TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM ...fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/10/MODUL-SKILLAB...TATA...

104
TATA TERTIB PELAKSANAAN SKILL LAB TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI MAHASISWA 1. Mahasiswa harus sudah lengkap dan siap 15 menit sebelum pelaksanaan praktikum. 2. Apabila ada yang tidak hadir, harus memperoleh ijin dari trainer yang mengampu. 3. Apabila ada yang tidak hadir, harus memperoleh ijin dari trainer yang mengampu. Apabila sakit harus menyertakan surat keterangan sakit dari dokter dan diserahkan kepada Koordinator Skilllab sebagai syarat pendaftaran INHAL Skill Lab. Prosentasi presensi yang boleh mengikuti ujian dengan kehadiran 100%. 4. Mahasiswa dengan presensi kehadiran <100% (ketentuan minimal harus sudah mengikuti 3 topik secara lengkap) dengan alasan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan, diperbolehkan mengikuti INHAL (sesuai ketentuan pelaksanaan INHAL) pada blok tersebut. 5. Apabila melanggar ketentuan di point 4 maka diwajibkan mengikuti INHAL pada blok yang sama di tahun berikutnya. 6. Mahasiswa yang tidak pernah mengikuti praktikum selama blok berlangsung dengan alasan yang tidak jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan, dinyatakan gugur blok. 7. Apabila terlambat lebih dari 15 menit tidak diperbolehkan mengikuti praktikum. 8. Setiap mahasiswa wajib mengenakan jas praktikum dan name tag selama pelaksanaan praktikum. 9. Mahasiswa harus sudah mempelajari topik ketrampilan yang akan diajarkan sebelum pelaksanaan praktikum. 10. Perwakilan masing-masing kelompok mahasiswa berkoordinasi dengan laboran skill lab dan 1

Transcript of TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM ...fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/10/MODUL-SKILLAB...TATA...

TATA TERTIB PELAKSANAAN SKILL LAB

TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUMKETRAMPILAN BAGI MAHASISWA

1. Mahasiswa harus sudah lengkap dan siap 15 menitsebelum pelaksanaan praktikum.

2. Apabila ada yang tidak hadir, harus memperoleh ijindari trainer yang mengampu.

3. Apabila ada yang tidak hadir, harus memperoleh ijindari trainer yang mengampu. Apabila sakit harusmenyertakan surat keterangan sakit dari dokter dandiserahkan kepada Koordinator Skilllab sebagai syaratpendaftaran INHAL Skill Lab. Prosentasi presensi yangboleh mengikuti ujian dengan kehadiran 100%.

4. Mahasiswa dengan presensi kehadiran <100%(ketentuan minimal harus sudah mengikuti 3 topiksecara lengkap) dengan alasan yang jelas dan dapatdipertanggungjawabkan, diperbolehkan mengikutiINHAL (sesuai ketentuan pelaksanaan INHAL) pada bloktersebut.

5. Apabila melanggar ketentuan di point 4 makadiwajibkan mengikuti INHAL pada blok yang sama ditahun berikutnya.

6. Mahasiswa yang tidak pernah mengikuti praktikumselama blok berlangsung dengan alasan yang tidakjelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan,dinyatakan gugur blok.

7. Apabila terlambat lebih dari 15 menit tidakdiperbolehkan mengikuti praktikum.

8. Setiap mahasiswa wajib mengenakan jas praktikum danname tag selama pelaksanaan praktikum.

9. Mahasiswa harus sudah mempelajari topik ketrampilanyang akan diajarkan sebelum pelaksanaan praktikum.

10. Perwakilan masing-masing kelompok mahasiswaberkoordinasi dengan laboran skill lab dan

1

bertanggungjawab terhadap alat-alat praktikum yangsudah disediakan.

11. Masing-masing mahasiswa harus mempersiapkanbuku panduan praktikum, petunjuk pelaksanaanpraktikum dan peralatan individu sebaik-baiknya(sesuai petunjuk trainer) pada setiap pertemuan di skilllab.

12. Sebelum pelaksanaan praktikum akan diadakan pre-test (secara kolektif akan dilaksanakan sebelumpelaksanaan skill lab), mahasiswa dilarang membacabuku panduan, bekerja sama atau mencontekmahasiswa lain. Bagi mahasiswa yang tidak lulus pre-testakan mengikuti remidi pre-test.

13. Pada pertemuan kedua akan diadakan evaluasiketrampilan masing-masing mahasiswa oleh trainer.

14. Tidak diperkenankan menggunakan Handphone ataualat komunikasi lain selama pelaksanaan skill lab.Handphone atau alat komunikasi lain harap dimatikan

15. Memakai busana yang islami (tidak ketat, tidakmemakai celana berbahan jeans), serta tidakmenggunakan make-up dan aksesoris secaraberlebihan.

16. Menjaga situasi kondusif selama kegiatanpraktikum, tidak membuat gaduh atau mengobrol antarmahasiswa yang cenderung mengganggu jalannyapraktikum.

17. Memperhatikan serta melaksanakan instruksi danpelatihan yang diberikan trainer.

18. Peminjaman ruangan dan alat-alat skill labsebelumnya sudah dikoordinasikan dengan laboran skilllab dengan ketentuan waktu peminjaman masing-masing kelompok (minimal 3 orang) dalam seminggu 1x 2 jam selama jam kerja FK UNIMUS (07.00-16.00WIB), di luar jadwal kegiatan skill lab rutin. Peminjamanruangan dan alat di luar waktu yang ditentukan dapat

2

dilakukan dengan pengawasan trainer / asisten SkillLab.

19. Bila terdapat kerusakan dan/atau kehilangan alatskill lab pada kegiatan no.13, maka kelompok yangbersangkutan wajib mengganti/ memperbaiki alattersebut.

20. Bila kerusakan dan atau kehilangan alat skill labterjadi pada saat kegiatan praktikum regular, makakelompok yang bersangkutan wajib mengganti/memperbaiki alat tersebut sampai dapat digunakandan tidak mengganggu kegiatan praktikum.

TATA TERTIB PELAKSANAAN SKILL LAB BAGITRAINER

1. Trainer harus sudah hadir ± 15 menit sebelumpelaksanaan skill lab.

2. Trainer harus memahami topik ketrampilan yang akandiajarkan.

3. Trainer menyiapkan presensi dan lembar check listpenilaian skill lab.

4. Apabila ada mahasiswa yang tidak hadir, harusmemperoleh ijin dari trainer yang mengampu. Ditulis didaftar presensi, apabila sakit harus menyertakan suratketerangan sakit dari dokter (untuk dilampirkan padalembar presensi mahasiswa).

5. Apabila ada mahasiswa yang datang terlambat lebihdari 30 menit tidak boleh mengikuti skill lab.

6. Melakukan koordinasi dengan laboran skill lab dalammengatur jadwal skill lab.

7. Melakukan koordinasi dengan laboran skill lab dalampelaksanaan skill lab, serta penggunaan alat-alat skilllab.

8. Mengadakan pre-test sebelum pelaksanaan skill lab danmemberikan pemahaman, pelatihan, motivasi,

3

pembelajaran dan evaluasi kepada mahasiswa selamakegiatan skill lab berlangsung.

9. Mengisi lembar penilaian skill lab mahasiswa seobjektifmungkin sesuai checklist yang tersedia dan mengisiseluruh kolom penilaian mahasiswa.

10.Trainer wajib menyerahkan lembar check list penilaianskill lab kepada koordinator skill lab pada hari itu juga.

11.Apabila trainer berhalangan hadir harus menghubungikoordinator skill lab minimal 3 hari sebelum kegiatanskill lab. Atau diperbolehkan mencari ganti trainerdengan persetujuan koordinator skill lab.

TEKNIS PELAKSANAAN SKILL LAB

Dalam pelaksanaan skill lab, mahasiswa dibagi dalamrombongan belajar (rombel), dimana setiap rombel terdiridari 9-10 orang. Skill lab dibimbing oleh dokter sebagaiinstruktur pembimbing yang sebelumnya telah dilatihketrampilannya melalui Training of Trainer (ToT).

Alur kegiatan perencanaan, pelaksanaan, danpengawasan jalannya skill lab diatur oleh koordinator skilllab. Koordinator skill lab membawahi laboran skill lab yangmempunyai anggota 1 atau lebih laboran yang bertugasdalam pelaksanaan skill lab, perawatan serta penggunaansarana dan prasarana skill lab.

4

Pada setiap blok terdapat beberapa topik ketrampilanyang harus dipelajari. Sebelum pelaksanaan skill labdilakukan pre-test pada 1 hari sebelumnya. Pre-testdilakukan secara kolektif oleh koordinator skill lab bekerjasama dengan penanggung jawab blok.

Satu topik ketrampilan dilaksanakan sebanyak 2 xpertemuan (1 pertemuan = 2 tatap muka (TM)/2x60menit).

Dalam pelaksanaannya dibagi lagi menjadi :

1. Pertemuan pertamaa) Skill lab diawali dengan melakukan feedback and

reflection terhadap mahasiswa dengan cara memberikesempatan kepada salah seorang mahasiswa untukmencoba topik ketrampilan yang akan dipelajari.Setelah itu memberi motivasi kepada mahasiswatentang pentingnya topik yang akan dipelajari.1/4 x 2 jam TM = 30 menit

b) Memberi penjelasan dan contoh tentang topikketrampilan yang diajarkan1/4 x 2 jam TM = 30 menit

c) Memberi kesempatan kepada mahasiswa untukmencoba ketrampilan yang diajarkan1/2 x 2 jam TM = 60 menit

d) Setiap selesai pertemuan pertama mahasiswadiberikan kesempatan untuk mengulangi latihannyadalam kegiatan belajar mandiri dan diberikankewajiban untuk melakukan refleksi diri dengan caramenuliskan kekurangan dan kelemahan masing-masing individu dalam melakukan ketrampilan yangtelah diajarkan, ditulis di buku refleksi diri.

2. Pertemuan keduaa) Kegiatan diawali dengan membacakan refleksi diri

masing-masing : ¼ x 2 jam TM = 30 menit.

5

b) Memberi kesempatan kepada mahasiswa untukmemperbaiki hasil refleksi dirinya masing-masing. ¾x 2 jam TM = 90 menit.

6

TATA TERTIB OSCE BAGI MAHASISWA

1. Terdaftar sebagai peserta OSCE, dengan persyaratanpresensi kehadiran praktikum 100% untuk pelaksanaanOSCE Blok.

2. Wajib menjunjung tinggi kejujuran, profesionalisme dankemandirian serta tidak melakukan kecurangan dalambentuk apapun / bekerjasama dengan orang lain.

3. Dilarang membawa alat komunikasi elektronik dalambentuk apapun.

4. Membawa alat tulis [ballpoint].5. Wajib datang 1 Jam (untuk OSCE blok) sebelum ujian

di mulai, jika hadir terlambat maka tidakdiperkenankan mengikuti ujian. Menggunakan patokanjam utama di ruang OSCE/Skill Lab.

6. Wajib membawa kartu peserta ujian/ kartu identitas7. Mengisi daftar hadir peserta ujian.8. Tidak membawa catatan ke lokasi OSCE9. Semua barang peserta ujian dititipkan di tempat/loker

yang telah disediakan. 10. Mengenakan pakaian sopan dan rapi, sepatu, serta jas

putih untuk dokter. 11. Memakai busana yang islami (tidak ketat, tidak

memakai celana berbahan jeans), serta tidakmenggunakan make-up dan aksesoris secaraberlebihan.

12. Menjaga ketertiban, ketenangan dan kelancaranpenyelanggaraan OSCE.

13. Setiap peserta wajib mengenakan tanda pengenal/Name Tag.

14. Mahasiswa yang memenuhi syarat untuk dapatmengikuti OSCE (memenuhi presensi praktikum 100%),namun pada pelaksanaannya melanggar ketentuanOSCE maka diwajibkan mengikuti ujian pada blok yangsama di tahun berikutnya (ujian ulang tahun depan).

7

* B e r l a k u u n t u k s e m u aa n g k a t a n *

MODUL KETRAMPILAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAFDAN JIWA

TOPIK 1 :1. PEMERIKSAAN KESADARAN KUALITATIF DAN

KUANTITATIF2. PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK (GERAKAN,

TONUS DAN KEKUATAN OTOT)3. PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK (NYERI, SUHU,

RABA)

TOPIK 2 :1. PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS DAN

PATOLOGIS2. PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS

TOPIK 3 :1. PEMERIKSAAN KOORDINASI, VEGETATIF DAN

FUNGSI LUHUR2. PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL DAN

RADIKULER

TOPIK 4 :ANAMNESIS GANGGUAN JIWA

TOPIK 5 : PEMERIKSAAN STATUS MENTAL PSIKIATRI

8

9

TOPIK 1

PEMERIKSAAN KESADARAN KUALITATIF DANKUANTITATIF

A. Tujuan Instruksional umum :Mahasiswa dapat melakukan dan menerapkanpemeriksaan kesadaran kualitatif dan kuantitatif untukmenegakkan diagnosis dan penatalaksanaannya.

B. Tujuan Instruksional Umum :a) Mahasiswa dapat menjelaskan macam dan fungsi

pemeriksaan kesadaran secara untuk menegakkandiagnosis dan penatalaksanaanya.

b) Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaankesadaran kualitatif dan menerapkannya untukkepentingan diagnosis dan penatalaksanaannya.

c) Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaankesadaran kualitatif dan menerapkannya untukkepentingan diagnosis dan penatalaksanaannya.

d) Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil pemeriksaankesadaran secara kualitatif maupun kuantitatifuntuk kepentingan diagnosis danpenatalaksanaannya.

C. Pemeriksaan Kesadaran KualitatifTingkat kesadaran dibagi menjadi beberapa yaitu: Normal : kompos mentis Somnolen : : Keadaan mengantuk.

Kesadaran dapat pulih bila dirangsang denganrangsang suara. Akan tetapi apabila tidak terdapatrangsan, pasien kembali mengantuk. Somnolendisebut juga sebagai letargi. Tingkat kesadaran iniditandai oleh mudahnya pasien dibangungkan,mampu memberi jawaban verbal dan menangkisrangsang nyeri.

10

Sopor (stupor) : Kantuk yang dalam.Pasien masih dapat dibangunkan dengan rangsangyang kuat (rangsang nyeri), namun kesadarannyasegera menurun lagi apabila tidak terdapat rangsang.Ia masih dapat mengikuti suruhan yang singkat danmasih terlihat gerakan spontan. Reaksi terhadapperintah tidak konsisten dan samar. Tidak dapatdiperoleh jawaban verbal dari pasien. Gerak motorikuntuk menangkis rangsang nyeri masih baik.

Koma – ringan (semi-koma) : Padakeadaan ini tidak ada respons terhadap rangsangverbal. Refleks ( kornea, pupil dsb) masih baik.Gerakan terutama timbul sebagai respons terhadaprangsang nyeri. Pasien tidak dapat dibangunkan.

Koma (dalam atau komplit) : Tidak adagerakan spontan. Tidak ada jawaban sama sekaliterhadap rangsang nyeri yang bagaimanapunkuatnya.

D. PEMERIKSAAN KUANTITATIF/GCS (Glasgow KomaScale) Untuk mengikuti perkembangan tingkat kesadarandapat digunakan skala koma Glasgow yangmemperhatikan tanggapan (respon) penderita terhadaprangsang dan memberikan nilai pada respon tersebut.Tanggapan/respon penderita yang perlu diperhatikanadalah:

GCS Respon NilaiEye

(mata)· Spontan· Membuaka mata dengan perintah· Membuka mata dengan rangsang

nyeri (dapat dengan menekan tulang sternum dengan tulang jari tangan atau ujung ujung ibu jari denagn kuku)

· Tidak ada reaksi

432

1

11

Motorik(gerakan)

· menuruti perintah· melokalisir nyeri: klien membunag

tangan kita· reaksi menghindar: klien tidak tahu

tempat, namun merasakan rangsang· reaksi fleksi (dekortikasi); abnormal· reaksi ekstensi (deserebrasi):

abnormal· tidak ada gerakan

65

4

321

Verbal(bicara)

· Orientasi baik· Gelisah/ kacau (confused): masih

dapat menjawab pertanyaan namun disorientasi waktu dan tempat

· kata tidak jelas (innapropriate): dapatmengucapkan kata-kata namun tidak berupa kalimat

· mengerang: suara yang tidak jelas artinya (unintelligible-sounds)

· tidak ada suara

54

3

2

1

Keterangan:Nilai MAKSIMUM E4M6V5 15Nilai MINIMUM E1M1V1 3

Perhatian : pemeriksaan GCS tidak dapat dinilai ataudikatakan INKOMPLETE jika dengan kondisi sebagai berikut:1. Kondisi mata:

a. Klien dengan kondisi mata bengkakb. Ptosis: kelopak mata selalu jatuh, biasanya karena

strokec. Exoptalmus: kelopak mata terbuka terusd. Enoptalmus: kelopak mata menyempit

2. Adanya kelumpuhan3. Fraktur

12

4. Ada sesuatu yang mengganggu verbalnya misalnyasedang dipasang NGT, Goodell, ETT, fraktur mandibula,afasia (tidak bisa bicara), difagia dll.

13

Gambar Dekortikasi :

Gambar Deserebrasi :

Gambar Deserebrasi :

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar.Dian Rakyat. Jakarta, 2009.

2. Lumbantobing SM. Neurologi klinik : pemeriksaanfisik dan mental. FK Universitas Indonesia. Jakarta,2010.

3. Bickley, LS. Bate’s guide to physical examinationand history taking. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins.New York, 2009.

4. Demeyer WE. Technique of the neurologicexamination : a programmed text. 5th ed. Mcgraw Hill.USA, 2004.

14

Check list Penilaian Pemeriksaan Kesadaran

No

Aspek yang dinilai Nilai

0 1 2 31 Melakukan pemeriksaan kesadaran kualitatif2 Melakukan pemeriksaan GCS :

a) Respon mata b) Respon Verbalc) Respon Motorik

3 Interpretasi hasilJumlah

Catatan :0 = Tidak Dilakukan1 = Dilakukan ≤ 50% benar2 = Dilakukan > 50% benar3 = Dilakukan dengan sempurna

Penilaian ketrampilan : (Σ skor seluruh aspek yg dinilai) x100 Σ maksimal skor

15

PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK

A. Tujuan Instruksional umum :Mahasiswa dapat melakukan dan menerapkanpemeriksaan fungsi motorik untuk menegakkandiagnosis dan penatalaksanaan selanjutnya.

B. Tujuan Instruksional Umum :a) Mahasiswa dapat menjelaskan macam dan fungsi

pemeriksaan motorik untuk menegakkan diagnosisdan penatalaksanaanya.

b) Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan gerakan,tonus, kekuatan otot dan menerapkannya untukkepentingan diagnosis dan penatalaksanaanselanjutnya.

c) Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil pemeriksaanfungsi motorik dan menerapkannya untukkepentingan diagnosis dan penatalaksanaanselanjutnya.

C. Pemeriksaan Fungsi MotorikPemeriksaan fisik di bidang penyakit syaraf

dilakukan untuk menentukan diagnosis serta menunjangtemuan pada anamnesis. Secara garis besar lokasikelainan pada system motorik terbagi dalam 2 bagianbesar yaitu susunan saraf pusat atau upper motor neuron(UMN) dan susunan saraf perifer atau lower motor neuron(LMN).

Kelemahan anggota gerak pada kelainan UMN (tipespastic) terutama ditandai dengan adanya reflex fisiologisyang meningkat atau meluas, munculnya reflex patologis,tonus otot yang meningkat dan trofi otot normal. KelainanLMN (tipe flaccid) ditandai dengan adanya hal-hal yangsebaliknya yaitu reflex fisiologis yang menurun ataumenghilang, reflex patologis tidak muncul atau negative,tonus otot menurun dan trofi otot menurun atau atrofi.

16

Berat ringannya kelemahan anggota gerak diperiksadengan menilai kekuatan anggota gerak. Anggota gerakatas dibagi dalam tiga bagian baik kanan maupun kiri,yaitu daerah tangan, lengan bawah dan lengan atas.Demikian anggota gerak bawah dibagi menjadi kaki,tungkai bawah dan tungkai atas. Kekuatan anggota gerakhanya dapat diperiksa dalam keadaan penderita tidakmengalami penurunan kesadaran. Penilaian tersebut validdinilai jika tidak ada gangguan lain pada anggota gerakyang diperiksa, misalnya tidak sedang mengalami nyeripada anggota gerak.Fungsi motorik yang harus diperhatikan dalampemeriksaan :

1. Gerakan2. Kekuatan3. Tonus4. Refleks fisiologis5. Refleks patologis

1. GerakanPenderita berbaring di tempat tidur. Penderita disuruhmengangkat tangan setinggi-tingginya (mulai dari yangnormal).Gerakan dapat dinilai gerakan aktif dan gerakan pasif

2. Kekuatan :

17

18

Cara menilai kekuatan anggota gerak atas : a) Untuk menilai kekuatan tangan, penderita disuruh

menarik suatu benda yang dipegang atau ditahanoleh pemeriksa. Hal itu dapat pula dilakukan denganbersalaman erat antara penderita denganpemeriksa.

b) Lengan bawah diperiksa dengan cara penderitadiminta untuk melawan tahanan yang diberikanpemeriksa pada lengan bawah penderita

c) Lengan atas diperiksa dengan cara penderitadiminta untuk melawan tahanan yang diberikanpemeriksa pada lengan atas penderita.

Pemeriksaan kekuatan anggota gerak bawah dilakukandengan dua cara : a) Kaki penderita diminta untuk melawan tahanan baik

dari plantar atau dorsal pedis b) Tungkai bawah diperiksa dengan meminta penderita

melawan tahanan yang diberikan pemeriksa padatungkai bawah penderita

c) Tungkai atas diperiksa dengan meminta penderitamelawan tahanan yang diberikan pemeriksa padatungkai atas penderita

Penilaian kekeuatan anggota gerak dilakukan denganmemberikan skor, yaitu :- Skor 5 (kekuatan penuh)- Skor 4 (bisa melawan gravitasi dan menahan tahanan

ringan)- Skor 3 (bisa melawan gravitasi namun tidak bisa

melawan tahanan ringan)- Skor 2 (tidak bisa melawan gravitasi hanya bisa

digerakkan kanan kiri/bergeser- Skor 1 (tidak bisa digerakkan, hanya bisa berkontraksi

otot saja)- Skor 0 (tidak bisa berkontraksi sekalipun)

3. Tonus :

19

a) Memeriksa dimulai dari tungkai/tangan yang sehat,dilanjutkan dengan yang sakit

b) Dilakukan gerakan fleksi – ekstensi maksimal secarapasif. Bila pada akhir fleksi-ekstensi tarasa adatahanan berarti itu hipertoni. Intepretasi: hipertonia, eutonia, hipotonia

20

Check list Pemeriksaan Gerakan, Tonus danKekuatan Otot

No Aspek yang dinilai Nilai0 1 2 3

1 Mengucapkan salam, menjelaskan kepadapenderita tentang apa yang akan dilakukanserta membaca basmalah sebelum melakukanpemeriksaan

2 Mempersilakan penderita untuk berbaring ataududuk

3 Memeriksa gerakan dan kekuatan anggotagerak atas dengan menyuruh penderitamengangkat kedua anggota gerak atas secaraperlahan dan menahan sebentar, sertamembandingkan kanan dan kiri

4 Memeriksa tonus dan kekuatan tangan sertamembandingkan kanan dan kiri

5 Memeriksa tonus dan kekuatan lengan bawahserta membandingkan kanan dan kiri

6 Memeriksa tonus dan kekuatan lengan atasserta membandingkan kanan dan kiri

7 Memeriksa gerakan dan kekuatan anggotagerak bawah dengan menyuruh penderitamengangkat kedua anggota gerak bawahsecara perlahan dan menahan sebentar, sertamembandingkan kanan dan kiri

8 Memeriksa tonus dan kekuatan kaki sertamembandingkan kanan dan kiri

9 Memeriksa tonus dan kekuatan tungkai bawahserta membandingkan kanan dan kiri

10 Memeriksa tonus dan kekuatan tungkai atasserta membandingkan kanan dan kiri

11 Mengucapkan hamdalah setelah melakukanpemeriksaan dan menyimpulkan hasilnya

12 Komunikasi edukasi

21

13 Perilaku professional

Jumlah

Catatan :0 = Tidak Dilakukan1 = Dilakukan ≤ 50% benar2 = Dilakukan > 50% benar3 = Dilakukan dengan sempurna

Penilaian ketrampilan : (Σ skor seluruh aspek yg dinilai) x 100 Σ maksimal skor

22

PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK (NYERI, SUHU,RABA)

A. Tujuan Instruksional umum :Mahasiswa dapat melakukan dan menerapkanpemeriksaan fungsi sensorik untuk menegakkandiagnosis dan penatalaksanaan selanjutnya.

B. Tujuan Instruksional Umum :a) Mahasiswa dapat menjelaskan macam dan fungsi

pemeriksaan sensorik untuk menegakkan diagnosispasien.

b) Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan sistemeksteroseptif (nyeri, suhu, raba) danmenerapkannya untuk kepentingan diagnosis danpenatalaksanaannya.

c) Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan sistemproprioseptif dan menerapkannya untukkepentingan diagnosis dan penatalaksanaannya.

d) Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaandiskriminasia dan menerapkannya untukkepentingan diagnosis dan penatalaksanaannya.

e) Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil pemeriksaansensorik untuk menegakkan diagnosis danpenatalaksanaannya.

C. Pemeriksaan Fungsi SensorikSistem sensibilitas terbagi menjadi :

1. Eksteroseptif Terdiri atas rasa nyeri, rasa suhu dan rasa raba.1. Rasa nyeri bisa dibangkitkan dengan berbagai cara,

misalnya dengan menusuk menggunakan jarum,memukul dengan benda tumpul, merangsang

23

dengan api atau hawa yang sangat dingin dan jugadengan berbagai larutan kimia.

2. Rasa suhu diperiksa dengan menggunakan tabungreaksi yang diisi dengan air es untuk rasa dingin,dan untuk rasa panas dengan air panas. Penderitadisuruh mengatakan dingin atau panas biladirangsang dengan tabung reaksi yang berisi airdingin atau air panas. Untuk memeriksa rasa dingindapat digunakan air yang bersuhu sekitar 10-20 °C,dan untuk yang panas bersuhu 40-50 °C. Suhu yangkurang dari 5 °C dan yang lebih tinggi dari 50 °Cdapat menimbulkan rasa-nyeri.

3. Rasa raba dapat dirangsang dengan menggunakansepotong kapas, kertas atau kain dan ujungnyadiusahakan sekecil mungkin. Hindarkan adanyatekanan atau pembangkitan rasa nyeri. Periksaseluruh tubuh dan bandingkan bagian-bagian yangsimetris.

2. Proprioseptif Rasa raba dalam (rasa gerak, rasa posisi/sikap, rasagetar dan rasa tekanan)a) Rasa gerak : pegang ujung jari jempol kaki pasien

dengan jari telunjuk dan jempol jari tanganpemeriksa dan gerakkan keatas kebawah maupunkesamping kanan dan kiri, kemudian pasien dimintauntuk menjawab posisi ibu jari jempol nya beradadiatas atau dibawah atau disamping kanan/kiri.

b) Rasa sikap : Tempatkan salah satu lengan/tungkaipasien pada suatu posisi tertentu, kemudian suruhpasien untuk menghalangi pada lengan dan tungkai.Perintahkan untuk menyentuh dengan ujung ujungtelunjuk kanan, ujung jari kelingking kiri dsb.

c) Rasa getar : Garpu tala digetarkan dulu/diketukpada meja atau benda keras lalu letakkan diatasujung ibu jari kaki pasien dan mintalah pasien

24

menjawab untuk merasakan ada getaran atau tidakdari garputala tersebut.

3. Diskriminatif Daya untuk mengenal bentuk/ukuran; daya untukmengenal /mengetahui berat sesuatu benda dsb.a) Rasa gramestesia : untuk mengenal angka, aksara,

bentuk yang digoreskan diatas kulit pasien,misalnya ditelapak tangan pasien.

b) Rasa barognosia : untuk mengenal berat suatubenda.

c) Rasa topognosia : untuk mengenal tempat padatubuhnya yang disentuh pasien.

25

AREA DERMATOMAL PEMERIKSAAN SENSIBILITASNERVUS PERIFER

26

27

Check list Pemeriksaan Fungsi SensorikNo Aspek yang dinilai Nilai

0 1 2 31 Pemeriksaan Eksteroseptif

Terdiri atas rasa nyeri, rasa suhu dan rasaraba.a) Rasa nyeri bisa dibangkitkan dengan

berbagai cara, misalnya dengan menusukmenggunakan jarum, memukul denganbenda tumpul, merangsang dengan apiatau hawa yang sangat dingin dan jugadengan berbagai larutan kimia.

b) Rasa suhu diperiksa dengan menggunakantabung reaksi yang diisi dengan air esuntuk rasa dingin, dan untuk rasa panasdengan air panas. Penderita disuruhmengatakan dingin atau panas biladirangsang dengan tabung reaksi yangberisi air dingin atau air panas. Untukmemeriksa rasa dingin dapat digunakan airyang bersuhu sekitar 10-20 °C, dan untukyang panas bersuhu 40-50 °C. Suhu yangkurang dari 5 °C dan yang lebih tinggi dari50 °C dapat menimbulkan rasa-nyeri.

c) Rasa raba dapat dirangsang denganmenggunakan sepotong kapas, kertas ataukain dan ujungnya diusahakan sekecilmungkin. Hindarkan adanya tekanan ataupembangkitan rasa nyeri. Periksa seluruhtubuh dan bandingkan bagian-bagian yangsimetris.

2 Pemeriksaan Proprioseptif Rasa raba dalam (rasa gerak, rasaposisi/sikap, rasa getar dan rasa tekanan)a) Rasa gerak : pegang ujung jari jempol kaki

pasien dengan jari telunjuk dan jempol jari

28

tangan pemeriksa dan gerakkan keataskebawah maupun kesamping kanan dankiri, kemudian pasien diminta untukmenjawab posisi ibu jari jempol nya beradadiatas atau dibawah atau disampingkanan/kiri.

b) Rasa sikap : Tempatkan salah satulengan/tungkai pasien pada suatu posisitertentu, kemudian suruh pasien untukmenghalangi pada lengan dan tungkai.Perintahkan untuk menyentuh denganujung ujung telunjuk kanan, ujung jarikelingking kiri dsb.

c) Rasa getar : Garpu tala digetarkandulu/diketuk pada meja atau benda keraslalu letakkan diatas ujung ibu jari kakipasien dan mintalah pasien menjawabuntuk merasakan ada getaran atau tidakdari garputala tersebut.

3 Pemeriksaan Diskriminatif Daya untuk mengenal bentuk/ukuran; dayauntuk mengenal /mengetahui berat sesuatubenda dsb.a) Rasa gramestesia : untuk mengenal angka,

aksara, bentuk yang digoreskan diatas kulitpasien, misalnya ditelapak tangan pasien.

b) Rasa barognosia : untuk mengenal beratsuatu benda.

c) Rasa topognosia : untuk mengenal tempatpada tubuhnya yang disentuh pasien.

4 Intepretasi hasil Apabila ada kelainan intepretasikan macamkelainan dan dermatomnya

5 Komunikasi edukasi

6 Perilaku professional

29

Jumlah

Catatan :0 = Tidak Dilakukan1 = Dilakukan ≤ 50% benar2 = Dilakukan > 50% benar3 = Dilakukan dengan sempurna

Penilaian ketrampilan : (Σ skor seluruh aspek yg dinilai) x100 Σ maksimal skor

30

Lembar Kerja IPemeriksaan Kesadaran, Fungsi Motorik dan

Sensorik (Pertemuan 1)

A. Tempat : Ruang Skill lab B. Peralatan :- Jarum pentul- Tabung reaksi- Kapas alkohol- Garpu tala- Senter

C. Pasien standart : laki-laki umur20-60 tahunD. Kegiatan :

1. Trainer menunjuk salah satu mahasiswa untukfeedback and reflection dengan cara memberikesempatan kepada salah seorang mahasiswa untukmencoba topik ketrampilan pemeriksaan kesadaran,fungsi motorik dan sensorik. Setelah itu memberimotivasi kepada mahasiswa tentang pentingnya topikyang akan dipelajari. Waktu 30 menit.

2. Trainer memberikan penjelasan, koreksi, dan contohtentang pemeriksaan kesadaran, fungsi motorik dansensorik. Waktu 30 menit.

3. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencobaketrampilan dengan membentuk kelompok kecilmahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok.Masing-masing melakukan ketrampilan pemeriksaankesadaran, fungsi motorik dan sensorik secarabergantian, dengan 1 orang sebagai Dokter, 1sebagai Pasien dan 1 sebagai pengamat (membawachecklist). Waktu 60 menit.

4. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

31

Lembar Kerja 2Pemeriksaan Kesadaran, Fungsi Motorik dan

Sensorik (Pertemuan 2)

A. Tempat : Ruang Skill lab B. Peralatan :- Jarum pentul- Tabung reaksi- Kapas alkohol- Garpu tala- Senter

C. Pasien standart : laki-laki umur 20-60 tahunD. Kegiatan :

1. Mahasiswa membacakan refleksi diri masing-masing.Waktu 30 menit.

2. Memberikan kesempatan mahasiswa untukmemperbaiki hasil refleksinya dengan membentukkelompok kecil mahasiswa yang terdiri dari 3 orangper kelompok. Masing-masing melakukan ketrampilanpemeriksaan kesadaran, fungsi motorik dan sensoriksecara bergantian, dengan 1 orang sebagai Dokter, 1sebagai Pasien dan 1 sebagai pengamat (membawachecklist). Waktu 90 menit.

3. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar.Dian Rakyat. Jakarta, 2009.

2. Lumbantobing SM. Neurologi klinik : pemeriksaanfisik dan mental. FK Universitas Indonesia. Jakarta,2010.

3. Bickley, LS. Bate’s guide to physical examinationand history taking. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins.New York, 2009.

32

4. Demeyer WE. Technique of the neurologicexamination : a programmed text. 5th ed. Mcgraw Hill.USA, 2004.

33

TOPIK 3PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS

A. Tujuan Instruksional umum :Mahasiswa dapat melakukan dan menerapkanpemeriksaan reflex fisiologis dan patologis untukmenegakkan diagnosis dan penatalaksanaanselanjutnya.

B. Tujuan Instruksional Umum :a) Mahasiswa dapat menjelaskan macam dan fungsi

reflex fisiologis dan patologis untuk menegakkandiagnosis pasien.

b) Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan reflexfisiologis dan menerapkannya untuk kepentingandiagnosis dan penatalaksanaan selanjutnya.

c) Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan reflexpatologis dan menerapkannya untuk kepentingandiagnosis dan penatalaksanaan selanjutnya.

d) Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil pemeriksaanreflex fisiologis dan patologis dan menerapkannyauntuk kepentingan diagnosis dan penatalaksanaanselanjutnya.

C. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan PatologisPemeriksaan refleks sangat penting nilainya dalampemeriksaan fisik neurologi. Berbeda denganpemeriksaan neurologi lainnya seperti pemeriksaankekuatan otot, nervi cranialis dan pemeriksaansensibilitas serta beberapa pemeriksaan neurologi yanglain, pemeriksaan reflex dapat dilakukan pada orangyang mengalami penurunan kesadaran bahkan sampaikoma. Pemeriksaan reflex daapt pula dilakukan padabayi, anak-anak serta orang dengan intelegensi yangsangat rendah serta orang yang gelisah. Pemeriksaan

34

reflex menjadi sangat penting nilainya karena lebihobjektif.

a) Pemeriksaan Refleks Fisiologis :1. Biceps : - Lengan dalam keadaan sedikit fleksi- Tendo M. Biceps diketuk dengan palu reflex- Bila refleksnya (gerakan fleksi) sedikit kuat dan

daerah reflex lebih luas, berarti ada hiperrefleks.

2. Triceps :- Lengan diletakkan diatas badan dan fleksi pada

sendi siku- Tendo triceps (diatas olecranon) diketokgerakan

ekstensi pada siku

3. Radius :- Lengan bawah sedikit fleksi pada sendi siku antara

pronasi dan supinasi- Diketok pada proc. Styloideus radii

35

- Refleks (+) sedikit ekstensi tangan dan pronasitangan

4. Ulna : - Posisi seperti radius yang diketok proc. Styoideus

ulna- Refleks (+) sedikit ekstensi tangan dan pronasi

tangan5. Reflek Abdominal

Menggoreskan dinding perut dari lateral ke umbilicus,hasil negative pada orang tua, wanita multi para,obesitas, hasil positif bila terdapat reaksi otot.

6. Reflek Kremaster Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bilaskrotum sisi yang sama naik / kontriksi ( L 1-2 )

7. Reflek Anal Menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincterani (S 3-5)

8. Reflek Bulbo Cavernosus Tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain masukkankedalam anus, positif bila terdapat kontraksi spincter ani(S3-4 / saraf spinal )

9. Patella :- Penderita duduk, tungkai bawahnya bebas. Ketuk

tendo sedikit di bawah patella (Lig. Patella) akanada gerakan menendang

- Penderita tidur terlentang, lutut sedikit diangkatpemeriksa, ketok tendo m. quadriceps di bawahlutut ada gerakan ekstensi

36

10. Achilles :

Tungkai bawah sikap fleksi dan kaki dorsofleksi, diketuktendo Achilles akan terjadi gerakan plantar fleksi.

b) Pemeriksaan Refleks PatologisSelain reflex fisiologis, dikenal pula reflex patologis.

Refleks patologis terjadi jika ada kelainan atau kerusakanhubungan dengan pusat-pusat yang lebih tinggi yaitu padasusunan syaraf pusat. Selain munculnya reflex patologis,jika terjadi gangguan pada SSP maka reflex fisiologis punakan meningkat atau meluas.Pemeriksaan refleks patologis dapat dilakukan denganberbagai cara, diantaranya melalui rangsang yangdiberikan pada tangan atau anggota gerak bawah. Refleks

37

patologis yang dibangkitkan melalui rangsangan padaanggota gerak bawah antara lain :

a. Babinski :- Telapak kaki digores dari tumit melalui bagian

lateral sampai di basis ibu jari- Refleks (+) dorsofleksi ibu jari dan abduksi jari-

jari lainnyab. Chaddock :

- Penggoresan pada malleolus lateralis, dari bagianbelakang atas ke bawah

- Refleks (+) seperti babinskic. Oppenheim :

- Penggoresan dengan tekanan sepanjang tibia dariatas ke bawah

- Refleks (+) seperti babinskid. Gordon :

- Pijat betis secara mendadak- Refleks (+) seperti babinski

e. Schaeffer :- Pijat tendo Achilles secara keras- Refleks (+) seperti babinski

f. Mendel Bechterew :- Dorsum pedis diketok di atas metatarsal 1 dan 5- Refleks (+) seperti plantar fleksi jari-jari kaki

g. Rossolimo :- Tapak kaki diketok pada tulang metatarsal- Refleks (+) seperti mendel bechterew

h. Gonda :

38

- Memencet (menekan) satu jari kaki danmelepaskannya sekonyong-konyong

i. Klonusa) Klonus patella : dibangkitkan dengan jalan

meregangkan otot quadriceps femoris. Kita pegangpatella penderita, kemudian didorong dengankejutan (dengan cepat) kea rah distal sambildiberikan tahanan ringan. Bila terdapat klonus, akanterlihat kontraksi ritmik otot quadriceps yangmengakibatkan gerakan bolak-balik dari patella.Pada pemeriksaan ini tungkai harus diekstensikandan dilemaskan.

b) Klonus kaki : dibangkitkan dengan jalanmeregangkan otot triceps surae betis. Pemeriksamenempatkan tangannya di telapak kaki penderita,kemudian telapak kaki ini didorong dengan cepat(dikejutkan) sehingga terjadi dorsofleksi sambilseterusnya diberi tahanan ringan. Hal inimengakibatkan teregangnya otot betis. Bila adaklonus maka terlihat gerakan ritmik (bolak-balik)dari kaki, yaitu berupa plantar fleksi dan dorsofleksisecara bergantian.

c) Refleks patologis yang didapatkan pada tangan :Hoffman Trommer :- Lengan penderita fleksi pada sendi siku dan

pergelangan mengarah ke kaki, lalu kuku jari tengahdigores

39

- Refleks (+) fleksi jari-jari

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar.Dian Rakyat. Jakarta, 2009.

2. Lumbantobing SM. Neurologi klinik : pemeriksaanfisik dan mental. FK Universitas Indonesia. Jakarta,2010.

3. Bickley, LS. Bate’s guide to physical examinationand history taking. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins.New York, 2009.

4. Demeyer WE. Technique of the neurologicexamination : a programmed text. 5th ed. Mcgraw Hill.USA, 2004.

40

Check List pemeriksan Refleks Fisiologis danPatologis :

No

Aspek yang dinilai Nilai

0 1 2 31 Mengucapkan salam, menjelaskan kepada

penderita tentang apa yang akan dilakukanserta membaca basmalah sebelum melakukanpemeriksaan

2 Mempersilakan penderita untuk berbaring ataududuk

3 Memeriksa Refleks Fisiologis (kanan kiri) :1. Biceps2. Triceps3. Radius4. Ulna5. Patella6. Achilles

4 Memeriksa Refleks Patologis (kanan kiri) :1. Babinski2. Chaddock3. Gordon4. Oppenheim5. Schaeffer6. Mendel bechterew7. Gonda8. Rossolimo9. Hoffman trommer

5 Memeriksa klonus patella dan kaki (kanan kiri)

6 Mengucapkan hamdalah setelah melakukanpemeriksaan dan menyimpulkan hasilnya

7 Komunikasi edukasi

8 Perilaku professional

Jumlah

41

Catatan :0 = Tidak Dilakukan1 = Dilakukan ≤ 50% benar2 = Dilakukan > 50% benar3 = Dilakukan dengan sempurna

Penilaian ketrampilan : (Σ skor seluruh aspek yg dinilai) x 100 Σ maksimal skor

42

PEMERIKSAAN NEUROLOGI NERVI CRANIALIS

A. Tujuan Instruksional umum :Mahasiswa dapat melakukan dan menerapkanpemeriksaan neurologi nervi cranialis untukmenegakkan diagnosis dan penatalaksanaanselanjutnya.

B. Tujuan Instruksional Umum :a) Mahasiswa dapat menjelaskan macam dan fungsi

pemeriksaan nervi cranialis I-XII untuk menegakkandiagnosis pasien.

b) Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan nervicranialis I-XII dan menerapkannya untukkepentingan diagnosis dan penatalaksanaannya.

c) Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil pemeriksaannervi cranialis I-XII untuk menegakkan diagnosis danpenatalaksanaannya.

43

44

45

Saraf otak Pemeriksaan Keterangan N. I (olfactorius) 1.Periksa lubang hidung,

bebas atau tersumbat2.Satu lubang hidung ditutup

dengan menutup mata,pasien diminta untukmengenali suatu bendadengan aroma lunak,misalnya cengkeh, kopi,sabun atau vanili

3.Ulangi pada lubang lainnya

Berkurangnyaatau hilang baudisebabkanbanyak factorpenyebab :penyakithidung,merokokberlebihan,minum coccain.Dapat olehfactorcongenital.Hilangnyakemampuanpada satuposisi, curigakerusakan lobusfrontalis otak

N. II (opticus) 1. Pasien diminta untukmembaca keras-kerastulisan terkecil pada kartumata. Bila pasien biasamemakai kaca mata ataulensa kontak diminta tetapmemakainya

2. Periksa lapang pandangdengan konfrontasi.a. pasien diminta untukmenutup satu mata,kemudian menatap mataanda sisi lainb. tutup mata anda sisilain, yang sesuai denganlapang pandang pasien

Persepsigerakan hanyapada satu sisi,curiga akantanda kerusakanlobus parietalatau occipitalcortex serebri

46

c. letakkan jari tangananda atau benda kecilpada lapang pandangpasien dari 8 arahd. pasien diminta untukmenyatakan bila melihatbenda tersebute. bandingkan lapangpandang pasien denganlapang pandang andaf. letakkan benda ditengah jarak antarapasien dan anda, kecualipada lapang pandangtemporal dimana andaingin mulai dari belakangpasien

3. Periksa lapang pandanguntuk memadam, denganrasa gandaa. pasien membuka mata,gerakkan jari anda padakedua lapang temporalsecara serentakb. tanyakan yangbergerak satu atau duajari

4. Periksa discus opticusdengan oftalmoscop.Periksa kelainan,utamanya : edema papil,atrofi optik

N. IIIocculomotorius, N. IV (trochlearis) dan

1. Periksa kelopak mata atasdalam keadaan pasienmemandang anda.Kelopak mata tidak akan

47

N. VI (abduscens)

menutup pupil2. Periksa pupil, bentuknya

lingkaran, ukurannyasama sesuai denganpenerangan ruangan

3. Periksa reaksi pupilterhadap cahaya yangmenyilaukan, pada setiappupil secara bergantian.Perhatikan reaksilangsung dan reaksikonsensual. Bila mungkin,redupkan penerangruangan

4. Pasien diminta untukmengikuti gerak jari andake 6 arah utama.a. perhatikan rentanggerakan ekstra okulerb. perhatikan gerakparallel matac. bola mata dan kelopakmata harus dapatdigerakkan serentak danlancerd. perhatikan adanyakelopak mata yang lunglaie. pada waktu melakukanlirikan ke atas dank esamping hendaknyaberhenti sejenak untukmendeteksi adanyanistagmus

5. Periksa reaksi pupilterhadap akomodasidengan cara pasien

48

diminta untuk mengikutigerak jari tangan anda kearah pangkal hidung.Perhatikan konstriksi pupildan konvergensi mata.Bila tidak dapat melihatkonstriksi pupil, redupkanpenerangan ruang danulangi periksa.

N. V (trigeminus)

1. Periksa fungsi motorikdengan cara menyuruhpasien untuk merapatkangigi dan kemudian rileksdan pada saat itu andameraba temporal danmasseter

2. Periksa bagian sensoriksaraf trigeminal, dari ketigabagian :a. periksa rasa nyeridengan menggunakanbenda tajam atau jarumkadang gunakan ujungtumpul dan tajam. Biladijumpai hasil abnormal,lanjutkan denganpemeriksaan rasa suhub. periksa rasa raba halusdengan menggunakangumpalan kapasc. periksa reflex korneadengan menggunakangumpalan kapasdisentuhkan pada kornea.Perhatikan air mata yangkeluar atau mata yang

-Berkurang atauhilangnyakontraksi ototmasseter dantemporal padasatu sisi, curigakerusakan N.V.

-Kelemahan padakedua sisidapat sebagaiakibatkerusakan ototUMN atau LMN.

-Bila pasien tidakbergigipemeriksaanakanmempersulitinterpretasi

-Berkurang atauhilangnyasensasi wajahcuriga suatukerusakan N.Vatau jaraksensoriksentral.

49

berkedip. Misalnyagangguansensasi dapatdisertai denganreaksi konversi.

-Hilangnyakedipan curigakerusakan N.V.

N. VII (facialis) 1. Periksa wajah pasien dalamkeadaan istirahat danwaktu melakukan konversi.Perhatikan hal-hal berikut :a. asimetrib. mulut sesisi moncongc. mendatarnya lipatannasolabial satu sisid. turunnya salah satu sisikelopak matae. Tic’s atau gerakanabnormal

2. Pasien diminta untukmelakukan gerakansebagai berikut. Harusdikerjakan dengan mudahdan simetrik.a. mengangkat alisb. tutup mata rapat-rapatc. tunjukkan gigi, senyummencucurkan bibir danmenggembungkan pipi

-Kerusakan N.VII(yangmempersarafiotot yangberdekatandengan mata)juga dapatmengganggureflex ini.

-Penggunaanlensa kontakseringkalimengurangiataumeniadakanreflex ini.

-Mendatarnyalipat nasolabialdanmengendornyanya kelopakmata bawahdiduga karenakelemahanwajah.

-SuatukelumpuhanLMN, misalnya

50

Bell’s palsyberpengaruhterhadap wajahbagian atasdan bagianbawah

-SuatukelumpuhanUMN,mempengaruhiterutama wajahbagian bawah

-Pada paralisisfacial sesisi,mulut ditarikdari sisi lumpuhbila pasiensenyum atauunjuk gigi

N. VIII(vestibulocochlearis)

1. Periksa ketajamanpendengaran dengan caramenutup salah satutelinga pasien, kemudiandari jarak 1-2 feetmembisikkan suara kearah telinga yang terbuka.Keraskan suara sampaipasien mendengar angka-angka yang diucapkan.Ulangi pemeriksaan iniuntuk telinga sisi lain.

2. Periksa lateralisasi,apabila terjadipenguranganpendengaran (tes weber) :a. letakkan pangkal garpu

51

tala pada bagian tengahkepalab. tanyakan adakahterdengar pada satu ataukedua telingac. suara seyogyanyaterdengar di garis tengah

3. Lakukan tes Rinne :a. bandingkan hantarantulang dengan hantaranudara, denganmenggunakan garpu talayang menggetar, ringanpada proc. Mastoideusb. bila pasien tidakmendengar suara letakkangarpu tala dekat telingac. pasien seyogyanyamendengar suara lewatudara berlangsung lebihlama bila dibandingkandengan yang lewat tulangd. lakukan pemeriksaanpada kedua telinga

N. IX(glossopharingeus) dan N. X(vagus)

1. Periksa palatum ketikapasien menguap. Palatumakan segera terangkatdan simetrik sedangkanuvula berada di tengah.

2. Untuk membangkitkanreflex muntah dengancara merangsang dindingbelakang pharynk.Periksa : a. palatumterangkat segerab. konstriksi otot-otot

-Suara paraupadakelumpuhanpita suara,suara sengaupadakelumpuhanpalatum

-Palatum tidakdapat diangkatpada satukerusakan

52

pharynkc. rasa muntah

3. Peristiwa ini akanberlangsung tanpakesulitan atau regurgitasi

bilateralpalatum sesisitidak dapatdiangkat, danpada saat yangsama uvuladidorong keaarh sisi sehat

-Hilangnya reflexmuntah sesisididugakerusakan N.IXatau N.X

N. XI (accesorius)

1. Pasien diminta untukmengangkat bahunya keatas melawan tahananyang anda berikan. Nilaikekuatan dan kontraksiotot-otot trapezius

2. Pasien diminta untukmemutar kepalanyakesatu sisi melawantangan anda.a. amati kontraksi m.sternocleidomastoideusb. perhatikan kekuatantahanan terhadap tangananda

-Kelemahandisertai atrofidan fasikulasipetunjukpenyakit LMN

-Bila terjadikelumpuhan m.trapezius,maka bahuanjlog, danspaculamenyimpangke bawah danke samping

-Pasien yangterlentangdengankelemahanbilateralsternomastoideus, sukar untukmengangkatkepalanya

53

N. XII(hipoglossus)

1. Periksa lidah pasien, cariadanya fasikulasi.Seyogyanga tidak ada.

2. Pasien diminta untukmenjulurkan lidah.Perhatikan adanyaasimetri, deviasi atauatrofi.

-Atrofi danfasikulasididuga akibatpenyakit LMN

-Bila lidahdijulurkan akanmenyimpangkea rah sisilumpuh

Skenario : Seorang laki-laki, 58 tahun, masuk RS dengan keluhanutama kelemahan anggota gerak kiri dan bicara pelo.Riwayatnya 3 hari sebelum masuk rumah sakit, pagi saatbangun tidur mendadak tubuh bagian kiri penderitakesemutan, lemah dan sulit digerakkan. Selama sakitpenderita tidak pernah merasakan sakit kepala, kesadaranbaik. Sebelum serangan penderita tidak panas, tidak adariwayat benturan kepala, tidak kejang, serta tidak adagangguan BAB dan BAK. Penderita adalah penderitahipertensi sejak usia 30 tahun dan merokok sejak usiamuda. Setelah ditunggu tidak ada perbaikan tanpapengobatan, akhirnya penderita datang ke UGD dandidiagnosis stroke iskemik.Tugas :Lakukan pemeriksaan reflexLakukan pemeriksaan nervi cranialisIntepretasikan hasilnya

54

Check List Pemeriksaan Nervi CranialisNo

Aspek yang dinilai Nilai

0 1 2 31 Mengucapkan salam, menjelaskan kepada

penderita tentang apa yang akan dilakukanserta membaca basmalah sebelum melakukanpemeriksaan

2 Mempersilakan penderita untuk berbaring ataududuk

3 Memeriksa Nervus I kanan kiri

4 Memeriksa Nervus II kanan kiri

5 Memeriksa Nervus III, IV, V kanan kiri

6 Memeriksa Nervus V kanan kiri

7 Memeriksa Nervus VII kanan kiri

8 Memeriksa Nervus VIII kanan kiri

9 Memeriksa Nervus IX kanan kiri

10 Memeriksa Nervus X

11 Memeriksa Nervus XI kanan kiri

12 Memeriksa Nervus XII

13 Mengucapkan hamdalah setelah melakukanpemeriksaan dan menyimpulkan hasilnya

14 Komunikasi edukasi

15 Perilaku professional

Jumlah

Catatan :0 = Tidak Dilakukan1 = Dilakukan ≤ 50% benar2 = Dilakukan > 50% benar3 = Dilakukan dengan sempurna

55

Penilaian ketrampilan : (Σ skor seluruh aspek yg dinilai) x100 Σ maksimal skor

56

Lembar Kerja IPemeriksaan Refleks dan Nervus Cranialis

(Pertemuan 1)

A. Tempat : Ruang Skill lab B. Peralatan :- Senter- Ophtalmoskop- Palu refleks- Kopi, vanili, cengkeh,

teh, sabun (1 sdt)- Gula, garam (1 sdt)- Garpu tala- Tongue spatel- Manikin multifungsi :

Patient care manikinC. Pasien standart : laki-laki umur 20-60 tahunD. Kegiatan :

1. Trainer menunjuk salah satu mahasiswa untukfeedback and reflection dengan cara memberikesempatan kepada salah seorang mahasiswa untukmencoba topik ketrampilan pemeriksaan reflex dannervus cranialis. Setelah itu memberi motivasi kepadamahasiswa tentang pentingnya topik yang akandipelajari. Waktu 30 menit.

2. Trainer memberikan penjelasan, koreksi, dan contohtentang pemeriksaan reflex dan nervus cranialis.Waktu 30 menit.

3. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencobaketrampilan dengan membentuk kelompok kecilmahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok.Masing-masing melakukan ketrampilan pemeriksaanreflex dan nervus cranialis secara bergantian, dengan1 orang sebagai Dokter, 1 sebagai Pasien dan 1sebagai pengamat (membawa checklist). Waktu 60menit.

57

4. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

58

Lembar Kerja 2Pemeriksaan Refleks dan Nervus Cranialis

(Pertemuan 2)A. Tempat : Ruang Skill lab B. Peralatan :- Senter- Ophtalmoskop- Palu refleks- Kopi, vanili, cengkeh,

teh, sabun (1 sdt)- Gula, garam (1 sdt)- Garpu tala- Tongue spatel- Manikin multifungsi :

Patient care manikinC. Pasien standart :laki-laki umur 20-60 tahunD. Kegiatan :

1. Mahasiswa membacakan refleksi diri masing-masing.Waktu 30 menit.

2. Memberikan kesempatan mahasiswa untukmemperbaiki hasil refleksinya dengan membentukkelompok kecil mahasiswa yang terdiri dari 3 orangper kelompok. Masing-masing melakukan ketrampilanpemeriksaan reflex dan nervus cranialis secarabergantian, dengan 1 orang sebagai Dokter, 1sebagai Pasien dan 1 sebagai pengamat (membawachecklist). Waktu 90 menit.

3. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar.Dian Rakyat. Jakarta, 2009.

59

2. Lumbantobing SM. Neurologi klinik : pemeriksaanfisik dan mental. FK Universitas Indonesia. Jakarta,2010.

3. Bickley, LS. Bate’s guide to physical examinationand history taking. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins.New York, 2009.

4. Demeyer WE. Technique of the neurologicexamination : a programmed text. 5th ed. Mcgraw Hill.USA, 2004.

60

TOPIK 4PEMERIKSAAN KOORDINASI, VEGETATIF DAN FUNGSI

LUHUR

A. Tujuan Instruksional umum :Mahasiswa dapat melakukan dan menerapkanpemeriksaan koordinasi, vegetatif, serta fungsi luhuruntuk menegakkan diagnosis dan penatalaksanaannya.

B. Tujuan Instruksional Umum :a) Mahasiswa dapat menjelaskan macam dan fungsi

pemeriksaan koordinasi, vegetatif, serta fungsi luhuruntuk menegakkan diagnosis pasien.

b) Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaankoordinasi, vegetatif, serta fungsi luhur danmenerapkannya untuk kepentingan diagnosis danpenatalaksanaannya.

c) Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil pemeriksaankoordinasi, vegetatif, serta fungsi luhur untukmenegakkan diagnosis dan penatalaksanaannya.

C. Pemeriksaan KoordinasiTermasuk dalam pemeriksaan koordinasi :

1. Penilaian Gerakan CepatMinta pasien untuk menempatkan kedua

tangannya di paha dan secara cepat lakukan gerakanmembalik dan mengangkat tangan mereka di atas paha.Setelah pasien memahami gerakan ini, suruh merekauntuk mengulang gerakan tersebut dengan cepat dalam10 detik. Normalnya gerakan tersebut dapat dilakukantanpa kesulitan.

Pasien dengan gangguan disdiadokokinesis tidakdapat melakukan gerakan cepat. Disdiadokokinesiabiasanya disebabkan oleh multiple sclerosis padadewasa, dan tumor cerebellar pada anak-anak. Catatanbagi pasien dengan gangguan gerakan lainnya (misal

61

parkinson) dapat juga mengalami gerakan cepat yangabnormal seperti akinesia atau rigiditas, sehinggamenyebabkan kesan disdiadokokinesis semu.

2. Gerakan Telunjuk-Hidung

Minta pasien untuk mengangkat jari telunjuknyakemudian sentuhkan pada hidung mereka, dankemudian menyentuh jari telunjuk pemeriksa. Mintapasien untuk mengulangi secara bergantian gerakanmenyentuh hidung dan jari telunjuk pemeriksa. Setelahpemeriksaan ini berjalan baik, mintalah pasien untuktetap melakukan gerakan tersebut dengan menutupmata.

Normalnya gerakan ini akan tetap akurat walaupundengan mata tertutup. Ulangi secara bergantian denganjari telunjuk lainnya. Apabila pasien tidak dapatmelakukan tes telunjuk-hidung dengan benar, pasientersebut mengalami dismetria.

3. Gerakan Tumit-LututMintalah pasien untuk berbaring telentang,

instruksikan untuk menempatkan tumit kanan mereka

62

di betis kiri tepat di bawah lutut dan kemudianmenggesernya ke bawah tulang kering di atas kakimereka. Mintalah mereka mengulangi gerakan inisecepat mungkin tanpa membuat kesalahan. Kemudianulangi gerakan ini dengan kaki yang lain.

Ketidakmampuan untuk melakukan gerakan ini dalamirama yang relatif cepat dianggap tidak normal. Testumit lutut untuk menilai koordinasi, dan apabila tidaknormal jika gangguan motorik, gangguan sensorik atauadanya lesi cerebellum.

4. Cara BerjalanCara berjalan dievaluasi dengan mengamati pola

pasien berjalan. Selanjutnya meminta pasien untukberjalan dengan menapakkan ujung kaki saja, kemudianmenapakkan seluruh kaki mereka, dan akhirnyamenapakkan tumit mereka saja. Biasanya, manuver inidapat dilalui tanpa terlalu banyak kesulitan. Pastikanpula untuk mencatat apabila terdapat penurunanjumlah ayunan lengan karena hal tersebut merupakanindikator terjadinya kelemahan ekstremitas atas.

Gerakan melompat-lompat di tempat pada setiapkaki harus dilakukan pula. Berjalan di tumit adalah carayang paling sensitif untuk menguji kelemahandorsofleksi kaki, sedangkan berjalan pada jari kakiadalah cara terbaik untuk menguji kelemahan fleksiplantar kaki fase awal.

Kelainan berjalan pada tumit sampai ujung kakidapat terjadi karena keracunan etanol, kelemahansensorik, vertigo dan tremor kaki. Kebanyakan pasienlansia mengalami kesulitan dengan pemeriksan berjalan

63

karena hilangnya neuron umum mempengaruhikombinasi posisi akal, kekuatan dan koordinasi.Pemeriksaan berjalan dengan tumit sampai ujung kakisangat berguna dalam pengujian untuk pasien dengankecanduan alkohol.

5. Tes Rhomberg Mintalah berdiri diam dengan tumit kanan dan kiri

menyatu. Minta pasien untuk tetap diam dan menutupmata mereka. Jika pasien kehilangan keseimbangan,maka tes rhomberg positif.

Untuk mencapai keseimbangan, seseorangmembutuhkan 2 dari 3 hal berikut : 1. konfirmasi visualdari posisi, 2. konfirmasi non-visual posisi (termasukmasukan proprioseptif dan vestibular), dan 3. Otak yangberfungsi normal. Oleh karena itu, jika pasienkehilangan keseimbangan setelah berdiri diam denganmata tertutup, dan mampu menjaga keseimbangandengan mata terbuka, maka ada kemungkinan akan lesidi otak kecil. Ini adalah Rhomberg positif.

6. Tes Rhomberg dipertajamPada tes ini penderita berdiri dengan kaki yang

satu di depan kaki yang lainnya, tumit kaki yang satu

64

berada di depan jari-jari kaki yang lainnya (tandem).Lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup.Orang normal mampu berdiri dalam sikap Rombergyang dipertajam selama 30 detik atau lebih.

7. Tes melangkah di tempat (stepping test)Penderita disuruh berjalan di tempat, dengan mata

ditutup, sebanyak 50 langkah dengan kecepatan sepertiberjalan biasa. Harus berusaha agar tetap ditempat dantidak beranjak selama tes ini. Tes ini dapat mendeteksigangguan sistem vestibular. Kedudukan akhir dianggapabnormal bila penderita beranjak lebih dari 1 meteratau badan terputar lebih dari 30 derajat.

8. Shallow Knee Bend

Lakukan secara bergantian lutut kanan dan kiri.Peganglah bahu pasien, apabila khawatir pasien akanjatuh saat melakukan pemeriksaan ini.

D. VegetatifPemeriksaan vegetatif :1. Vasomotorik : pembuluh darah à digores merah2. Sudomotorik : berkeringat3. Pilo-erektor : merinding à tangan pemeriksa setelah

memegang es, lalu memegang pasien4. Miksi5. Defekasi6. Potensi libido

65

E. Fungsi LuhurPemeriksaan fungsi luhur :1. Kesadaran kualitatif (GCS)2. Ingatan baru3. Ingatan lama4. Orientasi : diri, tempat, waktu, situasi5. Inteligensia : normal, terganggu6. Daya pertimbangan : baik, kurang7. Reaksi emosi : normal, terganggu8. Afasia : gangguan berbahasa (gangguan dalam

memproduksi atau memahami bahasa)9. Bicara : berbicara spontan, pemahaman,

mengulang, menamai.10.Ekspresif : motorik, area Brocca11.Reseptif : area Wernicke12.Agnosia : ketidakmampuan mengenali benda-benda

yang telah dikenali sebelumnya.13.Agnosia visual : tidak mampu mengenali objek

secara visual14.Agnosia jari : ketidakmampuan mengidentifikasi

jarinya atau jari orang lain → pasien menutup mata,pemeriksa memegang salah satu jari pasien, danpasien membuka mata dan menunjukkan jari yangdiraba tadi.

15.Akalkulia : ketidakmampuan berhitung16.Disorientasi sisi kanan-kiri17.Percobaan apraksia : ketidakmampuan dalam

melakukan tindakan yang terampil : mengancingbaju, menyisir rambut, dan mengikat tali sepatu

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar.Dian Rakyat. Jakarta, 2009.

66

2. Lumbantobing SM. Neurologi klinik : pemeriksaanfisik dan mental. FK Universitas Indonesia. Jakarta,2010.

3. Bickley, LS. Bate’s guide to physical examinationand history taking. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins.New York, 2009.

4. Demeyer WE. Technique of the neurologicexamination : a programmed text. 5th ed. Mcgraw Hill.USA, 2004.

67

Check List Pemeriksaan Koordinasi, Vegetatif danFungsi Luhur

No

Aspek yang dinilai Nilai

0 1 2 31 Mengucapkan salam, menjelaskan

kepada penderita tentang apa yangakan dilakukan serta membacabasmalah sebelum melakukanpemeriksaan

2 Mempersilakan penderita untuk berbaringatau duduk

3 Melakukan pemeriksaan koordinasi :1. Penilaian gerakan cepat2. Gerakan telunjuk hidung3. Gerakan tumit lutut4. Cara berjalan5. Tes rhomberg6. Tes rhomberg dipertajam7. Stepping test8. Shallow knee bend

4 Menyimpulkan hasil pemeriksaankoordinasi

5 Melakukan pemeriksaan fungsi vegetatif6 Menyimpulkan hasil pemeriksaan fungsi

vegetative7 Melakukan pemeriksaan fungsi luhur8 Menyimpulkan hasil pemeriksaan fungsi

luhur9 Perilaku professionalJumlah

Catatan :0 = Tidak Dilakukan1 = Dilakukan ≤ 50% benar

68

2 = Dilakukan > 50% benar3 = Dilakukan dengan sempurna

Penilaian ketrampilan : (Σ skor seluruh aspek yg dinilai) x100 Σ maksimal skor

69

PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL DANRADIKULER

A. Tujuan Instruksional umum :Mahasiswa dapat melakukan dan menerapkanpemeriksaan rangsang meningeal dan radikuler untukmenegakkan diagnosis dan penatalaksanaannya.

B. Tujuan Instruksional Umum :a) Mahasiswa dapat menjelaskan macam dan fungsi

rangsang meningeal dan radikuler untukmenegakkan diagnosis pasien.

b) Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan rangsangmeningeal dan radikuler serta menerapkannyauntuk kepentingan diagnosis danpenatalaksanaannya.

c) Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil pemeriksaanrangsang meningeal dan radikuler untukmenegakkan diagnosis dan penatalaksanaannya.

C. Pemeriksaan Rangsang meningeala) Kaku kuduk : Untuk memeriksa kaku kuduk dapat

dilakukan sbb: Tangan pemeriksa ditempatkandibawah kepala pasien yang sedang berbaring,kemudian kepala ditekukan (fleksi) dan diusahakanagar dagu mencapai dada. Selama penekukandiperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kakukuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak dapatmencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringanatau berat

b) Kernig sign : Pada pemeriksaan ini , pasien yangsedang berbaring difleksikan pahanya padapersendian panggul sampai membuat sudut 90°.Setelah itu tungkai bawah diekstensikan padapersendian lutut sampai membentuk sudut lebihdari 135° terhadap paha. Bila teradapat tahanan

70

dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut135°, maka dikatakan Kernig sign positif.

c) Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign)Pasien berbaring dalam sikap terlentang, dengantangan yang ditempatkan dibawah kepala pasienyang sedang berbaring , tangan pemeriksa yangsatu lagi sebaiknya ditempatkan didada pasienuntuk mencegah diangkatnya badan kemudiankepala pasien difleksikan sehingga dagu menyentuhdada. Test ini adalah positif bila gerakan fleksikepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi lututdan panggul kedua tungkai secara reflektorik.

d) Brudzinski II (Brudzinski’s contralateral leg sign).Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akandirangsang difleksikan pada sendi lutut, kemudiantungkai atas diekstensikan pada sendi panggul. Bilatimbul gerakan secara reflektorik berupa fleksitungkai kontralateral pada sendi lutut dan panggulini menandakan test ini postif.

e) Lasegue sign : Untuk pemeriksaan ini dilakukanpada pasien yang berbaring lalu kedua tungkaidiluruskan (diekstensikan), kemudian satu tungkaidiangkat lurus, dibengkokkan (fleksi) persendianpanggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selaluberada dalam keadaan ekstensi (lurus). Padakeadaan normal dapat dicapai sudut 70° sebelumtimbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah timbulrasa sakit dan tahanan sebelum mencapai 70° makadisebut tanda Lasegue positif. Namun pada pasienyang sudah lanjut usianya diambil patokan 60°.

71

D. Pemeriksaan Rangsang Radikuler a) Laseque : kaki difleksikan pada sendi

panggul dengan sendi lutut tetap ekstensi àtahanan dengan sudut > 60°

b) Cross Laseque/kontralateral lasaque :dilakukan dengan cara yang sama, namun bilatungkai yang tidak nyeri diangkat akanmenimbulkan suatu respons yang positif padatungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkanadanya suatu HNP.

c) Tanda Laseque terbalik (femoral nervestretch test / reverse Laseque sign) : Tes inidapat menimbukan nyeri akibat ketegangan sarafyang mengalami iritasi ataupun kompresi, terutamapada lumbal bagian tengah dan atas.3 Bila tes inipositif, maka dicurigai adanya ketegangan padaradiks L2, L3 atau L4 dan tes ini dilakukan padapasien yang terlungkup dengan jalan meng-ekstensikan paha dimana lutut dalam keadaan fleksidan bisa juga dilakukan dengan pasien tidur padasisi yang sehat dan meluruskan paha yang terkenadengan lutut dalam keadaan fleksi dan suatu tesyang positif akan menghasilkan nyeri pada pahamedial atau anterior.

d) Tanda Neri (Neri’s sign) : bisa ditimbulkanbila pasien membungkuk ke depan dan dikatakan

72

positif bila akan terjadi fleksi lutut pada sisi yangterkena.

e) Tes Naffziger : dengan menekan kedua venajugularis, maka tekanan LCS akan meningkat, hal inimenyebabkan tekanan pada radiks bertambah,sehingga timbul nyeri radikuler.Tes ini (+) pada Spondilosis.

f) Tes valsava : penderita disuruh menutupmulut dan hidung kemudian meniup sekuatnya.Hasil (+) pada Spondilosis.

g) Tes Patrick : Tungkai dalam posisi fleksipada sendi lutut sementara tumit diletakkan padalutut yang satunya lagi, kemudian lutut tungkaiyang difleksikan tadi ditekan ke bawah. Apabila adakelainan di sendi panggul maka penderita akanmerasakan nyeri di sendi panggul tadi.

h) Tes Kontra Patrick : Tungkai dalam posisifleksi I sendi lutut dan sendi panggul, kemudianlutut didorong ke medial, bila di sendi sakro-iliakaadan kelainan maka disitu akan terasa sakit.

i) Tes perspirasi : dengan cara Minor, yaitubagian tubuh yang akan diperiksa dibersihkan dandikeringkan terlebih dahulu, kemudian diolesicampuran yodium, minyak kastroli dan alcoholabsolute. Sesudah itu bagian yang telah diolesi tadiditaburi tepung beras. Pada bagian yang berkeringatakan berwarna biru sedang yang tidak berkeringattetap berwarna putih. Tes ini untuk menunjukkanada atau tidaknya gangguan saraf otonom.

73

Check List Pemeriksaan Rangsang Meningeal danRadikuler

No

Aspek yang dinilai Nilai

0 1 2 31 Mengucapkan salam, menjelaskan kepada

penderita tentang apa yang akan dilakukanserta membaca basmalah sebelum melakukanpemeriksaan

2 Mempersilakan penderita untuk berbaring ataududuk

3 Melakukan pemeriksaan rangsang meningeal :a) Kaku kudukb) Kernig signc) Brudzinski Id) Brudzinski IIe) Lasaque

4 Melakukan hasil pemeriksaan rangsangradikuler :

a) Kontralasaqueb) Lasaque terbalikc) Neri’s signd) Nafzigere) Valsavaf) Patrickg) Kontra Patrickh) Perspirasi

5 Mengucapkan hamdallah dan menyimpulkanhasil pemeriksaan

6 Komunikasi edukasi7 Perilaku professionalJumlah

Catatan :0 = Tidak Dilakukan1 = Dilakukan ≤ 50% benar2 = Dilakukan > 50% benar

74

3 = Dilakukan dengan sempurnaPenilaian ketrampilan : (Σ skor seluruh aspek yg dinilai) x 100 Σ maksimal skor

75

Lembar Kerja IPemeriksaan Koordinasi, Vegetatif, dan Fungsi

LuhurPemeriksaan Rangsang Meningeal dan Radikuler

(Pertemuan 1)A. Tempat : Ruang Skill lab B. Peralatan : -C. Pasien standart :pasien umur 50-60 tahun

D. Kegiatan : 1. Trainer menunjuk salah satu mahasiswa untuk

feedback and reflection dengan cara memberikesempatan kepada salah seorang mahasiswa untukmencoba topik ketrampilan pemeriksaan koordinasi,vegetative, fungsi luhur, rangsang meningeal, danradikular. Setelah itu memberi motivasi kepadamahasiswa tentang pentingnya topik yang akandipelajari. Waktu 30 menit.

2. Trainer memberikan penjelasan, koreksi, dan contohtentang pemeriksaan koordinasi, vegetative, fungsiluhur, rangsang meningeal, dan radikular. Waktu 30menit.

3. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencobaketrampilan dengan membentuk kelompok kecilmahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok.Masing-masing melakukan ketrampilan pemeriksaankoordinasi, vegetative, fungsi luhur, rangsangmeningeal, dan radikular secara bergantian, dengan 1orang sebagai Dokter, 1 sebagai Pasien dan 1 sebagaipengamat (membawa checklist). Waktu 60 menit.

4. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

Lembar Kerja 2Pemeriksaan Koordinasi, Vegetatif, dan Fungsi

Luhur

76

Pemeriksaan Rangsang Meningeal dan Radikuler (Pertemuan 2)

A. Tempat : Ruang Skill lab B. Peralatan : -C. Kegiatan :

1. Mahasiswa membacakan refleksi diri masing-masing.Waktu 30 menit.

2. Memberikan kesempatan mahasiswa untukmemperbaiki hasil refleksinya dengan membentukkelompok kecil mahasiswa yang terdiri dari 3 orangper kelompok. Masing-masing melakukan ketrampilanpemeriksaan koordinasi, vegetative, fungsi luhur,rangsang meningeal, dan radikular secara bergantian,dengan 1 orang sebagai Dokter, 1 sebagai Pasien dan1 sebagai pengamat (membawa checklist). Waktu 90menit.

3. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar.Dian Rakyat. Jakarta, 2009.

2. Lumbantobing SM. Neurologi klinik : pemeriksaanfisik dan mental. FK Universitas Indonesia. Jakarta,2010.

3. Bickley, LS. Bate’s guide to physical examinationand history taking. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins.New York, 2009.

4. Demeyer WE. Technique of the neurologicexamination : a programmed text. 5th ed. Mcgraw Hill.USA,

77

TOPIK 4ANAMNESIS GANGGUAN JIWA

A. Tujuan Instruksional umum :Mahasiswa dapat melakukan dan menerapkananamnesis pada kasus gangguan jiwa untukmenegakkan diagnosis dan penatalaksanaannya.

B. Tujuan Instruksional Umum :a) Mahasiswa dapat menjelaskan macam dan fungsi

anamnesis pada kasus gangguan jiwa untukmenegakkan diagnosis pasien.

b) Mahasiswa dapat melakukan autoanamnesispsikiatri serta menerapkannya untuk kepentingandiagnosis dan penatalaksanaannya.

c) Mahasiswa dapat melakukan alloanamnesis psikiatriserta menerapkannya untuk kepentingan diagnosisdan penatalaksanaannya.

d) Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil anamnesisuntuk menegakkan diagnosis danpenatalaksanaannya.

C. Prinsip Diagnosis dalam PsikiatriSecara garis besar, untuk mempermudah kita belajar,gangguan Jiwa sering digolongkan menjadi : 1. Gangguan jiwa berat ( Psikotik )

Gangguan jiwa yang ditandai adanya hendaya(ketidakmampuan) berat dalam menilai realitas /kenyataan atau dalam membedakan anatar fantasidan realitas / kenyataan atau dalam membedakanantara fanatasi / realitas ( mempunyai bentuk polapikir yang non realistik ). Gejala yang muncul adalahadanya gangguan isi pikir berupa waham, gangguanpersepsi berupa halusinasi atau ilusi,ketiadakmampuan berat dalam rawat dirinya,deteroriasil penurunan dalam fungsi sosial atau

78

fungsi peran sehari – hari. Pada penderita gangguanjiwa psikotik juga didapatkan insigh utilikan diri yangjelek, penderita tidak merasa bahwa dirinyamengalami gangguan jiwa. Misalnya : skizofrenia,gangguan waham menetap, gangguan psikotik akut,gangguan Skixoafektif, gangguan Afektif verat( depresi atau Manik ) dengan gejala Psikotik.

2. Gangguan Jiwa Non Psikotik Gangguan jiwa yang tidak terdapat Hendaya( ketidakmampuan ) dalam menilai kenyataan /relaitas atau dalam membedakan natara fantasi danrealitas ( bentuk pikirnya realistik, tidak ada wahamataupu halusinasi ).pada gangguan jiwa nonpsikotik,penderita masih memiliki insight/tilikan diriyang baik. Misalnya : depresi dan Anxietas.

3. Gangguan jiwa lain a) Gangguan jiwa Mental Organik : berbagai

gangguan yang disebabkan adanya penyakit,cedera atau ruda paksa otak yangmengakibatkan disfungsi otak.

b) Penyalahgunaan zat : gangguan jiwa karenapenyalahgunaan zat psikoaktif.

c) Gangguan Kepribadian dan perilaku masadewasa : keadaan dan pola perilaku yangcenderung menetap dan merupakan ekspresigaya hidup yang dari individu serta carberhubungan dengan diri sendiri dan orang lain.

Sedangkan penggolongan secara rinci untukgangguan jiwa, terdapat dalam PPDGJ ( pedomanPenggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa ) III.

A. ANAMNESIS DALAM PSIKIATRISalah satu alat yang paling penting yang dimiliki

oleh dokter dalah kemampuan untuk melakukanwawancara secara efektif. Wawancara yang dilakukandengan terampil mampu untuk menggali data yang

79

diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan dalamproses terapi pada penderita khususnya penderitadengan gangguan jiwa.

Pada gangguan jiwa ringan, anamnesis dapatdilakukan langsung pada penderita walaupun kadang –kadang infomasi dari pihak lain juga berguna untukmendapatkan kelengkapan riwayat penyakit penderita.Pada gangguan jiwa berat untuk mendapatkan data –data tentang penderita dan riwayat penyakitnyamungkin harus kita gali dari orang lain misalnya darikeluarga, teman atau tetangga penderita. Data yangharus kiat gali dari anamnesis ataupun aloanamnesisadalah :

1. Identitas Penderita : Identitas penderita yang perlu kita dapatkan

adalah : nama. Umur, jenis kelamin, agama, alamat,pendidikan pekerjaan, satatus pernikahan. Jikadidapatkan dari alloanamnesis maka perlu juga untukdiketahui apakah sumber aloanamnesa dapat dipercayaartinya benar – benar memahami tentang penderita,apakah penderita datang sendiri, rujukan dari dokterlain atau datang dibawa orang lain ( keluarga, polisi,petugas panti, dll ).

2. Keluhan utama : Pada gangguan jiwa ringan,penderita menyadari

bahwa dirinya baik sehingga biasanya ia akan datangsendiri ke dokter dan menceritakan keluhan utamanya.Berbeda dengan penderita gangguan jiwa berat yangmemiliki insight I tilikan dirinya jelek tidak merasadirinya sakit , sehingga biasanya tidak dikatakansebagai keluhan utama tetapi dikatakan sebagai sebabdibawa ke rumah sakit.

Pada gangguan berat, biasanya penderita akandibawa ke rumah sakit jika sudah melakukan tindakan –tindakan yang tidak bisa ditoleransi lagi oleh

80

lingkungannya. Misalnya mengamuk tanpa sebab,menyerang orang lain, merusak barang – barang ataumelakukan hal – hal yang membahayakan / meyakitidirinya termasuk upaya bunuh diri. Ketika penderitagangguan jiwa berat mulai menunjukkan perilakuperubahan awal ( gejala pradomal ) seperti mengurungdiri, banyak melamun, tidak mau bersosialisasi, malasuntul beraktivitas, dll., keluarga kadang belum perlumembawa ke rumah sakit. Tapi jika penderita sudahmengalami agitasi, agresif , melakukan upaya bunuhdiri, dll, barualah keluarganya membawa ke rumahsakit. Hal ini yang sering kali jadi penyebabterlambatnya tindakan medis pada penderita jiwagangguan jiwa berat. Contoh keluhan utama : “saya sering merasa cemas,berdebar – debar, keluar keringat dingin, sulit tidur,sehingga mengganggu aktivitas saya sehari – hari“ , “iamengamuk tanpa sebab, memecah barang – barangyang ada dirumah dan mengancam akan membunuhsaudaranya.““ia hanya diam saja, jarang bicara, tidak mau makandan tampak sangat sedih, kadang menangis dan seringmerasa sangat berdosa.“

3. Riwayat Perjalanan Sakit Dalam riwayat perjalanan penyakit, harus digali

onset penyakitnya. Apakah termasuk akut (kurang dari1bulan ) subakut ( antara 1 – 6 bulan ) atau kronis( lebih dari 6 bulan ). Mulai munculnya penyakit padagangguan jiwa berat kadang – kadang tidak langsungditunjukkan dengan adanya gejala yang menonjol ( Fullblown psychotik ) tapi sering didahului oleh gejala –gejala prodomal pada penderita dan sejak kapan gejalaitu mulai da. Perjalanan penyakit dimulai sejak adanyagejala prodomal. Gejala – gejala yang ada harus kita gali selengkapmungkin. Misalnya keluarga menceritakan bahwa

81

penderita tampak aneh, kita harus menanyakan apayang dimaksud dengan yang aneh tersebut. Misalnya :“penderita merasa sangat ketakutan tanpa sebab,merasa dikejar – kejar orang lain yang akanmembunuhnya,penderita sangat curiga pada orang –orang sekitarnya sehingga dia tidak mau berkomunikasidan tidak mau makan.penderita curiga apabilamakanan / minuman yang diberikan padanyamengandung racun untuk membunuh dirinya. Padapenderita yang cemas, maka harus kita tanyakan :bagaimana frekuensinya apakah ada gejala fisik yangmenyertai kecemasannya ( keringat dingin, berdebar –debar , sulit tidur, apakah berhubungan dengan situasitertentu, dll ).

Adanya faktor – faktor presipitasi juga harus kita galidari penderita dan keluarganya , sehingga kita bisamemahami tentang permasalahan yang dihadapi olehpederita. Dengan demikian akan berguna bagi kitadalam penatalaksanaan penderita.

Riwayat pengobatan yang telah dilakukan jugaharus digali. Jenis pengobatannya keteraturan /kepatuhan dan respon penderita terhadap terapitersebut. Alasan mengapa baru sekarang dibawa kerumah sakit.

Jika sakitnya bukan sakit yang pertama, maka harusdipastikan apakah sakitnya yang sekarang inimerupakan kelanjutan sakit yang sebelumnya ataukahsudah dipisahkan oleh adanya kesembuhan, sehinggasakit yang sekarang merupakan episode penyakit dankesembuhan secara klinis ditunjukkan jika penderitadapat kembali ke fungsi normalnya sebelum dia sakit.Jika ia adalah seorang mahasiswa dengan prestasi yangbaik pula. Jika ia karyawan, maka ia kembali berfungsiseperti sedia kala.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

82

Riwayat penyakit dahulu terdiri dari riwayatgangguan jiwa sebelumnya atau riwayat penyakitmedis umum yang pernah diderita sebelumnya. Kitagali informasinya selengkap mungkin.

Jika ada gangguan jiwa sebelumnya, apagejalanya,riwayat pengobatannya, jika dirawat di RS,tanyakan di RS mana, berapa lama, efek daripengobatan, akibat dari sakitnya, apakah bisa kembalike fungsi normalnya atau tidak setelah sakit.

Pada penyakit medis umum perlu digali apakah adariwayat beberapa penyakit berat atau riwayatpembedahan atau trauma berat yang sampaimembutuhkan perawatan di rumah sakit. Perlu jugaditanyakan tentang adanya kejang, penurunankesadaran, perubahan pola nyeri kepala, perubahanpada pengelihatan, adanya kebingungan dandisorientasi, adanya demam. Beberapa gangguanpsikiatrik berkaitan erat dengan beberapa kondisimedis diatas.

Kita juga harus menanyakan tentang riwayattentang penggunaan alkohol dan obat – obatan sertazat lainnya termasuk kuantitas dan frekuensipenggunaannya.

5. Riwayat keluarga Dari riwayat keluarga harus kita gali tentang riwayat

penyakit yang ada dalam keluarga terutama tentangadanya riwayat gangguan jiwa pada keluarganya. Keluarga sangat penting didalam penatalaksanaanpenderita gangguan jiwa,perlu kita cari data tentang : Apakah anggota keluarga memberikan dukungansosial bagi penderita atau tidak. Bagaimana hubungan antara penderita denganorang tua, saudara dan anggota keluarga yang lainnya.Beberapa penderita mempunyai problem dengankeluarganya, maka harus kita pertimbangkan dalampenatalaksanaan penderita.

83

Dengan siapa penderita punya hubungan jiwa yangpaling dekat dalam keluargannya. Bagaimana pola asuh yang didapatkan penderitasejak kecil. Bagaimana pola hubungan antar masing – masinganggota keluargannya yang ada. Bagaimana tingkat sosial ekonomi keluarga.

6. Riwayat Pribadi Riwayat kehidupan penderita bisa kita pakai untuk

memahami perjalanan hidup penderita sejak dalamkandungan hingga sekarang. Banyak informasi pentingyang harus kita dapatkan dalam riwayat kehidupanpribadi penderita. Data – data ini akan dapatmenggambarkan beberapa faktor penting yangberhubungan dengan kondisi emosi penderita sertafaktor predisposisi yang ada.

Terjadinya gangguan jiwa tidak semata – matadisebabkan oleh adanya faktor presipitasi saja, tetapisangat kompleks ( multifaktorial ). Faktor – faktorpresdisposisi yang ada akan menguatkan kita padapenegakan diagnosis atau penatalaksanaanya.

6.1Riwayat Prenatal dan PerinatalRiwayat tentang kehamilan akan memberikan data

apakah penderita akan merupakan anak yangdiharapkan oleh orang tuanya atau tidak. Hal ini akanberpengaruh terhadap bagaimana sikap orang tuaselanjutnya dalam pengasuhan anak. Perlu kita galitentang adanya masalah pada saat proses persalinan,bagaimana kondisi kesehatan fisik dan mental ibu saatmengandung, apakah ibunya menggunakan alkoholatau subtansi yang lain selama kehamilan.

6.2 Usia 0 – 3 Tahun ( masa kanak awal ) Dalam usaha ini hal penting yang harus kita

perhatikan adalah bagaimana kualitas hubungan antaraibu dan anak yang berkaitan dengan masa penyusuan

84

dan toilet training. Apakah anak hanya diasuh olehorang tua atau diasuh oleh orang lain, apakah orangtuanya mempunyai masalah sehingga mempengaruhipola hubungan antara orang tua dengan anaknya, dll.

Hal penting dalam masa ini adalah : Kebiasaan makan ; apakah anak mendapat ASI atau

susu botol, apakah ada problem kesulitan makanpada anak.

Toilet training : berapa umur anak mulai dilakukantoilet training ( terlalu dini atau terlambat akanmenimbulkan masalah bagi anak ), bagaimanaorang tua bersikap dalam toilet training ( terlalukeras akan menimbulkan masalah bagi anak ),bagaimana sikap anak dalam toilet trainingnya ( adaanak yang berhasil namun juga ada yangbermasalah dalam toilet trainingnya sehingga seringterjadi konstipasi, BAB dicelana, dll ).

Adanya gejala – gejala yang berhubungan denganmasalah berperilaku : menghisap jempol, mudahmarah, mimpi – mimpi buruk, mengigit kuku,ketakutan.

Kepribadian anak : rewel, mudah bergaul,bersahabat, aktivitas berlebihan dan pola polapermainan yang disukai.

6.3 Usia 3 – 11 tahun ( Masa Kanak pertengahan ) Pada masa ini informasi yang kita butuhkan

diantaranya adalah tentang identifikasi gender,bagaimana perilaku orang tua dalam mengajarkanaturan2 dalam keluarga dan hukuman wajibdilanggarnya.

Masa awal anak mulai masuk sekolah juga kitaperlukan,bagaimana anak beradaptasi dan bagaimanaketika anak harus berpisah dengan orang tua danpengasuhnya. Apakah ia dapat bergaul dengan denganorang – orang baru disekitarnya, apakah anak yangbersahabat atau pemalu. Apakah anak bisa mengikuti

85

aturan – aturan yang ada, riwayat tentang kemampuanmembaca,perkembangan intelektual dan psikomotoryang lain.

6.4Masa Kanak akhir ( Pubertas – Remaja ). Pada masa ini merupakan masa pembentukkan

identitas diri seseorang. Seseorang sudah mulaimeninggalkan ketergantungan kepada orang tuannyadan mulai membangun hubungan dengan teman yangsebaya dalam aktivitasnya.

- Kita perlu menggali riwayat sekolahnya, hubungannyadengan guru dan teman – teman, kegiatan lain selainaktivitas sekolah , hobinya dan masalah – masalahyang dihadapinya pada masa ini.

- Masalah identitas diri - Masalah penggunaan alkohol dan zat lainnya - Perkembangan dan aktivitas seksualnya - Interaksi dengan teman – temannya, apakah ia diterima

atau dikucilkan lingkungannya - Hubungan dengan orang tua- Masalah yang dihadapinya- Permasalahan berhubungan dengan kenakalan remaja- Persaannya berkaitan dengan perkembangan

seksualnya6.5 Dewasa

a. Riwayat Pekerjaan Digambarkan tentang pekerjaan yang dimilikipenderita, kualitas pekerjaan dan keseriusanpenderita dengan pekerjaannya. Sejak kapan danberapa lama penderita bekerja, apakah denganpekerjaan yang tetap atau berganti-ganti atauberpindah-pindah pekerjaan dan apa alasannya.Apakah ada masalah yang berkaitan denganpekerjaan itu sendiri, faktor kepribadiannya atauinteraksi dengan pimpinan dan teman-temankerjanya atau justru sudah merupakan manifestasidari gangguannya.

86

b. Riwayat PernikahanDari riwayat pernikahan penderita, kita cari informasitentang berapa lama penderita menikah danmasalah-masalah yang berkaitan denganpernikahan. Jika terjadi perceraian, maka kita harusgali apakah sebab dari perceraian itu. Perceraian bisasebagai factor presipitasi jika penderita mengalamigangguan jiwa setelah proses itu. Namun kita jugaharus berpikir jangan-jangan adanya gangguan jiwapada diri penderitalah yang menjadi sebabpasangannya meminta cerai. Ataukah disebabkanadanya masalah seksual dalam pernikahan.

c. Riwayat MiliterRiwayat tentang keterlibatan penderita dalamkegiatan militer jika ada. Atau pengalaman penderitaterlibat atau menyaksikan langsung kejadianpeperangan.

d. Riwayat PendidikanRiwayat tentang proses pendidikan penderita,motivasi, kualitas, dan masalah-masalah yang timbulberkaitan dengan sekolahnya. Umur berapapenderita berhenti dari sekolahnya, apa sebabnya,apakah karena ketidakmampuanintelektualnya ataumasalah social ekonomi. Bagaimana prestasisekolahnya selama ini, apakah relative konstan ataumengalami penurunan dan apa sebabnya. Apakahpemilihan disiplin ilmu adalah sesuai keinginannyaatau paksaan dari pihak lain. Apakah penderitapernah mengalami kegagalan dalam prosespendidikannya (tidak naik kelas, DO, nilai menurundrastis, dll).

e. Aktivitas KeagamaanPerlu kita cari informasi tentang aktivitas keagamaandalam keluarga, latar belakang keagamaan keduaorang tuanya, apakah orang tuanya termasuk kerasatau permisif terhadap aktifitas keagamaan anaknya,

87

apakah ada konflik antara keagamaan anak danorang tuanya. Bagaimana ketaatan penderita dalamagamanya. Kepahaman kita terhadap data-data inisangat bermanfaat terutama dalam penatalaksanaanpenderita.

f. Aktivitas SosialBagaimana penderita selama ini berhubungan denganlingkungan sosialnya, bagaimana sikap penderitadengan teman sesame jenis dan lawan jenisnya,apakah penderita termasuk orang yang lebih sukamengisolasi diri atau antisocial, kalau penderita lebihmemilih mengisolasi diri harus kita cari informasimengapa ia berlaku demikian, apakah karena rendahdirinya, kecemasannya atau ketakutannya terhadaporang lain.

g. Situasi Kehidupan SekarangKehidupan penderita saat sekarang, apakah tinggalbersama orang tuanya atau bersama orang lain,apakah hidup dip anti rehabilitasi atau asrama ataurumah keluarga sendiri. Apakah di tempat tinggalnya,ia dapat mempunyai privasi, bagaimana hubunganpenderita dengan orang-orang yang ada di tempattinggalnya dan bagaimana kondisi tempat tinggalnyatermasuk social ekonomi keluarga penderita. Hal inidapat berkaitan dengan family support terhadappenderita.

h. Riwayat HukumApakah penderita pernah berurusan dengan masalahhukum, apa sebabnya?

7. Riwayat Perkembangan SeksualPerlu kita tanyakan darimana penderita mendapatinformasi tentang masalah seksual(menarche/spermache) dan bagaimana sikap penderitaterhadap perkembangan seksualnya. Masalah-masalahyang muncul berhubungan dengan perkembanganseksualnya. Termasuk kekerasan seksual yang mungkin

88

pernah terjadi pada penderita mulai dari masa kecilnyadan mungkin sampai saat sekarang serta adanyahubungan seks pra nikah.

8. Fantasi, impian dan nilai-nilaiKita tanyakan tentang fantasi, impian dan nilai-nilaiyang dianut penderita, data-data ini bermanfaatmembantu kita untuk memahami penderita danmemudahkan dalam penegakan diagnosis sertapenatalaksanaannya.

89

Checkist penilaian Anamnesis Psikiatri

Aspek yang dinilaiSkor

0 1 2 3

Anamnesis/Alloanamnesis

1.Mengucapkan salam sebelum memulaianamnesis

2. Memperkenalkan diri dan sambung rasa

3.Menanyakan identitas pasien denganlengkap

4.Mengetahui keluhan utama/sebab dibawa kerumah sakit

5.

Mengumpulkan informasi tentang riwayatperjalanan penyakit sekarang :

Onset penyakit Gejala-gejala Upaya pengobatan yang telah

dilakukan Adanya gejala-gejala prodormal Factor presipitasi

6.

Mengumpulkan informasi riwayat penyakitdahulu

Gangguan psikiatrik Penyakit medis umum Penggunaan alcohol dan zat lain

7.Mengumpulkan informasi tentang riwayatkeluarga (pola keluarga, riwayat penyakitkeluarga dan silsilah keluarga)

8.

Mengumpulkan informasi tentang riwayatpribadi :

Prenatal dan perinatal Masa kanak-kanak awal Kanak pertengahan Pubertas-remaja

90

9.

Informasi tentang masa dewasa : Riwayat pekerjaan Riwayat perkawinan Riwayat pendidikan Riwayat keagamaan Aktivitas sosial Situasi hidup sekarang

10.

Riwayat perkembangan seksual

11.

Fantasi, impian dan nilai-nilai

Jumlah

Catatan :0 = Tidak Dilakukan1 = Dilakukan ≤ 50% benar2 = Dilakukan > 50% benar3 = Dilakukan dengan sempurna

Penilaian ketrampilan : (Σ skor seluruh aspek yg dinilai) x100 Σ maksimal skor

91

Lembar Kerja IAnamnesis Gangguan Jiwa

(Pertemuan 1)

A. Tempat : Ruang Skill lab B. Peralatan : -C. Pasien standart : laki-laki atau perempuan 20-50 tahun 2

orang sebagai pengantar dan pasienD. Kegiatan :

1. Trainer menunjuk salah satu mahasiswa untukfeedback and reflection dengan cara memberikesempatan kepada salah seorang mahasiswa untukmencoba topik ketrampilan anamnesis gangguanjiwa. Setelah itu memberi motivasi kepada mahasiswatentang pentingnya topik yang akan dipelajari. Waktu30 menit.

2. Trainer memberikan penjelasan, koreksi, dan contohtentang anamnesis gangguan jiwa. Waktu 30 menit.

3. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencobaketrampilan dengan membentuk kelompok kecilmahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok.Masing-masing melakukan ketrampilan anamnesisgangguan jiwa terhadap 1 pasien simulasi dan 1keluarga pasien secara bergantian, dengan 1berperan sebagai dokter, dan 1 sebagai pengamat(membawa checklist). Waktu 60 menit.

4. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

92

Lembar Kerja 2Anamnesis Gangguan Jiwa

(Pertemuan 2)

A. Tempat : Ruang Skill lab B. Peralatan : -C. Pasien standart : laki-laki/ perempuan usia 20-50 tahun

2 orang (sebagain pengantar dan pasien)D. Kegiatan :

1. Mahasiswa membacakan refleksi diri masing-masing.Waktu 30 menit.

2. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencobaketrampilan dengan membentuk kelompok kecilmahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok.Masing-masing melakukan ketrampilan anamnesisgangguan jiwa terhadap 1 pasien simulasi dan 1keluarga pasien secara bergantian, dengan 1berperan sebagai dokter, dan 1 sebagai pengamat(membawa checklist). Waktu 90 menit.

3. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa : rujukanringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FKUnika Atmajaya. Jakarta, 2001.

2. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan and sadock’ssynopsis of psychiatry. 10th ed. Lippincott Williams andWilkins. New York, 2007.

3. Stead LG, Kaufman M. First aid for the psychiatryclerkship. 2nd ed. Mcgraw Hill. USA, 2005.

4. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri.Badan Penerbit FK UI. Jakarta. 2010.

93

TOPIK 5PEMERIKSAAN STATUS MENTAL PSIKIATRI

A. Tujuan Instruksional umum :Mahasiswa dapat melakukan dan menerapkanapemeriksaan status mental psikiatri untukmenegakkan diagnosis dan penatalaksanaannya.

B. Tujuan Instruksional Umum :a) Mahasiswa dapat menjelaskan macam dan fungsi

pemeriksaan status mental psikiatri untukmenegakkan diagnosis pasien.

b) Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan statusmental psikiatri untuk kepentingan diagnosis danpenatalaksanaannya.

c) Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil pemeriksaanstatus mental psikiatri untuk menegakkan diagnosisdan penatalaksanaannya.

C. Pemeriksaan Status Mental PsikiatriPemeriksaan status mental pada penderita gangguanjiwa kita lakukan dengan mengamati/memperhatikanpenderita dan melakukan wawancara. Biasanya mulaikita lihat sejak penderita berhadapan dengan kita.Berbeda dengan riwayat perjalanan penyakit yangrelative tetap, status mental penderita gangguan jiwabisa berubah, dari waktu ke waktu. Pemeriksaan statusmental meliputi penampilan, pembicaraan, perilaku danpemikiran penderita selama wawancara berlangsung.Hal-hal yang termasuk dalam pemeriksaan statusmental adalah :

a) Kesan Umum Penderita, meliputi sikap danpenampilanKita harus memperhatikan penderita secaramenyeluruh dan cermat, termasuk di dalamnya

94

adalah postur tubuh, pakaian, rambut, kuku, sikapdan penampilan penderita. Kita juga harusmendeskripsikan apakah penderita tampak sakit,tampak lebih muda atau tua dari usianya, apakahpenderita kooperatif, apakah bersahabat, dll. Dalamkesan umum juga termasuk tingkah laku bizare(aneh) yang dilakukan penderita. Dengan kesanumum yang kita dapatkan, secara sekilas kadangsudah dapat petunjuk kea rah differential diagnosisyang nanti akan diteruskan dengan hasilpemeriksaan lain.Contoh :

1. Penderita SkizofreniaKesan umum : Seorang laki-laki sesuai umur,tampak sakit jiwa, rawat diri jelek, tidakkooperatif, bicara dan senyum-senyum sendiri,bertingkah laku aneh.

2. Penderita gangguan afektif tipe manicKesan umum : Seorang perempuan, sesuai umur,make up berlebiahn, memakai perhiasanberlebihan, tidak kooperatif, tampak senangsambil bernyanyi-nyanyi.

3. Penderita gangguan afektif depresiKesan umum : Seorang perempuan sesuai umur,tampak menyendiri di sudut kamar, tidakkooperatif, banyak diam, saat wawancarapandangan selalu ke bawah dan menghindaritatapan mata pemeriksa.

b) PembicaraanKuantitas : logorhoe, remming, blocking, mutisme(tidak mau bicara sama sekali)Kecepatan produksinya : spontan atau tidakKuantitas : inkoherensi (pembicaraan kacau, apayang dikatakan penderita tidak bisa kita pahami),irrelevansi (pembicaraan tidak nyambung, jawaban

95

penderita tidak sesuai dengan pertanyaan), flight ofideas, dll.

c) Perilaku dan aktivitas psikomotorTermasuk kualitas dan kuantitas psikomotor penderita.Termasuk di dalamnya stereotipi sikap, hiperaktif,ekopraksi, agitasi, stupor, hipoaktif, katalepsi, rigiditasdan manifestasi yang lainnya.

Contoh : Penderita dapat mempertahankan sikap seperti

patung berjam-jam tanpa lelah dan tanpa berubahposisi (stupor katatonik).

Penderita melompat-lompat, berlari-lari (gerakberlebihan).

d) Mood dan AfekMood : suatu emosi yang meresap dan dipertahankanyang dialami secara subyektif dan dilaporkan olehpenderita dan terlihat oleh orang lain. Contoh : disforik,eutimik, iritabel, euphori, dll.Afek : ekspresi emosi yang terlihat, ada kemungkinan,kadang tidak konsisten dengan emosi ayng dikatakanpenderita. Contoh : appropriate, inappropriate,menyempit, tumpul, datar. Penderita menceritakan kesedihan tetapi malah

tertawa atau sebaliknya (afek inappropriate) Pasien tidak berekspresi walau orang sekitarnya

menceritakan hal-hal ayng menggembirakan maupunmenyedihkan, ia tetap diam saja tanpa ekspresisama sekali (afek datar)

e) BerpikirProses pikir dibagi menjadi proses/bentuk pikir dan isipikir. Contoh bentuk pikir adalah non realistic,realistik/normal, autistic. Sedangkan yang termasuk isipikir adalah adanya waham atau ide. Yang dimaksud

96

waham adalah kepercayaan palsu yang tidak sesuaikenyataan (tidak realistik), yang sangat diyakini, tidakkonsisten dengan kecerdasan dan latar belakangbudaya, tidak dapat dikoreksi dan dipertahankan.Waham antara lain : waham curiga, bizarre/aneh(siarpikir, sedot pikir, kendali pikir, sisip pikir), somatic,kebesaran, cemburu, bersalah, dll.

Contoh : Penderita sangat ketakutan, selalu di dalam

kamarnya, dikunci rapat-rapat, tidak berani keluarrumah karena merasa orang-orang di sekitarnyamengejar-ngejar dan akan membunuhnya (wahamkejar).

Penderita merasa mendapat wahyu dari Tuhan,bahwa ialah yang dapat menyelamatkan seluruhmanusia di bumi ini dari kehancuran (wahamkebesaran).

Penderita sering marah ketika menonton televisi ataumendengarkan radio karena merasa bahwapenyiarnya selalu menyindir dan memberitakantentang dirinya dalam berita-beritanya. Bahkanketika menonton sinetron, ia merasa menjadi salahsatu pemainnya. (waham bizarre (siar pikir)).

Contoh Kasus :Keluarga dalam alloanamnesis menceritakan bahwapenderita memanjat pohon kelapa dan tidak mau turunselama 2 hari. Kita harus memeriksa penderita untukmendapatkan gejalanya, misalnya dengan menanyakankepada penderita mengapa waktu itu ia naik pohonkelapa dan tidak turun. Penderita mungkin akanmenjawab : Karena ia merasa ketakutan, polisi mengejar-ngejar

dia dengan membawa pistol dan ingin menembaknyapadahal ia tidak bersalah, ia merasa dikejar0kejarakan dibunuh (waham kejar)

97

Penderita mendengar suara-suara tanpa wujud yangmenyuruhnya untuk naik pohon kelapa dan tidakboleh turun, kalau tidak mungkin ibunya akan celaka,sehingga penderita menuruti suara-suara tersebut(halusinasi auditorik)

Penderita merasa seolah ada yang mengendalikandirinya dan ia tak bisa melawannya, sehingga ia naikpohon dan semua itu terjadi di luar kendali dirinya(waham bizarre (kendali pikiran)).

f) PersepsiPersepsi adalah proses pengubahan stimuli fisik menjadiinformasi psikologik. Yang termasuk gangguan persepsidiantaranya adalah halusinasi dan ilusi. Halusinasiadalah suatu gangguan persepsi dimana tidak adanyaobjek/stimulus eksternal yang dipersepsikan/dianggapada oleh seseorang.Terdiri dari halusinasi auditorik,halusinasi visual, halusinasi taktil, halusinasi penciuman,dll. Sedanhkan ilusi adalah kesalahan persepsi dimanaobjek lain dipersepsikan secara salah (ilusi adaobjeknya, sedangkan halusinasi tidak ada objeknya).Contoh : Penderita sering mendengar suara-suara banyak

orang namun tidak ada wujudnya yang berisikomentar terhadap setiap tingkah lakunya sehinggapenderita merasa sangat jengkel dan marah-marah(halusinasi auditorik).

Penderita sering mencium bau kemenyan dan bunga-bunga kuburan terutama pada malam hari, sementaradi sekitarnya orang-orang tidak menciumnya,sehingga sering merasa ketakutan akan kematian(halusinasi penciuman).

Penderita sering seperti didatangi arwah orang-orangyang sudah meninggal, yang Nampak wujudnya dihadapannya (halusinasi visual).

98

Penderita merasa seseorang yang dicintainya seringdatang dan membelai-belai tubuhnya. Ia tidak melihatwujudnya, tapi dapat merasakan jelas sentuhan-sentuhan tangan di tubuhnya (halusinasi taktil).

Penderita minta semua pohon di depan rumahnyaditebang karena jika malam hari ia melihat pohon-pohon itu berubah menjadi setan yang menakutkan(ilusi).

g) Sensori dan Fungsi IntelektualPemeriksaan ini dilakukan untuk menilai fungsi otak,termasuk di dalamnya adalah intelegensia, kemampuanberfikir abstrak, orientasi, memori, kemampuanmembaca dan menulis, penjumlahan, visuospatial danbahasa.1) Kesadaran2) Gangguan kesadaran biasanya mengindikasikan

adanya gangguan otak organic. Termasuk didalamnya adalah somnolen, koma, letargi, dll.

3) Orientasi dan memori4) Orientasi terdiri dari orientasi orang, tempat, waktu

dan situasi. Sedangkan memori meliputi memorijangka pendek, segera dan memori jangka panjang.

5) Contoh : Orientasi waktu baik jika penderita bisamenunjukkan waktu secara tepat (siang, malam,pagi). Orientasi tempat baik jika penderita tahudimana sekarang ia berada.

6) Konsentrasi dan perhatian7) Konsentrasi penderita bisa terganggu karena

beberapa alasan. Adanya gangguan fungsi kognitif,kecemasan, depresi, adanya stimulus internal sepertihalusinasi juga berperan dalam gangguankonsentrasi.

8) Pemikiran abstrak

99

9) Contoh : kita tanyakan pada penderita apakah bisamenyebutkan persamaan dan perbedaan 2 bendayang mirip misalnya apakah beda jeruk dengan apel.

10) Informasi dan intelegensi11) Dalam hal ini kita tanyakan pada penderita

tentang pengetahuan umum yang kita sesuaikandengan tingkat pendidikan dan social ekonomikeluarga.

h) Daya NilaiSelama wawancara berlangsung, sebagai dokter kitadapat sekalian menilai bagaimana daya nilai penderitaterhadap lingkungan sosialnya.

i) InsightInsight adalah tilikan diri atau pemahaman penderitatentang sakitnya. Secara sederhana adalah apakahseseorang merasa bahwa dirinya sakit atau tidak.Penderita gangguan jiwa berat mempunyai insightjelek, ia tidak merasa dirinya sakit dan mungkin ia akanmenyangkalnya, sedangkan penderita gangguan jiwaringan mempunyai insight baik.Contoh : Penderita mungkin akan cerita bahwa ia heran

mengapa dibawa ke rumah sakit, padahal ia tidaksakit.

Penderita mungkin akan mengatakan bahwa iahanya sakit pusing saja dan tidak perlu dirawat dirumah sakit.

100

Check List Penilaian Pemeriksaan Status Mental Psikiatri

Aspek yang dinilaiSkor

0 1 2 3

Pemeriksaan Status Mental

1.Mengucapkan salam dan memperkenalkandiri

2. Deskripsi/kesan umum3. Pembicaraan4. Perilaku dan aktivitas psikomotor

5.Emosi :

Mood Afek

6.Proses Pikir :

Bentuk pikir Isi pikir

7.PersepsiHalusinasiIlusi

8.

Sensori dan fungsi intelektual : Orientasi Daya ingat Pemikiran abstrak

9. Insight

10.

Merangkum hasil anamnesis danpemeriksaan

Mendoakan pasien serta memotivasipenderita dan keluarganya untuk tidaklupa atau bosan berdoa, agar mendapatyang terbaik

Memberikan penjelasan kepadakeluarganya tentang kondisi pasien danagar terus memberikan support kepadapasien dalam proses pengobatan

11 Perilaku professional

101

JumlahCatatan :

0 = Tidak Dilakukan1 = Dilakukan ≤ 50% benar2 = Dilakukan > 50% benar3 = Dilakukan dengan sempurna

Penilaian ketrampilan : (Σ skor seluruh aspek yg dinilai) x 100 Σ maksimal skor

102

Lembar Kerja IPemeriksaan Status Mental

(Pertemuan 1)

A. Tempat : Ruang Skill lab B. Peralatan : -C. Pasien standart : laki-laki atau perempuan 20-50 tahun 2

orang sebagai pengantar dan pasienD. Kegiatan :

1. Trainer menunjuk salah satu mahasiswa untukfeedback and reflection dengan cara memberikesempatan kepada salah seorang mahasiswa untukmencoba topik ketrampilan pemeriksaan statusmental. Setelah itu memberi motivasi kepadamahasiswa tentang pentingnya topik yang akandipelajari. Waktu 30 menit.

2. Trainer memberikan penjelasan, koreksi, dan contohtentang pemeriksaan status mental. Waktu 30 menit.

3. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencobaketrampilan dengan membentuk kelompok kecilmahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok.Masing-masing melakukan ketrampilan pemeriksaanstatus mental terhadap 1 pasien simulasi dan 1keluarga pasien secara bergantian, dengan 1berperan sebagai dokter, dan 1 sebagai pengamat(membawa checklist). Waktu 60 menit.

4. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

103

Lembar Kerja 2Pemeriksaan Status Mental

(Pertemuan 2)

A. Tempat : Ruang Skill lab B. Peralatan : -C. Pasien standart : laki-laki/ perempuan usia 20-50 tahun

2 orang (sebagain pengantar dan pasien)D. Kegiatan :

1. Mahasiswa membacakan refleksi diri masing-masing.Waktu 30 menit.

2. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencobaketrampilan dengan membentuk kelompok kecilmahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok.Masing-masing melakukan ketrampilan pemeriksaanstatus mental terhadap 1 pasien simulasi dan 1keluarga pasien secara bergantian, dengan 1berperan sebagai dokter, dan 1 sebagai pengamat(membawa checklist). Waktu 90 menit.

3. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa : rujukanringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FKUnika Atmajaya. Jakarta, 2001.

2. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan and sadock’ssynopsis of psychiatry. 10th ed. Lippincott Williams andWilkins. New York, 2007.

3. Stead LG, Kaufman M. First aid for the psychiatryclerkship. 2nd ed. Mcgraw Hill. USA, 2005.

4. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri.Badan Penerbit FK UI. Jakarta. 2010.

104