Topik Ggn Psikokogis Hamil Dan Nifas Kel 1_Kls A

48
LAPORAN PEMBELAJARAN (Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal dengan metode Collaborative Learning) Disusun oleh: Kelompok 1 Jalur Umum A / Semester IV Anggita Prawyandani P17324112004 Devi Fitrisani P17324112010 Hilmi Tazkiyatunnur P17324112018 Indah Ayu Amanda Putri P17324112020 Mega Nurwandi Putri P17324112022 Nissa Dewi Kaswarina P17324112026 Resvi Siti Zulfa P17324112042 Vera Siti Maryam P17324112039

description

post partum blues, depresi post partum,

Transcript of Topik Ggn Psikokogis Hamil Dan Nifas Kel 1_Kls A

LAPORAN PEMBELAJARAN

(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal dengan metode Collaborative Learning)

Disusun oleh:Kelompok 1Jalur Umum A / Semester IV

Anggita PrawyandaniP17324112004Devi FitrisaniP17324112010Hilmi TazkiyatunnurP17324112018Indah Ayu Amanda PutriP17324112020Mega Nurwandi PutriP17324112022Nissa Dewi KaswarinaP17324112026Resvi Siti ZulfaP17324112042Vera Siti MaryamP17324112039

JURUSAN KEBIDANAN BANDUNGPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG2013/2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1BAB I ISI1. Materi / Topik yang Dibahas dalam CL 22. Waktu 23. Dosen Pembimbing sebagai Fasilitator 24. Peserta 2BAB II PROSES KEGIATAN1. Kasus / Masalah yang Dibahas 32. Hasil Diskusi Kelompok Berdasarkan Hasil Inkuiri 53. Tambahan, Pertanyaan dan Jawaban pada saat diskusi saat presentasi 32DAFTAR PUSTAKA 34

BAB IISIPelaksanaan Laporan Kegiatan Collaborative Learning (CL)

1.1 Materi/topik yang dibahas dalam CL Asuhan kebidanan gangguan psikologis pada masa hamil dan nifas.1.2 Waktu pelaksanaan kegiatan CLRabu, 4 Juni 2014 di Ruang Kelas Jalum 2A.1.3 Dosen pembimbing sebagai fasilitator/narasumberRiana Pascawati, SST.1.4 Peserta yang mengikuti CLKetua : Vera Siti MaryamNotulen: Devi Fitrisani Indah Ayu Amanda PutriAnggota: Anggita Prawyandani H Hilmi Tazkiyatunnur Mega Nurwandi Putri Nissa Dewi Kaswarina Resvi Siti Zulfa

BAB IIPROSES KEGIATAN

3.1 Kasus/masalah yang dibahas

Ny Rw, 35 tahun melahirkan anak kedua di rumah sakit 7 hari yang lalu. Riwayat kehamilan sebelumnya ibu mengalami ketakutan yang berlebihan akan rasa sakit selama persalinan, dokter mendiagnosa neurosis dalam kehamilan. Persalinan anak pertama berlangsung secara normal di bidan. Riwayat kehamilan sekarang ibu terkadang masih merasa ketakutan dan cemas dalam menghadapi persalinan apalagi setelah diketahui anak yang dikandung kembar. Kehamilan ini tidak direncanakan karena ibu belum KB setelah kelahiran anak pertama dan saat ini masih berusia 1 tahun.Ibu pernah dikonsulkan ke dokter spesialis jiwa dengan diagnose depresi dalam kehamilan. Persalinan yang sekarang berlangung secara SC atas indikasi posisi kedua bayi melintang. Ibu melahirkan anak kembar laki-laki dan perempuan 3600gram dan 3000gram. Saat ini bidan melakukan kunjungan rumah. Ibu mengatakan payudara sakit dan keras, ibu tidak mampu mengurus kedua bayinya karena dirumah sendirian tidak ada yang membantu. Suami Ny Rw jarang membantu ibu karena kerja diluar kota dan pulang seminggu sekali. Ibu makan 1-2 kali sehari. Istirahat kurang karena anak sering rewel bergantian. Ibu hanya menyusui sebelah kanan karena sebelah kiri terasa sakit, kalau asi bayi dikasih susu formula.Pemeriksaan TD 110/80 mmHg, Nadi 80x/mnt, Resp 24x/mnt, suhu 38C. Payudara kiri memerah dan keras. Skor EPDS 13.Pertanyaan:1. Apa kemungkinan diagnose dan masalah pada klien?2. Sebutkan data dasarnya!3. Apa diagnose banding kasus diatas?4. Data dasar atau tanda dan gejala apa saja yang bisa ditemukan pada klien?5. Apa riwayat yang bisa digali pada klien tersebut berhubungan dengan masalah atau diagnosisnya?6. Apa kemungkinan diagnose atau masalah potensial ibu dan janin baik yang muncul sehubungan dengan diagnose/masalah actual?7. Bagaimana asuhan yang akan anda berikan pada klien tersebut? (peran bidan di BPM)8. Bagaimana penatalaksanaan kasus tersebut di rumah sakit secara komprehensif?9. Sebutkan macam-macam gangguan psikologis dalam kehamilan!10. Sebutkan macam-macam gangguan psikologis dalam masa nifas!11. Bagaimana cara mendiagnosa gangguan psikologis dalam kehamilan dan nifas?12. Sebutkan pengaruh gangguan psikologis dalam kehamilan dan nifas terhadap kehamilan dan persalinan dan nifas!13. Bagaimana penanganan gangguan psikologis dalam kehamilan dan nifas?14. Bagaimana tindakan bidan yang seharusnya dilakukan apabila menghadapi kasus seperti diatas?15. Apa fungsi EPDS, bagaimana penggunaan di Indonesia? Jelaskan!!!16. Buatlah pendokumentasian beserta partograf dalam bentuk SOAP dengan baik dan benar!

3.2 Hasil Diskusi Kelompok Berdasarkan Hasil Inkuiri

PERTANYAAN DAN JAWABAN KASUS

1. Apa kemungkinan diagnose dan masalah pada klien?Diagnosa:P3A0 postpartum 7 hari dengan kemungkinan Depresi Post PartumDiagnosa potensial : psikosa post partumMasalah :a. Ibu memiliki riwayat gangguan psikologis b. Ibu memiliki beban kerja yang terlalu beratc. Ibu memiliki masalah pada laktasi

2. Sebutkan data dasarnya!Kejadian ini dimulai pada 2-4 hari pertama setelah melahirkan, dan puncaknya terjadi pada hari ke 5-7 setelah melahirkan dan menghilang pada akhir minggu kedua postpartum.Sumber lain mengatakan bahwa postpartum blues terjadi pada periode awal postpartum, sekitar hari ke 3-10 setelah persalinan.Tanda dan gejalanya meliputi:a. Ibu terus menangis dan merasa sedihb. mood yang labilc. mudah marahd. ibu cemase. ibu merasa kebingunganf. ibu sulit berkonsentrasig. ibu merasa keletihanh. ibu menjadi sangat sensitive

3. Apa diagnose banding kasus diatas?Diagnosa banding harus membedakan gangguan emosi pada masa nifas lain, gangguan emosi yang sembuh sendiri dari postpartum blues lalu dari dekompensasi yang memerlukan terapi psikiatrik gawat darurat.

4. Data dasar atau tanda dan gejala apa saja yang bisa ditemukan pada klien?Data dasar yang bisa ditemukan pada klien dengan postpartum blues, yaitu :a. Ibu pernah mengalami gangguan kecemasan termasuk depresi sebelum hamil.b. Memiliki kejadian-kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi pada ibu hamil, seperti kehilangan suami, dllc. Kondisi bayi cacat atau memerlukan perawatan khusus pasca persalinan yang tidak pernah dibayangkan oleh sang ibu sebelumnyad. Tidak adanya perencanaan kehamilan atau kehamilan yang tidak direncanakane. Kurangnya dukungan yang diberiksan oleh keluarga, suami, dan temanf. Kurangnya kasih sayang di masa kanak-kanakg. Adanya keinginan untuk bunuh diri pada masa sebelum kehamilan

Tanda dan gejala yang timbul diantaranya:a. Mudah menangis tanpa sebabb. Merasa tertekan dan tidak bahagiac. Mengalami perubahan perasaand. Merasa gelisah, cemas, terlalu sensitif, dan mudah tersinggunge. Kesepianf. Khawatir mengenai sag bayig. Penurunan gairah seksh. Perasaan negatif pada bayi yang dilahirkani. Adanya perasaan untuk membenci diri sendiri, perasaan bersalah, individu merasa tidak bergunaj. Tidak mau makan dan perubahan drastis pada berat badank. Tidak mau bicaral. Sakit kepala seringm. Kurang percaya diri terhadap kemamouan menjadi seorang ibu

5. Apa riwayat yang bisa digali pada klien tersebut berhubungan dengan masalah atau diagnosisnya?a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang laluTahunAnakkeKehamilanPersalinanBayiNifas

LamaKomplikasiPenolongTempatJenisH/MJKBB/TBMenyusui

20121atermNeurosis kehamilanBidan BPMSpontan HL3000 grYa (eksklusif)

b. Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang TahunAnakkeKehamilanPersalinanBayi

LamaKomplikasiPenolongTempatJenisH/MJKBB/TB

20132AtermJanin kembar letak lintang & depresi kehamilan

Dokter Rumah sakitSc HP/L3000/ 3600 gr

c. Riwayat penyakit dahulu: saat kehamilan pertama ibu di diagnosis mengalami neurosis kehamilan dan saat kehamilan kedua ibu di diagnosis mengalami depresi kehamiland. Riwayat Kesehatan keluarga: tidak ada keluarga yang pernah mengalami gangguan kejiwaane. Riwayat Psikososial1) Dukungan suami: kurang baik, suami sering pergi ke luar kota2) Perawatan bayi: mandiri, ibu merasa tidak mampu mengurus bayinya karena di rumah sendiri tidak ada yang membantu

6. Apa kemungkinan diagnose atau masalah potensial ibu dan janin baik yang muncul sehubungan dengan diagnose/masalah actual?a. KehamilanKomplikasi yang mungkin terjadi pada ibu hamil yang mengalami depresi adalah:1) Persalinan prematurSebuah hubungan yang jelas telah ditemukan antara peningkatan hormon hipotalamus, hipofisis, dan hormon plasenta dengan terjadinya persalinan prematur Telah dibuktikan bahwa psikopatologi selama kehamilan merugikan mempengaruhi lingkungan rahim dan karena itu mempengaruhi hasil janin. 2) PreeklampsiDepresi dan kecemasan mungkin berbahaya bagi kehamilan, melalui perubahan/peningkatan ekskresi hormon vasoaktif dan pemancar neuroendokrin lainnya. Hal ini menyebabkan vasokonstriksi dan resistensi arteri uterina dan, karena itu, meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah secara tidak langsung dapat menjadi faktor risiko bagi terjadinya preeklampsi. 3) Aborsi SpontanBeberapa studi telah menjelaskan bahwa depresi dapat menjadi faktor risiko untuk aborsi spontan. Stres dan beberapa hormon yang menyebabkan depresi seperti CRH dan adrenocorticotropik hormone (ACTH) berinteraksi dengan sel T atau sel mast dan mengubah produksi sitokin. Karena keseimbangan dalam sistem saraf dan endokrin yang diperlukan untuk mempertahankan kehamilan, ketidakseimbangan yang disebabkan oleh depresi mungkin dapat menyebabkan aborsi.

Komplikasi yang mungkin terjadi pada janin pada ibu yang mengalami depresi saat hamil adalah : 1) Fetal distress2) Skor APGAR rendah3) BBLR4) IUFD5) Komplikasi perinatal saat bersalin.

b. Postpartum Depresi pasca persalinan memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang bagi anak. Jika tidak mendapatkan penanganan serius, komplikasi yang ditimbulkan bisa terjadi dari usia dini hingga dewasa. Beberapa penyakit seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, hiperkolesterolemia, gangguan keseimbangan glukosa, dan non insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) merupakan penyakit yang diduga timbul akibat gangguan saat masa fetal. Salah satu penyebab timbulnya penyakit dewasa yang berasal dari fetal (fetal origin of adult disorder; teori Barker) ialah keturunan dari ibu yang mengalami depresi baik antenatal maupun pasca persalinan. Keturunan dari ibu yang mengalami depresi pasca persalinan juga berpotensi untuk mengalami kelainan psikiatri jangka panjang. Efek untuk ibu yang mengalami depresi pasca persalinan bervariasi. Dalam perjalanannya depresi pasca persalinan dapat membaik, namun dapat mengalami perburukan menjadi kelainan depresi mayor. Walaupun jarang terjadi depresi pasca persalinan dapat berkembang menjadi psikosis pasca persalinan yang terburuk dari komplikasi ini ialah bunuh diri dan pembunuhan atas anak sendiri. (Pearlstein, 2009 dan Wisner dkk, 2002).

7. Bagaimana asuhan yang akan anda berikan pada klien tersebut? (peran bidan di BPM)a. Ajukan pertanyaan yang mengidentifikasi faktor risiko depresi postpartum pada pengkajian riwayat pranatal awalb. Lakukan wawancara pascapartum (konseling, dukungan, dan pemahaman tentang pengalaman melahirkan), yang dapat mengurangi depresi postpartumc. Beritahu keluarga untuk selalu memberi dukungan psikologis terhadap ibud. Dengan cermat gali setiap tanda depresie. Konsul atau rujuk ibu untuk mendapatkan pengobatan psikologis dan farmakologis.

8. Bagaimana penatalaksanaan kasus tersebut di rumah sakit secara komprehensif?Secara umum, dalam menatalaksanaan ibu dengan depresi postpartum diberikan dengan farmakologis, psikoterapi, hormonal therapy, dan prophylactic treatment.(i) FarmakologisPasien yang telah didiagnosis dengan gangguan depresi postpartum, diberikan pengobatan dengan antidepressant. Pemberian selective serotonin reuptake inhibitor (SSRIs) seharusnya diberikan pada karena golongan obat tersebut mempunyai resiko efek toksik yang rendah. SSRis bisa membantu pasien yang tidak mempunyai respon bagus terhadap tricyclic antidepressant, golongan antidepressant lainnya dan cenderung ditoleransi lebih baik dengan dosis yang rendah. Bagaimanapun, jika pasien sebelumnya mempunyai respon baik terhadap obat antidepressant jenis lainnya, obat tersebut secara kuat dipertimbangkan untuk diberikan kembali.Golongan obat lainnya yang digunakan pada pasien depresi postpartum adalah tricyclic antidepressant (TCAs). Cara kerja obat golongan untuk menurunkan gejala depresi tidak diketahui tetapi jenis obat ini dapat menghalangi re-uptakeberbagi neurotransmiter termasuk serotonin dan norepinephrine pada membran neuronal.Pada pasien multipara sensitif terhadap efek samping dari pengobatan, pengobatan semestinya dimulai setengah dosis awal selama empat hari, dan selanjutnya akan ditingkatkan dosisnyasecara perlahan sampai dosis yang direkomendasi tercapai. Peningkatan dosis secara perlahan sangat menolong dalam mengatasi adanya efek samping dari obat. Jika pasien merespon terhadap percobaan awal selama enam sampai delapan minggu, dosis yang sama harus diberikan selama minimal enam bulan setelah toleransi penuh tercapai, dalam hal untuk mencegah kambuhnya efek samping. Jika tidak ada perkembangan setelah enam bulan terapi pengobatan atau jika pasien merespon namun gejalanya timbul lagi, dirujuk ke psikiater dapat dipertimbangkan.(ii) PsikoterapiPada studi yang melibatkan 120 ibu melahirkan, interpersonal psikoterapi, dengan pengobatan 12 sesi yang terfokus pada perubahan peran dan pentingnya suatu hubungan sangat efektif untuk meredakan gejala depresi dan meningkatkan fungsi psikososial. Sebuah grup berdasarkan intervensi pada psikotherapi interpersonal diberikan selama kehamilan mencegah terjadinya depresi postpartum. Bagaimanapun, psikoterapi sebagai tambahan dikombinasikan dengan fluoxetine tidkak meningkatkan pengobatan daripada dengan fluoxetine saja.(iii) Hormonal Replacement TherapyEstradiol telah dievaluasi sebagai pengobatan untuk depresi postpartum. Pada studi yang membandingkan transdermal estradiol dengan plasebo, grup yang diobati dengan estradiol mempunyai penurunan skor depresi yang signifikan selama bulan pertama.(iv) ProfilaksisTreatmentPasien yang mengalami riwayat depresi setelah kehamilannya dapat beresiko menjadi depresi postparrtum setelah melahirkan. Terapi preventif setelah melahirkan harus dipertimbangkan pada pasien dengan riwayat depresi sebelumnya. Obat yang direspon pasien sebelumnya dengan selective-serotonin-reuptake (SSRIs) inhibitor adalah pilihan rasional, tricyclic antidepressant (TCAs) tidak dapat melindungi sebagaimana dibandingkan dengan plasebo. Minimal, penanganan depresi postpartum termasuk pengawasan untuk terjadinya kekambuhan, dengan sebuah rencana intervensi cepat jika ada indikasi.Menyusui juga merupakan salah satu treatment yang bersifat profilaksis. Menyusui tidak hanya untuk mengurangi stress untuk ibu, namun juga menguragi tingkat stress pada bayi ketika ibunya mengalami depresi.Peneliti membandingkan empat grup wanita yaitu ibu depresi yang menyusui atau melalui susu botol dan ibu sehat yang menyusui atau melalui susu botol yang hasilnya dicatat dalam babies electroencephalogram (EEG). Peneliti menemukan bahwa bayi dari ibu yang depresi dan tidak menyusui mempunyai pola EEG abnormal. Studi cross-sectional pada 38 ibu dengan bayinya berumur 10 bulan yang diuji EEG selama emosi berbeda dimana semua ibu dengan SES rendah dan 68% adalah Afrika-Amerika.Pasien dengan depresi dan bayinya menunjukkan pengaruh negatif daripada pasien nondepresi. Pengaruh ngetif ini tidak hanya timbul selama interaksi ibu dan bayinya, namun juga timbul pada rangsangan yang diciptakan untuk menghilangkan pengaruh negatif selama pemisahan ibu dan anak.Pada akhirnya disimpulkan bahwa, menyusui melindungi suasana hati ibu dengan mengurangi tingkat stress. Ketika tingkat stress rendah, respon inflamasi ibu tidak aktif dan akan mengurangi resiko depresi

9. Sebutkan macam-macam gangguan psikologis dalam kehamilan!a. Kehamilan dengan neurosisDali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan: keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik, dst.Neurosis, menurut W.F. Maramis (1980 : 97), adalah suatu kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak diselesaikan suatu konflik tidak sadar.Psikoneurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian. Karena gangguan hanya pada sebagian kepribadian, maka yang bersangkutan masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas sehari-hari. Sebenarnya psikoneurosis bukanlah suatu penyakit, yang bersangkutan masih dapat kita sebut normal. Yang diderita yang bersangkutan adalah ketegangan pribadi yang terus sebagai akibat konflik yang berkepanjangan. Orang tersebut tidak dapat mengatasi konflik yang tidak kunjung reda yang pada taraf terakhir menjadi neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi). Ada kalanya penyakit ini baru timbul setelah lama penyebabnya terjadi atau sama sekali tidak ingat lagi, atau telah diendapkan dalam alam ketidaksadaran. Untuk menyembuhkan penyakit digunakan teknik wawancara yang lazim disebut psikoterapi.

b. Kehamilan dengan depresiDepresi atau Major Depressive Disorders, juga dikenal sebagai depresi unipolar, merupakan suatu kelainan psikiatri yang sering dijumpai. Masalah depresi yang terkait dengan kehamilan merupakan suatu kasus yang sangat sering terjadi. Depresi pada kehamilan bisa terjadi pada bila-bila masa, bisa pada masa antenatal, intrapartum maupun pascapersalinan.

c. Kehamilan dengan psikosaPsikosis adalah gejala gangguan mental berat di mana seseorang kehilangan kemampuan untuk mengenali realitas atau berhubungan dengan orang lain dan mereka biasanya berperilaku dengan cara yang tidak tepat dan aneh. Psikosis muncul sebagai gejala dari sejumlah gangguan mental, termasuk gangguan suasana hati (mood) dan gangguan kepribadian, skizofrenia, halusinasi, delusi, katatonia dan penyalahgunaan zat.Berdasarkan jurnal kesehatan J Med Nus Vol. 26. No. 4 (Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa), terdapat beberapa klasifikasi gangguan psikologis pada kehamilan, yaitu:1. Gangguan Kecemasan pada KehamilanSemua wanita hamil mempunyai pengalaman peristiwa kecemasan. Cemas terhadap perubahan fisik, kesukaran persalinan dan kesehatan janin yang dikandungnya. Kadang-kadang kecemasan itu menjadi berlebihan dan merugikan sehingga timbul gangguan cemas seperti fobia, perilaku menghindar serta kecemasan yang berulang. a. Gangguan cemas menyeluruhGambaran utama gangguan ini kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan tentang kehidupan kehamilan, misalnya komplikasi kehamilan, sekalipun kehamilan itu normal, yang ditandai dengan ketegangan motorik dan hiperaktifitas motorik dan otonom misalnya : gemetar, gugup, gelisah, cepat lelah; gejala hiperaktifitas otonom misalnya : nafas pendek, palpitasi, keringat, kaki dan tangan dingin, pusing, mual, gangguan menelan, kewaspadaan yang berlebihan, perasaan terancam, iritabel, insomnia.b. Gangguan PanikBermanifestasi dengan ciri-ciri utama adanya periode kekhawatiran yang mendalam atau perasaan tidak enak yang berlangsung beberapa menit dan sifatnya berulang secara tak terduga. Serangan panik terjadinya mendadak dengan rasa takut dan kecemasan yang berlebihan serta perasaan ingin mati. Ada laporan bahwa wanita yang hamil mengalami peningkatan gejala panik selama kehamilan. Gejala yang dialami selama serangan panik: nafas pendek, rasa tercekik, jantung berdebar-debar, telinga mendengung, mata kabur/berkunang, perasaan gatal, takut mati dan kehilangan kontrol.c. Gangguan obsesif kompulsifGangguan ini ditandai oleh dorongan dan obsesi berulang yang cukup berat dan menyebabkan tekanan emosi yang nyata. Obsesi adalah ide yang menetap, pikiran atau impuls yang tidak masuk akal, misalnya keinginan. Kompulsi adalah tingkah laku yang berulang-ulang yang dilakukan sebagai respon atas obsesi. Tingkah laku kompulsif dan pikiran obsesif menyebabkan tekanan mental yang nyata pada wanita hamil.Insidens pasti gangguan cemas menyeluruh tidak diketahui. Prevalensi gangguan panik adalah 12% dari seluruh populasi. Ada laporan yang menyebutkan bahwa terjadi perbaikan gangguan panik selama proses kehamilan dan gejalanya menonjol lagi pada periode pascapersalinan. Prevalensi gangguan obsesif kompulsif selama hidup adalah 2 3%.Ingram melaporkan bahwa kehamilan adalah pencetus terbanyak terjadinya gangguan obsesif kompulsif.

2. Gangguan Afektif pada KehamilanGejala utamanya adalah gangguan mood disertai dengan sindrom manik atau depresi yang bukan disebabkan oleh gangguan mental atau penyakit fisik.a. Depresi mayor Ditandai oleh mood yang disforik, tidak peduli pada lingkungan, kenaikan atau penurunan berat badan, insomnia atau hipersomnia, kelelahan, perasaan tidak berharga dan pada kasus yang berat ada ide yang menetap untuk bunuh diri. b. Gangguan bipolarGangguan bipolar atau gangguan manik ditandai oleh periode euforia, atau iritabel yang jelas, hiperaktifitas, insomnia, banyak bicara, tidak bisa memusatkan perhatian dan harga diri yang berlebihan. Baik gangguan depresi maupun episode manik bisa disertai gambaran psikotik, misalnya : halusinasi auditorik maupun ide-ide delusi, 15 25% diantara wanita pernah mengalami depresi selama hidupnya.Insidens gangguan bipolar atau gangguan manik 0,5 1,5%. Insidens depresi mayor dan gangguan manik cenderung meningkat pada periode pascapersalinan.Gejala gangguan depresi yang lain adalah : wajah murung, cengeng, gelisah dan iritabilitas meningkat, sulit konsentrasi, ragu-ragu, sering lupa, timbul ide kematian dan bunuh diri biasa ditemukan pada depresi mayor. Gejala umum mania adalah : ketidakstabilan mood dengan adanya peralihan mood yang cepat dari kemarahan dan depresi. Cara bicara mania sangat cepat, keras dan sulit dipotong.

3. SkizofreniaPrevalensi skizofrenia sekitar 1% dalam kehidupan. Karakteristik dari gangguan ini yaitu: gangguan pikiran, persepsi seperti halusinasi pendengaran, waham kebesaran, asosiasi longgar dan bicara kacau. Selama fase akut, kehamilan dan skizofrenia sering mengalami eksaserbasi gejala psikotik, waham cenderung aneh dan ada hubungannya dengan perubahan fisik dan pergerakan janin pada kehamilan. Halusinasi pendegaran mempengaruhi langsung pada kehamilan misalnya suara menginstruksikan memukul perut supaya janin keluar. Wanita hamil dengan adanya psikotik menolak kehamilannya sampai melahirkan.Pasien dengan gangguan skizoafektif, seperti pada mereka dengan skizofrenia, memiliki gangguan psikotik kronik bersama dengan gejala mood utama. Psikosis jarang berkurang, walaupun gejala mood sering membaik. Gangguan skizoafektif berbeda dari gangguan mood yang lain dimana tidak terdapat gejala psikotik, atau gejala psikotik biasanya berespon terhadap antipsikotik.Penelitian menunjukkan bahwa komplikasi obstetrik banyak ditemukan pada wanita hamil skizofrenia dan bayinya juga memiliki berat badan lahir rendah.

4. Gangguan KepribadianGangguan kepribadian adalah hasil dari penggunaan mekanisme pertahanan yang tidak cukup, stereotipi dan mal adaptasi yang kronis. The Diagnostic and Statistical Manual membagi 3 jenis gangguan kepribadian : (1) paranoid, skizoid dan gangguan kepribadian skizotipal khas diketahui dari keganjilan atau keeksentrikannya; (2) Histerik, narkistik, antisosial dan gangguan borderline ciri khasnya timbul secara dramatis; (3) menghindar, tergantung, kompulsif dan kepribadian pasif-agresif ditandai dengan ketakutan dan kecemasan. Faktor genetik dan lingkungan penting dlam timbulnya penyakit ini, dimana prevalensinya mungkin setinggi 20% individu yang menderita mengenali masalahnya dan berobat.

10. Sebutkan macam-macam gangguan psikologis dalam masa nifas!a. Postpartum blues: depresi ringan dan normal yang hilang dengan sendirinya ini biasanya mencapai puncak pada hari ke-3 dan ke-5, biasanya hilang dalam 24 72 jam tau pada hari ke-10.b. Depresi postpartum: depresi postpartum yang utama mulai muncul di sekitar minggu ke-10 sampai ke-30 setelah melahirkan, dan berlangsung selama 1 tahun. c. Psikosa postpartumGejala psikosis post partum muncul beberapa hari sampai 4-6 minggu post partum.

11. Bagaimana cara mendiagnosa gangguan psikologis dalam kehamilan dan nifas?a. Diagnosa gangguan psikologis dalam KehamilanWanita dengan depresi biasanya mengalami beberapa gejala berikut ini selama 2 minggu atau lebih: 1) Kesedihan persisten2) Kesulitan berkonsentrasi3) Tidur terlalu sedikit atau terlalu banyak4) Kehilangan minat dalam kegiatan yang biasanya dinikmati5) Pikiran berulang tentang kematian, bunuh diri, atau keputusasaan6) Kecemasan7) Perasaan bersalah atau tidak berharga8) Perubahan kebiasaan makanb. Diagnosa gangguan psikologis dalam masa nifasKriteria yang digunakan dalam menegakkan diagnosis berdasarkan pada riwayat dan gejala-gejala yang tampak mengikuti Diagnostic And Statisctical Manual of Mental Disorders, edisi keempat (DSM-IV). DSMIVTR mengategorikan DPP sebagai suatu kelainan depresi mayor akibat pasca bersalin dan terdapat tanda-tanda bahwa gejala depresi timbul dalam jangka waktu 1 minggu pascapersalinan. Menurut ICD-10, DPP ialah kelainan ringan dari mental dan yang timbul dalam waktu 6 minggu pasca persalinan. Namun beberapa penelitian mendapatkan kejadian DPP pasca persalinan lebih dari 1 bulan. Gejala Depresi diantaranya adanya gangguan tidur, gangguan nafsu makan, kehilangan tenaga, perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah.

12. Sebutkan pengaruh gangguan psikologis dalam kehamilan dan nifas terhadap kehamilan dan persalinan dan nifas!a. Pengaruh gangguan psikologi terhadap kehamilanKehamilan, disamping memberi kebahagiaan yang luar biasa, juga sangat menekan jiwa sebagian besar wanita. Pada beberapa wanita dengan perasaan ambivalen mengenai kehamilan, stres mungkin meningkat. Respon terhadap stres mungkin dapa tterlihat bervariasi yang tampak atau tidak tampak. Sebagai contoh, sebagian besar wanita mengkhawatirkan apakah bayinya normal. Pada mereka yang memiliki janin dengan resiko tinggi untuk kelainan bawaan, stres meningkat. Selama kehamilan dan terutama mendekati akhir kehamilan, harus dibuat rencana untuk perawatan anak dan perubahan gaya hidup yang akan terjadi setelah kelahiran. Pada sejumlah wanita, takut terhadap nyeri melahirkan sangat menekan jiwa. Pengalaman kehamilan mungkin dapat diubah oleh komplikasi medis dan obstetrik yang dapat terjadi. Wanita dengan komplikasi kehamilan adalah 2 kali cenderung memiliki ketakutan terhadap kelemahan bayi mereka atau menjadi depresi.Sebaiknya masalah mengenai kesehatan mental dibicarakan. Skrining penyakit mental sebaiknya dilakukan pada pemeriksaan prenatal pertama. Ini mencakup riwayat gangguan psikiatrik dahulu, termasuk rawat inap dan rawat jalan.Penilaian gangguan cemas dan mood dalam kehamilan mencakup pemeriksaan medis dasar yang sesuai dalam hal ini termasuk pemeriksaan darah lengkap, fungsi tiroid, ginjal dan hati. Disarankan juga pemeriksaan toksikologi urin.Penggunaan obat psikoaktif sebelumnya atau saat ini seperti juga penggunaan alkohol dan obat terlarang perlu dicatat. Gejala-gejala yang menunjukkan disfungsi mental sebaiknya diperiksa. Kondisi seperti kecemasan dan depresi mungkin berhubungan dengan peningkatan resiko kelahiran prematur.

b. Pengaruh gangguan psikologi pada saat persalinanFaktor psikologis mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan proses persalinan. Takut biasanya dialami pada hal hal yang belum diketahui ibu sehingga ibu tidak siap untuk melahirkan atau persalinan tidak sesuai dengan jadwal, ibu akan mengalami kelelahan, tegang selama kontraksi dan nyeri yang luar biasa sehingga ibu menjadi cemas. Kecemasan juga bisa terjadi karena pengalaman buruk kerabat atau teman tentang persalinan dan kenyataan bahwa kehamilan yang beresiko juga menyebabkan ibu tidak siap menghadapi persalinan. Tenaga medis dan situasi tempat yang tidak bersahabat dapat mempengaruhi rasa nyaman ibu untuk melahirkan. Terkadang hambatan psikologis lebih besar pengaruhnya dibandingkan fisik. Sering juga terjadi baik gangguan fisik maupun psikologis berpadu menjadi lingkaran setan yang sulit diputuskan, mekanisme ini disebut incoordinate uterine action. Soewandi (1997) menyatakan bahwa pengetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah mengalami kecemasan. Ketidaktahuan tentang suatu hal dianggap sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan krisis dan dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan dapat terjadi pada ibu dengan pengetahuan yang rendah tentang proses persalinan, halhal yang akan dan harus dialami oleh ibu sebagai dampak dari kemajuan persalinan. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh. Menurut Pilliteri (2002) rasa takut, lelah dan kultur akan mempengaruhi respon psikologis berupa cemas yang terjadi pada wanita menjelang persalinan.Efek dari kecemasan dalam persalinan dapat mengakibatkan kadar katekolamin yang berlebihan pada Kala 1 menyebabkan turunnya aliran darah ke rahim, turunnya kontraksi rahim, turunnya aliran darah ke plasenta, turunnya oksigen yang tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan lamanya Persalinan Kala 1.

c. Pengaruh gangguan psikologi pada masa nifasIbu yang mengalami gangguan psikologi selama masa nifas, akan cenderung sering menangis, ansietas, gelisah, nyeri kepala, rasa senang yang berlebihan, mood yang labil, sering lua, iritabilitas, depersonalisasi, insomnia, gangguan nafsu makan, dan timbul perasaan negatif terhadap bayinya.Jika seorang ibu mengalami gangguan psikologi pada masa nifas lalu mengalami insomnia dan gangguan nafsu makan tentu akan berpengaruh terhadap pemulihan organ-organ tubuh selama masa nifas dan mempengaruhi proses laktasi.13. Bagaimana penanganan gangguan psikologis dalam kehamilan dan nifas?Ibu dengan gangguan psikologis dalam kehamilan dan nifas ini akan sembuh bila ibu bisa beradaptasi dengan situasi nyata. Jadi peran bidan memberikan konseling dan dukungan kepada ibu.

Pada masa kehamilana. Berikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih.b. Menyarankan pada ibu untuk beristirahat dengan baik, berolahraga yang ringan, berbagi cerita dengan orang lain, bersikap flesibel, bergabung dengan orang-orang baru.c. Menyarankan pada ibu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.d. Mempersiapkan persalinan dengan lebih baik yaitu tidak hanya menekankan pada materi, tapi yang lebih penting dari segi psikologis dan mental ibu.e. Melakukan pendekatan terapeutik. Hal ini bertujuan untuk menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :1) Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi2) Dapat memahami dirinya3) Dapat mendukung tindakan konstruktiff. Meningkatkansuport mental/dukungan keluarga.g. Minta bantuan suami atau keluarga yang lain jika membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan.h. Beritahu suami mengenai apa yang sedang dirasakn ibu, mintalah dukungan dan pertolongannya.i. Menyarankan ibu untuk membuang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri.j. Menyarankan ibu untuk mencari hiburan dan meluangkan waktu untuk diri sendiri.Pada masa nifasa. Menciptakan ikatan antara bayi dan ibu sedini mungkinmelalui IMD.b. Memberikan penjelasan pada ibu, suami dan keluarga bahwa hal ini merupakan suatu hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua minggu setelah melahirkan.c. Simpati, memberikan bantuan dalam merawat bayi dan dorongan pada ibu agar tumbuh rasa percaya diri.d. Menganjurkan agar beristirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizie. Meningkatkan dukungan keluarga dan suami

14. Bagaimana tindakan bidan yang seharusnya dilakukan apabila menghadapi kasus seperti diatas?a. Pendekatan komunikasi teraupetik.Tujuan dari komunikasi teraupetik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara:1) Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi.2) Dapat memahami dirinya.3) Dapat mendukung tindakan konstruksi.4) Peningkatan support mental/dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan masa nifas.

b. Bagi keluarga muda, masa paska persalinan merupakan awal keluarga baru sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran barunya. Tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase, sebagai berikut:2) Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu hanya pada dirinya sendiri, pengalaman selama proses persalinan sering berulang-ulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.3) Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah persalinan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidak mampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.4) Fase letting go, merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.

c. Bidan menggali riwayat psikologis ibu dan Ibu memiliki riwayat neurosis kehamilan pada kehamilan sebelumnya

d. Bidan menggali riwayat kehamilan dan Kehamilan ini tidak direncanakan serta ibu pernah di diagnosa depresi dalam kehamilan.

e. Menggali keluhan postpartum 7 hari, Payudara ibu sakit dan keras. Tindakan yang dilakukan adalah mengajarkan ibu cara menyusui yang benar dan melakukan perawatan payudara serta mengajarkan perawatan bayi.

f. Ibu tidak mampu mengurus kedua bayinya karena dirumah sendirian tidak ada yang membantu. Tindakan bidan menyarankan ibu ditemani dirumah bisa dengan keluarga misalnya orang tua atau saudara dan orang terdekat ibu seperti teman baik atau tetangga serta yang terpenting suami ibu harus sering menemani ibu dan meluangkan waktunya.Minta bantuan suami keluarga yang lain untuk melakukan pekerjaan sehari-hari, seperti mengurus rumah sehingga dapat mengurangi pekerjaan ibu, ibu dapat beristirahat dan mengurangi kelelahan.g. Suami jarang membantu ibu karena kerja diluar kota dan pulang seminggu sekali.Menyarankan agar suaminya bisa pulang lebih sering apabila tidak bisa menemani istrinya maka minta orang terdekat istri untuk menemani dirumah seperti keluargah. Istirahat kurang karena anak sering rewel bergantian. Bidan menganjurkan ibu tidur ketika bayi tidur. Ini adalah waktu yang efektif untuk tidur, dimana ibu tidak perlu khawatir akan anaknya dan ibu dapat mengetahui jika bayinya terbangun. Ada yang membantu ibu dalam merawat bayinya selain itu mengatakan kepada ibu bahwa kesempatan merawat bayi hanya datang satu kali.i. Suhu : 38 C.Suhu ibu bisa terjadi karena Ibu hanya menyusui sebelah kanan karena sebelah kiri terasa memerah dan keras. Lalu bisa karena kurang istirahat, bidan menganjurkan cara menyusui yang benar dan menganjurkan ibu istirahat saat bayi tidak rewel dan ada yang membantu ibu merawat bayinyaj. Menganjurkan ibu mencari hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru. Bersosialisasi atau membaur dengan banyak orang dapat membuat jadi lebih rileks dan melupakan sejenak beban atau masalah di rumah.k. Memberikan pelayanan KB agar ibu lebih fokus dalam merawat bayinya sebelum kehamilan berikutnya.l. Memberitahu keluarga dan orang yang menemani ibu apabila ada tindakan-tindakan ibu yang bisa membahayakan ibu dan bayi menganjurkan ibu dibawa ke bidan, dokter atau psikiater.m. Menyarankan ibu berkonsultasi pada psiater apabila ibu ingin berdiskusi lebih lanjut.n. Meganjurkan ibu mengikuti EPDS 7 hari kemudian

15. Apa fungsi EPDS, bagaimana penggunaan di Indonesia? Jelaskan!EPDS (The Edinburgh Postnatal Depresion Scale) dikembangkan untuk profesi pada tingkat pelayanan dasar untuk mendeteksi ibu yang menderita depresi postpartum (yang disebabkan karena postpartum blues yang berkepanjangan yang terjadi pada minggu pertama setelah persalinan tetapi terjadi sebelum psikosa). EPDS dapat digunakan selama 6 minggu pasa persalinan. EPDS berupa kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan mengenai bagaimana persaan klien dalam satu minggu terakhir.Cara penilaian EPDS1. Pertanyaan 1, 2 dan 4 mendapatkan nilai 0, 1, 2 atau 3. Pada kotak paling atas mendapatkan nilai 0 dan kotak paling bawah mendapatkan nilai 3.2. Pertanyaan 3, 5 sampai 10 merupakan penilaian terbalik, dengan kotak paling atas mendapatkan nilai 3 dan kotak paling bawah mendapatkan nilai 0.3. Pertanyaan 10 merupakan pertanyaan yang menunjukan keinginan bunuh diri.4. Nilai maksimal : 30.5. Kemungkinan depresi : nilai 10 atau lebihCara pengisian1. Para ibu diharap untuk memberikan jawaban tentang perasaan yang terdekat dengan pertanyaan yang tersedia dalam 7 hari terakhir.2. Semua pertanyaan kuesioner harus dijawab.3. Jawaban kuesioner harus berasal dari ibu sendiri. Hindari kemungkinan ibu mendiskusikan pertanyaan dengan orang lain4. Ibu harus menyelesaikan kuesioner ini sendiri, kecuali ia mengalami kesulitan dalam memahami bahasa atau tidak bisa membaca.Keuntungan EPDS1. Mudah dihitung2. Sederhana3. Cepat dikerjakan (membutuhkan waktu 5-10 menit bagi ibu untuk menyelesaikan EPDS)4. Mendeteksi dini terhadap adanya depresi postpartum5. Lebih diterima oleh pasien6. Tidak memerlukan biayaKekurangan EPDS1. Tidak bisa mendiagnosis depresi postpartum2. Tidak bisa mengetahui penyebab dari depresi postpartum3. Belum divalidasi di IndonesiaPara ibu yang memiliki skor diatas 10 ada kemungkinan menderita suatu depresi dengan tingkat keparahan bervariasi. Skala ini menunjukan perasaan ibu dalam 1 minggu terakhir. Khusus untuk nomor 10, jawaban ya merupakan suatu tanda dimana dibutuhkan keterlibatan dari perawatan psikiatri. Wanita yang memiliki skor diantara 5-9 tanpa adanya pikiran untuk bunuh diri sebaiknya dilakukan evaluasi setelah 2 minggu untuk menentukan apakah depresi tersebut membaik atau memburuk setelah diberikan dukungan oleh tenaga kesehatan atau keluarga. EPDS yang dlakukan pada minggu pertama pada wanita yang tidak menunjukan gejala depresi dapat memprediksi kemungkinan terjadinya depresi pada minggu ke 4 danke 8.Penelitian mengenai depresi diantara ibu yang hamil atau nifas terbatas di Indonesia.Penelitian yang dilakukan di rumah sakit persahabatan di Jakarta (2002) menggunakan EPDS dengan 500 ibu pada periode antepartum menyatakan bahwa prevalensi dari depresi antepartum menggunakan EPDS sebesar 18 %. Dianatara depresi antepartum dan non-antepartum memiliki hasil yang sama dalam hal usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah kehamilan, jumlah anak, jumlah persalinan, kesehatan fisik.Edinburgh Postnatal Depression ScaleNama:Tanggal lahir:Tanggal kelahiran bayi:Alamat:No telepon:Sebagaimana kehamilan atau proses persalinan yang baru saja anda alami, kami ingin mengetahui bagaimana perasaan anda saat ini. Mohon memilih jawaban yang paling mendekati keadaan perasaan anda DALAM 7 HARI TERAKHIR, bukan hanya perasaan anda hari ini.Dalam 7 hari terakhir:1. Saya mampu tertawa dan merasakanhal-hal yang menyenangkanSebanyak yang saya bisaTidak terlalu banyakTidak banyakTidak sama sekali

2. Saya melihat segala sesuatunya ke depan sangat menyenangkanSebanyak sebelumnyaAgak sedikit kurang dibandingkan dengan sebelumnyaKurang dibandingkan dengan sebelumnyaTidak pernah sama sekali3. Saya menyalahkan diri saya sendiri saat sesuatu terjadi tidak sebagaimana mestinyaYa, setiap saatYa, kadang-kadangTidak terlalu seringTidak pernah sama sekali4. Saya merasa cemas atau merasa kuatir tanpa alasan yang jelasTidak pernah sama sekaliJarang-jarangya, kadang-kadangya, seringsekali5. Saya merasa takut atau panik tanpa alasan yang jelasYa, cukup seringYa, kadang-kadangTidak terlalu seringTidak pernah sama sekali6. Segala sesuatunya terasa sulit untuk dikerjakanYa, hampir setiap saat saya tidak mampu menanganinyaYa, kadang-kadang saya tidak mampu menangani seperti biasanyaTidak terlalu, sebagian besar berhasil saya tanganiTidak pernah, saya mampu mengerjakan segala sesuatu denganbaik7. Saya merasa tidak bahagia sehingga mengalami kesulitan untuk tidurYa, setiap saatYa, kadang-kadangTidak terlalu seringTidak pernah sama sekali8. Saya merasa sedih dan merasa diri saya menyedihkanYa, setiapsaatYa, cukup seringTidak terlalu seringTidak pernah sama sekali

9. Saya merasa tidak bahagia sehingga menyebabkan sayamenangisYa, setiap saatYa, cukup seringDi saat tertentu sajaTidak pernah sama sekali10. Muncul pikiran untuk menyakiti diri saya sendiriYa, cukup seringKadang-kadangJarang sekaliTidak pernah sama sekali

Diperiksa oleh:tanggal :

16. Buatlah pendokumentasian beserta partograf dalam bentuk SOAP dengan baik dan benar!

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANANPADA IBU POSTPARTUMNo. Registrasi: 001Nama Pengkaji: Bidan CantikHari/ Tanggal: Selasa/3 juni 2014Waktu Pengkajian: 08.00 WIBTempat Pengkajian: Rumah Ny Rw

I. DATA SUBJEKTIF

A. IdentitasKlienSuami

Nama Ny. RwTn Ferry

Usia35 Tahun37 tahun

AgamaIslamIslam

PendidikanSMASMA

PekerjaanIRTMasinis

Golongan DarahOO

SukuSundaSunda

AlamatTampak Rejo RT 03/12 No 34 A SimokertoTampak Rejo RT 03/12 No 34 A Simokerto

Nama AnakBy Rina/ Roni

B. Subjektifa. Keluhan yang dirasakan saat ini Ibu mengatakan payudara sakit dan keras, ibu tidak mampu mengurus kedua bayinya karena dirumah sendirian tidak ada yang membantu. Suami Ny Rw jarang membantu ibu karena kerja diluar kota dan pulang seminggu sekali.b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang laluTahunAnakkeKehamilanPersalinanBayiNifas

LamaKomplikasiPenolongTempatJenisH/MJKBB/TBMenyusui

20121atermNeurosis kehamilanBidan BPMSpontan HL3000 grYa (eksklusif)

c. Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang TahunAnakkeKehamilanPersalinanBayi

LamaKomplikasiPenolongTempatJenisH/MJKBB/TB

20132AtermJanin kembar letak lintang & depresi kehamilan

Dokter Rumah sakitSc HP/L3000/ 3600 gr

d. Riwayat penyakit dahulu: saat kehamilan pertama ibu di diagnosis mengalami neurosis kehamilan dan saat kehamilan kedua ibu di diagnosis mengalami depresi kehamilane. Riwayat Kesehatan keluarga: tidak ada keluarga yang pernah mengalami gangguan kejiwaanf. Riwayat Psikososial1) Dukungan suami: kurang baik, suami sering pergi ke luar kota.2) Perawatan bayi: mandiri, ibu merasa tidak mampu mengurus bayinya karena di rumah sendiri tidak ada yang membantug. Aktivitas sehari-hariNutrisi : Ibu makan 1-2 kali sehari. Istirahat :Istirahat kurang karena anak sering rewel bergantian. Eliminasi: BAK 5-6 kali/hari, t.a.k. BAB 2 x/hari t.a.kLaktasi: Ibu hanya menyusui sebelah kanan karena sebelah kiri terasa sakit, kalau asi bayi dikasih susu formula.Beban kerja : ibu melakukan segala sesuatunya sendiri karena suami jarang pulangh. Gaya hidup : ibu dan suami tidak merokok

II. DATA OBJEKTIFA. Keadaan Umum Kesadaran: CM Keadaan Emosi: Labil Kondisi kulit: kurang terawat, kusam Kebersihan : kurang bersih

B. Antropometri BB sebelum hamil: 50 kg TB: 65 kg IMT: 16 kg/cm BB sekarang: 49 kg

C. Tanda-tanda vital Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi: 80x/mnt Respirasi:24x/mnt Suhu :38C

D. Pemeriksaan Fisika. Sklera : putihb. Konjungtiva : merah mudac. Bibir :merahd. Leher : tidak ada perbesaran kelenjar e. BunyiPernapasan : Jernihf. Mamae : payudara kiri memerah dan kerasg. Abdomen: TFU sudah tidak teraba, luka bekas SC sudah keringh. Genitalia: lokia sudah berwarna putihi. Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada edema, varises, dan refleks patella positif

Hasil pemeriksaan EPDS : 13

III. ANALISISDiagnosa:P3A0 postpartum 7 hari dengan kemungkinan Depresi Post PartumMasalah:1. Ibu memiliki riwayat gangguan psikologis 2. Ibu memiliki beban kerja yang terlalu berat3. Ibu memiliki masalah pada laktasi

IV. PENATALAKSANAAN1. Melakukan pendekatan komunikasi terapeutikE: pasien ingin berbagi masalah yang dialaminya (Suami jarang membantu ibu karena kerja diluar kota dan pulang seminggu sekali)2. Menyarankan agar suami bisa pulang lebih sering apabila tidak bisa menemani istrinya maka minta orang terdekat istri untuk menemani dirumah seperti keluargaE : kakak ibu mengatakan akan menemani ibu dirumah3. Bidan menganjurkan ibu tidur ketika bayi tidur. Ini adalah waktu yang efektif untuk tidur, dimana ibu tidak perlu khawatir akan anaknya dan ibu dapat mengetahui jika bayinya terbangun.ada yang membantu ibu dalam merawat bayinya selain itu mengatakan kepada ibu bahwa kesempatan merawat bayi hanya datang satu kaliE : Ibu mengatakan akan mencoba4. Mengajarkan cara menyusui yang benar E : ibu dapat mempraktikan dengan benar5. Menganjurkan ibu mencari hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru. Bersosialisasi atau membaur dengan banyak orang dapat membuat jadi lebih rileks dan melupakan sejenak beban atau masalah di rumah.E : Ibu mengatakan akan mencobanya 6. Memberitahu keluarga dan orang yang menemani ibu apabila ada tindakan-tindakan ibu yang bisa membahayakan ibu dan bayi menganjurkan ibu dibawa ke bidan, dokter atau psikiater.E : kakak mengerti dan mengatakan akan mengawasi adiknya dengan baik7. Menyarankan ibu berkonsultasi pada psikiater apabila ibu ingin berdiskusi lebih lanjut.E : ibu mengatakan belum mau ke dokter8. Meganjurkan ibu mengikuti EPDS 7 hari kemudianE : Ibu mau mengikuti EPDS berikutnya.Lampiran Edinburgh Postnatal Depression ScaleNama: Ny RwTanggal lahir: 2 Juni 1883Tanggal kelahiran bayi: 25 mei 2014Alamat: BandungNo telepon: 08766xxxxxxSebagaimana kehamilan atau proses persalinan yang baru saja anda alami, kami ingin mengetahui bagaimana perasaan anda saat ini. Mohon memilih jawab yang paling mendekati keadaan perasaan anda DALAM 7 HARI TERAKHIR, bukan hanya perasaan anda hari ini.Dalam 7 hari terakhir:

1. Saya mampu tertawa dan merasakanhal-hal yang menyenangkanSebanyak yang saya bisaTidak terlalu banyakTidak banyakTidak sama sekali2. Saya melihat segala sesuatunya ke depan sangat menyenangkanSebanyak sebelumnyaAgak sedikit kurang dibandingkan dengan sebelumnyaKurang dibandingkan dengan sebelumnyaTidak pernah sama sekali3. Saya menyalahkan diri saya sendiri saat sesuatu terjadi tidak sebagaimana mestinyaYa, setiap saatYa, kadang-kadangTidak terlalu seringTidak pernah sama sekali4. Saya merasa cemas atau merasa kuatir tanpa alasan yang jelasTidak pernah sama sekaliJarang-jarangya, kadang-kadangya, seringsekali5. Saya merasa takut atau panik tanpa alasan yang jelasYa, cukup seringYa, kadang-kadangTidak terlalu seringTidak pernah sama sekali6. Segala sesuatunya terasa sulit untuk dikerjakanYa, hampir setiap saat saya tidak mampu menanganinyaYa, kadang-kadang saya tidak mampu menangani seperti biasanyaTidak terlalu, sebagian besar berhasil saya tanganiTidak pernah, saya mampu mengerjakan segala sesuatu denganbaik7. Saya merasa tidak bahagia sehingga mengalami kesulitan untuk tidurYa, setiap saatYa, kadang-kadangTidak terlalu seringTidak pernah sama sekali8. Saya merasa sedih dan merasa diri saya menyedihkanYa, setiapsaatYa, cukup seringTidak terlalu seringTidak pernah sama sekali9. Saya merasa tidak bahagia sehingga menyebabkan sayamenangisYa, setiap saatYa, cukup seringDi saat tertentu sajaTidak pernah sama sekali10. Muncul pikiran untuk menyakiti diri saya sendiriYa, cukup seringKadang-kadangJarang sekaliTidak pernah sama sekali

Diperiksa oleh: Bidan cantiktanggal : 3 juni 2014

3.3 Tambahan, Pertanyaan dan Jawaban pada sesi diskusi saat presentasiTambahan1. Siti (kelompok 2): Jadi, dalam EPDS itu pada intinya memiliki poin penekanan pada pertanyaan nomor 10. Poin tersebut menunjukan apakah pasien memiliki niat bunuh diri atau tidak.2. Dwi (kelompok 2):Terdapat asuhan/konseling yg bisa bidan berikan pada Depresi Postpartum, yaitu prinsip NURSEa. Nurishment: nutrisib. Understanding: harus mengerti keadaan ibuc. Rest: pola istirahat ibud. Spiritual: memberikan asuhan dengan pendekatan spirituale. Exercise: olahragaPertanyaan dan Jawaban1. Wina (kelompok 2):Apakah hubungan gangguan psikologis pada saat nifas dengan fase-fase nifas yang dialami ibu?Jawaban kelompok 1Mega: Pada Postpartum blues dan Depresi Postpartum mengalami perpanjangan fase taking in dan ditambah dengan gejala2 yang lainnya.Resvi: dari sumber lain yang didapatkan, sebetulnya tidak selalu merupakan perpanjangan dari fase taking in, tapi bisa juga karena penyebab kelainan tersebut sudah muncul sebelum persalinannya.Tambahan dari Ibu: Proses adaptasi hamil dan nifas adalah hal yg fisiologis. Pada pasien yang memiliki riwayat yang mendukung terjadi gangguan psikologi, akan terjadi postpartum blues. Jika tidak tertangani akan trjd Depresi Postpartum yang pada tingkat selanjutnya akan terjadi Psikosa Postpartum.

2. Addiba (kelompok 3): Sebenarnya patokan pada EPDS itu jika sudah depresi berapa? Karena ada yang 10 ada juga yang 13? Lalu kenapa EPDS belum di validasi di Indonesia? Apakah itu berarti EPDS tidak bisa digunakan di Indonesia?

Jawaban dari Ibu: Sebenarnya EPDS itu sudah dapat digunakan di Indonesia, namun belum familiar dan belum semua bisa menggunakan EPDS. Tapi sudah dilakukan penelitian bahwa EPDS terbukti dapat mendeteksi depresi postpartum sebesar hampir 90%.Untuk patokan bahwa pasien itu kemungkinan Depresi Postpartum, dipakai sumber yang mengatakan adalah dengan jumlah skor 10.

3. Fauzia (kelompok 2):EPDS itu dapat digunakan untuk deteksi dini gangguan jiwa. Sebetulnya, apakah bisa menggunakan EPDS ke setiap pasien? Atau harus ada indikasi dulu?Jawaban kelompok 1:Anggita: EPDS bisa dilakukan pada ibu tanpa gejala, karena EPDS ini bertujuan untuk memprediksi apakah ada kemungkinan kelainan psikologi. Namun, penggunaanya ini tidak sebagai rutinitas.

4. Ika (kelompok 2):Komunikasi terapeutik yang dapat dilakukan pada kasus diatas itu seperti apa dan bagaimana?Jawaban kelompok 1:Indah: Komunikasi terapeutik disini lebih ke membina hubungan baik dengan pasien dan keluarga, memahami perasaan ibu, dan meningkatkan support mental dan spiritual ibu.Jawaban dari kelompok lain:Fauzia (kelompok 2): cara membina hubungan bai adalah pertama dengan mengetahui riwayat ibu kenapa ibu bisa merasa sedih. Selanjutnya buat ibu percaya dengan kita dengan cara berempati kepada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.Retna & Wulandari, Diah. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.Basuki, Bastamandan Sri Idaiani. 2012. Postpartum Depresiion in Indonesia women : a National Study. Vol 3.No1 juni 2012.Benzion Taber, M.D.. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.Bonari, Lori, Dkk. Perinatal Risks Of Untreated Depression During Pregnancy. The Canadian Journal Of PsychiatryNovember 2004. Can J Psychiatry 2004;49:726-735.Gondo, Harry Kurniawan. Skrining Edinburgh Postnatal Depression Scale (Epds) Pada Post Partum Blues. Jurnal FK UWKS.Volume I Nomer 2 Edisi Oktober 2012.Hales, Robert, et all. 2003. The American Psychiatric Publishing Textbook of Clinical Psychiatric.Holden, et all. 1987. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). British Journal of Psychiatry.Juni 1987, vol. 150.Hutahean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta : TIMJayalangkara. 2005. Gangguan Jiwa Pada Kehamilan. J Med Nus Vol. 26. No. 4 Oktober-Desember. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa.Littleton, Lyna Y and Joan C. Engebretson. 2005. Maternity Nursing Care. Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obsterri. Jakarta : EGCRahmandani, Amalia., dkk. 2013. Strategi Penanggulangan (Coping) pada Ibu yang mengalami Postpartum Blues di RSUD Kota Semarang. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro.Sinclair, Constance. 2009. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC____. 2003. Buku Saku Kebidanan.Jakarta; EGCU.S. Department of Health and Human Services. 2013. Depression In Pregnancy. [online] tersedia di . Diakses pada [3 Juni 2014]Zein, Asmar Yetti dan Suryani, Eko. 2008. Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Fitramaya.1