STUDI KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS TAFSIR AL …digilib.uin-suka.ac.id/34629/1/14360044_BABI_ V_...
Transcript of STUDI KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS TAFSIR AL …digilib.uin-suka.ac.id/34629/1/14360044_BABI_ V_...
STUDI KOMPARASI PANDANGAN
MAJELIS TAFSIR AL-QURAN (MTA) DAN LEMBAGA DAKWAH
ISLAM INDONESIA (LDII) TENTANG HUKUM POLIGAMI.
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT-SYARAT
MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU
DALAM ILMU HUKUM ISLAM
OLEH:
AHMAD IKBAL HAKIKI
14360044
PEMBIMBING:
H. NURDHIN BAROROH, S.H.I., M.S.I.
NIP : 19800908 201101 1 005
PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2019
ii
ABSTRAK
Perkawinan poligami diatur dalam pasal 3, 4 dan 5 UUP No. 1 Tahun 1974
adalah aturan yang harus dilalui oleh laki-laki yang hendak berpoligami. Penelitian
tentang poligami ini akan dilihat dari sudut pandang ormas (Organisasi Masyarakat) LDII
dan MTA yang mana pandangan poligami menurut LDII adalah sunnah, karena hal
tersebut ajaran dari Rosulullah SAW, mereka beranggapan jika melakukan Sunnah
Rosulullah SAW maka mereka merasa dekat dengan Rosulullah SAW. MTA juga
berpandangan bahwa poligami adalah diperbolehkan (Mubah). Karena poligami sesuatu
yang dibolehkan oleh Allah, dan apa yang dilarang maka tinggalkanlah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan normatif,
yuridis dan ushul fiqih. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif
analitik. Dalam metode pengumpulan data penyusun menggunakan metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa kedua ormas sepakat poligami itu
diperbolehkan dan menjadi bagian dari konsep keluarga sakinah, karena jika dilakukan
dengan cara yang baik dan benar maka derajat baik istri maupun suami akan terangkat
ditengah masyarakat. Poligami menjadi jalan tengah yang baik dilakukan ketika istri
tidak bisa melayani suami dengan baik, cacat badan, dan tidak bisa memberikan
keturunan, sehingga berpoligami adalah hak suami. Islam tidak semerta-merta membuka
selebar-lebarnya seseorang untuk poligami akan tetapi adanya syarat-syarat yang harus
dipenuhi karena prinsip Islam adalah monogami, dan tidak ada satu istri pun didunia ini
yang mau di madu. Tetapi pada dasarnya poligami tidak merusak justru mendatangkan
manfaat bagi wanita yang membutuhkan perlindungan laki-laki seperti janda, gadis yang
sudah berumur tapi belum menikah, karena poligami merupakan “pengecualian” jalan
tengah yang cerdas.
Kata Kunci: Poligami, Ormas Islam, Mashlahah.
vi
MOTTO
Jika Sebuah Jendela Kesempatan Muncul,
Jangan Turunkan Tirainnya.
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Karya Sederhana ini Kepada
Ibunda tercinta (Poniah) dan ayahanda tercinta (Suparman)
kakakku tersayang (Faiz Agus Khomsin)
adekku tersayang (Rio Firda Nur Hanif)
Seluruh dosen kampus tercinta UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, terkhusus
Jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syari’ah dan Hukum
Teman-teman Seperjuangan Satu Tanah Air Bangsa Indonesia
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi huruf Arab kepada huruf Latin yang dipakai dalam
penyusunan skripsi ini berpedoman pada surat keputusan bersama Menteri Agama
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987
dan 0543b/u/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
A. Konsonan Tunggal
HurufArab Nama Huruf Latin Keterangan
Alīf اTidak
dilambangkan
Ba’ B Be ة
Ta’ T Te ت
ṡa’ ṡ ثs (dengan titik
di atas)
Jīm J Je ج
Hâ’ ḥ حHa (dengan
titik dibawah)
Kha’ Kh K dan h خ
Dāl D De د
Żāl Ż ذZ (dengan
titik di atas)
Ra’ R Er ر
Za’ Z Zet ز
Sīn S Es ش
Syīn Sy Es dan ye ش
Sâd ṣ ص
Es (dengan
titik di
bawah)
Dâd ḍ ض
De (dengan
titik di
bawah)
Tâ’ ṭ ط
Te (dengan
titik di
bawah)
ix
Zâ’ ẓ ظ
Zet (denagn
titik di
bawah)
‘ Aīn‘ عKoma terbalik
ke atas
Gaīn G Ge غ
Fa’ F Ef ف
Qāf Q Qi ق
Kāf K Ka ك
Lām L ‘el ل
Mīm M ‘em و
Nūn N ‘en
Wāwu W W و
Ha’ H Ha
Hamzah ‘ Apostrof ء
Ya’ Y Ye
B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap
دة Ditulis Muta’addidah يتعد
Ditulis ‘iddah عدة
C. Ta’ Marbūtâh di akhir kata
1. Bila ta’ Marbūtâh di baca mati ditulis dengan h, kecuali kata-kata Arab
yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan
sebagainya.
ة Ditulis ḥikmah حك
Ditulis Jizyah جسية
2. Bila ta’ Marbūtâh diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua
itu terpisah, maka ditulis dengan t
’Ditulis Karāmatu al-Auliyā كراية الونيبء
x
3. Bila ta’ Marbūtâh hidup dengan hârakat fathâḥ, kasraḥ dan dâmmah
ditulis t
Ditulis Zakāt al-Fiṭr زكبة انفطر
D. Vokal Pendek
fatḥaḥ Ditulis A ـ
Kasrah Ditulis I ـ
ḍammah Ditulis Ā ـ
E. Vokal Panjang
1 fatḥaḥ+alif
جبههية
Ditulis
Ditulis
Ā
jāhiliyyah
2 fatḥaḥ+ya’ mati
سي ت
Ditulis
Ditulis
Ā
Tansā
3 Kasrah+ya’ Mati
كريى
Ditulis
Ditulis
Ῑ karīm
4 ḍammah+wawu mati
فروض
Ditulis
Ditulis
Ū
furūḍ
F. Vokal Rangkap
1 fatḥaḥ+ya’ mati
كى بي
Ditulis
Ditulis
Ai
bainakum
2 fatḥaḥ+wawu mati
قول
Ditulis
Ditulis
Au
Qaul
G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata
Penulisan vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan
tanda apostrof (‘).
تى 1 Ditulis a’antum أأ
شكرتى 2 Ditulis La’in syakartum نئ
H. Kata Sandang Alīf+Lām
1. Bila kata sandang Alīf+Lām diikuti huruf qamariyyah ditulis dengan al.
Ditulis al-Qur’ān أنقرآ
Ditulis al-Qiyās آنقيبش
xi
2. Bila kata sandang Alīf+Lāmdiikuti Syamsiyyah ditulis dengan
menggunakan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya, serta dihilangkan
huruf l (el)-nya.
بء Ditulis as-Samā انس
ص Ditulis asy-Syams انش
I. Huruf Besar
Penulisan huruf besar disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnkan (EYD).
J. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau
pengucapannya.
Ditulis Żawȋ al-Furūḍ ذوى انفروض
Ditulis Ahl as-Sunnah أهم انسة
xii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الر محن الرحيم
صل على مشهد أن دمحما رسول هلل. للهإله إال هلل وأ ال أشهد أن .رب العا ملني احلمد هلل .أمابعد أمجعنيسيدان دمحم وعلى اله وصحبه
Segala puji bagi Allah SWT. yang senantiasa memberikan karunianya
yang agung, terutama karunia kenikmatan iman dan Islam. Hanya kepada-Nya
kita menyembah dan hanya kepada-Nya kita meminta pertolongan, serta atas
pertolongan-Nya yang berupa kekuatan iman dan Islam akhirnya penyusun dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita baginda Nabi Agung Muhammad SAW., sang pendidik
terbaik sepanjang zaman yang telah berhasil mendidik umatnya. Shalawat
berangkaikan salam juga semoga tercurahkan pada para keluarga, sahabat, dan
para pengikut beliau.
Dengan tetap mengharapkan pertolongan, karunia dan hidayah-Nya
Alhamdulillah penyusun mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk
melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata satu dalam Fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul: STUDI
KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS TAFSIR AL-QURAN (MTA) DAN
LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA (LDII) TENTANG HUKUM
POLIGAMI.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena
xiii
itu dengan segala hormat dan kerendahan hati penyusun menghaturkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi Asmin, M.A., Ph.D. selaku Rektor
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta beserta staffnya.
2. Bapak Dr. H. Agus Moh. Najib, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum beserta staffnya.
3. Bapak H. Wawan Gunawan, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Perbandingan
Madzhab beserta staff Jurusan.
4. Ibu Ro’fah, M.A., Ph.D. selaku dosen pembimbing Akademik.
5. Bapak H. Nurdhin Baroroh, S.H.I., M.S.i., selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah dengan sabar dan teliti membimbing penyusun dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh staff pengajar di Jurusan Perbandingan Madzhab Terimakasih atas
pelajaran yang diberikan selama ini.
7. Kepada semua Guru-guru penyusun, yang telah mengajarkan penyusun
berbagai pengetahuan.
8. Kepada bapak dan ibu tercinta yang bermacam usaha dan doa. Kalian telah
mengajarkan bagaimana hidup, baik hidup sebagai makhluk Allah maupun
hidup sebagai makhluk sosial. Walau belum bisa mewujudkan harapan
kalian, namun harapan itu tak akan pernah penyusun sia-siakan. Semoga
kalian selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT.
xiv
9. Kepada kakakku Faiz Agus Khomsin, kakak iparku Fika, adikku Rio Firda
Nur Hanif, dan Farel Carlen Pratama, yang telah memberikan semangat
dan dorongan agar segera menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada Narasumber dari MTA dan LDII yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
11. Kepada Muslikhah Nurbaiti., yang selalu memberikan do’a dan semangat
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
12. Sahabat-sahabat terbaikku, Ridho, Ridwan, Agustin, Meny, Hanif, Agam,
Azmi, Izan, Yuga, Cahyo, Adit, Fikri, Islah, Elsa, kalian telah banyak
membantu dan berbagi dalam segala hal.
13. Teman-teman KKN-93 Dukuh Doga Desa Nglanggeran, Likhah, Afif,
Puspita, Anis, Ambar, Fahmi, AAZ, Nurul, kebersamaan selama dua bulan
di Dukuh Doga, Desa Nglanggeran, Patuk, GunungKidul membuat kita
mengetahui makna hidup di masyarakat.
14. Teman-teman seperjuangan di Jurusan Perbandingan Mazhab, KKN-93
Doga, HMJ-PM, Pusat Studi dan Konsultasi Hukum (PSKH), Korp
Dakwah Islamiyah Sunan Kalijaga (KORDISKA) Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII) Rayon Ashram Bangsa, Ikatan Pemuda Peduli
Kemerdekaan (SIDOGEDE).
15. Seluruh sahabat penyusun yang tidak bisa sebutkan satu persatu, semoga
kita semua mendapatkan segala kemudahan mengejar cita-cita yang kita
inginkan dan sukses di dunia dan akhirat.
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iv
SURAT PERYATAAN KEASLIAN ........................................................................ v
MOTTO ..................................................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ vii
PEDOMAN TRANSLITRASI ARAB-LATIN ........................................................ viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... xii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Pokok Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................... 4
D. Telaah Pustaka ..................................................................................... 5
E. Kerangka Teori ..................................................................................... 8
F. Metode Penelitian ................................................................................. 14
G. Sistematika Pembahasan ..................................................................... 17
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG POLIGAMI ........................................... 19
A. Pengertian dan Dasar Hukum Poligami ........................................................ 19
1. Pengertian Poligami .................................................................................. 19
xvii
2. Dasar Hukum Poligami Dalam Hukum Islam ......................................... 21
3. Dasar Hukum Poligami di Indonesia ...................................................... 26
B. Poligami Rosulullah Saw .............................................................................. 27
C. Pandangan Ulama Tentang Poligami ............................................................ 33
BAB III PANDANGAN MTA DAN LDII TENTANG HUKUM POLIGAMI ..... 38
A. Sejarah MTA ................................................................................................. 38
B. Pandangan MTA Tentang Poligami .............................................................. 42
1. Wawasan MTA Tentang Poligami .......................................................... 42
a. Hukum Poligami Menurut MTA ....................................................... 42
b. Syarat-Syarat Poligami Menurut MTA ............................................. 45
c. Konsep Poligami Menurut MTA ....................................................... 45
d. Metode Ijtihad MTA Tentang Hukum Poligami ............................... 50
C. Sejarah LDII .................................................................................................. 52
D. Pandangan LDII Tentang Poligami ............................................................... 56
1. Wawasan LDII Tentang Poligami ........................................................... 56
a. Hukum Poligami Menurut LDII ......................................................... 56
b. Syarat-Syarat Poligami Menurut LDII .............................................. 59
c. Konsep Poligami Menurut LDII ....................................................... 60
d. Metode Ijtihad LDII Tentang Hukum Poligami ................................ 64
xviii
BAB IV ANALISIS MASLAHAH MURSALAH MENGENAI PANDANGAN
HUKUM POLIGAMI MENURUT MTA DAN LDII .............................. 67
A. Analisis Pandangan Hukum Poligami Menurut MTA ........................... 67
B. Analisis Pandangan Hukum Poligami Menurut LDII ........................... 70
C. Analisis Maslahah Mursalah Mengenai Hukum Poligami .................... 73
D. Analisis Perbandingan Hukum Poligami ............................................... 78
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 80
A. Kesimpulan ............................................................................................ 80
B. Saran-Saran ............................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 85
LAMPIRAN I TERJEMAHAN .......................................................................... I
LAMPIRAN II BIOGRAFI ULAMA ................................................................. VI
LAMPIRAN III PEDOMAN WAWANCARA .................................................. X
LAMPIRAN IV UNDANG-UNDANG .............................................................. XII
CurriculumVitae .................................................................................................. XVI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia perkawinan diatur dalam Undang-undang No. 1 Tahun
1974 yang selanjutnya disebut dengan UUP (Undang-undang Perkawinan).
dalam pelaksaannya didukung oleh Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1975, ditambah dengan Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang menekankan
peraturan perkawinan untuk orang Islam. Hal ini dikarenakan perkawinan
merupakan ikatan yang suci dan kokoh (kuat)1. Disamping itu Perkawinan
adalah sebuah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan
sebagai suami istri untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang
bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.2 Di dalam UUP
No. 1 Tahun 1974 tidak hanya mengatur hubungan perkawinan monogami
saja, akan tetapi mengatur juga perkawinan poligami.
Poligami adalah perkawinan seorang laki-laki beristri lebih dari satu
orang dengan batasan, pada umumnya dibolehkan tetapi dibatasi tidak boleh
lebih dari empat istri. Yang selanjutnya suami juga dituntut berlaku adil
1 Kokoh/teguh/kuat dalam agama Islam disebut ميثا قا غليظا yang tertulis dalam Alquran surah
an-Nisa‟ (4) ayat 21, 154 dan al-ahzab (33) ayat 7.
2 Pasal 1 Bab 1 Dasar Perkawinan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
2
terhadap istri-istrinya hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam
Alquran:
فإن وإن خفتم أال تقسطوا يف اليتامى فانكحوا ما طاب لكم من النساء مثىن وثالث ورابع 3خفتم أال تعدلوا فواحدة أو ما ملكت أميانكم ذلك أدىن أال تعولوا
Di dalam Hukum Islam jumhur ulama sepakat bahwa tidak ada ayat
maupun hadis yang melarang laki-laki untuk melakukan poligami akan tetapi
prinsip Islam pada dasarnya adalah monogami bukan poligami, disisi lain
poligami menjadi solusi untuk mengatasi problem sosial, seperti jumlah wanita
lebih banyak dari laki-laki. Karena banyaknya janda dan wanita yang sudah
berumur akan tetapi belum menikah, kemudian ditambah lagi dengan
banyaknya laki-laki yang gugur dimedan perang hal ini yang menjadi salah
satu faktor terjadinya poligami untuk melindungi dan mengangkat derajat
wanita di tengah masyarakat.4
Poligami adalah masalah yang krusial dan sensitif ditengah masyarakat
sehingga penting sekali untuk dibahas. Hal ini timbul pertanyaan sebenarnya
hakikat dan hukum poligami itu seperti apa ? dan bagaimana hal ini bisa
terjadi. Penyusun dalam hal ini tertarik untuk mengetahui hukum poligami
tersebut dari Ormas Majelis Tafsir Alquran dan Lembaga Dakwah Islam
3 An-Nisā‟ (4):3
4 Saiful Islam Mubarak, Poligami antara PRO dan KONTRA, (Bandung: syamil, 2007), hlm
17-18.
3
Indonesia. Dalam hal ini MTA berpandangan poligami itu diperbolehkan
dalam artian mubah, jika allah membolehkan maka lakukanlah, jika yang
dilarang maka tinggalkanlah, kebolehan poligami ini dijelaskan dalam Alquran
surat an-Nisā‟ (4):3. Walaupun dibolehkan tidak semerta-merta membuka
secara lebar-lebar, dengan syarat yang paling ditekankan adalah dapat berlaku
adil terhadap istri-istrinya dan jangan menjadikan poligami sebagai ladang
untuk memuaskan hawa nafsu semata, tetapi untuk menolong dan beribadah
kepada Allah Swt5
Menurut pandangan LDII poligami bukan sesuatu hal yang dilarang
oleh agama, karena poligami adalah sesuatu ajaran yang turun dari Nabi,
bahkan poligami juga dilakukan oleh para Nabi sebelum Rasul. Itu artinya
poligami adalah sebuah kesunahan bagi yang melakukannya. Kerena jika istri
benar-benar faham akan Islam dan keutamaan poligami, maka dipastikan istri
mau dipoligami, karena ganjaran seorang istri yang mau dipoligami adalah
surganya Allah Swt. Poligami juga termasuk kedalam konsep keluarga
sakinah, karena konsep keluarga sakinah adalah suatu keluarga yang sama satu
keyakinan, dengan dasar Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.6
5 PDF, Brosur Pengajian Ahad Pagi, Rosulullah SAW suri tauladan yang baik (ke-87) Tentang
Nikah (11) Brosur No.: 1605/1645/IA.
6 Ari Setiawan, Implementasi Pologami menurut jamaah LDII ditinjau dari hukum islam dan
hukum positif (studi kasus didesa tunas asri kec. Tulang bawangtengah kab. Tulang bawang barat),
UIN Raden intan, Syariah dan hukum; 2017. hlm 70
4
Berdasarkan pemaparan di atas penyusun tertarik untuk meneliti lebih
jauh bagaimanakah pandangan hukum poligami, syarat dan metode ijtihad
hukum poligami menurut MTA (Majelis Tafsir Alquran) yang selanjutnya
disebut MTA dan LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) yang selanjutnya
disebut LDII.
B. Pokok Masalah
Mengenai uraian latar belakang di atas sehingga dapat tercapainya
pemahaman yang sistematis, mencerminkan pembahasan dan metodologi
penyusunan serta memberikan penjelasan yang tidak menyimpang dari tujuan
penyusunan oleh karena itu penyusun memberikan batasan dalam lingkup
pembahasan, adapun rumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pandangan hukum poligami menurut MTA dan LDII ?
2. Bagaimana metode ijtihad hukum poligami dari MTA dan LDII ?
3. Bagaimana persamaan dan perbedaan pandangan poligami menurut
MTA dan LDII ?
C. Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pandangan hukum poligami menurut
MTA dan LDII.
5
2. Untuk mengetahui bagaimana metode ijtihad hukum poligami dari
MTA dan LDII
3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pandangan poligami
menurut MTA dan LDII.
Adapun kegunaan dari penelitian skripsi ini adalah :
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dan sumbangsih pemikiran ilmu pengetahuan dalam
bidang hukum keluarga Islam khususnya mengenai hukum
poligami menurut ormas yaitu MTA dan LDII.
2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah
ilmu pengetahuan, terhusus dalam masalah keperdataan yaitu
perkawinan yang memiliki istri lebih dari satu orang (poligami).
Secara tidak langsung memberikan khazanah kepada umat islam
pada umumnya dan khususnya pada jamaah MTA dan LDII yang
ada di Indonesia.
D. Telaah Pustaka
Pembahasan mengenai poligami merupakan hal yang perdebatan oleh
para pemikir dalam ranah kajian hukum Islam baik klasik maupun
kontemporer, karenanya banyak penulis yang mebahas kajian tentang poligami
dari berbagai sudut pandang di antaranya baik dari historis, konseptual,
maupun empiris. Dalam hal ini penulis akan mengali hal yang berbeda dari
6
peneliti yang telah ada dan sebagai acuan dalam penelitian ini. Beberapa
penelitian-penelitian tersebut di antaranya :
Abdul Nasir Taufiq Attar, dalam bukunya yang berjudul Poligami
ditinjau dari Segi Agama, Sosial,dan Perundang-Undangan. Di dalamnya
membahas poligami dari sisi sosial yang kemudian dikaitkan dengan agama
dan Perundang-undangan di Indonesia. Selain itu juga membahas perundang-
undangan sebelum diundangkannya UUP No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan. Serta dengan penjelasan secara detail dari segi sosial dan Pra-
Undang-undang Perkawinan.7
Muhammad Amin Rais dalam skripsinya yang berjudul syarat poligami
dalam Undang-undang perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam menurut
pandangan ulama di Curup Kota Kabupaten Rejang Lebong Provinsi
Bengkulu. Muhammad Amin Rain menggunakan pendekatan normative
yurudis sehingga di kesimpulan menghasilkan bahwa ulama sepakat
persyaratan didalam Undang-undang ini tidak melarang poligami namun
melindungi hak-hak wanita agar tidak dilakukan sewenang-wenang, dan
memberikan informasi bahwa untuk melakukan poligami tidak mudah karena
hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu saja yang bisa melakukannya.8
7 Abdul Nasir Taufiq Attar, Poligami Ditinjau Dari Segi Agama Sosial Dan Perundang-
Undangan, Alih Bahasa oleh Chadijah Nasution, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976).
8 Muhammad Amin Rais, Syarat Poligami dalam Undang-undang Perkawinan dan Kompilasi
Hukum Islam menurut pandangan ulama di Curup Kota Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.
(Yogyakarta; Skripsi mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga, 2012).
7
Ma‟arif Syaifuddin dalam sekripsinya yang berjudul Poligami Menurut
Nyai-Nyai Muda Pondok Pesantren Yayasan Ali Maksum Yogyakata. Dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan normatif-yuridis, sehingga dalam
penjelasannya bahwa nyai muda memperbolehkan poligami dengan alasan
yang mendesak seperti yang tertera dalam ndang-undang. Selain hal tersebut
terdapat alasan bahwa apabila seseorang melakukan poligami lebih membawa
kedalam maslahah daripada kemudharatan, maka hal tersebut boleh
dilaakukan.9
Azim Izzul Islami, dalam skripsinya yang berjudul Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Pandangan Jama’ah Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah Di
Kabubaten Brebes Mengenai Poligami. Dalam penelitian ini, hukum poligami
dalam pandangan jama‟ah Tarikat Qadariyah wa Naqsabandiyah adalah mubah
(boleh), bukan sunnah (anjuran) maupun wajib (keharusan). Dalam menafsikan
Q.S. an-Nisa‟ ayat 3 bahwa poligami bukan hal yang diharamkan oleh syari‟at.
Namun, terdapat perbedaan dalam menafsirkan lafal Al-adl. Sebagian
berpendapat bahwa adil hanya sebatas materi, tidak halnya dalam hal cinta
kasih karena hal tersebut tidak wajib dilakukan oleh manusia. Sebagian yang
lain berpendapat bahwa keadilan kualitatif juga menjadi syarat yang dituntut
oleh syariat. Pandangan poligami menurut Ṫarīqah Qodiriyah dan
9 Ma‟arif Syaifuddin, Poligami Menurut Nyai-Nyai Muda Pondok Pesantren Ali Maksum
Krapyak Yogyakarta, (Yogyakarta : Fak. Syari‟ah dan Hukum UIN SUKA, 2015).
8
Naqsabandiyah di Brebes sejalan dengan konsep fiqih ulama konvensional dan
secara garis besar memiliki kesamaan dengan pendapat ulama fiqih klasik10
Berdasarkan beberapa karya ilmiah diatas tentunya tidak asing lagi
dengan istilah poligami. Karya-karya ilmiah diatas memiliki kesamaan
pembahasan secara umum yakni tentang poligami namun memiliki perbedaan
dimasing-masing sudut pandang penelitiannya. Penulis dalam hal ini
menyajikan poligami dalam sudut pandang dua ormas yaitu MTA dan LDII.
Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan perbedaan sehingga dapat
melengkapi karya-karya ilmiah sebelumnya.
E. Kerangka Teoretik
Untuk menjawab suatu pokok permasalahan dibutuhkan suatu jawaban
atas suatu masalah tersebut, namun untuk menemukan langkah atas jawaban
tersebut dibutuhkan teori, teori sangat penting untuk mengurai suatu masalah
dan mampu menjawab masalah yang ada, teori yang dianggap relevan untuk
menjawab pokok permasalahan, adalah:
1. al-Maṣhlaḥah al-Mursalah
Maslahah berasal dari kata shalaha dengan penambahan “alif” diawalnya
yang secara arti kata berarti “baik” lawan kata “buruk” atau “rusak”. Ia
adalah mashdar dengan arti kata shalâh yaitu “ manfaat” atau terlepas
10
Azim Izzul Islami, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pandangan Jama’ah Tarikat Qadiriyah
wa Naqsabandiyah Di Kabubaten Brebes Mengenai Poligami, (Yogyyakarta; Sekripsi Fak. Syari‟ah
dan Hukum UIN SUKA, 2012).
9
daripadanya kerusakan”.11
Menurut Imam al-Ghazali sebagai mana
dikutip oleh Nasrun Haroen dalam bukunya Ushul Fiqih jilid 1 mashlahah
adalah mengambil manfaat dan menolak kemudaratan dalam rangka
memelihara tujuan-tujuan syara.12
Yang selaras dengan kaidah Qawā‟idul
Fiqhiyyah yaitu:
13 حلاجلب املصدرءاملفاسد مقدم على Al-Syatibi, sebagaimana dikutip oleh Amir Syarifuddin dalam
Bukunya Ushul Fiqh Jilid 2 mengatakan terjadinya mashlahah dalam
kenyataanya tergantung pada tuntunan syara kepada mashlahah. Dalam artian
dari segi tergantungnya tuntunan syara kepada mashlahah, yaitu
kemaslahatan yang merupakan tujuan dari penetapan hukum syara, Untuk
menghasilkannya Allah menuntut manusia untuk berbuat.14
Dari pandangan
diatas Ulama ushul fiqih membagi mashlahah dalam tiga macam berdasarkan
kualitas dan kepentingan yaitu:
a. Mashlahah al-Dharuriyyah
Kemashlahatan yang berhubungan dengan kebutuhan pokok umat
manusia di dunia dan di akhirat. Kemaslahatan seperti ini terbagi menjadi lima,
11
Amir Syarifudin, Ushul Fiqih Jilid 2, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm 345.
12
Nasrun Haroen, Ushul Fiqih, cet. 1, (Jakarta: Logos Publishing House, 1996), hlm 114
13
Asjmuni A. Rahman, Qaidah-qaidah Fiqih (Qawa’idul Fiqhiyyah), (Jakarta: Bulan Bintang,
1976), hlm 76.
14
Amir Syarifudin, Ushul Fiqih Jilid 2, hlm 366.
10
yaitu: memelihara Agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara
keturunan, memelihara harta.15
b. Mashlahah al-Hajiyah
Kemaslahatan yang dibutuhkan dalam menyempurnakan kemaslahatan
pokok (mendasar) sebelumnya yang berbentuk keringanan untuk
mempertahankan dan memelihara kebutuhan mendasar manusia. Misalnya,
dalam bidang ibadah diberi keringanan untuk meringkas (qashr) dan berbuka
puasa bagi orang yang sedang musafir, dalam bidang muamalah dibolehkan
berburu binatang dan memakan makanan yang baik-baik, semua ini
disyariatkan Allah untuk mendukung kebutuhan al-mashalih al-khamsah
diatas.16
c. Mashlahah al-Tahsiniyyah
Kemaslahatan yang memiliki sifat pelengkap berupa keleluasaan yang
dapat melengkapi kemaslahatan sebelumnya, misalnya dianjurkan untuk
memakan makanan yang bergizi, memakai pakaian yang bagus melakukan
ibadah-ibadah sunah untuk amalan tambahan. Ketiga kemaslahatan ini perlu
dibedakan sehingga seorang muslim dapat menentukan prioritas dalam
mengambil suatu kemaslahatan.17
15
Nasrun Haroen, Ushul Fiqih, hlm 115.
16
Ibid, hlm 116.
17
Ibid.
11
Dilihat dari segi kandungan Mashlahah, ulama fiqih membaginya
kepada:
1) Mashlahah al-Ammah
Kemaslahatan yang menyangkut kepentingan orang banyak,
kemaslahatan umum itu tidak berartiuntuk kepentingan semua orang,
tetapi bisa bentuk kepentingan mayorotas umat atau kebanyakan
umat.18
2) Mashlahah al-khashshah
Kemaslahatan pribadi dalam hal ini sangat jarang sekali, seperti
kemaslahatan yang berkaitan dengan memutus hubungan perkawinan
seseorang yang dinyatakan hilang (maqfud). 19
dilihat dari keberadaan Mashlahah menurut syara terbagi
kepada tiga jenis yakni:
a) Maṣlaḥah Mu’tabarah
Adalah jenis maṣlaḥah yang keberadaannya didukung oleh
nash (Al-Qur‟an dan Sunnah) melalui bentuk ‘illat
menyebutkan bahwa hal tersebut dianggap maṣlaḥah.
Sebagai contoh fatwa „Umar bin Khaṭṭab tentang hukuman
bagi peminum minuman keras. Menurutnya, peminum
minuman keras harus didera 80 kali. Hal ini di qiyāskan dengan
18
Ibid.
19
Ibid.
12
orang yang menuduh berbuat zina. Sebab jika orang sudah
mabuk, ia tidak bisa mengontrol akalnya sehingga dengan
mudah menuduh orang lain berbuat zina.20
b) Maṣlaḥah al-Muglah
Adalah jenis maṣlaḥah yang status keberadaannya ditolak
bahkan bertentangan dengan teks syari‟at. Dengan kata lain,
sesuatu yang dianggap maṣlaḥah oleh manusia, oleh teks
syari‟at menolak kemaslahatan tersebut.
Contoh seorang mufti memberikan hukuman kepada
seorang raja yang melakukan hubungan senggama disiang hari
di bulan Ramaḍan, yaitu dengan berpuasa dua bulan berturut-
turut sebagai ganti atas memerdekakan seorang budak. Menurut
mufti, memerdekakan seorang budak tidak akan membuat raja
menjadi jera, dikarenakan raja hidup berkecukupan sehingga
dengan mudah memerdekakan budak.21
Kemaslahatan yang dikemukakan oleh mufti, sekilas juga
dilihat dari pandangan manusia memang benar. Namun jika
dilihat dari teks syari‟at maka kemaslhatan tersebut
bertentangan dengan sunnah. Sunnah menyebutkan bahwa
20
Amir Syarifudin, Ushul Fiqih Jilid 2, hlm 351.
21
Ibid, hlm 353.
13
adanya bentuk-bentuk hukuman bagi orang yang melakukan
hubungan senggama disiang hari dilaksanakan secara berurut.
Memerdekakan budak, jika tidak mampu maka ia melakukan
puasa dua bulan berturut-turut, jika masih tidak mampu maka
memberi makan 60 orang fakir miskin.22
c) Maṣlaḥah Mursalah
Maslahah Mursalah yaitu kemaslahatan yang keberadaannya
tidak didukung syara‟ dan tidak pula dibatalkan/ ditolak syara
melalui dalil yang rinci. Kemaslahatan dalam bentuk ini terbagi
dua yaitu:
i. Maslahah al-Gharibah yaitu kemaslahatan yang
asing, atau kemaslahatan yang sama sekali tidak
ada dukungan dari syara, baik secara rinci
maupun umum.
ii. Maslahah al-Mursalah, yaitu kemaslahatan yang
tidak didukung dalil syara atau nash yang rinci,
tetapi didukung oleh sekumpulan makna nash
(ayat atau hadis)23
22
Nasrun Haroen, Ushul Fiqih, hlm 119.
23
Ibid.
14
F. Metode Penelitin
Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memaparkan sebuah ide
dengan menggunakan pemaparan yang rasional dan sistematis, oleh sebab itu
pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa tahapan dalam
penelitiannya yakni
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian lapangan (Field Risearch) yaitu sebuah
penelitian yang dilaksanakan secara intensif, terperinci dan mendalam
terhadap objek tertentu yang kemudian didukung oleh bahan-bahan
kepustakaan24
. Sumber primer yang ada dalam penelitian ini adalah
data yang didapatkan dalam penelitian lapangan yaitu dikantor pusat
MTA dan Kantor Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) LDII D.I
Yogyakarta sedangkan data sekundernya merupakan data yang diambil
dari kepustakaan atau hal yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.
2. Sifat Penelitian
Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif-komparatif. Deskriptif
adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
pada masa sekarang. Yang tujuannya adalah membuat deskripsi,
24
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: Rineka Cipta,
1998), hlm, 11.
15
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki.25
Dalam hal ini adalah tentang poligami. Komparatif adalah
penelitian yang ingin mencari jawab secara mendasar tentang sebab
akibat, dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun
munculnya suatu fenomena tertentu.26
Dalam hal ini peneliti
membandingkan hukum poligami antara ormas MTA dan LDII.
a. Subyek Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah, pemimpin Ormas,
tokoh, ulama MTA dan LDII Adapun yang menjadi obyek dari
penelitian ini adalah pandangan poligami menurut ormas MTA
dan LDII.
b. Pendekatan Masalah
Pendekatan dalam penelitian ini, menggunakan pendekatan
normatif-yuridis dan Ushul Fikih. Pendekatan normatif-yuridis
adalah pendekatan terhadap suatu masalah berdasar yang ada
pada Alquran dan Hadis serta undang-undang yang berlaku, dan
Ushul Fikih adalah pendekatan melalui kaidah-kaidah Ushul
Fiqih yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan juga
penggunaan dalil.
25
Moh. Nasir, Metode Penelitian, (Bogor : Gralia Indonesia, 2011), hlm 54
26
Ibid, hlm 58
16
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Data Primer
1) Observasi
Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan
penilaian dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung dan sistematis, data yang sudah didapatkan akan
dicatat dalam catatan observasi.27
Penulis akan medatangi
langsung lokasi penelitian, dan memahami metode
penetapan hukum poligami dan konsep poligami tersebut.
2) Wawancara atau Interview
Suatu proses untuk memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan metode Tanya jawab,
dengan cara bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden
dengan pengunaan alat yang dinamakan Interview guide
(Pedoman Wawancara)28
dalam penelitian ini penyusun
akan mewawancarai pemimpin atau tokoh Ulama dari
masing-masing ormas MTA dan LDII.
27
Tukiran taniredja dan Hidayati Mustafidah Penelitian Kusalitatif (sebuah pengantar),
(Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 47.
28 Moh. Nazir, Metode Penelitian…,hlm. 193-194
17
b. Data Sekunder
Data sekunder atau data yang mendukung penelitian ini,
yaitu bersumber dari buku-buku, jurnar, Koran, manuskrip dan
literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah kajian dan pembahasan dalam penelitian ini,
penulis membaginya dengan menjadi beberapa bab dengan bahasan sebagai
berikut :
BAB I, Menjelaskan tentang latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan
dan kegunaan, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan
sistematika pembahasan.
BAB II, merupakan tinjauan umum tentang poligami mencangkup pengertian,
dasar hukum, syarat dan prosedur poligami dalam di Indonesia, pernikahan
poligami Rosulullah Saw, dan pandangan poligami menurut ulama.
BAB III, sejarah, pandangan hukum, konsep dan metode ijtihad hukum
poligami menurut MTA dan LDII.
BAB IV, merupakan analisis Mashlahah Murasalah terhadap pandangan
hukum poligami MTA dan LDII.
18
BAB V, merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
Kesimpilan merupakan jawaban dari pokok masalahan yang dikaji dalam
penelitian ini, selain itu saran-saran serta masukan yang ada dapat diajukan
sebagai suatu rekomendasi lebih lanjut, serta dapat bermanfaat bagi penyusun
sendiri dan bagi pembaca yang lain.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini yang telah dibahas pada bab-bab
sebelumnya, dalam bab ini penyusun akan memaparkan tiga
kesimpulan antara lain yaitu:
1. Hukum poligami menurut MTA adalah diperbolehkan (Mubah)
dan menurut LDII adalah Sunnah, terlepas dari hukum tersebut
bahwa poligami sebenarnya banyak mendatangkan manfaat jika
dilakukan dengan baik dan benar. Selanjutnya juga dijelaskan
jika istri tidak bisa memberikan keturunan, cacat badan
padahal suami menginginkan hal itu saat itu suami
diperkenankan untuk berpoligami, karena itu hak untuk
menikah lagi dengan wanita lain, walaupun sebenarnya ia tahu
istrinya tidak sehat, itu artinya bukan suami tidak empati
terhadapnya, akan tetapi jika dibiarkan berlarut-larut maka akan
menimbulkan kerusakan yang lebih besar, seperti, perzinahan
dengan wanita lain, nikah dengan sembunyi-sembunyi, bahkan
sampai pada perceraian. seharusnya istri lebih memahami atas
kekurangan dan menerima bisa jadi dengan poligami istri yang
kurang fit bisa lebih terurus dan diperhatikan, Selain itu
81
poligami juga menjadi bukti bahwa jika yang dinikahi adalah
janda ataupun gadis yang sudah waktunya menikah tetapi belum
menikah, hal tersebut menjadi sebuah penolong dan
mengentaskan dari kenestapaan dan kesendiriannya,
mengangkat derajat baik suami maupun istri di tengah
masyarakat jika dilakukan dengan cara yang baik. Dan poligami
menjadi jalan tengah yang cerdas. Akan tetapi prinsip islam
pada dasarnya adalah monogami dan tidak ada satu istri pun
didunia ini yang mau di madu, jika tidak ada keadaan yang
benar-benar darurat.
2. Metode ijtihad hukum poligami yang dilakukan oleh MTA
dikembalikan lagi ke al-Qur’an dan as-Sunnah. Karena
poligami bukanlah sesuatu hal yang dilarang oleh allah SWT,
melainkan sesuatu yang diperbolehkan asalkan sesuai dengan
syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi, hal ini disandarkan
pada kisah ghailan bin salamah masuk Islam, yang memiliki 10
istri, maka nabi SAW bersabda kepadanya, Pilihlah empat
diantara mereka. (HR. Ibnu Majah Juz 1, hal. 628 No. 1 1953).
Hal yang paling penting adalah suami mampu berbuat adil
terhadap istri-istrinya baik secara lahir maupun batin, dan
menikah dengan cara yang baik atau terang-terangan.
Sedangkan menurut LDII dalam menentukan hukum poligami
82
dengan melihat tiga cara yaitu fahmul al muskilah al
qaimah,yaitu memahami fenomena sosial yang ada, apakah
poligami itu lebih mendatangkan maslahah atau kemadharatan
bagi keluarga, dan keberlangsungan kehidupan selanjutnya.
fahmul an-nushu asy-syar’I, yaitu memahami nash atau dalil
syar’i dalam al-Qur’an dan al hadis. dan pengambilan Hukum,
apakah itu termasuk sunnah, haram, mubah, makruh DLL
dengan berdasarkan Alquran dan Hadis.
3. Persamaan pandangan Majelis Tafsir Alquran dan Lembaga
Dakwah Islam Indonesia tentang hukum poligami adalah:
Didasarkan kepada Alquran dan Sunnah, Dasar hukum Alquran
dan Sunnah, Mampu berlaku adil menjadi syarat utama, Mampu
bertanggungjawab, Tidak menekankan kreteria calon istri
(gadis,janda dll) tetapi lebih ditekankan pada kefahaman
agamanya, Bisa menjadi pemimpin keluarga yang baik,
Poligami didasarkan pada ilmu agama bukan nafsu, Dilakukan
dengan cara yang baik dan yang terakhir Mematuhi UUP No. 1
Tahun 1974. Perbedaannya adalah pandangan Hukum poligami
menurut MTA adalah diperbolehkan (Mubah) sedangkan
menurut LDII Sunnah, MTA tidak dianjurkan izin istri, LDII
dianjurkan izin istri, sesiapan diri yang baik menjadi salah satu
tuntutan dari MTA sedangkan kefahaman ilmu ditekankan oleh
83
LDII, konsultasi dengan Pimpinan Pusat lebih dianjurkan oleh
MTA dan LDII tidak.
Dari persamaan dan perbedaan diatas dapat kita simpulkan
bahwa selain peraturan dari pemerintah yang mengatur begitu
ketatnya tentang poligami, di dalam Ormas MTA dan LDII pun
juga menekankan hal demikian sehingga poligami benar-benar
digunakan sesuai dengan kebutuhan bukan karna nafsu saja,
karna madharatnya lebih banyak dari pada mendatangkan
manfaat sehingga konsep dan tujuan pernikahan itu tidak
tercapai.
B. Saran-Saran
Setelah kesimpulan di atas, penulis juga ingin memberikan saran-
saran kepada semua pihak yang terkait dalam permasalahan ini:
Kepada suami yang ingin melakukan poligami agar jangan
terlalu cepat mengambil keputusan untuk berpoligami, karena syarat
utama berpoligami tidak hanya berbuat adil terhadap istri, akan tetapi
harus mencukupi kebutuhan istri baik secara lahir dan batin. Oleh
karena itu jika tidak benar-benar dalam keadaan darurat maka
monogami adalah solusi menciptakan keluarga yang sakinah, mawadah
dan warahmah. Poligami adalah jalan alternatif ketika istri dalam
keadaan mandul, penyakit yang tidak bisa disembuhkan hal itu suami
84
boleh memilih jalan untuk berpoligami, dengan catatan
dimusyawarahkan dengan istri pertama, supaya adanya keterbukaan
didalam sebuah hubungan keluarga.
Penyusun berpesan dalam penelitian singkat ini bahwasannya
monogami adalah kunci sukses berkeluarga, jika ingin berpoligami hal
itu hanya dijadikan sebagai pintu darurat yang hanya bisa dipakai
dalam keadaan darurat saja. Oleh karena itu jangan pernah melukai hati
seorang istri yang tulus menyayangi kita, karna pada dasarnya tidak ada
seorang wanitapun didunia ini yang menginginkan suaminya dibagi
dengan perempuan lain.
85
DAFTAR PUSTAKA
A. Alquran & Hadis
Dawud, Abu, Sunan Abi Dāwud, Beirut al-Maktabah al-„Aṣriyyah, tt.
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, Bandung: Syamil
Quran, 2009.
Mājah, Ibnu, Sunan Ibni Mājah, ttp: Dār Ihyā‟i al-Kutub al-„Arabiyyah, tt.
Malik Bin Anas, Al-Muwatha, Beirut: Dar al- Kutub al- Ilmiyyah, 2014.
B. Fikih & Ushul Fikih
A Wahid, Wawan Gunawan, “Ghazwul Al-fikri dalam Munas Tarjih ke-27?,”
Suara Muhamadiyah, November 2010.
A Wahid, Wawan Gunawan, “Memposisikan Poligami Sebagai Darurat
Sosial,” Suara Muhamadiyah, November 2009.
A Wahid, Wawan Gunawan, “Menimbang Kembali Poligami”, Jurnal Tarjih,
Vol. 11:1, Oktober 2013.
Ali , Zainudin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,
2006.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: suatu pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 1998.
Attar, Abdul Nasir Taufiq. Poligami Ditinjau Dari Segi Agama Sosial Dan
Perundang-Undangan, Alih Bahasaoleh Chadijah Nasution, Jakarta :
Bulan Bintang, 1976.
86
Doi, Abdur Rahman I. Karakteristik Hukum Islam Dan Perkawinan (Syari’ah
I), alih bahasa zaimudin Rusydi Sulaiman, cet. Ke-I Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1996.
Fahmie, Anshori, Siapa Bilang Poligami Itu Sunnah? Membongkar salah
kaprah poligami, kiat dan solusi agar suami tak poligami, Jakarta:
Pustaka IIMaN, 2007.
Haroen , Nasrun,, Ushul Fikih: Jakarta: Logos, 1996.
Hidayatulloh, Haris. Adil Dalam Poligami Perspektif Ibnu Hazm, “Religi:
Jurnal Studi Islam, Vol. 6:2 (Oktober 2015.
Islami, Azim Izzul Tinjauan Hukum Islam Terhadap PANdangan Jama’ah
Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah Di Kabubaten Brebes Mengenai
Poligami, Yogyyakarta: Sekripsi Fak. Syari‟ah dan Hukum UIN
SUKA, 2012.
Khallaf, Abdul Wahab, Kaidah-kaidah Hukum Islam: Ikmu Ushul Fikih,
Terjemahan, Noer Iskandar al-Barsany, Dkk. Jakarta: Rajawali, 1989.
Kisyik, Abdul Hamid. Hikmah Perkawinan Rosulullah SAW: Mengapa Islam
Membolehkan Poligami, Al-Bayan (Kelompok Penerbit Mizan), 1995.
Mubarak, Ma‟arif Syaifuddin, Poligami Menurut Nyai-Nyai Muda Pondok
Pesantren Ali Maksum Krapyak Yogyakarta, Yogyakarta:
Fak.Syari‟ah dan Hukum UIN SUKA, 2015.
Mubarak, Saiful Islam Poligami antara PRO dan KONTRA, Bandung: syamil,
2007.
Nasution, Khiruddin. Riba dan Poligami : Studi Atas Pemikiran Muhammad
Abduh, cet. Ke-1, Yogyakarta : Putaka Pelajar & ACdeMIA, 1996.
87
Nasution, Khoirudin. Hukum Perdata (Keluarga) Islam Indonesia Dan
Perbandingan Hukum Perkawinan Di Dunia Muslim Dengan
Pendekatan Integratif Interkonektif, Yogyakarta; ACAdeMIA dan
TAZZAFA,2009.
PDF, Brosur Pengajian Ahad Pagi, Rosulullah SAW suri tauladan yang baik
(ke-87) Tentang Nikah (11) Brosur No. : 1605/1645/IA.
Rahman , Asjmuni A. Qaidah-qaidah Fiqih (Qawa’idul Fighiyyah), (Jakarta:
Bulan Bintang, 1976.
Rahmaniyah, Inayah dan Moh. Sodik, (ed), Menyoal Keadilan Dalam
Poligami, cet. IV, Yogyakarta: PSW Sunan Kalijaga dan TAF, the
Asia Foundation, 2009.
Rais, Muhammad Amien. “Syarat Poligami Dalam Undang-Undang
Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam Menurut Pandangan Para
Ulama Di Curup Kota Kabupaten Rajang Lebong Provinsi
Bengkulu,”Skripsi Mahasiswa Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN
Sunan Kalijaga 2012.
Setiawan, Ari, Implementasi Pologami Menurut Jamaah LDII Ditinjau Dari
Hukum Islam Dan Hukum Positif (Studi Kasus Didesa Tunas Asri Kec.
Tulang Bawangtengah Kab. Tulang Bawang Barat), UIN Raden Intan,
Syariah dan hukum; 2017.
Syarifudin, Amir, Ushul Fikih, Jakarta: Kencana, 2009.
Tihami, H.M.A. dan Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat Kajian Fikih Nikah
Lengkap, cet. II. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010.
88
Zein, M. Ma‟shum, Menguasai Ilmu Ushul Fiqih: Apa dan Bagaimana
Hukum Islam disarikan Dari Sumber-sumbernya, LKIS; Yogyakarta,
2013.
C. Lain-lain
Nazir, Moh., Metode Penelitian, Bogor: Gralia Indonesia, 2011.
Taniredja, Tukiran dan Hidayati Mustafidah, Penelitian Kualitatif (Sebuah
Pengantar), Bandung: Alfabeta, 2012.
D. Undang-undang
Intruksi Presiden No. 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam
Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1975 Tentang pelaksanaan Undang-
undangn No. 1 Tahun 1974.
Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.