TRANSPORTASI MASSAL & FASILITASNYA - AchmadHamdhani-115010029.pptx
TARI MASSAL SEBAGAI BENTUK PLURALISME BUDAYA PADA ... · biduk bebandung, sinopsis tenguyun...
Transcript of TARI MASSAL SEBAGAI BENTUK PLURALISME BUDAYA PADA ... · biduk bebandung, sinopsis tenguyun...
1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Mulawarman. Email: [email protected] 2 Dosen Pembimbing I Dan Staf Pengajar Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Mulawarman 3 Dosen Pembimbing II Dan Staf Pengajar Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Mulawarman
eJournal Ilmu Komunikasi, 2019, Volume 7 (No 3):98-102 ISSN 2502-5961 (Cetak), ISSN 2502-597x (Online), ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2019
TARI MASSAL SEBAGAI BENTUK PLURALISME
BUDAYA PADA “KEGIATAN BIRAU” DI
KABUPATEN BULUNGAN
Muhammad Jafar
1,Hairunnisa
2,Ghufron
3
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Tari Massal sebagai
bentuk Pluralisme Budaya pada Kegiatan Birau di Kabupaten Bulungan. Hal
yang melatar belakangi penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui
mengetahui pluralisme budaya yang di tampilkan di dalam pelaksanaan tari
massal pada kegiatan Birau di Kabupaten Bulungan. Metode penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kulitatif. Sedangkan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara
observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah
model interaktif yang dikembangkan oleh Matthew B. Miles dan A. Michael
Huberman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tari Massal sebagai bentuk
Pluralisme Budaya pada Kegiatan Birau di Kabupaten Bulungan yaitu pluralisme
budaya yang di tampilkan pada tari massal meliputi etnis dan ras, bahasa
daerah, adat-istiadat, dan pakaian oleh 450 siswa-siswi SMA dan SMK yang
mencerminkan keragaman budaya yang dimiliki masyarakat kabupaten Bulungan
yang di tuangkan ke dalam tari-tarian seperti tari tarian adat biduk bebandung,
lem lai suri, tarian gantar dan kancet papatai, pejen, kemudian tari-tarian
nusantara dan tarian dari adat tionghoa yang setiap penari di lengkapi dengan
baju-baju adat dari tiga adat asli kabupaten Bulungan yaitu Dayak, Tidung, dan
Bulungan, serta baju dari adat nusantara. dari penjelasan tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa Tari Massal pada kegiatan Birau di Kabupaten Bulungan
telah mencerminkan sebagai bentuk pluralisme budaya yang merupakan wujud
dari keragaman budaya yang di miliki masyarakat kabupaten Bulungan yang di
tuangkan ke dalam tari-tarian.
Kata kunci : Bentuk , Pluralisme Budaya, Tari Massal
Pendahuluan
Keragaman budaya yang ada biasanya ditampilkan dalam sebuah acara
Birau atau Pekan Budaya Daerah yang di laksanakan 2 tahun sekali, yang
merupakan satu-satuya wadah bagi masyarakat di Kabupaten Bulungan untuk
menampilkan kebudayaan-kebudayaan yang ada. Birau menampilkan berbagai
Tari Massal Sebagai Bentuk Pluralisme Budaya (Muhammad Jafar)
99
hiburan masyarakat, pembangunan ekonomi daerah, dan melibatkan berbagai
kesenian dan keragaman budaya yang ada di Kabupaten Bulungan, termasuk
kebudayaan asli masyarakat pribumi sampai kebudayaan-kebudayaan masyarakat
pendatang.
Di antaranya tradisi adat Kesultanan bulungan, yaitu dengan melakukan
acara ritual yang dilakukan oleh kerabat Kesultanan Bulungan, ziarah makam dan
biduk bebandung, sinopsis tenguyun (merundung bebatun de benuanta), tari
massal 450 orang anak sekolah SMA dan SMK, tari jepen dan gerak sama.
Penampilan kesenian dari paguyuban seni yang ada di kabupaten Bulungan,
penampilan kesenian Peso Hilir, pawai budaya daerah.
Kemudian lomba-lomba seni seperti : tari kreasi daerah pesisir dan tari
kreasi daerah pedalaman, lomba cipta lagu dan musik daerah, lomba musik
tradisional gambus dan sampek, lomba busana bermotif khas daerah, dan lomba
masak khas daerah. Serta lomba-lomba olahraga tradisional seperti : lomba
menyumpit, tarik tambang, balap karung, gasing, lomba perahu dayung, lomba
perahu ketinting, lomba menombak, lomba speed boad, dan lomba panjat pinang.
Kemudain terdapat penampilan drum band dari sekolah-sekolah, penampilan artis
dan band lokal dan ibu kota, pertunjukan kembang api, dan berbagai kerajinan
hasil karya masyarakat Kabupaten Bulungan yang di pamerkan selama acara
Birau berlangsung.
Pada acara tari masal yang melibatkan 450 orang anak sekolah dari
perwakilan berbagai sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah
kejuruan (SMK) di kabupaten Bulungan yang tentunya memiliki latar belakang
ras, budaya, agama yang berbeda-beda pula. Tari masal merupakan pertunjukan
seni budaya yang memperlihatkan kesatuan masyarakat kabupaten bulungan dari
berbagai etnis, hal ini terlihat dari pakaian yang dikenakan oleh para penari yang
mencirikan masing-masing etnis yang terdapat di kabupaten Bulungan. Di
samping itu, tarian yang di bawakan biasanya tidak hanya satu, melainkan tarian
perpaduan dari berbagai etnis.
Perbedaan latar belakang budaya yang berbeda secara tidak langsung
terdapat kesulitan dalam memahami individu yang berbeda budaya dengan
dirinya sehingga mengharuskan menyesuaikan diri dengan lawan bicara yang
memiliki latar belakang budaya yang berbeda pula. Sehingga hal tersebut
menyebabkan terjadinya gesekan antara individu antarbudaya yang bisa memicu
timbulnya konflik. Hubungan antara komunikasi dan budaya penting diketahui
untuk memahami komunikasi antar budaya, yaitu dengan mengetahui sedalam
apa makna pluralisme bagi pelaku komunikasi itu sendiri.
Maka peneliti semakin tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai : Tari Massal Sebagai Bentuk Pluralisme Budaya Pada “Kegiatan
Birau” di Kabupaten Bulungan
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat rumusan
permasalahan yang dapat dikaji lebih dalam yaitu : Bagaimana Tari Massal
Sebagai Bentuk Pluralisme Budaya Pada Kegiatan Birau di Kabupaten Bulungan
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, 2019: 98-109
100
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai
Tari massal sebagai bentuk pluralisme budaya pada kegiatan birau di kabupaten
Bulungan
Kerangka Dasar Teori
Definisi dan Karakteristik Komunikasi Istilah komunikasi atau communication berasal dari Bahasa latin, yaitu
communicates yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Kata sifatnya
commnunis yang bermakna umum atau atau bersama-sama. Dengan demikian
komunikasi menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa), menunjuk pada suatu
upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. (Mahraeni Fajar
209:31)
Multikultural
Kultur adalah sinonim dari kata kebudayaan yang berasal dari kata culture
dari bahasa latin, Ia culture dari bahasa Prancis yang salah satu artinya adalah
“essemble des aspects intellectuels d’ube civilization” (serangkaian bidang
intelektual sebuah peradaban) (komunikasi multikultural, Andrik Purwasito
2015:134). Artinya, kultur atau kebudayaan adalah hasil kegiatan intelektual
manusia, suatu konsep mencakup berbagai komponen yang digunakan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan hidupnya sehari-hari.
Komunikasi Multikultural
Hamid Mowlana dalam komunikasi multikultural menuliskan secara
lengkap pendapatnya sebagai berikut :
Intercultural communication as the information exchange between one
person and any other source transmitting a message displaying properties of a
culture different to one of the reciver’s culture.the source of such a message can
be either a person, in an interpersonal communication process, or any form of
mass media or other form of media. (komunikasi multikultural (Andrik Purwasito
2015:176)sebagai pertukaran informasi antara seseorang dengan orang lain,
sebagai yang menyampaikan pesan dengan disertai berbagai unsur-unsur latar
belakang kebudayaan yang berbeda kepada seseorang penerima dari kultur
lainnya. Sumber informasi sebagai pesan dapat berupa dalam proses komunikasi
antar persona atau segala bentuk media massa atau bentuk lainnya dari media.)
Pluralisme
Pluralisme berasal dari kata plural dan isme, plural yang berarti banyak
(jamak), sedangkan isme berarti paham. Jadi pluralisme adalah suatu paham
atau teori yang menganggap bahwa realitas itu terdiri dari banyak substansi (,
M. Dahlan Pius A. P 1994 : 604)
. Pluralitas merupakan realitas sosiologi yang mana dalam
kenyataannya masyarakat memang plural. Plural pada intinya menunjukkan
Tari Massal Sebagai Bentuk Pluralisme Budaya (Muhammad Jafar)
101
lebih dari satu dan isme adalah sesuatu yang berhubungan dengan paham atau
aliran. Dengan demikian pluralisme adalah paham atau sikap terhadap keadaan
majemuk atau banyak dalam segala hal diantaranya sosial, budaya, politik dan
agama.
Teori Identitas Budaya dan Kaitannya dengan Multikulturalisme
Stuart Hall dalam karyanya Cultural Identity and Diaspora. London
19990. Halaman 393, (dalam Aditya Ari Prabowo, 2008) menjelaskan bahwa
identitas budaya (atau juga disebut identitas etnis) sedikitnya dapat dilihat dari
dua cara pandang, yaitu identitas budaya sebagai sebuah wujud (identity as
becoming) dalam cara pandang pertama diuraikan bahwa, identitas budaya
dilihat sebagai suatu kesatuan yang dimiliki bersama atau yang merupakan
“bentuk dasar/ asli” seseorang dan berada dalam diri banyak orang yang
memiliki kesamaan sejarah dan leluhur. Identitas budaya adalah cerminan
kesamaan sejarah dan kode-kode budaya yang membentuk sekelompok orang
menjadi “satu” walaupun dari “luar” mereka tampak beda. Hal ini dapat
berarti juga selain dari kesamaan sejarah dan kode-kode budaya yang
menyatukan mereka, sudut pandang ini melihat bahwa ciri fisik atau lahiriah
mengidentifikasikan mereka sebagai suatu kelompok.
Tari Masal
Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan
waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud,
dan pikiran. Bunyi-bunyian yang disebut musik pengiring tari mengatur gerakan
penari dan memperkuat maksud yang ingin disampaikan.
Perkembangan tari dapat dilihat sebagai sarana pembentuk dan peneguh
status sosial tertentu pada bidang-bidang ilmu sosial seperti ilmu komunikasi,
ilmu pendidikan dan psikologi yang dijadikan tolak ukur kedisiplinan untuk
melakukan kajian tari. Setiap komponen dalam tari mempunyai riwayat
perjalanan perubahan gaya. Pada dasarnya gaya terjadi sebagai suatu percampuran
dari berbagai gaya dan tidak pernah hanya terdapat pada satu contoh saja
(Sedyawati, 2012: 37). (dalam Yosi Meilin, 2015)
Definisi Konsepsional
Tari massal sebagai bentuk pluralisme budaya pada kegiatan birau di
kabupaten bulungan adalah : pertunjukan seni tari oleh 450 anak sekolah pada
acara birau yang menampilkan berbagai tari-tarian masyarakat daerah yang ada di
kabupaten bulungan sebagai bentuk pluralisme yang di klasifikasikan ke dalam
faktor horizontal yang meliputi : etnik dan ras, Bahasa daerah, adat
istiadat/perilaku, pakaian/makanan, dan material lainnya. Yang diharapkan dapat
membentuk kesatuan dan persatuan serta membangun sebuah masyarakat global
yang penuh persahabatan dan perdamaian.
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, 2019: 98-109
102
Metodologi Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Deskriptif Kualitatif yang menggambarkan mengenai tari massal sebagai bentuk
pluralisme budaya pada kegiatan birau di kabupaten bulungan
Fokus Penelitian
Karena terlalu luasnya masalah, maka peneliti perlu membuat batasan
masalah yang menjadi fokus pada penelitian ini, itu dimaksudkan agar
memudahkan peneliti dalam mengelola data yang akan dijadikan suatu
kesimpulan. Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, maka penelitian ini
difokuskan Pada : Tari massal sebagai bentuk pluralisme budaya pada kegiatan
birau di kabupaten bulungan, yaitu :
1. faktor horizontal pada pluralisme yang meliputi :
a. Etnik dan Ras,
b. Bahasa Daerah,
c. Adat Istiadat ,
d. Pakaian
Jenis dan Sumber Data
Data Primer, merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung
terhadap narasumber yang berkompeten dengan menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data. Data yang diperoleh dari lapangan dengan cara melakukan
observasi dan wawancara dengan informan. Informan adalah orang yang
memberikan informasi. Dengan pengertian ini maka informan dapat dikatakan
sama dengan responden, apabila pemberian keterangannya karena dipancing oleh
pihak peneliti. (Arikunto,2006:145).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan key informant dan informant
sebagai sumber memperoleh data, dimaksudkan untuk dapat menarik sebanyak
mungkin informasi mengenai kegiatan Birau di Kabupaten Bulungan dalam ruang
lingkup komunikasi mutlikultural, Key Informant dan informant dalam penelitian
ini adalah orang yang dianggap peneliti paling tahu tentang apa yang diharapkan
dan diinginkan peneliti sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek
atau situasi sosial yang diteliti, teknik ini sering disebut dengan purposive
sampling.
Adapun yang menjadi Key Informan dan Informan adalah:
a. Key Informan
Yang menjadi key informan dalam penelitian ini yaitu Ibu Tjendra Budi
Aryati, B.A. selaku kepala bidang kebudayaan dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Bulungan.
b. Informan
Informan dalam penelitian ini yaitu,
1. Bapak Tanyith Alui selaku budayawan dan ketua Tim Tari Massal
(2002-2016) dan pensiunan Seksi Kesenian di Dinas Kebudayan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga kabupaten Bulungan tahun 2017
Tari Massal Sebagai Bentuk Pluralisme Budaya (Muhammad Jafar)
103
2. Bapak Ahmad Tjatjuk CH. Rofiq selaku kasi sejarah tradisi dan kesenian
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulungan.
3. Ardianto, salah satu peserta tari massal 2014 dari etnis buggis yang
menarikan tarian etnis Dayak.
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung. Data untuk
mendukung penulis pada penelitian ini yaitu melalui dokumen atau catatan yang
ada, buku-buku pustaka, file yang di download di internet dan tulisan-tulisan
karya ilmiah dari berbagai media.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk membantu
proses penelitian adalah sebagai berikut :
- Teknik Wawancara
Wawancara merupakan alat recccheking atau pembuktian terhadap informasi
atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.
Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara Tanya jawab sambal bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara terlibat
dalam kehidupan sosial yang relative lama (Sutomo 2006:74)
- Teknik Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis,
mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian
dilakukan pencatatan. Dalam penelitian ini Peneliti datang langsung ke lokasi
penelitian untuk mengamati bagaimana Tari Massal Sebagai Bentuk
Pluralisme Budaya Pada Kegiatan Birau di Kabupaten Bulungan
- Teknik Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen ini bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Studi dokumen merupakan studi pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiono 2008 : 83)
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif, analisis data
dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian itu berlangsung.
Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, serta dokumentasi. Setelah itu
data diolah secara sistematis. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis (interview model of analysis) dikembangkan oleh
Mathew B Miles, A. Michael Huberman dan Johnny Saldana (2014).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Bulungan sebagai salah satu kabupaten di bagian utara pulau
Kalimantan mempunyai luas 18.010,50 km2 terletak antara 116°04'41" sampai
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, 2019: 98-109
104
dengan 117°57'56" Bujur Timur dan 2°09'19" sampai dengan 3°34'49" Lintang
Utara. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 34 Tahun 2007
Tentang Pembentukan Kabupaten Tana Tidung di Provinsi Kalimantan Utara
maka Luas Kabupaten Bulungan berkurang menjadi 13.181,92 km2.
Adapun batas-batas Kabupaten Bulungan; Sebelah Utara dengan Kabupaten
Tana Tidung dan Kabupaten Nunukan, Sebelah Timur dengan Laut Sulawesi dan
Kota Tarakan, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Berau dan Sebelah Barat
dengan Kabupaten Malinau.
Kabupaten Bulungan memiliki beberapa pulau yang dialiri puluhan sungai
besar dan kecil, serta secara topografi memiliki daratan yang berbukit-bukit,
bergunung-gunung dengan tebing terjal dan kemiringan yang tajam.
Adapun pulau yang terluas adalah Pulau Mandul di Kecamatan Bunyu
(38.737,413 ha) dan sungai yang terpanjang adalah Sungai Kayan (576 km:
termasuk yang berada di wilayah Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana
Tidung) sedangkan gunung yang tertinggi adalah Gunung Kundas yang berada di
Kecamatan Peso dengan ketinggian 1.670 m.
Hasil Penelitian
Etnis dan Ras
Dari hasil wawancara di atas peneliti memperoleh informasi bahwa pada
pelaksanaan tari masal terjadinya pluralisme budaya dengan melibatkan berbagai
etnis yang ada di kabupaten Bulungan melalui para peserta tari massal dari siswa-
siswi SMA dan SMK se kabupaten Bulungan yang menampilkan berbagai tari-
tarian.
Bahasa Daerah
Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti memperoleh informasi bahwa
di dalam pelaksanaan tari massal penggunaan bahasa daerah biasanya terjadi
pada sesama penari saja yang memiliki latar belakang etnis ataupun suku yang
sama untuk saling berkomunikasi, namun dalam proses pelatihan, pelatih tari
massal menggunakan bahasa Indonesia agar dimengerti oleh seluruh peserta tari
massal yang berlatar belakang dari berbagai etnis tersebut.
Adat Istiadat
peneliti memperoleh infromasi bahwa adat istiadat yang terdapat di
kegiatan Birau terdapat adat asli suku Bulungan yang dilaksanakan di Tanjung
palas, tepatnya di museum kerajaan Bulungan, kemudian pada tari massalnya
yang di laksanakan di lapangan agatis Tanjung Selor terdapat pertunjukan adat
seperti sejarah ataupun legenda pada masa kerajaan Bulungan, kemudian terdapat
tiga tarian adat asli Bulungan dan berbagai adat-istiad yang ada di Kabupaten
Bulungan yang di tuangkan ke dalam tari-tarian.
Hal tersebut senada dengan yang di sampaikan oleh bapak Tanyith Alui
selaku budayawan dan ketua Tim Tari Massal (2002-2016) dan pensiunan Seksi
Kesenian di Dinas Kebudayan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga kabupaten
Tari Massal Sebagai Bentuk Pluralisme Budaya (Muhammad Jafar)
105
Bulungan yang menyatakan bahwa : “…tari masal sudah melibatkan tarian dari
berbagai adat yang ada di kabupaten Bulungan, tergambar dari keragaman tarian
nusantara selain dari tiga tarian tradisional asli kabupaten Bulungan.
Pakaian
Berdasarkan hasil wawancara peneliti memperoleh infromasi bahwa pada
pelaksanaan tari massal, peserta tari massal biasanya menggunakan berbagai baju
adat sebagai ciri khas masing-masing daerah yang di tampilkan pada tari massal,
walaupun lebih dominan pada baju adat asli adat Bulungan.
bapak Ahmad Tjatjuk CH. Rofiq selaku kasi sejarah tradisi dan kesenian
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulungan juga mengungkapkan di
dalam wawancara bahwa: “…pakain-pakain adat yang di gunakan merupakan
pakaian khas atau pakaian adat suku asli dan suku pendatang yang ada di
kabupaten bulunngan.” (wawancara 24 januari 2017).
Hal tersebut senada dengan yang di sampaiakan oleh bapak Tanyith Alui
selaku budayawan dan ketua Tim Tari Massal (2002-2016) dan pensiunan Seksi
Kesenian di Dinas Kebudayan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga kabupaten
Bulungan bahwa pakaian adat yang di gunakan sudah menggambarkan atau
menunnjukkan pakaian adat dari berbagai suku atau etnis yang ada di kabupaten
Bulungan.
Pembahasan
Tari Massal Sebagai Bentuk Pluralisme Budaya Pada Kegiatan Birau di
Kabupaten Bulungan.
Berdarakan hasil wawancara yang di peroleh bahwa Pluralisme budaya
yang terjadi di dalam tari massal dapat di lihat dari keragaman peserta SMA dan
SMK dan juga melibatkan paguyuban-paguyuban seni yang ada di kabupaten
Bulungan dari berbagai etnis yang menampilkan berbagai macam tari-tarian
seperti tarian asli masyarakat dayak, tidung, bulungan dan tari-tarian dari etnis
pendatang atau biasa di sebut tarian nusantara dengan di lengkapi atribut-atribut
seperti baju adat yang di gunakan yang menunjukkan identitas dari masing-
masing etnis yang membentuk sebuah kesatuan melalui pertunjukan tari massal
tersebut yang di lakukan secara bergantian maupun secara serentak di lapangan
agatis Tanjung Selor.
Etnis dan Ras
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti peroleh dilapangan, tari massal
yang melibatkan siswa-siswi SMA dan SMK dari berbagai etnis asli maupun
pendatang yang ada di kabupaten Bulungan dalam melakukan pertunjukan tari
massal untuk memperingati hari jadi kabupaten Bulungan dan kecamat Tanjung
Selor serta menggali dan memperkenalkan kebudayaan serta sejarah melalui tari
tarian yang ditampilkan pada kegiatan birau telah mewakili dari berbagai etnis
dan ras yang ada di kabupaten Bulungan melalui para peserta tari massal dan
berbagai paguyuban seni yang di libatkan di dalam pertunjukan tari massal.
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, 2019: 98-109
106
Bahasa Daerah
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti peroleh dilapangan, tari massal
yang terdapat pada kegiatan birau bahwa bahasa daerah sebetulnya hampir tidak
di gunakan, bahasa daerah hanya terdapat di dalam syair-syair lagu yang di
mainkan, seperti di dalam syair lagu daerah atau lagu adat dayak, tidung dan
bulungan. Walaupun terkadang di dalam pertunjukan tari adat dayak terdapat
suara teriakan ataupun pekikan yang harus di lontarkan para peserta seperti pada
tari perang.
Secara umum, Bahasa verbal yang di gunakan ialah bahaa Indonesia,
Bahasa daerah di dalam lagu-lagu yang di mainkan dan lebih Nampak pada
Bahasa non-verbal yaitu melalui gerakan-gerakan dari tari-tarian yang di mainkan
pada teri massal yang memiliki makna di setiap gerakan gerakan tarian. Dan
melalui simbol-simbol yang di gunakan seperti atribut-atribut tarian yaitu
pedang, tongkat, bayung, panah, Mandau, kuda lumping, barongsai, pakaian.
Adat Istiadat
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti peroleh dilapangan, tari massal
yang terdapat pada kegiatan birau telah melibatkan dari berbagai adat istiadat
yang ada di kabupaten Bulungan, baik dari adat istiadat asli masyarakat
kabupaten Bulungan yaitu tarian adat Dayak, Tidung, Bulungan dan adat istiadat
dari masyarakat pendatang yang di tuangkan melalui tarian-tarian yang di
perankan oleh 450 siswa-siswi SMA dan SMK yang ada di kabupaten bulungan.
Pakaian
Dalam hal ini pada pelaksanaan tari massal di kegiatan Birau yang di
lakukan dua tahun sekali oleh pemerintah kabupaten Bulungan dan kecamatan
Tajung Selor sebagai memperingati hari jadi kota Tanjung Selor dan kabupaten
Bulungan sudah berusaha mencerminkan tari massal sebagai bentuk pluralisme
budaya yang terlihat dari segi atau faktor horizontal oleh Pelly (1993) yang
terdapat 4 faktor yaitu etnis dan ras, bahasa, pakaian, dan adat-sitiadat yang
sangat beragam yang di libatkan atau di tampilkan di dalam tari massal. Lewat
proses interaksi dan komunikasi antara peserta tari massal dari beerbgai kultur
sebagai upaya untuk membangun masyarakat yang memiliiki aneka ragam budaya
agar bisa hidup Bersama secara damai dan harmonis.
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa di dalam tari massal yang terdapat pada kegiatan Birau di
Kabupaten Bulungan telah mencerminkan sebagai bentuk pluralisme budaya
sesuai dengan faktor horizontal pada pluralisme yang meliputi : Etnik dan Ras,
Bahasa Daerah, Adat Istiadat , dan Pakaian. Sebagai berikut:
1. Etnis dan Ras Berdasarkan hasil penelitian dan data yang peneliti peroleh dilapangan, dapat
peneliti simpulkan bahwa pada pergelaran tari massal telah melibatkan
Tari Massal Sebagai Bentuk Pluralisme Budaya (Muhammad Jafar)
107
berbagai etnis dan ras yang ada di kabupaten Bulungan melalui para peserta
tari massal dari siswa-siswi sekolah SMA maupun SMK yang ada di
kabupaten Bulungan, bahkan melibatkan paguyuban-paguyuban seni dan
budaya yang mencerminkan akan keragaman etnis dan ras yang ada di
kabupaten Bulungan. 2. Bahasa Daerah
Berdasarkan hasil penelitian dan data yang peneliti peroleh dilapangan, dapat
peneliti simpulkan bahwa pada pergelaran tar massal pada kegiatan birau
telah melibatkan beberapa bahasa daerah selain bahasa Indonesia yang di
tuangkan melalui syair-syair lagu yang di mainkan, seperti syair dalam lagu
dayak, tidung, jawa dan yang lainnya. 3. Adat-Istiadat
Berdasarkan hasil penelitian dan data yang peneliti peroleh dilapangan, dapat
peneliti simpulkan bahwa pada tari massal telah melibatkan berbagai adat-
istiadat yang di miliki masyarakat kabupaten Bulungan, seperti adat dayak
yang di tuangkan pada tarian gantar, tarian kancet papatai pada tarian adat
tidung dan Bulungan yaitu tarian jepen, Biduk Bebandung, dan pada tarian
jawa, bali, tionghoa, dan lain-lain yang mencerminkan identitas maupun adat
istiadat dari masing-masing daerah. 4. Pakaian
Berdasarkan hasil penelitian dan data yang peneliti peroleh dilapangan, dapat
peneliti simpulkan bahwa pada pergelaran tari masal telah melibatkan
berbagai adat-istiadat yang di tuangkan juga melalui pakaian adat yang di
kenakan para peserta tari massal yang mencerminkan akan keragaman
budaya sebagai identitas yang terdapat di kabupaten Bulungan.
Saran
Setelah menjalankan berbagai macam penelitian, dengan rendah hati
penulis merasa perlu untuk memberikan saran yang mungkin bisa bermanfaat.
Dan berdasarkan hasil penelitian berikut saran yang hendak peneliti kemukakan
yaitu :
1. Berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh, bahwa tari massal pada tahun
2016 di lakukan secara sederhana karena terkait anggaran dana, maka dari itu
sebaiknya tari massal di lakukan kembali seperti sebelum-sebelumnya yaitu
2 tahun sekali secara megah dan melibatkan berbagai etnis, karena tari
massal mencerminkan identitas dari keragaman budaya, suku, adat-istiadat
yang di miliki masyarakat kabupaten Bulungan yang harus tetap di jaga dan
di lestarikan.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan, di dalam pelaksanaan tari
massal yang menampilkan tarian adat asli dan nusantara yang melibatkan
siswa-siswi SMA dan SMK sebagai penari, alangkah baiknya jika peserta
tarinya berasal dari masyarakat ataupun paguyuban dari etnik atau adat yang
ada di kabupaten Bulungan supaya lebih menunjukkan keanekaragam budaya
dan adat istiadanya secara kompleks yaitu dari penarinya, bajunya, dan
tarian-tariannya
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, 2019: 98-109
108
3. Berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh, di dalam pelaksanaan tari
massal lebih dominan pada tarian adat dayak, tidung, dan Bulungan, maka
dari itu di harapkan kepada dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten
Bulungan selaku pelaksana di harapkan lebih menunjukkan atau memberikan
ruang lagi bagi tarian adat nusantara dari tiap-tiap etnis atau suku yang ada di
kabupaten Bulunga sebagai contoh kesatuan dan persatuan masyarakat
kabupaten Bulungan dari berbagai etnis yang hidup berdampingan secara
aman, damai, adil dan sejahtera.
4. Berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh, di dalam pelaksanaan tari
massal memerlukan waktu pelaksanaan sekitar dua jam untuk menunjukkan
tarian adat dan tarian nusantara. sehingga pada tarian nusantara kurang
efektif karena hanya sebentar, tidak seperti pada tarian adat asli kabupaten
Bulungan yang lebih dominan. Maka dari itu di harapakan di dalam
pelaksanaan tari massal untuk menambah durasi lebih lama lagi supaya pada
pelaksanaan tarian nusantara dari berbagai adat bisa di laksanakan lebih lama
dan lebih banyak tarian yang di tampilkan untuk lebih menunjukkan
pluralisme budaya yang terjadi di dalam tari massal pada kegiatan birau
tersebut.
Daftar Pustaka
Sumber Buku :
Arikunto, Suharsimi, 2006. Metode Penelitian: Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.
Drs. ALo Liliweri, M.S. dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya. Pustaka Pelajar.
Cetakan VI, Oktober 2013. Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta.
Drs. Alo Liliweri, M.S. Gatra-Gatra Komunikasi Antar Budaya, Pustaka Belajar,
Cetakan II, Desember 2011. Celebetan Timur UH III/548 Yogyakarta.
Fajar, Mahraeni. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Cetakan Pertama. 2009.
Larry A. Samover. Ricard E.Porter. Edwin R. McDabiel. Komunikasi Lintas
Budaya. Salemba Hmanika. Edisi ke 7. 2014
Miles, Huberman dan Saldana. 2014. Qualitative Data Analysis A Methods
Sourcebook. USA: SAGE Publications, Inc
Milon, Benyamin. Multikulturalisme, Cerdas Membangun Hidup Bersama Yang
Stabil dan Dinamis. Pratama Puri Media. Cetakan 1, 2015
Morissan. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Kencana Prenadamedia
Group. Edisi Pertama 2013
Moleong, Lexy J, 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT.Remaja Rosdakarya
Bandung.
Purwasito, Andik. Komunikasi Multikultural. Pustaka Pelajar, Cetakan pertama.
2015
Rustanto M,HUM, DR. Bambang Masyarakat Multikultural di Indonesia. PT
Remaja Rosdakarya. Cetakan Pertama, 2015
Ruben, Brent D dan Stewart, Lea P. Komuniksai dan Perilaku Masyarakat.edisi
ke lima. Rajawalli Pers. 2013
Tari Massal Sebagai Bentuk Pluralisme Budaya (Muhammad Jafar)
109
Sarbila, Atiqa dan Khisbiyah, Yayah. 2004. Pendidikan Apreasi Seni Wacana
dan Praktik untuk Toleransi Pluralisme Budaya. Surakarta: PSB-PS-UMS
Sugiyono, 2010. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R DAN D, Alfabeta
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogya: Kanisius, 2000
Anthony Giddens, Modernity and Self-Identity: Self and Society in the Late
Modern Age, Stanford, CA:Standford University Press, 1991
Sutopo, HB. Metode Penelitian Kualitatif, UNS Press, Surakarta. 2006
1 Pius A. P, M. Dahlan, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya: Arkola, 1994), Cet.
Ke-1, H.604. (dlm skripsi/jurnal)
17 Usman Pelly, 1991. Pengukuran Intensistas Potensi Konflik dalam
Masyarakat Majemuk. Jakarta:Makalah pada Kongres Kebudayaan
Fiola Panggalo. 2013. Perilaku Komunikasi Antarbudaya Etnik Toraja dan Etnik
Bugis makassar di Kota Makassar. Universitas Hasanuddin.
Aditya Ari Prabowo, 2008. Kostruksi Identitas Budaya masyarakat Imigran Turki
di Jerman Dalam Film “Kebab Connection”. Universitas Indonesia
Aji Nastiti Rizky Fioriyah, 2017. Makna Pesan Baju Adat Kutai Miskat dan
Takwo Pada Masyarakat Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. Universitas
Mulawarman
Yosi Meilin, 2015. Perkembangan Tari Erai-Erai di Kabupten lahat Provinsi
Sumatera Selatan. Unversitas Negeri Yogyakarta
Eva Dwi Wijayani, 2016. Variasi Dialeg Bahasa Bawean di Wilayah Pulau
Bawean Kabupaten Gresik: Kajian Dialwktologi. Universitas Aerlangga.
Dokumen-dokumen :
Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2015, sumber Badan Pusat Statiskik
Kabupaten Bulungan. Di akses pada atnggal 4 april 2015
Buku panduan Pekan Budaya Daerah Kabupaten Bulungan Prov. KALTARA
tahun 2014