Trauma Okuli

download Trauma Okuli

of 53

description

khvbaksjakj

Transcript of Trauma Okuli

  • Referat : Trauma Okuli

    Kiki Nur Aqidah(2007730071)

    Pembimbing : dr. Hasri Darni, Sp.M

  • PendahuluanTrauma mata : tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mataMerupakan kasus gawat darurat mataBila jelas terjadi ruptur bola mata :Manipulasi harus dihindari sampai perbaikan secara bedah dalam kondisi steril dapat dilakukanObat sikloplegik atau antibiotik topikal tidak boleh diberikan sebelum pembedahan kerena potensi toksisitas pada jaringan intraokular yang terpajanPakaikan pelindung fox pada mataBerikan antibiotik sistemik spektrum luasAnalgetik, antiemetik, dan antitoksin tetanus sesuai kebutuhan

  • Jenis Jenis Trauma Mata

  • Trauma Mata : Mekanis

  • Trauma TumpulTerjadi akibat rudapaksa mengenai mata yang menyebabkan :Tekanan yang sangat tinggi dan jelas dalam waktu yang singkat didalam bola mata.Perubahan yang menyolok dari bola mata.Tekanan dalam bola mata akan menyebar antara cairan vitreous yang kental dan jaringan sclera yang tidak elastis.Akibatnya terjadi peregangan dan robeknya jaringan pada tempat dimana ada perbedaan elastisitas, mis: daerah limbus, sudut iridocorneal, ligamentum Zinii, corpus ciliare.

  • Respon dari jaringan terhadap rudapaksa mata tumpul :Vasokonstriksi dari pembuluh darah perifer >> terjadi iskemia dan nekrosis lokal.Vasodilatasi, hiperpermeabilitas, aliran darah yang menurun.Dinding pembuluh darah robek maka cairan jaringan dan isi sel akan menyebar menuju jaringan sekitarnya sehingga terjadi edema dan perdarahan.

    Tiap-tiap jaringan mempunyai sifat-sifat dan respon khusus terhadap trauma

  • Trauma tumpul : PALPEBRASuatu benturan tumpul bisa mendorong mata ke belakang sehingga kemungkinan merusak struktur pada permukaan (kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea dan lensa) dan struktur mata bagian belakang (retina dan persarafan).Palpebra = Pelindung bola mataTerjadi trauma >> refleks menutupHematoma palpebra

  • KONJUNGTIVA: Edema KonjungtivaJaringan konjungtiva = selaput lendirMenjadi kemotik pada setiap kelainannya (trauma tumpul)Kelopak terpajan ke dunia luar dan konjungtiva tidak dapat mengedip maka keadaan ini telah dapat mengakibatkan edema pada konjungtiva. Tata Laksana : DekongestanPada kemotik konjungtiva berat dapat dilakukan insisi

  • KONJUNGTIVA : Hematoma SubkonjungtivaTerjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau dibawah konjungtiva, arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pastikan bahwa tidak terdapat robekan dibawah jaringan konjungtiva atau sklera. Tata Laksana : kompres hangat.Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 2-3 minggu tanpa diobati.

  • KORNEA : Edema KorneaTrauma tumpul yang keras atau cepat pada mata >> edema kornea >> ruptur membran descementKeluhan penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihatTata Laksana : Larutan hipertonik seperti NaCl 5% atau larutan garam hipertonik 2-8%, glukose 40% dan larutan albumin. TIO >> azetolamida. Penyulit : kerusakan membran descement yang lama sehingga mengakibatkan keratopati bulosa

  • KORNEA : Erosi KorneaKeadaan terkelupasnya epitel kornea akibat gesekan keras pada epitel kornea. Keluhan : sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel, mata berair, denagan kornea yang keruh. Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila diberi perwanaan fluorescein akan berwarna hijau.Tata Laksana : Epitel yang terkelupas dilepas Antibiotika spektrum luas seperti neosporin, kloramfenikol, dan sulfasetamide tetes mata.Siklopegik aksi pendek seperti tropikamida

  • BMD : HifemaPerdarahan dalam bilik mata depan yang berasal dari iris dan corpus siliare.Respon vaskuler yang terkena adalah arteri ciliaris anterior, perdarahan vena di Schlemm kanal70 % kasus penyerapan terjadi dalam waktu 5-6 hari.Pada umumnya 70 % kasus penyerapan terjadi dalam waktu 5-6 hari.Penyulit : iritis, sinekia anterior dan posterior, glaukoma sekunder

  • Tata laksana HifemaBed rest total dengan elevasi kepala 30-45Bebat mataPemberian obat-obatan :AntikoagulansiaMidriatika miotikaOcular hypotensive drugKortikosteroid dan antibiotikObat-obatan lain : sedativa dan analgesitika

  • Tata laksana hifemaIndikasi Operasi :Glaukoma sekunderTanda imbibisi kornea atau hemosiderosis korneaTidak ada perbaikan hifema setelah 3-5 hariPasien dengan sickle cell disease

    Tindakan operasi yang dikerjakan : PARACENTESA

  • IRIS : IridodialisisRobekan pada pangkal iris sehingga pupil berubahPasien melihat ganda pada satu matannyaPupil terlihat lonjong, biasanya terjadi bersama hifemaTata lakasana : reposisi pangkal iris yang terlepas

  • LENSA : Dislokasi Lensa Terjadi akibat putusnya zonula zinn yang akan mengakibatkan kedudukan lensa terganggu.

  • LENSA : Subluksasi LensaTerjadi akibat putusnya sebagian zonula zinn sehingga lensa berpindah tempat. Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang.Gambaran pada iris berupa iridodonesis akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada maka lensa yang elastic akan menjadi cembung, dan mata akan menjadi lebih miopik.Lensa yang menjadi sangat cembung mendorong iris ke depan sehingga sudut bilik mata tertutup. Bila sudut bilik mata menjadi sempit pada mata ini mudah terjadi glaucoma sekunder.

  • LENSA : Luksasi Lensa AnteriorSeluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus sehingga lensa dapat masuk ke dalam bilik mata depanTerjadi glaucoma kongestif akutKeluhan : Penglihatan menurun mendadakRasa sakit yang sangatMuntahMata merah dengan blefarospasmeInjeksi siliar yang beratEdema korneaIris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebarTekanan bola mata sangat tinggi.

  • LENSA : Luksasi Lensa PosteriorAkibat putusnya zonula zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah polus posterior fundus okuliKeluhan skotoma pada lapang pandangannya akibat lensa mengganggu kampusMata ini akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa atau afakiaPasien akan melihat normal dengan lensa +12.0 dioptri untuk jauh, bilik mata depan dalam dan iris tremulans

  • TRAUMA FUNDUS OCULI

  • Edema Retina dan KoroidPenglihatan akan sangat menurunEdema retina akan memberikan warna retina yang lebih abu-abu akibat sukarnya melihat jaringan koroid melalui retina yang sembabPada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah terjadi edema macula.Edema yang luas sehingga seluruh polus posterior fundus okuli berwarna abu-abuUmumnya penglihatan akan normal kembali setelah beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunnya daerah macula oleh sel pigmen epitel.

  • Ablasio RetinaKeluhan seperti adanya selaput yang seperti tabir menganggu lapangan pandangannya.Bila terkena atau tertutup daerah makula maka tajam penglihatannya akan menurun. Funduskopi : retina yang berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang terlihat terangkat dan berkelok-kelok. Kadang-kadang terlihat pembuluh darah seperti yang terputus-putus.

  • Ruptur KoroidPerdarahan subretina yang dapat merupakan akibat ruptur koroid. Biasanya terletak di polus posterior bola mata dan melingkar konsentris di sekitar papil saraf optik.Bila ruptur koroid ini terletak atau mengenai daerah makula lutea maka tajam penglihatan akan turun Bila tertutup oleh perdarahan subretina agak sukar dilihat akan tetapi bila darah tersebut telah diabsorpsi maka akan terlihat bagian ruptur berwarna putih karena sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup koroid.

  • Avulsi Papil Saraf OptikPada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari pangkalnya didalam bola mata yang disebut sebagai avulsi papil saraf optik.Keadaan ini akan mengakibatkan turunnya tajam penglihatan yang berat dan sering berakhir dengan kebutaan.Penderita ini perlu dirujuk untuk dinilai kelainan fungsi retina dan saraf optiknya.

  • Optik Neuropati TraumatikKompresi pada saraf optik, perdarahan dan edema sekitar saraf optik.Penglihatan berkurangTerdapat reaksi defek aferen pupil tanpa adanya kelainan nyata pada retinaGangguan penglihatan warna dan lapangan pandangPapil saraf optik dapat normal dalam beberapa minggu sebelum menjadi pucat.Pengobatan adalah dengan merawat pasien pada waktu akut dengan memberi steroid. Bila penglihatan memburuk setelah steroid maka perlu dipertimbangkan untuk pembedahan.

  • Trauma Tajam

  • Tanda dan GejalaTajam penglihatan menurunTekanan bola mata rendahBilik mata dangkalBentuk dan letak pupil berubahTerlihat adanya ruptur pada cornea atau scleraTerdapat jaringan yang prolaps seperti caiaran mata iris, lensa, badan kaca atau retinaKonjungtiva kemotis

  • Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan RadiologiAdanya benda asingUSG untuk menentukan letaknya

    Pemeriksaan Computed Tomography (CT)Suatu tomogram dengan menggunakan komputer dan dapat dibuat scanning dari organ tersebut.

  • PENATALAKSANAANBila terlihat salah satu tanda diatas atau dicurigai adanya perforasi bola mata, maka secepatnya dilakukan pemberian antibiotik topical, mata ditutup, dan segera dikirim kepada dokter mata untuk dilakukan pembedahan.Sebaiknya dipastikan apakah ada benda asing yang masuk ke dalam mata dengan membuat foto. Pada pasien dengan luka tembus bola mata selamanya diberikan antibiotik sistemik atau intravena dan pasien dikuasakan untuk kegiatan pembedahan

  • PATOFISIOLOGITrauma tajam pada mata karena benda tajam maka dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai yang terdalam.

  • Luka Terbuka Palpebra Anamnesa : Keluhan rasa nyeri, bengkak dan berdarah.Pemeriksaan : tampak adanya luka terbuka dan perdarahanPengobatan : pembersihan luka, kemudian dijahit.Perhatian : Luka yang persis pada palpebra harus khusus diperhatikan karena apabila penjahitan tidak tepat pada kedua tepi luka akan memberi hasil kosmetik dan fungsional yang jelek.Bila perlu dapat ditambah dengan antibiotika, analgetik dan antiinflamasi.

  • Luka pada KonjungtivaPerdarahan : Penatalaksanaan sama dengan rudapaksa mata mekanis tumpul.Robekan 1 cm : Tidak dijahit, diberikan antibiotika lokal.Robekan lebih dari 1 cm : Dijahit dengan benang cat gut atau sutera berjarak 0,5 cm antara tiap-tiap jahitan. Beri antibiotika lokal selama 5 hari dan bebat mata untuk 1-2 hari.

  • Luka Tembus Kornea Anamnesa : teraba nyeri, epifora, fotofobia, dan blefarospasme.Pemeriksaan : bagian yang mengalami kerusakan epitel menunjukkan flurocein (+) Pengobatan : tiap luka terbuka kornea yang masih menunjukkan adanya kebocoran harus dijahit.Jaringan intraokular yang keluar dari luka dipotong sebelum luka dijahitJahitan kornea dilakukan secara lamellar untuk menghindari terjadinya fistel melalui bekas jahitan.Antibiotika lokal dalam bentuk salep, tetes atau subkonjungtiva 0,3-0,5 U. Garamycin tiap 2 hari sekali.Atropin tetes 0,5%-1% tiap hari. Dosis dikurangi bila pupil sudah cukup lebar.

  • Ulkus KorneaSebagian besar disebabkan oleh trauma yang mengalami infeksi sekunder.Anamnesa : teraba nyeri, epifora, fotofobia, dan blefarospasme.Pemeriksaan : Kornea yang edema dan keruh, bagian yang mengalami kerusakan epitel menunjukkan fluoresent( + ).Terapi : antibiotika lokal tetes, salep atau subkonjungtiva, scraping atau pembersihan jaringan nekrotik

  • Luka Terbuka SkleraLuka ini lekas tertutup oleh konjungtiva sehingga kadang sukar diketahui. Luka tembus sclera harus dipertimbangkan apabila dibawah konjungtiva nampak jaringan hitam (koroid).Pengobatan : sama dengan luka tembus pada kornea.

  • Oftalmia SimpatetikSuatu uveitis yang diderita oleh mata kontralateral apabila mata lainnya mengalami trauma atau trauma tembus yang mengenai jaringan uvea. Frekuensi tertinggi terjadi 2-4 minggu sesudah trauma.TAHAP IRITASI Anamnesa : keluhan nyeri, tanda-tanda radang ringan, epifora, dan fotofobia.Pemeriksaan : tanda-tanda iritis ringan, biasanya bersifat reversibel atau langsung tahap radang.

  • Oftalmia SimpatetikTAHAP RADANG Dapat berlangsung akut/menahun. Stadium ini bersifat irreversibel dan kemungkinan besar akan memburuk bila pengobatan kurang sempurna.Terapi :Mata traumatik : enukleasi bulbi dipertimbangkan bila visus 0 atau lebih jelek daripada mata simpatetik.Mata yang masih mempunyai visus walaupun terbatas selalu menjadi pertimbangan yang sangat sulit apakah akan dilakukan enukleasi atau dipertahankan.

  • IritisAnamnesa : keluhan nyeri, epifora, fotofobia, dan blefarospasme.Pemeriksaan : pupil miosis, reflek pupil menurun, sinekia posterior.Terapi : Atropin tetes 0,5%- 1 %, 1-2 x perhari selama sinekia belum lepas. Antibiotik lokal, Diamox bila ada komplikasi glaukoma

  • LENSAKatarak : Penatalaksanaan sama dengan trauma tumpul.Dislokasi lensa :Penatalaksanaan sama dengan pada rudapaksa mata tumpul

  • Corpus Alienum (Benda Asing)Anamnesa : mengeluh ada benda asing masuk kedalam mataPemeriksaan : cari benda asing, funduskopi dan foto rontgenBenda asing yang masuk dalam mata dapat dibagi 2 kelompok yaitu : Benda logam dan benda bukan logamPengobatan : mengeluarkan benda asing. Pemberian antibiotika lokal pada benda asing di konjungtiva dan kornea. Pada kornea dapat ditambahkan atropin 0,5 %-1 %, bebat mata dan diamox bila ada tanda-tanda glaukoma sekunder.

  • Otot Ekstra OkularKelainan Pergerakan Mata. Hal ini pada trauma dapat disebabkan :Kelainan pada otot mataKelainan pada persarafan otot mataKelainan pada jaringan orbita lainnyaAnamnesa : akibat diplopia timbul keluhan pusing, mual, muntah. Pemeriksaan. : hambatan pergerakan bola mata dapat akibat paralisa atau ototnya sendiri yang terjepit.

  • Otot Ekstra OkularTest Forced Duction : Untuk membedakan gangguan karena kelumpuhan atau ototnya yang terjepit. Cara : Mata ditetesi anestesi lokal, kemudian otot yang akan diperiksa dipegang dengan pinset dan ditarik ke arah gerak otot tersebut.bila lancar berarti paralisabila sukar ada hambatan / otot terjepitPARALISA : anti inflamasi dan neurokopik untuk menghindari diplopia satu mata : pada parese ringan mata sehat ditutup supaya mata parese terlatih, pada parese berat mata parese yang ditutup

  • Trauma Kimia

  • Trauma AsampH < 7Asam sulfat, asam asetat, hidroflorida, dan asam klorida. Terlihat iritasi berat yang sebenarnya akibat akhirnya tidak berat, kerusakan konjungtiva dan korneaDalam masa penyembuhan setelah terkena zat kimia asam akan terjadi perlekatan antara konjugtiva bulbi dengan konjungtiva tarsal yang disebut simblefaronPenatalaksanaan : irigasi dengan menggunakan salin isotonic steril dan memeriksa pH permukaan mata dengan meletakkan seberkas kertas indicator di forniks. Ulangi irigasi apabila pH tidak terletak antara 7,3-7,7. a

  • Trauma BasaIritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luarBasa akan menembus kornea, camera oculi anterior, dan sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaanMenurut klasifikasi Thoft, trauma basa dapat dibedakan menjadi:Derajat 1 : terjadi hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtataDerajat 2 : terjadi hiperemi konjungtiva disertai hilangnya epitel korneaDerajat 3 : terjadi hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel korneaDerajat 4 : konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%

  • Tatalaksana : irigasi dengan garam fisiologik selama mungkin. Bila mungkin irigasi dilakukan paling sedikit 60 menit setelah trauma. Penderita diberi sikloplegia, antibiotika, EDTA untuk mengikat basa.

  • Trauma FisikCAHAYACahaya yang berasal dari matahari atau alat untuk las mengandung ultraviolet yang dapat mengakibatkan konjungtivitis dan keratitis, sedangkan cahaya dari pembikinan kaca (Glass Blomers) banyak mengandung infra red yang dapat mengakibatkan katarak.Anamnesa : Mata terasa nyeri, epifora yang timbul 6-12 jam sesudah melihat cahaya tersebut.Pemeriksaan : Hiperemi konjungtiva, flurescein test positifPengobatan : Pada Konjungtiva beri antibiotika lokal,atropine bila fluorescein luar

  • Trauma FisikKEBAKARAN Dengan adanya reflek perlindungan menutup palpebra sering kornea dan konjungtiva terhindar dari bahaya kebakaran, sehingga kelainan terbatas pada palpebra.Pengobatan:Tidak berbeda dengan kelainan akibat luka bakar pada kulit bagian tubuh yang lain.

  • Trauma FisikBLOW OUT FRAKTURPatah tulang dasar orbita tanpa kerusakan dari rima orbita akibat perubahan mendadak dan ruang retrobulbar karena perubahan tekanan yang terjadi akibat hantaman yang keras pada bulbus oculi.Anamnesa : Adanya trauma, visus menurun, nyeri, diplopia, mual, muntahPemeriksaan : Edema hypoestesi daerah saraf intraorbita, tanda-tanda patah tulang : Gerakan terbatas,enoftalmusKonservatif selama 3 minggu untuk mengevaluasi sambil menunggu oedema dan ekhimosis berkurang. Bila enoftalmus masih tampak,keluhan diplopia sangat menganggu : operatif.

  • Daftar PustakaIlyas,Sidharta. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai Penerbit FKUIJames, Bruce, et al. 2006 . Lecture Notes Oftalmologi, 9th eds. Surabaya : Airlangga.Radjamin R.K.et all 1998. Ilmu Penyakit mata. 3rd edisi. Surabaya : Airlangga University Press.Tjokronegoro, Arjatmo. 2003. Ilmu Penyakit Mata,3 rd edisi. Jakarta : Balai Penerbit FKUIVaughan, D, Asbury, T. 2009. Oftalmologi Umum, Jakarta: EGC

  • Terima Kasih