Tugas Tht Boyolali

download Tugas Tht Boyolali

If you can't read please download the document

Transcript of Tugas Tht Boyolali

Identifikasi simptom-simptom di bidang THT-KL

Berdasarkan manual skill lab FK UNS 2012, keluhan di bidang THT adalah sebagai berikut

Gangguan pada telinga dapat terjadi pada satu ataupun kedua telinga, timbul tiba-tiba ataupun bertambah secara bertahap. Gangguan pendengaran dapat terjadi akibat trauma kepala, trauma akustik, infeksi (parotitis, influenza berat dan meningitis) atau sebagai efek samping dari pemakaian obat-obatan yang bersifat ototoksik.

Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli konduktif, sedangkan gangguan telinga dalam menyebabkan tuli saraf, mungkin tuli koklea atau tuli retrokoklea.

Vertigo merupakan keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh. Perubahan posisi biasanya mempengaruhi kualitas dan kuantitas vertigo. Vertigo biasanya juga disertai dengan keluhan mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga berdenging yang kemungkinan kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan neurologis seperti disartri dan gangguan penglihatan sentral.

Otalgia biasanya merupakan nyeri alih dari rasa nyeri pada gigi molar, sendi rahang, dasar mulut, tonsil atau tulang servikal. Sedangkan otore dapat berasal dari infeksi telinga luar, namun bila secret banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari infeksi telinga tengah.

Gangguan pada hidung ada berbagai macam. Pada pasien dengan keluhan sumbatan hidung, perlu dilakukan anamnesis yang lebih lanjut apakah keluhan ini hilan timbul atau terjadi terus menerus, pada satu atau dua lubang hidung. Untuk keluhan sekret di hidung perlu ditanyakan konsistensi sekret, bilateral atau unilateral, warna, berbau atau tidak.

Pada pasien dengan keluhan bersin, perlu dibedakan dengan bersin yang patologis. Bersin sendiri merupakan self cleaning process. Bersin yang berulang merupakan keluhan pasien alergi hidung. Keluhan lain pada hidung antara lain gangguan penghidu. Gangguan penghidu dapat berupa anosmia atau hiposmia.

Fisiologi dan patofisiologi penghidu

Molekul-molekul harus dilarutkan agar dapat dideteksi oleh reseptor penghidu

Pengikatan molekul odoriferosa ke tempat khusus di silia

Pembukaan saluran Na+ dan K+

Perpindahan ion-ion yang menimbulkan depolarisasi potensial reseptor

Potensial aksi di serat aferen

Frekuensi potensial aksi bargandung pada konsentrasi molekul-molekul zat kimia yang terstimuasi

Serat-serat tersebut segera bersinaps di bulbus olfaktorius, suatu struktur saraf kompleks yang mengandung beberapa lapisan sel yang berbeda-beda

Serat-serat yang keluar dari bulbus olfaktorius berjalan melalui dua rute

Serat-serat yang keluar dari bulbus olfaktorius berjalan melalui dua rute

Rute subkortikal

Rute talamus-kortikal

Terutama yang menuju ke darah-daerah di sistem limbik, khususnya sisi medial bawah lobus temporalis( (korteks olfaktorius primer). Di anggap satu-satunya jalur penghidu. Rute ini mencakup keterlibatan hipotalamus, memungkinkan koordinasi erat antara reaksi penghidu dan perilaku yang berkaitan dengan makan, kawin, dan penentuan arah.

Penting untuk persepsi sadar dan diskriminasi halus penghidu. Mekanisme diskiminasi masih belum jelas. Manusia dapat membedakan puluhan ribu bau yang berbeda.pera peneliti beranggapan bahwa persepsi ini bergantung pada kombinasi bau-bau primer, namun belum ada kesepakatan mengenai jumlah bau primer.

Macam-macam gangguan penghidu

Gangguan penghidu dapat berupa:Anosmia yaitu hilangnya kemampuan menghidu. Agnosia yaitu tidak bisa menghidu satu macam odoran. Parsial anosmia yaitu ketidak mampuan menghidu beberapa odoran tertentu. Hiposmia yaitu penurunan kemampuan menghidu baik berupa sensitifitas ataupun kualitas penghidu. Disosmia yaitu persepsi bau yang salah, termasuk parosmia dan phantosmia. Parosmia yaitu perubahan kualitas sensasi penciuman, sedangkan phantosmia yaitu sensasi bau tanpa adanya stimulus odoran/ halusinasi odoran. Presbiosmia yaitu gangguan penghidu karena umur tua.

Gangguan penciuman dapat disebabkan oleh proses-proses patologis di sepanjang jalur olfaktorius. Kelainan ini dianggap serupa dengan gangguan pendengaran yaitu berupa defek konduktif atau sensorineural. Pada defek konduktif (transport) terjadi gangguan transmisi stimulus bau menuju neuroepitel olfaktorius. Pada defek sensorineural prosesnya melibatkan struktur saraf yang lebih sentral. Secara keseluruhan, penyebab defisit pembauan yang utama adalah penyakit pada rongga hidung dan/atau sinus, sebelum terjadinya infeksi saluran nafas atas karena virus; dan trauma kepala.

Defek konduktif

Proses inflamasi/peradangan dapat mengakibatkan gangguan pembauan. Kelainannya meliputi rhinitis (radang hidung) dari berbagai macam tipe, termasuk rhinitis alergika, akut, atau toksik (misalnya pada pemakaian kokain). Penyakit sinus kronik menyebabkan penyakit mukosa yang progresif dan seringkali diikuti dengan penurunan fungsi pembauan meski telah dilakukan intervensi medis, alergis dan pembedahan secara agresif.Adanya massa/tumor dapat menyumbat rongga hidung sehingga menghalangi aliran odorant ke epitel olfaktorius. Kelainannya meliputi polip nasal (paling sering), inverting papilloma, dan keganasan.Abnormalitas developmental (misalnya ensefalokel, kista dermoid) juga dapat menyebabkan obstruksi.Pasien pasca laringektomi atau trakheotomi dapat menderita hiposmia karena berkurang atau tidak adanya aliran udara yang melalui hidung. Pasien anak dengan trakheotomi dan dipasang kanula pada usia yang sangat muda dan dalam jangka waktu yang lama kadang tetap menderita gangguan pembauan meski telah dilakukan dekanulasi, hal ini terjadi karena tidak adanya stimulasi sistem olfaktorius pada usia yang dini.

Defek sentral/sensorineural

Proses infeksi/inflamasi menyebabkan defek sentral dan gangguan pada transmisi sinyal. Kelainannya meliputi infeksi virus (yang merusak neuroepitel), sarkoidosis (mempengaruhi stuktur saraf), Wegener granulomatosis, dan sklerosis multipel.

Penyebab kongenital menyebabkan hilangnya struktur saraf. Kallman syndrome ditandai oleh anosmia akibat kegagalan ontogenesis struktur olfakorius dan hipogonadisme hipogonadotropik. Salah satu penelitian juga menemukan bahwa pada Kallman syndrome tidak terbentuk VNO.Gangguan endokrin (hipotiroidisme, hipoadrenalisme, DM) berpengaruh pada fungsi pembauan.Trauma kepala, operasi otak, atau perdarahan subarakhnoid dapat menyebabkan regangan, kerusakan atau terpotongnya fila olfaktoria yang halus dan mengakibatkan anosmia.Disfungsi pembauan juga dapat disebabkan oleh toksisitas dari obat-obatan sistemik atau inhalasi (aminoglikosida, formaldehid). Banyak obat-obatan dan senyawa yang dapat mengubah sensitivitas bau, diantaranya alkohol, nikotin, bahan terlarut organik, dan pengolesan garam zink secara langsung.Defisiensi gizi (vitamin A, thiamin, zink) terbukti dapat mempengaruhi pembauan.Jumlah serabut pada bulbus olfaktorius berkurang dengan laju 1% per tahun. Berkurangnya struktur bulbus olfaktorius ini dapat terjadi sekunder karena berkurangnya sel-sel sensorik pada mukosa olfaktorius dan penurunan fungsi proses kognitif di susunan saraf pusat.Proses degeneratif pada sistem saraf pusat (penyakit Parkinson, Alzheimer disease, proses penuaan normal) dapat menyebabkan hiposmia. Pada kasus Alzheimer disease, hilangnya fungsi pembauan kadang merupakan gejala pertama dari proses penyakitnya. Sejalan dengan proses penuaan, berkurangnya fungsi pembauan lebih berat daripada fungsi pengecapan, dimana penurunannya nampak paling menonjol selama usia dekade ketujuh. Walau dahulu pernah dianggap sebagai defek konduktif murni akibat adanya edema mukosa dan pembentukan polip, rhinosinusitis kronik nampaknya juga menyebabkan kerusakan neuroepitel disertai hilangnya reseptor olfaktorius yang pemanen melalui upregulated apoptosis.Diagram pasien datang dengan keluhan gangguan penghidu