MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

46
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA YANG UTUH Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan Kita berhak menjadi bagian dari perubahan, tetapi jangan menjadi korban dari perubahan = Plasidius F. Daparto = Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

description

Peradaban suatu bangsa dibuktikan dengan banyaknya kaum intelektual yang memiliki visi dan misi untuk memberikan perubahan pada kehidupan mereka sendiri dalam kehidupan bermasyarakat.

Transcript of MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Page 1: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA YANG UTUH

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Kita berhak menjadi bagian dari perubahan,

tetapi jangan menjadi korban dari perubahan

= Plasidius F. Daparto =

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 2: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

PERSEMBAHAN

Buku ini dipersembahkan untuk semua generasi muda pada jaman global sekarang

yang semakin hari mendapatkan banyak tantangan terutama yang belum

menemukan perubahan serta masih mencari perubahan jati diri.Dan juga mereka

yang masih dan belum mendapatkan gelar atau demi sebuah status yang patut

dipertanyakan pada lembaga pendidikan tinggi.Dan untuk semua orang yang

menginginkan perubahan dalam kehidupan mereka.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 3: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

TUJUAN PENULISAN

Buku Membangun Sumber Daya Manusia dengan melihat masalah global

dan pendidikan sebagai inti pokok dalam pembahasan setiap babnya merupakan

terbitan pertama dan di susun untuk membuka cara berpikir kaum muda dan

untuk orang yang menginginan perubahan dalam hidup. Buku ini di tulis

merupakan hasil refleksi penulis selama berada di bangku Perguruan Tinggi

dengan mengikuti serangkaian kegiatan perkuliahan tetapi tidak menemukan inti

atau tujuan dari pendidikan. Ceramah tanpa makna.Dengan dibuatnya buku ini

juga mau memberikan penyadaran kepada kaum pendidik dan kaum intelektual

yang sudah merasa bahwa mengambil bagian dalam membuat perubahan pada era

global ini.Sesungguhnya adalah kekeliruan yang seharusnya dibenahi kembali.

Sebagai lembaga pendidikan tinggi professional dan juga pendidik yang

professional membuat sebuah perubahan pada diri sendiri dibutuhkan kesadaran

yang total. Kesadaran disini dimaksudkan agar secara jujur mau mengakui bahwa

pendidikan yang masih menggunakan sistem kekerasan dengan tidak

memperhatikan etika pendidikan merupakan suatu penyimpangan apalagi

dilakukan pada era global dewasa ini. Mempelajari tentang etika pendidikan tidak

akan memiliki makna ketika tidak diterapkan dan dengan tanpa kesadaran yang

total untuk berubah. Hal lain yang menjadi intisari dari buku ini adalah membahas

tentang perbedaan metode pengajaran sharing knowledge dan teaching

knowledge. Karena sesungguhnya pendidikan kita tidak memahami bagaimana

sesungguhnya cara menggali potensi peserta dididik dengan bukti bahwa masih

banyak kaum intelek yang menamatkan pendidikan tinggi tapi tidak kreatif

membuat perubahan pada masyarakat.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 4: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

KATA PENGANTAR

Peradaban suatu bangsa dibuktikan dengan banyaknya kaum intelektual

yang memiliki visi dan misi untuk memberikan perubahan pada kehidupan

mereka sendiri dalam kehidupan bermasyarakat.Memiliki visi tidaklah cukup

untuk membuktikan bahwa perubahan itu ada tetapi yang sangat diharapkan

adalah bagaimana memiliki misi yang jelas untuk perubahan.Misi adalah cita-cita

dinamis, yang terus berubah sesuai dengan pendakian yang dicapai seseorang.

Visi terbentuk ketika kalangan intelektual ini mencoba mengembangkan

kepribadian secara total dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyaknya

kaum intelektual tidak berarti memberikan suatu jaminan bahwa mereka akan

memiliki perubahan pada cara berpikir yang kreatif secara akal pikiran mereka,

inovasi secara spiritual. Yang dituntut dari sebuah peradaban adalah bagaimana

membuat suatu perubahan pada diri mereka sendiri serta di buktikan dengan

menunjukkan bahwa inilah diri mereka sesungguhnya. Arus globalisasi terus

bergulir seiring dengan perkembangan cakrawala berpikir kaum intelektual ini.

Mereka tidak henti – hentinya berpikir tentang jaman yang terus saja berubah.

Namun tidak bisa mewujudkannya dalam misi atau realita kehidupan mereka.

Rasa takut dan cemas yang berlebihan tidak bisa mengobati luka bangsa akibat

arus globalisasi di negeri ini. Dibutuhkan mental yang kuat dan baja dari anak

bangsa untuk terjun langsung memoles luka akibat jaman yang terus saja bergulir

ini.

Buku ini disusun sebagai bentuk perhatian penulis terhadap nasib

pendidikan bangsa ini, terutama nasib anak bangsa yang telah menamatkan

pendidikan di perguruan tinggi tapi masih memiliki mental instant atau tidak aktif

dalam menciptakan perubahan pada masyarakat.Menciptakan perubahan setelah

menamatkan pendidikan pada perguruan tinggi adalah wajib dalam hidup

bermasyarakat.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 5: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

Hal ini dilakukan bagaimana dia bisa menciptakan lapangan kerja sendiri bukan

mencari lapangan pekerjaan.Ini merupakan bukti yang nyata kita lihat pada

lingkungan kita begitu banyaknya kaum berintelektual tapi tidak memiliki mental

untuk berusaha membuat perubahan.Tentunya kita tidak menginginkan anak

bangsa seperti ini.Siapakah yang bertanggungjawab terhadap nasib mereka?

Apakah pendidikan telah gagal dalam untuk membuat cara berpikir

mereka? Ataukah karena sistem pendidikan yang hanya memberikan sesuatu yang

abstrak kepada generasi muda ini?Semoga buku ini dapat memberikan sedikit

perubahan serta dapat membuka cakrawala berpikir bahwa sesungguhnya

perubahan itu dilakukan oleh siapa dan untuk siapa perubahan itu diberikan.Kritik

dan saran yang membangun sangat diharapkan demi menyempurnakan tulisan

buku ini.

Pagal, September 2012

Penyusun

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 6: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

PENDAHULUAN

Memasuki abad ke-21 di awali sejak “tumbangnya” jaman orde baru tahun

1997/1998 yaitu ketika para mahasiswa yang kurang puas terhadap kebijakan

yang dibuat pemerintah pada saat itu memaksa mereka untuk bangkit dan turun ke

arena demokrasi menolak terhadap kebohongan serta kepalsuan yang dilakukan

pada jaman pemerintahan Presiden Suharto. Krisis yang berkepanjangan (krisis

ekonomi dan krisis moral para pejabat pemerintah) merupakan faktor utama

pecahnya kerusuhan dalam bentuk aksi demo yang terjadi dijakarta. Aksi dan

reaksi dari seluruh masyarakat Indonesia dibawah pimpinan mahasiswa/i yang

berlangsung lama ini membuat Presiden Suharto turun dari jabatannya. Sebagai

presiden dia merasa memiliki tanggungjawab moral untuk berubah dan

merefleksikan dirinya bahwa dia sudah tidak mampu lagi memimpin negeri ini.

Hilangnya peradaban bangsa pada saat itu ketika sebagian massa yang berdemo

memanfaatkan kesempatan untuk menjarah produk industri dan makanan dari

produsen pemilik toko di sekitar area demonstrasi.

Buku dengan judul MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

YANG UTUH dan melihat masalah global dan pendidikan ,sebagai sumber

masalah dan terjebak dalam suatu sistem yang kaku dan tidak memiliki tujuan.

Melihat bahwa pendidikan kita sebenarnya masih memiliki kekurangan dalam arti

belum bisa memahami apa inti dari tujuan pendidikan itu sesunguhnya serta tidak

dapat memberikan perubahan pada cakrawala berpikir anak bangsa (peserta didik)

sebagai calon intelektual masa depan bangsa ini. Pendidik yang kreatif dan

profesional merupakan harapan yang diinginkan pada jaman global memiliki

banyak metode untuk menerapkan ilmunya kepada anak didik mereka antara lain

dengan menerapkan metode yang bervariasi di dalam kelas seperti sharing

knowledge dan bermuara pada life skills ( pendidikan kecakapan hidup)bukan

teaching knowledge (pendidikan gaya bank dengan ceramah tanpa makna).

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 7: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

Dengan diterapkannya motode sharing knowledge maka dia mampu

menjadi calon generasi muda yang kreatif dan man of action bukan terbatas pada

talk only. Metode sharing knowledge ini mampu membuat cara berpikir anak

bangsa berubah secara positif dimana dia secara kreatif dan terlibat secara aktif

membahas suatu persoalan dengan melibatkan pihak lain untuk bekerja sama

mengatasi suatu persoalan. Karena merasa pendidikan adalah suatu proses yang

bertujuan dan bergerak maju maka dia membutuhkan bimbingan dari pendidik

yang kreatif dan professional bukan pendidik yang otoriter dengan menggunakan

otot. Pendidik seperti ini sesungguhnya tidak memiliki tempat pada abad ke-21

yang menuntut perubahan positif pada sikap dan tindakan.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 8: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

BAB 1

SISTEM DAN KINERJA PENDIDIKAN DI INDONESIA

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

Proses pembelajaran atau pendidikan memungkinkan seseorang menjadi

lebih manusiawi (being humanize) sehingga di sebut dewasa dan mandiri. Itulah

visi atau tujuan dari proses pembelajaran dan seharusnya menjadi cerminan atau

refleksi dari kalangan atau pelaku pendidikan. Berdasarkan hal tersebut di atas,

maka dalam rangka pendidikan ilmu pengetahuan secara mutlak, pendidikan etika

atau kepribadian perlu berdampingan sehingga dapat menghasilkan sumber daya

manusia yang utuh.Pendidikan etika atau kepribadian tersebut tidak dapat

didasarkan pada etika atau kepribadian sehari – hari, karena materi yang harus

ditinjau oleh kepribadian bukan materi ilmu pengetahuan yang bersifat abstraksi

dan universal.Selain itu pendidikan yang kita miliki sekarang merupakan

pendidikan yang berdasarkan teori, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk

penyusunan teori. Proses dan tujuan pendidikan itu dapat diartikan sebagai usaha

menjelaskan kemampuan untuk memecahkan persoalan. Bukan untuk menghafal

persoalan (secara teoritis).

Konsep pendidikan sebagai usaha untuk mengembangkan manusia sesuai

dengan kodratnya serta memiliki kriteria dalam usaha perubahan merupakan

proses dan tujuan pendidikan itu sendiri. Dalam hal ini manusia selalu di pandang

sebagai makhluk sosial (biologis, individual, sosial). Selain itu manusia sendiri

memiliki apa yang disebut dengan kepandaian atau intelek. Kalau sifat kepandaian

dapat disusun atas dasar abstrak – teoritis, maka pengetahuan atau kepandaian ini

tidak memiliki makna sama sekali.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 9: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

Para penyandang gelar MBA, MM, atau bahkan doktor manajemen tahu banyak

soal ilmu administrasi dan manajemen.Tetapi belum tentu mampu melaksanakan,

mempraktikkan ilmunya itu dalam situasi nyata sehingga antara teori dan praktek

memang terdapat kesenjangan. Lebih lanjut Slamet Iman Santoso menulis

“ we have mastered and incredible amount of scientific knowledge to

subject the universe, but little has been done to master the human relationship.

And our human desires are still as before the development of sciences, but

equipped with more dangerous inventions. “ ( walaupun kita memiliki banyak

ilmu atau master sekalipun, tapi kita melakukan sedikit untuk di berikan pada

masyarakat / pengabdian terhadap masyarakat ). Menyadari hal ini muncul

ketakutan dari sarjana kita pada saat ini adalah apakah tenaga mereka siap untuk

dipakai dalam kehidupan bermasyarakat atau sekedar mendapatkan gelar

kesarjanannya.Kondisi ini kian parah dari tahun ke tahun karena kondisi Negara

kita yang masih menampung ribuan bahkan jutaan pengangguran intelektual

(sarjana).

Pendidikan yang ideal merupakan pendidikan yang menyiapkan para

lulusannya untuk siap di pakai tenaganya untuk bisa bekerja sesuai dengan

kompetensi yang dimilikinya.Hal ini diperkuat dengan menjadikan pendidikan

berganti sifat dari sekolah mendengar dan belajar (Pendidikan “gaya bank”)

menjadi sekolah mengerjakan. (learning to be).dengan mengubah sistem

pendidikan yang bersifat “berbuat dan bertindak” maka hubungan antara teori dan

praktik akan terbukti dan tujuan pendidikan pun akan tercapai. Selanjutnya teori

akan menjadi hidup ketika di padukan dan diperkenankan dengan persoalan

kehidupan. Tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan semua

kemampuan para siswa serta mampu mengembangkan kemampuan tersebut, maka

kita telah melunasi kewajiban kita sebagai guru atau tenaga pengajar.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 10: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI

Pendidikan Nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan

sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua

warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga

mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.Salah

satunya adalah perubahan dalam sistem kurikulum kita. Karena itu, dalam proses

menghasilkan kurikulum, masalah pertama yang harus di selesaikan adalah

teridentifikasinya tujuan pendidikan yang harus dicapai oleh peserta didik.

Undang – Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Pasal 38 ayat 3

berbunyi : Kurikulum pendidikan tinggi di kembangkan oleh perguruan tinggi

yang bersangkutan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk

setiap program studi. Standar Nasional Pendidikan yang dimuat dalam Kurikulum

pendidikan formal perlu ditunjang oleh berbagai sarana modern untuk terjadinya

proses pendidikan yang optimal serta memenuhi proses ketuntasan belajar.

Berbicara tentang ketuntasan belajar berarti berbicara tentang peningkatan

potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik dan ditunjang oleh fasilitas yang

memadai dalam rangka peningkatan mutu proses pembelajaran. Pembelajaran

didalam rangka mewujudkan proses pendidikan yang ideal merupakan keinginan

pada setiap lembaga pendidikan di negara manapun yang ingin mengembangkan

serta meningkatkan sumber daya manusia yang bermutu. Pendidikan tinggi pun

tak lepas dari idealisme tersebut ketika ingin mencetak lulusannya dengan

sejumlah potensi dan keterampilan yang didapat pada bangku perguruan tinggi.

Idealisme tersebut ada ketika lembaga tinggi tersebut sudah memiliki fasilitas

yang memadai. Namun apa yang terjadi ketika rasa idealis tersebut tidak

ditunjangi oleh fasilitas tersebut. Tentunya idealisme akan menjadi sia-sia tanpa

makna. Kurikulum pendidikan tinggi yang mensyaratkan Standar Nasional

pendidikan dan kurikulum berbasis kompetensi pun tentu tidak akan terwujud.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 11: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

Hal ini diperparah lagi ketika program studi yang mensyaratkan adanya fasilitas

yang memadai untuk proses pembelajaran tetapi tidak difungsikan sama sekali.

Siapa yang bertanggungjawab dalam masalah ini?Tentunya tidak ada yang saling

menyalahkan dan disalahkan. Kalau kita hubungkan dengan proses hukum dan

peraturan pendidikan (bentuk pembelaan) lembaga pendidikan tingggi yang

bertanggungjawab dalam masalah ini. Kenapa? Karena lembaga inilah yang telah

secara terbuka menyebarkan visi dan misinya melalui pendidik (dosen) dalam

bentuk brosur atau iklan yang menarik dan diberikan kepada calon generasi muda

yang hendak di cetak agar berguna bagi diri mereka sendiri dan masyarakat.

Namun kesemuanya itu adalah penipuan terhadap diri sendiri sebagai makhluk

ciptaan dari pemilik ciptaan. Ini merupakan contoh nyata yang kita lihat atau

mungkin yang kita rasakan ketika calon generasi muda ini turun ke masyarakat

tapi tidak bisa membuat perubahan pada kehidupan bermasyarakat karena mereka

tidak dibekali keterampilan khusus guna mengembangkan potensi mereka.Namun

inilah realita pada jaman pendidikan sekarang ketika arus globalisasi menuntut

perubahan tetapi perubahan itu tidak terjadi pada orang yang memiliki

kewenangan untuk memberikan perubahan. Intinya bahwa terjadinya proses

belajar mengajar yang berkualitas, memadai dengan melengkapi infrastruktur

seperti perpustakaan,laboratorium baik untuk pendidikan maupun untuk riset,

bengkel kerja, ruang kerja dosen, insentif bagi para guru besar dan dosen yang

berkualitas dan memadai sehingga otonomi keilmuwan dapat terlaksana.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 12: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

BAB 2

GLOBALISASI PENDIDIKAN

PERAN PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan satu–satunya sarana untuk menjawab tantangan

global pada era modern ini. Namun apa akibatnya bila gaya hidup modern

merasuk pendidikan kita. Sila ke-5 pancasila tentang keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia merupakan butir terakhir dalam urutan sila pada pancasila mau

menegaskan bahwa keadilan khususnya dalam bidang pendidikan harus secara

merata diberikan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini dipertegas lagi

oleh kementerian pendidikan tentang hak warga Indonesia untuk mendapatkan

pendidikan yang layak melalui program pendidikan 9 tahun sebagaimana

diamanatkan dalam UUD 1945 atau aturan yang baru – baru ini sudah

diberlakukan bahwa pada tahun 2020 setiap warga Negara Indonesia memiliki

ijasah sekurang – kurangnya berijasah SMA atau sederajat. Aturan ini bertujuan

agar Negara dapat meminimalisir tingkat sumber daya manusia pada masyarakat

yang semakin rendah dan ditunjukkan tingkat kriminalitas yang semakin hari

mengalami peningkatan selain memperoleh hak untuk mendapatkan

pendidikan.Karena Negara yang berkembang dan mau maju adalah Negara yang

memiliki masyarakatnya dengan standar Sumber Daya Manusia yang bermutu.

Hal lain yang menjadi keprihatinan kita bersama bahwa masih ada

sebagian lembaga pendidikan yang menerapkan skala kuantitas sebagai hasil akhir

proses pendidikan bukan pada skala kualitas (mutu) output. Proses pendidikan

seperti ini kita katakan proses pendidikan untung dan rugi.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 13: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

Jelas sekali bahwa dalam hal ini keuntungan akan diperoleh pihak sekolah dan

guru dengan mendapatkan predikat terbaik dari masyarakatnya atau stakeholder

disisi lain pihak siswa/i akan rugi (walaupun mereka merasa senang dengan

keputusan yang ada yaitu mendapat predikat lulus). Hal ini ditandai mereka akan

memiliki tingkat analisis yang rendah serta tidak cermat memahami suatu

persoalan dalam kehidupan mereka selanjutnya. Generasi seperti inikah yang kita

harapkan dalam menjawab tantangan global dewasa ini!? Standarisasi yang hanya

melihat kepada hasil akhir adalah suatu penerapan Tylorisme di dalam dunia

pendidikan.

Kalau kita kaitkan dunia pendidikan dengan dunia bisnis bahwa pihak produsen

selaku pemilik produk dengan menjual (produk palsu) yang dipolesi perhiasan

atau asesoris kepada konsumen akanmendapatkan keuntungan tetapi pembeli

sebagai konsumen akan rugi karena produk yang dia beli bukan produk yang asli

tetapi produk tiruan. Manajemen bisnis untung rugi.Inilah realita pendidikan

dewasa ini. Sangat ironis!!!. Selanjutnya standardisasi nasional pendidikan harus

dilihat secara konseptual sebagai hal yang tidak indentik dengan Ujian Nasional

saja dan Ujian Nasional yang seyogjanya tidak digunakan untuk menentukan

kelulusan peserta didik dari suatu jenjang pendidikan melainkan sebagai bagian

evaluasi nasional pendidikan untuk melihat sampai di mana kinerja system

pendidikan nasional dapat terbukti di masyarakat.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 14: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

PERAN PENDIDIK

Peran pendidik (guru) untuk membentuk akhlak manusia (siswa/i)

merupakan tanggung jawab moral yang harus dijalankan dengan baik dan

diberikan secara merata kepada anak didiknya.Dalam prosesnya peran pendidik

pada era global dewasa ini tidak dijalankan secara sungguh - sungguh atas tugas

dan tanggungjawab yang diembannya. Keberhasilan seorang guru dalam

mengubah pola pikir anak manusia (siswa/i) tidak ditentukan berdasarkan jumlah

jam mengajar atau keseringannya dengan anak didiknya tetapi lebih kepada

bagaimana dia sebagai guru yang professional menjalankan fungsi dan tugasnya

itu dengan mendapat umpan balik (feedback) dari siswa/i nya sebagai hasil selama

proses belajar mengajar berlangsung.

Umpan balik ini ditunjukkan oleh mereka ketika membahas suatu

persoalan serta dikritisi dalam suatu diskusi serta mendapatkan kesimpulan dari

hasil diskusi tersebut yang pada akhirnya mereka dapat memahami inti dari

persoalan yang ada. Apabila hal tersebut terus menerus dilakukan maka suatu saat

mereka akan menjadi agen perubahan (agent of change) dalam mengkritisi

tuntutan global yang semakin hari mengalami perubahan yang maha dasyat. Inilah

inti dari tujuan pendidikan dalam menghadapi era globalisasi.

Keberhasilan seorang guru dalam mengubah pola pikir siswa/i nya tidak

hanya dilakukan dengan mentransfer pengetahuan umum dengan berbagai macam

materi saja tetapi ada pengetahuan lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana

seorang guru memberikan ilmu kehidupan (life skills) dengan cara mengaitkan

pengetahuan dengan dunia nyata berupa keterampilan. Hal ini dapat dilakukan

dengan menggunakan metode sharing knowledge, bukan teaching knowledge.

A. Sharing Knowledge.

Pengertian tentang sharing knowledge sampai kepada penjabarannya serta

penerapannya dalam proses pembelajaran jarang digunakan. Kesulitan

yang sebenarnya kemudahan dalam menajemen pengetahuan terletak pada

bagaimana guru dapat membagi pengetahuannya kepada orang lain, ketika

inti dari manajemen pengetahuan adalah tentang proses pertukaran

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 15: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

informasi dan kemudian pengetahuan. Dengan kata lain, faktor motivasi

pengetahuan yang dimiliki guru dapat berbagi atau merangsang keinginan

mereka serta dapat dikaitkan dengan aspek sosial (pertukaran informasi).

Dalam proses dengan menggunakan sharing knowledge sehingga

membentuk suatu pengetahuan yang bermutu, ada tiga (3) hal yang harus

diperhatikan :

a. Pengetahuan yang dapat memberikan kontribusi bermakna. Contohnya

melakukan kegiatan diskusi; dalam kegiatan ini akan di bahas atau

mencari solusi dari pokok permasalahan dengan melibatkan semua

komponen didalam kelas. Hal ini akan sangat membantu karena semua

peserta kelompok akan terlibat aktif dalam proses diskusi. Selanjutnya

peran guru dalam proses ini sebagai pengamat bukan sebagai pelaku

pengambil keputusan sejauh hasil diskusi kelompok tidak melenceng

dari topik permasalahan. Maka pengetahuan yang memiliki sifat

abstrak akan mendapatkan hasil yang nyata selama proses diskusi

sehingga pengetahuan akan bermakna serta dapat memberikan

kontribusi positif untuk pengembangan proses berpikir siswa secara

keseluruhan.

b. Bagaimana mekanisme pengetahuan sehingga dapat berkembang serta

manjadi pengetahuan yang bermakna.

c. Motivasi yang dilakukan sehingga siswa dapat berperan secara aktif

dalam proses sharing knowledge.

d. Sharing knowledge and fostering innovation to transform education

Faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya seorang guru dalam proses

pembelajaran tergantung dari beberapa aspek, diantaranya : aspek sosial

khususnya pengetahuan akan efektifitas diri, keiklhlasan dalam membantu orang

lain (peserta didik) memiliki tanggung jawab dalam pengembangan akademik,

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 16: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

memilki keyakinan akan keberhasilan terhadap tugas yang dijalankannya artinya

apa yang menjadi harapan dia akan keberhasilan dalam proses pembelajan maka

hal yang sama pun akan di alami oleh peserta didik. Karenanya aspek-aspek ini

merupakan faktor yang terpenting dalam menggunakan metode sharing

knowledge dalam pembelajaran atau platform manajemen pengetahuan agar

masyarakat dan guru untuk secara efektif melakukan metode ini.

B. Teaching Knowledge. Metode ini terbatas pada memberikan pengajaran

berupa materi yang dimiliki guru dan wajib dimiliki oleh siswa/i di kelas.

Artinya pengetahuan yang dimiliki oleh guru harus juga dimiliki oleh siwa/i.

Metode ini sering disebut dengan pendidikan gaya bank. Guru mengajar

sedangkan siswa/i menerima untuk mengisi otak (kas) yang masih kosong

dengan pengetahuan yang dimiliki gurunya (siswa/i sebagai obyek

pendidikan). Proses pendidikan seperti ini merupakan kesalahan karena

menganggap siswa/i tidak memiliki potensi sama sekali dengan menerima

begitu saja materi yang diberikan. Pendidikan seperti ini merupakan

pendidikan outside in yang selalu di jejali pengetahuan yang bersifat abstrak

tanpa memiliki makna. Hal ini kian parah jika para pendidik tidak tahu

bagaimana menggali potensi yang ada maka yang terjadi adalah metode

pengajaran menggunakan otot dengan memberikan penyadaran berupa

hukuman yang tidak mendidik.Hukuman seperti ini seharusnya tidak pantas

untuk dilakukan apalagi dilakukan pada sekolah tinggi yang merupakan

tempat untuk mencetak calon pemimpin pada bangsa ini.Hal lain yang

menjadi keprihatinan kita adalah mengatakan kebodohan terhadap kaum

generasi muda apalagi pada era sekarang merupakan kalimat yang seharusnya

tidak boleh dikeluarkan oleh seorang pendidik.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 17: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

Sebagai pendidik yang profesional metode pengajaran yang sesungguhnya

adalah bagaimana dia secara kreatif berpikir bahwa setiap manusia

sesungguhnya sudah memiliki potensi yang harus dikembangkan serta

memperhatikan etika pendidikan. Tugas mereka adalah bagaimana menggali

potensi tersebut untuk di kembangkan tanpa mengabaikan haknya sebagai

makhluk ciptaan yang sempurna oleh sang pencipta.

Pengetahuan kehidupan merupakan pengetahuan yang memiliki makna dan bisa di

manfaatkan dalam kehidupan masyarakat.Bukan pengetahuan yang memiliki

persyaratan untuk bisa memenuhi ketuntasan belajar pada perguruan tinggi yang

pada akhirnya memiliki gelar tapi tidak memiliki makna.Apa artinya suatu gelar

atau title tapi tidak bisa dibuktikan dalam kehidupan bermasyarakat? Suatu

pertanyaan reflektif serta menjadi renungan kita semua ketika pendidikan kita

telah gagal menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang memiliki fungsi untuk

mencetak calon pemimpin dalam membuat perubahan di masyarakat. Banyaknya

aturan yang dibuat sehingga terkesan kaku sehingga membuat mahasiswa takut

untuk membuat kesalahan. Hal inilah yang menyebabkan calon pemimpin atau

calon perubahan tidak bisa membuat perubahan dalam hidup bermasyarakat.

Dalam kaitannya dengan proses pendidikan untuk menjawab tantangan global ini yang

harus diperhatikan pula bahwa kualitas manusia modern dengan memiliki pemikiran

untuk maju dan bersikap kritislah yang diharapkan bangsa ini. Peran pendidikan yang

modern menuntut para pendidik yang profesional untuk bisa bersikap kritis terhadap

setiap perubahan dengan tidak menjadi korban modernitas dalam arus globaliasi.

ETIKA PENDIDIKAN

Hakikat etika dalam proses pendidikan tidak terlepas dari peran pendidik sebagai

pelaku dalam proses pendidikan. Pendidikan sebagai suatu proses alami (natural

process) memiliki landasan biologis sebagai mekanisme untuk mempertahankan

jenis atau yang lazimnya disebut survival of the process, jadi pendidikan

sebenarnya merupakan suatu tugas etis pokok yang memiliki a fundamental

ethnical basis. Peran etika dalam Pendidik profesional yang melihat proses

sebagai satu kesatuan yang mengarah pada perubahan positif terhadap

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 18: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

pembelajaran merupakan faktor utama dalam mempertimbangkan etika proses

pendidikan. Berbicara tentang etika berarti berbicara mengenai hak asasi yang

wajib dimiliki.Kewajiban ini juga berlaku bagi setiap organisasi pada tataran

manapun terutama negara dan pemerintah.Lembaga pendidikan sebagai salah satu

organisasi sosial perlu memiliki etika sebagai hak dan memiliki kewajiban untuk

memberikan hak sosialnya dalam bentuk etika kepada peserta didik.

Dengan demikian organisasi ini tidak sekedar menjalankan hak dan berkewajiban

mencetak calon generasi bangsa tetapi perlu memperhatikan norma atau etika

dalam proses yang berlangsung. Dalam melaksanakan etika pendidikan, selain

pengetahuan tentang etika , perlu ada ukuran dan pedoman praktis. Tanpa ukuran

dan pedoman praktis, maka pelaksanaan tidak akanmempunyai landasan konkrit,

dan hanya merupakan konsepsi kata – kata (verbal concepts) saja.

Berikut merupakan landasan atau pedoman yang menjadi tujuan dari etika

pendidikan :

1. Menjunjung tinggi Norma dan Etika Pendidikan

2. Setiap pendidikan bertujuan mengembangkan semua potensi untuk

dikembangkan

3. PENDIDIKAN BERBASIS KOMPETENSI dan bernuansa mendidik

4. Pendidikan yang berorientasi pada perkembangan dan kompetensi

Pendidikan yang beretika merupakan pendidikan yang mementingkan kebutuhan

siswa dengan memberikan pengajaran yang bermutu serta berbasis mendidik

(bukan menghukum).Contoh yang baik memberi dinamika khas kepada seluruh

proses pendidikan. “pendidikan hati nurani seolah-olah berjalan dengan

sendirinya, bilamana si anak diliputi oleh suasana yang sehat serta luhur dan ia

melihat bahwa orang (pendidik) disekelilingnya memenuhi kewajiban mereka

dengan saksama dan mempraktekkan keutamaan-keutamaan (pendidikan yang

beretika) yang mereka ajarkan”.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 19: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

BAB 3

PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGANGGURAN INTELEKTUAL

“ Ada semacam dilemma dalam penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi,

yaitu antara memenuhi permintaan pasar atau bertahan dalam proses pendidikan

tinggi yang ideal. Perguruan tinggi sekarang mempunyai paradigma sebagai

mencetak kaum intelektual sebagai orang yang memiliki mental baja dengan

menerapkan semua potensi tetapi lemah dalam tindakan artinya lebih suka

menunggu dari pada menciptakan perubahan dalam kehidupan bermasyarakat.

KONSEP PENDIDIKAN

Arus globalisasi telah banyak membuat perubahan. Tentu perubahan ini

membuat cara berpikir kita juga ikut berubah. Menjadikan mental instant dalam

setiap situasi adalah contoh perubahan global yang kini merasuk sebagian

kehidupan masyarakat khususnya kalangan remaja dan generasi muda kita. Tak

luput dari dampak arus global ini adalah dari kalangan pelajar.Generasi ini hampir

setiap harinya terjun dalam kehidupan yang tidak jelas, kehidupan gemerlap

merupakan rutinitas utama dari generasi ini. Pribadi yang tidak bisa mengkritisi

serta tidak mampu mengatasi persoalan hidup merupakan pribadi yang mudah

terpengaruh oleh arus global yang kian hari membawa anak bangsa ini kepada

kehidupan gemerlap. Persoalannya bukan menolak adanya perubahan tetapi yang

menjadi tuntutan disini adalah bagaimana kita secara kritis dan cermat untuk

terlibat dalam arus perubahan jaman.

Pelaksanaan pendidikan yang masih berada pada tataran konsep dan

konsep selama ini malah menjadi sumber masalah.Pendidikan seperti ini terus saja

beranalisis tapi tanpa sedikitpun tindakan.Hal ini juga berlaku pada pelaksanaan

pendidikan kita (khususnya perguruan tinggi) sehingga berimbas pada mutu

(kualitas) lulusan ketika mereka menjadi sarjana kelak.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 20: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

Banyaknya pengangguran intelektual mengakibatkan munculnya rasa

cemas dan khawatir kemana mereka akan kerja setelah mereka menamatkan

studinya di perguruan tinggi. Hal lain yang menjadi persoalan dan menjadi dasar

pemikiran kita bahwa seolah–olah pendidikan tidak pernah memberikan

perspektif lain selepas lulus dari perguruan tinggi, kecuali hanya mencari kerja.

Bukankah sarjana disiapkan untuk bisa berpikir kreatif dan mandiri untuk

menciptakan lapangan kerja bukan untuk mencari lapangan kerja? Pribadi yang

tangguh dan terdidik merupakan pribadi yang tidak diukur berdasarkan tingkat

intelektualitas .Karena kesuksesan sesungguhnya tidak berdasarakn IQ saja tetapi

bagaimana pribadi itu menjadi pemberani dan siap untuk menghadapi perubahan

pada era globalisasi ini. Semuel Haning,SH.MH mengatakan “Sarjana dituntut

bisa mandiri dan harus mempunyai kebanggaan karena bermanfaat bagi orang lain

“Jangan menjadi seorang sarjana yang malas”. Manfaatkan potensi serta ilmu

yang sudah diperoleh selama pendidikan agar dapat bermanfaat bagi

masyarakat.Dia menjelaskan, seorang sarjana harus bisa memanfaatkan semua

potensi yang ada saat ini dan menyadari betapa pentingnya nilai tambah bagi

seorang sarjana disamping disiplin ilmu digeluti.“Nilai tambah itu adalah potensi

pribadi yang dimiliki seseorang”. Berdasarkan pengamatan pribadi penulis

seorang sarjana merupakan orang yang sudah dibekali dengan keterampilan

khusus serta memiliki potensi yang seharusnya bisa dimanfaatkan dan di

praktekkan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga potensi yang sudah ada

tidak sia – sia. Kita bayangkan saja ketika kita menyelesaikan pendidikan selama

16 atau 17 tahun namun pada akhirnya kita tidak mendapatkan hal-hal positif

(membangun pribadi yang mandiri untuk sukses) selain mendapatkan ilmu

pengembangan diri secara akademik dan ilmu pengetahuan yang didapatkan

dengan bukti ijasah dan berisi angka dengan predikat yang memuaskan

merupakan tahap awal untuk menentukan bagaimana kehidupan kita ketika

tinggal dengan masyarakat.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 21: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

Selain itu saya tidak bermaksud untuk menyalahkan soal aturan atau

sistem yang ada di perguruan tinggi dan universitas. Semua sistem itu memiliki

tujuan yang baik untuk membentuk kepribadian yang dewasa dan bisa berpikir

secara bijak sebagaimana visi dan misi dari pendidikan itu sendiri. Namun yang

menjadi pemikiran saya sebagai penulis buku ini bahwa apakah benar semua

aturan atau sistem tersebut mampu membuat calon intelektual tersebut membawa

perubahan pada diri mereka sendiri ataukah aturan tersebut hanya mampu untuk

mengubah cara berpikir mereka untuk menjadi pribadi yang dewasa dan dan

bijaksana. Kalau tujuan pendidikan hanya mensyaratkan untuk membentuk kedua

hal tersebut sangatlah keliru dan dan tidak memiliki makna yang sebenarnya

tentang tujuan dari pendidikan itu sendiri.

Tujuan Standar Nasional Pendidikan pada perguruan tinggi dan

universitas memiliki makna yang sangat relatif. Pribadi yang dewasa dan

bijaksana merupakan pribadi yang mandiri dan mau sukses serta berpikir kritis

dengan tidak mengikuti prinsip mayoritas artinya menjadi pribadi yang berbeda

tetapi memiliki prinsip yang jelas dan memiliki rasa optimis yang tinggi untuk

mencapai keberhasilan. Inilah realita sesungguhnya untuk mencapai tujuan

dengan standar yang berbeda dengan pribadi yang kritis dan berkembang ke

tujuan positif. Standar kedewasaan seseorang tidak ditentukan berdasarkan usia

atau fisik seseorang tetapi sesungguhnya kedewasaan itu di tentukan bagaimana

pribadi itu memiliki niat dan dorongan serta cara berpikir yang kritis dengan

membuat perubahan pada hal-hal positif dan membangun bagi dirinya sendiri dan

masyarakat di sekitarnya bahkan untuk bangsa dan negara.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 22: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

Berikut merupakan kisah nyata yang menjadi pribadi yang berbeda

dengan memiliki prinsip hidup mau sukses dan mandiri.

MARK ZUCKERBERG. Mahasiswa Harvard University yang putus kuliah.

Pernah mendengar situs jaringan pertemanan Friendster? Konon, melalui

situs tersebut, banyak orang-orang yang lama tak bersua, bisa kembali bersatu,

reunian, dan bahkan berjodoh. Karena itulah, situs pertemanan itu beberapa

waktu lalu sempat sangat popular. Karena itu, tak heran jika setelah era

suksesnya Friendster, berbagai situs jaringan pertemanan bermunculan. Salah

satunya adalah Facebook.

Facebook ini sebenarnya dibuat sebagai situs jaringan pertemanan

terbatas pada kalangan kampus pembuatnya, yakni Mark Zuckerberg. Mahasiswa

Harvard University tersebut-kala itu-mencoba membuat satu program yang bisa

menghubungkan teman-teman satu kampusnya. Karena itulah, nama situs yang

digagas oleh Mark adalah Facebook. Nama ini ia ambil dari buku Facebook,

yaitu buku yang biasanya berisi daftar anggota komunitas dalam satu kampus.

Pada sejumlah college dan sekolah preparatory di Amerika Serikat, buku ini

diberikan kepada mahasiswa atau staf fakultas yang baru agar bisa lebih

mengenal orang lain di kampus bersangkutan. Pada sekitar tahun 2004, Mark

yang memang hobi mengotak-atik program pembuatan website berhasil menulis

kode orisinal Facebook dari kamar asramanya. Untuk membuat situs ini, ia

hanya butuh waktu sekitar dua mingguan.

Pria kelahiran Mei 1984 itu lantas mengumumkan situsnya dan menarik

rekan-rekannya untuk bergabung. Hanya dalam jangka waktu relatif singkat-

sekitar dua minggu-Facebook telah mampu menjaring dua per tiga lebih

mahasiswa Harvard sebagai anggota tetap. Mendapati Facebook mampu menjadi

magnet yang kuat untuk menarik banyak orang bergabung, ia memutuskan

mengikuti jejak seniornya-Bill Gates-memilih drop out untuk menyeriusi situsnya

itu.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 23: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

Bersama tiga rekannya-Andrew McCollum, Dustin Moskovitz, dan Chris

Hughes-Mark kemudian membuka keanggotaan Facebook untuk umum. Mark

ternyata tak sekadar nekad. Ia punya banyak alasan untuk lebih memilih

menyeriusi Facebook. Mark dan rekannya berhasil membuat Facebook jadi situs

jaringan pertemanan yang segera melambung namanya, mengikuti tren

Friendster yang juga berkembang kala itu. Namun, agar punya nilai lebih, Mark

pun mengolah Facebook dengan berbagai fitur tambahan. Dan, sepertinya

kelebihan fitur inilah yang membuat Facebook makin digemari. Bayangkan, Ada

9.373 aplikasi yang terbagi dalam 22 kategori yang bisa dipakai untuk

menyemarakkan halaman Facebook, mulai chat, game, pesan instan, sampai

urusan politik dan berbagai hal lainnya.

Hebatnya lagi, sifat keanggotaan situs ini sangat terbuka. Jadi, data yang

dibuat tiap orang lebih jelas dibandingkan situs pertemanan lainnya. Hal ini yang

membuat orang makin nyaman dengan Facebook untuk mencari teman, baik yang

sudah dikenal ataupun mencari kenalan baru di berbagai belahan dunia. Sejak

kemunculan Facebook tahun 2004 silam, anggota terus berkembang pesat.

Prosentase kenaikannya melebihi seniornya, Friendster. Situs itu tercatat sudah

dikunjungi 60 juta orang dan bahkan Mark Zuckerberg berani menargetkan pada

tahun 2008 ini, angka tersebut akan mencapai 200 juta anggota.

Dengan berbagai keunggulan dan jumlah peminat yang luar biasa,

Facebook menjadi barang dagangan’ yang sangat laku. Tak heran, raksasa

software Microsoft pun tertarik meminangnya. Dan, konon, untuk memiliki saham

hanya 1,6 persen saja, Microsoft harus mengeluarkan dana tak kurang dari US$

240 juta. Ini berarti nilai kapitalisasi saham Facebook bisa mencapai US$15

miliar! Tak heran, Mark kemudian dinobatkan sebagai miliarder termuda dalam

sejarah yang memulai dari keringatnya sendiri. Niat Mark Zuckerberg untuk

sekadar menyatukan’ komunitas kampusnya dalam sebuah jaringan ternyata

berdampak besar. Hal ini telah mengantar pria yang baru berusia 23 tahun ini

menjadi miliarder termuda dalam sejarah.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 24: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

Sungguh, kejelian melihat peluang dan niat baiknya ternyata mampu

digabungkan menjadi sebuah nilai tambah yang luar biasa. Ini menjadi contoh

bagi kita, bahwa niat baik ditambah perjuangan dan ketekunan dalam menggarap

peluang akan melahirkan kesempatan yang dapat mengubah hidup makin

bermakna.

Cerita diatas tidak bermaksud mengajak teman – teman yang masih kuliah

dengan tidak lagi mengikuti kegiatan perkuliahan di sekolah tinggi atau

universitas. Saya hanya mengajak teman-teman semuanya bahwa sesungguhnya

Pendidikan dengan segala aturannya hanyalah sebagian kecil dalam membuat cara

berpikir berubah tetapi sesungguhnya kepribadian yang sadar akan perubahanlah

yang mampu membuat perubahan. Saya sendiri hanyalah korban dari sistem.

Cerita diatas mungkin merupakan inspirasi buat orang yang mengingnkan

perubahan, karena sesungguhnya perubahan itu berasal dari hati dengan niat yang

tulus untuk membuat perubahan.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 25: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

Sumber:

Laporan Bulanan Data Sosial ekonomi

Katalog BPS: 9199017

Edisi 24, Mei 2012

PENDIDIKAN WIRAUSAHA

Pengangguran merupakan masalah utama yang dihadapi saat ini ketika

jaman menuntut sebuah perubahan cakrawala berpikir sarjana kita saat ini. Situasi

ini tidak bisa dijadikan suatu masalah untuk diperdebatkan, namun satu hal yang

harus kita pikirkan saat ini bahwa Pendidikan Tinggi atau Universitas harus bisa

melihat serta membaca setiap peluang ketika tuntutan jaman yang semakin hari

membuat perubahan serta temuan baru diberbagai bidang. Adanya kecenderungan

para lulusan kita pada saat ini juga adalah dengan mencari pekerjaan ketika telah

menamatkan studi diperguruan tinggi.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 26: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

Hal ini diakibatkan karena sistem pendidikan pada saat ini masih

menerapkan pola pikir Abstrak artinya Sesuatu yang dilihat tidak mengacu kepada

obyek atau peristiwa khusus.Abstraksi menyajikan secara simbolis atau secara

konseptual serta secara imajinatif sesuaru yang tidak dialami secara langsung atau

konkret. Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa SEKOLAH TIDAK

PERNAH MENGAJARKAN BAGAIMANA CARA BERPIKIR, namun

SEKOLAH HANYA MENGAJARKAN APA YANG DIPIKIRKAN . Para

pendidik tidak pernah membuat cara berpikir calon sarjana (kaum intelektual)

berubah ketika membahas satu persoalan, namun yang dilakukan hanyalah dengan

memberikan kritikan serta sanggahan terhadap setiap jawaban dari cara mengatasi

persoalan yang ada. Seperti di jelaskan pada topik sebelumnya bahwa perhatian

publik terhadap pendidikan sebagai agent perubahan pada era global ini sangat

tinggi. Namun apa akibatnya abila pendidikan ternyata tidak mampu

menanggulangi masalah ini. Memasuki abad ke-21 arus globalisasi semakin kuat

dan pendidikan tinggi tampaknya belum mempunyai pegangan jelas yang dapat

digunakan untuk menghadapinya.

Pendidikan tinggi mengusung harapan yang besar untuk menghasilkan

manusia – manusia Indonesia yang dapat berdiri sendiri.Tambahan mata kuliah

tentang life skills atau kewirausahaan yang sekiranya dapat membuka wawasan

berpikir peserta didik agar mereka secara kreatif menciptakan lapangan kerja

sendiri.Inilah revolusi pendidikan global sesungguhnya dengan tidak menjadi

obyek dari sistem pendidikan tetapi menjadi subyek dari pendidikan. Menurut

Kiyosaki, orang berpendidikan tinggi sering terkena penyakit yang dikenal

sebagai “Kelumpuhan Analisis”. Tak henti – hentinya mencoba mencari

kebenaran tanpa disertai tindakan.Mental pandai, tapi emosi dan fisik mereka

lumpuh.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 27: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

Untuk hal ini salahsatu tawaran yang dilakukan adalah dengan

memberdayakan mahasiswa dengan penambahan pengetahuan dalam bentuk mata

kuliah yakni Kewirausahaan. Dunia kerja pada jaman sekarang menuntut kita

untuk bisa berpikir kreatif serta bagaimana mengatasi persoalan ketika kita

dituntut untuk mengatasi persoalan tersebut. Adanya pengetahuan tentang

kewirausahaan ini merupakan jawaban atas persoalan tersebut. Disini akan kita

dapatkan bagaimana kita mengubah cara berpikir kita tentang dunia kerja dan

usaha ketika kita telah menamatkan pendidikan diperguruan tinggi. Cara berpikir

kita akan berubah dengan tidak mengharapkan atau mencari pekerjaan pekerjaan

setelah kita menamatkan pendidikan di perguruan tinggi atau universitas. 

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 28: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

BAB 4

PENDIDIKAN DAN GLOBALISASI BUDAYA

KEBUDAYAAN BARAT DAN KEBUDAYAAN TIMUR

Studi tentang kebudayaan mutlak diperlukan untuk menemukan perbedaan

dan persamaan dari kebudayaan yang berbeda. Kebudayaan merupakan norma –

norma atau kepercayaan yang telah di sepakati secara bersama dan diwariskan

oleh leluhur atau nenek moyang kepada generasi seterusnya. Konsep tentang

kebudayaan ini memang masih memiliki titik yang lemah karena warisan leluhur

ini tidak di jalankan dengan baik pada era dewasa ini.Membangun masyarakat

yang kuat dan taat terhadap kehidupan berbudaya (kebudayaan lokal) sungguh

merupakan tantangan yang berat bagi petinggi atau ketua adat disuatu daerah pada

era sekarang. Hal ini ditandai dengan masuknya budaya barat (free seks, gaya

hidup kawin cerai, perayaan valentine, dsb…)..Masuknya kebudayaan barat ini di

Indonesia melalui media informasi yang berkembang saat ini memberikan

pengaruh yang cukup besar terhadap kehidupan masyarakat.Inilah revolusi

kebudayaan barat terhadap kebudayaan timur.

Generasi muda merupakan alih waris atau penerus kebudayaan dengan

tetap mempertahankan nilai – nilai kemanusiaan bukan dehumanism malah

terjerumus oleh pengaruh kebudayaan luar (barat).Ironis memang ketika

pendidikan kita juga ikut “bermodernisasi” tetapi tidak menerapkan nilai – nilai

modern (nilai berdasarkan kualitas berpikir secara baik dan benar) secara sungguh

- sungguh untuk diterapkan dalam dunia pendidikan sekarang Inilah realita yang

kita hadapi ketika generasi muda menganggap kebudayaan lokal sebagai sesuatu

yang tradisional dan di cap ketinggalan jaman.Dimanakah peran tokoh agama dan

tokoh adat dalam mengatasi hal ini?

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 29: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

Dalam kaitannya dengan studi tentang kebudayaan ini, Pendidikan

Lingkungan Sosial dan Budaya (PLSBD) yang diajarkan di sekolah tidak cukup

kuat untuk mengendalikan pengaruh yang ada.Apakah kita harus menolak

pengaruh dari dunia barat ini?Persoalannya bukan menolak atau menerima dengan

budaya tersebut, tetapi yang ditekankan adalah bagaimana generasi muda secara

cermat untuk memilih hal – hal positif dan menjadi refleksi pembelajaran untuk di

pelajari dan di kembangkan sejalan dengan potensi yang dimilikinya. Contoh

sederhana yang positif dan di rasakan manfaatnya untuk memudahkan dalam

menggunakan informasi serta menjadi keuntungan dengan masuknya budaya

asing ini adalah perkembangan dunia ICT (Teknologi dan Informasi), multimedia,

bereksplorasi di dunia maya (cyber space) melalui media internet; contohnya :

Penggunaan akun email, Face book, Twitter, dunia blogspot, website, dsb….Ini

merupakan contoh positif yang harus kita apresiasikan dari budaya barat dan dapat

kita rasakan manfaatnya dengan masuknya arus global era dewasa ini walaupun

dalam penggunaannya user atau pelaku pada media ini tidak digunakan secara

baik.

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan

Page 30: MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA

Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education

SUMBER PUSTAKA

Andrias Harefa, 2000. Menjadi manusia Pembelajar (On becoming a learner).

Jakarta

H.A.R. Tilaar,2005. Manifesto Pendidikan Nasional – Tinjauan dari perspektif

post modernisasi dan studi kultural, Jakarta

Hsu, M. H. et al (2007). Knowledge sharing behavior in virtual communities: The

relationship between trust, self-efficacy, and outcome expectations.

K. Bertens,2005. Etika (Seri Filsafat Atma Jaya: 15).2005

M.Musrofi,2003. Kunci Sukses Berwirausaha. Surakarta

Randall S. Schuler & Susan E. Jackson.1999.Manajemen Sumber Daya Manusia

– Menghadapi Abad Ke-21.Jakarta

Prof.Dr.Soedijarto,M.A,2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita

Slamet Iman Santoso,1979. Pembinaan Watak, Tugas Utama Pendidikan, (U.I –

press). Jakarta

Undang – Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) 2003

Undang – Undang RI No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM & UU RI No.

39 tahun 1999 tentang HAM

http://ariazthyeidha.wordpress.com //kisah-kisah orang sukses dunia.html

Pos Kupang, Selasa. “Jangan Jadi Sarjana Malas”(wisuda ke XI Rektor

Universitas PGRI NTT), 28 Agustus 2012

Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan