MAKALAH TUGAS TEKNIK LABORATORIUM BIOKIMIA fix (Autosaved).doc
tugas biokimia (2)
-
Upload
septiana-meliana -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
description
Transcript of tugas biokimia (2)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya penyakit
kardiovaskuler (PKV) yang sering menyebabkan kematian. Di Negara industri
maju, penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian tertinggi yang
mencapai 40-50% dari seluruh sebab kematian. Dewasa ini di Negara sedang
berkembang termasuk Indonesia ada peningkatan prevalensi PKV nbak dari
angka-angka di Rumah sakit ataupun di komunitas. Penelitian mengenai
penyebab, pengobatan dan pencegahan aterosklerosis telah banyak dilakukan.
Berbagai usaha untuk mencegah terjadinya aterosklerosis telah banyak di anjurkan
baik dengan obat-obbatan maupun dengan mengubah kebiasaan serta pola
makanan.
Beberapa dekade terakhir ini asam lemak tak jenuh omega-3 mendapat
perhatian yang sangat besar dalam usaha pencegahan aterosklerosis. Derivate
asam lemak tak jenuh omega-3 yaitu asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam
dokosaheksaenoat (DHA) merupakan prekursor eikosanoid yang bersifat anti
aterogenesis dan anti trombosis. EPA dan DHA juga dapat menghambat
bioseintesis eikosanoid dari asam arakidonat derivate asam lemak tak jenuh
omega-6 yang bersifat vasokonstriksi, proagregatori, dan kemotaktik yang kuat
yang mendukung proses inisisasi dan perkembangan aterogenesis. Makalah ini
membahas asam lemak tak jenuh omega-3, sintesis eikosanoid, efek biologis, lesi
dan patogenesis ateroskelorisis serta efek asam lemak tak jenih omega-3 terhadap
ateroskelorisis.
1.2. Rumusan Masalah
Ada beberapa permasalahan yang akan diangkat dalam makalah ini.
Adapun permasalahannya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari asam lemak tak jenuh omega-3 ?
1
2. Bagaimana sintesis eikosanoid ?
3. Apa saja efek biologis dari asam lemak tak jenuh omega-3?
1.3. Tujuan Makalah
Penulis mempunyai beberapa tujuan makalah, antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari asam lemak tak jenuh omega-3.
2. Untuk memahami sintesis eikosaniod.
3. Untuk mengetahui efek biologis dari asam lemak tak jenuh omega-3
1.4. Metode Makalah
Dalam penyusunan makalah ini, penulis berusaha mengumpulkan data dan
informasi dengan menggunakan :
Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan membaca guna mendapatkan teori dan
sumber-sumber informasi yang ada hubungannya dengan judul dalam
penulisan makalah ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3
Asam lemak tak jenuh omega-3 merupakan asam lemak esensial. Manusia
tidak dapat mensintesis asam lemak tak jenuh omega-3 atau menginterkonversi
dengan asam lemak lainnya, oleh karena itu harus di dapat dari makanan sehari-
hari. Asam α linolenat (18:3w-3) merupakan induk asam lemak tak jenuh omega-
3. Asam lemak ini banyak terdapat pada membran kloroplas sehingga dapat
diperoleh dari sayur-sayuran berwarna hijau dan dalam jumlah kecil pada
beberapa jenis biji-bijian meliputi biji rami (linseed) dan kacang kedele EPA
(20:5w-3) dan DHA (22:6w-3) yang merupakan derivate rantai panjang dari asam
α linolenat banyak terdapat pada minyak ikan, khususnya ikan laut. Manusia dan
hewan lainnya kecuali karnivora dapat mengkonversi asam α linolenat menjadi
EPA dan DHA yang sama dengan yang terdapat pada minyak ikan. Asam α
linolenat dalam makanan yang masuk kedalam tubuh akan dikonversi melalui
tahap desaturasi dan elongasi menjadi EPA dan DHA yang merupakan prekursor
eikosanoid. Tahap desaturasi dan elongasi asam α linolenat terjadi terutama di
dalam hati dan berlangsung secara lambat. Pada tahap awal asam α linolenat akan
dikatalisis oleh enzim Δ 6desaturase menjadi 18:4w-3, kemudia rantai
diperpanjang oleh enzim elongase menjadi 20:4w-3 dan selanjutnya melalui
dehidrogenasi oleh enzim Δ5 desaturase terbentuk 20:5w-3 (EPA). EPA yang
telah terbentuk akan mengalami perpanjangan rantai oleh enzim Δ 4 desaturase
menghasilkan 22:6w-3 (DHA). Asam lemak rantai panjang C-20 dan C-22 yang
terbentuk akan segera di transportasikan melalui sirkulasi ke berbagai jaringan
antara lain jaringan adipose, fosfolipid plasma, membran sel, otak dan retina.
3
2.2. Sintesis Eikosanoid
Eikosanoid merupakan produk spesifik dari oksidasi polienoat
C-20 (eiokosa) yang terdiri dari prostanoid meliputi prostaglandin
(PG), prostasiklin (PGI) dan tromboksan (TX) serta lekotrien (LT).
Jalur metabolisme pembentukan prostanoid dan lekotrien adalah berbeda
yaitu jalur siklooksigenasi untuk pembentukan prostanoid dan jalur
lipoksigenasi untuk pembentukan lekotrien.
2.2.1 Prostanoid Seri-3
Enzim prostaglandin sintase yang terdiri dari siklooksigenase
dan peroksidase pada jalur siklo oksigenasi dari asam lemak tak jenuh
omega-3 akan mengubah EPA menjadi bentuk antara endoperoksid
siklik prostaglandin G3 (PGG3) dan prostaglandin H3 (PGH3). PGH3
selanjutnya dengan cepat akan diubah oleh prostasiklin sintase menjadi
prostasiklin 3 (PGI3) dalam sel endotel pembuluh darah, oleh
tromboksan sintase menjakdi tromboksan A3 (TXA3) dalam trombosit
atau oleh isomerase menjadi prostaglandin D, E, F tergantung jaringan
yang terlibat. PGI3 yang terbentuk mempunyai aktivitas antiagregasi
trombosit yang dapat menurunkan kecenderungan terbentuknya
trombosis sedangkan TXA3 yang terbentuk bersifat agregator trombosit
yang lemah dan vasodilator yang kuat.
Jalur siklooksigenasi sintesis prostanoid seri-3 dari asam lemak
tak jenuh omega 3 (EPA) dan sintesis prostanoid seri-2 dari asam lemak
tak jenuh omega-6 (AA) menggunakan enzim siklooksigenase yang
sama pula. Oleh karena itu, EPA dan DHA dapat menekan sintesis
prostanoid seri-2. pengaruh asam lemak tak jenuh omega-3 terhadap
sintesis prostanoid seri-2 secara selektif lebih besar terhadap jalur
sintesis tromboksan A2 dam hanya sedikit terhadap jalur sintesis
prostasiklin seri-2.
4
2.2.2 Lekotrien Seri-5
Lekotrien adalah kelompok konjugat trien yang terbentuk dari
asam eikosanoat dalam lekosit, sel netrofil, trombosit dan makrofag
melalui jalur lipoksigenasi. Enzim 5 lipoksigenase akan mengkatalisis
EPA menjadi lekotrien A5 (LTA5) yang kemudian di metabolisme
melalui hidrogenasi menjadi likotrien B5 (LTB5) atau dengan
penambahan peptida glutation melalui ikatan tio-ester menjadi lekotrien
C5 (LTC5). LTC5 dikatalisis oleh enzim γ glutamil transpeptidase
menjadi likotrien D5 (LTD5) dan selanjutnya oleh sisteinil glisin di
peptidase diubah menjadi lekotrien E5 (LTE5).
Metabolisme lipoksigenasi EPA dan AA adalah melalui jalur
dan enzim yang sama daan saling berinteraksi pada setiap tahap. EPA
yang ada dalam membrane sel akan berkompetisi dengan AA dan
menghambat jalur lipoksigenasi AA sehingga tidak terbentuk LTB4.
2.3 Efek Biologis
Asam lemak tak jenuh omega-3 dapat menurunkan trigliserida
dan very low density lipoprotein (VLDL). Mekanisme efek penurunan
VLDL plasma oleh asam lemak tak jenuh omega-3 diperkirakan oleh
karena penekanan sintesis trigliserida dan apolipoprotein B yang
merupakan bahan pembentuk VLDL di hepar. Walaupun VLDL
merupakan prekursor Low density lipoprotein (LDL), efek asam lemak
tak jenuh omega-3 terhadap LDL plasma ternyata memberikan hasil
yang masih bervariasi.
Disamping efek tersebut, asam lemak tak jenuh omega-3
khususnya asam dokosaheksaenoat juga mempunyai efek terhadap
pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini disebabkan DHA terdapat
dalam jumlah besar dijaringan retina dan otak. Pada indvidu dengan
defisiensi asam lemak tak jenuh omega-3 dapat terjadi gangguan
penglihatan dan fungsi retina serta gangguan kemampuan belajar.
5
2.4 Aterosklerosis
Aterosklerosis bukan merupakan penyakit tetapi merupakan suatu
sindroma yang disebabkan oleh berbagai faktor yang dikenal sebagai
faktor resiko. Hipertensi, hiperkolesterolemia, jenis kelamin, diabetes,
dan merokok merupakan faktor resiko utama. Proses terjadinya
ateroskelrosis merupakan proses patologik yang berlangsung secara
bertahap menghasilkan lesi yang berupa pengerasan dan penebalan
dinding pembuluh darah. Lesi-lesi ini diklasifikasikan sebagai fatty
streak, fibrous plaque dan complicated lesions.
Fatty streak merupakan lesi aterosklerosis awal yang ditandai
dengan akumulasi sel-sel otot polos, sel busa, dan jaringan fibrosa. Lesi
ini tidak menimbulkan obstruksi arteri. Fibrous plaque adalah lesi yang
ditandai dengan penebalan lapisan intima yang terdiri dari sel-sel otot
polos yang dikelilingi oleh jaringan pengikat yang mengandung lemak
intraseluler dan ektraseluler dan jaringan nekrosis. Bagian ini dilapisi
oleh lapisan penutup yang terdiri dari otot polos dan jaringan ikat.
Fibrous plaque akan bertambah besar dan mengalami klasifikasi yang
mengandung jaringan nekrosis dan lemak mementuk complicated
plaque. Peningkatan jaringan nekrosis dan klasifikasi menyebabkan
dinding pembuluh darah menjadi lemah dan mudah ruktur dan terjadi
pendarahan intralumen. Selanjutnya akan terbentuk thrombus dan
lambat laun pembuluh darah menjaldi tersumbat dan pada tahap ini
sering kali di sertai dengan gejala klinis.
Beberapa teori telah dikemukakan dalam upaya menjelaskan
patogenesis terjadinya aterosklerosis. Diantara beberapa teori tersebut
yang paling anyak di anut dewasa ini adalah teori intima injury. Ross
(1986) mengemukakan bahwa beberapa faktor seperti hiperlipidemia,
deposisilipid dan peningkatan gaya robek pada hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan lapisan endothelium dan perubahan sifat
permeabilitas lapisan sel endotel. Kerusakan sel endotel mengakibatkan
perubahan ikatan antara sel-sel endotel dan atau sel endotel dengan
6
jaringan pengikat yang dapat menginduksi terjadinya pelepasan sel-sel
endotel dari dinding pembuluh darah. Terlepasnya sel endotel ini akan
menyebakan terjadinya interaksi lapisan subendotel pembuluh darah
dengan komponen darah dan trombosit sehingga terjadi adesi trombosit.
Trombosit yang melekat pada lapisan subendotel pembbuluh darah akan
melepaskan adenosine difosfat (ADP) yang selanjutnya akan
mengaktifkan enzim fosfolipase A2 memecah fosfolipid yang terdapat
pada membran trombosit dan melepaskan asam arakidonat.Asam
arakidonat akan diubah menjadi Prostaglandin G2(PGG2) dan menjadi
prostaglandin H2(PGH2),selanjutnya PGH2 diubah menjadi tromboksan
A2(TXA2).TXA2 yang terbentuk ini akan menginduksi agregasi
trombosit dan trombosit dan beragregasi juga akan melepaskan ADP dan
TXA2,yang kemudian akan merangsang agregasi lebih lanjut .proses ini
akan berlangsung teris menerus.
Gambar:2.A. Ddeskuamasi endotel menyebabkan terpaparnya jaringan
ikat dibawah lapisan intima B.agregasi trombosit ,atau mikrotrombi
yang dapat terbentuk sebagai hasil perlekatan trombosit pada jaringan
ikat subendotel.C.Migrasi sel-sel otot polos dari lapisan media
kelapisan intima.
Sumber:Ross,R,Glomset J.A. The Pathogenesis of atherosclerosis
(second of twopart),N.Engl.J.Med.295,8:420-5.
TXA2 merupakan suatu vasokonstruktor yang kuat dan dapat
mengaktivasi trombosit serta pelepasan isi granularnya yaitu
ADP,serotonin dan platelet derived growth factor (PDGF). (23) PDGF
mempunyai sifat kemotaktik dan mitogenetik yang dapat menginduksi
migrasi otot polos dari lapisan media ke intima (Gambar:2c) (18,21)
Disamping itu PDGF juga dapat menarik monosit sehingga bermigrasi
ke tempat luka.Monosit mengandung liposigenase yang dapat
menghasilkan lekotrien B4 yang bersifat kemotaktik dan kemokinetik
7
yang kuat sehingga dapat menarik lebih banyak monosit dan terjadi
akumulasi monosit.Monosit dapat melepaskan growth factor yang
menyerupai PDGF sehingga dpat menstimulasi sel-sel otot polos untuk
bermigrasi ke lapisan intima.Monosit yang bermigrasi ke lapisan intima
akan berubah menjadi magrofag jaringan yang merupakan sel
penyapu(scavenger).
Konsentrasi LDL yang tinggi dalam plasma akan memperburuk
keadaan oleh karena LDL plasma dapat teroksidasi.LDL teroksidasi ini
merupakan suatu kemotaktik bagi magrofag sehingga akan lebih
meningkatkan migrasi magrofag dan inisiasi proses inflamasi.Makrofag
akan menangkap patikel-partikel LDL teroksidasi masuk kedalam
magrofag membentuk sel busa yang mempunyai peranan dalam
pembentukan lesi awal aterosklerosis ( fatty streak).Kerusakan lapisan
endote lyang hanya terjadi sekali dan dalam waktu yang singkat,lapisan
endotel akan beregenerasi dan tebentuk lapisan endotel yang normal
kembali.Akan tetapi bila kerusakan lapisan endotel terjadi berulang-
ulang dan berlangsung dalam waktu lama,maka lesi awal bersama-sama
dengan agregasi trombosit,proliferasi sel otot polos dan deposit jaringan
nekrotik akan berlangsung terus sehingga dinding pembuluh darah akan
menebal dan terbentuk bercak aterosklerosis.
2.5. Efek Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3 Terhadap Pembentukan
Aterorosklerosis
Efek asam lemak tak jenuh omega-3 terhadap pembentukan aterosklerosis
telah banyak dipelajari dan diteliti baik secara epidemiologi ,pada hewan
percobaan ataupun pada manusia.Hal ini bermula pada penelitian di masyarakat
eskimo di Greendland yang mempunyai angka kematian akibat penyakit
kardiovaskuler (PKV) yang rendah dan tingginya konsumsi asam lemak jenuh
omega-3 terutama EPA dan DHA. Sampai saat ini sebagian besar hipotesis
mekanisme efek asam lemak tak jenuh omega-3 dalam pencegahan aterosklerosis
8
adalah bahwa asam lemak tak jenuh omeaga-3 dapat mempengaruhi metabolisme
serta fungsi trombosit dan monosit.
Pada individu dengan konsumsi makanan sehari-hari yang kaya
akan asam lemak tak jenuh omoga-3,maka konsentrasi AA di membran
trombosit akan menurun sedangkan konsentrasi asam lemak tak jenuh
omega-3 meningkat.Peningkatan perbandingan EPA/AA ini disebabkan
penurunan produksi AA akibat kompetisi asam lemak tak jenuh omega-
3 dan omega -6 desaturase.Perubahan kompetensi asam lemak tak jenuh
pada membran trombosit ini mempengaruhi respon terhadap agonis.Bila
agonis mengaktivasi enzim fosfolipase A2 di membran trombosit ,maka
EPA juga akan dilepaskan bersama-sama dengan AA.EPA yang terlepas
dari membran trombosit sebagai respon terhadap agonis tersebut dapat
menghambat metabolisme asam arakidonat menjadi prostanoitd seri-2
terutama TXA2 dengan jalan berkompetisi dengan AA terhadap enzim
siklooksigenase.Terhambatnya pembentukan TXA2 yang bersifat
agregator dan vasakonstriktor yang kuat dan meningkatnya TXA3 yang
bersifat agregator yang lemah,maka agregasi trombosit akan
menurun.Disampig itu,pembentukan PGI2 yang bersifat antiagregasi
yang kuat di dinding pembuluh tidak dihambat dan terdapat
pembentukan PGI3 yang mempunyai sifat sama dengan PGI2 sehingga
menunjang penurunan agregasi trimbosit.
Pengaruh asam lemak tak jenuh omega-3 terhadap metabolisme
dan fungsi monosit adalah berdasarkan observasi yang dilakukan oleh
Lee dkk (1985).Pada tujuh individu sehat yang diberi suplementasi 3.2 g
EPG dan 2.2 DHA selama 6 minggu didapatkan kandungan EPA pada
netrofil dan monosit meningkat 7 kali dibanding sebelum mendapat
suplemensi sedangkan kandungan AA tidak mengalami
perubahan.Pembentukan LTB4 melalui jalur lipoksigensi
terhambat,sebaliknya LTB5 sebagai produk dari EPA meningkat.LTB5
mempunyai efek kemotaktik dan kemokinetik yang sangat lemah di
banding LTB4,sehingga proses inflamasi terhambat.
9
Gambar:3.Tempat-tempat yang dapat dipengaruhi untuk mencegah
terjadi aterosklerosis.
Sumber:Dikutip dari Simopolus,omega-3 fatty acids in healt and
disease and in growth and development.Am.j.Clin.Nutr.54:48-63
Dengan menurunnya agregasi trombosit akan terjadi penurunan
sekresi PDGF yang mengakibatkan menurunnya hiperplasia sel-sel otot
polos di lapisan intima.terhambatnya pembentukan LTB4 monosit dapat
menurunkan akumulasi monosit,menurunkan proliferase sel-sel otot
polos dan pembentukan sel busa pada penbuluh darah yang luka.Semua
ini akan menghambat pembentukan lesi aterosklerosis awlal.(Gambar)
Besarnya dosis efektif asam lemak tak jenuh omega-3 untuk
pencegahan aterosklerosis sampai saat ini masih belum dapat
dipastikan.Dosis efektif pemberian asam lemak tak jenuh omega-3
tergantung dari efek yang diharapkan,jenis asam lemak tak jenuh
omega-3 yang digunakan ,interval pemberian dan juga jumlah serta
komposisi lemak yang dikonsumsi dalam hal ini perbandingan asam
lemakmtak jenuh omega-6 dan omega-3.Leaf dan Weber (1988)
mengemukakan bahwa dosis asam lemak tak jenuh omoga-3 untuk
menurunkan kadar asam arakdonat dalam pasma ataupun dalam
membran sel dan menurunkan pembentukan TXA2 tampaknya lebih
rendah dibandingkan untuk menurunkan kadar kolestrol
plasma.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi 2-3 g
EPA/hari dapat memberikan efek profilatik.Disamping itu perbandingan
asam lemak tak jenuh omega-6/omega-3 juga memang
peranan.Neuringer menganjurkan perbandingan asam lemak tak jenuh
omega -6omega-3 adalah sebesar 4:1 – 10:1.Kandungan asam lemak tak
jenuh omega-3 dan komposisi lemak dari makanan asal laut sangat
berbeda demikian juga untuk sayur-sayuran serta biji-bijian.Dewasa ini
untuk mempermudah konsumsi asam lemak tak jenuh omega -3,sudah
10
tersedia asam lemak tak jenuh omega-3 murni yang diambil dari minyak
ikan.Kemasan dalam bentuk kapsul lunak dengan 1 gram minyak ikan
terdiri dari 20-80 persen asam lamak tak jenuh omega-3.
Penggunaan asam lemak tak jenuh omega-3 sampai saat ini dapat
dianggap aman,akan tetapa untuk dikonsumsi dalam jumlah besar perlu
juga diperhatikan beberapa efek negatif yang mungkin dapat
ditimbulkan.efek negatif yangsngat mungkin adalah adanya perdarahan
spontan atau perdarahan masif pada penderita yang menjalani operasi
atau terkena trauma.Tingginya kejadian apopleksia pada masyarakat
eskimo di greenland perlu juga dipikirkan sebagai efek asam lemak tak
jenuh omega-3 yang di konsumsi masyarakat tersebut.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Asam lemak tak jenuh omega -3 mempunyai peranan dalam
mencegah aterosklerosis karena dapat mempengaruhi metabolisme dan
fungsi trombosit serta monosit sehingga terjadi penurunan agresi
trombosit dan akumulasi monosit.Diketahui trombosit dan monosit
mempunyai peranan yang penting dalam proses terjadinya
trombosis,ploriferasi sel-sel otot polos,pembentukan sel busa yang
semuanya merupakan komponen lesi awal aterosklerosis.Dosis yang
tepat dan efaktif masih belum dapat dipastikan namun,dari beberapa
penelitian dosis 2-3 g/hari dalam bentuk EPA dapat digunakan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13