaskan ovum

yang disebut ovulasi. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah

teratur dengan interval 28-30 hari yang berlangsung lebih kurang

2-3 hari di sertai dengan ovulasi sebagai pertanda kematangan alat

reproduksi wanita. Sejak saat itu wanita memasuki masa

reproduksi aktif sampai mencapai mati haid pada umur sekitar 50

tahun. Kejadian menarche dan menstruasi di pengaruhi beberapa

faktor yang mempunyai sistem tersendiri, yaitu:

1) Sistem susunan saraf pusat dan panca indranya.

Page 18: Karlis maya

18

2) Sistem hormonal: aksishipotalamo-hipofisis-ovarial.

3) Perubahan yang terjadi pada ovarium.

4) Perubahan yang terjadi pada uterus sebagai organ akhir.

5) Rangsangan estrogen dan progesteron pada panca indra

langsung pada hipothalamus dan melalui perubahan emosi

(Manuaba, 2002).

3. Etiologi

Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari

berbagai faktor, sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu

misteri. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Fiksasi kepala tidak ada karena panggul sempit, hidrosefalus,

anensefalus, plasenta previa, dan tumor-tumor pelvis.

b. Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil

atau sudah mati.

c. Gemelli (Kehamilan Ganda).

d. Kelainan uterus seperti arkuatus, bikornus atau septum.

e. Lumbar skoliosis.

f. Monster.

g. Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang penuh

(Prawirohardjo, 2003).

Page 19: Karlis maya

19

4. Patofisiologi

Letak janin dalam uterus tergantung pada proses adaptasi janin

terhadap ruangan dalam uterus pada kehamilan sampai kurang lebih

32 minggu. Jumlah air ketuban relatif banyak sehingga

memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin

dapat menempatkan diri dalam presentase kepala letak lintang atau

sungsang. Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung

menyebabkan uterus beralih kedepan, sehingga menimbulkan defleksi

sumbu memanjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir menyebabkan

terjadinya posisi obliq atau melintang (Mochtar, 2002).

5. Tanda dan Gejala

a. Dengan inspeksi biasanya abdomen melebar kesamping dan fundus

uteri membentang sedikit diatas umbilikus.

b. Ukuran tinggi fundus uterus lebih rendah tidak sesuai dengan umur

kehamilan.

c. Pada palpasi

1) Leopold 1 tidak di temukan bagian bayi di daerah fundus uteri.

2) Leopold 2 balotemen kepala teraba pada salah satu fosa iliaka

dan bokong pada fosa iliaka yang lain.

3) Leopold 3 dan 4 memberikan hasil negatif (Bobak, 2002).

6. Pemeriksaan penunjang

Dilakukan USG untuk melihat keadaan janin.

Page 20: Karlis maya

20

7. Penatalaksanaan

a. Pada kehamilan

1) Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu

dianjurkan posisi lutut dada jika lebih dari 28 minggu di

lakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada

sampai persalinan.

2) Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu

posisi lutut dada jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar,

kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan.

b. Pada persalinan

Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada dan pembukaan

kurang dari 4 cm di coba lakuka versi luar jika pembukaan lebih

dari 4 cm pada primigravida dengan janin hidup dilakukan sectio

caesarea. Pada letak lintang kasep janin hidup dilakukan sectio

caesarea. Sectio caesarea dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pengertian

Sectio caesarea adalah tindakan alternative metode melahirkan

melalui tindakan pembedahan untuk melahirkan janin melalui

sayatan yang dibuat pada dinding uterus dan abdomen

(Manuaba, 2002). Operasi caesar atau sectio caesarea adalah

proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut

hingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi

(Wiknjosastro, 2002).

Page 21: Karlis maya

21

2) Jenis

Sectio caesarea dapat dibagi dalam empat macam yaitu sebagai

berikut:

a) Sectio caesarea transperitoneal yaitu insisi yang dilakukan

menurut arah sayatan yaitu memanjang (vertical), sayatan

melintang (transversal) dan sayatan huruf T (T inscision).

b) Sectio caesarea clasi (corporal) yaitu pembedahan yang

dilakukan apabila ada halangan transperitonial profunda

misalnya melekatnya uterus pada dinding karena sectio

caesarea sebelumnya.

c) Sectio caesarea exraperitonealis yaitu pembedahan tanpa

membuka peritoneum parietal dan cavum abdominalis

tehnik ini paling sering dilakukan.

d) Sectio caesarea hysterectomy yaitu setelah sectio caesarea

dikerjakan histerektomi.

3) Indikasi

a) Indikasi Sectio Caesarea

(1) Sebelum persalinan; infisiensi plasenta, hipoksia janin

dan fekal distress.

(2) Dalam persalinan; fekal distress, prolaps tali pusat,

batasan persalinan pada multipara lebih dari 12 jam dan

multipara selama 8 jam dan ketuban pecah premature.

Page 22: Karlis maya

22

b) Indikasi pada ibu

(1) Sebelum persalinan

(a) Foto pelvik disporpotion.

(b) Tumor uterus dan ovarium dalam kehamilan yang

menyumbat jalan lahir.

(c) Karsinoma serviks, eklampsia dan pre eklampsia.

(2) Saat persalinan

(a) Perdarahan hebat.

(b) Rupture uteri dan membran.

c) Kombinasi indikasi fetus dan ibu

(1) Perdarahan pervaginam akut disebabkan oleh plasenta

previa atau solusio plasenta premature.

(2) Letak lintang karena akan timbul retraksi progresif.

4) Komplikasi

Terdapat beberapa resiko pada janin jika dilakukan sectio

caesarea yaitu hypoxia akibat sindrom hipotensi terlentang,

depresi pernapasan akibat penggunaan anastesi dan sindrom

gagal napas karena imaturinitas pulmonal janin. Sedangkan

resiko pada ibu adalah infeksi sesudah sectio caesarea (SC),

ileus akibat peritonitis, kecelakaan anastesi dan fenomena

tromboemboli terutama pada ibu multipara dengan varikositas.

Page 23: Karlis maya

23

5) Penatalaksanaan

a) Pra sectio caesarea

(1) Persiapan fisik

Persiapan kamar operasi, pengambilan darah untuk

transfusi sebanyak 1000-2000 cc (pra operasi),

pemeriksaan laboratorium seperti Hb, leukosit, masa

perdarahan, masa pembekuan, puasa 6-8 jam, cukur

area operasi, persiapan colon, pengukuran Tanda-Tanda

Vital, pengawasan pemasangan infus dextrose 5% atau

sesuai program, pemasangan foley kateter, pemberian

obat premidikusi, informant consent serta pemeriksaan

EKG jika diperlukan.

(2) Pemeriksaan mental

Informasi akurat mengenai alasan tindakan operasi dan

perawatan pasca operasi.

b) Pasca sectio caesarea

Pemantauan Tanda-Tanda Vital, keadaan umum,

mengurangi dan mengatasi gangguan rasa nyeri akibat

opersai, perawatan luka, perawatan payudara dan perawatan

bayi.

8. Komplikasi

Meskipun letak lintang dapat di ubah menjadi presentasi kepala tetapi

kelainan-kelainan yang menyebabkan letak lintang misalnya panggul

Page 24: Karlis maya

24

sempit, tumor panggul dan plasenta previa masih tetap dapat

menimbulkan kesulitan pada persalinan persalinan letak lintang

memberikan prognosis yang jelek baik terhadap ibu maupun janinnya.

a. Bagi Ibu

Bahaya yang mengancam adalah rupture uteri baik spontan atau

sewaktu versi dan ekstraksi. Partus lama, ketuban pecah dini,

dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum.

b. Bagi Janin

Angka kematian tinggi (25-49%), yang dapat disebabkan oleh:

1) Prolasus funiculi.

2) Trauma partus.

3) Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus.

4) Ketuban pecah dini (Bobak, 2002).

9. Dampak masalah terhadap perubahan struktur/pola fungsi sistem

tubuh tertentu

a. Sistem Pernapasan

Enam jam pertama bisa terjadi akumulasi sekret dijalan napas

akibat pengaruh anastesi mensupresi pusat napas, menyebabkan

peningkatan mukus, bunyi napas ronchi atau vesikuler, frekuensi

napas 16-24 kali permenit.

b. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan otonom pada fungsi ventrikel atau perubahan

gelombang T, gelombang P tinggi dan distrithmia, vibrilasi atrium

Page 25: Karlis maya

25

dan ventrikel tachicardia. Perubahan aktivitas miocardial

mencakup peningkatan frekuensi jantung dan Central Venous

Pressure (CVP) abnormal. Dengan tidak adanya endogenous

stimulus saraf simpatis maka akan mempengaruhi penurunan

kontraktilitas ventrikel. Hal ini mengakibatkan terjadinya

penurunan CO2 dan peningkatan tekanan atrium kiri.

c. Sistem Pencernaan

Terjadi penurunan kerja peristaltik usus akibat efek anastesi, enam

jam pertama tidak diperbolehkan makan untuk mengurangi resiko

aspirasi, peristaltik lemah mempengaruhi kekuatan otot abdominal

mual dan muntah post SC jarang ditemukan karena kemajuan

dibidang anastesi. 24 jam pertama klien dapat infus intra vena

untuk memenuhi kebutuhannya, klien dipuasakan sampai bising

usus positif lakukan test feeding setelah bising usus positif.

d. Sistem Perkemihan

Anastesi dapat mengakibatkan hilangnya sensasi pada area bladder

sampai anastesi hilang, kateter dapat dilepas dari setelah 12 jam

operasi atau keesokan harinya.

e. Sistem Muskuloskeletal

Merasa tidak mampu mengerjakan sesuatu karena kelemahan fisik

dan pada saat yang sama citra tubuh ibu menjadi rusak

mengakibatkan ibu merasa sensitif dan cepat tersinggung (PPNI,

2009).

Page 26: Karlis maya

26

B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang

sistematis dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok

dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dari pemecahan masalah

dan dari respon pasien terhadap penyakitnya. Digunakan untuk membantu

perawat melakukan praktik keperawatan secara sistematis dalam

memecahkan masalah keperawatan. Pendekatan proses keperawatan yang

digunakan dalam asuhan keperawatan tersebut meliputi Pengkajian Data,

merumuskan Diagnosa Keperawatan, menyusun Rencana Keperawatan,

Implementasi dan Evaluasi (Carpenito, 2000). Adapun langkah-langkah

dalam proses keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian yaitu tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasikan status kesehatan klien yang

berdasarkan pada kebutuhan dasar manusia (Nursalam, 2001).

a. Pengumpulan data

Merupakan upaya untuk mendapatkan data yang dapat

digunakan sebagai informasi tentang klien. Data yang dibutuhkan

tersebut mencakup data tentang biopsikososial dan spiritual dari

klien, data yang berhubungan dengan klien serta data tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan

klien seperti data tentang keluarga (Hidayat, 2004).

Page 27: Karlis maya

27

Adapun data yang dikumpulkan antara lain:

1) Identitas

a) Identitas klien

Identitas klien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin,

status, agama, suku/bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat,

tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor

register, dan diagnosa medik.

b) Identitas penanggung jawab

Meliputi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan,

alamat, suku/bangsa, dan hubungan dengan klien.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Keluhan utama

Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan

pengkajian. Pada pasien post sectio caesarea keluhan

utamanya berupa nyeri pada area abdomen yaitu luka

operasi.

b) Riwayat Keluhan Utama

Merupakan informasi mengenai hal-hal yang menyebabkan

klien mengalami keluhan hal apa saja yang mendukung dan

mengurangi, kapan, dimana dan berapa jauh keluhan

tersebut dirasakan klien. Hal tersebut dapat diuraikan

dengan metode PQRST sebagai berikut:

Page 28: Karlis maya

28

(1) Palliative/Provokatif : Apa yang menyebabkan

terjadinya nyeri pada abdomen faktor pencetusnya

adalah post op sectio caesarea a/i letak lintang.

(2) Qualitative/Quantitas : bagaimana gambaran keluhan

yang dirasakan dan sejauh mana tingkat keluhannya

seperti berdenyut, ketat, tumpul atau tusukan.

(3) Region/Radiasi : lokasi keluhan yang dirasakan dan

penyebarannya.

(4) Scale/Serverity : intensitas keluhan apakah sampai

mengganggu atau tidak. Pada kasus sectio caesarea

nyeri selalu mennganggu dengan skala 7-8 (0-10).

(5) Timing : kapan waktu mulai terjadi keluhan dan berapa

lama kejadian ini berlangsung biasanya pada luka sectio

caesarea dirasakan secara terus-menerus.

c) Riwayat kesehatan yang lalu

Biasanya klien belum pernah menderita penyakit yang

sama atau klien tidak pernah mengalami penyakit yang

berat atau suatu penyakit tertentu yang memungkinkan

akan berpengaruh pada kesehatan sekarang.

d) Riwayat kesehatan keluarga

Dalam pengkajian ini ditanyakan tentang hal keluarga yang

dapat mempengaruhi kehamilan langsung ataupun tidak

langsung seperti apakah dari keluarga klien yang sakit

Page 29: Karlis maya

29

terutama penyakit yang menular yang kronis karena dalam

kehamilan daya tahan ibu itu menurun bila ada penyakit

menular dapat lekas menular kepada ibu dan

mempengaruhi janin dan sectio caesarea ini biasanya tidak

tergantung dari keturunan.

e) Riwayat obstetri dan ginekologi

(1) Riwayat obstetri

(a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

yang terdiri dari tahun persalinan, umur kehamilan,

tempat pertolongan, jenis persalinan, jenis kelamin

bayi serta keadaan bayi.

(b) Riwayat kehamilan sekarang yang perlu di kaji

seberapa seringnya memeriksakan kandungan serta

menjalani imunisasi.

(c) Riwayat persalinan sekarang yang perlu di kaji

adalah lamanya persalinan, BB bayi (Mansjoer,

2000).

(2) Riwayat ginekologi

(a) Riwayat menstruasi

Yang perlu dikaji adalah usia pertama kali haid,

siklus dan lamanya haid, warna dan jumlah, HPHT

dan tafsiran kehamilan.

Page 30: Karlis maya

30

(b) Riwayat perkawinan

Yang perlu dikaji adalah usia saat menikah dan usia

pernikahan, pernikahan keberapa bagi klien dan

suami.

(c) Riwayat keluarga berencana

Yang perlu dikaji adalah jenis kontrasepsi yang

digunakan sebelum hamil, waktu dan lamanya serta

masalah selama pemakaian alat kontrasepsi, jenis

kontrasepsi yang akan digunakan setelah persalinan.

3) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum : klien dengan sectio caesarea akan

mengalami kelemahan.

b) Kesadaran : pada umumnya Compos Mentis

c) Tanda-tanda vital : hal-hal yang dilakukan pada

pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien post Sectio

Caesarea biasanya tekanan darah menurun, suhu

meningkat, nadi meningkat dan pernapasan meningkat.

d) Sistem Pernapasan

Kaji tentang bentuk hidung, ada tidaknya secret pada

lubang hidung, ada tidaknya pernapasan cuping hidung,

gerakan dada saat bernapas apakah simetris atau tidak,

frekuensi napas.

Page 31: Karlis maya

31

e) Sistem Indera

Yang perlu di kaji pada sistem inin adalah adanya

ketajaman penglihatan, pergerakan mata, proses

pendengaran dan kebersihan pada lubang telinga,

ketajaman penciuman dan fungsi bicara serta fungsi

pengecapan.

f) Sistem Kardiovaskuler

Yang perlu di kaji adalah tentang keadaan konjungtiva,

keadaan warna bibir, ada tidaknya peninggian vena

jugularis, auskultasi bunyi jantung pada daerah dada dan

pengukuran tekanan darah serta pengukuran nadi.

g) Sistem Pencernaan

Kaji tentang keadaan mulut, gigi, lidah dan bibir, peristaltik

usus, keadaan atau bentuk abdomen ada atau tidak adanya

massa atau nyeri tekan pada daerah abdomen.

h) Sistem Muskuloskeletal

Kaji tentang keadaan darajat Range Of Montion pada

tungkai bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang pada

waktu bergerak, serta keadaan tonus dan kekuatan otot pada

ekstremitas bagian bawah dan bagian atas.

i) Sistem Persyarafan

Kaji tentang adanya gangguan-gangguan yang terjadi pada

ke-12 sistem persyarafan.

Page 32: Karlis maya

32

j) Sistem Perkemihan

Kaji adanya keadaan yang terjadi pada kandung kemih,

warna urin, bau urin, serta pengeluaran urin.

k) Sistem Reproduksi

Yang perlu di kaji adalah tentang keadaan bentuk payudara,

puting susu, ada tidaknya pengeluaran ASI serta kebersihan

pada daerah payudara, kaji adanya pengeluaran darah pada

vagina, warna darah, bau serta ada tidaknya pemasangan

kateter.

l) Sistem Integumen

Kaji tentang keadaan kulit, rambut dan kuku, turgor kulit,

pengukuran suhu serta warna kulit dan penyebaran rambut.

m) Sistem Endokrin

Yang perlu di kaji adalah tentang ada tidaknya pembesaran

kelenjar thyroid, bagaimana refleks menelan serta

pengeluaran ASI dan kontraksi.

n) Sistam Imun

Yang perlu di kaji pada sistem ini adalah tentang keadaan

kelenjar limfe, apakah mengalami pembesaran pada

kelenjar limfe.

Page 33: Karlis maya

33

4) Pola aktivitas sehari-hari

Perlu dikaji pola aktivitas klien selama di Rumah Sakit dan

pola aktivitas klien selama di rumah, terdiri atas :

a) Nutrisi : kaji adanya perubahan dan masalah dalam

memenuhi kebutuhan nutrisi karena kurangnya nafsu

makan, kehilangan sensasi pengecap, menelan, mual dan

muntah.

b) Eliminasi (BAB dan BAK) : bagaimana pola eliminasi

BAB dan BAK, apakah ada perubahan selama sakit atau

tidak.

c) Istrahat Tidur : kesulitan tidur dan istirahat karena adanya

nyeri dan kejang otot.

d) Personal hygiene : klien biasanya memerlukan bantuan

orang lain untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya.

e) Aktivitas gerak : kaji adanya kehilangan sensasi atau

paralise dan kerusakan dalam memenuhi kebutuhan

aktifitas sehari-harinya karena adanya kelemahan.

5) Data Psikologis

a) Status emosi

Klien menjadi iritable atau emosi yang labil terjadi secara

tiba-tiba klien menjadi mudah tersinggung.

Page 34: Karlis maya

34

b) Konsep diri

(1) Body image : klien memiliki persepsi dan merasa

bahwa bentuk tubuh dan penampilan sekarang

mengalami penurunan berbeda dengan keadaan

sebelumnya.

(2) Ideal diri : klien merasa tidak dapat mewujudkan cita-

cita yang diinginkan.

(3) Harga diri : klien merasa tidak berharga lain dengan

kondisinya yang sekarang, klien merasa tidak mampu

dan tidak berguna serta cemas dirinya akan selalu

memerlukan bantuan orang lain.

(4) Peran : klien merasa dengan kondisinya yang sekarang

ia tidak dapat melakukan peran yang dimilikinya baik

sebagai orang tua, istri ataupun seorang pekerja.

(5) Identitas diri : klien memandang dirinya berbeda

dengan orang lain karena kondisi badannya yang

disebabkan oleh penyakitnya.

c) Pola koping

Klien biasanya tampak menjadi pendiam atau menjadi

tertutup.

Page 35: Karlis maya

35

6) Data Sosial

Klien dengan sectio caesarea cenderung tidak mau

bersosialisasi dengan orang lain yang disebabkan oleh rasa

malu terhadap keadaannya.

7) Data Spiritual

Perlu dikaji keyakinan klien tentang kesembuhannya

dihubungkan dengan agama yang dianut klien dan bagaimana

persepsi klien tentang penyakitnya. Bagaimana aktivitas

spiritual klien selama menjalani perawatan dirumah sakit dan

siapa yang menjadi pendorong dan memotivasi bagi

kesembuhan klien.

8) Data penunjang

Kaji pemeriksaan darah Hb, Hematokrit ibu, Leukosit dan

USG.

9) Perawatan dan pengobatan

a) Terapi

Pada pasien yang post sectio caesarea biasanay diberikan

obat analgetik serta antipiuretik serta pemberian cairan

perinfus dan elektrolit harus cukup.

b) Diet

Pemberian sedikit minuman sudah boleh diberikan enam

sampai 10 jam post operasi berupa air putih atau teh manis.

Page 36: Karlis maya

36

Setelah cairan infus dihentikan diberikan makan bubur

saring selanjutnya secara bertahap boleh makan biasa.

c) Kateterisasi

Biasanya dilepas 12 jam post operasi atau keesokan

paginya, kemampuan selanjutnya untuk mengosongkan

vesika urinaria sebelum terjadi distensi yang berlebihan

harus dipantau.

b. Klasifikasi data

Pengelompokan data adalah pengelompokan data-data klien atau

keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan

atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Setelah

dapat dikelompokan maka perawat dapat mengidentifikasi masalah

keperawatan klien dengan merumuskannya. Adapun data-data

yang muncul diklasifikasikan dalam data subyektif dan obyektif.

Data subyektif adalah data yang diperoleh lansung melalui

ungkapan atau keluhan dari klien sedangkan data obyektif adalah

data yang diperoleh dari hasil observasi atau pengukuran

(Nursalam, 2002).

c. Analisa data

Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan mentabulasi,

menyelidiki, mengklasifikasi dan mengelompokan data serta

mengkaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam bentuk

Page 37: Karlis maya

37

diagnosa keperawatan biasanya ditemukan data subyektif dan

obyektif (Carpenito, 2002).

Dalam analisa data mengandung 3 komponen utama yaitu :

1) Problem (P/masalah), merupakan gambaran keadaan dimana

tindakan keperawatan dapat diberikan.

2) Etiologo (E/penyebab), keadaan ini menunjukan penyebab

keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah

terhadap terapi keperawatan.

3) Sign dan Symptom (S/tanda dan gejala), adalah ciri, tanda atau

gejala yang merupakan suatu informasi yang diperlukan untuk

dapat merumuskan suatu diagnosis keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan

respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang

perawat mempunyai izin dan berkompeten dan mengatasinya. Respon

aktual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian,

tinjauan literatur yang berkaitan catatan medis klien masa lalu dan

konsultasi dengan profesional lain yang kesemuanya dikumpulkan

selama pengkajian (Potter, 2005).

Menurut Bobak (2002), diagnosa keperawtan yang dapat

muncul pada kasus sectio caesarea a/i letak lintang antara lain :

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat

tindakan pembedahan.

Page 38: Karlis maya

38

b. Gangguan kebutuhan istrahat dan tidur berhubungan dengan nyeri

terus menerus.

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan

kekuatan/keterbatasan gerak dan kelemahan fisik.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi

tentang penyakitnya.

e. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

status kesehatan dan keadaan pasca operasi.

f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi yang masih

basah.

g. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

pendarahan.

3. Perencanaan

Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan

keperawatan yang dilaksanakan untuk menanggulangi masalah dengan

diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan

terpenuhinya kebutuhan pasien (Nursalam, 2001).

Perencanaan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan

klien post op sectio caesarea yang ditegakan antara lain :

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang/ teratasi.

Kriteria hasil :

1) Ekspresi wajah klien tidak meringis

Page 39: Karlis maya

39

2) Klien tidak mengeluh nyeri

Intervensi :

1) Pantau tingkat atau lokasi nyeri yang dirasakan klien

Rasional : membantu menentukan tingkat dan lokasi nyeri yang

dirasakan klien sehingga memudahkan intevensi selanjutnya.

2) Observasi tanda-tanda vital

Rasional : tanda-tanda vital dapat berubah akibat rasa nyeri dan

merupakan indikator untuk menilai perkembangan penyakit.

3) Anjurkan klien untuk nafas dalam secara teratur dan perlahan-

lahan bila nyeri muncul

Rasional : penarikan nafas dalam secara perlahan-lahan dapat

terjadi suatu relaksasi dan melancarkan aktivitas suplai O2 ke

jantung sehingga nyeri berkurang.

4) Anjurkan klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap

Rasional : motivasi untuk mobilisasi bertahap akan

meningkatkan vaskularisasi sehingga suplai O2 dan nutrisi ke

jaringan meningkat.

5) Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional : analgetik dapat menghambat pengiriman impuls

nyeri ke korteks serebri sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.

b. Gangguan kebutuhan istrahat dan tidur berhubungan dengan nyeri.

Tujuan : kebutuhan istrahat dan tidur dapat terpenuhi

Page 40: Karlis maya

40

Kriteria hasil :

1) Klien dapat tidur dengan nyenyak

2) Klien tidak mudah terbangun

3) Konjungtiva tidak anemis

Intervensi :

1) Observasi pola tidur klien

Rasional : sebagai pedoman untuk intervensi selanjutnya.

2) Hindarkan prosedur yang kurang penting selama periode tidur

Rasional : dengan tindakan yang tidak penting dapat

mengganggu ketenangan tidur klien sehingga klien mudah

terbangun.

3) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

Rasional : lingkungan yang tenang dan nyaman memberikan

kemudahan pada klien untuk tidur dan istrahat.

4) Beri HE pada klien tentang manfaat istrahat dan tidur

Rasional : istrahat dan tidur dapat memulihkan stamina

sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung dengan baik.

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan

dan keterbatasan gerak.

Tujuan : klien dapat melakukan perawatan diri dengan baik

Kriteria hasil :

1) Klien nampak bersih dan rapi

2) Klien dan keluarga mengerti pentingnya kebersihan diri

Page 41: Karlis maya

41

Intervensi :

1) Pantau tingkat pemahaman klien, berikan berikan penjelasan

tentang manfaat perawatan diri

Rasional : informasi sangat mempengaruhi klien sehingga klien

dapat termotivasi untuk melakukan perawatan diri.

2) Berikan bantuan kepada klien dalam melakukan perawatan diri

seperti mandi, sikat gigi, keramas dan mengganti pakaian

Rasional : membantu klien dalam melakukan perawatan diri

dan memenuhi kebutuhannya serta memberikan rasa nyaman.

3) Lakukan perawatan vulva hygiene

Rasional : Vulva hygiene akan mencegah berkembang biaknya

kuman-kuman yang dapat masuk ke dalam serviks.

4) Anjurkan klien untuk melakukan perawatan diri setiap hari

Rasional : meningkatkan tingkat kemandirian klien di dalam

merawat dirinya serta memperlancar sirkulasi darah.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang penyakitnya

Tujuan : pengetahuan klien dapat teratasi

Kriteria hasil :

1) Keadaan umum baik

2) Klien dapat merasa tenang

3) Klien dapat menjelaskan cara merawat payudara

Page 42: Karlis maya

42

Intervensi :

1) Kaji kemampuan dan motivasi klien untuk belajar serta bantu

klien dan pasangan dalam mengidentifikasi kebutuhan

Rasional : Periode Post Op Sectio Caesarea menjadikan

pengalaman positif bila kesempatan penyuluhan di berikan

untuk membantu ibu

2) Berikan penyuluhan lisan dan tertulis

Rasional : Membantu menjamin ketangkapan informasi yang

di terima

3) Berikan informasi yang berhubungan dengan perubahan

fisiologis dan psikologis berkenaan dengan persalinan Sectio

Caesarea dan kebutuhan dengan periode Post Op Sectio

Caesarea

Rasional : Membantu klien mengenali perubahan normal dari

proses abnormal yang mungkin memerlukan tindakan

4) Anjurkan kepada klien melakukan perawatan payudara

Rasional : Agar dapat memproduksi ASI dengan lancar

e. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

status kesehatan dan keadaan pasca operasi.

Tujuan : rasa cemas yang dirasakan klien dapat teratasi

Kriteria hasil :

1) Klien dapat menjelaskan tentang penyakitnya, prosedur

pengobatan dan perawatan

Page 43: Karlis maya

43

2) Klien nampak tenang

Intervensi :

1) Observasi perasaan klien terhadap kecemasan yang

dihadapinya

Rasional : mengetahui lebih lanjut tentang perasaan klien

sehingga memudahkan untuk menentukan intervensi

selanjutnya.

2) Anjurkan pada pasangan atau keluarga untuk memberi support

Rasional : support dari pasangan dan keluarga memberi

semangat bagi ibu menjalani proses penyembuhan.

3) Berikan informasi yang tepat tentang keadaan bayi

Rasional : khayalan yang disebabkan oleh kurangnya informasi

atau kesalahpahaman dapat meningkatkan kecemasan.

4) Anjurkan klien untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT

dengan sering berdoa

Rasional : agar klien merasa tenang dan lebih mendekatkan diri

kepada Allah SWT.

f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perawatan luka tidak

efektif.

Tujuan : tanda-tanda infeksi tidak terjadi

Kriteri hasil : tidak terjadi tanda radang, kemerahan, bengkak dan

panas.

Page 44: Karlis maya

44

Intervensi :

1) Observasi keadaan luka

Rasional : untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi dini.

2) Gunakan tehnik aseptik dan antiseptik dalam setiap tindakan

Rasional : menurunkan resiko penyebaran infeksi.

3) Lakukan perawatan luka dengan memperhatikan kesterilan

Rasional : melakukan perawatan luka untuk menjaga agar luka

tetap bersih yang mencegah terjadinya kontaminasi dengan

mikroorganisme.

4) Observasi tanda-tand vital terutama suhu

Rasional : adanya peningkatan tanda-tanda vital terutama suhu

merupakan salah satu tanda adanya infeksi.

5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antibiotik

Rasional : antibiotik dapat mencegah infeksi dengan cara

membunuh kuman yang masuk.

g. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

pengeluaran cairan pendarahan.

Tujuan : kebutuhan klien akan cairan dapat terpenuhi

Kriteria hasil :

1) Tidak ada pendarahan serta membran mukosa lembab

2) Tanda-tanda vital stabil

Intervensi :

1) Ukur semua sumber pemasukan dan pengeluaran cairan

Page 45: Karlis maya

45

Rasional : membantu mengevaluasi status cairan khususnya

bila dibandingkan dengan berat badan.

2) Timbang berat badan klien

Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan akan penggantian

volume cairan dan keefektifan pengobatan.

3) Ukur tanda-tanda vital

Rasional : hipotensi dan takikardi menunjukan kekurangan

cairan.

4) Kolaborasi pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit

Rasional : menurun karena anemia, hemodilusi atau kehilangan

darah aktual.

4. Implementasi

Pelaksanaan/implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai

setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada perawat untuk

membuat klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh karena

itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan

dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit dan pemulihan (Nursalam, 2001).

Page 46: Karlis maya

46

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan dan pelaksanaan yang sudah berhasil dicapai.

Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor yang

terjadi selama tahap pengkajian, analisa data, perencanaan dan

pelaksanaan tindakan. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses

keperawatan yang menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh

intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari

hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap

perencanaan (Nursalam, 2001).

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP

sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut :

S: Respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.

O: Respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.

A: Analisa ulang atas data subjektif dan data objektif untuk

menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru

atau mungkin terdapat data yang kontradiksi dengan masalah yang

ada.

P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa data pada

respon.