Tugas Ekonomi Koperasi Pak Ari

74
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari kegiatan manusia meme kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya terbatas.Dari pengertian tersebut dapat dilihat ada keterkaitan yang er perjuangan manusia, cara-cara mencari nafkah, dan penyelenggaraa tangga, apakah itu keluarga, desa, kota,negara,dan dunia.Ekonomi adalah kepentingan masyarakat kecil, menengah dan besar, maka adanya pemikiran pemikiran ekonomi (doktrin ekonomi) sudah ada sejak zaman dahu ekonomi sendiri berasal dari oikonomous (bahasa Yunani) yang berarti ru tangga. Negara-negara di dunia dapat mempertahankandan mengembangkan perekonomian nasionalnya dengan adanya kegiatan sektor riil.Berbagai k usaha berjalan sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing perubaha bisa dikategorikan menjadi tiga kelompok: perusahaan/ bisnis skala be raksasa, skalamenengah,dan skalakecil.Pengelompokan-pengelompokan tersebut di negara yang satu berbeda dengan negara lain karena masing-m negara mempunyai kondisi dan situasi yang berbeda.Ketiga kelompok usaha tersebut bergerak di semua bidang/ jenis kegiatan ekonomi (pert pertanian,perhotelan, perbankan, manufaktur, dan perdagangan). Perkembangan yang ideal ialah apabila unsur-unsur dalam kelompok-kelomp tersebut saling menghidupi yang secara makro ekonomi dapat mend peningkatan pendapatan nasional (GrossNational Pruduct = GNP) serta terjaminnya lapangan kerja.Kenyataan menunjukkan bahwa di antara unsur kelompok tersebut terdapat kelompok yang mempunyai kendala-kendal yang paling serius, yaitu kelompok usaha kecil dan menengah. Oleh karen perlu adanya perhatian khusus untuk membantu kelompok usaha tersebut. Sejarah perekonomian telah ditinjau kembali untuk mengkaji ulang usaha skala kecil-menengah (UKM).Beberapa kesimpulan, setidak-tida 1

Transcript of Tugas Ekonomi Koperasi Pak Ari

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari kegiatan manusia memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.Dari pengertian tersebut dapat dilihat ada keterkaitan yang erat dengan perjuangan manusia, cara-cara mencari nafkah, dan penyelenggaraan rumah tangga, apakah itu keluarga, desa, kota,negara,dan dunia.Ekonomi adalah untuk kepentingan masyarakat kecil, menengah dan besar, maka adanya pemikiranpemikiran ekonomi (doktrin ekonomi) sudah ada sejak zaman dahulu.Istilah ekonomi sendiri berasal dari oikonomous (bahasa Yunani) yang berarti rumah tangga. Negara-negara di dunia dapat mempertahankan dan mengembangkan perekonomian nasionalnya dengan adanya kegiatan sektor riil.Berbagai kegiatan usaha berjalan sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing perubahan dan bisa dikategorikan menjadi tiga kelompok: perusahaan/ bisnis skala besar atau raksasa, skala menengah, dan skala kecil.Pengelompokan-pengelompokan tersebut di negara yang satu berbeda dengan negara lain karena masing-masing negara mempunyai kondisi dan situasi yang berbeda.Ketiga kelompok usaha tersebut bergerak di semua bidang/ jenis kegiatan ekonomi (pertambangan, pertanian,perhotelan, perbankan, manufaktur, dan perdagangan). Perkembangan yang ideal ialah apabila unsur-unsur dalam kelompok-kelompok tersebut saling menghidupi yang secara makro ekonomi dapat mendorong peningkatan pendapatan nasional (Gross National Pruduct = GNP) serta terjaminnya lapangan kerja.Kenyataan menunjukkan bahwa di antara unsurunsur kelompok tersebut terdapat kelompok yang mempunyai kendala-kendala yang paling serius, yaitu kelompok usaha kecil dan menengah. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus untuk membantu kelompok usaha tersebut. Sejarah perekonomian telah ditinjau kembali untuk mengkaji ulang peranan usaha skala kecil-menengah (UKM).Beberapa kesimpulan, setidak-tidaknya

1

hipotesis telah ditarik mengenai hal ini. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat sebagaimana terjadi di Jepang, telah dikaitkan dengan besaran sektor usaha kecil.Kedua, dalam penciptaan lapangan kerja di Amerika Serikat sejak Perang Dunia II, sumbangan UKM ternyata tak bisa diabaikan (D.L.Birch, 1979).

1.2 Definisi Usaha Kecil-Menengah Pembahasan usaha kecil-menengah mengenai pengelompokan jenis usaha yang meliputi usaha industri dan usaha perdagangan. Pengertian tentang usaha kecil menengah (UKM) tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan negara tersebut. Mengenai pengertian atau definisi usaha kecil ternyata sangat bervariasi, di satu negara berlainan dengan negara lainnya. Dalam definisi tersebut tercakup sedikitnya dua aspek, yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam gugusan / kelompok perusahaan tersebut (range of the member of employees). Contoh dari aspek penyerapan tenaga kerja ialah: usaha kecil di United Kingdom adalah suatu usaha bila jumlah karyawannya antara 1-200 orang; di Jepang antara 1-300 orang; di USA antara 1-500 orang. Departemen Perindustrian RI pada tahun 1983 membagi sektor industri dalam tiga kelompok. Pertama adalah kelompok industri dasar (basic industy), seperti metal dan kimia. Kedua adalah aneka industri yang menyerap banyak tenaga kerja dan menggunakan teknologi yang sifatnya tradisional atau yang sederhana. Kelompok ketiga ialah industri yang mempunyai investasi berupa asset tetap (fixed asset) kurang dari Rp 70 juta di luar nilai tanah yang dikuasainya. Dengan berkembangnya perekonomian nasional, maka pada tahun 1991 Departemen tersebut melakukan penyesuaian rumusan pengelompokan industri, yaitu industri kecil dan kerajinan. Untuk industri kecil dan kerajinan ini didefinisikan sebagai kelompok perusahaan yang dimiliki penduduk Indonesia dengan jumlah nilai asset kurang dari Rp 600 juta diluar nilai tanah dan bangunan yang diguakannya. Sedangkan Bank Indonesia menentukan batas tertinggi dari

2

investasi, di luar tanah dan bangunan, sebesar Rp 600 juta bagi pengertian industrikecil. Mengacu pada Undang-Undang nomor 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah: 1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau 2) memiliki hasil perjualan paling banyak Rp 1 miliar/ tahun. Untuk kriteria usaha menengah: 1) untuk sektor industri, memiliki total asset paling banyak Rp 5 miliar, dan 2) untuk sektor nonindustri: memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 600 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 3 miliar. INPRES No.10 Tahun 1999 mendefinisikan usaha menengah adalah unit kegiatan yang memiliki kekayaan besar dari Rp 200 juta sampai maksimal Rp 10 miliar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha). Pengertian UKM dilihat dari kriterian jumlah pekerja yang dimiliki antara negara yang satu dan negara yang lain berbeda.Di negara yang satu mungkin diklasifikasikan sebagai UKM, bagi negara lain bisa termasuk usaha besar. Contoh : a. Di Amerika: UKM di sektor manufaktur jika jumlah karyawannya kurang dari 500 orang. b. Di Prancis:UKM, jika jumlah karyawan kurang dari 10-40 orang; jika kurang dari 10 dikategorikan usaha kecil. c. Di Indonesia: biro statistik mempunyai kriteria, usaha kecil jika karyawannya 5-19 orang, jika kurang dari 5 karyawan digolongkan usaha rumah tangga (mikro), dan usaha menengah terdiri atas 20-99 karyawan. Anderson (1987) mengemukakan definisi pengelompokan kegiatan usaha ditinjau dari jumlah pekerja seperti terlihat di tabel berikut. Tabel 1.1.

3

Pengelompokan Kegiatan Usaha Ditinjau dari Jumlah Pekerja.

Usaha Kecil

-Kecil I-kecil -Kecil II-kecil

1-9 pekerja 10-19 pekerja

Besar-kecil Kecil-menengah Usaha menengah Menengah-menengah Besar-menengah

100-199 pekerja 201- 499 pekerja 500-999 pekerja 1000- 1999 pekerja

Usaha Beasr ................................................ > 2000 pekerja Sumber: Anderson, Tommy D.. 1987. Profit in Small Firms, School of Economics University of Gothenberg, Sweden.

Defiinisi atau kriteria yang digunakan untuk Usaha Mikro dan Usaha Menengah (=UMKM) di Indonesia sampai saat ini dirasakan sudah tidak sesuai dengan kondisi dunia usaha.Akibatnya kurang dapat digunakan sebagai acuan oleh instansi atau institusi lain, sehingga masing-masing institusi menggunakan definisi yang berbeda.Institusi yang menggunakan kriteria berbeda antara lain, BPS, Departemen Perindustrian, dan Bank Indonesia. Untuk itu sedang dilakukan peninjauan ulang terhadap definisi UMKM yang dapat digunakan sebagai acuan utama. Selain dari itu, pada saat ini muncul pengelompokan usaha mikro yang

4

definisinya adalah usaha keluarga yang mendekati miskin, yang dibantu oleh pemerintah dengan penyediaan kredit mikro. Kriteria umum UMKM dilihat dari ciri-cirinya pada dasarnya bisa dianggap sama, yaitu: -struktur organisasi yang sangat sederhana, -tanpa staf yang berlebihan, -pembagian kerja yang kendur, -memiliki hierarki manajer kecil, -aktivitas sedikit yang formal dan sedikit menggunakan proses perencanaan, -kurang membedakan asset pribadi dari asset perusahaan. UMKM menjadi pusat perhatian karena tingkat perekonomian dan pengetahuan yang kurang maju dalam berbisnis.UMKM menghadapi kendala-kendala dalam mempertahankan atau mengembangkan usaha (bisnis) antara lain: kurang pengetahuan pengelolaan usaha, kurang modal, dan lemah dibidang pemasaran. Kondisi pasar yang dihadapi UMKM adalah persaingan monopolistik, di samping itu merupakan fakta yang perlu diperhatikan.Untuk mengatasinya UMKM harus merencanakan strategi bisnis yang tepat. Strategi bisnis yang perlu diambil antara lain sebagai berikut. 1.Untuk dapat mengembangkan UMKM perlu dipelajari terlebih dulu tentang ciriciri definisi/ pengertian, kelemahan-kelemahan, serta potensi-potensi yang tersedia serta perundang-undangan yang mengaturnya yang akan dibahas dalam bab-bab berikutnya. 2. Di badan usaha tersebut diperlukan bantuan manajerial agar tumbuh inovasiinovasi mengelola UMKM berdampingan dengan usaha-usaha besar. 3. Secara vertikal dalam sistem gugus usaha, usaha mikro kecil menengah (UMKM) bisa menjadikan diri komplemen-komplemen usaha bagi industri perusahaan

5

produsen utama. Maka diperlukan suatu strategi UMKM menjalin kerja komplementer dengan usaha-usaha besar. 4 Kerja sama bisa berbentuk koperasi dan secara bersama-sama beroperasi masuk (entry) dalam usaha tertentu.Di Indonesia kemitraan usaha yang berbentuk koperasi merupakan strategi bisnis yang sangat penting, sehingga pemerintahannya menganggap perlu membentuk Departemen khusus untuk menangani UMKM dan koperasi.

1.3 Ruang Lingkup UMKM Pembahasan tentang usaha mikro kecil-menengah (UMKM) meliputi pengelompokan jenis usaha, yaitu jenis industri mikro kecil-menengah (IMKM) dan perdagangan mikro kecil-menengah (PMKM). Hal tersebut karena pemikirinnya terfokus pada permasalahan kesempatan atau lapangan kerja diletakkan pada kemampuan pengembangan IMKM/ PMKM. Pengelompokan/ kategorisasi usah-usaha/ bisnis di negara manapun tentu mempunyai tujuan strategis, antara lain dikaitkan dengan standar-standar kuantatif tertentu serta seberapa jauh dapat dimasukkan ke dalam jenis-jenis usaha/ bisnis.Lazimnya pengelompokan tersebut menurut jenis usaha/ bisnisnya disebut industri-industri, seperti industri sepatu, tekstil, kimia, dan juga industriindustri pariwisata, perhotelan, perbankan, dan lain sebagainya. Tujuan pengelompokan usaha/ bisnis dapat disebutkan beragam dan pada intinya mencakup 4 macam tujuan, yaitu sebagai berikut. a. Untuk keperluan analisis yang dikaitkan dengan ilmu pengetahuan (teoretis). b. Untuk keperluan penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah. c. Untuk menyakinkan pemilik modal atau pengusaha tentang posisi perusahaan-nya.

6

d. Untuk pertimbangan badan tertentu berkaitan dengan antisipasi kinerja perusahaan.

1.3.1

Untuk keperluan analisis yang di-kaitkan dengan ilmu pengetahuan Analisis ilmiah, khususnya ilmu ekonomi, membahas kaidah-kaidah dan

(teoretis). hukum-hukum ekonomi yang dikaitkan dengan kelompok-kelompok usaha tersebut, baik secara mikro maupun makro. Teori Ekonomi Mikro meneliti dan mempelajari kelompok-kelompok usaha mulai dari perilaku pasar, rumah tangga, produksi, juga membahas ongkos-ongkos produksi, penghasilan, laba, dan juga mengenai kesejahteraan karyawannya. Lazimnya teori perusahaan digabungkan dengan teori industri, yaitu kelompok-kelompok usaha atau kumpulan perusahaan dengan teori industri. Kelompok-kelompok usaha atau kumpulan perusahaan itu memproduksi kelompok-kelompok atau produk/ barang yang mempunyai sifat saling mengganti. Teori ekonomi menggunakan andaian-andaian (assumptions) untuk mempermudah analisis dan proses pengabstrakan. Salah satu tujuan dalam pengelolaan perusahaan adalah laba, maka upaya memperoleh laba optimal telah menjadi target bagi setiap bisnis harga jual serta pembelian, sehingga timbul adanya persaingan antarprodusen dalam industri bersangkutan.Fakta menunjukkan persaingan sempurna semakin tidak dijumpai lagi, bahkan yang lebih sering kita jumpai adalah persaingan tidak sempurna dalam perusahaan-perusahaan industri. Perkembangan dalam bisnis menjurus ke arah di mana pemilik perusahaan tidak lagi mempunyai otoritas mutlak dalam pengelolaan perusahaan, karena pemiliknya terdiri atas beberapa pihak serta pendapat dari pengelola-teknis (manager) atau pengurus juga mendapat pertimbangan serius. Oleh karena itu, konsep laba yang semula menjadi tujuan, telah mengalami perubahan-perubahan dan mengandung pengertian yang lebih luas, yaitu selain laba, juga kestabilan pendapatan perusahaan bagi pemilik dan pekerja.Selanjutnya pertumbuhan perusahaan, memperbesar peranan dalam pasar persaingan, dan berkontribusi bagi

7

pengembangan sosial (misalnya untuk masyarakat sekitar perusahaan). Kenyataankenyataan yang terdapat pada makro ekonomi, seperti timbulnya inflasi karena tarikan permintaan kenaikan upah pekerja, yang pada gilirannya akan berakibat kenaikan harga jual produk-produk industri, merupakan pertimbangan dalam meinjau kebijakan-kebijakan pengendalian harga secara umum.Penelitian dan analisis terhadap kinerja perusahaan dalam industri menjadi sangat penting dan berguna untuk memberikan solusi yang terbaik. Dengan demikian, baik secara ekonomi mikro maupun makro, aspak-aspek tersebut menjadi masukan untuk memperoleh gambaran kondisi bisnis/ industri secara nasional. 1.3.2 Untuk keperluan penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah. Dalam hubungannya dengan pemerintah atau badan yang mempunyai otoritas mengatur, pengelompokan-pengelompokan bisnis diperlukan gambaran yang sistematis tentang kondisi dan kegiatan tiap industri secara nasional. Seperti Biro Pusat Statistik (BPS) telah menyusun data menurut golongan-golongan industri makanan, industri tekstil, industri kulit, industri kayu, industri kertas, percetakan,dan lain sebagainya. Sistem pendataan tersebut telah membaku, di mana juga UNIDO menyusun pembakuan golongan-golongan industri/ bisnis dengan yang disebut: Internasional Standard Industrial Classification (ISIC). Penggolongan-penggolongan industri-industri tersebut diperinci lebih lanjut menjadi sub-sub golongan/ kelompok yang semuanya diberi kode pengenal. Data industri tersebut menjadi bahan acuan dalam menetapkan kebijakan-kebijakan pemerintah/ badan yang berkompeten. 1.3.3Untuk menyakinkan pemilik modal atau perusahaannya. Dalam kaitannya dengan posisi perusahaan tertentu pemilik modal/ kelompok pemodal melalui pengelompokan perusahaan/ industri dapat menilai seberapa luas kegiatan bisnisnya dibandingkan dengan para pesaing lainnya. Inovasi apa saja yang bisa dibuat usahanya terhadap para pesaing untuk dapat bertahan di sektor/ industri bersangkutan, perlu penilaian terhadap seberapa tingkat pengusaha tentang posisi

8

kejenuhan pasar atas produk yang di tawarkan. Dengan menilai kemungkinankemungkinan tersebut kebijakan manajerial mengarah pada kesempatankesempatan untuk bermitra usaha dengan calon-calon partner. Lewat analisis kelompok industri tersebut bisa pula menilai secara umum tentang kemampuan atau peranan dari calon mitra usaha. 1.3.4 Untuk pertimbangan badan tertentu berkaitan dengan antisipasi kinerja perusahaan. Bank-bank atau institusi investasi/ permodalan memerlukan data umum dengan menggunakan data statistik kelompok industri guna mengevaluasi terhadap calon nasabah dalam rangka pemberian kredit/ investasi. Selain itu, agar rencana perluasan kegiatan/ usaha dapat dipertanggungjawabkan, maka pemekaran investasi/ kredit oleh pihak perbankan dapat dinilai seberapa besar peranannya dalam industri bersangkutan.Penilaian terhadap prospek produksi baru ataupun perluasannya sangat memerlukan data statistik yang sistematis dan menurut kelompok industri. Dari pengelompokan bisnis/ usaha menurut jenis industri dapat dinilai seberapa besar peranan kegiatan usaha kecil atau menengah dalam sektor sejenisnya dan terhadap industri secara nasional. Sekaligus akan diperoleh gambaran jenis-jenis produk yang dimungkinkan bagi UKM untuk entry dalam pasarnya. 1.4 Pembinaan UMKM Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM) dalam jangka panjang bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UMKM dalam proses pembangunan nasional, khususnya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan.Sedangkan dan pembinaan usaha kecil adalah meningkatnya jumlah pengusaha menengah dan terwujudnya usaha yang makin tangguh dan mandiri. Sehingga pelaku ekonomi tersebut dapat berperan dalam perekonomian nasional, meningkatnya daya saing pengusaha

9

nasional di pasar dunia, serta seimbangnya persebaran investasi antarsektor dan antargolongan. Bagian dari tulisan ini akan dimulai dengan mengajukan sebuah pertanyaan menarik, yakni: bagaimana caranya melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap UMKM dalam konteks pasar bebas dan terbuka? Jika diteliti lebih rinci ternyata UMKM itu tidak homogen.Pandangan umum bahwaUMKM itu memiliki sifat dan jiwa entrepreneurship (kewiraswastaan) adalah kurang tepat. Ada subkelompok UMKM yang memiliki sifat entrepreneurship, tetapi ada pula yang tidak menunjukkan sifat tersebut. Dengan menggunakan kriteria entrepreneurship, maka kita dapat membagi UMKM dalam empat bagian, yakni sebagai berikut: 1.Livelihood Activities: UMKM yang masuk kategori ini pada umumnya bertujuan mencari kesempatan kerja untuk mencari nafkah. Para pelaku dikelompok ini tidak memiliki jiwa entrepreneurship. Kelompok ini disebut sebagai sektor informal. Di indonesia jumlah UMKM kategori ini adalah yang terbesar. 2.Micro enterprise: UMKM ini lebih bersifat artisan (pengrajin) dan tidak bersifat entrepreneurship (kewiraswastaan). Jumlah UMKM ini di Indonesia ini juga relatif besar. 3.Small Dynamic Enterprises: UMKM ini yang sering memiliki jiwa entrepreneurship. Banyak pengusaha skala menengah dan besar yang tadinya berasal dari kategori ini.Kalau dibina dengan baik maka sebagian dari UMKM kategori ini akan masuk ke kategori empat.Jumlah kelompok UKM ini jauh lebih kecil dari jumlah UMKM yang masuk kategori satu dan dua. Kelompok UKM ini sudah bisa menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor. 4.Fast Moving Enterprises: ini adalah UKM tulen yang memiliki jiwa entrepreneurship yang sejati. Dari kelompok ini kemudian akan muncul usaha skala menengah dan besar. Kelompok ini jumlahnya juga jauh lebih sedikit dari UKM kategori satu dan dua. Dilihat dari pembinaan yang efektif maka sebaiknya pemerintah memusatkan perhatiannya pada UMKM kategori tiga dan empat. Kelompok ini juga dapat menyerap materi pelatihan. Tujuan pembinaan terhadap UKM kategori tiga dan

10

empat adalah untuk mengembangkan mereka menjadi usaha skala menengah. Secara konseptual penulis mengganggap ada dua faktor kunci yang bersifat internal yang harus diperhatikan dalam proses pembinaan UKM. Pertama, sumber daya manusia (SDM), kemampuan untuk meningkatkan kualitas SDM, baik atas upaya sendiri atau ajakan pihak luar. Selain itu, dalam SDM juga penting untuk memerhatikan etos kerja dan mempertajam naluri bisnis. Kedua, manajemen, pengertian manajemen dalam praktik bisnis meliputi tiga aspek, yakni berpikir, bertindak, dan pengawasan. Jadi dalam pengawasan pembinaan UKM langkah awal dapat dimulai dengan proses untuk meningkatkan kemampuan manajemen (capabilitiy to manage), termasuk manajemen pemasaran dan keuangan serta personalia; dan langkah berikutnya meningkatkan kesanggupan operasional (capacty to execute); dan langkah selanjutnya yang penulis anggap paling penting adalah menguasai seni pengendalian bisnis (the art of controlling business). Namun, untuk masuk ke dunia internasional dalam proses pembinaan UKM perlu ditambahkan faktor kunci ketiga, yakni TOT (transfer of technology). Perlu diingat bahwa dalam TOT ada dua hal yang anggap penting, yakni kemampuan untuk menerima dan menguasai ahli teknologi (adaptation process) dan setelah itu dilanjutkan dengan kemampuan melakukan inovasi. Untuk melaksanakan inovasi maka perusahaan perlu memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi (adaptation and diffusion process) dan memiliki daya pengembangan inovasi. Dalam konteks alih teknologi internasional perlu di perhatikan proses yang disebut dengan: 3-A (adapt-adopt-advance). Sering kali dalam kegiatan investasi yang disertai dengan komponen alih teknologi, si penerima teknologi hanya mampu sampai tingkat penguasaan teknologi (proses adaptasi) dan tidak mampu mengembangkan inovasi (process adopt dan advance). Akibatnya, teknologi yang telah dimiliki lambat laun akan kadaluwarsa yang dilihat secara bisnis tidak akan menghasilkan nilai tambah lagi. Taiwan dengan teknologi komputer Acer-nya dapat dipakai sebagai tambahan pelajaran bagaimana setelah proses alih teknologi

11

komputer-dalam bentuk kegiatan asembling- mampu dikembangkan proses inovasi yang berhasil. Kalau ketiga faktor kunci tersebut dikuasai dengan baik maka untuk mendorong UKMgo internationaldapat dipilih melalui dua jalur bisnis utama,yakni perdagangandan atauinvestasi.Untuk memungkinkan UKM memanfaatkan peluang pasar maka perlu dibantu oleh kebijaksanaan perdagangan dan investasi yang kondusif(berlandaskan ketentuan World Trade Organization = WTO), kelembagaan pembantu (milik pemerintah dan kadin, baik berupa bank maupun nonbank), infrastruktur, dan kestabilan politik. Salah satu fungsi kelembagaan pembantu (supporting agencies) adalah penyediaan informasi bisnis yang akurat dan berkesinambungan. Contoh sukses adalah peranan JETRO (Jepang) dan KOTRA (Korea selatan) serta EXPORT ACESS (Australia) dalam membantu UKM go Internasional (melakukan perdagangan internasional = ekspor). Untuk Indonesia peranan BPEN sangatlah strategis untuk membantu dan mendorong kegiatan ekspor bagi UKM. Di bawah ini akan disajikan tiga model pembinaan UKM. Pertama, model APEC (1995). Kedua, adalah UNDP (1997). Ketiga, model Singapura (1993). Tiga model tersebut adalah sebagai berikut. 1. Di lingkungan APEC, para menteri yang membidangi UKM, dalam pertemuan mereka pada tahun 1995, telah mengidentifikasi lima pokok penting dalam proses pembinaan dan pengembangan UKM, yakni: SDM, keuangan,teknologi dan teknologi sharing,akses pasar,dan akses informasi. 2. Berikutnya adalah model UNDP,Untuk mendukung policy dan regulatory diperlukan support sevices yang terdiri atas tujuh bidang,yakni:SDM,advisory 3. services,keuangan,akses pasar insfrastruktur,jaringan usaha dan asosiasi sektoral,dan teknologi. Model berikut adalah model singapura.Berbeda dengan kedua model tersebut di atas,model singapura menyertakan program bantuan terhadap UKM sesuai dengan tahap pengembangan UKM.Ada empat

12

tahap yang akan dilalui UKM,yakni:start-up,growth,expansion,dan goingoveseas.Untuk tiap tahap telah didentifikasihkan paket bantuan bagi UKM.Model singapura perlu dipelajari oleh indonesia dengan maksud dipelajari sebagaicontohdan bukan sebagaimodel(untuk ditiru).

Dengan mempelajari ketiga model pembinaan UKM tersebut maka kita di indonesia dapat memahami mengapa indonesia sampai sekarang tidak memiliki sebuah model yang komprehensif yang diterapkan untuk jangka waktu menengah atau panjang.Program pembinaan yang sering dipakai di indonesia bersifat ad hoc.Kalau pemerintah ada uang bantuan distop.Jadi,ada kesinambungan. 1.5 Pengembangan UMKM Sejarah perekonomian telah ditinjau kembali untuk mengkaji ulang peranan usaha mikro kecil-menengah (UMKM).Beberapa kesimpulan,setidak-tidaknya hipotesis telah di tarik mengenai ini.Pertama,pertumbuhan ekonomi yang sangat ceapat sebagaimana terjadi di jepang,telah dikaitkan dengan besaran sektor usaha kecil.Kedua,dalam penciptaan lapangan kerja di Amerika Serikat sejak perang Dunia II,sumbangan UMKM ternyata tak bisa diabaikan(D.L.Birch,1979). Negara-negara berkembang mulai mengubah orientasinya ketiaka melihat pengalaman di negara industri maju tentang peranan dan sumbangan UMKM dalam pertumbuhan ekonomi.Ada perbedaan titik tolak antara perhatian terhadap UMKM di negara-negara industri nmaju.Di NSB,UMKM berada dalam posisi terdesak dan tersaingi oleh usaha skala besar.UMKM sendiri memiliki berbagai ciri kelemahan,walaupun begitu karena UMKM menyangkut kepentingan rakyat/masyarakat banyak,maka pemerintah terdorong untuk mengembangkan dan melindung UMKM.Sedangkan di negara-negara maju UMKM mendapatkan perhatian karena memiliki faktor-faktor positif yang selanjutnya oleh para cendekiawan(serjana-serjana)diperkenalan dan diterapkan ke NSB.

13

Beberapa keunggulan UMKM terhadap usaha besar antara lain adalah sebagai berikut. a.Inovasi dalam teknologi yang telah mudah terjadi dalam pengembangan produk. b.Hubungan kemanusian yang akrab di dalam perusahaan kecil. c.Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapannya terhadap tenaga kerja. d.Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis. e.Terhadap dinamisme manajerial dan paranan kewirausahaan. Dari keunggulan-unggulan tersebut yang menonjol adalah adanya kemampuan penyerapan tenaga kerja.Contohnya adalah di USA pada tahun 1981-1982 sebagai akibat resesi telah diputuskan hubungan kerjanya sebanyak 1.664.000 orang, pada saat yang bersamaan UKM yang per unitnya terdiri atas jumlah pekerja 1 sampai dengan 500 orang, telah menciptakan kesempatan kerja baru bagi 2.650.000 orang. UKM memang mempunyai fleksibilitas yang lebih besar dari pada USB (unit skala besar), antara lain karena dalam USB pengambilan keputusan dan inovasi pada umumnya terhambat oleh birokrasi dan kaku. Bagi orang-orang yang kreatif dan inovatif, hal demikian kurang menarik dan terdapat kecenderungan mendirikan usaha sendiri; berwiraswasta biasanya dimulai dengan usaha-usaha skala kecil dan dapat berpotensi untuk berkembang. Peranan usaha mikro kecil-menengah (UMKM) sangat penting di semua negara, karena jumlah UMKM merupakan jumlah terbesar dari kegiatan usaha suatu negara. Tujuan ekonomi yang ingin di capai adalah antara lain menciptakan kesempatan kerja, distribusi pendapatan yang merata, menciptakan efisiensi, memantapkan stabilitas harga, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan pengalaman, kegiatan saling membantu (gotong royong, solidaritas, dan perhitungan ekonomi) di antara individu dan usaha akan lebih berhasil mengatasi permasalahan, baik sosial maupun ekonomi. Apalagi dalam

14

menghadapi ekonomi pasar, di mana persaingan pasar sangat ketat akan menyebabkan UMKM semakin tidak berdaya. Dalam ketidakberdayaan ekonomi seperti ini kekuatan ekonomi, seperti usaha besar, akan menguasai UMKM, baik dalam pemasaran hasil produksi maupun dalam penyediaan sarana produksi. Hal ini menyebabkan usaha kecil dan menengah harus bergabung dalam suatu wadah (organisasi), dengan saling membantu dan bekerja sama tidak saja untuk menghadapi oligopolis dan monopolis, tetapi juga untuk meningkatkan kemampuan berproduksi dan memasarkan hasil produksinya. Organisasi tersebut dinamakan koperasi, merupakan wadah kegiatan usaha bersama bagi para produsen dan konsuman. Koperasi diharapkan berperan dalam meningkatkan posisi tawar dan efisiensi ekonomi rakyat, sekaligus turut memperbaiki kondisi persingan usaha di pasar melalui dampak eksternalitas positif yang di timbulkannya. Pemberdayaan UMKM dan koperasi dilaksanakan dengan arah kebijakan sebagai berikut. 1. Mengembangkan usaha kecil dan menengah (UKM) yang diarahkan untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan kesempatan kerja, dan peningkatan daya saling; sedangkan pengembangan usaha mikro lebih diarahkan untuk memberikan 2. Memperkuat ini. Memperluas perbankan. Memperbaiki lingkungan usaha dan menyederhanakan prosedur perizinan. Memperluas dan meningkatkan kualitas lembaga pendukung yang menjalankan informasi. 15 fungsi intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan usaha teknologi, manajemen, pemasaran dan akses kepada sumber permodalan, khususnya kontribusi dalam peningkatan pada kelompok tata masyarakat berpendapatan rendah. kelembagaan dengan menerapkan prinsip kepemerintahan yang baik (good governance) untuk tiga al di bawah

3. Memperluas basis dan kesempatan usaha dan menumbuhkan wirausaha baru yang unggul untuk mendorong pertumbuhan, peningkatan ekspor, dan menciptakan kesempatan kerja, terutama dengan empat hal berikut. Meningkatkan perpaduan antara tenaga kerja terdidik dan terampil dengan adopsi teknologi. Mengembangkan UMKM melalui pendekatan kluster di sektor agribisnis dan agrobisnis disertai pemberian kemudahan dalam pengelolaan usaha, termasuk dengan cara meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi sebagai wadah organisasi kepentingan usaha bersama untuk memperoleh efisiensi kolektif. Mengembangkan UMKM untuk makin berperan dalam proses industrialisasi, memperkuat keterkaitan industri, mempercepat pengalihan teknologi, dan peningkatan kualitas SDM. Mengintegrasikan pengembangan usaha dalam konteks pengembangan regional sesuai dengan karakteristik pengusaha dan potensi usaha unggulan di setiap daerah.

4.

Mengembangkan UMKM untuk makin berperan sebagai penyedia barang dan jasa pada pasar domestik dan unggul bersaing dengan produk impor, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.

5.

Membangun koperasi yang diarahkan dan diutamakan pada usaha untuk tiga aktivitas berikut. Membenahi dan memperkuat tatanan kelembagaan dan organisasi tingkat makro dan mikro, untuk menciptakan iklim dan lingkungan usaha yang kondusif bagi kemajuan koperasi serta kepastian hukum yang menjamin perlindungan koperasi dan anggotanya dari praktik persaingan usaha yang tidak sehat.

16

Meningkatkan pemahaman, kepedulian, dukungan pemangku kepentingan (stakeholders) pada koperasi. Meningkatkan kemandirian gerakan koperasi.

BAB II PEMIKIRAN DASAR ORGANISASI KOPERASI

2.1

Definisi Organisasi Koperasi Apakah yang dimaksud dengan koperasi Jawabanya adalah berbeda-beda dan menimbulkan diskusi yang tidak terlepas dari pengaruh ideologi tertentu. Koperasi berasal dari kata cooperation yang artinya kerja sama. Pengertian yang dipengaruhi ideologi suatu negara misalnya pengertian koperasi di Indonesia dikemukakan pada Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Pendekatan ilmiah yang lain mengenai definisi koperasi sebagian besar dipengaruhi oleh pandangan yang bersifat esensialis, maka pendekatan ilmiah modern dalam ilmu ekonomi mengenai organisasi koperasi lebih banyak menerapkan metode yang bersifat nominalis dalam membuat definisi organisasi koperasi. Jika unsur ideologi tersebut diabaikan, maka secara pragmatis (= esensialis) organisasi koperasi dapat didefinisikan sebagai organisasi yang didirikan dengan tujuan utama menunjang kepentingan para anggotanya melalui suatu perusahaan bersama. Hal ini ada hubungannya dengan definisi organisasi koperasi secara nominalis yang diterima secara internasional yang digunakan oleh Konferensi Buruh Internasional (International Labor Organization = ILO, 1966): Suatu organisasi koperasi adalah suatu perkumpulan dari sejumlah orang yang bergabung secara sukarela untuk mencapai suatu tujuan yang sama melalui pembentukan suatu organisasi yang diawasi secara 17

demokratis, melalui penyetoran suatu kontribusi yang sama untuk modal yang diperlukan dan melalui pembagian risiko serta manfaat yang wajar dari usaha, di mana para anggotanya berperan secara aktif. Fungsi yang terpenting dari definisi tersebut adlah dapat membedakan secara jelas antara organisasi koperasi dengan organisasi yang bukan koperasi, seperti organisasi sosio ekonomis yang lain. Jika definisi tersebut diatas ditinjau dari pola strukturalnya dan diartikan menurut pengertian nominalis, maka terdapat 4 unsur yang manunjukkan ciri khusus koperasi sebagai suatu bentuk organisasi. 1. 2. Adanya sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok yang memiliki sekurang-kurangnya satu kepentingan. Angan-angan individual dari kelompok koperasi antara lain bertekad mewujudkan tujuannya untuk memperbaiki situasi ekonomi dan sosial mereka melalui usaha bersama dan saling membantu (swadaya dari kelompok koperasi). 3. 4. Sebagai suatu instrumen (sarana) untuk mencapai tujuan itu, yaitu melalui pembentukan suatu parusahaan. Adanya sasaran utama dari perusahaan koperasi ini, yaitu melaksanakan kegiatan yang menunjang/memperbaiki situasi ekonomi para anggota (memperbaiki situasi ekonomi perusahaan atau rumah tangga anggota). Disini penekanan harus diberikan pada peningkatan motivasi untuk menolong diri sendiri melalui kegiatan berkoperasi, berbeda dibanding dengan bantuan pemerintah atau bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain. Swadaya memerlukan inisiatif, jika motivasi untuk menolong diri sendiri merupakan suatu ciri organisasi koperasi, maka para anggota koperasi harus dipersiapkan untuk mengembangkan inisiatif dan untuk berperan serta secara aktif dalam usaha bersama. Pengalaman membuktikan bahwa kepentingan diri sendiri merupakan

18

motivasi yang paling tepat bagi seseorang untuk berperan serta dalam sutu organisasi koperasi. Koperasi merupakan suatu alat yang ampuh bagi pembangunan, oleh karena koperasi merupakan suatu wadah, di mana kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok tergabung sedemikian rupa. Sehingga melalui kegiatan kelompok, kepentingan pribadi para anggota menjadi kekuatan pendorong yang memberikan manfaat bagi seluruh anggota kelompok tersebut. Kelompok tersebut bisa terjadi jika kelompok itu secara relatif homogen dan setiap anggotanya mampu memberikan kontribusi yang nyata. Koperasi merupakan organisasi yang otonom, yang dimiliki para anggota dalam peranannya sebagai pelanggan dari perusahaan koperasi. Butir (3) dan butir (4) tersebut diatas harus diterapkan dalam arti luas, karena perusahaan koperasi melakukan usahanya dengan anggota dan memperoleh dukungan dari lembaga yang secara tidak langsung berkepentingan pada pelayanan, tetapi juga pada keberhasilan perkembangan dari koperasi itu. Jadi, koperasi merupakan organisasi otonom dalam suatu lingkungan sosio ekonomis dan dalam sistem ekonomi, yang memungkinkan setiap individu dan kelompok orang untuk merumuskan tujuan individu dan kelompok secara otonom dan menetapkan tujuan itu melalui aktivitas ekonomi yang dilaksanakan secara kooperatif. Menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 1967 tentang Pokok-pokok

Perkoperasian di dalam pasal 3 dikemukakan mengenai pengertian koperasi, yaitu: Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi rakyat sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Pasal 4. Fungsi Koperasi Indonesia adalah: 1. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat, 2. Alat pendemokrasian ekonomi sosial,

19

3. Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia, 4. Alat pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana perekonomian rakyat. Pasal 5. Azas Koperasi Indonesia adalah kekeluargaan dan gotong royong. Menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Bab 1 Pasal 1 ayat 1: Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. 2.2 Landasan dan Asas Organisasi Koperasi Landasan organisasi koperasi merupakan pedoman dalam menentukan arah, tujuan, peranan, dan kedudukan organisasi koperasi dalam sistem perekonomian Indonesia. Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian menyatakan bahwa organisasi koperasi di Indonesia mempunyai landasan sebagai berikut. Landasan Idill Sesuai dengan Bab II Undang-Undang No.25, landasan idiil organisasi koperasi Indonesia adalah Pancasila.Pancasila adalah pandangan hidup dan ideologi bangsa Indonesia, masing-masing sila menjadi pedoman yang mengarahkan semua tindakan dan kegiatan organisasi koperasi. Landasan Struktural Undang-Undang Dasar 1945 khusus-nya Pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa kemakmuran masyarakat yang diutamakan bukan kemakmuran orang-seorang dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Penjelasan Pasal 33 menempatkan koperasi dalam kedudukan sebagai sokoguru perekonomian nasioanal dan sebagai bagian integral tata perekonomian nasional.

20

Koperasi merupakan badan usaha yang memerlukan organisasi sebagai sarana mengelola perusahaan koperasi sebagai sesuatu alat untuk menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan dan menunjang kepentingan para anggota dalam perusahaan atau rumah tangganya masing-masing.Fungsi yang penting dari kelompok koperasi adalah menetapkan tujuan-tujuan organisasi koperasi dan tugastugas konkret yang harus dilaksanakan oleh perusahaan koperasi dan mengawasi serta mengevaluasi prestasinya.Setiap anggota berkepentingan untuk berpartisipasi dalam diskusi-diskusi perkumpulan (kelompok)tersebut dan dalam keputusankeputusannya untuk memasukkan tujuan-tujuan yang disepakati bersama sebagai sesuatu sistem dari kelompok koperasi. Fungsi solidaritas atau loyalitas para anggota kelompok koperasi penting,terutama dalam rangka perintasan dan pembentukan organisasi-organisasi swadaya koperasi. Fungsi solidaritas adalah meliput: -tanggungan bersama kelompok koperasi -fungsi perlindungan dari kelompok koperasi terhadap sanksi-sanksi lingkungan terhadap masing-masing anggota,di mana perusahaan koperasi bermaksud memasuki suatu pasar yang monopolistik atau oligopolistis. Kelompok koperasi yang kecil Perintasan dan pengembangan koperasi melaui kegiatan-kegiatan swadaya kebanyakan dilakukan oleh perorang,yang telah membentuk kelompok yang relatif kecil,tetapi bersatu dan bersifat homogen.Kebaikan-kebaikan dari kelompok kelompok ini berkenaan dengan partisipasi yang efektif dari para anggota adalah: Adanya sistem-sistem kontribusi insentif, Adanya pengaturan untuk menangani sendiri (self regulation) konflikkonflikyang tumbuhdi antara anggota, Adanya kemungkinan untuk meningkatkan motivasi dan kompetensi para anggota dalam kegiatannya pada koperasi maupun pada perusahaannya masing-masing.

21

Kelompok koperasi kecil melaksanakan kegiatan sederhana secara terbatas, mungkin akan dapat melaksanakan secara bersama-sama kegiatan koperasi atau mengatur secara informal pelaksanaan dari tugas yang berkaitan dengan koperasi. Kelompok Koperasi yang Besar Hubungan antara para anggota perorangan lebih bersifat impersonal. Keikutsertaan masing-masing anggota perorangan dalam manfaat dan kontribusinya terhadap perorangan dan peningkatan potensi pelayanan (promotional potential) menjadi berkurang. Akibatnya anggota akan berusaha mendapatkan sebesarbesarnya manfaat dan mengurangi kontribusinya terhadap peningkatan potensi pelayanan yang hendak dicapai oleh perusahaan koperasi, yaitu dengan mengambil posisi sebagai penumpang gelap. Untuk menghindari hal tersebut, maka perlu diatur/ dirumuskan dan diawasi secara ketat sistem kontribusi/ insensif dan pengaturan distribusi dari peningkatan petensi pelayanan, akibatnya biaya pengawasan menjadi bertambah besar. Kelompok koperasi besar (modern) yang mengelola perusahaan koperasi dengan berbagai tingkat ukuran dan kerumitan dari fungsi yang harus dilaksanakan, fungsi pelaksanaan dan pengawasan dilimpahkan kepada para anggota (terpilih). Berbagai kegiatan usaha dilaksanakan meliputi kegiatan di bidang produksi, konsumsi, distribusi,dan usaha jasa, antara lain simpan-pinjam, angkutan, dan asuransi.Undang-Undang dan Anggaran Dasar Koperasi menetepkan fungsi dan tugas itu kepada alat perlengkapan organisasi yang dibentuk khusus, misalnya di Indonesia, Manajemen. 2.4 Prinsip Identitas Koperasi Untuk menghindari salah pengertian mengenai organisasi koperasi, maka perlu dikemukakan kriteria identifikasi koperasi yang merupakan prinsip identitas di mana pemilik dan pemakai jasa unit usaha terdiri atas orang yang sama. Prinsip tersebut dapat membedakan organisasi koperasi dengan organisasi usaha alat tersebut adalah: Rapat Anggota,Pengurus,Pengawas,dan

22

lainnya.Kriteria tersebut sangat penting, karena dapat diharapkan para anggota dapat mencapai pemenuhan dan kebutuhan minatnya dengan lebih baik. Pelaku ekonomi (economic agents) yang pada saat bersamaan bertindak sebagai pemilik maupun pelanggan (pemasok, karyawan, tergantung pada koperasinya), disebut anggota masyarakat koperasi (cooperators). Karakteristik tersebut dinamakan prinsip identitas. Unsur swadaya dalam kegiatan koperasi atas induvidualisme yang positif dan pengakuan terhadap prinsip identitas antara pemilik dan pelanggan / rekanan dalam koperasi, merupakan sasaran dari kritik dan usaha perubahan selama beberapa tahun terakhir, terutama di negara yang sedang berkembang yang mengikuti pola pengembangan koperasi yang sosialistis.Perubahan itu, sebagaimana telah tercantum pula dalam beberapa undang-undang perkoperasian, secara praktis memperlihatkan adanya modifikasi terhadap konsepsi dasar koperasi.

Langganan Konsumen awam Pemilik = Penyuplai Karyawan Hasil koperasi (Effect of Cooperation)

23

PpPPPer

Gambar 2.2 Prinsip Identitas Untuk Koperasi Konsumsi Berdasarkan konsepsi koperasi yang telah dimodofikasi tersebut, maka: 1. Koperasi tidak saja bertujuan menunjang kepentingan ekonomi para anggotanya, melainkan harus juga termasuk pula kepentingan masyarakat umum, bangsa, kaum buruh,dan golongan ekonomi lemah; 2. Koperasi lebih dianggap sebagai alat bagi pemerintah dari pada sebagai organisasi swasta, oleh karena itu memperoleh bantuan keuangan secara besar-besaran dari dana pemerintah melalui rencana pembangunan regional dan nasional, koperasi berada di bawah pengawasan yang ketat dari pemerintah untuk mengamankan penggunaan dana tersebut. Pembatasan terhadap prinsip swadaya dan otonomi dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan terhadap tanggung jawab sendiri para anggota atas koperasi bermaksud menjamin agar tujuan yang yang telah ditetapkan oleh pemerintah dilaksanakan dan ditaati oleh koperasi. Pembatasan terhadap otonomi para anggota dalam memilih dan memberhentikan pimpinan koperasi dilakukan karena untuk mencegah sebagian kecil dari para anggota yang kuat dan dinamis dapat menguasai organisasi dan memperoleh manfaat dari usaha koperasi untuk kepentingan atas beban para anggota yang lebih lemah. Perbedaan antara Koperasi dan Perusahaan Konvensional

24

Kekhususan dalam organisasi koperasi ialah bahwa setiap fungsi manajeman harus selalu memerhatikan manfaatnya bagi anggota koperasi selaku pemilik dan sekaligus pelanggan yang berbeda dari nonkoperasi yang tidak dipengaruhi identitas ganda dari pemiliknya. Para pemilik koperasi mengharapkan dari perusahaan koperasi menujang secara langsung melalui pengadaan baranng dan jasa yang menurut jenis, harga, serta syarar-syaratnya sesuai dengan kebutuhannya. \Perbedaan-perbedaan antara koperasi dan perusahaan nonkoperasi diantaranya adalah seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 2.1 Perbedaan-perbedaan antara koperasi dan Perusahaan Konvensional Anggota Modal Koperasi Perusahaan Keanggotaan terbuka untuk semua Terbuka untuk para

pemakai penanam modal tertentu Jumlahnya kecil tidak merupakan Penanam modal halangan bagi para atas anggota. diperoleh pelayanan ditawarkan jumlah sebanyak dari dengan anggota jumlah Pemasukan modal sebanding dengan pembelian saham yang pemanfaatnya koperasi. harga pasar. Menambah

penanam modal sesuai Pemilik Pemakai adalah pemilik yang diperlukan Penanam modal adalah modal dengan

pemilik Berada pada anggota atas dasar yang Penanam adil dan sama sebanding

modal yang ditanamkan oleh tiap-tiap penanam modal

25

Manfaat

Anggota

memperoleh

manfaat Penanam

modal bagian yang dengan yang

sebanding atas jasa yang diberikan memperoleh yang dibayarkan untuk modalnya modal terbatas. ditanamkannya sebanding modal ditanamkannya.

baginya oleh koperasi. Tingkat bunga laba sebagai hasil dari

Persamaan koperasi dengan perusahaan (badan usaha) lainnya ialah yang ada hubungannya sebagai kegiatan usaha yang otonom, yang harus bertahan secara berhasil dalam persaingan pasar dan dalam usahanya menciptakan efisien ekonomis dan kemampuan hidup keuangan.

BAB III SEJARAH ORGANISASI KOPERASI3.1 Lembaga Historis dan Bentuk Kerja Sama Tradisional Koperasi terdapat hampir di semua negara industri dan negara berkembang.Dapat dibedakan organisasi koperasi modern dan bentuk kerja sama tradisional atau lembaga koperasi historis. Koperasi historis adalah lembaga kemasyarakatan yang tumbuh atas dasar solidaritas tradisional dan kerja sama antara individu, dan pernah berkembang sejak awal sejarah manusia sampai pada awal Revolusi Indusrtri di Eropa pada akhir abad 18 dan abad 19. Lembaga ini sering disebut Koperasi Praindustri. Kriteria koperasi historis melalui pendekatan sosiologis dan sosiopolitis mendefinisikan dengan sistem sosial, komunitas (gemeinschaft) dan kelompok masyarakat yang memiliki sruktur koperasi, di mana hubungan antara individu ditandai oleh solidaritas dan kerja sama, serta kekuatan sosio-politis, ekonomi yang

26

terbagi merata diantara mereka. Di Eropa misalnya, sistem pemilikan tanah pada suku Jerman adalah merupakan suatu sistem agraria yang kooperatif, berbeda dengan pemilikan tanah yang feodalis. Seperti gilda-gilda para pengrajin dan yang berhubungan dengan penggunaan hutan, waduk, dan sebagainya pada hakikatnya merupakan koperasi. Di negara yang sedang berkembang terdapat sistem kesukuan, bentuk keluarga besar, komunitas setempat, usaha saling menolong, kerja sama tradisional. Lembaga koperasinya dinamakan lembaga koperasi asli (autochthonous cooperative) atau kerja sama tradisional, contoh:gotong royong di Indonesia. Walaupun lembaga koperasi historis secara analis berbeda dengan koperasi modern, tetapi koperasi historis dalam bentuk swadaya dan kerja sama tradisional merupakan keadaan yang menguntungkan bagi prakarsadan penyebaran organisasi koperasi modern. 3.2 Sejarah dan Penyebaran Organisasi Koperasi Sebelum terjadinya revolusi di Eropa (awal abad 18), keadaan perekonomian lebih mendekati kondisi pasar persaingan sempurna. Kondisi tersebut ditandai dengan adanya kebebasan dan kemampuan orang/pengusaha untuk masuk atau keluar dari industri (pasar). Perusahaan merupakan usaha kecil-menengah dalam perekonomian, maka tingkat harga cenderung sama dengan biaya produksi, sehingga keuntungan yang diperoleh merupakan keuntungan normal. Keuntungan normal adalah keuntungan yang hanya cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja, sewa tanah, material dan gaji pengusaha. Dalam kondisi ini para pengusaha tidak bisa menentukan harga, mereka hanya sebagai pengambil harga (price taker). Tinggi rendahnya harga di tentukan oleh mekanisme pasar, sehingga keuntungan yang diperoleh hanya ala kadarnya. Hal tersebut memungkinkan tercapainya kesejahteraan masyarakat, karena konsumen menikmati harga yang rendah, sedangkan pemilik faktor produksi dibayar dengan tingkat harga yang memadai. Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations mengemukakan bahwa manusia diberikan kebebasan penuh untuk melakukan kegiatan usaha,

27

dengan demikian maka kesejahteraan masyarakat akan bisa tercapai. Kegiatan usaha individu membawa keadaan yang wajar seperti apa yang dikehendaki Tuhan. Dalam hal ini akan ada tangan gaib (the invisible hand) yang akan selalu membimbing perekonomian ke arah keseimbangan (equilibrium). Penemuan mesin-mesin baru merupakan revolusi industri di Eropa (Pertengahan abad 19) yang menyebabkan timbulnya pasar monopoli dalam perekonomian. Pasar monopoli adalah keadaan pasar yang hanya ada satu penjual yang menjual barang tertentu, terdapat hambatan masuk bagi penjual lain. Hambatan itu berupa modal, teknologi, dan kemampuan penggunaannya. Revolusi industri tersebut cenderung mengutamakan pemilik modal (kapitalis) yang bersifat individualistis. Tujuan utama dari kaum kapitalis adalah keuntungan yang maksimum (profit maximization) dari penggunaan faktor produksi yang dimilikinya (tanah, modal, tenaga kerja, dan skill). Penjual tersebut (monopolis) dapat menentukan harga (price setter) dalam usahanya untuk mencapai keuntungan sebesarnya. Dalam kondisi pasar monopoli, pengusaha akan menetapkan harga yang cukup tinggi dan membayar faktor produksi dengan harga rendah serta menggunakan sumber daya secara tidak efisien. Hal ini akan merugikan konsumen, membayar produk yang dikonsumsinya dengan harga yang tinggi, juga menindas para buruh/tenaga kerja dengan upah yang rendah. Keadaan tersebut menyebabkan kaum buruh/masyarakat menjadi resah dan Adam Smith mengoreksi konsep laissez faire-nya (kebebasan individu untuk berusaha) dengan menyerukan agar pengusaha menahan sifat serakahnya dan dia menciptakan serikat buruh untuk menghadapi kapitalis. Dia menyatakan bahwa manusia mempunyai sifat individualistis dan juga mempunyai kecenderungan untuk melakukan kerja sama. Usaha mendirikan koperasi modern telah dilakukan pada pertengahan abad 19, para pelopor koperasi berhasil mengembangkan berbagai konsepsi mengenai struktur organisasi koperasi yang nyata cukup sesuai dengan kebutuhan tertentu, dengan kemungkinan pengembangan kegiatan tertentu, dan dengan lingkungan ekonomis tertentu, sosial budaya para pekerja, para pengrajin, para

28

petani kecil di negara Eropa. Para pelopor koperasi yang mengembangkan konsepsi tersebut adalah pelopor dari Rochdale, H.Schultze Delitsch dan FW Raiffeissen. Pelopor koperasi dalam mengembangkan konsepsinya didasarkan pada pemikiran yang dihasilkan pada awal abad 18, sebagai kritik terhadap fenomena kapitalisme awal di Eropa, yaitu konsepsi mengenai pengembangan koperasi yang harus menunjang kepentingan para anggota secara efisien dan selanjutnya menjadi dasar bagi penyusunan suatu tata ekonomi nasional dan masyarakat yang lebih baik atau ideal. Konsepsi tersebut dihasilkan dan disebarluaskan oleh wakil dari aliran Sosialisme Utopia antara lain sebagai berikut. 1. Charles Fourier (1772-1837) di Prancis, yang menyatakan bahwa sistem kapitalis merugikan orang lain/masyarakat, maka harus ada sistem yang lebih baik. 2. Murid-murid Henri St.Simon (ajaran sosialisme Kristiani). 3. William King (1827) adalah seorang dokter dari Inggris membantu para buruh dengan memberikan toko, sebagai tempat membeli bahan kebutuhan dengan harga murah. 4. Philippe J.B.Bucker (1796-1865), Robert Owen (1771-1858) di Inggris, mengemukakan ajarannya sebagai berikut. - Pemberian pelayanan optimal kepada para anggota dan menghapus keuntungan perorangan. - Bentuk perkumpulan sukarela agar hasil produksi bisa dinikmati masyarakat sendiri. - Pemilikan alat produksi secara bersama-sama dan keuntungan dibagi bersama. - Peningkatan budi pekerti dan kebahagiaan bagi umat manusia. 5. Louis Blanc (1811-1882) di Prancis mengusulkan: buruh digaji secara wajar dan mendapat bagian dari keuntungan. Cara ini akan mendorong para buruh bekerja efisien dan dapat bersaing dengan perusahaan lain.

Pelopor-pelopor dari Rochdale

29

Pelopor koperasi dari Rochdale yang terdiri atas 28 pekerja dipimpin Charles Howard di kota Rochdale di bagian Utara Inggris, pada tanggal 24 Oktober 1844 mendirikan usaha pertokoan merupakan milik para konsumen yang berhasil. Peristiwa ini merupakan lahirnya Gerakan Koperasi Modern. Mereka memikirkan dan menyusun suatu rencana yang terinci, kemudian merumuskan aturan yang berlaku bagi usaha pertokoan. Aturan yang diterapkannya itu, menjadi prinsip koperasi yang dipakai kemudian hari. Rochdale Equitable Pioneers Cooperative Society, dengan prinsip koperasinya sebagai berikut. 1. Keanggotaan yang bersifat terbuka. 2. Pengawasan secara demokratis (satu anggota, atau suara). 3. Bunga yang terbatas atas modal anggota. 4.Pengembalian sisa hasil usaha sesuai dengan jasanya pada koperasi (Patronage refund). 5. Barang hanya dijual sesuai dengan harga pasar yang berlaku dan harus secara tunai. 6. Tidak ada perbedaan (netral) berdasarkan ras, suku bangsa, agama dan aliran politik. 7. Barang yang dijual adalah barang yang asli dan bukan yang rusak atau palsu. 8. Pendidikan terhadap anggota secara berkesinambungan. Prinsip tersebut menjadi petunjuk yang berguna bagi pembentukan koperasi konsumen, tetapi prinsip itu harus disesuaikan, diubah, atau sebagian tidak bisa diterapkan. Misalkan pada hal-hal berikut. 1. Koperasi konsunsi harus bertahan dalam persaingan dalam perekonomian dinegara industri yang maju. 2. Jenis koperasi yang berbeda, seperti koperasi simpan-pinjam. 3.Koperasi didirikan pada kondisi umum ekonomi dan sosial budaya yang berbeda dengan keadaan di Inggris pada pertengahan abad 19.

30

Schultze Delitsch Herman Schultz-Delitsch (1808-1883), hakim dan anggota Parlemen adalah orang pertama di Jerman yang berhasil mengembangkan konsep bagi prakarsa dan pengembangan bertahap dari koperasi kredit perkotaan, koperasi pengadaan sarana produksi bagi pengrajin, yang kemudian diterapkan oleh para pedagang kecil, dan kelompokn lain. Konsepsi ini semula berorientasi pada kebutuhan dengan perusahaan industri yang besar. Pada waktu itu usaha perkreditan yang ada kadang menetapkan suku bunga pinjaman terlampau tinggi lebih dari 500% setahun, sedangkan para pengrajin memerlukan kredit untuk investasi. Oleh karenanya Schulze mendirikan koperasi perkreditan pedesaan atas solidaritas sesama anggota, yang ikut bersama dalam suatu kumpulan koperasi. Selain koperasi kredit, Schulze mendirikan koperasi jenis lain, antara lain berikut ini. 1. Koperasi asuransi untuk risiko sakit dan kematian. 2. Koperasi pengadaan bahan baku dan sarana produksi serta memasarkan hasil produksi. 3. Koperasi produksi, yaitu dimana anggotanya sebagai pemilik dan pekerja pada koperasi tersebut pada saat yang sama. Raiffeissen Friedrich Wilhelm Raiffeissen (1818-1888) kepala desa di Flemmerfeld, Weyerbush di Jerman. Seperti halnya Shultze, ia memulai menolong petani kecil di desanya dengan suatu organisasi yang bersifat tanpa pamrih (karitatif) dalam suatu situasi serba kekurangan yang disebabkan panen yang tidak berhasil. Namun, dia segera menyadari, bahwa bantuan yang berrrsifat karitatif, tidak dapat menjadi dasar bagi suatu penyelesaian jangka panjang atas masalah yang dihadapi oleh para petani kecil. Raiffeissen membentuk koperasi kredit berdasarkan solidaritas dan tanggungan tidak terbatas yang dipikul oleh para anggota perkumpulan koperasi itu, dan dibimbing berdasarkan prinsip menolong diri sendiri, mengelola diri sendiri, dan mengawasi diri sendiri.Pada waktu itu usaha pokok pikiran dari konsepsinya adalah sebagai berikut.

31

1. Pembentukan koperasi kredit dengan organisasi sederhana atas dasar kelompok anggota yang jumlahnya sedikit dan saling membutuhkan. 2. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan dari koperasi oleh orang yang dipercaya dan dihormati oleh para anggota, misalnya: guru, pendeta, dan sebagainya. 3. Pemberian kredit hanya pada anggota, tetapi deposito dapat diterima dari bukan anggota. Tahun 1870 Raiffeissen menyadari bila struktur pasar monopoli akan menyulitkan para petani, maka ia mengembangkan konsepsinya itu menjadi koperasi sebagai usaha yang sederhana. Selain pelopor koperasi tersebut di atas, terdapat pula pelopor dari negara lain seperti dibawah ini. Luigi Luzatti (1841-1927) di Italia. Abbe de Lammerais (1782-1854) di Prancis. Sir Horace Plunkett (1854-1932) di Irlandia. Gagasan mengenai organisasi koperasi modern menyebar dari Eropa Ke bagian dunia lain melalui para emigran, seperti antara lain Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Kanada. Begitu pula di negara berkembang seperti: Omar Lutffy di Mesir dan Mohammad Hatta di Indonesia. Para pelopor koperasi telah berhasil memprakarsai organisasi koperasi dan mengembangkan gerakan koperasi, gagasannya, dan mengembangkan struktur organisasi koperasi tertentu, terutama yang dapat diadaptasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan khusus, dan pada situasi nyata dari kelompok orang yang berbeda lingkungan ekonomis dan sosial budaya. Mereka dalam mendirikan tipe koperasi tertentu dengan melalui proses Trial and Errors yang akhirnya berhasil membentuk organisasi koperasi. Dalam melaksanakan fungsi inovatif sebagai pemrakarsa dan sebagai pengusaha koperasi yang membuka jalan disebut promotor koperasi. Pendekatan dalam membentuk organisasi koperasi dapat dilakukan sebagai berikut.

32

1. Di satu pihak, pemrakarsa bagi pembentukan organisasi swadaya koperasi dapat berasal dari atas dan dari luar, yaitu dari orang yang tidak berkepentingan terhadap jasa pelayanan koperasi, tetapi memiliki motivasi dan cukup mampu bertindak sebagai pemrakarsa dan promotor. Cara ini akan berhasil bila ada tindakan yang positif, tanggapan yang positif dari orang yang berkepentingan dengan organisasi koperasi. 2. Di lain pihak, prakarsa untuk mendirikan dan membentuk koperasi dapat berhasil dari para anggota sendiri atau dari bawah dan dari dalam. 3.3 Gerakan Organisasi Koperasi Modern Perkembangan secara bertahap dan penyebaran koperasi modern dan gerakan koperasi di Eropa sering di pengaruhi sebagai suatu proses perkembangan yang cepat, yang juga dipengaruhi oleh ideologi para pelakunya. Pada akhir abad 19, selama periode itu berbagai kekecewaan dan kegagalan harus dialami, dan berbagai tindakan harus diambil untuk menghindari kegagalan, untuk memperbaiki keadaannya, dan untuk perkembangan koperasi dimasa setelah itu. Selama abad ke-20 koperasi modern terus berkembang dengan berhasil hampir disemua negara diindustri. Mereka memprakarsai dan mendirikan di negara berkembang. Karena itu, berbagai dan bermacam-macam tipe dan bentuk organisasi koperasi telah tumbuh dan berusaha hampir di seluruh negara di dunia. 1. Denmark, keistimewaan gerakan koperasi di negara ini adalah tumbuh dari bawah. Pada tahun 1870, koperasi membantu para petani sebagai anggota menggembangkan pertaniannya, sehingga gandum bisa dipasarkan di seluruh Eropa. Meningkatkan kegiatan usaha peternakan dan pengolahan (1880), berhasil menguasai dan mengekspor 90% hasil peternakan. - Tahun 1866 berdiri koperasi konsumsi perkotaan atas prakarsa H.Sonne dan dokter P.Urich. Mengoordinasi koperasi konsumsi untuk melayani pembelian koperasi primer. - Kerja sama koperasi produksi di pedesaan dengan produksi konsumsi dikota-kota. - Salah satu pendorong adalah taraf pendidikan rakyat. Dengan kemajuan koperasi, Denmark dijuluki Republik Koperasi.

33

2. Amerika Serikat - Tahun 1752 cara kerja koperasi sudah diterapkan atas prakarsa Benyamin Franklin. - Tahun 1860 mengenal prinsip Rochdale dan banyak koperasi didirikan di kalangan buruh serta penduduk kota. - Tahun 1908 presiden Theodore Roosevelt mengangkat komisi peningkatan kehidupan di pedesaan. - Tahun 1913 dikirim utusan ke Eropa untuk mempelajari cara kerja koperasi pertanian dan berkembang sampai sekarang. 3. Prancis, terdapat Gabungan Konsumsi Nasional Prancis (Federation Nationale Dess Cooperative de Consomation) dengan jumlah koperasi yang bergabung 476 buah. Jumlah anggota mencapai sekitar 3.500.000 orang dan toko yang berjumlah sekitar 10.000 buah dengan perputaran modal sebesar 4.000 miliar franc per tahun. 4. International Cooperative Alliance (ICA) Organisasi kerja sama koperasi international pertama kali diadakan dan didirikan di London pada tahun 1895. Tahun 1958 Indonesia menjadi anggota ke 77. Tujuan ICA mempererat kerja sama, tukar menukar pengalaman, dan informasi. Usaha-usaha yang dilakukan: Mengadakan kongres berkala; Tukar-menukar pengalaman; Menerbitkan majalah; Memajukan pendidikan koperasi di negara anggota; Mengadakan penelitian dan mengumpulkan informasi/statistik; Mengadakan kerja sama dengan lembaga international (PBB/ILO).

Periode 1970-1980 telah diumumkan oleh Aliansi Koperasi Internasional (ICA) sebagai Dasawarsa Pembangunan Koperasi, tahun 1971 dapat ditafsirkan sebagai suatu tahap bagi diskusi kritis dan kontroversial mengenai koperasi dan bagi maksud untuk mengonsolidasi, mengorganisasi, dan memperbaiki pembangunan koperasi pedesaan dan bagi penyusunan strategi yang diterapkan untuk mendorong pengembangannya.

34

5. Jepang. Tahun 1900 berdiri koperasi industri kerajinan meliputi pertanian dan koperasi konsumsi didasarkan prinsip Rochdale. Periode 1920-1930 koperasi mengalami pertumbuhan yang cepat, terutama koperasi pertanian. Tahun 1951 rehabilitasi dan konsolidasi koperasi pertanian: a. koperasi pertanian; dan b. koperasi satu jenis usaha koperasi di Jepang menggunakan sistem HAN,yaitu kelompok konsumen memesan barang pada koperasi. 3.4 Perintisan dan Perkembangan Organisasi Koperasi di Negara yang Sedang Berkembang Organisasi koperasi terutama didirikan didaerah pedesaan negara berkembang. Hal ini terutama menyangkut organisasi yang didaftarkan sesuai dengan Undang-Undang Koperasi dari negara yang bersangkutan dan organisasi tersebut biasanya disebut koperasi modern. Sejak awal pemerintah dan lembaga parastatal/yang melindungi telah memainkan peranan yang penting dalam mensponsori pengembangan koperasi modern di beberapa negara berkembang. Usaha dari lembaga inilah yang membawa perkembangan menonjol dalam jumlah koperasi pertanian dari negara Dunia Ketiga, suatu perkembangan yang terdiri atas beberapa tahap sebagai berikut. 1. Akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20 para emigran Eropa mendirikan koperasi pertanian di Agentina, Brasil Selatan, Transvaal, Rhodesia Selatan, dan India dengan unsur-unsur Raiffeissen. 2. Selama periode di antara Perang Dunia 1 dan Perang Dunia11 Pemerintah kolonial Inggris membentu organisasi koperasi modern atas dasar Pola Pengembangan Koperasi India Inggris, dianggap sebagai suatu model bagi usaha mendorong pengembangan koperasi modern yang diprakarsai oleh rakyat setempat. Di daerah di mana terdapat hubungan antara koperasi dan pergerakan kemerdekaan Penguasa Kolonial merasa khawatir jika koperasi dapat tumbuh, misalnya di Indonesia dan Kenya. 3. Periode 1945-1960 Konferensi Pangan dan Pertanian Internasional tahun 1943 di V irginia (USA) menekankan pentingnya organisasi koperasi. Untuk mendorong

35

prakarsa pertumbuhan koperasi berbagai kegiatan pemerintah dilakukan selama tahap ini. Kegiatan ini telah dilaksanakan oleh Penguasa Kolonial Inggris dan Prancis dan Afrika, pemerintah di India dan Indonesia. 4. Periode 1960-1970 dapat diamati suatu penyebaran dan pertambahan jumlah koperasi modern di banyak negara berkembang. Banyak pemerintah negara di Asia dan Amerika Selatan mulai mendorong pembentukan koperasi (dengan bantuan bilateral dan internasional) dan memanfaatkannya sebagai sarana bagi pembngunan pertanian. 5. Organisasi Internasional menekankan peranan koperasi sangat penting dalam pembangunan sosial ekonomi dan mengusulkan pemerintah negara untuk mendorong prakarsa dan pengembangan organisasi swadaya. - Resolusi Organisasi Buruh Internasional (ILO) tahun 1966 - Resolusi Rapat Umum PBB tahun 1968 - Dewan Sosial dan Ekonomi PBB tahun 1969 Koperasi berdasarkan definisinya serin dianggap sebagai organisasi swadaya yang otonomi, partisipasi, dan demokratis dari rakyat yang lemah (para petani, pedagang kecil, pekerja(buruh)), dianggap mampu melaksanakan berbagai fungsi secara otomatis berhasil, seperti: Menunjang usaha anggota untuk meningkatkan pendapatannya. Mengamankan dan memperbaiki eksistensinya dan menawarkan berbagai kemudahan dalam bidang pendidikan dan latihan; Menumbuhkan keyakinan di antara mereka keuntungan dari solidaritas; Sekaligus dari koperasi diharapkan menyumbang secara intensif proses pembangunan sosial ekonomi. Koperasi sebagian besar diintegrasikan dalam penerapan berbagai Produk dan program yang dirancang agar menginduksi perubahan yang direncanakan dan memodernisasikan pertanian yang masih bersifat tradisional. Presiden Bank Dunia R.Mc Namara di Nairobi tahun 1973 menyatakan bahwa kemiskinan mutlak nampaknya terpusat didaerah pedesaan Asia dan negara Bagian Selatan Sahara di Afrika. Pemerintah di negara ini sebagian besar mendorong pembentukan koperasi secara cepat dan memanfaatkan organisasi

36

lokal ini sebagai alat pemerintah dalam penerapan berbagai kebijakan dan program pertanian dan sebagai agen untuk menginduksi perubahan sosial ekonomi yang (secara sentral) terencana dan pembangunan pertanian. Struktur organisasi dan kegiatan koperasi pedesaan di negara Dunia Ketiga menunjukan adanya aneka ragam bentuk di berbagai negara. Jumlah koperasi yang terbesar adalah koperasi yang bersifat memberikan jasa pelayanan, yang diharapkan dapat menunjang usaha ekonomis para anggotanya dengan menyediakan dan menawarkan barang dan jasa melalui penyaluran sarana produksi dan barang konsumsi kredit, nasihat, pemasaran, pengolahan, dan lain-lain. Koperasi produksi, koperasi produsen, atau koperasi para pekerja pekerja kurang berhasil, karena masalah khusus yang berkaitan dengan jenis koperasi ini, sampai saat ini masih belum dapat di atasi secara praktis. Sesuai dengan fungsi yang dilaksanakan oleh perusahaan koperasi, maka bentuk Koperasi Serba Usaha lebih dominan, yang diharapkan dapat menawarkan berbagai jenis barang dan jasa yang dibutuhkan anggotanya. Untuk meningkatkan efisiensi ekonomis koperasi primer mengadakan amalgamasi menjadi koperasi primer yang lebih besar dan beraplikasi pada organisasi koperasi tingkat skunder atau tersier yang berusaha di tingkat regional dan nasional. Pemerintah negara berkembang menunjang pembentukan organisasi koperasi modern dan membentuk lembaga pemerintah khusus untuk itu (seperti departemen, direktorat, dinas khusus,dan instansi). Lembaga tersebut pendorong pengembangan koperasi, yang memperoleh dana dari negara, swasta, atau dari luar negeri untuk membelanjai kegiatan dalam menjadi organisasi (swadaya) koperasi yang berusaha secara efisien dan berorientasi kepada anggota. Banyak koperasi yang didirikan dengan bantuan pemerinah atau lembaga tersebut masih berada dalam tahap awal dalam pengembangan struktural atau organisasinya, belum mampu bertahan sebagai organisasi koperasi swadaya yang otonom tanpa bantuan langsung bidang keuangan dan manajemen dari pemerintah atau lembaga atau bantuan dari luar negeri. Hal tersebut disebabkan anggota koperasi pedesaan tergolong masih sangat murni, pendidikannya rendah, dan kurang informasi.

37

3.5 Sejarah Koperasi di Indonesia \ Pada masa penjajahan diberlakukan culturstelsel yang mengakibatkan penderitaan bagi rakyat, terutama para petani dan golongan bawah. Peristiwa tersebut menimbulkan gagasan dari seorang Patih Purwokerto: Raden Ario Wiriaatmadja (1895) untuk membantu mengatasi kemelaratan rakyat. Kegiatannya diawali dengan menolong pegawai dan orang kecil dengan mendirikan :Hulpen Spaaren Laudbouwcredeet, didirikan juga: rumah gadai, lumbung desa, dan bank desa. Pada tahun 1908 lahir perkumpulan Budi Utomo didirikan oleh Raden Soetomo yang dalam programnya memanfaatkan sektor perkoperasian untuk menyejahterakan rakyat miskin, dimulai dengan koperasi industri kecil dan kerajinan. Ketetapan kongres Budi Utomo di Yogyakarta adalah antara lain: memperbaiki dan meningkatkan kecerdasan rakyat melalui pendidikan, serta mewujudkan dan mengembangkan gerakan berkoperasi. Telah didirikan: Tokoh Adil sebagai langkah pertama pembentukan Koperasi Konsumsi. Tahun 1915 lahir UU Koperasi yang pertama:Verordening op de Cooperative Vereebiguijen dengan Koninklijk Besluit 7 April 1912 stbl 431 yang bunyinya sama dengan UU Kopersi di Negeri Belanda (tahun 1876) yang kemudiaan diubah tahun 1925. Kesulitannya bagi rakyat Indonesia, anggaran dasar koperasi tersebut harus dalam Bahasa Belanda dan dibuat di hadapan notaris. Tahun selanjutnya diusahakan perkembangan koperasi oleh para pakar dan politisi nasional. Di zaman pendudukan Jepang (1942-1945) usaha koperasi dikoordinasikan/dipusatkan dalam badan koperasi disebut Kumial yang berfungsi sebagai pengumpul barang logistik untuk kepentingan perang. Tujuan Kumial tersebut bertentangan dengan kepentingan ekonomi masyarakat. Fungsi koperasi hanya sebagai alat untuk mendistribusikan bahan kebutuhan pokok untuk kepentingan perang Jepang, bukan untuk kepentingan rakyat Indonesia. Setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan kebijakan ekonominya. Tekad para pemimpin bangsa Indonesia untuk mengubah perekonomian Indonesia yang liberal kapitalistik

38

menjadi tata perekonomian yang sesuai dengan semangat pasal 33 UUD 1945. Bangsa Indonesia bermaksud untuk menyusun suatu sistem perekonomian usaha berdasarkan atas azas kekeluargaan. Bung Hatta menyatakan bangun usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dalam pasal 33 ayat 1 UUD 1945 adalah koperasi. Koperasi adalah bangun usaha yang sesuai dengan sistem perekonomian yang akan dikembangkan di Indonesia. Agar pengembangan koperasi benar sejalan dengan semangat pasal 33 UUD 1945, maka pemerintah melakukan reorganisasi terhadap Jawatan Koperasi dan Perdagangan menjadi Jawatan terpisah. Jawatan Koperasi mengurus pembinaan dan pengembangan koperasi secara intensif dengan menyusun program dan strategi yang tepat. Perkembangan koperasi pada saat itu cukup pesat, karena didukung penuh oleh masyarakat. Usaha pengembangan koperasi mengalami pasang surut mengikuti perkembangan politik. Kongres koperasi, munas-munas. Dan lain untuk pengembangan koperasi terus berlanjut. Tahun 1958: UU No.70/1958 telah lahir UU tentang koperasi yang pada dasarnya berisi tentang cara pembentukan dan pengelolaan koperasi (seperti prinsip Rochdale). Terbit peraturan pemerintah yang maksudnya mendorong pengembangan koperasi dengan fasilitas yang menarik (PP dari Mendikbud) tahun 1959: mewajibkan pelajar menabung dan berkoperasi. Perkembangan tersebut tidak berlanjut, karena partai politik ada yang memanfaatkan koperasi sebagai alat politik untuk memperluas pengaruhnya. Sehingga merusak citra koperasi dan hilang kepercayaan masyarakat terhadap koperasi sebagai organisasi ekonomi yang memperjuangkan peningkatan kesejahteraan mereka. Untuk mengatasi situasi tersebut, Pemerintah Orde Baru memberlakukan UU No.12/1967 untuk rehabilitasi koperasi. Koperasi mulai berkembang lagi, salah satu programnya adalah pembentukan Koperasi Unit Desa (KUD) yang merupakan penyatuan dari beberapa koperasi pertanian kecil di pedesaan dan diintegrasikan dengan pembangunan di bidang lain. Perkembangan koperasi secara kuantitas meningkat, tetapi secara kualitatif masih terdapat banyak kelemahan. Salah satu kelemahan yang menonjol adalah tingginya tingkat

39

ketergantungan koperasi terhadap fasilitas dan campur tangan Pemerintah. Untuk mengatasi kelemahan tersebut UUN No.12/1967 disempurnakan lagi dengan UU No.25/1992. Melalui UU No.25/1992 ada beberapa perubahan yang mendasar pada pengertian koperasi dan berbagai aspek teknis pengelolaannya.

BAB IV ORGANISASI DAN MANAJEMEN KOPERASI4.1 Pemikiran Dasar Organisasi Koperasi Sesuai dengan karakteristiknya, maka suatu organisasi koperasi dapat dilihat dari hal-hal berikut. Substansinya adalah suatu sistem sosio ekonomis. Hubungannya dengan lingkungan adalah suatu sistem yang terbuka. Pemanfaatan sumber dayanya adalah suatu sistem ekonomi. Sesuai dengan prinsip koperasi di mana anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa (= konsumen) koperasi, yang dapat menjadi anggota koperasi ialah setiap warga negara Indonesia yang mampu melakukan tindakan hukum atau koperasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan

4.2 Anggota Koperasi Sebagai Individu dan Usaha Ekonomi

40

dalam anggaran dasar koperasi. Koperasi dapat memiliki anggota luar biasa yang persyaratan, hak, dan kewajiban keanggotaannya ditetapkan dalam anggaran dasar. Berpegang pada pengertian koperasi, maka ada beberapa prinsip, yaitu sebagai berikut. a. Keanggotaan koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha koperasi. b. Keanggotaan koperasi tidak dapat dipindahtangankan. c. Setiap anggota mempunyai kewajiban dan hak yang sama terhadap koperasi sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar. Setiap anggota mempunyai kewajiban seperti sebagai berikut. a. Memenuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta keputusan yang telah disepakati dalam Rapat Anggota. b. Berpatisipasi dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas kekeluargaan. Setiap anggota mempunyai hak sebagai berikut. a. Menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam Rapat Anggota. b. Memilih atau dipilih menjadi anggota Pengurus atau Pengawas. c. Meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar. d. Mengemukakan pendapat atau saran kepada Pengurus di luar Rapat Anggota, baik diminta maupun tidak diminta. e. Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara sesama anggota. f. Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar. Selain kepentingan para anggota akan pelayanan koperasi yang bersifat menunjang usaha ekonominya, terdapat juga kepentingan lain yang disebut nonekonomis yang juga mendorong para anggotanya yang bergabung dalam kelompok koperasi itu. Berbagai gejala ekonomi dan koperasi sering dibuat atas dasar model homo economicus dan homo cooperativus, maka pendekatan modern semakin diperlukan pada struktur yang semakin rumit mengenai motivasi pribadi dalam rangka menjelaskan perilaku ekonomi, termasuk perilaku yang berorientasi pada koperasi. Dalam hubungan ini dapat dikemukakan konsepsi mengenai

41

motivasi dan pencapaian tujuan yang telah digunakan untuk menjelaskan mengenai perilaku kewirausahawan yang bersifat inovatif dan yang berhubungan dengan organisasi koperasi dan perintisan serta pembentukan koperasi pada khususnya. Namun demikian, motif dari para individu untuk merintis dan memasuki koperasi tidak hanya terbatas pada keuntungan yang bersifat ekonomis, melainkan meliputi motif-motif seperti keamanan fisik dan emosional, kekuasaan, kehormatan, kedudukan sosial, dan motif lain yang lebih tinggi dan yang bersifat dermawan/luhur. Pada anggota koperasi sebagai individu dapat memiliki motivasi yang beraneka ragam dan rumit untuk merintis dan memasuki kelompok koperasi. Namun, keikutsertaannya yang memberikan manfaat dalam transaksi barang dan jasa yang efisien secara ekonomis disediakan oleh koperasi. Pengalaman yang menunjukan bahwa merupakan alasan utama mengapa para individu mengambil keputusan untuk mempertahankan hubungan bisnis yang erat dengan koperasi dan untuk memberikan konteribusinya terhadap pertumbuhan perusahaan ekonomi. Partisipasi Anggota dalam Koperasi Sesuai dengan peran ganda yang ditandai oleh prinsip identitas[lihat gambar 2.2], maka partisipasi anggota dapat dibagi sebagai berikut. 1.Dalam kedudukannya sebagai pemilik,aktif dalam dua hal di bawah ini. -Memberikan kontribusinya dalam bentuk keuangan terhadap pembentukan dan Pertumbuhan perusahaan koperasinya dan melalui usaha-usaha pribadinya. -Mengambil bagian dalam penetapan tujuan pembuatan keputusan dan dalam Proses pengawasan terhadap tata kehidupan koperasinya. 2.Dalam kedudukan sebagai pelanggan/pemakaian,memanfaatkan berbagai kesempatan yang bersifat menunjang kepentingan yang disediakan perusahaan koperasinya. Insentif dan Kontribusi Anggota Koperasi Pada dasarnya setiap anggota akan memperhitungkan keputusannya untuk masuk organisasi koperasi dan untuk memelihara hubungan

42

secara aktif, jika seluruh insentif yang diperolehnya lebih besar atau sekurangkurangnya sama besar dengan kontribusi yang harus diberikan. Sehubungan dengan itu dapat dikelompokan sebagai berikut. 1. Usaha peningkatan secara efisien melalui penyediaan barang dan jasa oleh perusahaan koperasi merupakan perangsang yang sangat penting bagi sebagian besar anggota untuk turut memberikan kontribusinya. 2. Kontribusi para anggota dalam pembentukan dan pertumbuhan koperasi dalam bentuk saran, keuangan, sumber daya, dan tenaga kerja akan dinilai oleh para anggota atas dasar biaya oportunitas. 3. Partisipasi dalam penepatan tujuan, dalam pembuatan keputusan mengenai berbagai kegiatan, dan dalam pengawasan tata kehidupan koperasinya dapat merupakan suatu insentif atau suatu kontribusi dalam dua hal dibawah ini. - Jika anggota diberi kemungkinan untuk memasukkan tujuan bagi koperasi menjadi tujuan dari kelompok dan dari organisasi koperasi, maka ia anggap kesempatan partisipasi tersebut sebagai perangsang. - Jika partisipasinya dalam rapat dan diskusi kelompok memakan waktu dan biaya, maka para anggota akan mempertimbangkan biaya oportunitasnya (kontribusi). Kecakapan/kemampuan Anggota sehubungan dengan partisipsi efektif dalam koperasi ditinjau dari peran anggota sebagai pemilik. Kesediaannya untuk bekerja sama dan kesiapannya untuk mengubah perilaku tradisional dan ikut serta dalam suatu organisasi swadaya yang inovatif dan berorientasi pada anggota. Sumber daya yang tersedia padanya untuk memberi kontribusinya pada pembentukan perusahaan koperasi. Tingkat pendidikannya dan informasi yang dibutuhkannya agar mampu turut serta secara aktif dalam diskusi dan keputusan yang berhubungan dengan penetapan sasaran, perumusan kebijakan, dan pengendalian atas prestasi perusahaan koperasinya.

43

4.3 Perangkat Organisasi Koperasi Sesuai dengan karakteristiknya maka suatu organisasi koperasi dapat dilihat dari segi subtansinya, yaitu terkait dengan sistem sosio ekonomis yang lebih menekankan pada segi kebutuhan bermasyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Abraham H.Maslow bahwa manusia mempunyai kebutuhan antara lain untuk hidup bermasyarakat, saling mengikatkan diri sesama warga, bersosialisasi. Segi yang lain adalah berorganisasi untuk pemanfaatan sumber dayanya, yang cenderung guna kepentingan kebutuhan hidup, material/ekonomis jadi ditekankan pada sistem ekonomi. Dalam bab terdahulu telah diuraikan perintisan dan asal mulanya organisasi koperasi terbentuk. Dapat kita pahami adanya keperluan kuat untuk mengadakan langkah-langkah konkret dari masyarakat untuk membentuk organisasi koperasi modern, terutama diwilayah pedesaan atau di nagara berkembang. Sebelumnya apa pengertian organisasu atau berorganisasi itu? Pandangan klasik merumuskan: organisasi adalah struktur keterkaitan, kekuatan, tujuan, peranan, aktivitas, komunikasi, dan faktor-faktor lain yang ada dalam kerja sama orangorang. Organisasi merupakan suatu mekanisme dari struktur yang mampu menggerakkan kerja sama secara efektif. Oleh karena itu, organisasi merupakan perangkat atau sarana utama untuk mengelola suatu usaha dalam hal ini adalah usaha koperasi. Organisasi sebagai perangkat dalam mengelola usaha koperasi terdiri atas penjabaran fungsi-fungsi untuk mengelola usaha dalam organisasi berupa: Perankat organisasi, Kewenangan (authorities) dan sinkronisasinya, Uraian tugas (job description) dan hubungannya antara petugas, Pelaksanaan dari kebijakan (implementation) yang juga meliputi ketentuan tata cara kerja. Perangkat Organisasi Koperasi (lihat gambar 4.1) yang terdiri atas Rapat Anggota, Pengurus, dan Pengawas akan diuraikan secara terinci menurut tingkat hierarki, koordinasi, dan uraian tugasnya masing-masing.

44

Rapat Anggota Pengawas Pengurus

Gambar 4.1 Perangkat Organisasi Koperasi Rapat Anggota merupakan instansi tertinggi yang menentukan kebijakan koperasi, menentukan antara lain arah perkembangan koperasi serta menetapkan cara menetapkan sisa hasil usaha. Dalam badan usaha nonkoperasi Rapat Anggota dapat disamakan dengan Rapat Umum Pemegang Saham. Suatu hal yang unik tentang koperasi dapat dikemukakan: Koperasi adalah suatu bisnis dari pengguna pemilik dan pengguna pengendali yang membagi keuntungannya atas dasar jasa para anggotanya;secara spesifik dikatakan bahwa ada 3 konsep atau prinsip yang mendasari koperasi, yaitu: konsep user-owner, konsep user-control dan konsep user-benefit atau ada yang menyebutkan anggota koperasi mempunyaiprinsip identitas, yaitu sebagai pemilik sekaligus pelanggan. Agar pembahasan tentang organisasi menjadi realistik, maka perlu mengikuti apa yang diteentukan dalam Undang-Undang Tentang Perkoperasian (UU No.25 tahun 1992) yang khusus mengatur hal-hal berkaitan dengan organisasi koperasi sebagai berikut. 4.3.1 Rapat Anggota 1. Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Rapat Anggota menetapkan anggaran dasar dari koperasi, menetapkan juga kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen, dan usaha koperasi, menentukan pemilihan

45

anggota pengurus, pengangkatan dan pemberhentian Pengurus dan Pengawas. Selain hal-hal tersebut, menyusun rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi, serta pengesahan laporan keuangan. Pada pengesahan laporan keuangan biasanya dilanjutkan dengan menetapkan pembagian hasil usaha. Pada badan-badan koperasi yang telah berkembang maju, maka anggota juga membahas penggabungan, peleburan, pembagian yang dimungkinkan untuk rencana pengembangannya. 2. Cara penyelenggaraan Rapat Anggota Keputusan Rapat Anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila tidak diperoleh keputusan dengan cara musyawarah, maka pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak. Dalam hal dilakukan pemungutan suara, setiap anggota mempunyai hak satu suara. Hak suara dalam koperasi sekunder dapat diatur dalam anggaran dasar dengan mempertimbangkan jumlah anggota dan jasa usaha koperasi secara berimbang. 3. Rapat Anggota berhak meminta keterangan dan pertanggungjawaban dari Pengurus mengenai pengelolaan koperasi; rapat tersebut diadakan paling sedikit sekali dalam I (satu) tahun. Dalam rapat tersebut dibahas tentang anggaran belanja, kebijakan yang perlu dan khusus tentang pengesahan dimaksud, perlu diselenggarakan untuk mengesahkan pertanggungjawaban Pengurus paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku ditutup. 4. Rapat Anggota Luar Biasa.Selain Rapat Anggota sebagaimana dimaksud di atas maka Koperasi dapat melakukan Rapat Anggota Luar Biasa apabila keadaan mengharuskan adanya keputusan segera yang wewenangnya ada pada Rapat Anggota. Rapat Anggota Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan sejumlah anggota koperasi atau atas keputusan pengurus yang tata caranya diatur dalam Anggaran Dasar. Persyaratan, tata cara, dan tempat penyelenggaraan Rapat Anggota dan Rapat Anggota Luar Biasa diatur dalam Anggaran Dasar. 4.3.2 Pengurus

46

Pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam Rapat Anggota. Untuk pertama kali, susunan dan nama anggota Pengurus dicantumkan dalam akta pendirian dan dengan masa jabatan Pengurus paling lama 5 (lima) tahun. Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat menjadi anggota Pengurus ditetapkan dalam anggaran dasar. Pengurus diberi wewenang untuk menyeenggarakan Rapat Anggota. (1) Pengurus bertugas: Mengelola koperasi dan kegiatan usahanya; mengajukan rancangan rencana kerja

4.4 manajemen koperasi menurut the contemporer busines dictinary, management mempunyai dua nama, yaitu : pertama, proses perencanaan, pengorganisasian,pelaksanaan an pengawasn perusahaan mencapai sasarn tertentu:kedua, para pemimpin perusahaan. Dalam buku ini digunkan istilah managment menurut pengertian yang diatas fungsi fungsi manajemen koperasi pada hakikatnya manajmen dapat disimpulkan sebagai suatu rangkain tindakan sistematik untuk mengnedalikan dan memanfaatkan sagla faktor sumber daya untuk mencapai sautu tujuan tertentu. Maka ada unsur uama yang terdapat dalam pengertian manajmen yaitu unsur pengendalian dan unsur pemanfaatan 4.5 manajer perusahaan koperasi pada koperasi modern, fungsi yang harus dilaksankan olh perusahaan koperasi dilakukan oleh orang orang (sebagai nanggoa atau bukan anggota) yang diperkerjkan oleh koperasi yang diserahi tanggun jawab untuk melaksankan berbagai tugas disebut manajer koperasi 4.6 kewirausahaan

47

dalam bab terdahlu teah dibahas tentang wirausaha yang sangat diperlukan dalam mengurus dan mengmebngakan suatu usaha, baik berbadan hukum perseorangan maupun bagi usaha. 4.7 pembentukan koperasi dan pembubaran koperasi koperasi primer dibentuk oleh sekurang kurangnya 20 puluh orang, sedangkan koperasi sekunder sekurang 3 koperasi. Pembentukan koperasi sebgaimana dimaksud di atas dilakukan dengan akat pendirian yang memuat anggaran dasar. 4.8 jenis jenis organisasi koperasi koperasi dalam arti sosio ekonomis dan koperasi dalam arti hukum 1. koperasi dalam arti sosio ekonomi, mempunyai ciri ciri sebagai berikut;tidak terdaftar menurut uuud koperasi , tetapi menurut uud modern 2. koperasi dalam arti hukum yaitu organisasi koperasi yang terdaftar menurut ketentuan uud koperasi dari suatu negara.

BAB V PERMODALAN KOPERASI5.1 Latar Belakang Setiap kegiatan usaha yang mengharapkan akan berkembang dan maju, selalu memerlukan dana untuk membiayai keperluan operasional dan investasi. Dana tersebbut diperoleh dari pemasukan pemilik usha dan sumber sumber lain,seperti pinjaman pihak ketiga, bank-bank. Bagi koperasi sangat beebda keaadaanyanya 5.2 perencanaan kebutuhan modal Semakin berkembangnya kegiatan usaha koperasi dewasa ini dan semakain besarnya dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha koperasi , baik yang bersal dari dana intern (modal sendiri) maupun modal ekstern , maka semakin berrat pula taanggung jawab manajmen. Pengendalian pernggunaan dana dan pengawasannyaakan berjala baik baik apbaila telah menerapkan sistem perencanaan anggaran yangsesaui dan memadai. Macam anggaran belanja koeparasi dan anggran keuangan

48

Yaitu : 1. anggaran belanja koperasi adalah suatu perencanaan dalam bentuk uang atas kegiatan yang akan dilaksanakan pada waktu yang akan daatng dan digambarkan dalam bentuk angka suatu peride tertentu. 2. Anggaran keuangan adalah pendapatn koperasi jika diolahat dari keluar masukna uang bisa anggran keuangan. 5.3 Sumber Permodalan Koperasi mempunyai prinsip Member Based Oriented Activity, bukan Capital Based Oriented Activity, sehingga pembentukan modal sendiri (Equity) tergantung pada besarnya simpanan simpanan para anggotanya dan jumlah anggota koperasi tersebut. Modal koperasi tidak dibentuk dari penyertaan modal dari luar atau dari bukan anggota, maka tumbuhnya sangat lambat. Hal ini disebabkan karena : pertama, penyertaan modal anggota dalam koperasi bukan merupakan sumber bagi pembagian keuntungan, seperti halnya pada Perseroan Terbatas (PT), kondisi demikian tidak memberi manfaat bagi calon investor yang ingin menanam modalnya; kedua, sesuai prinsip lainnya dari koperasi dimana para anggota terbatas bebas untuk keluar masuk organisasi tersebut, maka mundurnya anggota dari koperasi akan menjadikan modal koperasi berkurang, setidaknya akan terjadi ketidakstabilan (Instability) dalam permodalan sendiri. Menurut UU No. 25/1992 modal koperasi terdiri atas : 1. Modal Sendiri, adalah modal yang menanggung risiko atau disebutequity yang berasal dari simpanan simpanan berikut : a. Simpanan Pokok, yaitu sejumlah uang yang sama banyaknya dengan yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. b. Simpanan Wajib, yaitu jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. c. Dana Cadangan, yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk menutup modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.

49

2. 3.

Modal Pinjaman, adalah modal yang berasal dari para anggota sendiri atau dari Modal Penyertaan, yaitu modal yang bersumber dari pemerintah atau dari

koperasi lain atau dari lembaga lembaga keuangan atau bank. masyarakat dalam bentuk investasi. Kredit yang berasal dari bank, himpunan anggota dan masyarakat harus dikelola secara baik dan terpercaya, maka pemberian kredit kepada pihak yang memerlukan harus pula memenuhi beberapa kriteria yang lazim digunakan dunia perbankan, yaitu 4P : 1. Personality : Bank mencari data tentang kepribadian pihak pimpinan koperasi atau wirausaha koperasi untuk dinilai apakah bisa diberi kepercayaan mengurus koperasi dan tidak akan menyimpang penggunaan dana tersebut. 2. Purpose : Bank memperdalam pengetahuan tentang tujuan penggunaan kredit tersebut dan untuk jenis usaha apa, serta sesuai atau tidak dengan tugas bank sendiri dalam pemberian kredit. 3. Prospect : Dengan mempelajari laporan koperasi masa lalu dan memprediksi masa depan bank ingin meneliti apakah koperasi bisa berkembang dengan menggunakan kredit tersebut, terutama menghadapi persaingan pasar. 4. Payment : Dari perhitungan perhitungan realisasi masa lalu serta budget masa mendatang serta kepercayaan terhadap management koperasi, bank ingin mempunyai gambaran apakah koperasi nanti mampu mengangsur kembali uangnya sesuai dengan waktu yang dijadwalkan. Selain formula 4P ada pula yang biasa digunakan dunia bank dalam menilai calon peminjam, yaitu 5C yang terdiri atas 1. Character : pendapatan pribadi wirausahawan 2. Capacity : kemampuan koperasi untuk mengatasi persaingan dalam bisnisnya 3. Capital : besarnya modal yng dimiliki dan yang akan diperlukan serta bagaimana menempatkan dana dalam mengembangkan koperasi 4. Collateral : apa jaminan fisik dan non fisik atas pinjaman tersebut

50

5. Condition : kondisi perekonomian atau aspek lain yang bisa memengaruhi usaha koperasi yang diperhitungkan, agar koperasi dapat memanfaatkan pinjaman dengan baik. 5.4 pendapatn koperasi Dalam kedudukannya sebagai pemilik, anggota koperasi memberikan kontribusi modal kepada koperasi, yang sistemnya diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi. Sedangkan dalam kedudukannya sebagai pengguna jasa koperasi, maka anggota koperasi memanfaatkan pelayanan pelayanan koperasi yang sengaja diselenggarakan untuk mereka. Adapun jasa pelayanan koperasi diantaranya adalah memasarkan atau menjual produk produk yang dihasilkan oleh para anggota ke pasar konsumen. Dengan harga jual koperasi ke konsumen misalnya sebaesar Rp.300.00 koperasi membayar kepada anggota produsen sebesar Rp.200.00 berarti ada selisih harga (yang diambil koperasi) sebesar Rp. 100.00. Uang sebesar Rpp. 100.00 tersebut diperolehkoperasi dengan cara mengurangkan harga penjualan barang terhadap penjualan barang terhadap harga tembusannya kapada anggota, dipergunakan oleh koperasi untuk memenuhi segala kebutuhan biaya dalam rangka menjalankan tugas tugas yang dibebankan oleeh anggota kepadanya. Menurut pasal 45 ayat 1, uang selisih dari laba operasi da