Tugas Dr Tres Refrat

23
II. KANKER SERVIK A. Definisi Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama atau vagina (Depkes RI, 2009).Kanker ini menyerang wanita yang pernah atau sedang dalam sexually active yang menyerang usia 15-45 tahun (Satmoko,2009). B. Etiologi Peristiwa kanker serviks diawali dari sel serviks normal yang terinfeksi oleh HPV (Human papillomavirus). Infeksi HPV umumnya terjadi setelah wanita melakukan hubungan seksual. Sebagian infeksi HPV bersifat hilang timbul, sehingga tidak terdeteksi dalam kurun waktu kurang lebih dua tahun pasca infeksi. Hanya sebagian kecil saja dari infeksi tersebut yang menetap dalam jangka lama, sehingga menimbulkan kerusakan lapisan lendir menjadi prakanker (Sinta et al ., 2010). Human papillomavirus, sampai saat ini telah diketahui memiliki lebih dari 100 tipe, dimana sebagian besar diantaranya tidak berbahaya dan akan lenyap dengan sendirinya. Dari 100 tipe HPV tersebut, hanya 30 diantaranya

description

rizqun

Transcript of Tugas Dr Tres Refrat

Page 1: Tugas Dr Tres Refrat

II. KANKER SERVIK

A. Definisi

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi pada serviks (leher

rahim) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang

senggama atau vagina (Depkes RI, 2009).Kanker ini menyerang wanita yang pernah atau

sedang dalam sexually active yang menyerang usia 15-45 tahun (Satmoko,2009).

B. Etiologi

Peristiwa kanker serviks diawali dari sel serviks normal yang terinfeksi oleh HPV (Human

papillomavirus). Infeksi HPV umumnya terjadi setelah wanita melakukan hubungan

seksual. Sebagian infeksi HPV  bersifat hilang timbul, sehingga tidak terdeteksi dalam

kurun waktu kurang lebih dua tahun pasca infeksi. Hanya sebagian kecil saja dari infeksi

tersebut yang menetap dalam jangka lama, sehingga menimbulkan kerusakan lapisan

lendir menjadi prakanker (Sinta et al ., 2010). Human papillomavirus, sampai saat ini telah

diketahui memiliki lebih dari 100 tipe, dimana sebagian besar diantaranya tidak berbahaya

dan akan lenyap dengan sendirinya. Dari 100 tipe HPV tersebut, hanya 30 diantaranya

yang beresiko kanker serviks. Adapun tipe yang beresiko adalah HPV 16, 18, 31, dan 45

yang sering ditemukan pada kanker maupun lesi prakanker serviks, yaitu menimbulkan

kerusakan sel lendir luar menuju keganasan. Dari tipe-tipe ini, HPV tipe 16 dan 18

merupakan penyebab tersering kanker serviks yang terjadi di seluruh dunia. HPV tipe 16

mendominasikan infeksi (50-60%) pada  penderita kanker serviks disusul dengan tipe 18

(10-15%) (Sinta et al ., 2010).

C. Tanda dan Gejala

Gejala awal kondisi pra-kanker umumnya ditandai dengan ditemukannya sel-sel abnormal

serviks yang dapat ditemukan melalui tes Pap Smear. Sering kali kanker serviks tidak

Page 2: Tugas Dr Tres Refrat

menimbulkan gejala. Namun bila sel-sel abnormal ini  berkembang menjadi kanker

serviks, barulah muncul gejala-gejala sebagai  berikut ( Azis et al.,2006) :

1) Pendarahan muncul setelah melakukan koitus atau perdarahan menstruasi lebih banyak

atau timbul perdarahan menstruasi lebih sering.

2) Pendarahan vagina yang tidak normal seperti :

Pendarahan di antara periode menstruasi yang regular

Pendarahan di luar waktu haid

Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya

Pendarahan sesudah menopause

3) Kelainan pada vagina (keluarnya cairan kekuningan, berbau)

4) Rasa sakit saat berhubungan seksual , nyeri pada pinggul

5) Apabila kanker sudah berada pada stadium lanjut bisa terjadi perdarahan spontan dan

nyeri pada rongga panggul.

D. Faktor Resiko

Faktor Resiko Menurut Diananda (2007), faktor yang mempengaruhi kanker serviks

yaitu: 

1) Usia > 35 tahun Pada usia tersebut mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim.

Meningkatnya risiko kanker leher rahim  pada usia lanjut merupakan gabungan dari

meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta

makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia.

2) Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap terlalu muda untuk melakukan hubungan

seksual dan berisiko terkena kanker leher rahim 10-12 kali lebih besar daripada mereka

yang menikah pada usia > 20 tahun. Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang

wanita  benar-benar matang. Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa yang

terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru

Page 3: Tugas Dr Tres Refrat

matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Hal ini  berkaitan dengan kematangan

sel-sel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang.

Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan

dari luar termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena masih rentan, sel-sel

mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel kanker selalu berubah setiap saat

yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan adanya rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak

dari sel yang mati, sehingga perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini

akhirnya  bisa berubah sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks

dilakukan pada usia di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan

terhadap perubahan.

3) Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti  pasangan.

Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit kelamin, salah

satunya Human Papilloma Virus (HPV) . Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan

mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak sehingga tidak terkendali sehingga

menjadi kanker.

4) Penggunaan antiseptik. Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan

antiseptik maupun deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang

terjadinya kanker.

5) Wanita yang merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker

serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan,

lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di

dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping

meropakan ko-karsinogen infeksi virus. Nikotin, mempermudah semua selaput lendir

sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-

Page 4: Tugas Dr Tres Refrat

paru maupun serviks. Namun tidak diketahui dengan pasti berapa banyak jumlah nikotin

yang dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker leher rahim.

6) Paritas (jumlah kelahiran). Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak,

apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari berbagai literatur yang ada,

seorang perempuan yang sering melahirkan (banyak anak) termasuk golongan risiko

tinggi untuk terkena penyakit kanker leher rahim. Dengan seringnya seorang ibu

melahirkan, maka akan  berdampak pada seringnya terjadi perlukaan di organ

reproduksinya yang akhirnya dampak dari luka tersebut akan memudahkan timbulnya

Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker leher

rahim.

7) Imunosupressi . HIV merupakan virus penyebab AIDS yang dapat menyebabkan penurun

dan pengrusakan sistem kekebalan tubuh manusia, Pada wanita dengan penderita AIDS

meningkatkan faktor resiko terjadinya infeksi HPV.(Gray et al.,2010).

8) Kontrasepsi oral

WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan penggunaan kontrasepsi oral

dengan risko terjadinya kanker serviks, menyimpulkan bahwa sulit untuk

menginterpretasikan hubungan tersebut mengingat bahwa lama penggunaan kontraseps

oral berinteraksi dengan factor lain khususnya pola kebiasaan seksual dalam

mempengaruhi resiko kanker serviks. Selain itu, adanya kemungkinan bahwa wanita

yang menggunakan kontrasepsi oral lebih sering melakukan pemeriksaan

serviks,sehingga displasia dan karsinoma in situ nampak lebih frekuen pada kelompok

tersebut. Diperlukan kehati-hatian dalam menginterpretasikan asosiasi antara lama

penggunaan kontrasepsi oral dengan resiko kanker serviks karena adanya bias dan faktor

confounding (American Cancer Society, 2014).

Page 5: Tugas Dr Tres Refrat

E. Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000 ( Liewellyn, 2001 ).

Stadium Keterangan

Stadium 0 Kasinoma in situ, karsinoma intra epitel

Stadium I Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke korpus

uteri diabaikan)

Stadium Ia Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik,

lesi yang dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang

sangat superficial dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman

invasi ke stroma tidak lebih dari 5mm dan lebarnya lesi tidak lebih

dari 7mm

Stadium Ia 1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3mm dan lebar

tidak lebih dari 7mm

Stadium Ia 2 Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3mm tapi kurang dari

5mmm dan lebar tidak lebih dari 7mm

Stadium Ib Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis tidak lebih dari Ia

Stadium Ib1 Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4cm

Stadium Ib2 Besar lesi secara klinis lebih besar dari 4 cm

Stadium II Telah melibatkan vagina, tapi belum sampai 1/3 bawah atau

infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul

Stadium IIa Telah melibatkan vagina, tapi belum melibatkan parametrium

Stadium IIb Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding panggul

Stadium III Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan

sampai dinding panggul. Dengan hidroneprosis atau gangguan

fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan

Page 6: Tugas Dr Tres Refrat

ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain.

Stadium IIIa Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum

mencapai dinding panggul

Stadium IIIb Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidroneprosis atau

gangguan fungsi ginjal

Stadium IV Perluasan ke luar organ reproduktif

Stadium IVa Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum

Stadium IVb Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul

F. Pencegahan

Pencegahan dan deteksi dini dari kanker serviks menurut The American Cancer

Asociation Guidelines tahun 2014 bahwa wanita wanita untuk mencegah terjadinya kanker

serviks dan menilai perkembangan dari kondisi pra-kanker, maka tindakan pencegahan

terpenting harus segera dilakukan.

- Menghindari faktor-faktor risiko yang sudah diuraikan di atas. Misalnya: Tidak

berhubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan, penggunaan kondom (untuk

mencegah penularan infkesi HPV), tidak merokok, selalu menjaga kebersihan, menjalani

pola hidup sehat, melindungi tubuh dari paparan bahan kimia (untuk mencegah faktor-

faktor lain yang memperkuat munculnya penyakit kanker ini).

- Melakukan Skrining dan penapisan untuk menentukan adanya infeksi HPV atau

menemukan lesi prakanker untuk dilakukan pengobatan, antara lain ( Massad et al.,2013):

Tes Pap Pap smear atau mencari prekanker, perubahan sel pada leher rahim yang

dapat menjadi kanker serviks jika tidak diobati dengan tepat. Mulai dilakukan

Page 7: Tugas Dr Tres Refrat

pada usia 21- 22 tahun.dilakukan pada saat tidak haid dan tidak melakukan

hubungan badan selama 1-2 hari.

Papillomavirus test (HPV) manusia mencari virus yang dapat menyebabkan

perubahan sel. Yang paling penting yang dapat dilakukan untuk membantu

mencegah kanker serviks adalah dengan melakukan tes skrining rutin.Jika hasil

tes pap smear normal, kesempatan untuk mendapatkan kanker serviks dalam

beberapa tahun ke depan sangat rendah. Untuk alasan itu, tidak perlu lagi tes Pap

selama tiga tahun. Pada usia 30 tahun atau lebih tua, dapat memilih untuk

memiliki tes HPV bersama dengan tes Pap. Jika kedua hasil tes normal,

bisKolposkopi Kolposkopi merupakan pemeriksaan serviks dengan menggunakan

alat kolposkopi yaitu alat yang disamakan dengan mikroskop bertenaga rendah

pembesaran antara 6-40 kali dan terdapat sumber cahaya di dalamnya. Kolposkopi

dapat meningkatkan ketepatan sitologi menjadi 95%. Alat ini pertama kali

diperkenalkan di Jerman pada tahun 1925 oleh Hanz Hinselmann untuk

memperbesar gambaran permukaan porsio sehingga pembuluh darah lebih jelas

dilihat. Pada alat ini juga dilengkapi dengan filter hijau untuk memberikan kontras

yang baik pada pembuluh darah dan jaringan. Pemeriksaan Kolposkopi dilakukan

untuk konfirmasi apabila hasil test  pap smear abnormal dan juga sebagai

penuntun biopsi pada lesi serviks yang dicurigai.

Biopsi dilakukan di daerah yang abnormal jika sambungan skuamosa kolumnar

yang terlihat seluruhnya dengan menggunakan kolposkopi. Biopsi harus dilakukan

dengan tepat dan alat biopsi harus tajam dan diawetkan dalam larutan formalin

10% sehingga tidak merusak epitel.

Tes IVA adalah skrining yang dilakukan dengan memulas serviks menggunakan

asam asetat 3–5% dan kemudian diinspeksi secara kasat mata oleh tenaga medis

Page 8: Tugas Dr Tres Refrat

yang terlatih. Setelah serviks diulas dengan asam asetat, akan terjadi perubahan

warna pada serviks yang dapat diamati secara langsung dan dapat dibaca sebagai

normal atau abnormal.

Program Skrining Oleh WHO :

- Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun

- Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun

- Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun dan

optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun.

- Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup

memiliki dampak yang cukup signifikan.

- Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1

tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun

Kolonisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks sehingga bagian

yang dikeluarkan berbentuk kerucut. Kolonisasi dilakukan apabila proses

dicurigai berada di endoservik, lesi tidak tampak seluruhnya dengan permukaan

kolposkopi, dan ada kesenjangan antara hasil sitologik dengan histopatologik

Vaksinasi

Vaksin merupakan cara terbaik dan langkah perlindungan paling aman bagi

wanita dari infeksi HPV tipe 16 dan 18. Vaksin akan meningkatkan kemampuan

sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan menghancurkan virus ketika masuk

ke dalam tubuh, sebelum terjadi infeksi. Vaksin melindungi terhadap infeksi

dengan jenis HPV selama 6 sampai 8 tahun. Hal ini tidak diketahui apakah

perlindungan berlangsung lebih lama. Vaksin-vaksin tidak melindungi perempuan

yang sudah terinfeksi dengan HPV. Vaksin dibuat dengan teknologi rekombinan,

vaksin berisi VLP (virus like protein) yang merupakan hasil cloning dari L1 (viral

Page 9: Tugas Dr Tres Refrat

capsid gene) yang mempunyai sifat imunogenik kuat. Dalam hal ini

dikembangkan 2 jenis vaksin:

1. Vaksin pencegahan untuk memicu kekebalan tubuh humoral agar dapat

terlindung dari infeksi HPV.

2. Vaksin Pengobatan untuk menstimulasi kekebalan tubuh seluler agar sel yang

terinfeksi HPV dapat dimusnahkan.

Respon imun yang benar pada infeksi HPV memiliki karakteristik yang kuat,

bersifat lokal dan selalu dihubungkan dengan pengurangan lesi dan bersifat

melindungi terhadap infeksi HPV genotif yang sama . Dalam hal ini, antibodi

humoral sangat berperan besar dan antibodi ini adalah suatu virus neutralising

antibodi yang bisa mencegah infeksi HPV dalam percobaan invitro maupun

invivo. Kadar serum neutralising hanya setelah fase seroconversion dan kemudian

menurun.

Kadar yang rendah ini berhubungan dengan infeksi dari virus. HPV yang

bersifat intraepitelial dan tidak adanya fase keberadaan virus di darah pada infeksi

ini. Selanjutnya protein L1 diekspresikan selama infeksi produktif dari virus HPV

dan partikel virus tersebut akan terkumpul pada permukaan sel epitel tanpa ada

proses kerusakan sel dan proses radang dan tidak terdeteksi oleh antigen

presenting cell dan makropag. Oleh karena itu partikel virus dan kapsidnya

terdapat dalam kadar yang rendah pada kelenjar limfe dan limpa, di mana kedua

organ tersebut adalah organ yang sangat berperan dalam proses kekebalan tubuh.

Meskipun dalam kadar yang rendah, antibodi tersebut bersifat protektif terhadap

infeksi virus HPV.

Yang sebaiknya dimiliki oleh vaksin HPV pencegah kanker serviks adalah

Page 10: Tugas Dr Tres Refrat

1. Memberikan perlindungan yang adekuat terhadap infeksi HPV penyebab

kanker serviks.

- Melawan virus tersering dan agresif penyebab kanker

- Memberikan perlindungan tambahan dari tipe virus HPVlain yang juga

menyebabkan kanker.

2. Respon imun tubuh yang baik akan menghasilkan neutralizing antibodies yang

tinggi.

3. Dapat memberikan perlindungan yang jangka panjang.

4. Memberikan perlindungan tinggi hingga ke lokasi infeksi (serviks).

5. Profil keamanan yang baik

6. Affordable (Terjangkau lebih banyak perempuan).

Rekomendasi pemberian vaksin

Vaksin profilaksis akan bekerja efisien bila vaksin tersebut diberikan sebelum

individu terpapar infeksi HPV. Vaksin mulai dapat diberikan pada wanita usia 10

tahun. Berdasarkan pustaka vaksin dapt diberikan pada wanita usia 10-26 tahun

(rekomendasi FDA-US), penelitian memperlihatkan vaksin dapat diberikan sampai

usia 55 tahun

Dosis dan cara pemberian vaksin:

Vaksin ini diberikan intramuskuler 0,5 cc diulang tiga kali, (Dianjurkan

pemberian tidak melebihi waktu 1 tahun). Pemberian booster (vaksin ulangan),

respon antibodi pada pemberian vaksin sampai 42 bulan, untuk menilai efektifitas

vaksin diperlukan deteksi respon antibodi. Bila respon antibodi rendah dan tidak

mempunyai efek penangkalan maka diperlukan pemberian Booster. Vaksin

dikocok terlebih dahulu sebelum dipakai dan diberikan secara muskuler sebanyak

0,5 dan sebaiknya disuntikkan pada lengan (otot deltoid)

Page 11: Tugas Dr Tres Refrat

Contoh :

1. Penyuntikan 1 : Januari

2. Penyuntikan 2 : Februari / Maret

3. Penyuntikan 3 : Juli

1. PENATALAKSANAAN

Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara

histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup

melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim kanker / tim onkologi) Tindakan

pengobatan atau terapi sangat bergantung pada stadium kanker serviks saat didiagnosis.

Dikenal beberapa tindakan (modalitas) dalam tata laksana kanker serviks antara lain

(Rijkaart DC et al.,2012):

a. Terapi Lesi Prakanker Serviks

Penatalaksanaan lesi prakanker serviks yng pada umunya tergolong NIS (Neoplasia

Intraepital Serviks) dapat dilakukan dengan observasi saja, medikamentosa, terapi

destruksi dan terapi eksisi.

b. Terapi NIS dengan destruksi lokal

Tujuannya metode ini untuk memusnahkan daerah-daerah terpilih yang mengandung

epitel abnormal yang nkelak akan digantikan dengan epitel skuamosa yang baru.

Krioterapi adalah suatu cara penyembuhan penyakit dengan cara mendinginkan

bagian yang sakit sampai dengan suhu 00 C. Pada suhu sekurang-kurangnya 250Csel-

sel jaringan termasuk NIS akan mengalami nekrosis

c. Terapi Kanker Serviks Invasif

i. Pembedahan

ii. Radioterapi

Page 12: Tugas Dr Tres Refrat

Terapi ini menggunakan sinar ionisasi (sinar X) untuk merusak sel-sel kanker. Terapi

radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta

mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium

II B, III, IV diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan dengan

tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif

ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya dan

atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap

mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar

seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis

kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B. Bila sel kanker

sudah keluar rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang

diberikan secara selektif pada stadium IV A

Page 13: Tugas Dr Tres Refrat

III. KESIMPULAN

1. Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi pada serviks (leher

rahim) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang

senggama atau vagina.

 

2. Penyebab dari kanker serviks adalah Human Papillomavirus.

 

3. Faktor risiko kanker serviks adalah infeksi HPV, merokok, tingginya jumlah kehamilan

aterm, penggunaan jangka panjang dari kontrasepsi oral. .

 

4. Pencegahan kangker serviks adalah dengan melakukan skrining, mendapatkan vaksin

HPV, dan menghindari faktor risiko

Page 14: Tugas Dr Tres Refrat

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. Cancer Prevention & Early Detection Facts & Figures 2013.

Atlanta, Ga: American Cancer Society; 2013.

American Cancer Society.Cancer Facts & Figures 2014. Atlanta, Ga: American Cancer

Society; 2014.

Aziz, MF., Andrijono, Saifuddin AB, editors., 2006. Buku Acuan Nasional Onkologi

Ginekologi. Edisi kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Departemen Kesehatan RI. 2009. Pusat Promosi Kesehatan. Kanker Leher Rahim lebih

cepat ditemukan, Lebih besar kemungkinan sembuh. Jakarta.

Diananda R. 2009. Panduan Lengkap Mengenai Kangker. Yogyakarta: Mirza Media Pustaka

Liewellyn, Derek dan Jones. 2001. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6. Jakarta:

EGC.

Massad LS, Einstein MH, Huh WK, et al. 2012 Updated Consensus Guidelines for the

Management of Abnormal Cervical Cancer Screening Tests and Cancer Precursors.

Journal of Lower Genital Tract Disease. 2013;17(5):S1-S27

Sinta, NS. 2010. Kanker Serviks dan Infeksi Human Pappilomavirus (HPV). Jakarta:

Javamedia.

Gray RH, Serwadda D, Kong X, Makumbi F, et al. Male circumcision decreases acquisition

and increases clearance of high-risk human papillomavirus in HIV-negative men: a

randomized trial in Rakai, Uganda. J Infect Dis. 2010 May 15;201(10):1455−1462.

Page 15: Tugas Dr Tres Refrat

Rijkaart DC, Berkhof J, Rozendaal L, et al. Human papillomavirus testing for the detection of

high-grade cervical intraepithelial neoplasia and cancer: final results of the POBASCAM

randomised controlled trial. Lancet Oncol. 2012;13:78–88