TRAUMA TUMPUL PADA MATA.docx

15
TRAUMA TUMPUL PADA MATA I. DEFINISI Trauma tumpul okuli adalah trauma pada mata yang diakibatkan benda yang kerasatau benda tidak keras dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai matadengan kencang atau lambat sehingga terjadi kerusakan pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya. Trauma tumpul biasanya terjadi karena aktivitas sehari-hari ataupun karena olah raga.Biasanya benda-benda yang sering menyebabkan trauma tumpul berupa bola tenis, bolasepak, bola tenis meja, shuttlecock dan lain sebagianya. Trauma tumpul dapat bersifatcounter coupe, yaitu terjadinya tekanan akibat trauma diteruskan pada arah horisontal di sisiyang bersebrangan sehingga jika tekanan benda mengenai bola mata akan diteruskan sampaidengan makula. II. ETIOLOGI Penyebab dari trauma ini adalah 1. Benda tumpul, 2. Benturan atau ledakan di mana terjadi pemadatan udara III. PATOFISIOLOGI Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada pembuluhdarah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik matadepan. Iris bagian perifer merupakan bagian paling lemah. Suatu trauma yang mengenai mataakan menimbulkan kekuatan hidralis yang dapat menyebabkan hifema dan iridodialisis, sertamerobek lapisan otot spingter sehingga pupil menjadi ovoid dan non reaktif. Tenaga yangtimbul dari suatu trauma diperkirakan akan terus ke dalam isi bola mata melalui sumbuanterior posterior sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bolamata ke lateral sesuai dengan garis ekuator. Hifema yang terjadi dalam beberapa hari akanberhenti, oleh karena adanya proses homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserapsehingga akan menjadi jernih kembali. IV. KLASIFIKASI Trauma tumpul dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

Transcript of TRAUMA TUMPUL PADA MATA.docx

TRAUMA TUMPUL PADA MATAI. DEFINISITrauma tumpul okuli adalah trauma pada mata yang diakibatkan benda yang kerasatau benda tidak keras dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai matadengan kencang atau lambat sehingga terjadi kerusakan pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya.Trauma tumpul biasanya terjadi karena aktivitas sehari-hari ataupun karena olahraga.Biasanya benda-benda yang sering menyebabkan trauma tumpul berupa bola tenis, bolasepak, bola tenis meja, shuttlecock dan lain sebagianya. Trauma tumpul dapat bersifatcounter coupe, yaitu terjadinya tekanan akibat trauma diteruskan pada arah horisontal di sisiyang bersebrangan sehingga jika tekanan benda mengenai bola mata akan diteruskan sampaidengan makula.II. ETIOLOGIPenyebab dari trauma ini adalah 1. Benda tumpul,2. Benturan atau ledakan di mana terjadi pemadatan udara

III. PATOFISIOLOGITrauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada pembuluhdarah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik matadepan. Iris bagian perifer merupakan bagian paling lemah. Suatutrauma yang mengenai mataakan menimbulkan kekuatan hidralis yang dapat menyebabkan hifema dan iridodialisis, sertamerobek lapisan otot spingter sehingga pupil menjadi ovoid dan non reaktif. Tenaga yangtimbul dari suatu trauma diperkirakan akan terus ke dalam isi bola mata melalui sumbuanterior posterior sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bolamata ke lateral sesuai dengan garis ekuator. Hifema yang terjadi dalam beberapa hari akanberhenti, oleh karena adanya proses homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserapsehingga akan menjadi jernih kembali.

IV. KLASIFIKASITrauma tumpul dapat dibedakan menjadi dua jenis,yaitu:1. Kontusio, yaitu kerusakan disebabkan oleh kontak langsung dengan benda dari luarterhadap bola mata, tanpa menyebabkab robekan pada dinding bola mata2. Konkusio,yaitubilakerusakanterjadisecaratidak langsung.Traumaterjadi padajaringan di sekitar mata, kemudian getarannya sampai kebola mata.

Baik kontusio maupun konkusio dapatmenimbulkan kerusakan jaringanberupa kerusakan molekular, reaksi vaskular, dan robekan jaringan. Menurut Duke-Elder, kontusio dan konkusio bola mata akan memberikan dampak kerusakan mata,dari palpebra sampai dengan saraf optikus.V. GAMBARAN KLINISTanda dan Gejala Mata merah Rasa sakit Mual dan muntah karena kenaikan Tekanan Intra Okuler (TIO). Penglihatan kabur Penurunan visus Infeksi konjunctiva Pada anak-anak sering terjadi somnolen

Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan penglihatansementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata, terlepasnya selaput jala (retina)atau sampai terputusnya saraf penglihatan sehingga menimbulkan kebutaan menetap.

VI. Berbagai kerusakan jaringan mata akibat traumatumpul1 .OrbitaTrauma tumpul orbita yang kuat dapat menyebabkan bola mata terdorongdanmenimbulkan fraktur orbita.Fraktur orbita sering merupakan perluasan fraktur darimaksiladiklasifikasikan menurut Le Fort, dan frakturtripod pada zygoma yang akanmengenai dasarorbita. Apabila pintu masuk orbitamenerima suatu pukulan, maka gaya- gaya penekan dapatmenyebabkanfrakturdindinginferiordanmedialyangtipis,disertaidenganprolapsbolamata beserta jaringan lunak ke dalam sinusmaksilaris (fraktur blow-out).Mungkinterdapatcederaintraocularterkait, yaituhifema, penyempitansudut,danablasiretina. Enoftalmos dapat segera terjadi setelah trauma atauterjadi belakangan setelah edemamenghilang dan terbentuk sikatrik dan atrofi jaringan lemak.Pada soft-tissue dapat menyebabkan perdarahan disertai enoftalmus dan paralisisotot-ototekstraokularyangsecaraklinis tampak sebagaistrabismus.Diplopia dapatdisebabkankerusakanneuromuscularlangsungatau edema isiorbita. Dapat pulaterjadi penjepitanototrektus inferior orbita danjaringan di sekitarnya.Apabila terjadi penjepitan,maka gerakan pasifmata oleh forseps menjadi terbatas.3. Palpebra Meskipun bergantung kekuatan trauma , trauma tumpul yang mengenai matadapatberdampak pada palpebra, berupa edema palpebra, perdarahan subkutis, danerosi palpebra.

Gambaran klinisHematoma palpebra merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauna tumpulkelopak. Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentukseperti kacamata hitam yang sedang dipakai, maka keadaan ini disebut hematoma kacamata.Henatoma kacamata terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda frakturbasis kranii. Pada pecahnya arteri oftalmika maka darah masuk kedalam kedua rongga orbitamelalui fisura orbita. PenatalaksanaanPenanganan pertama dapatdiberikan kompres dingin untukmenghentikanperdarahan. Selanjutnya untuk memudahkan absorpsidarah dapatdilakukan kompres hangat3.KonjungtivaDampak trauma pada konjungtiva adalah perdarahan sub-konjungtiva ataukhemosisdan edema. Perdarahan subkonjungtiva umumnya tidak memerlukan terapikarena akanhilang dalam beberapa hari. Pola perdarahan dapat bervariasi, dari ptekie hingga makular.Bila terdapat perdarahan atauedema konjungtiva yang hebat, maka harusdiwaspadai adanyafraktur orbita atau ruptur sklera.Gambaran klinisEdema konjungtiva yang berat dapatmengakibatkan palpebra tidak menutup sehinggabertambah rangsangan terhadapkonjungtivanya.PenatalaksanaanPada edem konjung tivadapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairandi dalam selapt lendirkonjungtiva. Pada edem konjungtiva yang berat dapat dilakukan disisisehingga cairan konjungtiva kemotik keluar melalui insisi tersebut.4. SkleraRuptur sklera ditandai oleh adanya khemosis konjungtiva, hifema total, bilikdepanyangdalam, tekananbola mata yangsangatrendah,danpergerakanbolamataterhambatterutama ke arah tempat ruptur. Ruptur sklera dapat terjadkarena trauma langsung mngenaisklera sampai perforasi, namun dapat pula terjadi pada trauma tak langsung.5. Koroid dan korpus vitreusKontusio dan konkusio bola mata menyebabkan vitreus menekan koroid ke belakangdan dikembalikanlagi kedepandengancepat (contra- coup)sehinggadapatmenyebabkanedema,perdarahan,dan robekan stromakoroid. Bilaperdarahanhanyasedikit, maka tidakakan menimbulkan perdarahan vitreus. Perdarahan dapat terjadidi subretina dan suprakoroid. Akibat perdarahan dan eksudasi di ruang suprakoriud, dapat terjadi pelepasan koroid dariskleraRuptur koroid secara oftalmoskopik terlihat sebagai garis putihberbatas tegas, biasanya terletak anterior dari ekuator dan ruptur ini sering terjadi pada membran Bruch. Kontusiojuga dapat menyebabkan reaksi inflamasi, nekrosis,dan degenerasi koroid.6.KorneaEdema superfisial dan aberasi kornea dapat hilang dalam beberapa jam. Edemainterstisial adalah edema yang terjadi disubstania propria yang membentuk kekeruhan seperticincin dengan batas tegas berdiameter 23 mm. Lipatan membrana Bowman membentukmembran seperti lattice. Membrana descement bila terkena trauma dapat berlipatatau robekdan akan tampak sebagai kekeruhan yang berbentuk benang. Bila endotel robek maka akanterjadi inhibisi humoraquous ke dalam stroma kornea, sehingga kornea menjadi edema. Bilarobekan endotel kornea ini kecil, maka kornea akan jernihkembali dalam beberapa hari tanpaterapi.Deposit pigmen sering terjadi dipermukaan posterior kornea, disebabkan oleh adanyasegmen iris yang terlepas ke depan. Laserasi kornea dapat terjadidi setiap lapisan korneasecara terpisah atau bersamaan, tetapijarang menyebabkan perforasi.GambaranklinisEdema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan terlihatnyapelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruhdengan uji plasedo yang positif.PenatalaksanaanPengobatan yang diberikan adalah larutan hiertonik seperti NaCL 5% atau larutan garam hipertonik 28%, glukosa 40% dan larutan albumin. Bila terjadi peninggian tekananbola mata maka dapat diberikan asetozolamida. Dapat diberikan lensa kontak lembek untukmenghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajampenglihatan.a. Erosi korneaErosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapatmengakibatkan oleh gesekan keras pada epitelkornea.Gambaran klinisPada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yangmempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, fotofobia dan penglihatan akanterganggu oleh media yang keruh.Pada kornea akan terlihat adanya defek efitel kornea yang bila diberi fuorosein akan berwarnahijau.PenatalaksanaanAnestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan danmenghilangkan rasa sakit yang sangat. Anestesi topikal diberikan dengan hati-hati karenadapat menambah kerusakan epitel.Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegahterjadinya infeksi dapat diberikan antibiotika spektrum luas seperti neosporin, kloramfenikoldan sufasetamid tetesAkibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka dapatdiberikan sikloplegik aksi-pendek seperti tropikamida.Untuk mengurangi rangsangan cahaya dan membuat rasa nyaman pada pasien, maka bisadiberikan bebat tekan pada pasien minimal 24jam.b. Erosi kornea rekurenErosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal atau tukakmetaherpetik. Epitel akan sukar menutup dikarenakan terjadinya pelepasan membran basalepitel kornea sebagai sebagai tempat duduknya sel basal epitel kornea.PenatalaksanaanPengobatan terutama bertujuan melumas permukaan kornea sehingga regenerasiepitel tidak cepat terlepas untuk membentuk membran basal kornea.Pemberian siklopegik bertujuan untuk mengurangi rasa sakit ataupun untuk mengurangigejala radang uvea yang mungkn timbul.Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepatpertumbuhan epitel baru danmencegah infeksi skunder.Dapat digunakan lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren pada kornea denganmaksud untuk mempertahankan epitel berada ditempatnya

7. Iris dan Korpus SiliarisSegera setelah trauma, akan terjadi miosis dan akan kembali normal bila traumaringan. Bila trauma cukup kuat, maka miosis akan segera diikuti dengan iridoplegi danspasme akomodasi sementara. Dilatasi pupil biasanya diikuti dengan paralisis ototakomodasi, yang dapat menetap bila kerusakannya cukup hebat. Penderita umumnyamengeluh kesulitan melihat dekat danharus dibantu dengan kacamata.Konkusio dapat pula menyebabkan perubahan vaskular berupa vasokonstriksi yangsegera diikuti dengan vasodilatasi, eksudasi, dan hiperemia. Eksudasi kadang-kadang hebatsehingga timbul iritis. Perdarahan pada jaringan iris dapat pula terjadi dan dapat dilihatmelalui deposit-deposit pigmen hemosiderin. Kerusakan vaskular iris, akar iris, dan korpussiliaris dapat menyebabkan terkumpulnya darah di kamera okuli anterior, yang disebuthifema.Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-gayakontusif akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut kamar okuli anterior. Tetapidapat juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler okuler. Darah inidapat bergerakdalam kamera anterior, mengotori permukaan dalam kornea. Tanda dan gejala hifema, antaralain:- Pandangan mata kabur- Penglihatan sangat menurun- Kadangkadang terlihat iridoplegia & iridodialisis- Pasien mengeluh sakit atau nyeri- Nyeri disertaidengan efipora & blefarospasme- Pembengkakan dan perubahan warna pada palpebra- Retina menjadi edema &terjadi perubahan pigmen- Ototsfingter pupil mengalami kelumpuhan- Pupil tetap dilatasi (midriasis)- Tidakbereaksi terhadap cahaya beberapa minggu setelah trauma.- Pewarnaan darah (blood staining) pada kornea- Kenaikan TIO (glukoma sekunder )- Sukar melihat dekat- Silau akibatgangguan masuknya sinar pada pupil- Anisokor pupil- Penglihatan ganda (iridodialisis)

Hifema primer dapat cepat diresorbsi dan dalam 5 hari bilik mata depan sudah bersih.Komplikasi yang ditakutkan adalah hifema sekunder yang sering terjadi pada hari ke-3 danke-5, karena viskositas darahnya lebih kental dan volumenya lebih banyak. Hifema sekunderdisebabkan lisis dan retraksi bekuan darah yang menempel pada bagian yang robek danbiasanya akan menimbulkan perdarahan yang lebih banyak.

PenatalaksanaanPenanganan awal pada pasien hifema yaiu dengan merawat pasien dengan tidur ditempat tidur yang ditinggikan 30 derajat pada kepala, diberi koagulansia dan mata ditutup.Pada pasien yang gelisah dapat diberikan obat penenang. Bila terjadi glaukoma dapatdiberikan Asetazolamida.Parasentesis atau pengeluaran darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasiendengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma skunder, hifema penuhdan berwarna hitam atau setelah 5hari tidak terliahttanda-tanda hifema berkurang.8. LensaKerusakan yang terjadi pada lensa paska-trauma adalah kekeruhan, subluksasi dandislokasi lensa. Kekeruhan lensa dapat berupa cincin pigmen yang terdapat pada kapsulanterior karena pelepasan pigmen iris posterior yang disebut cincin Vosslus. Kekeruhan lainadalah kekeruhan punctata, diskreta, lamelar aau difus seluruh massa lensa.Akibat lainnya adalah robekan kapsula lensa anterior atau posterior. Bila robekankecil, lesi akan segera tertutup dengan meninggikan kekeruhan yang tidak akan mengganggu penglihatan. Kekeruhan ini pada orang muda akan menetap, sedangkan pada orang tua dapatprogresif menjadi katarak presenil. Dengan kata lain, trauma dapat mengaktivasi prosesdegeneratif lensa.Subluksasi lensa dapat aksial dan lateral. Subluksasi lensa kadang-kadang tidakmengganggu visus, namun dapat juga mengakibatkan diplopia monokular, bahkan dapatmengakibatkan reaksi fakoanafilaktik. Dislokasi lensa dapat terjadi ke bilikdepan, ke vitreus,subskleral, ruang interretina, konjungtiva, dan ke subtenon. Dislokasi ke bilik depan seringmenyebabkan glaukoma akut yang hebat, sehingga harus segera diekstraksi. Dislokasi keposterior biasanya lebih tenang dan sering tidak menimbulkan keluhan, tetapi dapatmenyebabkan vitreus menonjol ke bilik depan dan menyebabkan blok pupil dan peninggianTIO.9. RetinaEdema Retina adalah terjadinya sembab pada daerah retina yang bias diakibatkan olehtrauma tumpul.

Gambaran klinisEdema retina akan memberikan warna retina lebih abu-abu akibat sukarnya melihatjaringankoroidmelaluiretinayangsembab.Padaedemaretinaakibattraumatumpulmengakibatkan edema makula sehingga tidak terdapat cherry red spot. Penglihatan pasienakan menurun.

PenatalaksanaanPenanganan yaitu dengan menyuruh pasien istirahat. Penglihatan akan normalkembali setelah beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibattertimbunya daerah makula oleh sel pigmen epitel.10. Ablasi RetinaYaitu terlepasnya retina dari koroid yang bisa disebabkan karena trauma. Biasanyapasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina. Seperti adanya retinitis sanata,miopia dan proses degenerasi retinalainnya.

Gambaran klinisPada pasien akan terdapat keluhan ketajaman penglihatan menurun, terlihat adanyaselaput yang seperti tabir pada pandangannya. Pada pemeriksaan fundus kopi akan terlihatretina berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang terangkat dan berkelok-kelok.

PenatalaksanaanAblasi retina ditangani dengan melakukan pembedahan oleh dokter mata.Robekan retina jarang terjadi pada mata sehat. Biasanya robekan retina terjadi pada matayang memang telah mengalami degenerasi sebelumnya, sehingga trauma yang ringansekalipun dapat memicu robekan. Ruptur retina sering disertai dengan ruptur koroid. Dialisisora serata sering terjadi pada kuadran inferotemporal atau nasal atas, berbentuk segitiga atautapal kuda, disertai dengan ablasio retina.Ablasio retina pada kontusio dan konkusio dapat terjadi akibat:- Kolaps bola mata yang tiba-tiba akibat rupture- Perdarahan koroid dan eksudasi- Robekan retina dan koroid- Traksi fibrosis vitreus akibat perdarahan retina atau vitreus.- Adanya degenerasi retinasebelumnya, trauma hanya sebagai pencetus.11. Nervus OptikusKontusio dan konkusio dapat menyebabkan edem dan inflamasi di sekitar diskusoptik berupa papilitis, dengan sekuele berupa papil atrofi. Keadaan ini sering disertai puladengan kerusakan koroid dan retina yang luas. Kontusio dan konkusio yang hebat jugamengakibatkan nervus optikus terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata yang bisadiakibatkan karena trauma tumpul.

Gambaran klinisPenderita akan mengalami penurunan tajam penglihatan yang sangat drastis dandapatterjadi kebutaan.

Penatalaksanaan Penderita perlu dirujuk untuk menilai kelainan fungsi retina dan saraf optiknya akibatkan ruptur atau avulsi nervus optikus yang biasanya disertai kerusakan mata berat.

VII. PEMERIKSAANPENUNJANGPemeriksaan paska-cedera bertujuan menilai ketajaman visus dan sebagai prosedurdiagnostik, antara lain:1. Kartu snellen (tes ketajaman pengelihatan) : mungkin terganggu akibat kerusakankornea, aqueus humor, iris dan retina.2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh patologi vaskuler okuler,glukoma.3. 3.Pengukuran tonografi : mengkaji tekanan intra okuler ( TIO) normal 12-25 mmHg.4. 4.Tes provokatif : digunakan untuk menentukan adanya glukoma bila TIO normal ataumeningkat ringan.5. 5. Pemerikasaan oftalmoskopi dan teknik imaging lainnya (USG, CT-scan, x-ray):mengkaji struktur internal okuler, edema retine, bentuk pupil dan kornea.6. 6. Darah lengkap, laju sedimentasi LED : menunjukkan anemia sistemik/infeksi.7. 7.Tes toleransi glokosa :menentukanadanya/kontrol diabetes

Pemeriksaan Penunjang- Laboratorium (tes fungsihati, prothombin, trombosit dan waktu perdarahan)- Pemeriksaan visus- Pemeriksaan lampu celah- Pemeriksaaan goneoskopi (untuk mencari pembuluh darah yang rusak dan resesif sudut)

VIII. PENATALAKSANAANPenatalaksanaan Trauma TumpulBola MataPrinsip penanganan trauma tumpul bola mata adalah apabila tampak jelas adanya ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus dihindari sampai pasien mendapat anestesi umum. Sebelum pembedahan, tidak boleh diberikan sikloplegik atau antibiotiktopikal karena kemungkinan toksisitas obat akan meningkat pada jaringan intraokular yang terpajan. Antibiotik dapat diberikan secara parenteral spektrum luas dan pakai pelindungpada mata. Analgetik, antiemetik, dan antitoksin tetanus diberikan sesuai kebutuhan, denganrestriksi makan dan minum. Induksi anestesi umum harus menghindari substansi yang dapatmenghambat depolarisasi neuromuskular, karena dapat meningkatkan secara transientekananbola mata, sehingga dapat memicu terjadinya herniasi isiintraokular.Pada trauma yang berat, ahli oftalmologi harus selalu mengingat kemungkinantimbulnya kerusakan lebih lanjut akibat manipulasi yang tidak perlu sewaktu berusahamelakukan pemeriksaan mata lengkap. Anestetik topikal, zat warna, dan obat lainnya yangdiberikan ke mata yang cedera harus steril.Kecuali untuk cedera yang menyebabkan ruptur bola mata, sebagian besar efekkontusio-konkusio mata tidak memerlukan terapi bedah segera. Namun, setiap cedera yangcukup parah untuk menyebabkan perdarahan intraokular sehingga meningkatkan risikoperdarahan sekunder dan glaukoma memerlukan perhatian yang serius, yaitu pada kasushifema.Kelainan pada palpebra dan konjungtiva akibat trauma tumpul, seperti edema danperdarahan tidak memerlukan terapi khusus, karena akanmenghilang sendiri dalam beberapajamsampaihari.Kompresdingindapatmembantumengurangiedemadanmenghilangkannyeri, dilanjutkan dengan kompres hangat pada periode selanjutnya untuk mempercepatpenyerapan darah. Pada laserasi kornea , diperbaiki dengan jahitan nilon 10-0 untukmenghasilkan penutupan yang kedap air. Irisatau korpus siliarisyang mengalami inkarserasidan terpajan kurang dari 24 jam dapat dimasukkan ke dalam bola mata dengan viskoelastik.Sisa-sisa lensa dan darah dapat dikeluarkan dengan aspirasi dan irigasi mekanis atauvitrektomi. Luka di sklera ditutup dengan jahitan 8-0 atau 9-0 interrupted yang tidak dapatdiserap. Otot-otot rektus dapat secara sementara dilepaskan dari insersinya agar tindakanlebih mudah dilakukan.

Prognosis pelepasan retina akibat trauma adalahburuk, karena adanya cedera makula,robekan besar di retina, dan pembentukan membran fibrovaskular intravitreus. Vitrektomimerupakan tindakan yang efektif untuk mencegah kondisi tersebut.Pada hifema, bila telah jelas darah telah mengisis 5% kamera anterior, maka pasienharus tirah baring dan diberikan tetes steroid dan sikloplegik pada mata yang sakit selama 5hari. Mata diperiksa secara berkala untuk mencari adanya perdarahan sekunder, glaukoma, atau bercak darah di kornea akibat pigmentasi hemosiderin. Penanganan hifema, yaitu :1. Pasien tetap istirahat ditempat tidur (4-7 hari )sampai hifema diserap.2.Diberi tetes mata antibiotika pada matayang sakit dan diberi bebat tekan.3. Pasien tidur dengan posisikepala miring 60 diberikoagulasi.4. Kenaikan TIOdiobati dengan penghambat anhidrase karbonat. (asetasolamida).5. Di beri tetes mata steroiddan siklopegik selama 5 hari.6. Pada anak-anak yang gelisah diberi obat penenang7. Parasentesis tindakan atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan bila adatanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hifema penuh dan berwarna hitamatau bilasetelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang.8. Asam aminokaproat oral untuk antifibrinolitik.9. Evakuasi bedah jika TIO lebih 35 mmHg selama 7 hari atau lebih 50 mmHselama 5 hari.10. Vitrektomi dilakukan bila terdapat bekuan sentral danlavase kamar anterior.11. Viskoelastik dilakukan dengan membuat insisi pada bagian limbus.Pada fraktur orbita, tindakan bedah diindikasikan bila:- Diplopia persisten dalam 30derajat dari posisi primerpandangan, apabila terjadi penjepitan- Enoftalmos 2 mm atau lebih- Sebuah fraktur besar (setengah dari dasar orbita) yang kemungkinan besar akanmenyebabkanenoftalmos.

Penundaan pembedahan selama 12 minggu membantu menilai apakah diplopiadapat menghilang sendiri tanpa intervensi. Penundaan lebih lama menurunkan kemungkinankeberhasilan perbaikan enoftalmos dan strabismus karena adanya sikatrik. Perbaikan secarabedah biasanya dilakukan melalui rute infrasiliaris atau transkonjungtiva. Periorbita diinsisidan diangkat untuk memperlihatkan tempat fraktur di dinding medial dan dasar. Jaringanyang mengalami herniasi ditarik kembali ke dalamorbita, dan defek ditutup dengan implan.

DAFTAR PUSTAKA1.Bruce, Chris, dan Anthony. 2006. Lecture Notes :Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta :Penerbit Erlangga.2.Mansjoer, Arif, Kuspuji Triyanti et al. 2005.Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga.Jakarta: MediaAesculapius3.Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ;4.Wijana,Nana S,Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke VI 19935.Prihatno AS. Cedera Mata. 2007 (Diakses dariwebsite www.medicastore.com, padatanggal 8 Desember 2010)