Ujian Tht Arum

34
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi maupun non infeksi. Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari sekret hidung dan ludah orang yang menderita faringitis. 1 1.2. Tujuan Adapun tujuan pembuatan tinjauan pustaka ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik senior di departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan dan Bedah Kepala Leher. Dalam tinjauan pustaka ini dibahas tentang definisi, etiologi, insidens, patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, dan terapi dari faringitis. 1.3. Manfaat Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: a. Memberikan informasi pada dokter maupun tenaga kesehatan tentang Faringitis serta berbagai hal lain yang berhubungan dengan penyakit ini. b. Menambah pengetahuan penulis tentang penyakit Faringitis. 1

description

ujian tht

Transcript of Ujian Tht Arum

Page 1: Ujian Tht Arum

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi

maupun non infeksi. Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari sekret hidung dan

ludah orang yang menderita faringitis.1

1.2. Tujuan

Adapun tujuan pembuatan tinjauan pustaka ini adalah untuk memenuhi tugas

kepaniteraan klinik senior di departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan dan

Bedah Kepala Leher. Dalam tinjauan pustaka ini dibahas tentang definisi, etiologi, insidens,

patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, dan terapi dari faringitis.

1.3. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

a. Memberikan informasi pada dokter maupun tenaga kesehatan tentang Faringitis serta

berbagai hal lain yang berhubungan dengan penyakit ini.

b. Menambah pengetahuan penulis tentang penyakit Faringitis.

c. Sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian atau hal lain

yang ada kaitannya dengan penyakit ini.

1

Page 2: Ujian Tht Arum

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Faring

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong dengan bagian

atas yang besar dan bagian bawah yang sempit. Faring merupakan ruang utama traktus

resporatorius dan traktus digestivus. Kantong fibromuskuler ini mulai dari dasar tengkorak dan

terus menyambung ke esophagus hingga setinggi vertebra servikalis ke-6.8

Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa ±14 cm dan bagian ini merupakan

bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh selaput lendir, fasia

faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.

Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang

(longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari M.Konstriktor faring superior, media dan

inferior. Otot-otot ini terletak ini terletak di sebelah luar dan berbentuk seperti kipas dengan tiap

bagian bawahnya menutupi sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Di sebelah depan, otot-

otot ini bertemu satu sama lain dan di belakang bertemu pada jaringan ikat. Kerja otot konstriktor

ini adalah untuk mengecilkan lumen faring dan otot-otot ini dipersarafi oleh Nervus Vagus.1,8

Gambar 2.1. Otot-otot Faring dan Esofagus

2

Page 3: Ujian Tht Arum

Berdasarkan letaknya maka faring dapat dibagi menjadi Nasofaring, Orofaring dan

Laringofaring (Hipofaring).

Gambar 2.2. Anatomi Nasofaring, Orofaring dan Hypoparing

Nasofaring merupakan bagian tertinggi dari faring, adapun batas-batas dari nasofaring ini

antara lain : - batas atas : Basis Kranii

- batas bawah : Palatum mole

- batas depan : rongga hidung

- batas belakang : vertebra servikal

Nasofaring yang relatif kecil mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa

struktur penting seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus

faring yang disebut fossa Rosenmuller, kantong ranthke, yang merupakan invaginasi struktur

embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan

kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh Nervus Glossopharyngeus,

Nervus Vags dan Nervus Asesorius spinal saraf cranial dan vena jugularis interna, bagian

petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius. 1,8

3

Page 4: Ujian Tht Arum

Orofaring disebut juga mesofaring, karena terletak diantara nasofaring dan laringofaring.

Dengan batas-batas dari orofaring ini antara lain, yaitu : - batas atas : palatum mole

- batas bawah : tepi atas epiglottis

- batas depan : rongga mulut

- batas belakang : vertebra servikalis

Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil

palatine, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen

sekum. 4

Laringofaring (hipofaring) merupakan bagian terbawah dari faring. Dengan batas-batas

dari laringofaring antara lain, yaitu : - batas atas : epiglotis

- batas bawah : kartilago krikodea

- batas depan : laring

- batas belakang : vertebra servikalis

2.2. Fisiologi Faring

Fungsi faring yang terutama adalah ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi

suara dan artikulasi. 9

2.2.1. Fungsi Menelan

Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses memasukkan

makanan kedalam tubuh melalui mulut “the process of taking food into the body through the

mouth”.

Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang

berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini

diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang

otot menelan.

4

Page 5: Ujian Tht Arum

Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam lambung.

Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi kegagalan

memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung. 9

Gambar 2.3. Proses Menelan

2.2.2. Fungsi Faring Dalam Proses Bicara

Percakapan  digunakan untuk berkomunikasi antar individu Untuk menyempurnakan

proses percakapan ini, diperlukan aktivitas otot. Bagian penting dalam percakapan dan bahasa

adalah cerebral cortex yang berkembang sejak lahir dan memperlihatkan perbedaan pada orang

dewasa. Perbedaan ini memperlihatkan bahwa pengalaman phonetic bukan hal yang perlu untuk

perkembangan area pusat saraf dalam sistem percakapan.

Otot-otot yang mengkomando organ bicara diatur oleh motor nuclei di otak, dengan

produksi suara diatur oleh control pusat di bagian rostral otak.

5

Page 6: Ujian Tht Arum

Respirasi. Proses bicara diawali oleh sifat energi dalam aliran dari udara. Pada bicara

yang normal, aparatus pernapasan selama ekshalasi menyediakan aliran berkesinambungan dari

udara dengan volume  yang  cukup dan tekanan (di bawah kontrol volunteer  adekuat) untuk

phonasi. Aliran dari udara dimodifikasi dalam fungsinya dari paru-paru oleh fasial dan struktur

oral dan memberikan peningkatan terhadap simbol suara yang dikenal sebagai bicara. 9

2.3. Definisi

Faringitis adalah peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi maupun

non infeksi. 1

2.4. Etiologi

Banyak microorganism yang dapat menyebabkan faringitis, virus (40-60%) bakteri (5-

40%). Respiratory viruses merupakan penyebab faringitis yang paling banyak teridentifikasi

dengan Rhinovirus (±20%) dan coronaviruses (±5%). Selain itu juga ada Influenza virus,

Parainfluenza virus, adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie virus A,

cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus (EBV). Selain itu infeksi HIV juga dapat menyebabkan

terjadinya faringitis. 1

Faringitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya oleh grup S.pyogenes dengan 5-15%

penyebab faringitis pada orang dewasa. Group A streptococcus merupakan penyebab faringitis

yang utama pada anak-anak berusia 5-15 tahun, ini jarang ditemukan pada anak berusia <3tahun.

Bakteri penyebab faringitis yang lainnya (<1%) antara lain Neisseria gonorrhoeae,

Corynebacterium diptheriae, Corynebacterium ulcerans, Yersinia eneterolitica dan Treponema

pallidum, Mycobacterium tuberculosis. 1

Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita faringitis.

Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsi

makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.

2.5. Insidens

Di USA, faringitis terjadi lebih sering terjadi pada anak-anak daripada pada dewasa.

Sekitar 15 – 30 % faringitis terjadi pada anak usia sekolah, terutama usia 4 – 7 tahun, dan sekitar

10%nya diderita oleh dewasa. Faringitis ini jarang terjadi pada anak usia <3 tahun.

6

Page 7: Ujian Tht Arum

Penyebab tersering dari faringitis ini yaitu streptokokus grup A, karena itu sering disebut

faringitis GAS (Group A Streptococci). Bakteri penyebab tersering yaitu Streptococcus

pyogenes. Sedangkan, penyebab virus tersering yaitu rhinovirus dan adenovirus. Masa infeksi

GAS paling sering yaitu pada akhir musim gugur hingga awal musim semi.

2.6. Patogenesis

Bakteri S. Pyogenes memiliki sifat penularan yang tinggi dengan droplet udara yang

berasal dari pasien faringitis. Droplet ini dikeluarkan melalui batuk dan bersin. Jika bakteri ini

hinggap pada sel sehat, bakteri ini akan bermultiplikasi dan mensekresikan toksin. Toksin ini

menyebabkan kerusakan pada sel hidup dan inflamasi pada orofaring dan tonsil. Kerusakan

jaringan ini ditandai dengan adanya tampakan kemerahan pada faring.10 Periode inkubasi

faringitis hingga gejala muncul yaitu sekitar 24 – 72 jam.11

Beberapa strain dari S. Pyogenes menghasilkan eksotoksin eritrogenik yang menyebabkan

bercak kemerahan pada kulit pada leher, dada, dan lengan. Bercak tersebut terjadi sebagai akibat

dari kumpulan darah pada pembuluh darah yang rusak akibat pengaruh toksin.10

Faktor risiko dari faringitis yaitu:12

Cuaca dingin dan musim flu

Kontak dengan pasien penderita faringitis karena penyakit ini dapat menular melalui

udara

Merokok, atau terpajan oleh asap rokok

Infeksi sinus yang berulang

Alergi

2.7. Klasifikasi Faringitis

2.7.1. Faringitis Akut

a. Faringitis Viral

Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan

faringitis. Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan dan sulit menelan. Pada pemeriksaan

7

Page 8: Ujian Tht Arum

tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, Coxsachievirus, dan cytomegalovirus tidak

menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi

kulit berupa maculopapular rash. 1

Gambar 2.4. Viral Pharyngitis

Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan gejala konjungtivitis

terutama pada anak. Epstein-Barr virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi

eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama

retroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan HIV menimbulkan keluhan

nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,

terdapat eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah. 1

b. Faringitis Bakterial

Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang

tinggi dan jarang disertai dengan batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan

tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak

petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri

pada penekanan. 1

8

Page 9: Ujian Tht Arum

Gambar 2.4. Streptococcal Pharyngitis

Faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A dapat diperkirakan dengan

menggunakan Centor criteria, yaitu : - demam

- Anterior Cervical lymphadenopathy

- Tonsillar exudates

- absence of cough

Tiap kriteria ini bila dijumpai diberi skor 1. bila skor 0-1 maka pasien tidak mengalami faringitis

akibat infeksi streptococcus group A, bila skor 1-3 maka pasien memiliki kemungkian 40%

terinfeksi streptococcus group A dan bila skor 4 pasien memiliki kemungkinan 50% terinfeksi

streptococcus group A.5

c. Faringitis Fungal

Keluhan nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di

orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis. 1

2.7.2. Faringitis Kronik

9

Page 10: Ujian Tht Arum

Terdapat dua bentuk faringitis kronik yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis

kronik atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik di faring adalah rhinitis kronik, sinusitis,

iritasi kronik oleh rokok, minum alcohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu.

Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang bernafas melalui mulut

karena hidungnya tersumbat. 1

a. Faringitis Kronik Hiperplastik

Pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk yang bereak.

Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak

kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak

mukosa dinding posterior tidak rata dan berglanular. 1

b. Faringitis Kronik Atrofi

Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis

atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga menimbulkan

rangsangan serta infeksi pada faring. Pasien umumnya mengeluhkan tenggorokan kering dan

tebal seerta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lender yang

kental dan bila diangkat tampak mukosa kering. 1

2.8. Gejala klinis

Gejala dan tanda yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme yang

menginfeksi. Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala-gejala seperti demam,

anorexia, suara serak, kaku dan sakit pada otot leher, faring yang hiperemis, tonsil membesar,

pinggir palatum molle yang hiperemis, kelenjar limfe pada rahang bawah teraba dan nyeri bila

ditekan dan bila dilakukan pemeriksaan darah mungkin dijumpai peningkatan laju endap darah

dan leukosit.1,2

2.9. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis faringitis dapat dimulai dari anamnesa yang cermat dan

dilakukan pemeriksaan temperature tubuh dan evaluasi tenggorokan, sinus, telinga, hidung dan

10

Page 11: Ujian Tht Arum

leher. Pada faringitis dapat dijumpai faring yang hiperemis, eksudat, tonsil yang membesar dan

hiperemis, pembesaran kelenjar getah bening di leher.

2.10. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam penegakkan diagnose

antara lain yaitu :

- pemeriksaan darah lengkap

- GABHS rapid antigen detection test bila dicurigai faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus

group A

- Throat culture

Namun pada umumnya peran diagnostic pada laboratorium dan radiologi terbatas.

2.11. Penatalaksanaan

Pada viral faringitis pasien dianjurkan untuk istirahat, minum yang cukup dan berkumur

dengan air yang hangat. Analgetika diberikan jika perlu. Antivirus metisoprinol (isoprenosine)

diberikan pada infeksi herpes simpleks dengan dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6kali

pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak <5tahun diberikan 50mg/kgBb dibagi dalam 4-

6 kali pemberian/hari. 1

Pada faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya streptococcus group A

diberikan antibiotik yaitu Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau

amoksisilin 50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500mg

selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500mg/hari. Selain antibiotik juga diberikan kortikosteroid

karena steroid telah menunjukan perbaikan klinis karena dapat menekan reaksi inflamasi. Steroid

yang dapat diberikan berupa deksametason 8-16mg/IM sekali dan pada anak-anak 0,08-0,3

mg/kgBB/IM sekali. dan pada pasien dengan faringitis akibat bakteri dapat diberikan analgetik,

antipiretik dan dianjurkan pasien untuk berkumur-kumur dengan menggunakan air hangat atau

antiseptik. 1

Pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan terapi lokal dengan melakukan kaustik

faring dengan memakai zat kimia larutan nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter).

Pengobatan simptomatis diberikan obat kumur, jika diperlukan dapat diberikann obat batuk

11

Page 12: Ujian Tht Arum

antitusif atau ekspetoran. Penyakit pada hidung dan sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis

kronik atrofi pengobatannya ditujukan pada rhinitis atrofi dan untuk faringitis kronik atrofi hanya

ditambahkan dengan obat kumur dan pasien disuruh menjaga kebersihan mulut. 1

2.12. Prognosis

Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik. Pasien dengan faringitis

biasanya sembuh dalam waktu 1-2 minggu.

2.13. Komplikasi

Komplikasi infeksi GABHS dapat berupa demam reumatik, dan abses peritonsiler.

• Komplikasi umum faringitis terutama tampak pada faringitis karena bakteri yaitu : sinusitis,

otitis media, epiglotitis, mastoiditis, dan pneumonia. Kekambuhan biasanya terjadi pada pasaien

dengan pengobatan yang tidak tuntas pada pengobatan dengan antibiotik, atau adanya paparan

baru.

• Demam rheumatic akut(3-5 minggu setelah infeksi), poststreptococcal glomerulonephritis, dan

toxic shock syndrome, peritonsiler abses

• Komplikasi infeks mononukleus meliputi: ruptur lien, hepatitis, Guillain Barré syndrome,

encephalitis, anemia hemolitik, myocarditis, B-cell lymphoma, dan karsinoma nasofaring. 7

12

Page 13: Ujian Tht Arum

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

1. Nama : An. S

2. Umur : 25 thn

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Pekerjaan : Mahasiswi

5. Alamat : Jl. Pramuka RT/RW 002/003 Lampung

6. MR : 150327

7. Masuk RS : 27 Agustus 2015

II. ANAMNESA

Keluhan utama : Nyeri menelan

Keluhan tambahan : Rasa kering, gatal dan mengganjal di tenggorokan

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke klinik THT dengan keluhan nyeri menelan dan nyeri pada

leher kiri sejak sekitar 3 hari yang lalu. Nyeri dirasakan semakin memberat dan

menjalar ke bagian leher sebelah kiri, tidak menjalar ke telinga, keluhan disertai

demam, tidak batuk dan tidak ada hidung tersumbat. Riwayat mengorok (-).

13

Page 14: Ujian Tht Arum

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya sebanyak 1 kali

sekitar 5 bulan yang lalu. Riwayat hipertensi disangkal, riwayat diabetes mellitus

disangkal, riwayat alergi disangkal.

3. Riwayat Operasi

Pasien mengaku pernah operasi tonsilektomi di Rumah Sakit yang berada

di Jakarta sekitar 5 tahun yang lalu

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga lain yang mengalami keluhan yang sama.

5. Riwayat Kebiasaan

Pasien adalah mahasiswi hobi makan gorengan dan makanan yang kering

III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Present

Keadaan Umum : Sakit Ringan

Kesadaran : Compos mentis

Nadi : 72 x/menit

Pernapasan : 22x/ menit

Suhu : 38,3˚C

Sianosis : (-)

Stridor inspirasi : (-)

Retraksi suprasternal : (-)

Retraksi intrakostal : (-)

14

Page 15: Ujian Tht Arum

2. Status Generalis

Kepala

o Bentuk : Normocephal

o Mata : anemia (-)

o Hidung : Status THT

o Telinga : Status THT

o Mulut : Status THT

o Tenggorok : Status THT

Leher

o KGB : Tidak membesar

Thoraks

o Jantung : Bj S1S2 reguler murni, murmur(-)

o Paru : Vesikuler(+/+)

Abdomen

o Hepar : Tidak teraba

o Lien : Tidak teraba

Ekstremitas : Aktif, Tonus otot kuat

15

Page 16: Ujian Tht Arum

IV. PEMERIKSAAN LOKALIS (STATUS THT)

1. Pemeriksaan Telinga

Kanan Kiri

Bentuk Telinga Luar Normal Normal

Nyeri Tragus(-)

(-)

Nyeri Tarik (-) (-)

Nyeri Retroauriculer (-) (-)

Lapang/sempit Lapang Lapang

Sekret (-) (-)

Serumen (+) (+)

Membran timpani Intak Intak

Reflek cahaya Jam 7 Jam 5

Tes garpu tala (512Hz) Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Rinne Tidak diperiksa Tidak diperiksa

16

Page 17: Ujian Tht Arum

Schwabach Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Weber Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Audiogram Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Gambar membran timpani

2. Pemeriksaan Hidung

Kanan Kiri

Bentuk Hidung luar Normal Normal

17

Page 18: Ujian Tht Arum

Deformitas (-) (-)

Nyeri tekan (-) (-)

Dahi Tidak ada kelianan Tidak ada kelianan

Pipi Tidak ada kelianan Tidak ada kelianan

Krepitasi (-) (-)

Sinus paranasal

Nyeri tekan (-) (-)

Nyeri ketuk (-) (-)

Rhinoskopi anterior

Cavum nasi lapang Lapang

Mukosa tenang Tenang

Konka inferior Eutrofi, tidak hiperemis

Eutrofi, tidak hiperemis

Konka media Eutrofi, tidak hiperemis

Eutrofi, tidak hiperemis

Konka superior Tidak terlihat Tidak terlihat

Meatus nasi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Sekret (-) (-)

18

Page 19: Ujian Tht Arum

Septum Tidak deviasi Tidak deviasi

Rhinoskopi Posterior Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Transluminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Gambar Hidung

3. Pemeriksaan tenggorok

Palatum molle dan arcus faring

Kanan Kiri

Uvula Simetris

Warna Hiperemis Hiperemis19

Page 20: Ujian Tht Arum

Edema (-) (-)

Permukaan faring

Permukaan Licin Licin

Warna Merah muda Merah muda

Tonsil

Ukuran T3 T3

Warna Hiperemis Hiperemis

Permukaan Licin Licin

Kripta Melebar Melebar

Detritus (-) (-)

Eksudat (-) (-)

Perlengketan dengan pilar

(-) (-)

Gambar tenggorok20

Page 21: Ujian Tht Arum

4. Pemeriksaan Keseimbangan

Tes romberg Tidak dilakukan

Tandem Gait Tidak dilakukan

Finger to nose Tidak dilakukan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah lengkap

VI. RESUME

- Os datang dengan keluhan nyeri tenggorokan disertai demam sejak 1 minggu yang

lalu. Ibu os mengaku sejak 1 tahun yang lalu amandel os semakin membesar.

Sejak saat itu os sering mengalami demam dan nyeri tenggorokan. Os juga

mengeluh sulit menelan. Os mudah sakit dan sering terbangun saat malam hari. Os

selalu ngorok saat tidur. Os juga mengeluh batuk dan nafsu makan menurun. Os

sudah pernah berobat. riwayat batuk pilek berulang (+), riwayat KDS sampai 21

Page 22: Ujian Tht Arum

usia 2 tahun Os sering mengkonsumsi jajanan sekolah seperti ciki-ciki dan es

serta makanan rumah yang menggunakan penyedap rasa. Ibu os mengaku juga

memiliki keluhan yang serupa. Saat dilakukan pemeriksaan tonsil, tampak tonsil

dengan ukuran T3 hiperemis dan kripta melebar

2. Riwayat Penyakit Keluarga

- Ibu os menderita penyakit yang sama dengan pasien.

3. Riwayat Kebiasaan

Os sering makan ciki ciki snack yang dibeli diwarung dan sering minum es. Ibu os

sehari-hari memasak masakan menggunakan penyedap rasa. Ketika tidur os juga

mengorok

VII. DIAGNOSA KERJA

Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut

VIII. DIAGNOSA BANDING

Ca tonsil

Abses peritonsil

IX. PROGNOSA

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam: Dubia ad bonam

22

Page 23: Ujian Tht Arum

Quo ad functionam: Dubia ad bonam

X. PENATALAKSANAAN

Obat – obatan: - Cefadroksil syr 2 x 2 cth

- Parasetamol syr 2 x 2 cth

Rencana tonsilektomi dengan persiapan: (dengan syarat pasien sedang tidak

terinfeksi)

o Informed consent

o Cek laboratorium darah

o Rontgen Thorak

o Puasa 6 jam sebelum Op

o Konsul spesialis anak, konsul spesialis penyakit dalam dan konsul anastesi.

PEMBAHASAN

1. Apakah diagnosa pada pasien ini sudah tepat?

23

Page 24: Ujian Tht Arum

Diagnosa pada pasien ini sudah tepat. Diagnosa berdasarkan anamnesa dan

pemeriksaan fisik. Pada anamnesa didapatkan nyeri tenggorokan dan demam yang berulang.

Keluhan ngorok saat tidur. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ukuran tonsil kiri dan kanan T3/T3,

hiperemis dan kripta melebar. Temuan klinis ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa

Tonsilitis adalah peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsila yang biasanya

disertai dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati, dan bakteri pathogen dalam kripta.

Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorokan, nyeri waktu menelan dan

pada kasus berat penderita menolak makan dan minum melalui mulut.

2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?

Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat. Penatalaksaan sudah sesuai dengan

teori. Langkah pertama diberikan antibiotik spektrum luas cefadroksil 2 x 2 cth dan anti

piretik parasetamol 2 x 2 cth. Terapi ini diberikan dengan alasan pasien mengalami fase

eksaserbasi akut. Dimana pada teori menyebutkan penderita dengan tonsillitis akut serta

demam sebaiknya tirah baring, pemberian cairan adekuat serta diet ringan. Analgetik oral

efektif untuk mengurangi nyeri serta pemberian antibiotik untuk mengatasi keadaan

infeksi bakteri.

Tonsilektomi dilakukan sampai kondisi baik. Tindakan tonsilektomi pada kasus

ini di indikasikan berdasarkan Indikasi absolut yaitu Pembesaran tonsil yang

mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas, disfagia yang sangat mengganggu dan

gangguan tidur. Indikasi relatif yaitu Serangan tonsilitis akut berulang (yang terjadi lebih

tiga kali atau lebih dalam setahun dan telah diberi penatalaksanaan medis yang adekuat).

24

Page 25: Ujian Tht Arum

Penundaan tindakan tonsilektomi dikarenakan adanya infeksi akut pada penderita yang

merupakan kontraindikasi untuk dilakukannya tonsilektomi.

25