sumber daya manusia
-
Upload
ika-ramound -
Category
Documents
-
view
79 -
download
3
description
Transcript of sumber daya manusia
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Salah satu asset penting bagi perusahaan adalah sumber daya
manusia (SDM), manusia memiliki kemampuan yang sangat berbeda
dengan sumber daya lainnya. Setiap sumber daya yang ada di
perusahaan, hanya manusialah yang dapat menggerakkannya. Karena
itulah setiap perusahaan berusaha agar sumber daya manusia di
dalamnya dapat memberikan kontribusi yang maksimal agar bisa
mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Faktor pendidikan formal tidaklah menjamin bahwa setiap
manusia akan memberikan kontribusi maksimal terhadap perusahaan
tempat dimana dia bekerja, juga bukanlah ditentukan oleh kecerdasan
intelektual dan kemampuan manusia tersebut, kontribusi maksimal bisa
ditentukan dengan kecerdasan emosional manusia tersebut. Seorang
ahli bernama Goleman mengemukakan bahwa keberhasilan seseorang
20% ditentukan oleh IQ dan 80% lainnya diisi dengan kekuatan-
kekuatan lain yang diantaranya adalah Emotional Inteligence. (Martin,
2005).
Istilah kecerdasan emosional pertama kali dimunculkan oleh John
Mayer dari Universitas Hampshire dan Peter Salovey dari Universitas
Yale pada tahun 1990, kecerdasan emosional mereka gambarkan
sebagai kemampuan untuk mengenal arti emosi dan hubungannya,
serta menggunakannya untuk memecahkan masalah. (Nikolaou,
2002:327).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh goleman (1995 dan
1998) dan Boyatzis (1999) dasar dari kemampuan emosional adalah
kesadaran diri (self awareness) yaitu pengetahuan akan kemampuan
dan keterbatasan diri sendiri sekaligus pemahaman yang mendalam
akan faktor dan situasi yang dapat menyebabkan munculnya emosi
dalam diri. Dengan adanya kesadaran ini manusia dapat mengontrol
emosi dan perilaku serta memahami orang lain dengan lebih baik.
Selain kesadaran diri, manusia juga memiliki tiga komponen lain yang
membangun kecerdasan emosional seseorang yaitu pengelolaan diri,
kepekaan social dan keterampilan social.
Hasil penelitian Thomas J. Stanley, Ph.D,. yang dibukukan dengan
judul The Millionare mind membuktikan bahwa kecerdasan emosi,
spiritual dan social member kontribusi terhadap keberhasilan sebesar
90% dan intelektual hanya 10% (Darta, 2008). Goleman dalam bukunya
Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ juga
menyatakan bahwa keberhasilan seseorang ditentukan dengan
kecerdasan emosinya dan sisanya ditentukan oleh kecerdasan
intelektual dan istilah lama yaitu kecerdasan sosial digunakan kembali
oleh Goleman (2006).
Dalam perusahaan jasa misalnya, kecerdasan emosional muncul
dalam bentuk kemampuan untuk memahami kebutuhan dan keinginan
pelanggan, mengenali dan mengendalikan emosi diri, kemampuan
berempati, meyakinkan orang lain dan kemampuan dalam
berkomunikasi.
Goleman (1995) mempopulerkan pendapat pakar teori
kecerdasan bahwa ada aspek lain dalam diri manusia yang berinteraksi
secara aktif dengan aspek kecerdasan IQ untuk menentukan efektivitas
penggunaan kecerdasan yang konvensional. Aspek lain ini kemudian
dikenal dengan istilah kecerdasan emosional yang dikaitkan dengan
kemampuan untuk mengelola perasaan yaitu kemampuan untuk
mempersepsi situasi, bertindak sesuai dengan persepsi tersebut,
kemampuan untuk berempati dan lain-lain. Ketidakmampuan dalam
mengelola aspek rasa dengan baik akan menyebabkan
ketidakmampuan dalam menggunakan aspek kecerdasan konvensional
(IQ) secara efektif.
Studi yang dilakukan Goleman (1995) menyatakan kecerdasan
emosional adalah kemampuan untuk mengenal perasaan diri sendiri
dan perasaan orang lain agar dapat memotivasi diri dan mengelola
emosi yang terdapat dalam diri sendiri dan orang lain secara efektif.
Kecerdasan emosional dapat diamati ketika seseorang memperlihatkan
kemampuan yang terdiri dari kesadaran diri, pengelolaan diri, kepekaan
sosial dan pengelolaan hubungan pada waktu yang tepat dengan
frekuensi yang cukup untuk dapat efektif pada situasi tertentu.
(Boyatzis, 1999; Goleman, 1995 dan 1998). Sedangkan menurut Salovey
dan Mayer (1990) emotional intelligence menunjukkan pemahaman
akan perasaan diri sendiri, empati terhadap perasaan orang lain dan
penataan emosi sedemikan rupa sehingga bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas kehidupan kita.
Setelah penelitian yang dilakukan Salovey dan Mayer (1990)
muncullah peneliti lain yang mencoba untuk mengembangkan teori
tersebut di antaranya Martinez (1997) yang mendefinisikan emotional
intelligence adalah suatu kesatuan dari ketrampilan, kapabilitas dan
kompetensi yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Salovey dan Pizarro dalam
Lee dan Olszewski Kubilius (2006) menyatakan EI sebagai kemampuan
untuk mempersepsikan dan mengekspresikan emosi secara akurat dan
adaptif, kemampuan untuk memahami emosi dan pengetahuan
emosional, kemampuan menggunakan berbagai perasaan untuk
memfasilitasi pikiran dan kemampuan untuk mengemdalikan berbagai
emosi di dalam diri sendiri dan orang lain.
Tingkat kecerdasan emosional perlu diketahui, maka
dilakukanlah pengukuran terhadap kompetensi emosional yang dimiliki
seorang manusia, kompetensi emosional adalah kemampuan yang
dapat dipelajari berdasarkan kecerdasan emosional yang akan
memberikan kontribusi terhadap keefektifan kinerja seseorang
(Goleman, 1998).
Goleman (1998) mengemukakan 25 kompetensi emosional yang
dikelompokkan dalam lima dimensi yaitu self awareness, self regulation,
Motivation, emphaty dan social skills. Boyatziz (1999) kemudian
melakukan penelitian untuk mendapatkan tingkat reliabilitas dan
interkorelasi yang lebih baik daripada model kompetensi emosional
yang dikemukakan oleh Goleman (1998).
Pada table dibawah ini, dapat dilihat perbandingan
pengelompokan kompetensi emosional yang dilakukan Goleman (1998)
dan Boyatzis (1999).
Goleman (1998) Boyatzis (1999)
Self Awareness
Emotional Self Awareness
Accurate Self Assesment
Self Confidence
Self Awareness
Emotional Self Awareness
Accurate Self Assesment
Self Confidence
Self Regulation
Self Control
Trustworthiness
Conscientiousness
Self Management
Self Control
Trustworthiness
Conscientiousness
Adaptability
Innovation
Adaptability
Self Motivation
Achievement Orientation
Commitment
Initiative
Optimism
Achievement Orientation
Initiative
Empathy
Empathy
Organizational Awareness
Service Orientation
Developing Others
Leveraging Diversity
Social Awareness
Empathy
Organizational Awareness
Service Orientation
Social Skills
Leadership
Communication
Influence
Change Catalyst
Conflict Management
Building Bonds
Collaboration & Cooperation
Team Capabilities
Social Skills
Leadership
Communication
Influence
Change Catalyst
Conflict Management
Building Bonds
Teamwork & Coolaboration
Developing Others
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
a. Apakah benar kecerdasan emosional berpengaruh signifikan
terhadap prestasi kerja, keberhasilan dan kontribusi di dalam suatu
perusahaan?
b. Apakah benar kemampuan intelektual hanya menjadi pelengkap
bagi kecerdasan emosional dalam menentukan keberhasilan
seorang manusia dalam suatu perusahaan?
3. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap
prestasi kerja, dan kontribusi seorang karyawan dalam perusahaan.
b. Untuk mengetahui apakah keberhasilan kerja hanya dipengaruhi
kemampuan intelektual saja
4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu:
a. Bagi praktisi:
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para SDM
pada suatu perusahaan bahwa selain kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional juga berpengaruh pada keberhasilan serta
prestasi kerja.
b. Bagi akademisi:
Menjadi acuan penelitian selanjutnya tentangkecerdasan
emosional pekerja atau karyawan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Self Awareness
2.1.1 Pengertian Self Awareness
Kesadaran diri merupakan kecerdasan emosional (Goleman, 1995
dan 1998; Boyatzis, 1999). Jika seseorang mempunyai kemampuan ini,
mereka akan dapat mengenali emosi yang ada pada diri mereka.
Kemampuan untuk mengawasi perasaan setiap waktu penting bagi
wawasan psikologi pomahaman diri. Orang yang bisa mengendalikan
perasaan mereka adalah pemimpin bagi hidup mereka sendiri karena
memiliki pengawasan lebih terhadap perasaan mereka yang
sesungguhnya.
Dimensi kesadaran diri mengandung tiga kompetensi (Boyatziz,
1999) yaitu:
1. Emotional Awareness : mengenal emosi diri dan
pengaruhnya
2. Accurate Self Assesment : mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri
3. Self Confidence : pengertian yang mendalam akan kemampuan
diri
2.2 Self Management
2.2.1 Pengertian Self Management
Mengelola diri berarti menangani perasaan agar perasaan dapat
terungkap dalam tingkatan yang terkendali (Goleman, 1995 dan 1998).
Sifat ini sangat tergantung pada kesadaran diri seseorang. Orang yang
tanpa keterampilan ini akan terus bertarung dengan kemurungan yang
terjadi di kehidupannya, sedangkan orang yang berhasil dengan baik
dalam mengelola diri akan bergerak maju, dan menjauhi sifat2 buruk
yang membuat mereka jatuh ke dalam lubang yang dalam. Tujuan dari
kemampuan mengelola diri bukan menghancurkan perasaan yang tak
menyenangkan, tetapi tidak membiarkan perasaan yang tak
menyenangkan tersebut terus menerus menyelubungi kehidupan kita
selamanya, sehingga menghapus seluruh kebahagiaan kita.
Dimensi ini terdiri dari enam kompetensi (Boyatzis, 1999) yaitu:
1.Self-control: mengendalikan emosi-emosi gerakan-gerakan hati yang
mengganggu.
2.Trustworthiness : menjaga standar-standar kejujuran dan
integritas
3.Conscientiousness : bertanggung-jawab terhadap prestasi
pribadi
4.Adaptability : fleksibel dalam menghadapi perubahan
5.Achievement Orientation : berusaha keras untuk meningkatkan hasil
atau memenuhi standar kualitas yang
tinggi.
6.Initiative : selalu siap bertindak setiap ada peluang.
2.3 Social Awareness
2.3.1 Pengertian Social Awareness
Kemampuan untuk mengetahui, mengidentifikasi perasaan orang
lain, merupakan kemampuan yang juga berhubungan dengan
kesadaran diri (Goleman 1995 dan 1998; Boyatzis, 1999). Semakin kita
lihai dalam pembacaan emosi kita sendiri, maka akan semakin
terampil kita pada hal membaca perasaan. Membaca perasaan
seseorang dimulai dengan memperhatikan dan membaca pesan non
verbal seperti nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah dan lain-lain.
Orang yang empatik akan lebih cepat menangkap perasaan orang lain,
hal-hal yang tersembunyi, serta apa yang di inginkan orang tersebut.
Dimensi ini terdiri dari tiga kompetensi (Boyatzis, 1999) yaitu:
1. Empathy: mengerti perasaan orang lain dan memnberikan perhatian
secara aktif terhadap masalah-masalah orang lain.
2. Organizational Awareness: membaca keadaan emosional kelompok
dan kekuatan hubungan
3. Service Orientation: mengantisipasi, mengenal dan memenuhi
kebutuhan pelanggan
2.4 Social Skills
2.4.1 Pengertian Social Skills
Sebagian dalam membina hubungan merupakan kemampuan
dalam mengelola emosi orang lain. Seseorang yang memiliki
keterampilan ini, akan sangat sukses dalam bidang apa saja yang
berhubungan dengan sosialisasi terhadap orang disekitarnya.
Keterampilan ini cocok untuk pemimpin sebuah perusahaan, yang
membentuk hubungan antar sesama, menggerakkan dan mengilhami
orang lain, membina kedekatan hubungan, meyakinkan dan membuatt
orang-orang tersebut merasa nyaman. (Goleman, 1995 dan 1998).
Kompetensi yang yang termasuk dalam kompetensi ini adalah
(Boyatzis, 1999):
1. Leadership: membangkitkan rasa kepercayaan dan hormat serta
memandu individu dan kelompok.
2. Communication: mendengarkan dan mengirimkan pesan yang
meyakinkan.
3. Influence: menggunakan taktik yang efektif untuk membujuk
seseorang.
4. Change catalyst: memprakarsai atau mengelola perubahan
5. Conflict management: merundingkan dan menyelesaikan
perselisihan.
6. Building bonds: memelihara hubungan kerja
7.Teamwork & collaboration: bekerja-sama untuk mencapai tujuan
bersama. Menciptakan sinergi kelompok dalam mengejar tujuan
bersama.
8. Developing others: memahami kebutuhan-kebutuhan orang lain
untuk berkembang dan membantu mereka untuk meningkatkan
kemampuannya.
2.5 Prestasi Kerja
2.5.1 Pengertian aspek penilaian prestasi kerja
Menurut Dharma (2001:1) menyatakan bahwa prestasi kerja adalah
sesuatu yang dikerjakan atau produk dan jasa yang dihasilkan atau
diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang.
Menurut Rivai (2004:324), aspek – aspek penilaian prestasi
kerjadapat dikelompokkan menjadi:
1. Kemampuan teknis yaitu kemampuan menggunakan
pengetahuan, metode, teknik dan peralatan yang dipergunakan untuk
melaksanakan tugas serta pengalaman dan pelatihan yang
diperolehnya.
2. Kemampuan konseptual yaitu kemampuan untuk memahami
kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit
masing-masing ke dalam bidang operasional perusahaan secara
menyeluruh, yang pada intinya individu tersebut memahami tugas,
fungsi serta tanggung-jawabnya sebagai seorang karyawan.
3. Kemampuan hubungan interpersonal yaitu antara lain
kemampuan untuk bekerja-sama dengan orang lain, memotivasi
karyawan, melakukan negosiasi dan lain-lain.
Sedangkan Davis (1996) menyatakan bahwa criteria penilaian
prestasi kerja individu adalah sebagai berikut:
1. Kualitas hasil kerja, yaitu penilaian yang didasarkan pada kualitas
output yang dicapai dan kualitas dalam melakukan pekerjaan.
2. Kualitas hasil kerja yaitu penilaian yang dilakukan dengan
membandingkan jumlah output yang dihasilkan dengan target yang
telah ditetapkan.
3. Pengetahuan akan pekerjaan yaitu menunjukkan tingkat
pengetahuan seseorang terhadap suatu pekerjaan atau hal-hal yang
berhubungan dengan pekerjaan.
4. Kemampuan analitis yaitu karakteristik individu yang
menggambarkan aktivitas mental seseorang dalam menghadapi suatu
pekerjaan.
5. Sikap terhadap orang lain yaitu penilaian yang dilakukan terhadap
seseorang dalam hubungannya dengan orang lain terutama dalam
membina hubungan kerja.
6. Tanggung-jawab yaitu menunjukkan rasa tanggung-jawab seseorang
terhadap pelaksanaan tugas, sanggup menerima risiko atas keputusan
dan tindakan yang diambilnya serta sanggup menjaga kepercayaan
yang diberikan kepadanya.
Indikator-indikator prestasi kerja karyawan menurut Martoyo
(2000:84) adalah:
1. Karyawan diberikan kesempatan menunjukkan potensi dalam
upayanya mengembangkan diri untuk kepentingan perusahaan/
organisasi.
2. Karyawan yang memiliki disiplin, dedikasi baik, berinisiatif
positif, sehat jasmani dan rohani, mempunyai semangat bekerja dan
mengembangkan diri dalam pelaksanaan tugas, pandai bergaul akan
diberikan penilaian prestasi yang tinggi.
Hal yang sama di ungkapkan oleh Heidrachman (2000:125)
menyatakan bahwa indikator-indikator yang dinilai dalam prestasi
kerja adalah:
Kuantitas dan kualitas pekerjaan, kerjasama, kepemimpinan, kehati-
hatian, pengetahuan mengenai jabatan, kejujuran, kesetiaan, dapat
tidaknya diandalkan dan inisiatif.
Penelitian juga dilakukan oleh Sudaryono (2008) menunjukkan
adanya hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi kerja.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi menurunnya prestasi kerja
menurut Sudaryono. Diantara lain faktor tersebut adalah kecerdasan
emosional. Kualitas emosional yang baik, menjadikan karyawan dapat
mengendalikan dirinya dengan baik dan berhubungan baik dengan
orang lain, sehingga dapat melaksanakan tugas pekerjaan dengan
prestasi yang sangat baik.
Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Ema Ariani (2006)
yaitu, untuk melihat dalam meningkatkan prestasi kerja suatu
karyawan adalah dengan cara meningkatkan kecerdasan emosional
karyawan yang meliputi keterampilan emosi, kecakapan kecerdasan
emosi, nilai dan keyakinan.
Penelitian di belanda yang dilakukan oleh Jan Derksen dan Theodore
Bogels dalam Stein and Book (2002) Menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan antara orang-orang yang ber-EQ tinggi dengan
keberhasilan kerja.
2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan Tahun Penelitian
Judul Hasil Penelitian
1. S.K. Chakraborty dan Debangsu Chakkraborty (2004)
The Transformed Leader and Spiritual Psychology: a Few Insight
Hasil penelitian menunjukkan spiritualitas sebagai suatu model yang dibangun untuk kepemimpinan transformasional. Spiritual berpengaruh terhadap bagaimana seseorang bersikap sebagai pemimpin. Pemimpin yang baik adalah mereka yang memiliki kecerdasan spiritual yang bagus, serta dapat membawa nilai-nilai spiritual dalam kepemimpinannya.
2. R.A. Fabiola Trihandini (2005)
Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan
Penelitian yang menggunakan teknik analisis regresi linier berganda menemukan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja sumber daya manusia.
3. Laras Tris Ambar Suksesi Adwardin, (2006)
Analisis Pengaruh Kompetensi Komunikasi, Kecerdasan Emosional, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan
Penelitian dengan metode Structural Equation Modelling menemukan bahwa terdapat pengaruh yang positif signifikan antara kecerdasan emosional terhadap kinerja SDM.
4. Darufitri Kartikandari, (2002)
Pengaruh Motivasi, Iklim Organisasi, EQ,dan IQ terhadap Kinerja Karyawan
Hasil penelitian menunjukkan kecerdasan emosional memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja dan terdapat pengaruh positif yang signifikan juga nampak dalam tingkat kecerdasan emosi.
Ha1 : Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor
kesuksesan dominan karyawan
Ha2 : Kecerdasan lainnya merupakan penunjang dari
kecerdasan emosional sebagai salah satu faktor kesuksesan
dominan karyawan
H0 : Kecerdasan emosional bukan salah satu faktor kesuksesan
dominan karyawan
2.7 Kerangka Konseptual
BAB III
METODE PENILITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Indetifikasi variable penting dilakukan agar dapat mengenal
kegunaan atau fungsi masing-masing variable pengumpulan data.
Identifikasi variable dilakukan untuk menetapkan rancangan dari
penelitian.
Kinerja Karyawan
Kecerdasan LainnyaKecerdasan Emosional
Adapun variable-variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variable Bebas : Kecerdasan Emosional
2. Variable Tergantung : Prestasi Kerja
3. Variabel Sertaan : kecerdasan Lainnya
3.2 Populasi Dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah semua subyek penelitian mulai dari manusia,
hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data
yang mempunyai karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.
Menurut Hadi (1995, h.36) populasi merupakan sejumlah individu yang
sekurang kurang nya mempunyai satu sifat dan cirri yang sama.
Populasi menjadi sasaran generalisasi dari hasil-hasil penelitian yang
diperoleh dari sampel.
Adapun karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah karyawan
pada perusahaan makanan cepat saji Mc.Donals.
3.2.2 Sampel
Sampel adalahbagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005:91) . apa yang didapat dari
sampel tersebut, akan dapat diaplikasikan pada populasi tersebut.
Karena itulah sampel yang diambil dari populasi tersebut harus
representasif (mewakili), peneliti akan melakukan penelitian dengan
menggunakan 15 sampel.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan di dalam penelitian ini berupa data
kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
di angkakan.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer, yaitu sumber
data yang langsung didapatkan dari objek penelitian.
Sumber data sekunder, sumber data yang telah diolah sebelumnya
oleh objek penelitian.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode
kuesioner, yaitu metode yang berbentuk rangkaian atau kumpulan
pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah daftar
pertanyaan, kemudian dikirim kepada sampel untuk diisi. Kuesioner
ditujukan kepada sampel penelitian untuk melihat pengaruh
kecerdasan emosional dan kecerdasan lainnya terhadap kinerja
karyawan di perusahaan makanan cepat saji Mc.Donals.
3.6 Defenisi Operasional Variabel
Tabel 3.1
Tabel Operasional Variabel
No Variabel Konsep Indikator Pengukuran
1 Kecerdasan Emosional
Kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri sendiri dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara positif.
1. Pengenalan diri 2. Pengaturan diri 3. Motivasi 4. Empati 5. Ketrampilan Sosial
Skala likert
1 s.d 5
2 Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan menghadapi persoalan serta menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan lebih bermakna.
1. Jujur 2. Keterbukaan 3. Pengetahuandiri 4. Fokus pada kontribusi 5. Spiritual non dogmatis
Skala likert
1 s.d 5
3 Kinerja Karyawan
Hasil kerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawabnya.
1. Kualitas 2. Kuantitas 3. Ketepatan waktu 4. Efektifitas 5. Kemandirian
Skala likert
1 s.d 5
METODOLOGI PENELITIAN
Korelasi Kecerdasan Emosional Dengan Kesuksean
Karyawan
Disusun Oleh :
Deah Al Karim
1010522035
Universitas Andalas
Fakultas Ekonomi
Jurusan Manajemen