makalah manajemen bencana
-
Upload
dian-kurniasari -
Category
Documents
-
view
834 -
download
41
Transcript of makalah manajemen bencana
MAKALAH PENANGGULANGAN BENCANA
TSUNAMI ACEH
Dibuat sebagai Syarat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kesehatan Lingkungan Pemukiman dan Industri
Disusun Oleh:
Dian Kurniasari 25010111130111
Awanda Shafa 25010111130112
Zulinar Firdaus 25010111130113
Mellytia Ayu K 25010111130114
Laksmi Prihastiwi 25010111130115
Sudiyanti 25010111130117
Esti Supriatin 25010111130118
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat penyertaan dan
bimbingan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas pada
mata kuliah Kesehatan Lingkungan Pemukiman dan Industri dengan judul makalah
“Makalah Penanggulangan Bencana Tsunami Aceh”
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
dari mata kuliah Kesehatan Lingkungan Pemukiman dan Industri.Penulis
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
untuk perbaikan makalah ini.
Semarang,13 Mei 2013
PENULIS
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................... i
Kata Pengantar .............................................................................. ii
Daftar isi ........................................................................................ iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Bencana .............................................................. 3
B. Mitigasi Bencana .................................................................. 4
C. Koordinasi dan Manajemen Bencana..................................................... 6
D. Tombolo ................................................................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 11
B. Saran ...................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai bencana yang telah terjadi di Indonesia memberikan banyak
pembelajaran bagi masyarakat Indonesia dan dunia bahwa banyaknya korban jiwa
dan harta benda dalam musibah tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan dan
ketidaksiapan masyarakat dalam mengantisipasi bencana. Disamping itu, kejadian-
kejadian bencana tersebut pun semakin menyadarkan banyak pihak tentang
pentingnya perencanaan dan pengaturan dalam penanggulangan bencana.
Pengalaman terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Nias
(Sumatera Utara) tahun 2004 telah membuka wawasan pengetahuan di Indonesia dan
bahkan di dunia. Kejadian tersebut mengubah paradigma manajemen penanggulangan
bencana dari yang bersifat tanggap darurat menjadi paradigma pencegahan dan
pengurangan risiko bencana (PRB). Penyelenggaraan penanggulangan bencana di
Indonesia dilakukan pada berbagai tahapan kegiatan dan intervensi, yang berpedoman
pada kebijakan pemerintah yaitu Undang-Undang No.24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah terkait lainnya. Pentingnya
pemahaman mengenai manajemen bencana akan menjadi landasan atau dasar dalam
mengembangkan intervensi pengurangan risiko bencana dalam penanggulangan
bencana.
Pengalaman terjadinya bencana di berbagai daerah, baik bencana alam dan
non alam membuktikan bahwa wilayah Indonesia sangat berpotensi tinggi terhadap
bencana. Kejadian bencana tsunami di Aceh, Nias, Pangandaran, dan gempa bumi di
Yogyakarta, Padang dan Mentawai, serta banjir bandang di Wasior, Irian Jaya
merupakan beberapa bencana yang pernah terjadi di Indonesia. Hal ini menunjukkan
faktor-faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya bencana selain kondisi alam
adalah kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap bencana.
1
Indonesia terletak pada tiga lempeng bumi ( Indo-Australia, Eurasia dan
Pasifik) sehingga dari posisi geografis ini memberikan dampak keuntungan dengan
berlimpahnya sumberdaya alam seperti minyak bumi, batu bara, lautan dan hutan
yang luas, namun sebaliknya juga bahaya bagi makhluk hidup yang tinggal di
atasnya.
Berbagai macam bahaya yang berpotensi menimbulkan bencana memiliki
karakteristik yang berbeda, sehingga penanganan terhadap setiap bencana pun
berbeda. Untuk itu, identifikasi karakteristik dan potensi bencana baik yang ada di
Indonesia maupun lingkungan sekitar sangat diperlukan sebagai pengetahuan
terhadap pengurangan risiko bencana.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut bencana ?
2. Apa upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan jumlah korban
bencana ?
3. Apa yang diperlukan dalam koordinasi dan manajemen penanganan
bencana?
4. Apa yang dimaksud tombolo?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bencana
Bencana adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang
mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya
kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan
luar biasa dari pihak luar. (Depkes RI).
Bencana adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan
ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau
pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar
masyarakat atau wilayah yang terkena. (WHO)
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. (UU Nomor 24 Tahun 2007).
Bencana dibagi 3:
1. Bencana alam, yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempabumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah longsor
2. Bencana non-alam, yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial, yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
3
Tsunami
Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang. Tsu berarti "pelabuhan", dan nami
berarti "gelombang", sehingga tsunami dapat diartikan sebagai "gelombang
pelabuhan". Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh
macam-macam gangguan di dasar samudra. Gangguan ini dapat berupa gempa bumi,
pergeseran lempeng, atau gunung meletus. Tsunami tidak kelihatan saat masih berada
jauh di tengah lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang
bergerak cepat ini akan semakin membesar.
Tsunami juga sering disangka sebagai gelombang air pasang. Ini karena saat
mencapai daratan, gelombang ini memang lebih menyerupai air pasang yang tinggi
daripada menyerupai ombak biasa yang mencapai pantai secara alami oleh tiupan
angin. Namun sebenarnya gelombang tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan
peristiwa pasang surut air laut. Karena itu untuk menghindari pemahaman yang salah,
para ahli oseanografi sering menggunakan istilah gelombang laut seismik (seismic
sea wave) untuk menyebut tsunami, yang secara ilmiah lebih akurat.
B. Mitigasi Bencana
Mitigasi yaitu usaha untuk mengurangi dan / atau meniadakan korban dan
kerugian yang mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan pada tahap sebelum
terjadinya bencana, yaitu terutama kegiatan penjinakan / peredaman atau dikenal
dengan istilah mitigasi. Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis
bencana, baik yang termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun
bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster).
Tujuan utama mitigasi ini adalah sebagai berikut :
1. Mengurasi resiko berkurangnya korban jiwa
2. Sebagai landasan untuk perencaan pembangunan.
3. Memberitahukan masyarakat dampak dan usaha untuk mengurangi dampak
bencana alam.
4
Mitigasi Tsunami
Tsunami tidak mungkin dicegah, tetapi mungkin dikurangi resikonya.
Tindakan untuk mengurangi resiko bencana tsunami dapat diklasifikasikan menjadi 4
kelompok, yaitu :
1. Sistem peringatan dini, meliputi segala kegiatan yang berkaitan dengan
deteksi dini penyebab tsunami, kemungkinan timbulnya tsunami, prediksi
penyebaran tsunami, penyampaian informasi secara tepat dan akurat. Dengan
sistem peringatan dini yang mapan, proses evakuasi dapat dilakukan sedini
mungkin sebelum gelombang tsunami mencapai wilayah-wilayah yang
bersangkutan.
2. Prosedur evakuasi, meliputi segala kegiatan yang berkaitan dengan
pemindahan penduduk ke wilayah yang aman sebelum gelombang tsunami
mencapai area yang bersangkutan. Termasuk dalam hal ini adalah pendidikan
kepada masyarakat mengenai tanda-tanda datangnya gelombang tsunami,
latihan evakuasi secara regular untuk melatih reflek masyarakat melakukan
penyelamatan diri, simulasi dan perencanaan jalur-jalur evakuasi yang paling
efisien, serta pembuatan bangunan khusus untuk penyelamatan diri. Dengan
prosedur evakuasi yang efektif dan efisien, jumlah korban dapat
diminimalkan.
3. Perlindungan pantai, meliputi segala kegiatan yang berkaitan dengan upaya
mengurangi atau meredam energi gelombang tsunami di wilayah pantai
sehingga limpasan energi gelombang tsunami ke arah daratan dapat
diminimalkan. Termasuk dalam hal ini adalah perencanaan, perancangan, atau
rekayasa bangunan peredam gelombang dari batu, beton, atau peredam alami
dari tanaman pantai. Apabila rancangan komposisinya tepat, maka struktur
peredam gelombang tersebut dapat mengurangi tinggi limpasan gelombang
semaksimal mungkin.
4. Perencanaan tata ruang pantai, meliputi kegiatan penetapan wilayah
pemukiman dan industri yang aman dari serangan gelombang tsunami, serta
pembuatan model tata ruang kampung pantai yang memudahkan evakuasi
5
apabila terjadi serangan gelombang tsunami, namun tetap mendukung aktifitas
masyarakat secara umum. Dengan demikian, maka kerugian yang mungkin
timbul akibat limpasan gelombang Tsunami telah dapat diminimalkan sejak
awal.
C. Koordinasi dan Manajemen Bencana
Manajemen bencana pada dasarnya berupaya untuk menghindarkan
masyarakat dari bencana baik dengan mengurangi kemungkinan munculnya hazard
maupun mengatasi kerentanan.
Manajemen bencana sebagai sebuah kepentingan publik yang bertujuan untuk
mengurangi korban nyawa dan kerugian harta benda. Substansi dari manajemen
bencana ini adalah adanya suatu langkah konkrit dalam mengendalikan bencana
sehingga korban yang tidak diharapan dapat terselamatkan, dan upaya untuk
pemulihan pasca bencana dapat dilakukan dengan cepat dan efektif. Manajemen
bencana yang didefinisikan sebagai aplikasi ilmu pengetahuan yang secara sistematik
mengamati dan menganalisis bencana yang meliputi tahapan : pencegahan, mitigasi,
perencanaan sistematis terhadap keadaan darurat, tanggap darurat, dan recovery
(rekonstruksi) sebagai siklus. Pada kasus tsunami, beberapa bidang khusus
pengelolaan yang perlu diperhatikan meliputi :
1. Kerusakan yang berat dan berkala besarmenyebabkan pula perlunya segera
dilakukannya pencarian dan penyelamatan, serta bantuan obat-obatan dan
penampungan sementara dalam skala yang besar pula.
2. Masalah politis agar dapat dipinggirkan sementara agar dapat memudahkan
akses dan pergerakan bantuan kemanusiaan.
3. Kerusakan infrastruktur dan gangguan fasilitas pelayanan umum menjadi
prioritas untuk segera dipulihkan agar dampak sosial tidak membesar.
4. Recovery mencakup perbaikan dan pembangunan kembali memerlukan energi
dan biaya yang tinggi, serta waktu yang lama
5. Kejadian yang jarang menyebabkan kesulitan dalam meningkatkan kepedulian
masyarakat dan usaha mitigasi pada saat kondisi normal
6
Dalam upaya menerapkan manajemen penanggulangan bencana, dilaksanakan
melalui 3 tahapan sebagai berikut:
1. Tahap pra-bencana yang dilaksanakan ketika sedang tidak terjadi bencana dan
ketika sedang dalam ancaman potensi bencana
2. Tahap tanggap darurat yang dirancang dan dilaksanakan pada saat sedang
terjadibencana.
3. Tahap pasca bencana yang dalam saat setelah terjadi bencana.
Dalam keseluruhan tahapan penanggulangan bencana tersebut, ada 3
manajemen yang dipakai yaitu :
1. Manajemen Risiko Bencana
Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada
faktor-faktor yang mengurangi risiko secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan
menyeluruh pada saat sebelum terjadinya bencana dengan fase-fase antara lain :
a) Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman
bencana.
b) Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
c) Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Dalam fase ini juga
terdapat peringatan dini yaitu serangkaian kegiatan pemberian
peringatan sesegera mungkin kepadamasyarakat tentang kemungkinan
terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang
2. Manajemen Kedaruratan
Manajemen kedaruratan adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana
dengan penekanan pada faktor-faktor pengurangan jumlah kerugian dan korban serta
7
penanganan pengungsi secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh pada
saat terjadinya bencana dengan fase nya yaitu :
a) Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan
sarana.
3. Manajemen pemulihan
Manajemen pemulihan adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana
dengan penekanan pada faktor-faktor yang dapat mengembalikan kondisi masyarakat
dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali
kelembagaan, prasarana, dan sarana secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan
menyeluruh setelah terjadinya bencana dengan fase-fasenya nya yaitu :
a) Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pasca bencana.
b) Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana
dansarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada
tingkatpemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh
danberkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya,
tegaknya hokum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat
dalam segalaaspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah
pascabencana.
Untuk menangani masalah bencana dikenal dengan penanggulangan bencana
yaitu siklus kegiatan yang saling berkaitan mulai dari pencegahan, kegiatan mitigasi,
kegiatan kesiapsiagaan, kegiatan tanggap darurat, kegiatan pemulihan serta kegiatan
8
pembangunan. Semua kegiatan dari tanggap darurat , pengumpulan data dan
informasi serta pembangunan merupakan kegiatan dalam menghadapi kemungkinan
bencana.Tahap ini saling berkaitan dan merupakan lingkaran atau siklus dalam
manajemen bencana.
Secara periodik, Indonesia membangun sistem nasional penanggulangan
bencana. Sistem nasional ini mencakup beberapa aspek antara lain :
1. Legislasi
Dari sisi legislasi, Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Produk hukum di
bawahnya antara lain Peraturan Pemerintah , Peraturan Presiden, Peraturan Kepala
Kepala Badan, serta peraturan daerah.
2. Kelembagaan
Kelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan non formal. Secara formal,
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan focal point lembaga
pemerintah di tingkat pusat. Sementara itu, focal point penanggulangan bencana di
tingkat provinsi dan kabupaten/kota adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD).
Dari sisi non formal, forum-forum baik di tingkat nasional dan lokal dibentuk
untuk memperkuat penyelenggaran penanggulangan bencana di Indonesia. Di tingkat
nasional, terbentuk Platform Nasional (Planas) yang terdiri unsur masyarakat sipil,
dunia usaha, perguruan tinggi, media dan lembaga internasional. Pada tingkat lokal,
kita mengenal Forum PRB Yogyakarta dan Forum PRB Nusa Tenggara Timur.
3. Pendanaan
Saat ini kebencanaan bukan hanya isu lokal atau nasional, tetapi melibatkan
internasional. Komunitas internasional mendukung Pemerintah Indonesia dalam
membangun manajemen penanggulangan bencana menjadi lebih baik. Di sisi lain,
kepedulian dan keseriusan Pemerintah Indonesia terhadap masalah bencana sangat
tinggi dengan dibuktikan dengan penganggaran yang signifikan khususnya untuk
pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan.
9
Berikut beberapa pendanaan yang terkait dengan penanggulangan bencana di
Indonesia:
a) Dana DIPA (APBN/APBD)
b) Dana Kontijensi
c) Dana On-call
d) Dana Bantual Sosial Berpola Hibah
e) Dana yang bersumber dari masyarakat
f) Dana dukungan komunitas internasional
D. Tombolo
Tombolo adalah tanggul pasir alami yang menghubungkan daratan dengan
pulau yang berada dekat pantai. Tombolo dapat terbentuk pada laut dangkal yang
tidak terganggu oleh arus laut. Tombolo adalah gundukan pasir yang muncul bisa
secara alami dan buatan karena pengaruh gelombang yang mengalami difraksi,
biasanya terjadi pada pesisir pantai. (bagus,2012).
Gb. Tombolo
Pembuatan off shore breakwater sangatlah berperan penting dalam menjaga
kesetabilan pantai, fungsi utama dari pembuatan breakwater lepas pantai pada
umumnya sebagai penahan dari kekuatan gelombang yang besar yang bisa
berdampak pada erosi dan abrasi pesisir pantai, bahkan dewasa kini pemanfaatan off
shore breakwater sudah dialih fungsikan sebagai penangkap sedimen tersuspensi agar
menjaga kesetabilan pantai dan sebagai pembuat daerah baru yang bisa digunakan
dengan baik, karena off shore breakwater ini bisa menciptakan daerah baru yang
sering disebut tombolo dari hasil penjebakan pada sedimen tarsuspensi sehingga akan
terlihat adanya perubahan garis pantai yang drastis.
10
Mekanis terbentuknya tombolo pada suatu daerah pesisir adalah gelombang
yang besar akan menjalar dari perairan dalam ke perairan dangkal, karena efek
sholing maka gelombang akan mengalami refraksi gelombang, karena adanya
bangunan pantai yaitu off shore breakwater maka gelombang yang menjalar tersebut
akan membentur dinding penghalang adapun efek yang terjadi adalah difraksi dan
refraksi, gelombang yang mengalami difraksi adalah gelombang yang membentur di
ujung off shore breakwater dan akan mengalami pembelokan gelombang dan arus
kebelakang breakwater tersebut, kareana gelombang membawa partikel sedimen
maka suspensi tersebut akan terperangkap pada bagian belakang off shore breakwater
tersebut dan terbentuklah tombolo yang bisa dikatakan mempengaruhi perubahan
garis pantai, yaitu menambah atau majunya jarak garis pantai.
Dalam pembentukan tombolo aliran sedimen sepanjang pantai baik dari
daratan utama maupun dari lepas pantai mempunyai peranan yang penting. Arah
aliran sedimen dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain arah arus laut ,
kedalaman laut, morfologi pantai dan perairan, serta bentuk dan kedudukan pulau
terhadap garis pantai daratan utama.
Pembentukan tombolo ada di Dubai Jumeirah Beach, Dubai, di daerah marine
parade road victoria jr college, Singapura. Di Indonesia kenampakan tombolo dan
tanjung dapat dijumpai di Pulau Bali dengan pulau kecil di bagian selatan dan Selat
Muria dengan Kendeng Utara. Dahulu kala, Pulau Muria dan Pulau Lasem
merupakan suatu pulau yang terpisah dari daratan Pulau Jawa. Laut yang
memisahkan adalah Selat Muria, akibat proses pengangkatan dan sedimentasi laut
(Tombolo), akhirnya tersambung menjadi bagian dari Pulau Jawa. Wilayah sempit
Jimbaran merupakan tombolo yang menghubungkan Pulau Bali dengan pulau kecil di
bagian selatan.
Dataran tombolo/selat muria berpotensi terhadap bencana banjir. Hal ini
disebabkan oleh :
1. Merupakan suatu hamparan dataran yang cukup luas,
2. Kemiringan muka tanah sangat kecil, aliran air sungai tidak dapat mencapai
laut dengan cepat,
11
3. Jaringan sungai pematus (drainage channel) relatif sedikit,
4. Kemampuan pemeliharaan fungsi sungai terbatas (termasuk perawatan
tanggul-tanggul, pintu pengatur, dll),
5. Kesadaran masyarakat dalam memelihara fungsi sungai perlu ditingkatkan,
khususnya yang tinggal di sekitar sungai-sungai.
Salah satu penyebab utama wilayah tombolo sering mengalami banjir adalah
adanya penyempitan sungai contohnya di daerah Pegunungan Muria dan Kendeng
Utara. Dalam peta Jawa Dwipa yang menggambarkan Jawa pada zaman purba
(Sejarah Kawitane Wong Jawa lan Wong Kanung, 1930), Jawa Tengah bagian timur
terbagi menjadi kawasan Pegunungan Muria dan Nusa Kendeng. Kedua pegunungan
itu dipisahkan Selat Muria, yang endapan dan rawa-rawanya kini menjadi Kudus dan
Pati. Proses pengendapan terjadi mulai abad XVI.
Kawasan-kawasan itu dialiri sejumlah sungai besar, seperti Sungai Juwana di
Pati serta Sungai Wulan, Babalan, Logung, Jeratun, Piji, Gelis, Praholo, dan Ngembal
di Kudus. Dari semua sungai itu yang merupakan sungai purba adalah Sungai
Juwana, Babalan, dan Jeratun (keduanya disebut Bengawan Juana), dan Sungai
Wulan (Kali Tanggulangin).
Sekarang ini, kondisi sungai-sungai utama tersebut sangat memprihatinkan
karena semakin menyempit dan mendangkal. Sehingga ketika intensitas air hujan
yang turun berlebihan, sungai-sungai tersebut tidak bisa menampung air dan meluap.
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan ini adalah dengan normalisasi
Sungai Juwana yang dilakukan sejak tahun 2009, namun hingga sekarang pun belum
mampu mengatasi banjir sehingga perlu penanganan dari hulu hingga hilir. Selain itu
penghijauan di daerah pegunungan Muria juga mulai di tegakkan. Mereka
menerapkan pertanian berbasis agro forestry atau tumpangsari wanatani dan
diversifikasi usaha pertanian. Untuk tanaman tegakan, mereka menanam jati, sengon,
dan mahoni di hutan rakyat, lahan pertanian terbuka, bantaran sungai, daerah sekitar
sumber mata air, dan lahan gundul. Adapun untuk tanaman penunjang ekonomi,
mereka membudidayakan kopi, kakao, kepulaga, bambu, dan jeruk pamelo.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan, yaitu :
1. Bencana adalah sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan) kesusahan,
kerugian, atau penderitaan
2. Tindakan untuk mengurangi resiko bencana tsunami, yaitu : sistem
peringatan dini, prosedur evakuasi, perlindungan pantai dan perencanaan
tata ruang pantai
3. Manajemen bencana meliputi tahapan : pencegahan, mitigasi,
perencanaan sistematis terhadap keadaan darurat, tanggap darurat, dan
recovery (rekonstruksi) sebagai siklus.
4. Tombolo adalah tanggul pasir alami yang menghubungkan daratan
dengan pulau yang berada dekat pantai. Contoh: daerah Selat Muria
dengan Kendeng Utara. Daerah ini rawan terjadi banjir. Upaya yang telah
dilakukan adalah penghijauan dan dengan normalisasi sungai.
B. Saran
Posisi Indonesia yang terletak pada tiga lempeng bumi ( Indo-Australia,
Eurasia dan Pasifik) mengakibatkan Indonesia rawan terjadi bencana. Oleh sebab itu
pengetahuan menegenai manajemen bencana diperlukan untuk mengurangi resiko
bencana.
13