Tugas Ujian THT
-
Upload
pradinta-bayu -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
description
Transcript of Tugas Ujian THT
Jenis Kelamin dan Umur Dalam Anamnesis
Jenis kelamin dan umur sangat penting dalam proses penentuan diagnosis Pasien. Hal ini
dikarenakan jenis kelamin dan Umur menjadi Faktor predisposisi yang penting dalam terjadinya
suatu penyakit, sebagai Contoh Rhinitis Atrofi, pada Rhinitis Atrofi lebih sering terjadi pada
Wanita daripada Pria 3:1, Otitis Media Akut lebih sering terjadi pada anak anak daripada orang
dewasa hal ini dikarenakan Tuba eustachius yang lebih pendek pada anak anak.
Perbedaan Gangguan Nervus I ( Olfaktorius )
Dengan Nervus V ( Trigeminus )
Pemeriksaan nervus I biasanya memerlukan bahan-bahan yang merangsang penciuman
seperti kopi, teh, jeruk, atau zat yang berbau lainnya. Jangan menggunakan zat yang dapat
merangsang mukosa hidung seperti alcohol, amoniak, cuka, sebah hal ini akan merangsang
Nervus V. Sebelum memulai pemeriksaan, kita perlu memastikan terlebih dahulu bahwa lubang
hidung tidak mengalami sumbatan atau kelainan seperti ingus atau polip. Zat yang akan
digunakan untuk mengetis didekatkan ke hidung pasien dan diminta untuk menciumnya. Tiap
lubang hidung diperiksa satu per satu dengan cara menutup lubang yang tidak diperiksa dengan
tangan.
Cara mengetahui gangguan pada Nervus V adalah dengan cara menggunakan bahan
bahan yang mempunyai bau yang menyengat seperti alcohol, amoniak, cuka, dikarenakan dapat
merangsang mukosa hidung.
Bakteri Aerob dan Anaerob
A. Bakteri aerob
Bakteri aerob adalah bakteri yang membutuhkan oksigen untuk proses respirasi, pertumbuhan,
kelangsungan hidup, dan bereproduksi.Contoh Bakteri aerob :
1. Nitrosococcus : bakteri nitrit, Amfitrik, memiliki metabolisme berbasis oksigen.
Berperan dalam proses penambahan kesuburan tanah (membentuk humus).
2. Nitrosomonas : bakteri nitrit, Amfitrik, berbentuk batang yang terdiri dari genus
chemoautotrophic.berperan dalam proses nitrifikasi menghasilkan ion nitrat yang
dibutuhkan tanaman
3. Nitrobacter, bakteri nitrat, autotrof, Bakteri yang mengubah Nitrite
menjadi Nitrate.
4. Bacillus, bersifat Hipertermofil, gram positif , dapat hidup dan tumbuh
pada suhudiatas 75°C, beberapa bakteri inibahkan dapat hidup pada
suhu diatas 100°C dan dapat menghasilkan enzim-enzim penting
yang digunakan dalam obat-obatan.
5. Mycobacterium Tuberculosis, berbentuk batang, aerob obligat, dan memiliki ciri
khusus yakni adanya lapisan lilin di dinding selnya, membutuhkan oksigen, bermanifest
di paru-paru mamalia karena kandungan oksigennya sangat tinggi, menyebabkan
penyakit tuberkulosis,Pembelahan diri terjadi sangat lambat, yaitu sekitar 15 jam setelah
infeksi terjadi.
6. Nocardia, berbentuk batang, gram positif, bersifat patogen& non patogen,
menyebabkan penyakit nocardiosis, mempengaruhi paru-paru bahkan seluruh tubuh.
Biasanya, bakteri Nocardia tumbuh subur di rongga mulut, terutama di gusi dan kantong
periodontal.
7. Pseudomonas aeruginosa (Gram negatif), Berbentuk batang dengan ukuran sekitar
0,6 x 2 μm, Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang
membentuk rantai yang pendek, katalase positif, oksidase positif, tidak mampu
memfermentasi tetapi dapat mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain, tidak berspora, tidak
mempunyai selubung (sheat) dan mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada
kutub) sehingga selalu bergerak, membentuk biofilm untuk membantu kelangsungan
hidupnya saat membentuk koloni pada paru-paru manusia, Koloni yang dibentuk halus
bulat dengan warna fluoresensi yang kehijau-hijauan
8. Staphylococcus (fakultatif),Gram positif berbentuk bulat, Tumbuh dengan cepat pada
temperatur 20 - 35ºC.melakukan fermentasi karbohidrat , lambat dan mengkilat, dan
menghasilkan bermacam-macam pigmen dari warna putih hingga kuning gelap,
menghasilkan katalase yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen
B. Bakteri anaerob
Bakteri anaerob adalah bakteri yang hidup di lingkungan yang tidak mengandung
oksigen.Infeksi dapat terjadi pada saluran akar gigi, gusi, rahang, tonsil, tenggorok, sinus-sinus
dan telinga. (1) Anaerob obligat hanya dapat hidup jika tidak ada oksigen. Oksigen merupakan
racun bagi bacteri anaerob obligat, (2) Anaerob fakultatif dapat hidup jika ada oksigen maupun
tidak ada oksigen. Contoh Bakteri anaerob :
1. Clostridium tetani(anaerob obligat) : bakteri Gram positif,dapatmembentuk
spora, danberbentuk drumstick. Bakteri ini menyebabkan penyakitTetanus dengan infeksi
melalui berbagai cara, yaitu: luka tusuk, patah tulang terbuka, luka bakar, pembedahan,
penyuntikan, gigitan binatang, aborsi, melahirkan atau luka pemotongan umbilicus.
2. Microccocus denitrificans (anaerob obligat), Bakteri Mesofil, bakteri yang
hidupdan tumbuh di daerahsuhu antara 15°-55°C, dengan
suhuoptimum 25°- 40°C,menimbulkan proses denitrifikasi (karena oksigen dalam
tanah berkurang) yaitu nitrat direduksi sehingga terbentuk nitrit dan akhirnya menjadi
amoniak yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Kerugiaaannya : memecccah
nitrat menjadi nitrogen sehingga mengurangi kesuburan tanah.
3. Clostridium botulinum(anaerob obligat), bakteri berbentuk satu batang tungal, Gram-
positif, dapat membentuk spora(Sporanya tahan panas dan dapat bertahan hidup dalam
makanan dengan pemrosesan yang kurang sesuai atau tidak benar), dan dapat
memproduksi racun syaraf yang kuat, bakteri tersebut tumbuh dalam makanan dan
menghasilkan racun botulininyang dapat menimbulkan keracunan makanan.
4. Shigella (anaerobfakultatif) , genus Gram-negatif, menyebabkan penyakit disentri,
Infeksi Shigella melalui proses menelan (makanan/minuman yang terkontaminasi bakteri)
atau melalui teknik seksual tertentu yang melibatkan lidah dan anus. Gejala : diare,
demam, mual, muntah, kram perut, perut kembung, dan sembelit.
5. Escherichia coli (anaerobfakultatif) adlah satu jeniss
pesies utama bakteri gram negatif ditemukan dalam usus besar manusia. Menyebabkan
penyakit seperti kolera, tipus, disentri, diare, dan penyakit cacing.
6. Neiserria gonorrhea (fakultatif anaerob), Diplokokus gram-negatif, tidak bergerak,
diameternya ± 0,8 μm, tidak berpasangan, berkoloni sangat kecil, patogen thd manusia,
mengeluarkan endotoxin. Cepat mati oleh pengeringan, sinar matahari, pemanasan basah
dan disinfektan.
7. Lactobacillus (anaerob fakultatif) genus bakteri gram-positif, mikroaerofilik, bakteri
ini bisa memecah protein, karbohidrat, dan lemak dalam makanan, bakteri ini digunakan
dalam proses pengentalan dan fermentasi makanan. Lactobacillus juga sering ditemukan
dalam rongga mulut dan usus tanpa menimbulkan gangguan kesehatan.
8. Salmonella (anaerobfakultatif) :suatu genus bakterienterobakteria gram-negatif
berbentuktongkat yangmenyebabkan tifus,paratifus, dan penyakitfoodborne. spesies
Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida.
9. Micrococcus denitrificans biasa hidup pada lahan yang kaya zat
nitrat tetapi miskin oksigen. Bakteri ini menguraikan zat HNO3 menjadi
NH3 dan O2.
10. Staphylococcus pyogenes, Bentuk coccus, memiliki kapsul formasi staphylae, tidak
mampu berbentuk spora, gram positif, tidak bergerak, mengeluarkan exotoxin, tahan
terhadap pengaruh buruk dari luar
Antibiotik
A. Definisi antibiotik
Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba atau jasad renik yang tidak termasuk parasit,
khususnya mikroba yang merugikan manusia. Sedangkan antibiotik ialah zat yang dihasilkan
oleh mikroorganisme atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat
perkembangan mikroorganisme. Dalam praktek sehari-hari, antimikroba sintetik yang tidak
diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamid dan kuinolon) juga sering digolongkan
sebagai antibiotik.
Selain dari hasil metabolisme mikroorganisme, antibiotik juga dapat dibuat dari bahan
alam yaitu dari beberapa hewan dan tanaman, serta dapat pula dibentuk antibiotik baru secara
sintesis parsial yang sebagian mempunyai sifat yang lebih baik. Dari beribu-ribu jenis antibiotik
yang telah ditemukan, hanya sebagian kecil yang dapat dipakai untuk tujuan terapeutik. Hanya
antibiotik yang mempunyai kadar hambatan minimum (KHM) in vitro lebih kecil dari kadar
yang dapat dicapai dalam tubuh dan tidak toksik, yang dapat dipakai.
B. Prinsip kerja obat antibiotik
Idealnya, antibiotik memperlihatkan toksisitas secara selektif. Toksisitas selektif bersifat
relatif daripada absolut yang berarti bahwa suatu obat dapat merusak bakteri dalam konsentrasi
yang dapat ditoleransi oleh inang atau hospes. Toksisitas selektif bergantung pada proses
hambatan biokimia yang terdapat di dalam atau esensial untuk parasit tetapi bukan untuk inang.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik umumnya dibagi menjadi lima kelompok yaitu:
1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel
Bakteri memiliki dinding sel, yang mengelilingi sitoplasma membran sel, yang
lebih kaku bila dibandingkan dengan sel hewan. Tekanan osmotik dalam sel bakteri lebih
tinggi daripada di luar sel, maka kerusakan dinding sel bakteri akan menyebabkan
terjadinya lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal pada bakteri yang peka. Dinding
sel mengandung polipeptidoglikan. Lapisan peptidoglikan jauh lebih tebal pada dinding
sel bakteri gram positif daripada dinding sel bakteri gram negatif. Antibiotik yang
memiliki mekanisme kerja ini secara berturut-turut dari yang paling dini menghambat
sampai yang kurang menghambat yaitu sikloserin, basitrasin, vankomisin, penisilin dan
sefalosporin.
2. Antibiotik yang menghambat permeabilitas atau fungsi membran sel
Membran sitoplasma bakteri dan jamur tertentu lebih mudah dirusak oleh agen
tertentu daripada membran sel hewan. Antibiotik yang mengubah tegangan permukaan,
dapat merusak permeabilitas selektif dari membran sel mikroba. Akibatnya, aktivitas
kemoteraupetik selektif dapat terjadi. Antibiotik yang berperan dalam menghambat
fungsi membran sel yaitu azoles, polien, dan polimiksin. Polimiksin dapat merusak
membran sel setelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membran sel mikroba.
Polimiksin tidak efektif terhadap bakteri Gram-positif karena jumlah fosfor bakteri ini
lebih sedikit. Antibiotik polien bereaksi dengan struktur sterol pada membran sel. Oleh
karena itu, bakteri tidak sensitif terhadap antibiotik polien, karena tidak memiliki struktur
sterol pada membran selnya.
3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel mikroba
Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA.
Perbedaan tipe ribosom, komposisi kimiawi, dan spesivitas fungsional antara sel bakteri
dan sel mamalia berbeda sehingga dapat menerangkan antibiotik dapat menghambat
sintesis protein di ribosom bakteri tanpa menunjukkan efek nyata pada ribosom
mamalia.Aminoglikosida, tetrasiklin, makrolida atau eritromisin, kloramfenikol, dan
linkomisin terbukti dapat menghambat sintesis protein melalui kerja pada ribosom
bakteri.
Streptomisin dan tetrasiklin berikatan dengan komponen ribosom 30S
menyebabkan kode pada mRNA salah dibaca oleh tRNA pada waktu sintesis protein
sehingga akan terbentuk protein yang abnormal dan nonfungsional bagi sel mikroba.
Gentamisin, kanamisin, dan neomisin memiliki mekanisme kerja yang sama tetapi
potensinya berbeda. Eritromisin, likomisin, dan kloramfenikol berikatan dengan ribosom
50S dan menghambat translokasi kompleks tRNA-peptida dari lokasi asam amino ke
lokasi peptida. Akibatnya, rantai polipeptida tidak dapat diperpanjang karena lokasi asam
amino tidak dapat menerima kompleks tRNA-asam amino yang baru.
4. Antibiotik yang menghambat metabolisme sel mikroba
Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini ialah sulfonamida, trimetoprim, p-
aminosalisilat acid (PAS) dan sulfon. Antibiotik ini bekerja dengan efek bakteriostatik.
Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Bakteri patogen harus
mensintesis sendiri asam folat dari para amino benzoic acid (PABA). Sulfonamida
bersaing dengan PABA dalam pembentukan asam folat sehingga mencegah bergabung ke
dalam folat. Trimetoprim bekerja dengan menghambat enzim dihidrofolat reduktase
(FAH2) sehingga asam dihidrofolat tidak dapat direduksi menjadi asam tetrahidrofolat
(FAH4) yang berfungsi. PAS adalah analog PABA yang menghambat asam folat pada
Mycobacterium tuberculosis. Sulfonamid adalah analog struktur PABA dan menghambat
dihidropteroat sintetase.Sulfonamida tidak efektif terhadap M.tuberculosis dan sebaliknya
PAS tidak efektif terhadap bakteri yang sensitif terhadap Sulfonamida.
5. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba
Kebanyakan antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat digunakan
sebagai obat antikanker ataupun sebagai antivirus karena sifat sitotoksisitasnya. Oleh
karena itu, obat antibiotik yang akan dipaparkan yaitu rifampisin, dan golongan kuinolon.
Rifampisin berikatan dengan enzim polimerase-RNA sehingga menghambat sintesis
RNA dan DNA. Golongan kuinolon menghambat enzim DNA girase pada bakteri yang
fungsinya menata kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral hingga dapat
muat dalam sel bakteri yang kecil.
C. Aktivitas dan spektrum kerja antibiotic
a. Berdasarkan toksisitas selektif
Berdasarkan toksisitas selektif, antibiotik dibagi menjadi dua jenis yaitu antibiotik yang
mempengaruhi pembentukan dinding sel atau permeabilitas yang membunuh mikroorganisme
(bakterisidal) dan yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme
(bakteriostatik).1Antibiotik yang termasuk golongan bakterisid antara lain penisilin,
sefalosporin, aminoglikosida (jika digunakan dalam dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin,
isoniazid dan lain-lain. Antibiotik yang bersifat bakterisidal dibutuhkan untuk penyembuhan
pada kasus peradangan yang tidak dapat dihilangkan oleh mekanisme inang (misalnya
endokarditis infektif). Kasus peradangan seperti ini juga tidak dapat diobati dengan
menggunakan antibiotik bakteriostatik, dimana penyakit akan kambuh kembali setelah
penggunaan antibiotik dihentikan.
Sedangkan antibiotik yang memiliki sifat bakteriostatik, dimana penggunaanya tergantung status
imunologi pasien, contohnya antara lain sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin,
trimetropim, linkomisin, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dan lain-lain.1 Keberhasilan obat-
obat ini bergantung pada keterlibatan mekanisme pertahanan tubuh inang. Apabila obat
dihentikan, organisme akan tumbuh kembali, dan peradangan atau penyakit akan kambuh.
Antibiotik tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisidal bila
kadar antibiotiknya ditingkatkan melebihi KHM.
b. Berdasarkan spektrum kerja
Sifat antibiotik dapat berbeda satu dengan lainnya. Misalnya, Penisilin G bersifat aktif
terhadap bakteri Gram-Positif, sedangkan Gram-negatif pada umumnya resisten terhadap
Penisilin G. Streptomisin memiliki sifat berbanding terbalik dengan Penisilin G, sedangkan
tetrasiklin aktif terhadap berbagai bakteri Gram-positif dan Gram-negatif.
Berdasarkan perbedaan sifat spektrum kerjanya, antibiotik dibagi atas dua yaitu spektrum sempit
dan spektrum luas. Antibiotik yang termasuk dalam golongan spektrum sempit di antaranya
Penisilin G (benzil penisilin) dan streptomisin. Sedangkan antibiotik yang termasuk dalam
golongan spektrum luas di antaranya tetrasiklin, kloramfenikol, dan karbapenem.
Walaupun suatu antibiotik berspektrum luas, efektivitas kliniknya belum tentu seluas
spektrumnya karena efektivitas maksimal diperoleh dengan menggunakan obat terpilih untuk
peradangan yang sedang dihadapi terlepas dari efeknya terhadap mikroba lain.Antibiotik
berspektrum luas cenderung menimbulkan superinfeksi oleh bakteri atau jamur yang resisten. Di
lain pihak, pada septikemia yang penyebabnya belum diketahui diperlukan antibiotik yang
berspektrum luas sementara menunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik.
D. Klasifikasi antibiotik
Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dibedakan atas beberapa kelompok yaitu (1)
Antibiotik β-laktam yang terdiri atas golongan penisilin dan derivatnya, sefalosporin,
karbapenem, dan monobaktam; (2) Antibiotik makrolida dan ketolida; (3) Linkosamida; (4)
Metronidazole; (5) Tetrasiklin; (6) Glisilsiklin; (7) Golongan kuinolon/fluoro-kuinolon; (8)
Golongan aminoglikosida; (9) Vankomisin; (10) Streptogramin; (11) Oksasolidinon; (12)
Sulfonamida; dan (13) Kloramfenikol.
Di praktek kedokteran gigi, tidak semua jenis antibiotik digunakan, hanya beberapa jenis
saja yang umum digunakan di antaranya antibiotik golongan β-laktam (seperti amoksisilin,
amoksisilin-asam klavulanat, ampisilin, sefadroksil, sefaleksin, sefazolin, dan penisilin),
linkosamida (seperti klindamisin), makrolida (seperti azitromisin, eritromisin),
kuinolon/fluorokuinolon (seperti siprofloksasin), aminoglikosida (seperti gentamisin), dan
metronidazole.
D.1.1. Antibiotik β-laktam
Antibiotik β-laktam menjadi antibiotik yang banyak digunakan karena aktivitas
spektrumnya luas dan toksisitasnya yang relatif kurang walaupun insiden terhadap alergi
relatif tinggi. Antibiotik jenis ini terdiri dari lima kelompok yang memiliki nukleus β-
laktam berbeda, yaitu penisilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam, dan karbasefem.
Penisilin dan sefalosporin adalah antibiotik yang paling penting, diikuti dengan
karbapenem, monobaktam, dan karbasefem yang menjadi cadangan pada kasus
peradangan serius seperti peradangan nosokomial (yang didapat dari rumah sakit). β-
laktam memiliki aktivitas antibiotik dengan spektrum yang terluas, kecuali antibiotik
dengan spektrum yang sangat sempit (seperti β-laktamase-resistant penicillin) dan
spektrum yang sangat luas (seperti imipenem dan beberapa sefalosporin).
Mekanisme kerja antibiotik β-laktam dapat diringkas dengan urutan sebagai
berikut: (1) Obat bergabung dengan penicillin-binding proteins (PBPs) pada bakteri;
kemudian (2) Terjadi hambatan sintesis dinding sel bakteri karena proses transeptidasi
antar rantai peptidoglikan terganggu; lalu (3) Terjadi aktivasi enzim proteolitik pada
dinding sel.
1. Penisilin
Penisilin adalah istilah generik untuk kelompok antibiotik yang sama-
sama memiliki nukleus cincin β-laktam. Obat ini efektif melawan sebagian besar
bakteri gram positif tetapi tidak aktif jika cincin β-laktamnya dipecah oleh β-
laktamase.12 Modifikasi penisilin dapat terjadi karena struktur dasarnya (asam 6-
amminopenisilanat) memungkinkan untuk penambahan berbagai rantai β-laktam
dan cincin tiazolidin. Atas dasar modifikasi ini, penisilin dapat dibagi menjadi
penisilin G dan derivatnya, penisilin resisten β-laktamase, penisilin spektrum
yang diperluas (Extended-Spectrum Penicillin), dan penisilin spektrum yang
diperluas ditambah inhibitor β-laktamase (Extended-Spectrum Penicillin Plus β-
Lactamase Inhibitors).
Penisilin memiliki efek bakterisid dengan menghambat pembentukan
mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Di antara semua
penisilin, penisilin G mempunyai aktivitas terbaik terhadap mikroba Gram-positif
yang sensitif. Walaupun kelompok ampisilin memiliki spektrum antibiotik yang
lebar, tetapi aktivitasnya terhadap mikroba Gram-positif tidak sekuat penisilin G.
Namun demikian, kelompok ampisilin efektif terhadap beberapa mikroba Gram-
negatif dan tahan asam, sehingga dapat diberikan per oral. Kombinasi penisilin
dengan asam klavulanat menjadi salah satu pilihan karena kerja antibiotiknya
sangat lemah, tetapi dapat menghambat penisilinase dari streptokokus dan β-
laktamase berbagai mikroba Gram-negatif dengan mengikat pusat aktif enzim
tersebut. Karena itu asam klavulanat digunakan dalam kombinasi bersama
antibiotik β-laktam yang tak stabil terhadap β-laktamase
2. Sefalosporin
Sefalosporin berasal dari fungus Cephalosporium acremonium. Inti dasar
sefalosporin C ialah asam 7-amino-sefalosporanat (7-ACA: 7-
aminocephalosporanic acid) yang merupakan kompleks cincin dihidrotiazin dan
cincin betalaktam. Sefalosporin C resisten terhadap penisilinase, tetapi dapat
dirusak oleh. sefalosporinase. Hidrolisis asam sefalosporin C menghasilkan 7-
ACA yang dapat dikembangkan menjadi berbagai macam antibiotik sefalosporin.
Berdasarkan aktivitas antibiotiknya, sefalosporin dibagi menjadi 4
generasi yaitu generasi pertama, generasi kedua, generasi ketiga, dan generasi
keempat. Sefalosporin memiliki aktivitas yang baik untuk melawan patogen
orofasial, tetapi terbatas dalam melawan bakteri anaerob. Secara in vitro,
sefalosporin generasi pertama memperlihatkan spektrum antibiotik yang aktif
terhadap bakteri Gram-positif. Keunggulannya dibanding penisilin adalah
aktivitasnya terhadap bakteri penghasil penisilinase. Golongan ini efektif terhadap
sebagian besar Staphylococcus aureus dan Streptococcus termasuk Streptococcus
pyogenes, Streptococcus viridans, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus
anaerob, Clostridium perfringens, Listeria monocytogenes, dan Corynebacterium
diphteriae. Sefadroksil, sefaleksin, dan sefazolin merupakan antibiotik
sefalosporin generasi pertama, sedangkan seftriakson termasuk generasi ketiga
D.1.2 Antibiotik makrolida
Senyawa ini didapat dari jenis Streptomyces, mempunyai sifat glikosida dan
mengandung cincin lakton makrosiklik, gula amino basa dan gula netral. Mekanisme
kerja yang diketahui yaitu antibiotik makrolida menghambat sintesis protein pada fase
pemanjangan dengan mempengaruhi translokasi.
Makrolida digunakan untuk peradangan yang disebabkan oleh mikroba Gram-
positif yang resisten terhadap penisilin atau tetrasiklin, dipakai juga pada pasien yang
alergi terhadap penisilin.Yang termasuk dalam kelompok makrolida yaitu eritromisin,
azitromisin, dan sebagainya. Azitromisin memiliki aktivitas yang sangat baik dengan
Chlamydia. Kadar azitromisin yang tercapai dalam serum setelah pemberian oral relatif
rendah, tetapi di jaringan dan sel fagosit menjadi sangat tinggi. Obat yang disimpan
dalam jaringan ini kemudian dilepaskan perlahan-lahan sehingga dapat diperoleh masa
paruh eliminasi sekitar 3 hari. Dengan demikian obat cukup diberikan sekali sehari dan
lama pengobatan dapat dikurangi. Absorbsinya berlangsung cepat tetapi terganggu bila
diberikan bersamaan dengan makanan.
D.1.3 Linkomisin
Yang termasuk kelompok linkomisin adalah linkomisin yang diisolasi dari
Streptomyces lincolnensis dan senyawa sintesis parsial turunannya yaitu klindamisin.
Kelompok linkomisin mempunyai spektrum kerja yang mirip antara yang satu dengan
yang lain, mekanisme kerjanya sama dengan antibiotik makrolida, sedangkan kerja
klindamisin 2-10 kali lebih besar dari intesitas kerja linkomisin. Yang penting adalah
kemampuan difusinya yang baik dalam tulang. Linkomisin dan klindamisin digunakan
untuk peradangan karena staphylokokus jika antibiotik lain tidak dapat digunakan dan
berguna pada peradangan karena bakteri anaerob.10 Selain itu, klindamisin digunakan
untuk pasien yang alergi dengan penisilin atau terjadi kegagalan pengobatan dengan
penisilin.
D.1.4 Antibiotik aminoglikosida
Yang termasuk antibiotik golongan ini adalah streptomisin, neomisin, kelompok
kanamisin-gentamisin, dan spektinomisin. Senyawa ini merupakan senyawa dengan
struktur yang terdiri atas tri atau tetrasakarida, yang mengandung streptamin atau
turunannya sebagai rumus umum, terutama 2-desoksistreptamin. Semua senyawa ini
memiliki spektrum kerja yang luas dan kerjanya adalah bakterisidal. Gentamisin adalah
senyawa yang didapat dari filtrat kultur jenis Mikromonospora, yang merupakan
campuran dari 3 antibiotik spektrum luas gentamisin C1, C1a, dan C2. Secara klinis
gentamisin sangat berarti terutama karena peranannya terhadap mikroba Gram-negatif
penyebab peradangan tersebut.
D.1.5 Kuinolon
Kuinolon memiliki atom fluor pada cincin kuinolon (karena itu dinamakan juga
fluorokuinolon). Golongan kuinolon secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu kuinolon dan fluorokuinolon. Kelompok kuinolon tidak mempunyai manfaat klinik
untuk pengobatan peradangan sistemik karena kadarnya dalam darah terlalu rendah, daya
antibakterinya lebih lemah, dan resistensi cepat timbul. Indikasinya terbatas sebagai
antiseptik saluran kemih. Sedangkan kelompok
fluorokuinolon memiliki atom fluor pada posisi 6 dalam struktur molekulnya.
Daya antibiotik fluorokuinolon jauh lebih kuat dibandingkan kelompok kuinolon lama.
Kelompok obat ini diserap secara baik pada pemberian oral, dan derivatnya tersedia juga
dalam bentuk parenteral yang digunakan untuk penanggulangan peradangan berat,
khususnya yang disebabkan oleh bakteri Gram-negatif, sedangkan terhadap bakteri
Gram-positif daya bakterinya relatif lemah. Yang termasuk golongan ini adalah
siprofloksasin, pefloksasin, levofloksasin, dan sebagainya.
D.1.6 Metronidazole
Metronidazole adalah nitroimidazole buatan yang dibuat atau diisolasi dari
Streptomyces sp yang berguna dalam mengatasi berbagai peradangan akibat protozoa.13
Obat ini juga efektif melawan bakteri anaerob yang bekerja dengan mengganggu DNA
bakteri sehingga menghambat sintesis asam nukleat.16 Spektrum metronidazole terbatas
pada bakteri anaerob obligat dan beberapa bakteri mikroaerofilik,19 dan paling efektif
melawan bakteri anaerob gram negatif yang bertanggung jawab pada peradangan
orofasial akut dan periodontitis kronis.13 Kombinasi metronidazole dengan antibiotik
betalaktam pada peradangan oral diindikasikan untuk peradangan orofasial akut yang
serious dan pada penatalaksanaan periodontitis agresif.