MAKALAH BENCANA MASSAL

25
MAKALAH KORBAN MASSAL Makalah ini disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Manajemen Tanggap Bencana ABDUL NIZAR NIM. 1101100083 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

description

bencana

Transcript of MAKALAH BENCANA MASSAL

Page 1: MAKALAH BENCANA MASSAL

MAKALAH

KORBAN MASSAL

Makalah ini disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Manajemen Tanggap Bencana

ABDUL NIZARNIM. 1101100083

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAND III KEPERAWATAN MALANG

Januari 2014

Page 2: MAKALAH BENCANA MASSAL

PENDAHULUAN

Bencana merupakan peristiwa yang biasanya mendadak (bisa perlahan)

disertai jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan tepat akan

menghambat, mengganggu dan merugikan masyarakat, pelaksanaan dan hasil

pembangunan. Indonesia merupakan super market bencana. Bencana pada dasarnya

karena gejala alam dan akibat ulah manusia. Untuk mencegah terjadinya akibat dari

bencana, khususnya untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana,

diperlukan suatu cara penanganan yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur) untuk

mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dan penanggulangan

bencana. Ditingkat nasional ditetapkan Bakornas-PBP (sekarang Banas), Satkorlak-

PBP dipropinsi dan Satlak-PBP dikabupaten kota. Unsur kesehatan tergabung

didalamnya.

Dalam keadaan sehari-hari maupun bencana, penanganan pasien gadar

melibatkan pelayanan pra RS, di RS maupun antar RS. Memerlukan penanganan

terpadu dan pengaturan dalam sistem. Ditetapkan SPGDT-S dan SPGDT-B (sehari-

hari dan bencana) dalam Kepres dan ketentuan pemerintah lainnya.

Disadari untuk peran jajaran kesehatan mulai tingkat pusat hingga desa

memerlukan kesiapsiagaan dan berperan penting dalam penanggulangan bencana,

mengingat dampak yang sangat merugikan masyarakat. Untuk itu seluruh jajaran

kesehatan perlu mengetahui tujuan dan langlah-langkah kegiatan kesehatan yang

perlu ditempuh dalam upaya kesiapsiagaan dan penanggulangan secara menyeluruh.

Tujuan

1. Didapatkan kesamaan pola pikir / persepsi tentang SPGDT.

2. Diperoleh kesamaan pola tindak dalam penanganan ksus gadar dalam keadaan

sehari-hari maupun bencana.

Pengertian

1. Safe Community, (SC) : Keadaan sehat dan aman yang tercipta dari, oleh dan

untuk masyarakat. Pemerintah dan teknokrat merupakan fasilitator dan pembina.

2. Bencana : Kejadian yang menyebabkan terjadinya banyak korban gadar, yang tidak

dapat dilayani oleh unit pelayanan kesehatan seperti biasa, terdapat kerugian material

dan terjadinya kerusakan infra struktur fisik serta terganggunya kegiatan

normal masyarakat.

Page 3: MAKALAH BENCANA MASSAL

3. Pasien gadar adalah pasien yang berada dalam ancaman kematian dan memerlukan

pertolongan segera.

4. SPGDT : Sistem penanggulangan pasien gadar yang terdiri dari unsur, pelayanan

pra RS, pelayanan di RS dan antar RS. Pelayanan berpedoman pada respon cepat

yang menekankan time saving is life and limb saving, yang melibatkan pelayanan

oleh masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gadar

dan sistem komunikasi.

5. PSC (Public Safety Center) : Pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan

masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegadaran, termasuk pelayanan

medis yang dapat dihubungi dalam waktu singkat dimanapun berada. Merupakan

ujung tombak pelayanan kesehatan, yang bertujuan unuk mendapatkan respons cepat

(quick response) terutama pelayanan pra RS.

6. BSB (Brigade Siaga Bencana) : Satuan tugas kesehatan yang terdiri dari petugas

medis (dokter, perawat), paramedik dan awam khusus yang memberikan pelayanan

kesehatan  berupa pencegahan, penyiagaan maupun pertolongan bagi korban bencana.

7. UGD (Unit Gawat Darurat) : Unit pelayanan di RS yang memberikan pelayanan

pertama pada pasien engan ancaman kematian dan kecacadan secara terpadu dengan

melibatkan berbagai disiplin.

8. HCU (High Care Unit) : Unit pelayanan di RS yang melakukan pelayanan khusus

bagi pasien dengan kondisi respirasi, hemodinamik dan kesadaran yang sudah stabil

dan masih memerlukan pengobatan, perawatan dan pengawasan secara ketat.

9. URI (Unit Rawat Intensif) : Unit pelayanan di RS yang melakukan pelayanan

khusus bagi pasien gadar yang menggunakan berbagai alat bantu untuk mengatasi

ancaman kematian dan melakukan pengawasan khusus terhadap fungsi vital tubuh.

\ SAFE COMMUNITY

Pelayanan kasehatan di Indonesia beralih ke dan berorientasi pada paradigma

sehat. Untuk mencapai hal tsb. dicanangkan program Safe Community oleh Depkes

pada HKN 36 di Makassar. Adalah gerakan agar masyarakat merasa sehat, aman dan

sejahtera dimanapun mereka berada yang melibatkan peran aktif himpunan profesi

maupun masyarakat. Gerakan ini juga terkandung dalam konstitusi WHO.

Mempunyai dua aspek, care dan cure, Care adalah adanya kerja-sama lintas sektoral

terutama jajaran non kesehatan untuk menata perilaku dan lingkungan di masyarakat

untuk mempersiapkan, mencagah dan melakukan mitigasi dalam menghadapi

Page 4: MAKALAH BENCANA MASSAL

berbagai hal yang berhubungan dengan kesehatan, keamanan dan kesejahteraan. Cure

adalah peran utama sektor kesehatan dibantu sektor lain terkait dalam upaya

melakukan penanganan keadaan dan kasus-kasus gadar.

Kemampuan masyarakat melakukan pertolongan pertama yang cepat dan tepat

pra RS merupakan awal kegiatan penanganan dari tempat kejadian dan dalam

perjalanan ke RS untuk mendapatkan pelayanan yang lebih efektif di RS.

Melalui gerakan SC diharapkan dapat diwujudkan upaya-upaya untuk mengubah

perilaku mulai dari kelompok keluarga, kelompok masyarakat dan lebih tinggi hingga

mencapai seluruh masyarakat Indonesia. Gerakan ini harus dikembangkan secara

sistematis dan berkesinambungan dengan mengikutsertakan berbagai potensi.

Gerakan ini ditunjang komponen dasar : Subsistem komunikasi, transportasi, yankes

maupun non kesehatan termasuk biaya yang bersinergi.

Sistem yang dikembangkan Depkes adalah pengembangan model dan

pembuatan standar maupun pedoman yang diperlukan. Daerah memiliki peluang

menyusun rencana kesehatan sesuai kebutuhan dan kemampuan masyarakatnya.

Visi gerakan SC

Menjadi gerakan di masyarakat yang mampu melindungi masyarakat dalam

keadaan kedaruratan sehari-hari dan melindungi masyarakat dalam situasi bencana

maupun atas dampak akibat terjadinya bencana, sehingga tercipta perilaku masyarakat

dan lingkungan sekitarnya untuk terciptanya situasi sehat dan aman.

Misi gerakan SC

1. Mendorong terciptanya gerakan masyarakat untuk menjadi sehat, aman dan

sejahtera.

2. Mendorong kerja-sama lintas sektor dan program dalam gerakan mewujudkan

masyarakat sehat dan aman.

3. Mengembangkan standar nasional dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.

4. Mengusahakan dukungan pendanaan bidang kesehatan dari pemerintah, bantuan

luar negeri dan bantuan lain dalam rangka pemerataan dan perluasan jangkauan

pelayanan kesehatan terutama dalam keadaan darurat. Menata sistem pendukung

pelayanan ke sehatan pra RS dan playanan kesehatan di RS dan seluruh unit

pelayanan kesehatan di Indonesia

Page 5: MAKALAH BENCANA MASSAL

Nilai dasar

1. SC meliputi aspek care (pencegahan, penyiagaan dan mitigasi),

2. Equity, adanya kebersamaan dari institusi pemerintah, kelompok/organisasi profesi

dan

masyarakat dalam gerakan SC.

3. Partnership, menggalang kerja-sama lintas sektor dan masyarakat untuk mencapai

tujuan dalam gerakan SC.

4. Net working, membangun suatu jaring kerja-sama dalam suatu sistem dengan

melibatkan seluruh potensi yang terlibat dalam gerakan SC.

5. Sharing, memiliki rasa saling membutuhkan dan kebersamaan dalam memecahkan

segala permasalahan dalam gerakan SC.

Maksud

Memberikan pedoman baku bagi daerah dalam melaksanakan gerakan SC agar

terciptanya masyarakat sehat, aman dan sejahtera.

Tujuan

1. Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam gerakan SC dan menata perilaku

masyarakat dan ingkungannya menuju perilaku sehat dan aman.

2. Membangun SPGDT yang dapat diterapkan pada seluruh lapisan masyarakat.

3. Membangun respons masyarakat pada pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat

melalui pusat pelayanan terpadu antara lain PSC dan potensi penyiagaan fasilitas ke

sehatan serta peran serta masyarakat dalam menghadapi bencana.

4. Mempercepat response time kegadaran untuk menghindari kematian dan kecacadan

yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Sasaran yang ingin dicapai

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kepedulian masyarakat dan profesi

kesehatan dalam kewaspadaan dini kegadaran.

2. Terlaksananya koordinasi lintas sektor terkait dalam SPGDT, baik untuk keamanan

dan ketertiban (kepolisian), unsur penyelamatan (PMK) dan unsur kesehatan (RS,

Puskesmas,ambulans dll) yang tergabung dalam satu kesatuan dengan mewujudkan

PSC.

Page 6: MAKALAH BENCANA MASSAL

3. Terwujudnya subsistem komunikasi dan transportasi sebagai pendukung dalam

satu sistem,SPGDT.

Falsafah dan Tujuan Organisasi dalam SC

1. Gerakan SC diwujudkan untuk memberikan rasa sehat dan aman dengan

melibatkan seluruh potensi masyarakat serta memanfaatkan kemampuan dan fasilitas

pada pelayanan kesehatan pra RS dan RS atau antar RS secara optimal.

2. Merubah perilaku mulai dari anggota keluarga, kelompok hingga yang lebih tinggi

secara berjenjang agar mampu menanggulangi kegadaran sehari-hari.

3. Ada visi, misi, tujuan dan sasaran.

4. Menggunakan motto time saving is life and limb saving dan kemampuan

rehabilitasi pasca keadaan gadar sebagai bagian upaya mewujudkan rasa sehat dan

aman bagi masyarakat.

Ketentuan umum dalam pengorganisasian

1. Organisasi gerakan SC didaerah didasarkan pada organisasi yang melibatkan multi

disiplin dan multi profesisi.

2. Terdapat unsur pimpinan/wakil, sekretaris, bendahara dan anggota.

3. Minimal melibatkan unsur keamanan dan ketertiban (kepolisian,

penyelamatan/PMK dan kesehatan, dan kemudian dilibatkan unsur lain seperti

keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dan humas.

Administrasi dan pengelolaan

1. Harus ada struktur serta uraian tugas, pembagian kewenangan dan mekanisme

hubungan kerja dengan unit lain.

2. Unit kerja terkait al. jajaran kesehatan, kepolisian, PU, keselamatan kerja dan

tenaga kerja, telekomunikasi, ormas (ORARI, RAPI, PMI dll).

3. Adanya ketetapan produk hukum, merupakan dasar mencapai visi, misi dan tujuan.

4. Adanya petunjuk dan informasi yang disediakan bagi masyarakat untuk mejamin

kemudahan dan kelancaran dalam memberikan pelayanan di masyarakat.

5. Ada PSC sebagai unit pelaksana yang berfungsi untuk respons cepat kegadaran di

masyarakat.

Staf dan pimpinan

1. Gerakan SC diselenggarakan oleh seluruh komponen masyarakat dengan kepala

Page 7: MAKALAH BENCANA MASSAL

daerah menetapkan keberadaan organisasi ini dengan SK.

2. Organisasi dimaksud adalah PSC yang dibangun disetiap daerah.

3. Jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang ditetapkan sesuai kebutuhan.

Fasilitas dan Peralatan

1. Fasilitas yang disediakan harus dapat menjamin efektifitas bagi pelayanan kepada

masyarakat termasuk pelayanan UGD di RS dengan waktu pelayanan 24 jam.

2. Sarana dan prasarana, peralatan dan obat yang disiapkan sesuai dengan

standard yang ditetapkan Depkes.

3. Adanya subsistem pendukung baik komunikasi, transportasi termasuk

ambulans dan keselamatan kerja.

Kebijakan dan prosedur

1. Tertulis agar dapat dievaluasi dan disempurnakan.

2. Ditetapkan kebijakan pelayanan kasus gadar pra RS, RS dan rujukannya termasuk

adanya perencanaan RS dalam penanganan bencana (Hospital disaster plan).

3. Ditetapkan adanya PSC ditiap daerah dan memperhatikan hal-hal yang berkaitan

dengan keselamatan kerja dan kegadaran sehari-hari.

SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU

Umum

Sistem yang merupakan koordinasi berbagai unit kerja (multi sektor) dan

didukung berbagai kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk

menyelenggarakan pelayanan terpadu bagi penderita gadar baik dalam keadaan

bencana maupun sehari-hari. pela-yanan medis sistem ini terdiri 3 subsistem yaitu

pelayanan pra RS, RS dan antar RS.

Sistem pelayanan Medik Pra RS

Dengan mendirikan PSC, BSB dan pelayanan ambulans dan komunikasi.

Pelayanan sehari-hari :

1. PSC.

Didirikan masyarakat untuk kepentingan masyarakat. Pengorganisasian

dibawah Pemda. SDM berbagai unsur tsb. ditambah masyarakat yang bergiat dalam

upaya pertolongan bagi masyarakat. Biaya dari masyarakat. Kegiatan menggunakan

Page 8: MAKALAH BENCANA MASSAL

perkembangan teknologi, pembinaan untuk memberdayakan potensi masyarakat,

komunikasi untuk keterpaduan kegiatan. Kegiatan lintas sektor. PSC berfungsi

sebagai respons cepat penangggulangan gadar.

2. BSB.

Unit khusus untuk penanganan pra RS, khususnya kesehatan dalam bencana.

Pengorganisasian dijajaran kesehatan (Depkes, DInkes, RS), petugas medis (perawat,

dokter), non medis (sanitarian, gizi, farmasi dll). Pembiayaan dari instansi yang

ditunjuk dan dimasukkan APBN/APBD.

3. Pelayanan Ambulans.

Terpadu dalam koordinasi dengan memanfaatkan ambulans Puskesmas, klinik,

RB, RS, non kesehatan. Koordinasi melalui pusat pelayanan yang disepakati bersama

untuk mobilisasi ambulans terutama dalam bencana.

4. Komunikasi.

Terdiri dari jejaring informasi, koordinasi dan pelayanan gadar hingga seluruh

kegiatan berlangsung dalam sistem terpadu.

5. Pembinaan.

Berbagai pelatihan untuk meningkatan kemampuan dan keterampilan bagi

dokter, perawat, awam khusus. Penyuluhan bagi awam.

Pelayanan pada bencana, terutama pada korban massal

6. Koordinasi, komando.

Melibatkan unit lintas sektor. Kegiatan akan efektif dan efisien bila dalam

koordinasi dan komando yang disepakati bersama.

7. Eskalasi dan mobilisasi sumber daya.

Dilakukan dengan mobilisasi SDM, fasilitas dan sumber daya lain sebagai

pendukung pelayanan kesehatan bagi korban.

8. Simulasi.

Diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji melalui simulasi apakah

dapat diimplementasikan pada keadaan sebenarnya.

9. Pelaporan, monitoring, evaluasi.

Penanganan bencana didokumentasikan dalam bentuk laporan dengan

sistematika yang disepakati. Data digunakan untuk monitoring dan evaluasi

keberhasilan atau kegagalan, hingga kegiatan selanjutnya lebih baik.

 

Page 9: MAKALAH BENCANA MASSAL

Sistem Pelayanan Medik di RS

1. Perlu sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang dll.

2. Perlu Hospital Disaster Plan, Untuk akibat bencana dari dalam dan luar RS.

3. Transport intra RS.

4. Pelatihan, simulasi dan koordinasi adalah kegiatan yang menjamin peningkatan

kemampuan SDM, kontinuitas dan peningkatan pelayan medis.

5. Pembiayaan diperlukan dalam jumlah cukup.

Sistem Pelayanan Medik Antar RS.

1. Jejaring rujukan dibuat berdasar kemampuan RS dalam kualitas dan kuantitas.

2. Evakuasi. Antar RS dan dari pra RS ke RS.

3. Sistem Informasi Manajemen, SIM. Untuk menghadapi kompleksitas permasalahan

dalam pelayanan. Perlu juga dalam audit pelayanan dan hubungannya dengan

penunjang termasuk  keuangan.

4. Koordinasi dalam pelayanan terutama rujukan, diperlukan pemberian informasi

keadaan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan sebelum pasien ditranportasi ke RS

tujuan.

Hal-hal khusus

1. Petunjuk Pelaksanaan Permintaan dan Pengiriman bantuan medik dari RS rujukan.

2. Protap pelayanan Gadar di tempat umum.

3. Pedoman pelaporan Penilaian Awal/Cepat.

PUBLIC SAFETY CENTER

Diadakannya PSC dilandasi aspek time management sebagai implementasi

time saving is life and limb saving yang mengandung unsur kecepatan atau quick

respons dan ketepatan berupa mutu pelayanan yang sesuai standar. Unsur kecepatan

dipenuhi oleh subsistem transportasi dan komunikasi handal sedang unsur ketepatan

dipenuhi oleh kemampuan melakukan pertolongan penderita gadar (PPGD) meliputi

basic life support dan advance life support sesuai masalah yang dihadapi. Pelayanan

bersifat gratis dan begitu sampai RS, berlaku sistem pembayaran yang berlaku. Awak

ambulans PSC berstandar BLS dan ALS.

Peran Dirjen Bina Yanmed Depkes

Tujuan pembangunan kesehatan antaranya memperbaiki kualitas pelayanan diseluruh

daerah dan seluruh fasilitas pelayanan. Pelayanan medik diberikan pada individu

Page 10: MAKALAH BENCANA MASSAL

berupa upaya promotif, kuratif dan rehabilitatif yang bersifat continuum (terus

menerus). Pela-yanan medik dasar berupa pencegahan primer (health promotion dan

specific protection) oleh tenaga medik maupun non medik. Pencegahan sekunder

berupa deteksi dini dan pengobatan serta pembatasan cacad, serta pencegahan tertier

berupa rehabilitasi medik maksimal oleh dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan

lain. Yanmed dasar merupakan basis dari sistem rujukan medik spesialistik.

Hubungan Kebijakan Depkes dengan pelayanan pada masyarakat

Arah dan kebijakan pembangunan kesehatan yang ditetapkan Menkes lebih

menekankan pada upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan tanpa mengabaikan

pelayanan penyembuhan dan rehabilitasi untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2010.

Berdasar PP 25/2000 tentang kewenangan Pemerintah dan kewenangan propinsi dan

Kepmenkes 130/2000 tentang Organisasi dan cara kerja Depkes, maka yanmed dalam

pembangunan kesehatan memerlukan :

1. Penetapan pedoman sertifikasi teknologi yanmed.

2. Penetapan pedoman penerapan, penapisan dan pengembangan teknologi dan

standar etika medik.

3. Penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana yanmed.

4. Penetapan standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga kesehatan.

5. Penetapan pedoman pembiayaan yanmed.

Paradigma yanmed unggulan menganut pada (mengacu pada dasar-dasar bangkes

tsb.):

1. Pergeseran orientasi dari professional driven menjadi client driven, klien yang

semula objek menjadi subjek pelayanan. Otonomi klien sangat diutamakan seperti

pada informed consent yang berupa pemberian informasi timbal balik seimbang.

Hubungan provider dan client  merupakan dasar yanmed. Kepuasan klien merupakan

fokus pelayanan yang menjamin kesembuhan, penurunan keluhan dan atau

peningkatan kesehatan. Client driven approach merupakan lingkungan kondusif

dalam menciptakan budaya mutu dari institusi yanmed.

2. Yanmed terintegrasi adalah pelayanan holistic-continuum yang akan meningkatkan

mutu dan efisiensi pelayanan, termasuk pertimbangan biaya. Manajemen profesional

memacu sinergi seluruh sumber daya.

3. Evidence based medicine adalah yanmed yang dilaksanakan profesional mengacu

pada fakta yang benar, dapat dipercaya yang diinformasikan pada klien dan akan

melandasi keputusan dan tindakan profesional yanmed.

Page 11: MAKALAH BENCANA MASSAL

4. Medicine by law. Industri pelayanan medik mengandung unsur ekonomi, sosial,

profesional. Transaksi yanmed tidak sama dengan transaksi umum yang mengandung

kepastian. Walaupun pasien ditangani lege artis dapat saja terjadi kematian dan

kecacadan. Undang-undang perlindungan konsumen tidak dapat diterapkan dalam

yanmed. Untuk itu hukum yanmed perlu dikembangkan secara adil baik dari sisi

provider maupun klien. Hukum dan perundangan  dalam yanmed tsb. sebagi landasan

medicine by law yang merupakan risk management menuju pelayanan prima.

Hubungan kebijakan Depkes dengan PSC

Menyediakan pelayanan prima pra RS. Menyediakan dokter yang memiliki

kemampuan BLS dan ALS. Mengusahakan geomedic mapping yang merupakan

pemetaan sumberdaya sarana dan prasarana kesehatan (SDM, biaya, teknologi) serta

lokasi permasa-lahan, akan mempermudah koordinasi dan penggerakan sumberdaya

kesehatan dan non kesehatan.    Pelayanan yang baik terkait dengan komunikasi dan

transportasi terutama dalam bencana.  Koordinasi dengan polisi/SAR-PMK

diperlukan. Koordinasi dengan unsur yang ditetapkan pemerintah yaitu

Bakornas/Banas, Satkorlak, Satlak PBP hingga terjadi sinergi, efisiensi dan mutu

penanggulangan.

Strategi pembentukan dan pengembangan PSC

1. Administrasi dan manajemen. Pengembangan visi, misi, strategi, kebijakan dan

langkah-langkah. Memuat berbagai peraturan perundangan pembagian tugas

kewajiban kewenangan dan tanggung-jawab antara unsur struktural tingkat pusat,

propinsi, kabupaten-kota, termasuk sarana-prasarana yang berhubungan dengan

transportasi, maupun yankes pra RS hingga RS Diperlukan peran serta awam, awam

khusus, asuransi, yang akan terkait dalam mengatur prosedur dan hubungan kerja.

Pengembangan standar pelayanan, skreditasi dan srtifikasi PSC dipelukan.

Dikembangkan hubungan kerja-sama (partnership, networking,

communicating,sharing) dengan instansi terkait yang berperan pada PSC.

2. SDM. Memacu sistem perencanaan pengadaan, pemanfaatan serta

pengembangannya sehingga tercipta hubungan yang tepat, link and match, dengan

kebutuhan setempat. SDM didapat dari pengembangan nasional atau daerah.

Profesionalisme diatur perun-dangan. Dibuat ketentuan tentang sertifikasi, ijazah

keahlian, akreditasi diklat serta penataan jabatan struktural dan fungsional yang

Page 12: MAKALAH BENCANA MASSAL

proporsional. Dikembangkan emergency and disaster medicine untuk memenuhi

kebutuhan daerah/nasional.

3. Teknologi. Pengembangan teknologi medik dan non medik dan penunjangnya.

Melalui sistem penapisan, pemanfaatan, modifikasi serta penguasaannya terencana.

4. Pembiayaaan. Baik terhadap public goods, public private maupun private goods

ditata melalui sistem prabayar seperti JPKM, asuransi, out of pocket, subsidi.

Kata kunci perencanaan terbentuknya PSC, merupakan unsur essensial PSC yang

akan menjamin terwujudnya SC, al:

1. Save community.

2. Time saving is life and limb saving.

3. Preparedness, prevention, mitigation, quick response dan rehabilitation.

4. Administrasi-manajemen, SDM, teknologi dan pembiayaan.

TANGGAP DARURAT BENCANA

Pengertian

1. Korban massal. Korban relatif banyak akibat penyebab yang sama dan perlu

pertolongan segera dengan kebutuhan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih dari yang

tersedia. Tanpa kerusakan infra struktur.

2. Bencana. Mendadak / tidak terencana atau perlahan tapi berlanjut, berdampak pada

pola kehidupan normal atau ekosistem, hingga diperlukan tindakan darurat dan luar

biasa untuk menolong dan menyelamatkan korban dan lingkungannya. Korban

banyak, dengan kerusakan infra struktur.

3. Bencana kompleks. Bencana disertai permusuhan yang luas, disertai ancaman

keamanan serta arus pengungsian luas. Korban banyak, kerusakan infra struktur,

disertai ancaman keamanan.

Masalah saat bencana

1. Keterbatasan SDM. Tenaga yang ada umumnya mempunyai tugas rutin lain

2. Keterbatasan peralatan / sarana. Pusat pelayanan tidak disiapkan untuk jumlah

korban yang besar.

3. Sistem Kesehatan. Belum disiapkan secara khusus untuk menghadapi bencana.

Page 13: MAKALAH BENCANA MASSAL

Fase pada Disaster Cycle

1. Fase Impact / bencana. Korban jiwa, kerusakan sarana-prasarana, infra struktur,

tata- nan sosial sehari-hari.

2. Fase Acute Response / tanggap segera :

a. Acute emergency response. Rescue, triase, resusitasi, stabilisasi, diagnosis, terapi

definitif.

b. Emergency relief. Mamin, tenda untuk korban sehat.

c. Emergency rehabilitation. Perbaikan jalan, jembatan dan sarana dasar lain untuk

pertolongan korban.

3. Recovery. Pemulihan.

4. Development. Pembangunan.

5. Prevention. Pencegahan.

6. Mitigation. Pelunakan efek bencana.

7. Preparedness. Kesiapan menghadapi bencana.

Perlindungan diri bagi petugas

Prinsip Safety.

a. Do no further harm.

b. Safety diri saat respons kelokasi. Alat pengaman, rotator selalu hidup, sirine hanya

saat mengambil korban, persiapan pada kendaraan, parkir 15 m dari lokasi (ke

bakaran : 30 m,perhatikan arah angin).

c. Safety diri ditempat kejadian. Minimal berdua. Koordinasi dengan fihak terkait,

cara mengangkat pasien, proteksi diri.

d. Safety lingkungan. Waspada bahaya yang mengancam.

Protokol Safety

1. Khusus.

Atribut, tanda pengenal posko-ambulans, perangkat komunikasi khusus tim, jaring

kerjasama dengan keamanan, hanya masuk daerah yang dinyatakan aman. Pada

daerah konflik hindari menggunakan kendaraan keamanan, ambil jarak

dengan petugas keamanan. Utamakan pakai kendaraan kesehatan / PMI.

2. Umum.

Koordinasi dengan instansi setempat, KIE netralitas, siapkan jalur penyelamatan diri

yang hanya diketahui tim, logistik cukup, kriteria kapan harus lari.

Page 14: MAKALAH BENCANA MASSAL

Posko Pelayanan Gadar Bencana

1. Penyediaan posko yankes oleh petugas yang berhadapan langsung dengan

masyarakat. Perhatikan sarat-sarat mendirikan posko.

2. Penyediaan dan pengelolaan obat.

3. Penyediaan dan pengawasan makanan dan minuman.

 

Rapid Health Assessment (RHA)

Pengertian

Penilaian kesehatan cepat melalui pengumpulan informasi cepat dan analisis

besaran masalah sebagai dasar mengambil keputusan akan kebutuhan untuk tindakan

penanggulangan segera.

Tujuan RHA

Penilaian cepat sesaat setelah kejadian untuk mengukur besaran masalah

kesehatan akibat bencana atau pengungsian, hasilnya berbentuk rekomendasi untuk

digunakan dalam pengambilan keputusan penanggulangan kesehatan selanjutnya.

Secara khusus menilai jenis bencana, lokasi, penduduk terkena, dampak yang telah /

akan terjadi, kerusakan sarana yang menimbulkan masalah, kemampuan sumberdaya

untuk mengatasi masalah, kemampuan respons setempat.

Variabel :

Lokasi, waktu kejadian, jumlah korban dan penyebarannya, lokasi pengungsian,

masalah kesehatan dan dampaknya (jumlah tewas, jumlah luka, jumlah kerusakan

sarana, endemisitas setempat, potensi air bersih, kesiapan sarana yankes, ketersediaan

logistik, upaya kesehatan yang telah dilakukan, fasilitas evakuasi, kesiapan tenaga,

geografis, bantuan awal yang diperlukan, kemampuan respons setempat, hambatan

yang ada).

Pengumpulan data

1. Waktu. Tergantung jenis bencana.

2. Lokasi. Lokasi bencana, penampungan, daerah sekitar sebagai sumber daya.

3. Pelaksana / Tim RHA. Medis, epidemiologi, kesling, bidan/perawat, sanitarian

yang bisa bekerjasama dan memiliki kapasitas mengambil keputusan.

Page 15: MAKALAH BENCANA MASSAL

Metode RHA

Pengumpulan data dengan wawancara dan observasi langsung.

Analisis RHA

Diarahkan pada faktor risiko, penduduk yang berisiko, situasi penyakit dan budaya

lokal, potensi sumber daya lokal, agar diperoleh gambaran.

1. Luasnya lokasi, hubungan transportasi dan komunikasi, kelancaran evakuasi,

rujukan dan pertolongan, dan pelayanan kesehatan.

2. Dampak kesehatan (epidemiologi). Angka kematian-luka, angka yang terkena dan

perlu  pertolongan, penyakit menular berpotensi KLB.

3. Potensi sarana pelayanan. Kemampuan sarana kesehatan terdekat.

4. Potensi sumber daya kesehatan setempat dan kemugkinan mendapatkan bantuan.

5. Potensi sumber air dan sanitasi.

6. Kesediaan logistik. Yang masih ada dan yang diperlukan.

Rekomendasi

Berdasar analisis. Segera disampaikan pada yang berwenang mana yang bisa diatasi

sendiri, mana yang perlu bantuan.

Obat-bahan-alat, medik-paramedik-surveilans-sanling, pencegahan-immunisasi, ma-

min, sanling, kemungkinan KLB, koordinasi, jalur komunikasi, jalur koordinasi,

bantuan lain untuk mendukung kecukupan dan kelancaran pelayanan.

 

Page 16: MAKALAH BENCANA MASSAL

PUSTAKA

1. Seri Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) / General Emergency Life Support

(GELS) : Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Cetakan ketiga. Dirjen

Bina Yanmed Depkes RI, 2006.

2. Tanggap Darurat Bencana (Safe Community modul 4). Depkes RI, 2006.