TB PARU

7
HUBUNGAN MEROKOK DAN VENTILASI RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MEGANG KOTA LUBUKLINGGAU Susmini Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Depkes Palembang Abstract : Tuberkulosis is a disease directly caused by the Tuberculosis germ (Mycobacterium Tuberculosis) most of them attack tuberculosis but can also on other organs (Depkes RI, 2002). Mycobacterium tuberculosis infect a third word population. Each years, 8 mililion people suffering from tuberculosis, even almost 2 milillion people died because of the disease (Laban,2008). This study iams to determine the Smiking and House Ventilation Relationship with the tuberculosis incidence at Megang Community Health Center ( Puskesmas ) word area of the Lubuklinggau City years 2009, this research methods is using Descriftive analitycs by case control design, the number of respondens was 38 case control with the samples Total. This study use primary data collected throught the questionnaire injuly 2009. Result of this research Soking have known 24 (63,2%) TB patient who smoke and people who do not smoke have 14 ( 36,8%). From the result of the analysis house ventilation have known 33 TB lung (86,8%) have a home ventilation ≥ 10% of the broad floor of the house while having TB Lung ventilation < 10% broad floor of the house there are 5 (13,2%) . result statistics Chi Square test show that there is no relationship between smoking and house ventilation with the tuberculosis incidence at Megang Community haket center work area of Lubuklinggau City Years of 2009. From the result of this resouch have some suggestions that need the follow up the sting of the health should be more intensive in the understanding of TB patients with the lung how health counseling, and encourage families to become the PMO (Supervisor Drugh Consumption), and this research is excepted to proceed with other researchers. Keywords : Smoke, house ventilation, tuberculosis incidence. Tuberkolosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (mycobacterium tubercolosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang organ tubuh lainnya ( Depkes RI, 2002). Myicobacterium tubercolosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, sekita 8 juta penduduk dunia deserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun. Dinegara berkembang kematian ini merupakan 25 % dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95 % penderita TB akan meningkat. Kematian wanita karena TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan, serta nifas ( WHO, 1993 ) Secara kasar diperkirakan dari 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 orang penderita TB paru yang sangat menular. Penyakit TB paru menjadi masalah social karena sebagian besar penderitanya adalah kelompok usia kerja produktif, kelompok ekonomi lemah, dan tingkat pendidikan rendah. Selain itu, masalah lainnya adalah pengobatan penyakit TB Paru memerlukan jangka waktu yang lama dan rutin yaitu 6-8 nulan. Dengan demikian, apabila penderita minum obat secara tidak teratur/ tidak sesuai, justru akan mengakibatkan terjadinya kekebalan ganda kuman TB Paru terhadap anti tuberkolosis ( OAT ), yang akhirnya untuk pengobatannya penderita harus mengeluarkan biaya yang tinggi/mahal serta dalam jangka waktu yang relative lebih lama (Laban, 2008) Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) tahun 1995, penyakit TB Paru merupakan penyebab kematian nomor 3(Tiga) selain penyakit jantung serta saluran pernafsan ( Laban,2008 ). Ada banyak factor yang dapat berpengaruh untuk terjadi TB Paru antara lain : factor usia lanjut factor lingkungan, nutrisi yang kurang, perumahan yang kumuh dan kurang ventilasi, pekerjaan, bahan toksik, rokokk, alcohol, factor imonologic, infeksi primer, pernah mendapatkan BCG atau tidak ( Permadi, 2009. Tuberkolosis (TB) dan kebiasaan merokok merupakan dua masalah besardunia, dan keduanya merupakan agenda penting WHO sat ini. Keduanya juga merupakan semacam paduan dari gambaran penyakit menular penting ( TB Paru ) serta kebiasaan merokok yang banayk berhubungan dengan kejadian penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, asma dan kanker paru hal ini kadi sangat penting khususnya bagi Indonesia yang merupakan penyumabng kasus TB Paru ketiga terbanyak didunia dan juga memiliki jumlah perokok nomor lima paling besar didunia, dua “Prestasi” yang tidak perlu dibanggakan (Prasodjo, 2005). Peneliti lain menunjukan hubungan antara kebiasaan merokok dengan aktif tidaknya penyakit tuberkolosis serta factor resiko terjadi tuberkolosis paru pada dewasa muda dan terdapat dose-respone relationship dengan jumlah rokok yang dihisap perharinya. Peneliti lain menemukan bahwa anak

description

TB PARU

Transcript of TB PARU

Page 1: TB PARU

HUBUNGAN MEROKOK DAN VENTILASI RUMAH DENGAN

KEJADIAN TB PARU DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS

MEGANG KOTA LUBUKLINGGAU

Susmini

Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Depkes Palembang

Abstract : Tuberkulosis is a disease directly caused by the Tuberculosis germ (Mycobacterium Tuberculosis)

most of them attack tuberculosis but can also on other organs (Depkes RI, 2002). Mycobacterium tuberculosis

infect a third word population. Each years, 8 mililion people suffering from tuberculosis, even almost 2 milillion

people died because of the disease (Laban,2008). This study iams to determine the Smiking and House

Ventilation Relationship with the tuberculosis incidence at Megang Community Health Center ( Puskesmas )

word area of the Lubuklinggau City years 2009, this research methods is using Descriftive analitycs by case

control design, the number of respondens was 38 case control with the samples Total. This study use primary

data collected throught the questionnaire injuly 2009. Result of this research Soking have known 24 (63,2%) TB

patient who smoke and people who do not smoke have 14 ( 36,8%). From the result of the analysis house

ventilation have known 33 TB lung (86,8%) have a home ventilation ≥ 10% of the broad floor of the house

while having TB Lung ventilation < 10% broad floor of the house there are 5 (13,2%) . result statistics Chi

Square test show that there is no relationship between smoking and house ventilation with the tuberculosis

incidence at Megang Community haket center work area of Lubuklinggau City Years of 2009. From the result of

this resouch have some suggestions that need the follow up the sting of the health should be more intensive in

the understanding of TB patients with the lung how health counseling, and encourage families to become the

PMO (Supervisor Drugh Consumption), and this research is excepted to proceed with other researchers.

Keywords : Smoke, house ventilation, tuberculosis incidence.

Tuberkolosis adalah penyakit menular

langsung yang disebabkan oleh kuman TBC

(mycobacterium tubercolosis). Sebagian besar

kuman TBC menyerang organ tubuh lainnya (

Depkes RI, 2002). Myicobacterium tubercolosis

telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, sekita

8 juta penduduk dunia deserang TB dengan

kematian 3 juta orang per tahun. Dinegara

berkembang kematian ini merupakan 25 % dari

kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan

pencegahan. Diperkirakan 95 % penderita TB akan

meningkat. Kematian wanita karena TB lebih

banyak dari pada kematian karena kehamilan,

persalinan, serta nifas ( WHO, 1993 ) Secara kasar

diperkirakan dari 100.000 penduduk Indonesia

terdapat 130 orang penderita TB paru yang sangat

menular. Penyakit TB paru menjadi masalah social

karena sebagian besar penderitanya adalah

kelompok usia kerja produktif, kelompok ekonomi

lemah, dan tingkat pendidikan rendah. Selain itu,

masalah lainnya adalah pengobatan penyakit TB

Paru memerlukan jangka waktu yang lama dan

rutin yaitu 6-8 nulan. Dengan demikian, apabila

penderita minum obat secara tidak teratur/ tidak

sesuai, justru akan mengakibatkan terjadinya

kekebalan ganda kuman TB Paru terhadap anti

tuberkolosis ( OAT ), yang akhirnya untuk

pengobatannya penderita harus mengeluarkan

biaya yang tinggi/mahal serta dalam jangka waktu

yang relative lebih lama (Laban, 2008)

Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah

Tangga ( SKRT ) tahun 1995, penyakit TB Paru

merupakan penyebab kematian nomor 3(Tiga)

selain penyakit jantung serta saluran pernafsan (

Laban,2008 ).

Ada banyak factor yang dapat berpengaruh

untuk terjadi TB Paru antara lain : factor usia lanjut

factor lingkungan, nutrisi yang kurang, perumahan

yang kumuh dan kurang ventilasi, pekerjaan, bahan

toksik, rokokk, alcohol, factor imonologic, infeksi

primer, pernah mendapatkan BCG atau tidak (

Permadi, 2009.

Tuberkolosis (TB) dan kebiasaan merokok

merupakan dua masalah besardunia, dan keduanya

merupakan agenda penting WHO sat ini. Keduanya

juga merupakan semacam paduan dari gambaran

penyakit menular penting ( TB Paru ) serta

kebiasaan merokok yang banayk berhubungan

dengan kejadian penyakit tidak menular, seperti

penyakit jantung, asma dan kanker paru hal ini kadi

sangat penting khususnya bagi Indonesia yang

merupakan penyumabng kasus TB Paru ketiga

terbanyak didunia dan juga memiliki jumlah

perokok nomor lima paling besar didunia, dua

“Prestasi” yang tidak perlu dibanggakan (Prasodjo,

2005).

Peneliti lain menunjukan hubungan antara

kebiasaan merokok dengan aktif tidaknya penyakit

tuberkolosis serta factor resiko terjadi tuberkolosis

paru pada dewasa muda dan terdapat dose-respone

relationship dengan jumlah rokok yang dihisap

perharinya. Peneliti lain menemukan bahwa anak

Page 2: TB PARU

yang terpapar asap rokok (perokok pasif) ternyata

lebih

BAHAN DAN CARA KERJA

Jenis penelitian yang digunakan adalah

metodedeskriptif analitik yaitu metode penelitian

yang dilakukan dengan tujan utama yaitu untuk

mengetahui hubungan variabel indevendent adalah

Merokok dan Ventilasi Rumah dan variabel

devendent nya yaitu TB Paru (Notoatmodjo, 2005)

dan menggunakan rancangan case control yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan merokok

dan venrtilasi rumah dengan kejadian TB Paru

diwilayah kerja Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau taun 2009.

Populasi dalam penelitian ini adalah

semua penderita TB Paru yang tercatat dalam data

diwilayah kerja Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau Tahun 2009. Pengambilan sampel

menggunakan metode total sampling yaitu

keseluruhan populasi yang berjumlah 38 orang

dengan kriteria : Penderita TB Paru yang ada

diwilayah kerja puskesmas Megang Kota

Lubuklingggau pada Tahun 2008, bersedia menjadi

responden, bisa membaca dan bagi yang tidak bisa

membaca dan tidak mengerti dilakukan wawancara

langsung. Sampel untuk kontrol adalah tengga

penderita TB Paru yang berjumlah 38 orang dengan

kriteria : jenis kelamin sama dengan kasus,

bersedia menjadi responden, bisa membaca dan

bagi yang tidak bisa membaca dan tidak mengerti

dilakukan wawancara langsung.

Penelitian dilaksanakan diwilayah kerja

puskesmas Megang Kota Lubuklinggau pada

tanggal 10-15 Juli Tahun 2009. Penelitian ini

menggunakan data primer yang dikumpulkan

dengan instrumen berupa kuisoner yang berisi

pertanyaan memiliki beberpa alterb\natif jawaban

dan data sekunder yang diperoleh peneliti dari

Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau.

Analisa yang digunakan secara analisa

uivariat dan bivariat mmenggunakan uji statistis (

Uji Chi Square) dengan derajat kepercayaan 95%.

HASIL

Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk

mempelajari distribusi frekuensi variable yang

diteliti yaitu : merokok , ventalasi rumah, kajadian

TB Paru untuk memudahkan mempelajari distribusi

frekuensi yang akan diteliti dapat dilihat pada

uraian dibawah ini.

Tabel. 1 Distribusi Responden menurut Merokok, Ventilasi Rumah pada penderita TB Paru, kejadian

TB Paru dan Kontrol diwilayah kerja Puskesmas Megang Kota Lubuk Linggau Tahun 2009

Variable TB Paru Kontrol Jumlah Persentase

Ya 24 23 47 61,8

Tidak 14 15 29 38,2

Ventilasi Rumah

Ventilasi ≥ 10 % dari luas lantai 33 35 68 89,5

Ventilasi < 10 % dari luas lantai 5 3 8 10,5

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa penderita TB Paru dan kontorl yang merokok sebanyak 47 responden (61,8%)

dengan jumlah rokok yang dihisap setiap harinya sebanyak 10-20 batang perhari, sedangkan penderita TB Paru

dan control yang tidak merokok sebanyak 29 responden (38,2%). Ventilasi rumah penderita TB Paru dan

control < 10 % dari luas lantai sebnayk 8 responden (10,5%) dan ventilasi rumah penderita TB Paru dan control

yang > 10%dari luas lantai sebanyak 68 responden (89,5%).

Analisa Bivariat

Analisa yang dilakaukan untuk mengetahui

hubungan dengan antara variable dengan

independen yaitu merokok, ventilasi rumah dengan

menggunakan uji statistic chi square dengan hasil p

value = (α <0,05)

Page 3: TB PARU

Tabel. 2 Distribusi Responden menurut Merokok, Ventilasi Rumah dengan kejadian TB Paru diwilayah

kerja Puskesmas Megang Kota Lubuk Linggau Tahun 2009

Variabel

TB Paru

P Value Sakit / Case Tidak Sakit / control

n % n %

Merokok

Ya 24 63,2 23 60,5 1,00

Tidak 14 36,8 15 39,5

Total 38 100 38 100

Ventilasi rumah

<10% dari ;uas lantai 5 13,2 3 7,9 0,711

>10% dari luas lantai 33 86,8 35 92,1

Total 38 100 38 100

Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan penderita TB Paru yang merokok ada 24 responden (63,2%).

Hasil analisis dengan uji chi square dapat dilihat bahwa p value = 1,000 (p > 0,05) yang berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara merokokk dengan kejadian TB Paru. Penderita TB Paru yang ventilasi rumah <

10%dari luas lantai ada 5 responden (13,2%) hasil analilis dengan uji chi square dapat dilihat bahwa p value =

0,711 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara ventilasi rumah dengan kejadian TB

Paru.

Pembahasan

Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas

Megang Kota Lubuk Linggau

Penelitian ini penderita TB Paru yang terdapat

diwilayah kerja Puskesma Megang Kota Lubuk

Linggau yang menderita TB Paru sebnyak 38 orang

pada tahun 2008. Penelitian TB Paru sebanyak 76

responden yaitu 38 responden sebagai penderita TB

Paru dan 38 Responden sebagai control yaitu

tetangga penderita TB Paru, penderita penyakit TB

Parudikota Lubuk linggau jumlah penderita

dipuskesmas megang sebanyak 38 penderita

(24,05%) dari seluruh puskesmas yang ada dikota

Lubuklinggau.

Saat ini WHO telah merekomendasikan

strategi penanggulangan TB Paru yang dikenal

sebagai Directly ObservedTreatment Short Course

(DOTS) Sebagai strategi penyembuhan tb Paru

jangka pendek dengan pengawasan secara langsung

untuk menekankan pentingnya pengawasan terhadap

penderita TB Paru agar menelan obatnya secara

teratur sesuai dengan ketentuan sampai dinyataan

sembuh. Strategi DOTS memberikan angka

kesembuhan yang tinggi bisa sampai 95% bagi

pendrita TB Paru (WHO,1993).

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) Menunjukan bahwa penyakit TB Paru

merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah

penyakit Kardiovaskuler dan penyakit saluran

pernafasan pada semua kelompok usia ( Depkes

RI,2003)

Hubunngan Merokok Responden dengan

Kejadian TB Paru

Berdasarkan penelitian proporsi responden

yang mendeita TB Paru yang merokok ada 24 orang

(63,16 %) dengan jumlah rokok yang dihisap setiap

harinya sebnyak 10/20 batang/hari, banyak dari

proporsi penderita TB Paru yang tidak merokok ada

14 orang (36,84 %).

Merokok dapat menyebabkan perubahan

struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-

paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa

membesar (Hipertropi) dan kelenjar mulus

bertambah banyak (Hiperplasia). Pada saluran napas

kecil terjadi radang ringan hingga penyempitan

akibat bertambahnya sel dan penumpukan lender.

Pada jaringan paru-paru terjadi penigkatan jumlah

sel radang dan kerusakan alpioli. Akibat perubahan

anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul

perubahan pada pungsi paru-paru dengan segala

macam gejala klinis ( Prasodjo, 2005 ).

Depertemen pulmunologi dan kedokteran

respirasi PKUI menyebutkan bahwa merokok juga

terkait dengan kejadian TB Paru, data lain

Page 4: TB PARU

menunjukan hubungangan antara kebiasaan

merokok dengan tuber kulosi aktif, hasil nya hanya

bermakna pada mereka yang telah merokok lebih

dari 20 tahun lamanya ( Aditama, 2007 ).

Dalam penelitian ini tidak sama dengan

Prasodjo ( 2005 ) yang menyatakan kebiasaan

merokok dengan terjadinya serta proses perjalanan

penyakit TB Paru menunjukan adanya hubungan

bermakna antara prepalensi rekatifitas tes tuberculin

dan kebiasaan merokok, mereka yang merokok 3-4

kalo lebih sering positif tes nya artinya lebih sering

3-4 kali dari pada yang tidak merokok dan penelitian

lain menunjukan hubungan antara kebiasaan

merokok dengan aktif tidaknya tuberculosis, serta

faktor resiko terjadinya tuberkulosis pada dewasa

muda dan terdapat dose-respone relationsip dengan

jumlah rokok yang dihisap perharinya ( Prasodjo,

2005 ).

Dan hasil analisa merokok dengan kejadian

TB Paru diwilayah kerja Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau diperoleh nilai Palue = 1,000 ( P >

0,05 ) berarti menunjukan tidak ada hubungan yang

bermakna antara merokok dengan kejadian TB Paru

diwilayah kerja Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau.

Hubungan Ventilasi Rumah Responden dengan

Kejadian TB Paru

Berdasarkan penelitian proporsi responden

yang menderita TB Paru ventilasi rumah yang <10%

dari luas lantai adal 5 ( 13,2 % ) sedangkan yang

ventilasi rumah > 10 % dari luas lantai ada 33 (

86,8 ) menderita TB Paru.

Ventilasi rumah dapat menjaga aliran didalam

rumah agar tetap segar dan keseimbangan oksigen

didalam rumah tetap terjaga karena kuarangnya

ventilasi didalam rumah akan menyebabkan

kelembaban udara akan masuk naik karena

terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan

penyerapan, kelembaban ini akan menjadi media

yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri

pathogen / bakteri penyebab penyakit, misalnya

kuman TB Paru ( Achmadi, 2005 ).

Dalam penelitian ini tidak sama dengan

achmadi 2005 yang menyatakan faktor lain yang

berpengaruh terhadap terjadinya TBC adalah

kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban

didalam ruangan naik karena terjadi proses

penguapan cairan dari kulit dan penyerapan .

kelembaban ini akan merupakan media yang baik

untuk pertumbuhan bakteri-bakteri pathogen/bakteri

penyebab penyakit misalnya TB (Achmadi, 2005).

Dari hasil analisa ventilasi rumah dengan

kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas

Megang Kota Lubuklinggau diperoleh nilai p =

0,711 (p > 0,05) berarti menunjukan tidak ada

hubungan yang bermakna antara ventilasi rumah

dengan kejadian TB Paru diwilayah kerja Puskesmas

Megang Sakti Kota Lubiklinggau.

Kesimpulan

Hasil penelitian pada responden sebanyak 38

penderita dan 38 kontrol dimana responden yang

merokok sebanyak 47 orang ( 61,8%) sedankan

responden yang memiliki ventilasi rumah ≥10% dari

luas lantai ada 68 (89,5%). Dari hasil analisis

hubungan tidak ada hubungan variable yang diteliti

dengan kejadian TB Paru, dimana variable merokok

pada nilai p value = 1,000 (p >0,05) dan variable

nilai p value = 0,711 (p > 0,05 ). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara

merokok dan ventilasi rumah dengan kejadian TB

Paru diwilayah kerja Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau untuk dapat meningkatkan evaluasi

dan monitoring pelayanan kesehatan yang telah

diberikan kepada masyarakat sehingga tujuan dapat

tercapai, bagi puskesmas : hendaknya petugas

kesehatan lebih intensif dalam memberikan

pemahaman pada penderita TB paru dengan cara

penyuluhan kesehatan, menganjurkan yang menjadi

(PMO) Pengawas Monum Obat ) bagi keluarga

penderita TB Paru dan juga menganjurkan

melibatkan keluarga dalam menanggulangi penyakit

TB Paru yaitu dengan motivasi yang baik terhadap

keluarga, kemudian diharapkan peneliti lain,

diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini

dengan meneliti variable-variabel yang lain dalam

meningkatkan mengenai TB Paru.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, 2005 manajemen penyakit berbasis

wilayah, 2005

Arikunto, suharmisi Dr.Prof, 2002 Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi

Revisi V,Rineke Cipta

DepKes RI, 2002 Pengobatan TB Paru, Jakarta

DepKes RI, 2003 Dapat diakses

http://www.depkes.go.id/index.php?option=ne

ws&task= viewarticle&sid=474dibuka tanggal

4 April 2009 pukul 08.00 WIB

Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau, 2008. Laporan

penemuan kasus baru BTA positif.

Effendi. Nasrul, Drs. 1998 Dasar-dasar

keperawatan kesehatan masyarakat, Edisi 2,

EGC, Jakarta

Hastono, 2006 Basic data analisys for healt

resertch. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Indonesia

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990 Dapat diakses

http://www2.ayurai.wordpress.com/2009/04/04

. dibuka tanggal 04 juni 2009 pukul 08.00 WIB

Kompas, 2009 Dapat diakses

http://www2.kompas.com/ver I/kesehatan

/0704/24/150943. dibuka tanggal 6 April 2009

pukul 10.00 WIB

Krieger & Higgins, 2002 Dapat diakses

http://blognyalee.blogsot.com/. Dibuka tanggal

4 april 2009 pukul 15:40 WIB

Page 5: TB PARU

Laban, Yoannes dr, 2008 TBC. Penyakit dan cara

pencegahannya, Kanisius, Yogyakarta

Moeliono, 1990 Dapat diakses

http://bowothea.blogspot.com/2008.10.htm

dibuka tanggal 4 juni 2009 pukul 08.00 WIB

Notoatmojo. S 2005 metode penelitian kesehatan

rineka cipta Jakarta

Notoadmojo. S , IKM , rineka cipta 1997 dapat

dibuka http://tiarsblog.com/2008/04/syarat-

syarat rumah sehat. html. dibuka tanggal 5

April 2009 pukul 11:30 WIB.

Nursala. 2003 Konsep dan Penerapan Metodeligi

Penemuan Ilmu Keperawatan. Salemba

Medika. Jakarta.

Permedi. Antonius, 2009 Dapat diakses

http://www.geocities.co/hotdprings/4530/tbc.ht

m. dibuk tanggal 4 April 2009.

Prasodjo. Mangon, S. A, 2005 Hidup sehat tanpa

rokok. Pradipta Pulishing. Yogyakarta

Puskesmas Megang, 2008 Rekap tahunan

Puskesmas Megang, 2008

Sindo, 2008 Dapat diakses

http://lifestyle.okezone.com/index.php/readst

ory/2008/02/01/03/82364/rumah-sejuk-

dengan-ventilasi-proporsional.

Somantri. Irman, 2008. Asuhan Keperawatan pada

Pasien dengan gangguan sistem pernapasan.

WHO, 1993 Dapat diakses

http://n44m.blog.frienster.com/2008/09/tbc/.

Dibuka tanggal 5 April 2009 pukul 11.10

WIB

Page 6: TB PARU
Page 7: TB PARU