Lapsus TB-Paru

29
BAB I PENDAHULUAN Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan Masyarakat. Di Indonesia maupun diberbagai belahan dunia, Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular yang kejadiannya paling tinggi dijumpai di India sebanyak 1.5 juta orang, urutan kedua dijumpai di Cina yang mencapai 2 juta orang dan Indonesia menduduki urutan ketiga dengan penderita 583.000 orang. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberkulosis. Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru. Pada waktu penderita batuk butir-butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk kedalam paru-parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru. Menurut WHO (1999), di Indonenia setiap tahun terjadi 583 kasus baru dengan kematian 130 penderita dengan tuberkulosis positif pada dahaknya. Sedangkan menurut hasil penelitian kusnindar 1990, jumlah kematian yang disebabkan karena tuberkulosis diperkirakan 105,952 orang pertahun. Kejadian kasus tuberkulosa paru yang tinggi ini paling banyak terjadi pada kelompok masyarakat dengan sosio ekonomi lemah. 1

Transcript of Lapsus TB-Paru

Page 1: Lapsus TB-Paru

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih

menjadi masalah kesehatan Masyarakat. Di Indonesia maupun diberbagai

belahan dunia, Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular yang

kejadiannya paling tinggi dijumpai di India sebanyak 1.5 juta orang, urutan kedua

dijumpai di Cina yang mencapai 2 juta orang dan Indonesia menduduki urutan

ketiga dengan penderita 583.000 orang.

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri

berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberkulosis.

Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang

mengandung basil tuberkulosis paru. Pada waktu penderita batuk butir-butir air

ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk

kedalam paru-parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru.

Menurut WHO (1999), di Indonenia setiap tahun terjadi 583 kasus baru

dengan kematian 130 penderita dengan tuberkulosis positif pada dahaknya.

Sedangkan menurut hasil penelitian kusnindar 1990, jumlah kematian yang

disebabkan karena tuberkulosis diperkirakan 105,952 orang pertahun. Kejadian

kasus tuberkulosa paru yang tinggi ini paling banyak terjadi pada kelompok

masyarakat dengan sosio ekonomi lemah.

Terjadinya peningkatan kasus ini disebabkan dipengaruhi oleh daya

tahan tubuh, status gizi dan kebersihan diri individu dan kepadatan hunian

lingkungan tempat tinggal.

Pada tahun 1995 pemerintah telah memberikan anggaran obat bagi

penderita tuberkulosis secara gratis ditingkat Puskesmas, dengan sasaran utama

adalah penderita tuberkulosis dengan ekonomi lemah. Obat tuberkulosis harus

diminum oleh penderita secara rutin selama enam bulan berturut-turut tanpa

henti.

Untuk kedisiplinan pasien dalam menjalankan pengobatan juga perlu

diawasi oleh anggota keluarga terdekat yang tinggal serumah, yang setiap saat

dapat mengingatkan penderita untuk minum obat. Apabila pengobatan terputus

tidak sampai enam bulan, penderita sewaktu-waktu akan kambuh kembali

1

Page 2: Lapsus TB-Paru

penyakitnya dan kuman tuberkulosis menjadi resisten sehingga membutuhkan

biaya besar untuk pengobatannya.

Penyakit tuberkulosis ini dijumpai disemua bagian penjuru dunia.

Dibeberapa negara telah terjadi penurunan angka kesakitan dan kematiannya,

Angka kematian berkisar dari kurang 5 - 100 kematian per 100.000 penduduk

pertahun. Angka kesakitan dan kematian meningkat menurut umur. Di Amerika

Serikat pada tahun 1974 dilaporkan angka insidensi sebesar 14,2 per 100.000

penduduk.

Di Sumatera Utara saat ini diperkiraka ada sekitar 1279 penderita dengan

BTA positif. Dari hasil evaluasi kegiatan Program Pemberantasan Tuberkulosa

paru, kota Medan tahun 1999/2000 ditemukan 359 orang penderita dengan

insiden penderita tuberkulosis paru 0,18 per 1000 jumlah penduduk. Dengan

catatan dari balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4), di Medan dijumpai 545

kasus tuberkulosis pada setiap tahun.

2

Page 3: Lapsus TB-Paru

BAB II

STATUS PENDERITA

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. NC

Umur : 30 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Pagelaran

Pekerjaan : Srabutan

Status Perkawinan : Menikah

Suku : Jawa

Tanggal periksa : 29 September 2010

B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Batuk darah

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke RSUD dengan keluhan batuk-batuk sejak 3 bulan

yang lalu dan disertai dengan darah warna merah hitam yang terjadi sejak

tiga hari yang lalu jumlah darah sedikit berupa bercak yang kaluar

bersama dengan dahak, batuk dirasakan sangat sering (ngekel). Pasien

juga mengeluh keringat dingin malam hari, dan dada terasa sakit dan

panas. Selain itu, dan badan terasa agak panas dan pusing, pasien

mengatakan adanya penurunan berat badan pada pasien. Pasien

mempunyai riwayat tinggal bersama orang yang sakit batuk sangat lama

dan pasien tidak mengetahiu sakit batuk apa.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien mengaku tidak pernah menderita sakit sebelumnya hanya

kadang terasa agak panas atau sumer-sumer, pasien tidak pernah

dirawat di rumah sakit sebelumnya.

4. Riwayat Penyakit Keluarga :

- Tidak terdapat anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang sama

dengan pasien.

5. Riwayat Kebiasaan

- Riwayat minum alkohol (-)

3

Page 4: Lapsus TB-Paru

- Riwayat minum jamu-jamuan (-)

- Merokok (+), sekarang (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Tampak lemah, kesadaran compos mentis (GCS 456), status gizi

kesan cukup.

2. Tanda Vital

Tensi : 100/70 mmHg

Nadi : 88 x / menit

Pernafasan : 24 x /menit

Suhu : 37 oC

3. Kulit

Turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), venektasi (-), petechie (-), spider

nevi (-).

4. Kepala

Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput (-),

atrofi m. temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan

mimic wajah / bells palsy (-).

5. Mata

Conjunctiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-).

6. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).

7. Mulut

Bibir pucat (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah (-).

8. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-).

9. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-). Sekret (+)

10. Leher

JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),

pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)

4

Page 5: Lapsus TB-Paru

11. Thoraks

Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-),

spider nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-).

Cor :

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat

Perkusi : batas kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra

batas kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra

batas kiri bawah : SIC V 1 cm medial Linea Medio

Clavicularis Sinistra

batas kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra

pinggang jantung : SIC III Linea Para Sternalis Sinistra

(batas jantung terkesan normal)

Auskultasi: Bunyi jantung I–II intensitas normal, regular, bising (-)

Pulmo :

Statis (depan dan belakang)

Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri

Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan

ronchi :

Dinamis (depan dan belakang)

Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan kiri

Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (ronchi -/-)

12. Abdomen

Inspeksi : dinding perut lebih rendah dari dinding dada

Palpasi : soefle

Perkusi : timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

5

- -

- -

Page 6: Lapsus TB-Paru

13. Ektremitas

Palmar eritema (-/-)

akral dingin Oedem

- -

- -

- -

- -

14. Sistem genetalia: dalam batas normal.

D. DIFFERENTIAL DIAGNOSA

o Hemoptoe et causa TB Paru

o Pneumonia

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah lengkap (6 oktober 2010)

Hb : 11,4

Lekosit : 19.010

LED : 95

Trombosit : 638.000

Diff.Count : - / - / 5/ 71 / 15 / 9

Kesan: Anemia Ringan, Lekositosis, LED meningkat, Trombositosis

6

Page 7: Lapsus TB-Paru

Foto thorax 02 Oktober 2010

COR : Normal

Pulmo : Fibro infiltrat di supra dan para hiller sinistra

sinus prenico costalis dan hemi diafragma normal

Kesimpulan : KP aktif, moderat advanced

F. DIAGNOSIS

Hemoptoe + suspect Koch Pulmonum

G. PENATALAKSANAAN

1. Non Medika mentosa

a. Edukasi tentang penyakitnya

b. Tirah baring

2. Medikamentosa

a. Infus RL 20 tpm

b. Inj. Cefotaxim 2x1gr IV

c. Inj. Asam Traneksamat 3x1amp IV

d. Inj. Ranitidine 2x1amp IV

e. PO Codein 2x1 tab

7

Page 8: Lapsus TB-Paru

H. FOLLOW UP

Nama : Tn. NC

Diagnosis : Hemoptoe + suspect Koch Pulmonum

Tabel flowsheet penderita

Tgl Subyektif Obyektif Assesment Planning Therapy30.09.10

Batuk darah >> warna coklat, dada panas, diare (+), badan sumer.

T: 100/70N:85RR:24Auskultasi:

Ronkhi- -- -- -

Hemoptoe +

S.KP

Inf.RL 16 tpmInj.Ceftriaxon 1x2 mgPO.As. Tranex 3x1 tabPO.Codein 3x 10 mg

01.10.10

batuk darah, keringat dingin, dada panas, perut sakit. Kepala sedikit pusing

T: 110/80N: 86RR: 24Auskultasi:

Ronkhi- -- -- -

Hemoptoe +

S.KP

Sputum BTA SPS Inf.RL 20 tpmInj.Ceftriaxon 1x2 mgPO.Tranex 3x1 tabPO.Codein 3x 10 mgRHZE

02.10.10

batuk darah, keringat dingin, dada panas, perut sakit. Kepala sedikit pusing

T:110/70N:84RR:24Auskultasi:

Ronkhi- -- -- -

Hemoptoe +

KP

Inf.RL 20 tpmInj.Ceftriaxon 1x2 mgPO.Tranex 3x1 tabPO.Codein 3x 10 mgRHZE

03.10.10

batuk darah, keringat dingin, dada panas, perut sakit. Kepala sedikit pusing

T:110/70N:84RR:24Auskultasi:

Ronkhi- -- -- -

Hemoptoe +

KP

Inf.RL 20 tpmInj.Ceftriaxon 1x2 mgPO.Tranex 3x1 tabPO.Codein 3x 10 mgRHZE

04.10.10

batuk darah, keringat dingin, dada panas, perut sakit. Kepala sedikit pusing

T:130/80N:86RR:24Auskultasi:

Ronkhi- -

Hemoptoe +

KP

Inf.RL 16 tpmInj.Ceftriaxon 1x2 mgPO.Tranex 3x1 tabPO.Codein 3x 10 mgLodia 3x500RHZE

8

Page 9: Lapsus TB-Paru

- -- -

05.10.10

batuk darah, keringat dingin, dada panas, perut sakit. Kepala sedikit pusing

T : 110/70N : 84RR : 24Auskultasi:

Ronkhi- -- -- -

Hemoptoe +

KP

Inf.RL 16 tpmInj.Ceftriaxon 1x2 mgPO.Tranex 3x1 tabPO.Codein 3x 10 mgLodia 3x500mgRHZE

06.10.10

batuk darah, keringat dingin, dada panas, perut sakit. Kepala sedikit pusing, badan panas

T: 110/70N: 64RR:22Tm: 38,7Auskultasi:

Ronkhi- -- -- -

Hemoptoe +

KP

BTA (-) Inf.RL 16 tpmInj.Ceftriaxon 1x2 mgPO.Tranex 3x1 tabPO.Codein 3x 10 mgSanmol 4x1Lodia 3x500mgRHZE

07.10.10

batuk darah, keringat dingin, dada panas, perut sakit. Kepala sedikit pusing.

T: 110/60N: 80RR:22Auskultasi:

Ronkhi- -- -- -

Hemoptoe +

KP

Inf.RL 16 tpmInj.Ceftriaxon 1x2 mgPO.Tranex 3x1 tabPO.Codein 3x 10 mgLodia 3x500mgRHZE

08.10.10

batuk darah (-), keringat dingin, dada panas, perut sakit. Kepala sedikit pusing.

T: 110/70N: 64RR:22Auskultasi:

Ronkhi- -- -- -

Hemoptoe +

KP

Inf.RL 16 tpmInj.Ceftriaxon 1x2 mgPO.Tranex 3x1 tabPO.Codein 3x 10 mgRHZE

09.10.10

batuk darah (-), keringat dingin, dada panas, perut sakit. Kepala sedikit pusing.

T: 120/60N: 78RR:28Auskultasi:

Ronkhi- -- -- -

Hemoptoe +

S.KP

Rawat jalan+

Control

PO.Tranex 3x1PO.DMP 3x1PO.Cefadroxil 2x1

9

Page 10: Lapsus TB-Paru

BAB III

PEMBAHASAN PENYAKIT

B. HEMOPTOE

Hemoptoe adalah ekspektorasi darah atau dahak yang mengandung

bercak darah dan berasal dari saluran napas bawah. Hemoptoe masif adalah

batuk darah antara >100 sampai >600 mL dalam waktu 24 jam.

1. Etiologi

Perlu dicermati bahwa darah yang dibatukkan berasal dari saluran

napas dan bukan dari traktus gastrointestinal. Darah yang berasal dari

gastrointestinal berwana hitam kemerahan dan pH-nya asam, sebaliknya

pada hemoptoe darah merah terang dan ph-nya alkali.

Tabel 1. Perbedaan Hemoptoe dengan Hematemesis

Pembeda Haemoptoe Hematemesis

Adanya Riwayat Batuk Gejala GITWarna sputum Merah terang Merah tuapH Alkalis AsamKarakter berbusa Halus tidak berbusa

Saluran napas dan paru-paru terutama divaskularisasii oleh sistem

arteri-vena pulmonalis dan sistem arteri bronkialis yang berasal dari aorta.

Dari kedua sistem ini perdarahan pada sistem arteri bronkialis lebih sering

terjadi.

Penyebab hemoptoe secara umum dapat dibagi menjadi empat, yaitu

infeksi, neoplasma, kelainan kardiovaskular dan hal lain-lain yang jarang

kejadiannya. Infeksi adalah penyebab tersering hemoptoe, tuberkulosis

adalah infeksi yang menonjol.

Pada tuberkulosis, hemoptoe dapat disebabkan oleh cavitas aktif atau

oleh proses inflamasi tuberkulosis di jaringan paru. Apabila tuberkulosis

berkembang menjadi fibrosis dan perkejuan, dapat terjadi aneurisma

arteri pulmonalis dan bronkiektasis yang akan mengakibatkan hemoptoe.

10

Page 11: Lapsus TB-Paru

2. Pemeriksaan Penunjang

Foto toraks PA dan lateral

Bronkoskopi

CT scan dada

3. Indikasi operasi:

batuk darah > 250 ml/ 24 jam dan pada observasi tidak berhenti

Batuk darah antara 100-250 ml/ 24 jam dan Hb < 10 g/dl serta pada

observasi tidak berhenti

Batuk darah antara 100-250 ml/ 24 jam dan Hb > 10 g/dl serta pada

observasi 48 jam tidak berhenti

B. TUBERKULOSIS

Tuberculosis adalah penyakit infeksi pada jaringan tubuh (paru dan ekstra

paru) yang bersifat kronik dan dapat menular yang disebabkan oleh

Microbacterium tuberculosis.

1. Bakteriologi

Penyebab adalah Mycobacterium tuberculosae. Yang tergolong kuman

Mycobacterium tuberculosae complex adalah:

M. tuberculosae

Varian Asian

Varian African I

Varian African II

M. bovis

Pembagian tersebut berdasarkan perbedaan secara epidemiologi.

 

Kelompok kuman M. tuberculosae dan Mycobacteria other than Tb

(MOTT, atypical)

M. kansasii

M. avium

M. intra cellular

M. scrofulaceum

M. malmacerse

11

Page 12: Lapsus TB-Paru

M. xenopi

2. Patogenesis

TUBERKULOSIS PRIMER

12

Batuk

Partikel infeksi

Terhisap

Menempel pada jalan nafas

Dihadapi oleh netrofil dan makrofag

Jaringan paru

sarang primer/ afek primer/ fokus Ghon

Komplikasi dan

menyebar

Kompleks primer (Ranke): sarang primer + limfangitis lokal + limfadenitis regional

sembuh Sembuh dengan meninggalkan sedikit

bekas

HematogenBronkogenLimfogen

Perkontinuitatum

Page 13: Lapsus TB-Paru

TUBERKULOSIS POST PRIMER (TUBERKULOSIS SEKUNDER)

13

Kuman TB dormant

TB Primer

Imunitas me

malnutrisi

alcohol

penyakit maligna

DM

AIDS

Ginjal

Regio atas paru

(bagian apikal

posterior lobus

superior atau

inferior)

Invasi ke daerah

parenkim paru

tuberkel ( granuloma terdiri

dari granulosit dan sel

Datia-Langhans yang

dikelilingi oleh limfosit dan

jaringan ikat).

Direabsorbsi kembali

dan sembuh tanpa

cacat

bersih dan menyembuh

(open healed cavity)

memadat dan membungkus diri ( tuberkuloma)

Mula-mula meluas tetapi segera menyembuh à kavitasmeluas kembali

Infeksi sekunder

Sarang dini

Page 14: Lapsus TB-Paru

3. Klasifikasi

Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan

kelainan klinis, radiologis, dan mikrobiologis:

Tuberkulosis paru

Bekas tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru tersangka

a. BTA negatif, tanda-tanda lain positif : TB paru tersangka diobati

b. BTA negatif, tanda lain meragukan : TB paru tersangka tidak

diobati

Dalam 2-3 bulan harus sudah dipastikan TB paru aktif / bekas TB

paru

WHO berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori, yaitu:

Kategori I, ditujukan terhadap:

-   kasus baru dengan sputum positif

- kasus baru dengan kerusakan parenkim yang luas

-   Kasus baru dengan bentuk TB ekstra paru berat

Kategori II:

-    kasus kambuh

-    kasus gagal dengan BTA positif

Kategori III:

-    kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

-    kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I

Kategori IV:

-    TB kronik

4. Gejala-Gejala Klinis

Secara anamnesis dan pemerikssan fisik TB paru sulit dibedakan

dengan pneumonia biasa

a. Anamnesis

Demam

Batuk/ batuk darah

Sesak napas

Nyeri dada

14

Page 15: Lapsus TB-Paru

Malaise

b. Pemeriksaan fisik

Konjungtiva/ kulit pucat, demam, kurus, berat badan turun

Lesi yang dicurigai: Bagian apeks paru

Infiltrat, kavitas, penebalan pleura

Lanjut: fibrosis, kor pulmonal

Efusi pleura

c. Pemeriksaan Radiologis

Lokasi lesi : apeks paru (segmen apikal lobus atas dan lobus

bawah)

Awal: bercak seperti awan dengan batas-batas tidak tegas

Bila sudah diliputi jaringan ikat : tuberkuloma

· Kavitas

· Kalsifikasi

· Atelektasis

· TB milier

· Penebalan pleura/ empiema

· Efusi pleura/ pneumotoraks

d. Pemeriksaan Laboratorium

Darah (tidak sensitif dan tidak spesifik)

- Hitung jenis bergeser ke kiri

- LED meningkat

Sputum

- Mikroskopik: pengecatan: Tan Thiam Hok, Kinyoun Gabbet,

auramin-rhodamin

- Kultur : Media: Loenstein Jensen, Kudoh, Ogawa

Tes tuberculin

- Tes Mantoux

Serologi : PAP-TB 

5. Diagnosis

15

Page 16: Lapsus TB-Paru

Dalam diagnosis dicantumkan status klinis, status bakteriologis, status

radiologis dan status kemoterapi

Pasien dengan sputum BTA positif:

ditemukan BTA sekurang-kurangnya pada 2 x pemeriksaan

mikroskopik, atau

Satu sediaan sputum positif disertai kelainan radiologis yang sesuai

dengan TB aktif, atau

Satu sediaan sputum positif disertai biakan positif

Pasien dengan sputum BTA negatif:

tidak ditemukan BTA sedikitnya pada 2 x pemeriksaan

mikroskopik tetapi gambaran radiologis sesuai dengan TB aktif, atau

Pada pemeriksaan tidak ditemukan BTA sama sekali, tetapi pada

biakan positif

TB ekstra paru

Pasien dengan kelainan histologis atau/ dengan gambaran klinis

sesuai dengan TB aktif atau

Pasien dengan satu sediaan dari organ ekstra paru menunjukkan

hasil bakteri M. tuberculosae

Berdasarkan riwayat penyakit

a. Kasus baru

Pasien belum pernah mendapat obat anti TB (OAT)

Pasien mendapat OAT < 1 bulan.

b. Kasus kambuh

Pasien pernah dinyatakan sembuh, tetapi kemudian timbul lagi TB

aktif.

c. Pindahan (Transfer in)

Penderita yang pindah berobat dari satu tempat ke tempat lain

d. Default/ drop-out

Pasien sudah berobat minimal 1 bulan, kemudian berhenti 2 bulan

atau lebih, kemudian datang kembali berobat.

e. Kasus gagal

16

Page 17: Lapsus TB-Paru

Pasien yang sputum BTA nya tetap positif atau kembali positif

pada akhir bulan ke 5 (1 bulan sebelum akhir pengobatan).

f. Kasus kronik

Pasien yang sputum BTA nya tetap positif setelah mendapat

pengobatan ulang lengkap yang disupervisi baik.

6. Komplikasi

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan napas à SOPT

Kerusakan parenkim berat à SOPT/ fibrosis/ cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma paru

Sindrom gagal napas dewasa (ARDS)

7. Pengobatan TB

Pengobatan dibagi dalam 2 tahap yakni:

Tahap intensif (initial phase), dengan 4-5 macam obat per hari, dengan

tujuan:

mendapatkan konversi sputum lebih cepat

menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut

Mencegah timbulnya resistensi obat

Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan dua

macam obat per hari atau secara intermiten dengan tujuan

menghilangkan bakteri yang tersisa dan mencegah kekambuhan.

WHO berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori, yaitu:

17

Page 18: Lapsus TB-Paru

Kategori I, ditujukan terhadap:

-  kasus baru dengan sputum positif

- kasus baru dengan kerusakan parenkim yang luas

-  Kasus baru dengan bentuk TB ekstra paru berat

-  2 RHZE/ 4 RH (4R3H3) (6HE)

Kategori II:

-   kasus kambuh

-   kasus gagal dengan BTA positif

-   2 RHZSE/ 1 RHZE/ 5 R3H3E3

Kategori III:

-    kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

-    kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I

-    2 RHZ / 4 RH (4R3H3) (6HE)

Kategori IV:

-    TB kronik

8. Evaluasi Pengobatan

Klinis: tiap minggu selama tahap intensif, selanjutnya tiap bulan.

Bakteriologis (Pemeriksaan dahak 2 kali ): akhir tahap intensif, sebulan

sebelum akhir pengobatan atau akhir pengobatan. Contoh untuk yang 6

bulan: akhir bulan ke 2, 5 dan 6.

18

Page 19: Lapsus TB-Paru

BAB III

PENUTUP

Telah dilaporkan laporan kasus seorang penderita Tn.NC. Laki-laki, 30

tahun, dengan diagnosis hemoptoe dan suspect Koch pulmonum , telah dirawat

di ruang Penyakit Dalam kelas III RSUD “KANJURUHAN” KEPANJEN dari

tanggal 30 September - 10 Oktober 2010 dengan keluhan batuk darah sejak 3

hari dan batuk berat sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan penyerta yg dirasakan

dada terasa panas badan sedikit panas dan disertai keringat yang banyak. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit, compos mentis,

status gizi kesan kurang. Tanda vital T:100/70, N: 88, RR: 24.

Hemoptoe adalah ekspektorasi darah atau dahak yang mengandung

bercak darah dan berasal dari saluran napas bawah. Penyebab hemoptoe

secara umum dapat dibagi menjadi empat, yaitu infeksi, neoplasma, kelainan

kardiovaskular dan hal lain-lain yang jarang kejadiannya. Infeksi adalah

penyebab tersering hemoptoe, tuberkulosis adalah infeksi yang menonjol.

Tuberculosis adalah penyakit infeksi pada jaringan tubuh (paru dan ekstra

paru) yang bersifat kronik dan dapat menular yang disebabkan oleh

Microbacterium tuberculosis. TB paru dapat ditegakkan dengan anamnesa,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan laboratorium

penunjang yang hasilnya mengarah ke TB paru. WHO membagi

penatalaksanaan TB sesuai dengan kategorinya yaitu kasus baru, kasus

kambuh, kasus BTA (-), dan kasus TB kronis.

19

Page 20: Lapsus TB-Paru

DAFTAR PUSTAKA

Aditiawarman, dr.SpPD. Batuk Dan Batuk Darah Bahan Kuliah Pulmonologi Ilmu Penyakit Dalam. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:oV1fEwMso2QJ:images.albadroe.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/RtuEaAoKCsAAAGD5GtE1/BATUK%2520DAN%2520BATUK%2520DARAH.ppt%3Fnmid%3D56316744+hemoptisis+adalah&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id

Arif N. Batuk darah dalam pulmonologi klinik. Bagian pulmonologi FKUI; Jakarta :1992, 179-183

Menaldi Rasmin Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI SMF Paru RSUP Persahabatan.http://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/HEMOPTISIS%20editorial.pdf

Mual Bobby E Parhusip. 2009. Tesis: Peranan foto dada dalam mendiagnosis TB Paru tersangka dengan BTA negative di Puskesmas Kodya Medan. Program Pendidikan Dokter Spesialis Departemen Ilmu Penyakit Paru FK.USU/SMF Paru RSUP.H.Adam Malik Medan

Wihastuti R, Maria, Situmeang T, Yunus F. Profil penderita batuk darah yang berobat ke bagian paru RSUP Persahabatan Jakarta. J Respir Indo 1999;19:54-9

Wiwien Heru Wiyonol, Nirwan ArieP, Yani Purnamasaril, Ni Nyoman Priantinil, Agung Wibawantd, lsmid Djalil lnonu Busroff, Sutjahjo Endardjo3, Fathiyah Isbaniah1, Anwar JusuP. Hemoptisis pada teratoma kistik Departemen Pulmonologi dan llmu Kedokteran Respirasi FKUl - RS Persahabatan, Jakarta, Divisi Bedah Toraks - RS Persahabatan, Jakarta, lnstalasi Patologi Anatomi - RS Persahabatan, Jakarta. paru.http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/27407214218.pdf

Zul Dahlan. Pengelolaan Pasien dengan Kedaruratan Paru Subunit Pulmonologi Laboratorium/UPF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05PengelolaanPasiendenganKedaruratanParu114.pdf/05PengelolaanPasiendenganKedaruratanParu114.html

20